kel. 6 makalah tabulampot siap

Download Kel. 6 Makalah Tabulampot Siap

If you can't read please download the document

Upload: awaludinhastokuncoro

Post on 01-Feb-2016

245 views

Category:

Documents


147 download

DESCRIPTION

Tugas Makalah

TRANSCRIPT

MAKALAH TABULAMPOTBAHAN TANAM TABULAMPOTDisusun oleh:Mayang Fikra(H3313033)Nadia Isna Y. (H3313036)Satriyo Ikhsan(H3313052)Sigit Santoso(H3313053)PROGRAM STUDI D-III AGRIBISNIS MINAT HORTIKULTURA DAN ARSITEKTUR PERTAMANANFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS SEBELAS MARETSURAKARTA2015LATAR BELAKANGMenanam tanaman buah dalam pot sudah lama dilakukan orang sejak dahulu. Hanya saja, dahulu orang memindahkan tanaman yang telah besar ke lahan terbuka, berbeda dengan saat ini dimana tanaman terus dipelihara di dalam pot. Tabulampot menjadi tren karena kini dianggap indah dan memiliki prospek bisnis yang menjanjikan. Tabulampot bisa menjadi solusi bagi yang ingin berkebun di lahan sempit. Terutama pada kawasan perumahan yang mempunyai luas lahan yang minim. Dengan memanfaatkan lahan yang tidak luas, beberapa jenis tanaman bisa ditempatkan dalam lokasi yang berdekatan. Selain itu, hampir semua jenis tanaman buah-buahan bisa ditanam dalam tabulampot. Seperti sawo, mangga, rambutan, jeruk, belimbing, kedondong, jambu air, nangka, salak, dan lainnya. Hampir semua, bisa kecuali durian. Sebab, akar durian tidak fleksibel seperti tanaman lain. Mediumnya pun bermacam-macam. Tanah merupakan medium dasar yang biasa digunakan, untuk campurannya dapat memanfaatkan arang sekam atau komponen lain dengan tujuan memperbaiki sifat medium. Untuk wadah yang digunakan sebagai pot dapat memanfaatkan kaleng bekas cat, drum dan wadah-wadah yang sekiranya memungkinkan untuk dijadikan sebagai pot. Bila sudah tumbuh besar, tabulampot bisa dipindah ke tempat lain yang lebih besar. Rasa buahnya juga tidak berbeda dari tanaman biasa. Merawatnya juga tidak jauh berbeda dari tanaman biasa yang memerlukan air, pupuk, penggemburan, penyemprotan hama, dan sanitasi lingkungan.Bahan tanam merupakan masukan hidup di dalam proses budidaya tanaman, yaitu bagian tanaman yang hidup dan yang akan ditanam. Sehingga bagian tanaman tersebut dapat untuk memulai atau mengawali proses budidaya tanaman. Bahan tanam yang nantinya akan di budidayakan juga harus diperhatikan karena mempengaruhi hasil mutu yang akan dihasilkan nanti. Bahan tanam pada tabulampot perlu diperhatikan dengan seksama. Secara umum, bahan tanam terbagi menjadi dua, yaitu bahan tanam generatif atau menggunakan biji dan bahan tanam vegetatif yang berupa hasil stek, cangkok, dan lain-lain. Pada budidaya tanaman buah dalam pot, bahan tanam yang biasa digunakan adalah bahan tanam vegetatif. Bahan tanam vegetatif banyak digunakan karena lebih cepat berbuah, perawakan tanaman yang tidak terlalu besar sehingga dapat ditampung pada pot, dan memiliki sifat sama dengan induknya.TINJAUAN PUSTAKABudidaya tabulampot, tidak hanya sekedar berbudidaya tanaman seperti pada umumnya. Namun, perlu pengembangan teknologi maju. Untuk itu, para pakar dan praktisi lapangan dituntut untuk mampu merekayasa teknik tabulampot yang efisien dan tepat guna. Soalnya banyak komponen teknologi yang harus diperhatikan dan diaplikasikan. Tujuannya, agar tabulampot berbentuk bagus, pendek, serasi, sehat, mampu berbunga dan berbuah sesuai dengan keinginan. Melakukan budidaya tabulampot perlu diimbangi dengan pemilihan atau penggunaan bibit varietas unggul sebagai bahan pertanaman. Mutu bibitnya ditentukan oleh faktor genetik (pohon induk unggul) dan lingkungan (ketinggian tempat, curah hujan, kesuburan tanah) (BPTP Sumatera Barat, 2007).Persiapan bahan tanam dapat dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan persiapan dan pengolahan lahan. Bahkan pada beberapa jenis tanaman baik tanaman sayuran, buah-buahan