kelomok v (autosaved)
TRANSCRIPT
-
8/2/2019 Kelomok V (Autosaved)
1/31
DASAR TEORI PERENCANAAN BALOK
PADA STRUKTUR KAYU
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Struktur Kayu I
Oleh,
1. Erwin Prilesmana
NIM. 7011090039
2. Aris Abdul Muhaimin
NIM. 7011090052
3. Budi Utama
NIM. 7011090042
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
2012
-
8/2/2019 Kelomok V (Autosaved)
2/31
Tugas Mata Kuliah Struktur Kayu
Kelompok V :
1. ERWIN PRILESMANA
2. ARIS ABDUL MUHAIMAIMIN
3. BUDI UTAMA
DASAR TEORI PERENCANAAN BALOK
PADA STRUKTUR KAYU
Permintaan kayu sebagai bahan konstruksi selalu meningkat dari tahun ke
tahun, padahal kemampuan penyediaan volume kayu semakin menipis. Kayu
kualitas baik (kelas kuat I/II) umumnya memiliki usia tebang sampai puluhan tahun
(30 tahun lebih). Usia tebang yang lama, apalagi dengan areal penanaman yang
semakin menyempit, menimbulkan masalah tersendiri bagi penyediaan kayu.
Sekarang ini sudah sangat sulit diperoleh balok kayu dengan ukuran besar, padahal
untuk mendukung konstruksi berat, seperti jembatan, seringkali memerlukan balokberukuran besar. Disisi lain, tersedia cukup melimpah balok dan batang kayu
berukuran kecil dan pendek, baik dari potongan cabang pohon, limbah akibat
kesalahan proses produksi, ataupun kayu bekas struktur yang sudah tidak dipakai.
Umumnya balok dan batang kayu tersebut digunakan untuk keperluan non-
struktural, atau bahkan hanya sebagai kayu bakar.
Sesuai dengan prinsip ekoefisiensi, perlu kiranya diupayakan suatu
teknologi yang tepat sehingga balok-balok kayu limbah di atas dapat dimanfaatkan
kembali (reuse). Hasil pemanfaatan haruslah tetap memenuhi standar dan
spesifikasi teknis yang disyaratkan. Teknologi balok susun sangat tepat dipilih
sebagai solusi bagi permasalahan di atas. Namun sudah diketahui, sebaik apapun
balok susun dibuat, kekuatannya tidak dapat menyamai kekuatan balok tunggal
non-susun, untuk dimensi yang sama tentunya. PKKI 1961 mensyaratkan, untuk
menghitung momen inersia netto tampang (Inetto) dari balok susun harus dikenakan
faktor reduksi. Sebagai contoh, balok susun persegi yang tersusun dari 2 bagian
dengan alat sambung geser pasak kayu ataupun kokot, harus dikenakan reduksi 0,4
(Wiryomartono, 1976). Besarnya faktor reduksi tersebut mengindikasikan bahwa,
teknologi balok susun yang dikenal selama ini terbukti kurang efektif dalam
-
8/2/2019 Kelomok V (Autosaved)
3/31
mendukung beban yang ada. Akhirnya, permasalahannya berkembang menjadi,
bagaimana cara meningkatkan daya dukung balok susun..
Penelitian tentang teknik perkuatan lentur balok kayu telah dilakukan oleh
Rochman (2003) yang menggunakan penguat dari bambu apus. Hasil penelitian
membuktikan, bahwa pemasangan perkuatan bambu apus mampu meningkatkan
daya dukung balok kayu sampai 55 %. Rochman (2006) meneliti hal serupa, namun
terhadap balok susun, dan perkuatannya dari baja tulangan. Balok susun yang
dipakai adalah balok susun tiga dengan ukuran 4x9x190 cm. Perkuatan dipasang
dengan lintasan seperti tendon baja prategang dari balok beton pratekan, yang
dipasang pada sisi kiri dan kanan dari balok kayu. Perlu diketahui, bahwa balok
kayu susun yang digunakan dalam penelitian tersebut dibuat dengan memanfaatkan
balok-balok kayu berukuran pendek dan kecil (rata-rata berukuran 3x4x60 cm.
Hasil penelitian menunjukkan, daya dukung balok susun meningkat 87 %
setelah dipasang perkuatan baja. Nilai tersebut menjadikan daya dukung balok
susun dapat hampir menyamai daya dukung balok utuh, meski tetap masih lebih
rendah dari daya dukung balok utuh yaitu masih sekitar 85 % daya dukung balok
utuh. Penelitian ini dimaksudkan untuk melanjut-kan penelitian sebelumnya, yaitu
dengan mengkom-positkan balok susun dengan plat beton. Hal ini dilakukan
mengingat dalam pemakaiannya, struktur balok umumnya dikombinasikan dengan
plat lantai dari beton, baik itu untuk konstruksi balok lantai, ataupun gelagarjembatan.
Balok komposit adalah suatu balok yang terbuat dari dua jenis bahan (atau
lebih) yang digabung dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat bekerja sebagai
satu kesatuan dalam memikul beban. Pada penelitian ini, bahan-bahan yang
dimaksud adalah balok kayu dan plat beton. Yang menjadikan balok kayu dan plat
beton dapat dianggap menjadi satu kesatuan adalah akibat dipasangnya alat
penyambung geser (shear connector) pada permukaan sentuh kedua bahan tersebut.
Alat penyambung geser yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan
memanfaatkan sisa panjang ke arah atas dari baut pelekat balok susun. Tujuanpembuatan balok komposit adalah untuk meningkatkan daya dukung balok dengan
cara memaksimalkan kekuatan yang ada pada masing-masing bahan penyusunnya.
Perbandingan perilaku dan daya dukung balok komposit dan yang non komposit
ditunjukkan pada Gambar 1.
Pada penelitian ini, tinjauan dilakukan secara teoritis dan secara pengujian
eksperimental. Hasil dari keduanya dibandingkan untuk melihat seberapa akurasi
dari metode analisis yang digunakan. Jika teknologi ini terbukti efektif, maka per-
masalahan keterbatasan ukuran batang kayu yang dikeluhkan selama ini akan dapat
teratasi. Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat membuktikan bahwa secara
-
8/2/2019 Kelomok V (Autosaved)
4/31
teknis sangat memungkinkan dibuat suatu balok kayu susun berukuran besar untuk
struktur berat dengan memanfaatkan balok-balok kayu dengan ukuran pendek dan
yang lebih kecil.
(a). Balok kayu non-komposit
(b). Balok komposit
Gambar 1. Balok kayu non komposit dan balok kayu komposit
Distribusi
reganganMnon-comp = Mplat +
Mbalok
Mcomp >> Mnon-comp
M
pla
t
Mbal
ok
Mba
lok
Mpl
at
Garis
netral plat
Garis netral
balok
Garis netral
kompositM
komp
osit
Distribusi
regangan
-
8/2/2019 Kelomok V (Autosaved)
5/31
Balok adalah elemen struktur yang memikul beban arah tegak lurus
terhadap sumbu longitudinalnya. Balok susun adalah suatu balok yang tersusun dari
dua atau lebih balok yang lebih kecil dengan cara penyusunan sedemikian rupasehingga dapat bekerja secara bersama dalam memikul beban. Supaya antar balok
penyusun dapat bekerja secara bersama, maka diperlukan alat penghubung geser,
untuk balok kayu biasa digunakan alat sambung pasak kayu maupun cincin belah.
