makalah siap

50
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata “dermatitis” berarti adanya inflamasi pada kulit. Ekzema merupakan bentuk khusus dari dermatitis. Beberapa ahli menggunakan kata ekzema untuk menjelaskan inflamasi yang dicetuskan dari dalam pada kulit. Prevalensi dari semua bentuk ekzema adalah 4,66%, termasuk dermatitis atopik 0,69%, eczema numular 0,17%, dan dermatitis seboroik 2,32% yang menyerang 2% hingga 5% dari penduduk. Seborrhea biasa disebut dengan Dermatitis seboroik (DS) atau Seborrheic eczema merupakan penyakit yang umum, kronik, dan merupakan inflamasi superfisial dari kulit, ditandai oleh pruritus, berminyak, bercak merah dengan berbagai ukuran dan bentuk yang menutup daerah inflamasi pada kulit kepala, muka, dan telinga. Daerah lain yang jarang terkena, seperti daerah presternal dada. Beberapa tahun ini telah didapatkan data bahwa sekurang– kurangnya 50% pasien HIV terkena dematitis seboroik. Ketombe berhubungan juga dermatitis seboroik, tetapi tidak separah dermatitis seboroik. Ada juga yang menganggap dermatitis seboroik sama dengan ketombe. DS adalah dermatosis papuloskuamosa kronik yang biasanya mudah ditemukan pada tempat-tempat seboroik. Penyakit ini dapat menyerang anak-anak 1

Upload: yuiche

Post on 09-Jul-2016

274 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH SIAP

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kata “dermatitis” berarti adanya inflamasi pada kulit. Ekzema

merupakan bentuk khusus dari dermatitis. Beberapa ahli menggunakan kata

ekzema untuk menjelaskan inflamasi yang dicetuskan dari dalam pada kulit.

Prevalensi dari semua bentuk ekzema adalah 4,66%, termasuk dermatitis

atopik 0,69%, eczema numular 0,17%, dan dermatitis seboroik 2,32% yang

menyerang 2% hingga 5% dari penduduk.

Seborrhea biasa disebut dengan Dermatitis seboroik (DS) atau

Seborrheic eczema merupakan penyakit yang umum, kronik, dan merupakan

inflamasi superfisial dari kulit, ditandai oleh pruritus, berminyak, bercak

merah dengan berbagai ukuran dan bentuk yang menutup daerah inflamasi

pada kulit kepala, muka, dan telinga. Daerah lain yang jarang terkena, seperti

daerah presternal dada. Beberapa tahun ini telah didapatkan data bahwa

sekurang–kurangnya 50% pasien HIV terkena dematitis seboroik. Ketombe

berhubungan juga dermatitis seboroik, tetapi tidak separah dermatitis

seboroik. Ada juga yang menganggap dermatitis seboroik sama dengan

ketombe.

DS adalah dermatosis papuloskuamosa kronik yang biasanya mudah

ditemukan pada tempat-tempat seboroik. Penyakit ini dapat menyerang anak-

anak paling sering pada usia di bawah 6 bulan maupun dewasa. DS dikaitkan

dengan peningkatan produksi sebum pada kulit kepala dan folikel sebasea

terutama pada daerah wajah dan badan. Jamur Pityrosporum ovale

kemungkinan merupakan faktor penyebab. Banyak percobaan telah dilakukan

untuk menghubungkan penyakit ini dengan mikroorganisme tersebut yang

juga merupakan flora normal kulit manusia. Pertumbuhan P. Ovale yang

berlebihan dapat mengakibatkan reaksi inflamasi, baik akibat produk

metaboliknya yang masuk ke dalam epidermis maupun karena jamur itu

sendiri melalui aktivasi sel limfosit T dan sel Langerhans. Akan tetapi, faktor

genetik dan lingkungan diperkirakan juga dapat mempengaruhi onset dan

derajat penyakit.

1

Page 2: MAKALAH SIAP

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk membuat

makalah yang berjudul “Makalah Asuhan Keperawatan Pada klien dengan

Dermatitis Seborrhea”.

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana konsep penyakit pada klien dengan Dermatitis Seborrhea?

b. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada klien dengan Dermatitis

Seborrhea?

1.3 Tujuan

1. Tujuan Umum :

Untuk mendukung kegiatan belajar mengajar jurusan keperawatan

khususnya di mata kuliah keperawatan Sistem Integumen dengan bahan ajar

konsep asuhan keperawatan pada klien dengan Dermatitis Seborrhea.

2. Tujuan Khusus :

Untuk memahami konsep dasar penyakit seperti :

a. Anatomi Fisiologi Kulit.

b. Definisi dari Dermatitis Seborrhea.

c. Etiologi Dermatitis Seborrhea.

d. Epidemiologi Dermatitis Seborrhea.

e. Patofisiologi Dermatitis Seborrhea.

f. Manifestasi Klinis Dermatitis Seborrhea.

g. Pemeriksaan Penunjang Dermatitis Seborrhea.

h. Penatalaksanaan Dermatitis Seborrhea.

i. Komplikasi Dermatitis Seborrhea.

j. Pencegahan Dermatitis Seborrhea.

k. Prognosis Dermatitis Seborrhea.

l. Konsep Asuhan Keperawatan pada klien Dermatitis Seborrhea.

2

Page 3: MAKALAH SIAP

1.4 Manfaat

Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa dapat dapat

menambah wawasan dan informasi dalam penanganan pasien dengan

dermatitis seborea dan mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan pada

pasien dengan dermatitis seborea secara tepat dan benar, serta mampu

mengimplementasikannya dalam proses keperawatan.

3

Page 4: MAKALAH SIAP

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit

Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia yang

membungkus otot-otot dan organ dalam. Kulit berfungsi melindungi tubuh

dari trauma dan merupakan benteng pertahanan terhadap bakteri, kehilangan

panas, dan penyimpanan panas diatur melalui vasodilatasi pembuluh-

pembuluh darah kulit atau sekresi kelenjar keringat. Organ-organ adneksa

kulit seperti kuku dan rambut telah diketahui mempunyai nilai-nilai kosmetik.

Kulit juga merupakan sensasi raba, tekan, suhu, nyeri, dan nikmat berkat

jalinan ujung-ujung saraf yang saling bertautan. Secara mikroskopis kulit

terdiri dari tiga lapisan: pidermis, dermis, dan lemak subkutan. Epidermis

merupakan bagian terluar dari kulit dibagi menjadi dua lapisan utama yaitu

stratum korneum dan stratum malfigi. Dermis terletak tepat di bawah

pidermis, dan terdiri dari serabut-serabut kolagen, elastin, dan retikulin yang

tertanam dalam substansi dasar. Matriks kulit mengandung pembuluh-

pembuluh darah dan saraf yang menyokong dan memberi nutrisi pada

epidermis yang sedang tumbuh. Juga terdapat limfosit, histiosit, dan leukosit

yang melindungi tubuh dari infeksi dan invasi benda-benda asing. Di bawah

dermis terdapat lapisan lemak subcutan yang merupakan bantalan untuk kulit,

isolasi untuk pertahankan suhu tubuh dan tempat penyimpanan energi.