maupun obat-obatan dibutuhkan waktu lebih lama untuk mempersiapkan bahan tanam karena pembibitan harus melalui beberapa tahapan. Perbanyakan tanaman dapat dilakukan secara generatif yaitu dengan biji dan secara vegetatif yaitu dengan cara stek, cangkok, okulasi, runduk, dan kultur jaringan. Sistem perbanyakan tanaman yang akan digunakan tergantung dari jenis tanaman, keterampilan pekerja, waktu yang dibutuhkan, dan biaya(Chaeruddin 2000).Budidaya tanaman buah dalam pot (tabulampot) merupakan salah satu solusi bagi para pecinta tanaman di perkotaan yang notabene memiliki lahan yang sempit untuk dapat digunakan sebagai lahan pertanaman. Dari segi perawatan, tabulampot tidak tergolong sulit. Sama halnya dengan tanaman tanpa media pot, harus dipupuk dan diberi air. Menumbuhkan tanaman buah dalam pot yang dapat tumbuh secara baik batang dan daun sangat mudah dan hampir semua orang bisa melakukannya (BPTP Sumatera Barat, 2007). Pengembangan tabulampot dapat dilakukan dengan biji atau benih (generatif) dan dengan stek atau cangkok (vegetatif). Pengembangan secara generatif paling sering dilakukan, karena cepat menghasilkan bibit dalam jumlah banyak. Sedangkan cara vegetatif jarang dilakukan, karena untuk mendapatkan bibit membutuhkan waktu yang cukup lama dan jumlah bibit yang diperoleh sedikit. Untuk mendapatkan bibit yang unggul dapat dilakukan melalui okulasi dan penyusunan (Husnalita 2005).Kriteria benih yang baik, yaitu benih berasal dari buah yang normal bentuknya, sehat dan cukup tua (masak atau matang dipohon). Cara pengambilan benih dilakukan dengan pisau atau dipukul dengan alat pemukul sampai terbelah. Dapat pula dengan memotong buah secara membujur. Pemotongan dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak benih, kemudian benih dikeluarkan atau diambil.untuk mendapatkan benih yang baik hanya diambil biji-bijinya yang ada pada bagian poros atau tengah-tengah buah (Marsono 2004).Bentuk tanaman sebagai manifestasi pertumbuhan tanaman menjadi lebih ideal dan seimbang, baik pertumbuhan ke arah atas maupun ke arah samping. Kesehatan tanaman secara keseluruhan juga sangat dipengaruhi oleh bentuk tanamannya. Banyak dahan dan ranting yang tumbuh tidak teratur dan bersilangan di bagian tengah tanaman dengan daun-daun yang umumnya tidak terkena sinar matahari secara langsung (Dahlia. 2001).Daun-daun yang tidak terkena sinar matahari secara langsung, lebih bersifat parasit bagi tanaman secara keseluruhan karena tidak melakukan proses fotosintesis namun tetap mendapatkan fotosintat (hasil fotosintesis) dari daun-daun di bagian terluar yang terkena sinar matahari langsung. Itu sebabnya, banyak tanaman yang secara keseluruhan tumbuh dengan lebat, daunnya rimbun dengan warna daun yang hijau pekat, namun teramat sangat jarang memunculkan bunga/buah (BPTP Sumatera Barat, 2007).PEMBAHASANBahan tanam merupakan bagian tanaman yang digunakan untuk memulai atau mengawali proses budidaya tanaman. Bahan tanam adalah bahan yang dipergunakan untuk produksi dapat berupa hasil perbanyakan secara vegetatif maupun generatif atau dikenal dengan istilah bibit dan benih. Benih adalah biji yang dipergunakan untuk keperluan budidaya tanaman atau untuk ditanam. Benih adalah bahan tanam dari organ generatif atau perbanyakan secara generatif. Bibit adalah bahan tanaman secara vegetatif baik itu berupa bagian tanaman, bagian-bagian khusus atau tanaman utuh. Contoh bibit diantaranya adalah cangkok, stek dan sambung. Perkembangbiakan merupakan kemampuan menghasilkan keturunan atau individu baru dengan tujuan melestarikan dan memperbanyak jenis. Bagi tumbuhan memiliki dua cara perkembangbiakan yaitu secara vegetatif (alami) dan generatif (kawin).Bahan Tanam GeneratifPada budidaya tanaman secara generatif dilakukan dengan menggunakan biji. Cara perbanyakan ini biasanya dilakukan pada tanaman