Salah satu cara meningkatkan kekuatan balok susun adalah dengan
memberikan suatu tegangan awal sedemikian rupa sehingga sisi atas balok
mengalami tegangan tarik dan sisi bawah balok mengalami tegangan tekan sebelum
beban diberikan. Fungsi ini diharapkan dapat dipikul oleh baja tulangan. Dengan
tegangan awal tertentu dan dengan lintasan sebagaimana pada balok beton
prategang, maka sisi atas balok mengalami tegangan tarik dan serat di sisi bawah
balok mengalami tegangan tekan, sebelum beban diberikan. Dengan demikian dayadukung balok susun dapat ditingkatkan dari daya dukung awalnya.
Gaya tarik baja tulangan yang memiliki eksentrisitas sebesar e terhadap garis
netral elastis balok menyebabkan terjadinya momen negatif pada balok sebesar
Pawal. e. Pada saat pemberian tegangan awal. tegangan pada sisi atas`plat beton
dihitung sebagai berikut:
comp
cbs
comp
cawal
comp
awalc
I
ylq
I
ydP
A
P
.
...
.
..sin..
cos.2
81
+= (1)
dan tegangan pada sisi bawah kayu:
comp
kbs
comp
kawal
comp
awalk
I
ylq
I
ydP
A
P
.
...
.
..sin..
cos. 281
+= (2)
Pada kondisi layan yaitu setelah beban luar F bekerja, tegangan lentur pada
serat bagian atas balok dapat dihitung dengan persamaan:
comp
cawal
comp
awalc
I
ydLOPP
A
LOPP
.
..sin).(cos).(
+
=
comp
bs
comp
c
I
lq
I
ylF
.
...
.
... 28141
(3)
tegangan pada sisi bawah kayu :
comp
wawal
comp
awalw
I
ydLOPP
A
LOPP
.
..sin).(cos).(
=
comp
wbs
comp
w
I
ylq
I
ylF
.
...
.
...2
81
41
++ (4)
-
8/2/2019 Kelomok V (Autosaved)
6/31
Tegangan akhir pada baja:
compcomp
bs
s
awal
sI
elF
I
elq
A
LOPP
.
...
.
...)( 412
81
++
+= (5)
Lendutan dihitung sebagai berikut:
compw
bs
compw IE
Lq
IE
LF
.384
5
.48
.43
+=
compw
awal
IE
dLLOPP
.24
)43.(sin)..(6 22 (6)
dengan,
Acomp : luas tampang komposit (mm2)
Icomp : momen inersia komposit (mm4)
: faktor reduksi (0,80 0,90) (SNI 2002)
e : eksentrisitas baja tulangan terhadap dan garis netral elastik balok (mm)
qbs : berat sendiri balok (N/mm)
l : bentang balok (mm)
LOP : loss of prestress (N) diambil sebesar 40 %
Pawal : gaya tarik awal tendon (N).
METODE PENELITIAN
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kayu Mahoni,
kayu Jati, dan baja tulangan diameter 8 mm. Untuk pengeklem tendon baja tulangan
digunakan skrup dan baut diameter 8 mm juga. Kayu mahoni dan kayu jati yang
digunakan dibeli di pasaran daerah Klaten, sebelum digunakan kayu diletakkan di
ruangan tertutup selama beberapa waktu (kurang lebih 5 minggu) supaya diperoleh
kondisi kering udara. Setelah itu baru dibuat benda uji dengan jumlah dan ukuran
sesuai kebutuhan pengujian. Kayu jati digunakan sebagai pasak penghubung geser,
karena kayu jati memiliki kekuatan lebih tinggi dibandingkan kayu mahoni.
Untuk mengetahui kekuatan bahan, dilaku-kan berbagai pengujian
karakteristik bahan, yaitu meliputi: uji tarik, uji desak, uji geser dan uji lentur.
Ukuran benda uji dibuat mengikuti standard ASTM(Tjokrodimuljo, 1988). Balok
susun dibuat ber-ukuran 50mmx80mmx2000 mm, pelat beton berukuran
25mmx250mm. Benda uji dibuat dengan jumlah 14 buah dengan rincian: (i) 3 balok
uji kayu utuh (BU), (ii) 3 balok uji kayu utuh komposit plat beton (BUC), (iii) 4
-
8/2/2019 Kelomok V (Autosaved)
7/31
balok uji kayu susun (BS), dan (iv) 4 balok uji kayu susun komposit plat beton
dengan perkuatan baja tulangan 8 mm (BSCP) (lihat Gambar 2(a)).
Peralatan utama yang digunakan antara lain: (1)Dial gauge merkPeaccoak,
dengan ketelitian dapat sampai 0,01 mm. Alat ini digunakan untuk mengukur
lendutan. (2) Mesin UTS (Universal Test Machine), merk United, mesin uji
dilengkapi dengan komputer yang dapat mencetak hasil berupa diagram
Gambar 2. Balok susun komposit plat beton dan perkuatan baja tulangan.
P
aw
al
Pa
wal
AP
a
w
al
Pawal
.sin
Pawal
.cos
Detail
A
250
mm
2
5
4
0
4
0
40
m
m
50
mm
Fdd
Yc
Yw
Grs
netr
al
-
8/2/2019 Kelomok V (Autosaved)
8/31
tegangan-regangan ataupun kurva hubungan beban-lendutan lewatploter/printer.
Pemberian tegangan awal dilakukan dengan mengencangkan baut dari klembaja sampai lendutan pada bagian tengah balok uji kayu (yang diketahui dari
pembacaanDial Gauge) sampai pada nilai yang sudah dihitung sebelumnya. Untuk
lebih jelasnya, cara pemberian tegangan awal dapat dilihat pada Gambar 3(b).
Pengujian dilakukan dengan satu titik pembebanan di tengah bentang. Pada
sisi bawah tengah benda uji ditempatkan Dial Gauge untuk mengukur lendutan.
Setelah semua instrumen yang dipasang sudah dipastikan bekerja dengan baik,
maka hydraulic jack dipompa secara pelan-pelan sambil mengamati hasil bacaan
beban pada load cell. Set-up pengujian selengkapnya dapat dilihat pada Gambar
2(c). Dari pengujian karakteristik bahan, diperoleh berturut-turut: kuat-tarik elastis,kuat-tarik ultimit, kuat-desak elastis, kuat-desak ultimit, kuat-lentur elastis, kuat-
lentur ultimit, baik untuk kayu mahoni maupun baja tulangan. Data-data tersebut
digunakan dalam analisis berikutnya yaitu dengan menggunakan Persamaan (1)
sampai (6) untuk mengetahui momen elastis balok, maupun tegangan pada serat-
balok dan tendon baja tulangan.