Kulit menutupi dan melindungi permukaan tubuh, serta bersambungan

dengan selaput lendir yang melapisi rongga – rongga dan lubang – lubang

masuk. Kulit yang di dalamnya terdapat ujung saraf peraba mempunyai

banyak fungsi antara lain membantu mengatur suhu dan mengendalikan

hilangnya air dari tubuh dan mempunyai sedikit kemampuan ekskretori,

sekretori, dan absorsi.

4

Page 5: MAKALAH SIAP

Kulit dibagi menjadi dua lapisan yaitu epidermis (kutikula) dan

dermis (korium). Epidermis tersusun atas epitelium berlapis dan terdiri atas

sejumlah bagian sel yang tersusun atas dua lapis yang jelas tampak, selapis

lapisan tanduk dan selapis zona germinalis. Sedangkan dermis (korium)

tersusun atas jaringan fibrus dan jaringan ikat yang elastis. Pada permukaan

dermis tersusun papil – papil kecil yang berisi ranting – ranting pemuluh

darah kapiler.

Pelengkap kulit meliputi rambut, kuku, dan kelenjar sebaseus yang

dianggap seagai tambahan pada kulit. Rambut dan kuku adalah sel apidermis

yang berubah. Rambut tubuh dan folikel rambut merupakan lekukan jeluk di

dalam epidermis. Kuku adalah kulit yang telah berubah.

Fungsi kulit yaitu sebagai organ pengatur panas. Suhu tubuh

seseorang adalah tetap, meskipun terjadi perubahan suhu lingkungan. Hal ini

dipertahankan karena penyesuaian antara panas yang hilang dan panas yang

dihasilkan diatur oleh pusat pengatus panas. Pusat ini segera menyadari bila

ada perubahan pada panas tubuh, karena suhu darah yang mengalir melalui

medula oblongata.

Fungsi kulit sebagai indra peraba. Rasa sentuhan yang disebabkan

rangsangan pada ujung saraf di dalam kulit berbeda-beda menurut ujung saraf

yang dirangsang. Di dalam kulit terdapat tempat-tempat tertentu yaitu tempat

perabaan misalnya sensitif atau peka terhadap dingin, panas, dan rasa sakit.

Kulit sebagai tempat penyimpanan. Kulit dan jaringan dibawahnya

bekerja sebagai tempat penyimpanan air, jaringan adiposa di bawah kulit

yang merupakan tempat penyimpanan lemak yang utama pada tubuh.

5

Page 6: MAKALAH SIAP

2.2 Definisi

Seborrhea disebut pula dengan Dermatitis seboroik yaitu kelainan

kulit berupa peradangan superfisial dengan papuloskuamosa yang kronik

dengan tempat predileksi di daerah-daerah seboroik yakni daerah yang kaya

akan kelenjar sebasea, seperti pada kulit kepala, alis, kelopak mata, naso

labial, bibir, telinga, dada, axilla, umbilikus, selangkangan dan glutea. Pada

dermatitis seboroik didapatkan kelainan kulit yang berupa eritem, edema,

serta skuama yang kering atau berminyak dan berwarna kuning kecoklatan

dalam berbagai ukuran disertai adanya krusta.

Istilah dermatitis seboroik (D.S.) dipakai untuk segolongan kelainan

kulit yang didasari oleh factor konstitusi dan bertempat predileksidi tempat-

tempat seboroik.

Dermatitis seboroik (DS) adalah penyakit kulit dengan peradangan

superfisialis kronis, dengan predileksi pada area seboroik, yang remisi dan

eksaserbasi.

Dermatitis seboroik adalah peradangan kulit pada daerah yang banyak

mengandung kelenjar sebasea.

Dermatitis seboroik merupakan kelainan kulit inflamasi di mana telah

terbukti adanya peran kolonisasi jamur Malassezia pada kulit yang terkena.

Dermatitis seboroik merupakan kelainan kulit yang berlangsung kronik dan

kambuhan. Dermatitis seboroik ditandai dengan kemerahan, gatal, dan kulit

bersisik, paling sering mengenai kulit kepala (ketombe), tetapi juga dapat

mengenai kulit pada bagian tubuh lainnya seperti wajah, dada, lipatan lutut,

lengan dan lipat paha.

Area seboroik yaitu bagian badan yang banyak kelenjar sebasea

(kalenjar lemak) yaitu: kepala (“Scalp”, telinga, saluran telinga, belakang

telinga, leher), muka (alis mata, kelopak mata, glabella, lipatan nasolabial,

bibir, kumis, pipi, hidung, janggut/ dagu), badan atas (daerah presternum,

daerah interskapula, areolae mammae) dan pelipatan-pelipatan (ketiak,

pelipatan bawah mammae, umbilicus, pelipatan paha, daerah anogenital dan

pelipatan pantat).

6

Page 7: MAKALAH SIAP

Dermatitis seborrheic umumnya hanya terjadi pada bayi karena hal ini

terkait dengan hormon androgen milik ibunya yang masih tersisa di dalam

tubuhnya. "Itulah kenapa, lewat dari masa bayi, masalah ini akan menghilang

seiring dengan berkurangnya kadar hormon androgen. Namun, tidak semua

bayi akan mengalami dermatitis seborrheic. Jadi hanya bayi tertentu saja,

terutama yang mengalami atopik, yakni kecenderungan untuk bereaksi

menyimpang terhadap bahan-bahan yang bersifat umum. Bila reaksi

menyimpang itu terjadi di kulit kepala, maka akan timbul dermatitis

seborrheic bahkan eksim. Bila dermatitis seborrheic ini tidak ditangani secara

tepat, mungkin saja akan berlanjut menjadi infeksi. Biasanya disertai proses

inflamasi atau peradangan di dalam kulitnya. Ditandai dengan sisik yang

berada di atas kulit yang kemerahan.

2.3 Epidemiologi

Dermatitis seboroik bisa ditemukan pada seluruh ras, dan lebih banyak

terjadi pada pria dibandingkan wanita.Hal ini mungkin disebabkan karena

adanya aktifitas kelenjar sebasea yang diatur oleh hormon androgen.

Dermatitis seboroik menyerang 2% - 5% populasi. Dermatitis

seboroik dapat menyerang bayi pada tiga bulan pertama kehidupan dan pada

dewasa pada umur 30 hingga 60 tahun. Insiden memuncak pada umur 18–40

tahun. DS lebih sering terjadi pada pria daripada wanita. Berdasarkan pada

suatu survey pada 1.116 anak–anak, dari perbandingan usia dan jenis

kelamin, didapatkan prevalensi dermatitis seboroik menyerang 10% anak

laki–laki dan 9,5% pada anak perempuan. Prevalensi semakin berkurang pada

setahun berikutnya dan sedikit menurun apabila umur lebih dari 4 tahun.