yang menghasilkan biji. Benih adalah biji yang dipersiapkan untuk tanaman yang telah melalui proses seleksi sehingga diharapkan dapat mencapai proses tumbuh yang besar. Bahan tanam secara generatif mempunyai keuntungan serta kerugian. Keuntunganya yaitu biaya murah, dapat menyediakan dalam jumlah banyak, dan tahan terhadap penyakit. Sedangkan kerugian yang didapat adalah waktu dalam budidaya relatif lama, dan hasil nya tidak sama dengan induknya. Benih yang memiliki mutu baik sangatlah diperlukan oleh petani maupun penangkar benih. Agar petani maupun penangkar benih tidak merasa dirugikan serta mereka memiliki jaminan kualitas atas benih yang digunakannya, maka anjuran menggunakan benih bersertifikat sangatlah penting. Benih yang baik adalah mutlak bagi keberhasilan sistem produksi segala tanaman dan khususnya untuk buah, yang kualitas serta keseragaman hasilnya sangat penting dalam pemasaranya. Maka dalam mengusahakan suatu tanaman hal pertama yang perlu dilakukan adalah pemilihan benih. Penggunaan benih bermutu mengurangi jumlah pemakaian benih dan tanam ulang serta memiliki daya kecambah dan tumbuh yang tinggi sehingga pertanaman tumbuh seragam. Karena dengan menggunakan benih yang bermutu dan sehat akan mendukung pola pertumbuhan dari tanaman tersebut. Pertumbuhan benih yang baik pada awal tanam dapat mengurangi masalah gulma dan dapat meningkatkan daya tahan terhadap serangan dari hama atau penyakit. Kombinasi faktor ini dapat memberikan tambahan hasil panen antara 5-20%. Benih yang digunakan benar-benar berasal dari benih yang baik. Benih yang baik harus melalui persyaratan yang tertentu, antara lain mempunyai daya tumbuh minimal 80% penuh , penuh disini berarti tidak mempunyai suatu kekurangan, warna mengkilat, tidak bernoda coklat terutama pada mata bijinya, bebas dari hama dan penyakit, seragam, tidak tercampur dengan varietas lain, serta bersih dari kotoran. Selain itu pula mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi tinggi. Kita sebenarnya tidak sulit untuk mencari benih yang mempunyai mutu bagus, dengan mendatangi balai pertanian ataupun dengan membeli di toko pertanian, benih tersebut pasti mempunyai sertifikat yang resmi dan berlabel.Menurut Sutopo (2010), benih dengan mutu tinggi sangat diperlukan karena merupakan salah satu sarana untuk dapat menghasilkan tanaman yang berproduksi maksimal. Mutu benih mencakup pengertian: (1) Mutu genetik yaitu penampilan benih murni dari spesies atau varietas tertentu yang menunjukkan identitas genetik dari tanaman induknya, mulai dari benih penjenis, benih dasar, benih pokok sampai benih sebar. (2) Mutu fisiologis yaitu menampilkan kemampuan daya hidup atau viabilitas benih yang mencakup daya kecambah dan kekuatan tumbuh benih. Serta (3) Mutu fisik merupakan penampilan benih secara prima bila dilihat secara fisik, antara lain dari ukuran dan homogen, bernas, bersih dari campuran benih lain, biji gulma dan dari berbagai kontaminan lainnya, serta kemasan yang menarik.Ciri fisik dari benih yang bermutu adalah:Bentuk, ukuran dan warnanya seragam. Benih yang baik selalu sama bentuknya. Kalau bentuk benih itu seharusnya bulat, semuanya bulat (tidak ada yang pipih atau lonjong). Itulah benih yang baik. Demikian pula kalau bentuknya seharusnya pipih, maka semuanya juga harus pipih. Ukuran dan warna juga harus seragam. Tidak ada yang lebih besar atau lebih kecil. Tidak ada yang berwarna aneh, kalau bibit berwarna kuning semua harus kuning, tak ada yang putih.Permukaan kulit benih harus bersih dan mengkilat. Tidak ada yang kotor atau keriput. Benih yang keriput pertanda dipetik pada saat buah belum cukup umur.Tidak tercampur dengan benih hampa dan macam-macam kotoran, seperti tanah, sisa kulit, biji rumput, dan sebagainya.Kadar air cukup rendah dan benih sudah mengalami masa istirahat yang cukup, namun masih juga