1. Analisis beban maksimum dan kekakuan
Dari kurva hubungan beban-lendutan pada Gambar 4 terlihat bahwa pada
awal-awal pembebanan kurva berbentuk linier dan material kayu masih berperilaku
elastik. Setelah mencapai nilai beban tertentu, bentuk kurva sudah nonlinier yang
mana berarti kayu sudah memasuki fase in-elastis. Keadaan ultimit dicapai pada
saat pembebanan mencapai beban maksimum yang ditandai dengan terjadinya
lendutan cukup besar pada balok kayu. Besarnya kemiringan pada bagian yang
linier pada keseluruhan kurva tersebut tidak lain adalah menggambarkan kekakuan
balok uji. Kekakuan didefinisikan sebagai besarnya gaya yang diperlukan untuk
memperoleh satu unit lendutan (displacement), semakin kaku balok uji maka
semakin besar kemiringannya. Dalam bentuk persamaan, kekakuan (k) dihitung
sebagai berikut:
e
ePk
= (7)
dengan
k : kekakuan, N/mm
Pe : beban batas elastis, N
e : lendutan batas elastis, mm
-
8/2/2019 Kelomok V (Autosaved)
9/31
Jenis
balok
Kode benda
uji
Pmaks,
N
Pelastis
N
elastis
mm
ultimit
mm
Kekakua
n
N/mm
Balo
k
utuh
BU1 7520 1000 5,97 73,84 167,5
BU2 7430 1000 6,19 70,99 161,5
BU3 7700 1000 6,29 74,06 158,9
Rata-rata 7550
(1,000) 1000 6,15
72,96
(1,000)
162,6
(1,000)
Balo
k
Utuh
Kom
posit
BUC1 5950* 1000 4,86 47,86* 205,8
BUC2 9050 1000 4,45 82,50 224,7
BUC3 9280 1000 5,74 87,60 174,2
Rata-rata 9165
(1,214)1000 5,02
85,05
(1,165)
201,5
(1,238)
Balo
k
susun
BS1 2710 750 20,55 66,20 36,5
BS2 2925 750 9,09* 35,40* 82,5*
BS3 2700 750 13,93 73,20 53,8
Rata-rata 2788
(0,370) 750 17,24
69,7
(0,956)
45,15
(0,278)
Balo
k
susun
perku
atan
BSP1 7230 1000 8,06 80,00 124,1
BSP2 7160 1000 7,65 71,00 130,7
BSP3 7430 1000 6,70 90,00 149,3
Rata-rata 7273
(0,963)1000 7,47
80,3
(1,102)
134,7
(0,828)
Balo
k
susun
Komposit
perku
atan
BSCP1 10760 1000 2,15 77,30 465,1
BSCP2 10800 1000 4,25 77,30 235,3
BSCP3 11340 1000 2,52 70,40 396,8
BSCP4
7500* 1000 2,98 90,00 335,6
Rata-rata 10966
(1,452) 1000 2,98
78,80
(1,081)
358,20
(2,203)
-
8/2/2019 Kelomok V (Autosaved)
10/31
Nilai beban maksimum dan kekakuan dari masing-masing balok kayu uji
ditunjukkan pada Tabel 1. Dari Tabel 1 terlihat bahwa, kekakuan balok susun dua
hanya sekitar 27,8 %, dari kekakuan balok utuh. Kekakuan ini meningkat 198 %
setelah diberi perkuatan baja tulangan diameter 8 mm, meski nilai ini masih tetap
lebih rendah dibanding kekakuan balok utuh, yakni masih sekitar 82,8 %-nya.
Namun kekakuan. Setelah dikompositkan dengan pelat beton, kekakuan balok
susun meningkat fantastis, yaitu sampai 166 % sehingga menjadi 220,3 % kekakuan
balok utuh, dan 177 % kekakuan balok utuh komposit.
Dari Tabel 1 juga diperoleh, bahwa aksi komposit plat beton memberikan
kontribusi lebih besar bagi peningkatan daya dukung balok susun, (yaitu 494 %)
dibanding yang diberikan oleh perkuatan baja tulangan (yaitu 198 %). Hasil ini
membuktikan, bahwa aksi komposit plat beton berfungsi sangat baik dalammeningkatkan kekakuan balok susun, dan menjadikan balok susun kayu menjadi
lebih kompak.
Dari Tabel 1 juga terlihat bahwa, lendutan maksimum balok uji meningkat
setelah diberi perkuatan baja tulangan 8 mm. Hal yang sama juga terjadi setelah
balok uji dikompositkan dengan plat beton. Ini dapat dilihat baik pada balok kayu
utuh maupun balok kayu susun. Namun peningkatan lendutan maksimum ini
tidaklah sebesar peningkatan daya dukung maupun kekakuan. Dengan demikian
dapat dikatakan, bahwa perkuatan baja tulangan dan aksi komposit plat beton
tetaplah memberikan peningkatan daktilitas pada balok uji, meski tidak cukupsignifikan.
Tabel 1. Perbandingan beban maksimum, kekakuan dan lendutan maksimum
balok uji kayu.
2. Momen inersia relatif penampang
Untuk mendapatkan besarnya momen inersia relatif pada masing-masing
balok uji terhadap balok utuh, dilakukan hitungan dengan urutan sebagai berikut: (i)
dari pengujian balok uji kayu utuh, maka dapat dihitung nilai modulus elastis lentur
(E) balok kayu dengan menggunakan bentuk lain dari persamaan lendutan akibat
pembebanan satu titik ditengah bentang, yaitu
I
PLE
elastis..48
3
= (8)
-
8/2/2019 Kelomok V (Autosaved)
11/31
(ii) kemudian nilai modulus elastis rerata yang diperoleh dari hitungan persamaan
(8) digunakan untuk menghitung momen inersia masing-masing penampang balok
uji dengan persamaan berikut:
E
PLI
elastis
netto..48
3
= (9)
(iii) rasio momen inersia relatif penampang diperoleh dari perbandingan antara
momen inersia netto dengan momen inersia penampang utuh. Hitungan
selengkapnya, disajikan dalam Tabel 2 di bawah.
Dari Tabel 2 terlihat, bahwa momen inersia penampang balok kayu susun
yang disusub dengan pola seperti pada penelitian ini hanya 0,302 dibanding balokutuh. Nilai ini cukup jauh dengan angka yang diberikan dari PKKI 1961 untuk
balok susun dua, yaitu sekitar 0,6. Hal ini dikarenakan angka pada PKKI 1961
diambil atas asumsi, bahwa batang di sisi atas dari batang susun merupakan batang
menerus, sedang pada penelitian ini batangnya adalah terputus-putus dan batang di
sisi bawahpun juga merupakan sambungan.
Sedang pada balok utuh komposit, diperoleh nilai sebesar 0,283. Hasil ini
sangat jauh dari ketentuan SNI 2002 yang mengambil faktor reduksi sebesar 0,80.
Namun apapun hasilnya, jelas terlihat teknologi balok susun yang dikenal selama
ini memang terbukti tidak cukup efektif dalam mentransverkan gaya-gaya yang ada.
3. Analisis kondisi layan
Dalam praktek keseharian, jarang sekali suatu struktur kayu digunakan
diman tahap kekuatan-nya sampai mencapai tahap inelastis, atau bahkan kekuatan
ultimitnya. Umumnya, dalam kegunaan keseharian, kekuatan struktur (terlebih
kayu) dibatasi hanya sampai pada kekuatan elastisnya, atau sampai pada batas
defleksi izinnya. Untuk itu, pembahasan pada penelitian ini juga hanya dilakukan
pada kedua kondisi tersebut, yaitu kondisi elastis dan kondisi beban izin. Analisis
dilakukan secara teoritis dan eks-perimental.