Kebanyakan pasien (72%) terserang minimal atau dermatitis seboroik ringan.

7

Page 8: MAKALAH SIAP

Pada penderita AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome), dapat

terlihat pada hampir 35% pasien Terdapat peningkatan insiden pada penyakit

Parkinson, paralisis fasial, pityriasis versicolor, cedera spinal, depresi dan

yang menerima terapi psoralen ditambah ultraviolet A (PUVA). Juga

beberapa obat–obatan neuroleptik mungkin merupakan faktor, kejadian ini

sering terjadi tetapi masih belum dibuktikan. Kondisi kronik lebih sering

terjadi dan sering lebih parah pada musim dingin yang lembab dibandingkan

pada musim panas.

2.4 Etiologi

Etiologi dari penyakit ini belum terpecahkan. Faktor predisposisinya

adalah kelainan konstitusi berupa status seboroik (seborrhoic state) yang

rupanya diturunkan, bagaimana caranya belum dipastikan. Ini merupakan

dermatitis yang menyerang daerah-daerah yang mengandung banyak glandula

sebasea, bagaimanapun bukti terbaru menyebutkan bahwa hipersekresi dari

sebum tidak nampak pada pasien yang terkena dermatitis seboroik apabila

dibandingkan dengan kelompok sehat. Pengaruh hormonal seharusnya

dipertimbangkan mengingat penyakit ini jarang terlihat sebelum puberitas.

Ada bukti yang menyebutkan bahwa terjadi status hiperproliferasi, tetapi

penyebabnya belum diketahui.

Dermatitis seboroik berhubungan erat dengan keaktifan glandula

sebasea. Glandula tersebut aktif pada bayi yang baru lahir, kemudian menjadi

tidak aktif selama 8-12 tahun akibat stimulasi hormon androgen dari ibu

berhenti. Dermatitis seboroik pada bayi terjadi pada umur bulan-bulan

pertama, kemudian jarang pada usia sebelum akil balik dan insidennya

mencapai puncaknya pada umur 18-40 tahun, kadang-kadang pada umur tua.

Dermatitis seboroik lebih sering terjadi pada pria daripada wanita.

8

Page 9: MAKALAH SIAP

Meskipun kematangan kelenjar sebasea rupanya merupakan faktor

timbulnya dermatitis seboroik, tetapi tidak ada hubungan langsung secara

kuantitatif antara keaktifan kelenjar tersebut dengan suseptibilitas untuk

memperoleh dermatitis seboroik. Dermatitis seboroik dapat diakibatkan oleh

proliferasi epidermis yang meningkat seperti pada psoriasis. Pada orang yang

telah mempunyai faktor predisposisi, timbulnya dermatitis seboroik dapat

disebabkan oleh faktor kelelahan, stres emosional, infeksi, atau defisiensi

imun.

Penelitian–penelitian melaporkan adanya suatu jamur lipofilik,

pleomorfik, Malasssezia ovalis (Pityrosporum ovale), pada beberapa pasien

dengan lesi pada kulit kepala. P. ovale dapat didapatkan pada kulit kepala

yang normal. Ragi dari genus ini menonjol dan dapat ditemukan pada daerah

seboroik pada tubuh yang kaya akan lipid sebasea, misalnya kepala dan

punggung. Pertumbuhan P. ovale yang berlebihan dapat mengakibatkan

reaksi inflamasi, baik akibat produk metabolitnya yang masuk ke dalam

epidermis maupun karena sel jamur itu sendiri melalui aktivasi sel limfosit T

dan sel Langerhans. Hubungan yang erat terlihat karena kemampuan untuk

mengisolasi Malassezia pada pasien dengan DS dan terapinya yang berefek

bagus dengan pemberian anti jamur.

Beberapa faktor misalnya tingkat hormon, infeksi jamur, defisit

nutrisi, dan faktor neurogenik sangat berhubungan dengan keadaan ini.

Adanya masalah hormonal mungkin dapat menjelaskan mengapa keadaan ini

muncul pada bayi, hilang secara spontan, dan muncul kembali setelah

puberitas. Pada bayi dijumpai hormon transplasenta meninggi beberapa bulan

setelah lahir dan penyakitnya akan membaik bila kadar hormon ini menurun.

Juga didapati bahwa perbandingan komposisi lipid di kulit berubah. Jumlah

kolesterol, trigliserida, parafin meningkat dan kadar sequelen, asam lemak

bebas dan wax ester menurun. Keadaan ini diperparah dengan peningkatan

keringat. Stres emosional memberikan pengaruh yang jelek pada masa

pengobatan. Obat–obat neuroleptik seperti haloperidol dapat mencetuskan

dermatitis seboroik serta faktor iklim. Lesi seperti DS dapat nampak pada

9

Page 10: MAKALAH SIAP

pasien defesiensi nutrisi, contohnya defesiensi besi, defesiensi niasin, dan

pada penyakit Parkinson. DS juga terjadi pada defesiensi pyridoxine.

Berikut ini beberapa hal yang berpotensial menyebabkan dermatitis

seboroik yaitu:

Aktivitas kelenjar sebum yang berlebihan.

Infeksi Pityrosporum ovale.

Infeksi oleh Candida atau Staphylococcus.

Hipersensitif terhadap bakeri ataupun antigen epidermal.

Kelainan neurotransmiter (misal : pada penyakit parkinson).

Respon emosional terhadap stres atau kelelahan.

Proliferasi epidermal yang menyimpang.

Diet yang abnormal.

Obat-obatan (arsen, emas, metildopa, simetidin, dan neuroleptik).

Faktor lingkungan (temperatur dan kelembaban).

Imunodefisiensi.

Faktor prediposisi lainnya dari dermatitis seboroik:

Stres

Kelelahan

Cuaca dingin

Kulit berminyak

Jarang mencuci rambut

Pemakaian losyen yang mengandung alkohol

Penyakit kulit (misalnya jerawat)

Obesitas (kegemukan).

10

Page 11: MAKALAH SIAP

2.5 Patofisiologi

Walaupun banyak teori yang disebutkan, tetapi penyebab pasti dari

dermatitis seboroik belum diketahui secara pasti.

Dermatitis seboroik dihubungkan dengan adanya kulit yang tampak

berminyak (seboroik oleosa), walaupun peningkatan produksi sebum tidak

selalu didapatkan pada beberapa pasien. Pada anak-anak, produksi sebum dan

dermatitis seboroik saling berhubungan. Pada pemeriksaan histologik,

kelenjar sebasea berukuran besar. Selain itu didapatkan juga perubahan

komposisi lipid pada permukaan kulit yang menunjukkan adanya peninggian

kadar kolesterol, trigliserida dan parafin, yang disertai penurunan kadar

squalene, asam lemak bebas dan wax ester.