belum mengalami masa simpan terlalu lama sampai kadaluwarsa.Bahan Tanam VegetatifCangkokTehnik perbanyakan vegetatif dengan cara pelukaan atau pengeratan cabang pohon induk dan dibungkus media tanam untuk merangsang terbentuknya akar. Pada tehnik ini tidak dikenal istilah batang bawah dan batang atas.Tehnik ini relatif sudah lama dikenal oleh petani dan tingkat keberhasilannya lebih tinggi, karena pada cara mencangkok akar tumbuh ketika masih berada di pohon induk. Cangkok sangat cocok dilakukan pada tanaman buah-buahan yang batangnya berkayu, seperti mangga, jeruk, jambu biji, belimbing manis, lengkeng (Prastowo, 2006)Pencangkokan dilakukan dengan cara menyayat dan mengupas kulit sekeliling batang, lebar sayatan tergantung dengan jenis tanaman yang dicangkok. Penyayatan dilakukan sedemikian rupa sehingga lapisan kambiumnya dapat dihilangkan (dengan cara dikikis). Setelah luka yang dibuat cukup kering, Rootone-F diberikan sebagai perlakuan agar bahan cangkokan cepat berakar. Media yang digunakan terdiri dari tanah dan kompos kemudian dibalut dengan sabut kelapa atau plastik. Bila batang diatas sayatan telah menghasilkan sistem perakaran yang bagus, batang dapat dipotong dan bisa langsung dipindah tanamkan. Menurut Rochiman dan Harjadi (1973), hal yang perlu di perhatikan dalam pencangkokan tanaman adalah waktu mencangkok, sebaiknya dilakukan pada musim hujan agar tidak melakukan penyiraman berulang-ulang. Memilih batang cangkok, pohon induk yang digunakan adalah yang umumnya tidak terlalu tua atau terlalu muda, sehat, kuat dan subur serta banyak dan baik buahnya. Pemeliharaan cangkokan, pemeliharan sudah dikatakan cukup apabila media cangkokan cukup lembab sepanjang waktu.Menurut Kalie (1994) keunggulan cangkokadalah mudah dilakukan, dan tingkat keberhasilannya tinggi. Selain itu, tanaman yang dihasilkan dapat mewarisi 100% sifat pohon induknya. Namun, tanaman hasil cangkok memiliki kelemahan, yaitu percabangannya tidak lebat dan tidak kompak, serta prosuktivitas buahnya terbatas. Selain itu, tanaman hasil cangkok tidak memilki system perakaran yang kuat karena tidak memiliki akar tunggang, dan serabut-serabut akarnya juga tidak rimbun. Akibatnya, tanaman mudah roboh saat tertiup angin kencang, dan tidak kuat menghadapi kekeringan saat musim kemarau.SetekSetek berasal dari kata stuk (bahasa Belanda) dan cottage (bahasa Inggris) yang artinya potongan. Setek (cutting atau stuk) atau potongan adalah menumbuhkan bagian atau potongan tanaman, sehingga menjadi tanaman baru. Keuntungan bibit dari setek adalah tanaman buah-buahan tersebut akan mempunyai sifat yang persis sama dengan induknya, terutama dalam hal bentuk buah, ukuran, warna dan rasanya, tanaman asal setek ini bisa ditanam pada tempat yang permukaan air tanahnya dangkal, karena tanaman asal setek tidak mempunyai akar tunggang, perbanyakan tanaman buah dengan setek merupakan cara perbanyakan yang praktis dan mudah dilakukan, setek dapat dikerjakan dengan cepat, murah, mudah dan tidak memerlukan teknik khusus seperti pada cara cangkok dan okulasi. Kerugian bibit dari setek adalah perakaran dangkal dan tidak ada akar tunggang, saat terjadi angin kencang tanaman menjadi mudah roboh, apabila musim kemarau panjang, tanaman menjadi tidak tahan kekeringan.Ada beberapa Teknik dalam metode setek pada tanaman buah diantaranya Setek batangStek batang dilakukan dengan cara diambil dari batang atau cabang pohon induk. Pada setek batang tunas keluar dari mata tunas. Beberapa tanaman yang bisa di perbanyak dengan teknik ini diantaranya kedondong, jambu air, jeruk.Setek akarCara penyetekan ini menggunakan bagian akar sebagai sarana perbanyakan tanaman. Umumnya bahan stek akar yang diambil adalah akar sekunder yang terbuka dan telah menumbuhkan tunas baru serta potongan akar sekunder. Cara yang dilakukan adalah dengan menggali dan