Beban batas elastis hasil pengujian diperoleh dari nilai beban maksimum
hasil pengujian dibagi dengan faktor aman 3. Angka tersebut diambil lebih
konservatif dari PKKI NI-5-2002, yaitu sebesar 2,74. Analisis teoritis diperoleh
dengan menggunakan Persamaan (3) dan Persamaan (4) dengan tegangan desak
beton dibatasi c fc/3, dan w fw/2,74.
Beban batas defleksi izin hasil pengujian didapatkan dari kurva hubungan
beban-lendutan hasil pengujian, yaitu pada ordinat yang menunjukkan lendutan
sebesar L/300. Sedang analisis teoritis diperoleh dengan menggunakan Persamaan
(6) dengan tegangan desak beton dibatasi c fc/2, dan w 0,60.fw, Perbandingan
-
8/2/2019 Kelomok V (Autosaved)
12/31
analisis teoritis dan hasil pengujian pada batas elastis dan batas defleksi izin
disajikan pada Tabel 3.
Dari Tabel 3 terlihat, bahwa perbandingan analisis teoritis dan hasil
pengujian nilainya cukup bervariasi. Ada yang selisih jauh, namun juga ada yang
cukup dekat. Hal ini dapat dipahami mengingat begitu kompleknya permasalahan
yang dijumpai dalam pengujian kayu, seperti sulitnya diperoleh homogenitas
kekuatan dalan suatu tampang akibat kemiringan serat, perbedaan usia kayu, dan
lain sebagainya. Meski demikian, secara umum dapat dikatakan, bahwa metode
analisis yang digunakan sudah cukup akurat menggambarkan permasalahan yang
ada.
Dari Tabel 3 juga terlihat, bahwa pada semua jenis balok uji, kondisi batasdefleksi izin balok tercapai lebih dahulu sebelum kondisi batas elastis. Dari hasil ini
dapat disimpulkan, bahwa desain layan struktur ditentukan oleh defleksi izin. Beban
izin rencana (qrencana) ditentukan dengan Persamaan (6) dengan mengambil batas
lendutan L/300 sampai L/400.
4. Penentuan beban izin rencana (qizin)
Dari Tabel 3 terlihat, bahwa beban pada kondisi lendutan izin lebih kecil
dibanding beban pada kondisi batas elastis. Dengan demikian dapat disimpulkan,
bahwa beban izin rencana (qizin) pada semua jenis balok uji ditentukan oleh kondisi
lendutan izin. Kondisi lendutan izin merupakan faktor penentu bagiperforma layan
pada semua balok uji.
Berdasar hasil di atas, maka diusulkan suatu rumus analitis sebagai pedoman
penentuan beban izin. Rumus usulan ini didasarkan atas rumus yang sudah ada
pada, hanya ada tambahan dengan faktor koefisien pada I eff.
Tabel 2. Faktor reduksi momen inersia penampang balok uji kayu susun
J
e
n
i
s
b
a
Kode
benda
uji
Pelastis
N
elastis
mm
Mom inersia
Pen. utuh, mm4
3
12
1 bhIutuh =
Mod. Elastis,
Mpa
I
PLE
elastis..48
3
=
Mom inersia
netto
E
PLI
elastis
netto..48
3
=
Rasio
momen
inersia,
Inetto/Iutuh
-
8/2/2019 Kelomok V (Autosaved)
13/31
l
o
k
B
U
BU1 750 5,97 2133333 11933
BU2 750 6,19 2133333 11521
BU3 750 6,29 2133333 11338
Rata-rata 11231
B
U
C
BUC1 1000 4,86 Icomp= 9060833 2617971 0,289
BUC2 1000 4,45 Icomp= 9060833 2859178 0,316
BUC3 1000 5,74 Icomp= 9060833 2216610 0,245
Rata-rata 0,283
B
S
BS1 750 20,5
5 2133333 521257 0,244
BS2 750 9,09
* 2133333 1178419*
BS3 750 13,9
3 2133333 768976 0,360
Rata-rata 0,302
B
S
P
BSP1 1000 12,1
0 2133333 1051516 0,493*
BSP2 1000 8,06 2133333 1578578 0,740
BSP3 1000 7,65 2133333 1663182 0,780
BSP4 1000 6,70 2133333 1899006 0,890
Rata-rata 0,803
B
S
BSCP1 1000 2,15 Icomp= 9060833 5917833 0,653
BSCP2 1000 4,25 Icomp= 9060833 2993727 0,330
BSCP3 1000 2,52 Icomp= 9060833 5048945 0,557
BSCP4 1000 2,98 Icomp= 9060833 4269577 0,471
-
8/2/2019 Kelomok V (Autosaved)
14/31
C
P
Rata-rata
0,503
Tabel 3. Perbandingan beban batas elastis dan beban batas defleksi izin balok uji
kayu.
Jenis balok Kode benda
uji
Beban batas elastis (N) Beban batas defleksi izin (N)
Eksperimental Teoritis Eksperimental Teoritis
Balok utuh
BU1
2507
1,00
0
1660 0,66
2 1770
1,00
0
1560 0,88
1
BU2
2477
1,00
0
1660 0,67
0 1310
1,00
0
1560 1,19
1
BU3
2567
1,00
0
1660 0,64
7 1380
1,00
0
1560 1,13
0
Rata-rata 2514 1,00
0 1660
0,66
0 1487
1,00
0 1560
1,04
9
Balok Utuh
Komposit
BUC1
2985
1,00
0
3174 1,06
3 1570
1,00
0
5380 3,42
7
BUC2
3017
1,00
0
3174 1,05
2 1710
1,00
0
5380 3,14
6
BUC3
3093
1,00
0
3174 1,02
6 1380
1,00
0
5380 3,89
9
Rata-rata 3032 1,00
0 3174
1,04
7 1553
1,00
0 5380
3,46
4
Jenis balok Kode benda
uji
Beban batas elastis (N) Beban batas defleksi izin (N)
Eksperimental Teoritis Eksperimental Teoritis
BS1
903
1,00
0
996 1,10
3 470
1,00
0
546 1,16
2
BS2 975 1,00
0
996 1,02
2
470 1,00
0
546 1,16
2
-
8/2/2019 Kelomok V (Autosaved)
15/31
-
8/2/2019 Kelomok V (Autosaved)
16/31
Koefisien tersebut diberikan untuk memperhitungkan pengaruh pemasangan
baja perkuatan terhadap kekakuan balok, dalam hal ini diasumsikan sebagai
penambahan momen inersia effektif penampang balok. Rumus usulan tersebut
adalah sebagai berikut:
qizin =4.5
.384..
L
IE effk (10)
dengan Ieff= k.Ibruto
Untuk balok utuh, k = 1,00
Untuk balok susun, k = 0,30
Untuk balok utuh komposit, k = 0,30
Untuk balok utuh komposit, k = 0,40
(dengan perkuatan),
Untuk balok susun komposit, k = 0,40
(dengan perkuatan),
KESIMPULAN
Dari analisis dan pembahasan hasil pengujian yang telah diuraikan
sebelumnya dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1). Dari analisis lendutan diperoleh, momen inersia netto penampang model balok
uji kayu susun rata-rata hanya sekitar 0,302 dan untuk model balok uji kayu
utuh komposit hanya sekitar 0,283.