Dermatitis seboroik yang disebabkan oleh Pityrosporum ovale

berkaitan dengan reaksi imun tubuh terhadap sel jamur di permukaan kulit

maupun produk-produk metabolitnya di dalam epidermis. Reaksi peradangan

yang timbul melalui perantaraan sel langerhans dan aktivasi limfosit T. Bila

Pityrosporum ovale telah berkontak dengan serum, maka akan dapat

mengaktifkan sistem komplemen melalui jalur aktivasi langsung maupun

alternatif. Pada anak, selain Pityrosporum ovale, sering pula ditemukan

Candida albicans pada lesi-lesi kulit .

Peningkatan proliferasi epidermal pada dermatitis seboroik,

menjelaskan mengapa penyakit ini cukup responsif pada terapi dengan

sitostatik. Selain itu, dermatitis seboroik sering berkaitan dengan kelainan-

kelainan neurologik seperti penyakit parkinson pasca ensefalitis, epilepsi,

trauma supraorbital, paralisis nervus fasialis, polimielits, siringomielia, dan

kuadriplegia. Kelainan pada sistem neurologik menyebabkan abnormalitas

pada neurotransmitter dan bermanifestasi sebagai gangguan fungsi kelenjar

sebum.Hal ini berdasarkan fakta, bahwa beberapa obat yang dapat

menginduksi parkinson ternyata juga dapat menginduksi dermatitis seboroik,

sementara pemberian L-dopa selain memperbaiki kondisi parkinson, juga lesi

kulit dengan dermatitis seboroik.

11

Page 12: MAKALAH SIAP

12

Page 13: MAKALAH SIAP

2.6 Manifestasi Klinis

Dermatitis seboroik umumnya berpengaruh pada daerah kulit yang

mengandung kelenjar sebasea dalam frekuensi tinggi dan aktif. Distribusinya

simetris dan biasanya melibatkan daerah berambut pada kepala meliputi kulit

kepala, alis mata, kumis dan jenggot. Adapun lokasi lainnya bisa terdapat

pada dahi, lipatan nasolabial, kanalis auditoris external dan daerah belakang

telinga. Sedangkan pada tubuh dermatitis seboroik dapat mengenai daerah

presternal dan lipatan-lipatan kulit seperti aksila, pusar, inguinal, infra

mamae, dan anogenital.

Menurut usia dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Pada remaja dan dewasa

Dermatitis seboroik pada remaja dan dewasa dimulai sebagai skuama

berminyak ringan pada kulit kepala dengan eritema dan skuama pada

lipatan nasolabial atau pada belakang telinga. Skuama muncul pada kulit

yang berminyak di daerah dengan peningkatan kelenjar sebasea

(misalnya aurikula, jenggot, alis mata, tubuh (lipatan dan daerah infra

mamae), kadang-kadang bagian sentral wajah dapat terlibat. Dua tipe

dermatitis seboroik dapat ditemukan di dada yaitu tipe petaloid (lebih

umum ) dan tipe pityriasiform (jarang). Bentuknya awalnya kecil, papul-

papul follikular dan perifollikular coklat kemerah-merahan dengan

skuama berminyak. Papul tersebut menjadi patch yang menyerupai

bentuk daun bunga atau seperti medali (medallion seborrheic dermatitis).

Tipe pityriasiform umumnya berbentuk makula dan patch yang

menyerupai pityriasis rosea. Patch-patch tersebut jarang menjadi erupsi.

Pada masa remaja dan dewasa manifestasi kliniknya biasanya sebagai

scalp scaling (ketombe) atau eritema ringan pada lipatan nasolabial pada

saat stres atau kekurangan tidur.

13

Page 14: MAKALAH SIAP

b. Pada bayi

Pada bayi, dermatitis seboroik dengan skuama yang tebal, berminyak

pada verteks kulit kepala (cradle cap). Kondisi ini tidak menyebabkan

gatal pada bayi sebagaimana pada anak-anak atau dewasa. Pada

umumnya tidak terdapat dermatitis akut (dengan dicirikan oleh oozing

dan weeping). Skuama dapat bervariasi warnanya, putih atau kuning.

Gejala klinik pada bayi dan berkembang pada minggu ke tiga atau ke

empat setelah kelahiran. Dermatitis dapat menjadi general. Lipatan-

lipatan dapat sering terlibat disertai dengan eksudat seperti keju yang

bermanifestasi sebagai diaper dermatitis yang dapat menjadi general.

Dermatitis seboroik general pada bayi dan anak-anak tidak umum terjadi,

dan biasanya berhubungan dengan defisiensi sistem imun. Anak dengan

defisiensi sistem imun yang menderita dermatitis seboroik general sering

disertai dengan diare dan failure to thrive (Leiner’s disese). Sehingga

apabila bayi menunjukkan gejala tersebut harus dievaluasi sistem

imunnya.

Menurut daerah lesinya, dermatitis seboroik dibagi tiga:

1) Seboroik kepala

Pada daerah berambut, dijumpai skuama yang berminyak dengan

warna kekuning-kuningan sehingga rambut saling melengket; kadang-

kadang dijumpai krusta yang disebut Pitriasis Oleosa (Pityriasis

steatoides). Kadang-kadang skuamanya kering dan berlapis-lapis dan

sering lepas sendiri disebut Pitiriasis sika (ketombe). Pasien

mengeluhkan gatal di kulit kepala disertai dengan ketombe. Pasien

berpikir bahwa gejala-gejala itu timbul dari kulit kepala yang kering

kemudian pasien menurunkan frekuensi pemakaian shampo, sehingga

menyebabkan akumulasi lebih lanjut. Inflamasi akhirnya terjadi dan

kemudian gejala makin memburuk.

Bisa pula jenis seboroik ini menyebabkan rambut rontok, sehingga

terjadi alopesia dan rasa gatal. Perluasan bisa sampai ke belakang telinga.

Bila meluas, lesinya dapat sampai ke dahi, disebut Korona seboroik.

Dermatitis seboroik yang terjadi pada kepala bayi disebut Cradle cap .

14

Page 15: MAKALAH SIAP

Selain kulit kepala terasa gatal, pasien dapat mengeluhkan juga

sensasi terbakar pada wajah yang terkena. Dermatitis seboroik bisa

menjadi nyata pada orang dengan kumis atau jenggot, dan menghilang

ketika kumis dan jenggotnya dihilangkan. Jika dibiarkan tidak diterapi

akan menjadi tebal, kuning dan berminyak, kadang-kadang dapat terjadi

infeksi bakterial.

2) Seboroik muka

Pada daerah mulut, palpebra, sulkus nasolabialis, dagu, dan lain-lain

terdapat makula eritem, yang diatasnya dijumpai skuama berminyak

berwarna kekuning-kuningan. Bila sampai palpebra, bisa terjadi

blefaritis. Sering dijumpai pada wanita. Bisa didapati di daerah berambut,

seperti dagu dan di atas bibir, dapat terjadi folikulitis. Hal ini sering

dijumpai pada laki-laki yang sering mencukur janggut dan kumisnya.