memotong bagian akar sekunder. Apabila bahan stek yang diambil berasal dari bagian akar yang telah menumbuhkan tunas yaitu dengan cara menggali tanah sekitar tegakan,setelah terubusan akar terlihat baru dilakukan pemotongan bagian akar dengan menyisakan sebagian akar dan sebagian akar, sehingga berbentuk stump yang siap ditanam dalam polybag.Menurut Prastowo (2006) pada setek akar tunas keluar dari bagian akar yang mula-mula berbentuk seperti bintil. Bisa juga dari bekas potongannya yang mula-mula membentuk kalus, dari kalus ini berubah menjadi tunas atau akar. Ada beberapa jenis tanaman buah yang dapat diperbanyak dengan cara setek akar, antara lain jambu biji, jeruk dan kesemek.PenyambunganPenyambungan (grafting) adalah penggabungan dua bagian tanaman yang berlainan sedemikian rupa sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh dan tumbuh sebagai satu tanaman setelah terjadi regenerasi jaringan pada bekas luka sambungan atau tautannya. Bagian bawah (yang mempunyai perakaran) yang menerima sambungan disebut batang bawah (rootstock atau understock) atau sering disebut stock. Bagian tanaman yang disambungkan atau disebut batang atas (scion) dan merupakan sepotong batang yang mempunyai lebih dari satu mata tunas (entres), baik itu berupa tunas pucuk atau tunas samping. Menurut Indriyani (2010) Batang bawah berperan dalam sistem perakaran, sedangkan batang atas berperan dalam produksi dan mutu.Pemilihan batang bawah didasarkan atas pertumbuhan tanaman yang vigor dan subur dengan kompatibilitas yang baik dengan batang atasnya, menghasilkan tanaman dengan pembungaan yang teratur dan tahan terhadap kondisi dingin, kering, serta hama dan penyakit.Manfaat sambungan pada tanaman diantaranya yaitu untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas hasil tanaman, dihasilkan gabungan tanaman baru yang mempunyai keunggulan dari segi perakaran dan produksinya. Selain itu, penyambungan juga bermanfaat untuk Peremajaan tanpa menebang pohon tua, sehingga tidak memerlukan bibit baru dan menghemat biaya eksploitasi. Menurut Ashari (1995) banyak jenis tanaman yang sukar untuk diperbanyak dengan cara seperti stek, rundukan, pemisahan ataupun dengan cangkok tetapi mudah dilakukan penyambungan misalnya pada belimbing, mangga, manggis, jeruk, dan durian.Penyambungan (grafting)dilakukan dengan menyisipkan batang atas ke batang bawah. Berbeda dengan okulasi yang hanya menggunakan satu mata tunas sebagai calon batang atasnya, grafting menggunakan seluruh bagian pucuk tanaman sepanjang 7,5-10 cm (Redaksi AgroMedia, 2007). Penyambungan ditinjau dari bagian batang bawah yang disambung dengan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu Sambung pucuk (top grafting) dan Sambung samping (side grafting). Sambung pucuk merupakan cara penyambungan batang atas pada bagian atas atau pucuk dari batang bawah. Sambung samping merupakan cara penyambungan batang atas pada bagian samping batang bawah.OkulasiPenempelan atau okulasi (budding) adalah penggabungan dua bagian tanaman yang berlainan sedemikian rupa sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh dan tumbuh sebagai satu tanaman setelah terjadi regenerasi jaringan pada bekas luka sambungan atau tautannya. Bagian bawah (yang mempunyai perakaran) yang menerima sambungan disebut batang bawah (rootstock atau understock) atau sering disebut stock. Bagian tanaman yang ditempelkan atau disebut batang atas, entres (scion) dan merupakan potongan satu mata tunas (entres).Okulasi berasal dari bahasa Belanda oculatie yang artinya menempel. Sebelum melakukan okulasi, disiapkan perlengkapan berupa pisau sayat, silet atau pisau cutter, dan pita plastic atau tali raffia untuk mengikat bidang okulasi. Disiapkan juga calon batang bawah dan batang atasnya. Calon batang bawah harus dipilih yang kondisinya sehat, pertumbuhannya baik, cukup