2). Daya dukung balok susun meningkat 293 % setelah dikompositkan dengan plat
beton dan setelah diberi perkuatan baja tulangan diameter 8 mm. Perkuatan baja
tulangan memberikan kontribusi peningkatan sebesar 160 %, sementara aksi
komposit plat beton sebesar 133 %.
3). Kekakuan balok susun meningkat 695 % setelah dikompositkan dengan plat
beton dan setelah diberi perkuatan baja tulangan diameter 8 mm. Aksi komposit
plat beton memberikan kontribusi sebesar 494 %, sementara yang diberikan
perkuatan baja tulangan sebesar 198 %.
4). Lendutan maksimum balok susun meningkat setelah dikompositkan dengan plat
beton, dan diberi perkuatan baja tulangan 8 mm. Dengan demikian, perkuatan
-
8/2/2019 Kelomok V (Autosaved)
17/31
baja tulangan dan aksi komposit plat beton tetap memberikan peningkatan
daktilitas pada balok susun, meski tidak cukup signifikan.
5). Pada semua jenis balok uji, kondisi batas defleksi izin balok tercapai lebih
dahulu sebelum kondisi batas elastis. Dari hasil ini dapat disimpulkan, bahwa
desain layan struktur ditentukan oleh defleksi izin.
(6). Dari keseluruhan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa, secara teoritis
maupun teknis dapat dibuktikan bahwa sangat mungkin dibuat balok kayu
berukuran besar yang disusun dari balok-balok kayu berukuran pendek dan
lebih kecil yang memiliki daya dukung dan performa mendekati balok
penampang utuh.
-
8/2/2019 Kelomok V (Autosaved)
18/31
Perencanaan Batang Lentur ( BALOK )
Direnc untuk dapat mendukung gaya momen dan gaya geser.
dengan:
Mu = Momen lentur terfaktor
Vu = Gaya geser terfaktor
M = Tahanan lentur terkoreksi
V = Tahanan geser terkoreksi
= Faktor waktu
b = Faktor tahanan lentur = 0,85
v = Faktor tah
Str berbentang sederhana yang tidak menyatu dengan tumpuannya, maka
bentang renc ada bentang bersih ditambah setengah kali panjang tumpuan pada
masing2 ujung.Bentang renc digunakan untuk menghitung momen lentur, gaya
geser, dan lendutan.Takikan pada balok harus dihindari, terutama yg terletak jauh
dari tumpuan dan berada pd sisi tarik.
Konstr sistem lantai terdapat tiga atau lebih balok kayu yang tersusun
dengan jarak tidak lebih dari 600 mm (pusat ke pusat) kemudian disatukan dengan
sistem penutup, maka kekuatan konstr tidak sepenuhnya tergantung pada masing-
masing tahanan lentur satu balok (semua balok bekerja bersama).Untuk
mempertimbangkan perilaku ini, maka tahanan lentur acuan dapat dikalikan dengan
faktor koreksi pembagi beban (Cb) = 1,15.Apabila balok diletakkan secara tidur,
sehinga menderita tegangan lentur pada sb lemahnya, maka tahanan lentur acuan
dapat dikalikan dengan faktor koreksi penggunaan datar (Cfu) seperti pada tabel
berikut.
Lebar Tebal/tinggi
50 mm dan 75 mm 100 mm
50 mm dan 75 mm 1,00 -100 mm 1,10 1,00
125 mm 1,10 1,05
150 mm 1,15 1,05
200 mm 1,15 1,05
250 mm 1,20 1,10
-
8/2/2019 Kelomok V (Autosaved)
19/31
a. Pengaku lateral (Bracing)
Balok yang memiliki perbandingan tinggi terhadap lebar lebih besar dari dua
dan dibebani terhadap sb kuatnya harus memiliki pengaku lateral pada
tumpuan-tumpuannya untuk mencegah terjadinya rotasi atau peralihan lateral.
Pengaku lateral tidak diperlukan pada balok bundar, bujur sangkar, persegi
panjang yang mengalami lentur terhadap sb lemahnya saja.
Untuk balok kayu masif, kekangan yang digunakan untuk mencegah rotasi atau
peralihan lateral ditent berdasarkan nilai perbandingan tinggi nominal terhadap
tebal nominal (d/b) sbb:
a). d/b < 2 ; tidak diperlukan pengekang lateral.
b). 2 < d/b < 5 ; semua tumpuan harus dikekang menggunakan kayu masif padaseluruh ketinggian balok.
c). 5< d/b < 6 ; sisi tekan harus dikekang secara menerus sepanjang balok.
d). 6 < d/b 7 ; Kedua sisi tekan dan tarik dikekang secara bersamaan pada seluruh
panjang.
Pengaku lateral hrs diadakan pada semua balok kayu masif persegi panjang, sehinga
rasio kelangsingan (Rb) tidak melebihi 50 seperti persamaan berikut.
b. Tahanan lentur balok yang terkekang dalam arah lateral
Anggapan bahwa balok yang terkekang penuh dalam arah lateral dijumpai pada
kondisi berikut:
1). Balok berpenampang bundar atau bujur sangkar
2). Balok berpenampang persegi panjang yang terbebani pada arah sb lemahnya
saja.
3). Balok berpenampang persegi panjang yang terbebani pada arah sb kuat dan
memenuhi persyaratan pengaku lateral.
Tahanan lentur terkoreksi dari balok berpenampang prismatis yang terlentur
terhadap sb kuatnya (x x) adalah:
M = Mx = Sx Fbxdengan:
M = Mx = tahanan lentur terkoreksi terhadap sb kuat
Sx = modulus penampang terhadap sb kuat
Fbx = kuat lentur terkoreksi terhadap sb kuat dengan nilai faktor koreksi
Cl = 1,00
Tahanan lentur terkoreksi dari balok berpenampang prismatis yang terlentur
terhadap sb kuatnya (y y) adalah:
M = My = Sy Fby
dengan:
-
8/2/2019 Kelomok V (Autosaved)
20/31
M = My = tahanan lentur terkoreksi terhadap sb lemah
Sy = modulus penampang terhadap sb lemah
Fby = kuat lentur terkoreksi terhadap sb lemah dengan nilai faktor koreksi Cl =
1,00
Tahanan lentur terkoreksi terhadap sb kuat (x x) hrs dikalikan dengan faktor
koreksi bentuk (Cf) sebesar 1,15 (untuk komponen str berpenampang bundar selain
untuk tiang dan pancang), dan 1,40 (komponen str berpenampang persegi panjang
yang terlentur terhadap sb diagonal).
c. Tahanan lentur balok tanpa pengekang lateral penuh.