Seboroik muka di daerah jenggot disebut sikosis barbe.

3) Seboroik badan dan sela-sela

Jenis ini mengenai daerah presternal, interskapula, ketiak, inframama,

umbilicus, krural (lipatan paha, perineum). Dijumpai ruam berbentuk

makula eritema yang pada permukaannya ada skuama berminyak

berwarna kekuning-kuningan. Pada daerah badan, lesinya bisa berbentuk

seperti lingkaran dengan penyembuhan sentral. Di daerah intertrigo,

kadang-kadang bisa timbul fisura sehingga menyebabkan infeksi

sekunder.

Berdasarkan bentuknya, dermatitis seborrhea dibagi menjadi 2, yaitu

sebagai berikut.

1) Bentuk Berminyak, manifestasinya adalah tampak basah dan mengkilap

dengan atau tanpa deskuamasi dan eritema, dan pustula atau

papulopustula kecil-kecil yang menyerupai jerawat pada tubuh.

2) Bentuk Kering, manifestasinya terdiri dari deskuamasi kulit kepala

dengan sisik yang halus dan berbentuk serbuk dalam jumlah yang

banyak, umumnya disebut ketombe (dundruff).

15

Page 16: MAKALAH SIAP

2.7 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:

a. Pemeriksaan histologis pada dermatitis seboroik tidak spesifik. Dapat

ditemukan hiperkeratosis, akantosis, spongiosis fokal dan paraketatosis.

b. Biopsi kulit dapat efektif membedakan dermatitis seboroik dengan

penyakit sejenis. Pada dermatitis seboroik terdapat neutrofil dalam

skuama krusta pada sisi ostia follicular.

c. Pemeriksaan KOH 10-20 %: negatif, tidak ada hifa atau blastokonidia.

d. Pemeriksaan lampu Wood: fluoresen negatif (warna violet).

e. Pemeriksaan komposisi lemak pada permukaan kulit dimana memiliki

karakteristik yang khas yakni meningkatnya kadar kolesterol, trigliserida

dan parafin disertai penurunan kadar squalene, asam lemak bebas dan

wax ester.

2.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan serborrhea atau dermatitis seboroik dapat meliputi:

a. Umum

Secara umum, terapi bertujuan untuk menghilangkan sisik dengan

keratolitik dan sampo, menghambat pertumbuhan jamur dengan

pengobatan anti jamur, mengendalikan infeksi sekunder dan mengurangi

eritema dan gatal dengan steroid topikal.

b. Khusus

1. Sistemik

Antihistamin H1 sebagai penenang dan anti gatal.

Vitamin B kompleks.

Kortikosteroid oral

Antibiotik seperti penisilin.

Preparat azol

Isotretinoin selama beberapa tahun yang ternyata efektif untuk

mengontrol penyakitnya.

Narrow band UVB (TL-01)

16

Page 17: MAKALAH SIAP

2. Topikal

Pengobatan topikal dapat mengontrol dermatitis seboroik dan dandruff

kronik pada stadium awal. Terapi yang dapat digunakan, contohnya

fluocinolone, topikal steroid solution.

3. Obat Alternatif

Terapi alami saat ini menjadi semakin populer. Tea tree oil (Melaleuca

oil) adalah minyak esensial yang berasal dari Australia. Terapi ini dapat

efektif bila digunakan setip hari dalam bentuk sampo 5 %.

Penatalaksaan untuk penyakit ini masih belum diketahui, namun

berikut ini beberapa contoh penatalaksanaan pada pasien dengan dermatitis

seborrhea:

1. Dewasa.

Bisa digunakan sampo yang mengandung seng pirition, selenium

sulfida, asam salisilat dan belerang atau ter. Sampo digunakan setiap

hari sampai ketombenya terkendali, selanjutnya sampo cukup

digunakan 2 kali/minggu. Pengobatan seringkali harus dilanjutkan

selama berbulan-bulan. Jika setelah pengobatan dihentikan dermatitis

kembali kambuh, maka sampo tersebut bisa kembali digunakan.

Lotion yang mengandung corticosteroid juga bisa dioleskan pada kulit

kepala atau bagian tubuh lainnya. Pada wajah digunakan lotion yang

hanya mengandung corticosteroid 1%. Pemakaian corticosteroid harus

secara hati-hati, karena penggunaan jangka panjang dapat

menyebabkan penipisan kulit dan gangguan lainnya.

Jika corticosteroid tidak dapat mengatasi ruam, kadang digunakan

krim ketoconazole.

2. Anak-anak

Untuk ruam bersisik tebal di kulit kepala, bisa dioleskan minyak

mineral yang mengandung asam salisilat secara perlahan dengan

menggunakan sikat gigi yang lembut pada malam hari. Selama sisik

masih ada, kulit kepala juga dicuci dengan sampo setiap hari; setelah

sisiknya menghilang cukup dicuci 2 kali/minggu.

17

Page 18: MAKALAH SIAP

3. Bayi.

Kulit kepala dicuci dengan sampo bayi yang lembut dan diolesi

dengan krim hydrocortisone.

Selama ada sisik, kulit kepala dicuci setiap hari dengan sampo yang

lembut; setelah sisik menghilang cukup dicuci 2 kali/minggu.

Berikut penatalaksanaan berdasarkan lokasi dermatitis seborrhea.

1) Penatalaksanaan dermatitis seboroik pada kulit kepala dan daerah jenggot

Banyak kasus dermatitis seboroik di kulit kepala dapat diterapi secara

efektif dengan memakai shampo tiap hari atau berselang satu hari dengan

shampo anti ketombe yang mengandung 2,5 persen selenium sulfide atau 1

– 2 persen pyrithione zinc. Alternatif lain shampo ketoconazole dapat

dipakai. Shampo sebaiknya mengenai kulit kepala dan daerah jenggot

selama 5 sampai 10 menit sebelum dibilas. Shampo moisturizing dapat

dipakai setelah itu untuk mencegah kerontokan rambut. Setelah penyakit

dapat dikendalikan frekuensi memakan shampo dapat dikurangi menjadi

dua kali seminggu atau seperlunya. Solusio topical terbinafin 1% efektif

untuk terapi dermatitis seboroik pada kulit kepala.

Jika kulit kepala tertutupi oleh skuama difus dan tebal, skuama dapat

dihilangkan dengan memberikan minyak mineral hangat atau minyak zaitun

pada kulit kepala dan dibersihkan dengan deterjen seperti dishwashing

liquid atau shampoo tar beberapa jam setelahnya.