umur, batang utamanya telah berwarna kecokelatan serta mulai berkayu. Sementara itu, entres berupa mata tunas untuk calon batang atas diambil dari induk yang sehat, kualitas buahnya baik, serta dipilih dari cabang atau ranting yang masih muda, tidak terserang hama penyakit, dan berwarna hijau kelabu atau kecokelatan (Redaksi AgroMedia, 2007).Beberapa kelebihan dari okulasi yaitu diantaranya dengan cara di okulasi dapat diperoleh tanaman yang dengan produktifitas yang tinggi, pertumbuhan tanaman yang seragam dan penyiapan benih relatif singkat. Kelemahan dari okulasi yaitu diantaranya terkadang suatu tanaman hasil okulasi ada yang kurang normal terjadi karena tidak adanya keserasian antara batang bawah dengan batang atas (entres), perlu menggunakan tenaga ahli untuk pengokulasian ini dan bila salah satu syarat dalam kegiatan pengokulasian tidak terpenuhi kemngkinan gagal atau mata entres tidak tumbuh sangat besar. KESIMPULANDari pembahasan dan kajian pustaka yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan dari makalah ini. Kesimpulan yang dapat diambil antara lain:Tabulampot adalah sistem budidaya buah yang dilakukan pada lahan terbatas, khususnya pada pot yang terbuat dari drum, kaleng, dan bahan-bahan lain. Teknis budidaya tabulampot sendiri pada dasarnya tidak terlalu berbeda dengan teknis budidaya tanaman buah konvensional, hanya saja perlu perhatian dan kecermatan lebih, terutama mengenai bahan tanam.Bahan tanam perlu diperhatikan mengingat perannya sebagai input produksi yang penting pada budidaya tabulampot dan memberikan pengaruh yang berarti terhadap potensi hasil tabulampot. Bahan tanam yang berkualitas baik akan menghasilkan tanaman tabulampot unggul, sedangkan bahan tanam yang kurang baik akan menghasilkan tanaman yang tidak sesuai dengan harapan, seperti halnya rentan terhadap penyakit, produktivitas rendah, dan sifat hasil yang tidak baik.Secara umum, bahan tanam dibedakan menjadi dua, yang pertama adalah bahan tanam generatif. Bahan tanam ini jarang digunakan sebagai bahan tanam tabulampot karena membutuhkan waktu yang lama untuk berbuah, perawakan cenderung tinggi sehingga menyulitkan untuk ditanam pada pot, dan sifat hasil yang tidak sama dengan induknya. Bahan tanam jenis kedua adalah bahan tanam vegetatif. Bahan tanam ini sering digunakan pada budidaya tabulampot, karena sifatnya yang bertolakbelakang dengan sifat bahan tanam generatif. Akan tetapi, untuk menyediakan bahan tanam vegetatif tidaklah semudah menyediakan bahan tanam generatif. Bahan tanam vegetatif yang diambil secara tidak terkendali dari induknya akan menyebabkan kerusakan pada induknya. DAFTAR PUSTAKAAshari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia : JakartaBPTP Sumatera Barat, 2007, Budidaya Tabulampot. Sumatera BaratChaeruddin 2000. . Budidaya Tanaman Hortikultura. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Bogor. Jurnal Litbang Pertanian.Dahlia. 2001. Praktikum Fisiologi Tumbuhan. UM Press: Malang.Husnalita 2005. Perkembangan Tabulampot. Kanisius. Jogyakarta.Indriyani, N. 2010. Evaluasi Pertumbuhan Dua Spesies Annona Pada Fase Bibit. Seminar Nasional Program dan Strategi Pengembangan Buah Nusantara: Solok.Kalie, M.B. 1994. Budi Daya Rambutan Varietas Unggul. Kanisius : Yogyakarta. Marsono. 2004. Tabulampot Kakao Solusi Berkebun di Lahan Sempit. Republika edisi Rabu 06 Oktober, Jakarta.Prastowo N, J.M. Roshetko. 2006.Tehnik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Buah.World Agroforestry Centre (ICRAF) dan Winrock International : Bogor.Redaksi AgroMedia. 2007. Kunci Sukses Memperbanyak Tanaman. Agromedia Pustaka : Jakarta.Rochiman, K. Dan Harjadi, S. S. 1973. Pembiakan Vegetatif. Departemen Agronomi Fakultas Pertanian IPB : Bogor.Sutopo, L. 2010. Teknologi Benih (Edisi Revisi Fakultas Pertanian UNIBRAW). PT Raja Grafindo Persada : Jakarta.