Tahanan lentur terkoreksi terhadap sb kuat (x x) dari balok berpenampang
prismatis persegi panjang tanpa pengekang lateral atau bagian yang tak terkekang
dari balok tersebut adalah:M = CLSxFbx*
Tahanan lentur terkoreksi dari balok berpenampang prismatis yang terlentur
terhadap sb kuatnya (y y) adalah:
M = My = Sy Fby
dengan:
M = My = tahanan lentur terkoreksi terhadap sb lemah
Sy = modulus penampang terhadap sb lemah
Fby = kuat lentur terkoreksi terhadap sb lemah dengan nilai faktor koreksi Cl
= 1,00
Tahanan lentur terkoreksi terhadap sb kuat (x x) harus dikalikan dengan faktor
koreksi bentuk (Cf) sebesar 1,15 (utk komponen str berpenampang bundar selain
untuk tiang dan pancang), dan 1,40 (komponen str berpenampang persegi panjang
yang terlentur terhadap sb diagonal).
c. Tahanan lentur balok tanpa pengekang lateral penuh.
Tahanan lentur terkoreksi terhadap sb kuat (x x) dari balok berpenampang
prismatis persegi panjang tanpa pengekang lateral atau bagian yang tak terkekang
dari balok tersebut adalah:
M = CLSxFbx*Faktor stabilitas balok (CL) dihitung sebagai berikut:
Sx = modulus pnp untuk lentur terhadap sb kuat
Mx* = tahanan lentur terhadap sb kuat dikalikan dengan semua faktor koreksi
kecuali f.k penggunaan datar (Cfu) dan f.k stabilitas balok (CL).
cb = 0,95
s = 0,85 (faktor tahanan stabilitas).
Me = momen tekuk lateral elastis yang besarnya sebagai berikut:
-
8/2/2019 Kelomok V (Autosaved)
21/31
2. Gaya Geser
Apabila beban yang mengakibatkan lentur bekerja pada muka balok yang
berlawanan dengan muka tumpuan maka seluruh beban yang terletak di dalam jarak
d (tinggi balok) dari bidang muka tumpuan tidak perlu diperhitungkan dalam
menentukan gaya geser perlu.
Tahanan Geser terkoreksi (V) dihitung sebagai berikut:
Dengan :
Fv = kuat geser sejajar serat terkoreksi
I = momen inersia balok
b = lebar penampang balokQ = momen statis penampang terhadap sb netral
Untuk pnp persegi panjang dengan lebar b, dan tinggi d, persamaan diatas bisa
disederhanakan sebagai berikut:
a. Tahanan geser di daerah takikan.
Pada pnp disepanjang takikan dari sebuah balok persegi panjang setinggi d, tahanan
geser terkoreksi pada pnp bertakik dihitung sebagai berikut:
d = tinggi balok tanpa takikan
dn = tinggi balok di daerah takikan
Apabila pada ujung takikan terdapat irisan miring dengan sudut terhadap arah
serat kayu, maka tahanan geser terkoreksi dihitung sebagai berikut:
b. Tahanan geser di daerah sambungan
Apabila sambungan pada balok persegi panjang menyalurkan gaya yang cukup
besar sehinga menghasilkan lebih dari setengah gaya geser disetiap sisi sambungan
maka tahanan geser terkoreksi dihitung sebagai berikut:
dengan: de = tinggi efektif balok pada daerah sambungan
3. Lendutan
Lendutan sebuah batang lentur disebabkan oleh beberapa faktor : gaya luar yang
bekerja, bentang, momen inersia, dan modulus elastisitas terkoreksi.Lendutan ijin
(konstr terlindung) = L/300
(konstr tak terlindung) = L/400
5. Perencanaan Tumpuan
Balok kayu pada bagian tumpuan atau pada lokasi dimana gaya luar bekerja
secara langsung menderita tegangan tekan tegak lurus serat (Gbr. 5), bidang
kontak antara balok dengan tumpuan atau dengan gaya-gaya luar harus
direncanakan sebagai berikut:
-
8/2/2019 Kelomok V (Autosaved)
22/31
Apabila panjang bidang tumpu (lb) dalam arah panjang komponen str 150 mm,
dan jarak ke bidang tumpu dari ujung kolom (la) > 75 mm, maka tahanan tekan
tegak lurus serat dapat dikalikan f.k bidang tumpu (Cb) sebesar
BALOK KOLOM
Komponen struktur seringkali menderita kombinasi beberapa macam gaya,
contohnya Balok Kolom.
Pada balok kolom, dua macam gaya bekerja bersamaan yaitu momen lentur dan
gaya aksial (tekan atau tarik).
1. Kombinasi momen lentur dengan gaya aksial tarik
Berdasarkan besarnya gaya tarik aksial, ada 2 kondisi :a. Seluruh penampang mengalami tarik
b. Kombinasi ; tekan (atas) dan tarik (bawah)
Pada sisi tarik (bawah) dari kondisi a dan b, perencanaan balok kolom harus
didasarkan pers (1) kemudian dapat digambarkan menjadi diagram berikut:
dengan:
Tu = Gaya tarik terfaktor
Mux = Momen lentur terfaktor
Ms = Tahanan lentur terkoreksi arah sb-x (Mx) dengan faktorstabilitas (CL) = 1,00.
t = 0,80
b = 0,85
T = Tahanan tarik terkoreksi
Perencanaan sisi tekan (atas) dari kondisi (b) harus didasarkan pada persamaan 2.
Komponen str tidak persegi panjang, faktor d/6 (d = tinggi komp str) diganti
dengan Sx/A1 (perbandingan modulus pnp terhadap sb kuat dan luas bruto).
2. Kombinasi momen lentur dengan gaya aksial tekan.
Balok kolom dengan beban merata pada arah lateral dan gaya tekan aksial
harus diperhitungkan terhadap pengaruh pembesaran momen lentur akibat
timbulnya defleksi lateral (P- effect).
Balok kolom harus direncanakan berdasar persamaan 3 berikut.
semua suku harus diambil positif.
-
8/2/2019 Kelomok V (Autosaved)
23/31
dengan:
Pu = gaya tekan aksial
P = tahanan tekan terkoreksi untuk tekuk terhadap sb lemah bila beban yang
bekerja adalah gaya tekan murni
Mmx = momen terfaktor termasuk pengaruh orde kedua
Mx = tahanan lentur terkoreksi dengan faktor koreksi (Cb) = 1,00.
c = 0,90
Bila tidak digunakan analisis orde kedua, maka momen terfaktor Mmx
ditentukan menggunakan metode pembesaran momen yang memperhitukan faktor
pembesaran terhadap momen orde pertama akibat beban terfaktor yang tidak
menimbulkan goyangan (Mbx) dan faktor pembesaran terhadap momen ordepertama akibat beban terfaktor yang menimbulkan goyangan (Msx).
Keterangan:
Bbx & Bsx = faktor pembesaran momen.
Jika komponen str dapat bergoyang (tanpa pengaku) = dihitung dengan persamaan
disamping
Komponen str yang tidak dapat bergoyang (dengan pengaku), Bsx = 0
dengan:
Pex = tahanan tekuk kritis terhadap sb kuat ( x x )
Pu = jumlah gaya aksial tekan terfaktor akibat gravitasi untuk seluruh kolom pada
satu tingkat yang ditinjau
Pex = jumlah tahanan tekuk kritis kolom bergoyang pada satu tingkat yang
ditinjau.
Koefisien Cmx ditent sebagai berikut :
a). Komponen str tekan yang:
- terkekang terhadap semua translasi pada sambungan-sambungannya
- terkekang terhadap rotasi pada kedua ujungnya
- tidak ada gaya transversal diantara kedua ujungnyamaka pada arah bidang lentur yang sedang ditinjau berlaku:
M1/M2 = perbandingan momen ujung terkecil terhadap momen ujung terbesar.