Skuama ekstensif dengan peradangan dapat diterapi dengan

moistening kulit kepala dan kemudian memberikan fluocinolone asetonid

0,01% dalam minyak pada malam hari diikuti dengan shampo pada pagi

harinya. Terapi ini dilakukan sampai dengan peradangan bersih, kemudian

frekuensinya diturunkan menjadi satu sampai tiga kali seminggu. Solusio

kortikostreroid, losion atau ointment dipakai satu atau dua kali sehari di

tempat fluocinolon acetonid dan dihentikan pada saat gatal dan eritema

hilang. Pemberian kortikosteroid dapat diulang satu sampai tiga minggu

sampai gatal dan eritemanya hilang dan kemudian dipakai lagi jika

diperlukan. Pemeliharaan dengan shampo anti ketombe dapat secara

18

Page 19: MAKALAH SIAP

adekuat. Pasien dianjurkan agar memakai steroid topikal poten dengan

hemat sebab pemakaian yang berlebihan dapat menyebabkan atrofi dan

telangiectasi pada kulit.

Bayi sering terkena dermatitis seboroik, disebut “cradle cap”. Dapat

mengenai kulit kepala, wajah dan intertrigo. Daerah yang terkena dapat luas

tetapi kelainan ini dapat sembuh secara spontan 6 – 12 bulan dan tidak

kambuh sampai dengan pubertas. Terapinya dapat dengan memakai shampo

antiketombe. Jika skuama mencakup daerah luas pada kepala, skuama dapat

dilembutkan dengan minyak yang disikan ke sikat rambut bayi kemudian

dibilas.

2) Penatalaksanaan pada wajah

Daerah pada wajah yang terkena dapat sering di cuci dengan shampo

yang efektif untuk seborik. Alternatif lain dapat dipakai kream

ketokonazone 2%, diberikan 1-2 kali. Hidrokortison 1% sering kali

diberikan 1-2 kali dan akan menghasilkan proses resolusi eritema dan gatal.

Losion Sodium sulfacetamide 10% juga efektif sebagai agen topikal untuk

dermatitis seboroik.

3) Penatalaksaan pada tubuh

Dapat diterapi dengan zinc atau shampo yang mengandung tar batu

bara atau dengan dicuci dengan sabun yang mengandung zinc. Sebagai

tambahan dapat dipakai krim ketokonazole 2% dan atau krim kortikosteroid,

losion atau solusion yang dipakai 1-2 kali sehari. Benzoil peroksida dapat

dipakai untuk dermatitis seboroik pada tubuh. Pasien harus membilas secara

menyeluruh setelah pemakaian zat tersebut.

4) Penatalaksanaan dermatitis seboroik berat

Pada pasien dengan dermatitis seboroik berat yang tidak responsif

dengan terapi topikal yang biasa dapat di terapi dengan isotretionoin.

Isotretinoin dapat menginduksi pengecilan glandula sebasea sampai dengan

90% dengan mengurangi produksi sebum. Isotretinoin juga dapat dipakai

19

Page 20: MAKALAH SIAP

sebagai anti inflamasi. Terapi dengan isotretinoin 0,1 – 0,3 mg/ kg BB/ hari

dapat memperbaiki dermatitis seboroiknya. Kemudian dosis pemeliharaan

5-10 mg/hari efektif untuk beberapa tahun. Akan tetapi isotretinoin

memiliki efek samping serius, yaitu teratogenik, hiperlipidemia,

neutropenia, anemia dan hepatitis.

Efek samping mukokutaneus mencakup khelitis, xerosis,

konjungtivitis, uretritis dan kehilangan rambut. Penggunaan jangka panjang

berhubungan dengan perkembangan diffuse idiopathic skeletal hyperostosis

(DISH).

Pendekatan lain pada pasien yang sulit dengan mencoba berbagai

macam kombinasi yang berbeda dari obat-obat yang biasa dipakai: shampo

anti ketombe, anti jamur dan steroid topikal. Jika ini gagal dapat dipakai

steroid topikal poten jangka pendek . Pilihan terapinya mencakup steroid

kelas III non fluorinate seperti mometasone furoate (Elocon) atau

menggunakan steroid ekstra poten kelas I atau steroid topikal kelas II seperti

clobetasol propionate (Temovate) atau fluocinonude (Lidex). Steroid topikal

kelas III harus dipakai lebih dulu, tetapi jika masih tidak resposif dapat

menggunakan kelas I. Obat tersebut dapat diberikan satu sampai dua kali

sehari, bahkan untuk wajah, tetapi harus dihentikan setelah dua minggu

sebab terjadinya peningkatan efek samping. Jika pasien respon sebelum dua

minggu, obat harus di stop sesegera mungkin.

Sebagian besar kortikosteroid tersedia sebagai solusio, losion, kream

dan ointment. Penggunaan vehikulum ini tergantung pasien dan lokasi

terapi. Losion dan kream sering digunakan pada wajah dan tubuh sedangkan

solusio dan ounment sering digunakan pada kulit kepala. Umumnya

pemakaian solusio kulit kepala lebih dipilih pada orang kulit putih dan asia,

untuk orang kulit hitam mungkin terlalu kering, ointment merupakan pilihan

yang lebih baik.

20

Page 21: MAKALAH SIAP

2.9 Komplikasi

a. Eritrodermi

Eritrodermi ini merupakan kelainan kulit yang ditandai dengan adanya

eritema hamper seluruh tubuh dan biasanya disertai skuama.

b. Rambut Rontok

Penyebab rambut rontok ini karena infeksi jamur pada kulit kepala. Ini

semacam kurap yang membuat kulit kepala tampak bersisik.

2.10 Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Hindari rangsangan gesek, lebih berhati-hati menggunakan sabun dan

handuk.

2. Hindari sabun yang beraroma.

3. Gunakan sabun yang tinggi kadar minyaknya.

4. Hindari makanan pemicu radang gatal, batasi makanan berprotein tinggi.

5. Mandi dengan air hangat cenderung dingin jangan air panas.

6. Hindari gosokan alkohol pada kulit yang meradang.

7. Hindari kontak langsung dengan bahan/senyawa penyebab alergi, bila

bisa ditemukan

8. Menggunakan krim pelembab (moisturiser). Krim pelembab dapat

digunakan sesering mungkin.

9. Menggunakan moisturiser atau bath oil untuk mandi.

10. Menghindari faktor-faktor di lingkungan yang memicu atau

memperparah eksema, misalnya:

a) Mainan, air liur, atau makanan di sekitar mulut.

b) Bahan seperti wol aau pelapis cat seat.

c) Detergen, sabun, bubble bath, antiseptik.

d) Kontak dengan bulu hewan.

11. Mengatasi gatal. Garukan akan memperparah eksema dan berisiko

menyebabkan infeksi.

21

Page 22: MAKALAH SIAP

Beberapa cara untuk mengatasi gatal dan garukan:

Mengalihkan perhatian anak saat ia mengaruk.

Menghindari kondisi yang terlalu hangat untuk anak.

Menggunakan krim pelembab (yang ditaruh di kulkas sebelumnya)

sebelum tidur.

Memakaikan sarung tangan pada anak saat tidur.

Jika perlu, berikan obat yang diresepkan dokter untuk mengurangi gatal

di malam hari.

Selalu memotong pendek kuku anak.

Jika gatal sangat berat, kompres dingin dan teknik balut basah dapat

digunakan untuk membantu anak tidur.

2.11 Prognosis

Dermatitis seboroik pada anak memiliki prognosis yang baik. Dapat

sembuh sendiri secara spontan dalam 6 hingga 12 bulan dan mungkin dapat

timbul kembali saat memasuki usia pubertas. Meskipun demikian, bila

terkena dermatitis seboroik pada saat kanak-kanak, bukan berarti memiliki

indikasi akan terkena dermatitis seboroik tipe dewasa suatu saat nanti.

22

Page 23: MAKALAH SIAP

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN DERMATITIS SEBORRHEA

3.1 Pengkajian

3.1.1 Anamnesa

A. Identitas

Mengkaji identitas pasien bertujuan untuk mengetahui nama, umur ,

agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, jenis kelamin, status perkawinan,

tanggal MRS, dan penanggung biaya.

B. Keluhan Utama

Bentuk yang banyak dikenal dan dikeluhkan pasien adalah kulit

kepala tampak basah dan mengkilap, kulit kepala tampak bersisik yang

halus dan berbentuk serbuk dalam jumlah yang banyak atau biasa disebut

dengan ketombe/ dandruft. Walaupun demikian, masih terdapat kontroversi

para ahli. Sebagian mengganggap dandruft adalah bentuk dermatitis

seboroik ringan tetapi sebagian berpendapat lain.

3.1.2 Riwayat Kesehatan

A. Riwayat Kesehatan Sekarang

Harus ditanya dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti pasien

mengeluhkan terdapat kulit kepala tampak basah dan mengkilap, kulit

kepala tampak bersisik yang halus dan berbentuk serbuk dalam jumlah yang

banyak atau biasa disebut dengan ketombe/ dandruft.

B. Riwayat Kesehatan Keluarga

Harus diketahui apakah pasien pernah mengalami kulit kepala tampak

basah dan mengkilap, kulit kepala tampak bersisik yang halus dan berbentuk

serbuk dalam jumlah yang banyak atau biasa disebut dengan ketombe/

dandruft.

C. Riwayat Kesehatan Dahulu

Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita

dermatitis seborrhea.

23

Page 24: MAKALAH SIAP

3.2 Pemeriksaan Fisik

Secara klinis kelainan ditandai dengan eritema dan skuama yang

berbatas relatif tegas. Skuama dapat kering, halus berwarna putih sampai

berminyak kekuningan, umumnya tidak disertai rasa gatal.

Kulit kepala tampak skuama patch ringan sampai dengan menyebar,

tebal, krusta keras. Bentuk plak jarang. Dari kulit kepala dermatitis seboroik

dapat menyebar ke kulit dahi, belakang leher dan belakang telinga.

Distribusi mengikuti daerah berambut pada kulit dan kepala seperti

kulit kepala, dahi, alis lipatan nasolabial, jenggot dan belakang telinga.

Perluasan ke daerah submental dapat terjadi.

3.3 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:

1) Pemeriksaan histologis pada dermatitis seboroik tidak spesifik. Dapat

ditemukan hiperkeratosis, akantosis, spongiosis fokal dan paraketatosis.

2) Biopsi kulit dapat efektif membedakan dermatitis seboroik dengan

penyakit sejenis. Pada dermatitis seboroik terdapat neutrofil dalam skuama

krusta pada sisi ostia follicular.

3) Pemeriksaan KOH 10-20 %: negatif, tidak ada hifa atau blastokonidia.

4) Pemeriksaan lampu Wood: fluoresen negatif (warna violet).

5) Pemeriksaan komposisi lemak pada permukaan kulit dimana memiliki

karakteristik yang khas yakni meningkatnya kadar kolesterol, trigliserida

dan parafin disertai penurunan kadar squalene, asam lemak bebas dan wax

ester.

3.4 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut

2. Resiko infeksi berhubungan dengan peradangan kulit (lesi)

3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan peradangan kulit

4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi kulit

5. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan

asma,bronchial,rhinitis alergik

24

Page 25: MAKALAH SIAP

3.5 Intervensi

NO Dx Keperawatan NIC NOC1. Kerusakan integritas kulit

Definisi : Perubahan/gangguan epidermis dan dermis.

Batasan Karakteristik: Kerusakan lapisan kulit

(dermis) Gangguan permukan

kulit (epidermis) Invaksi struktur tubuh

NIC: Tissue integriti : skin and

mucous membranes Hemodyalisis akses

Kriteria Hasil: Integritas kulit yang baik

bisa dipertahankan (sensasi,elastisitas,temperature,hidrasi,pigmentasi)

Tidak ada luka/lesi pada kulit

Perfusi jaringan baik Menunjukkan pemahaman

dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya sedera berulang

Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelmbaban kulit dan perawatan alami

NOC:Pressure management- Anjurkan pasien untuk

menggunkan pakaian yang longgar

- Hindari keritan pada tempat tidur

- Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering

- Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali

- Monitor kulit akan adanya kemerahan

- Oleskan lotion atau minyak baby oil pada daerah yang tertekan

- Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat

2. Gangguan citra tubuh

Difinisi: konfusi dalam gambaran mental tentang diri fisik individu

Batasan karakteristik: perilaku mengenali

tubuh individu perilaku menghindari

individu perilaku memantau

tubuh individu respon nonverbal

terhadap perubahan aktual pada tubuh (mis;penampilan, struktur,fungsi)

respom nonverbal terhadap persepsi perubahan pada tubuh

NIC: Body image Self esteem

Kriteria Hasil: Body image positif Mampu mengidentifikasi

kekuatan personal Mendiskripsikan secara

faktual perubahan fungsi tubuh

Mempertahankan interaksi sosial

NOC:Body image enhancement- Kaji secara verbal dan

non verbal respon klien terhadap tubuhnya

- Mobitor frekuensi mengkritik dirinya

- Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit

- Dorong klien mengungkapkan perasaannya

- Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat bantu

- Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil

3. Nyeri AkutDefinisi:Pengalaman sensori dan emosional yang tidak

NIC: Pain level Pain control comfort level

NOCPain management- Lakukan pengkajian

nyeri secara

25

Page 26: MAKALAH SIAP

menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau di gambarkan dalam hal kerusakan seemikian rupa (internatoinal association for thr study of pain): awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan.