= bernilai negatif untuk kondisi kelengkungan tunggal.
b). Komponen str yang kedua ujungnya terkekang terhadap rotasi, Cm = 0,85
Komponen str yang kedua ujungnya tak terkekang terhadap rotasi, Cm = 1,00.
-
8/2/2019 Kelomok V (Autosaved)
24/31
DASAR-DASAR PERENCANAAN SAMBUNGAN KAYU
PENGENALAN ALAT SAMBUNG KAYU PERLUNYA SAMBUNGAN:
Memperpanjang batang kayu (alasan geometrik) : overlapping connection
Menggabungkan beberapa batang kayu pada buhul/joint.Beberapa hal yang
menyebabkan rendahnya kekuatan sambungan pada konstruksi kayu ( Awaludin,
2002):
1. Pengurangan luas tampang
2. Penyimpangan arah serat
3. Terbatasnya luas sambunganCiri-ciri alat sambung yang baik:
Pengurangan luas tampang relatif kecil atau bahkan nol.
Memiliki nilai banding antara kuat dukung sambungan dengan kuat ultimit batang
yang disambung yang tinggi.
Menunjukkan perilaku pelelehan sebelum mencapai keruntuhan (daktail)
Memiliki angka penyebaran panas rendah
Murah dan mudah dalam pemasangan
Jenis-jenis sambungan:
Menurut jumlah batang yang disambung:
Sambungan satu irisan, dua irisan, dan seterusnya.
Menurut sifat gaya yang bekerja:
sambungan desak, tarik, dan momen
Jenis-jenis alat sambung
Racher (1995), melakukan pengujian beberapa macam alat sambung yaitu
membandingkan kurva beban vs sesaran/slip seperti terlihat pada gambar berikut.
1. LemBila dibandingkan dengan alat sambung yang lain, lem termasuk alat sambung yang
bersifat getas.
Keruntuhan yang terjadi tanpa adanya peristiwa pelelehan.
Umumnya dipergunakan pada struktur balok susun, atau produk kayu laminasi.
2. Alat sambung mekanik (Mechanical connector).
Berdasarkan interaksi gaya-gaya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
a. Kelompok alat sambung yang kekuatannya berasal dari interaksi kuat lentur alat
sambung dengan kuat desak atau geser kayu (contoh; paku dan baut).
-
8/2/2019 Kelomok V (Autosaved)
25/31
b. Kelompok alat sambung yang kekuatannya ditentukan oleh luas bidang dukung
kayu yang disambungnya (contoh: pasak kayu Koubler, cincin belah, pelat geser,
spikes).
Paku
Sering dijumpai pada struktur dinding, lantai, dan rangka. Umumnya diameter paku
berkisar antara 2,75 mm sampai 8 mm dan panjangnya antara 40 mm sampai 200
mm. Agar terhindar dari pecahnya kayu, pemasangan paku dapat didahului dengan
lubang penuntun yang berdiameter 0,9D untuk kayu dengan Bj. di atas 0,6 dan
diameter 0,75D untuk kayu dengan Bj. di bawah atau sama dengan 0,6 (D =
diameter paku).
BautUmumnya terbuat dari baja lunak (mild steel) dengan kepala berbentuk hexagonal,
square, dome, atau flat seperti pada Gambar. Diameter baut berkisar sampai
dengan 1,25 . Untuk kemudahan pemasangan, lubang baut diberi kelonggaran 1
mm. Alat sambung baut biasanya dipergunakan pada sambungan dua irisan dengan
tebal minimum kayu samping 30 mm dan kayu tengah 40 mm dan dilengkapi cincin
penutup.
Timber connector
1. Pasak kayu Koubler.
- Berasal dari Jerman
- Terbuat dari kayu yang sangat keras, berbentuk silinder dengan diameter bagian
tengah lebih besar.
- Diameter relatif besar sekitar 10 cm dan tebal 5 cm.
2. Cincin belah (split ring).
- Terbuat dari besi dengan diameter 2,5 dan 4.
- Disebut cincin belah karena cincin ini tidak utuh sehinga mudah mengikuti
kembang susut kayu yang disambung.
3. Pelat geser (Shear plate).- Terbuat dari pressed steel dengan bentuk lingkaran.
- Ditempatkan pada masing-masing kayu yang disambung, shg pemindahan gaya
dilakukan sepenuhnya oleh baut
Gambar alat sambung pasak Koubler, cincin belah, dan pelat geser
4. Spike grids
- Alat ini sudah tidak diproduksi lagi.
- Terdiri dari tiga bentuk yaitu flat, single curve, dan circular.
-
8/2/2019 Kelomok V (Autosaved)
26/31
5. Toothed ring
- Terbuat dari lembaran besi berbentuk melingkar dengan permukaan dikedua
sisinya tajam atau runcing
6. Single atau double sides toothed plate.
- Umumnya berbentuk lingkaran dan segi empat dengan lubang di tengah (untuk
penempatan baut pengaku).
- Pada kelilingnya terdapat gigi berbentuk segi tiga.
- Diameter antara 38 mm sampai 165 mm.
- Mudah untuk kayu lunak, untuk kayu keras dibantu dengan palu/hammer.
- Contoh: kokot Buldog dan Geka.
3. Metal plate connectors
- Berkembang tahun 1960an saat ini.
- Umumnya terbuat dari pelat galvanise dengan tebal antara 0,9 mm sampai 2,5
mm.
- Contoh: punched plate, nail plate, joist hanger.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada sambungan.
1. Eksentrisitas
- Titik berat kelompok alat sambung harus terletak pada garis kerja gaya, jika tidak
akan timbul momen yang dapat menurunkan kekuatan sambungan
2. Sesaran/slip.
- Sesaran yang terjadi dapat dibagi 2 yaitu searan awal yang diakibatkan oleh
adanya lubang kelonggaran untuk mempermudah penempatan alat sambung.
Setelah sesaran awal terlampaui, maka sesaran berikut berupa gaya perlawanan
(tahanan lateral) dari alat sambung.
3. Mata kayu
- Adanya mata kayu dapat menurunkan kekuatan tarik dan tekan.
- Dapat dianggap sebagai pengurangan luas tampang kayu.
-
8/2/2019 Kelomok V (Autosaved)
27/31
ANALISIS SAMBUNGAN PAKU
I. Tahanan Lateral Acuan
Sambungan satu irisan dan dibebani tegak lurus sumbu alat pengencang dan
dipasang tegak lurus sumbu komponen struktur diambil sebagai nilai terkecil dari
persamaan yang dihitung sesuai Tabel 1 dan dikalikan dengan jumlah alat
pengencang (nf).
Sambungan dua irisan, diambil sebesar dua kali tahanan lateral acuan satu irisan
terkecil.
Nilai kuat tumpu kayu untuk beberapa nilai berat jenis dapat dilihat pada Tabel 2.Kuat lentur paku bulat dapat dilihat pada Tabel 3 (ASCE, 1997).