Batasan karakteristik: Perubahan selera makan Perubahan tekanan darah Perubahan frekuwensi

jantung Perubahan frekuwensi

pernapasan

Kriteria hasil: Mampu mengontrol nyeri Melaporkan bahwa nyeri

berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri

Mampu mengenai nyeri Menyatakan rasa nyaman

setelah nyeri berkurang

komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitas

- Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

- Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien

- Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri

- Evaluasi pengalam nyeri masa lampau

- Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang keidakefektifan kontrol nyeri masa lampau

- Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan

- Kurangi faktor presipitas nyeri

4. Resiko infeksiDefinisi :Mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik

NIC: Immune status Knowledge: infection

control Risk control

Kriteria Hasil: Klien bebas dari tanda

dan gejala infeksi Mendeskripsikan proses

penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya

Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi

Jumlah leukosit dalam batas normal

NOC:Infection control (kontrol infeksi)- Bersihkan lngkungan

seyelah dipakai pasien lain

- Pertahankan teknik isolasi

- Batasi pengunjung bila perlu

- Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien

- Gunakan sabun anti mikrobia untuk cuci tangan

- Cuci tangan setiap

26

Page 27: MAKALAH SIAP

Menunukkan perilaku hidup sehat

sebelum dan sesudah tindakan keperawatan

- Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung

- Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat

- Tingkatkan intake nutrisi- Monitor tanda dan gejala

infeksi sistemik dan lokal

- Ajarkan cara menghindari infeksi

5 Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan asma, bronchial, rhinitis alergik.

Definisi : Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi

Batasan Karakteristik: Peubahan pedalaman

pernafasan Mengambil posisi tiga

titik Bradipneu Penurunan tekanan

ekspiasirasi Penurunan ventilasi

semenit Penurunan kapasitas

vital Dipneu Peningkatan diameter

anterior-posterior Pernafasan cuping

hidung Ortopneu Fase ekspirasi

memanjang Pernafasan bibir Takipneu Penggunaan otot

aksesorius untuk bernafas

NOC Respiratoy Status :

Ventilation Respiatori Status :

Airway Patency Vital Sign Status

Kriteria hasil Mendemonstrasikan batuk

efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dispneu

Mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

Menunjukan jalan nafas yang paten (pasien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)

Tanda-tanda vital dalam rentang normal

Airway Management Buka jalan nafas,

gunakan teknik chin lift atau jaw trust bila perlu

Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventiasi

Identifikasi pasien perlunya pemasangan jalan nafas buatan

Pasang mayo bila perlu Lakukan fisoterapi dada

bila perlu Keluarkan secret dengan

batuk atau suction Auskultasi suara nafas,

catat adanya suara tambahan

Lakukan suction pada mayo

Gunakan bronkodilator bila perlu

Beri pelembab udara basah NaCl lembab

Atur intake cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan

Monitor respirasi dan status O2

Oxygen terapi Bersihkan hidung, mulut

dan secret trakea Pertahkan jalan nafas

yang paten

27

Page 28: MAKALAH SIAP

Faktor yang berhubungan: Ansietas Posisi tubuh Deformitas tulang Deformitas dinding dada Keletihan Hiperventilasi Sindrom hiperventilasi Gangguan hipoventilasi Gangguan

muskuloskeletal Kerusakan neurologis Imaturitas neurologis Disfungsi neuromukular Obesitas NyeriKeletihan otot pernafasan cedera medula spinalis

Atur peralatan oksigenasi

Monitor aliran oksigen Pertahankan posisi

pasien Onservasi adanya tanda-

tanda hipoventilasi Monitor adanya

kecemasan pasienn terhadap oksigenasi

Vital Sign Monitoring Monitor TD, Nadi, Suhu,

RR Catat adanya fluktuasi

TD Monitor VS saat pasien

berbaring, duduk atau berdiri

Auskultasi Td pada kedua lengan dan bandingkan hasinya

Monitor TD, nasi, Suhu, dan RR saat sebelum dan sesudah aktivitas

Monitor kualitas dari nadi

Monitor frekuensi dan irama pernafasan

Monitor suara paru Monitor adanya cishing

triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)

Identifikasi penyebab dari

28

Page 29: MAKALAH SIAP

3.6 Implementasi

Pelaksanaan merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana

tindakan meliputi beberapa bagian yaitu validasi, rencana keperawatan,

memberikan asuhan keperawatan dan pengumpulan data.

Tujuan utama mencangkup berkurangnya ketombe atau dandruff dan

memberikan terapi yang contohnya fluocinolone, topikal steroid solution.

3.7 Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan,

dimana evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan

melibatkan pasien, perawat, dan anggota tim kesehatan lainnya.

Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam

rencana keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan

pengkajian ulang.

Evaluasi yang diharapkan dari rencana tindakan atau imtervensi yang

dilakukan:

a. Pasien dapat merasa nyaman.

b. Kerusakan integritas kulit dapat diatasi.

c. Tidak ditemukan tanda infeksi.

d. Gangguan citra tubuh dapat diatasi.

29

Page 30: MAKALAH SIAP

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Seborrhea disebut pula dengan Dermatitis seboroik yaitu kelainan

kulit berupa peradangan superfisial dengan papuloskuamosa yang kronik

dengan tempat predileksi di daerah-daerah seboroik yakni daerah yang kaya

akan kelenjar sebasea, seperti pada kulit kepala, alis, kelopak mata, naso

labial, bibir, telinga, dada, axilla, umbilikus, selangkangan dan glutea. Pada

dermatitis seboroik didapatkan kelainan kulit yang berupa eritem, edema,

serta skuama yang kering atau berminyak dan berwarna kuning kecoklatan

dalam berbagai ukuran disertai adanya krusta.

Bila dermatitis seborrheic ini tidak ditangani secara tepat, mungkin

saja akan berlanjut menjadi infeksi. Biasanya disertai proses inflamasi atau

peradangan di dalam kulitnya. Ditandai dengan sisik yang berada di atas kulit

yang kemerahan.

4.2 Saran

Penderita dermatitis seborrhea harus diberitahu bahwa penyakit

berlangsung kronik dan sering kambuh. Harus dihindari factor pencetus

seperti stress emosional, makanan berlemak, dan sebagainya.

30

Page 31: MAKALAH SIAP

DAFTAR PUSTAKA

Pearce, Evelyn C.. 2011. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Suarnie.2012. Seborrhea Dermatitis Seboroik

http://matematikakuadrat.blogspot.com/2012/10/seborrhea-dermatitis-

seboroik.html/. Diakses pada Jum’at, 10 Oktober 2014 pukul 10.38 WIB.

I Putu Juniartha Semara Putra. 2012. Asuhan Keperawatan pada

Pasien Dermatitis Seborea.

http://semaraputraadjoezt.wordpress.com/2012/09/15/asuhan-keperawatan-

pada-pasien-dermatitis-seborea/. Diakses pada Jum’at, 10 Oktober 2014

pukul 10.47 WIB.

Anonim.2008. Dermatitis Seboroik pada Anak

http://www.medicinestuffs.com/2008/12/dematitis-seboroik-pada-anak-

seborrheic.html/. Diakses pada Jum’at, 10 Oktober 2014 pukul 10.44 WIB.

Fajruc. 2013.deramtitis seboroik

http://fajrucmedicine.blogspot.com/2013/02/dermatitis-seboroik.html/.

Diakses pada Jum’at, 10 Oktober 2014 pukul 10.52 WIB.

31