Dimensi paku yg meliputi diameter, panjang, dan angka kelangsingan, dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 1. Tahanan lateral acuan satu paku (Z) pada sambungan dengan satu irisan
yang menyambung dua komponen
Moda Kelelehan Persamaan yang berlaku
Is
IIIm
IIIs
IV
Catatan:
Re = Fem/Fes
p = kedalaman penetrasi efektif batang alat pengencang pada komponen
pemegang(lihat Gambar 20),
KD = 2,2 untuk D 4,3 mm,
= 0,38 D + 0,56 untuk 4,3 mm < D < 6,4 mm,
= 3,0 untuk D 6,4 mm.
II. Geometrik Sambungan Paku
Spasi dlm satu baris (a).
Pada semua arah garis kerja gaya terhadap arah serat kayu: spasi minimum antar
alat pengencang dalam satu baris diambil sebear 10 D bila digunakan pelat sisi dari
kayu dan minimal 7 D untuk pelat sisi dari baja.
Spasi antar baris (b).
Pada semua arah garis kerja gaya terhadap arah serat kayu, spasi minimum antar
baris adalah 5 D.
-
8/2/2019 Kelomok V (Autosaved)
28/31
Jarak ujung (c).
Jarak minimum dr ujung komponen str ke pusat alat pengencang terdekat diambil
sebagai berikut:
a. untuk beban tarik lateral: b. untuk beban tekan lateral:
- 15 D : pelat sisi dari kayu - 10 D : pelat sisi dari kayu
- 10 D : pelat sisi dari baja - 5 D : pelat sisi dari baja
Jarak tepi (jarak tepi dengan beban, d, dan jarak tepi tanpa beban, e).
Jarak minimum dari tepi komponen str ke pusat alat pengencang terdekat diambil
sebagai berikut:
- 5 D pada tepi yang tidak dibebani
- 10 D pada tepi yang dibebani
III. Faktor Koreksi Sambungan Paku
1. Kedalaman penetrasi (Cd).
Tahanan lateral acuan dikalikan dg faktor kedalaman penetrasi (p), sebagai berikut:
- p 12D , Cd = 1,00 - 6D p 12D , Cd = p/12D
- p 6D , Cd =
2. Serat ujung (Ceg).
Tahanan lateral acuan harus dikalikan dengan faktor serat ujung Ceg = 0,67, untuk
alat pengencang yang ditanam ke dalam serat ujung kayu.
Sambungan paku miring (Ctn).
Pada sambungan seperti ini, tahanan lateral acuan harus dikalikan dengan faktor
paku miring Ctn = 0,83.
4. Sambungan diafragma (Cdi).
Faktor koreksi ini hanya berlaku untuk sambungan rangka kayu dengan plywood
seperti pada str diafragma atau shear wall. Nilai faktor koreksi ini umumnya lebih
besar dari 1,00.
II. SAMBUNGAN TAKIKAN
Diperoleh dengan cara membuat takikan pada bagian pertemuan kayu.
Nama lain ; Sambungan gigi, termasuk sambungan tradisional dimana penyaluran
gaya tidak menggunakan alat sambung tetapi memanfaatkan luas bidang kontak.
Dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
-
8/2/2019 Kelomok V (Autosaved)
29/31
Sambungan gigi tunggal
Sambungan gigi majemuk/rangkap
Dalam perhitungan kekuatan sambungan gigi, gesekan antara kayu dengan kayu
harus diabaikan.
1. Sambungan Gigi Tunggal
Pada sambungan gigi tunggal, dalamnya gigi 1/3 h (h adalah tinggi
komponen str mendatar)
Panjang kayu muka (lm) ; 1,5 h lm 200 mm.
Pada bagian pertemuan (takikan), kayu diagonal harus dipotong menyiku dengan
sudut 900.
Gaya tekan terfaktor (Nu) dapat dihitung dengan persamaan:
Nu = gaya tekan terfaktor
= sudut antara komponen str diagonal terhadap komponen str mendatar.
v = faktor tahanan geser = 0,75.
= faktor waktu sesuai jenis pembebanan.
lm = panjang kayu muka.
b = lebar komponen str mendatar.
Fv = kuat geser sejajar serat terkoreksi.
em = eksentrisitas pada penampang netto akibat adanya coakan sambungan.
2. Sambungan Gigi Majemuk
Apabila gaya tekan terfaktor (Nu) melebihi kemampuan dukung sambungan gigi
tunggal, maka dapat dicoba sambungan gigi majemuk/rangkap spt gambar berikut.
Sambungan gigi majemuk juga disarankan untuk sudut sambungan melebihi 450.
Pada sambungan gigi majemuk terdapat dua gigi dan dua panjang muka yang
masing-masing diatur sebagai berikut:
dalamnya gigi pertama, tm1 30 mm
dalamnya gigi kedua, tm2 tm1 + 20 mm dan tm2 1/3 hpanjang kayu muka pertama, lm1 200 mm dan lm1 4 tm1
Dengan:
lm = panjang kayu muka rerata
lm1 = panjang kayu muka pertama
lm2 = panjang kayu muka kedua
em = eksentrisitas rerata pada pnp netto
em1 = eksentrisitas bagian kayu muka pertama
em2 = eksentrisitas bagian kayu muka kedua
Fm1 = luas bidang tumpu kayu pertama =
-
8/2/2019 Kelomok V (Autosaved)
30/31
Fm2 = luas bidang tumpu kayu kedua =
Namun pada umumnya dianjurkan memakai :
= 0.5 x 0.75b = 0.375b
Nilai ini dipakai untuk mengendalikan besarnya lendutan
Tentukan b dan d yang diperlukan
Rn = Mn / b.d2
Sehingga,
b.d2 = Mn / Rn
dimana :
Mn = Mu / 0.8
Rn = . fy ( 1 1/2 . m ) .. m = fy / ( 0.85 fc)
Catatan :
Rn = Koefisien tahanan balok (juga bisa disebut sebagai
koefisien kapasitas penampang)
Mn = Momen nominal
Mu = Momen ultimate akibat beban terfaktor
b = Lebar penampang *)
d = Tinggi efektif penampang *)
*) nilai b dan d , dicari dengan coba-coba (trial and error),
sekedar sebagai acuan, untuk balok yang ekonomis, nilai b =
1/2 d
dan nilai d = 0.9 h, dimana h = tinggi penampang balok
Pilih dimensi balok yang sesuai
http://lh4.ggpht.com/_vtLdSlNBOvQ/TbEnSB3e_gI/AAAAAAAABRk/iiHS2f590WU/s1600-h/a28.pnghttp://lh4.ggpht.com/_vtLdSlNBOvQ/TbEnSB3e_gI/AAAAAAAABRk/iiHS2f590WU/s1600-h/a28.png -
8/2/2019 Kelomok V (Autosaved)
31/31
ambil nilai b = 1/2 d
dan d = 0.9 h, dimana h = tinggi penampang baloksehingga h = d / (0.9)
Hitung Rn (koefisien kapasitas penampang) yang ada dengan
memperhitungkan berat sendiri balok
Rn = Mn / b.d2
dimana :
Mn = Mu / 0.8
Hitung rasio tulangan yang diperlukan
As = x b x d .(mm2)
bila diperlukan, kontrol agar dipenuhi syarat :
Mn Mu dimana = 0.80
http://lh5.ggpht.com/_vtLdSlNBOvQ/TbEnUglp0rI/AAAAAAAABRs/bxbETF9aVBg/s1600-h/a551.png