keefektifan model mind mapping terhadap hasil belajar sbk...

85
KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS DRUPADI KOTA SEMARANG SKRIPSI diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh LIA ISWATI 1401413153 JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

Upload: dangdien

Post on 07-Mar-2019

243 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING

TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN

GUGUS DRUPADI KOTA SEMARANG

SKRIPSI

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh

LIA ISWATI

1401413153

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

Page 2: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

ii

Page 3: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

iii

Page 4: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

nama : Lia Iswati

NIM : 1401413153

jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Mind Mapping

terhadap Hasil Belajar SBK dalam Apresiasi Karya Seni Rupa Kelas V SDN

Gugus Drupadi Kota Semarang” benar-benar karya sendiri, bukan jiplakan dari

karya ilmiah orang lain, baik sebagian atau keseluruhan. Pendapat atau temuan

orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode

etik ilmiah.

Semarang,

Page 5: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

v

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO

1. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya

(QS. Al-Baqarah: 286)

2. Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari suatu

kegagalan berikutnya tanpa kehilangan semangat (Winston Chucill)

PESSEMBAHAN

Tanpa mengurangi rasa syukur penulis kepada Allah SWT karya tulis ini saya

persembahkan untuk:

1. Kedua orang tuak saya tercinta, Bapak Zamroni dan Ibu Supiyati serta adik –

adik saya tersayang Iin Kharisma dan Silla Kummala Sari yang selalu

memberi doa dan semangat.

2. Almamater Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan

menyelesaikan studi.

Page 6: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

vi

PRAKATA

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Keefektifan Model Mind Mapping terhadap Hasil Belajar SBK dalam Apresiasi

Karya Seni Rupa Kelas V SDN Gugus Drupadi Kota Semarang”. Peneliti

menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai

pihak baik. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang

yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menuntut ilmu di

Unnes.

2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah

memberikan kesempatan kepada peneliti untuk belajar di FIP.

3. Drs. Isa Ansori, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang

telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.

4. Dr. Deni Setiwan, S.Sn., M.Hum. Dosen Penguji Utama yang telah

memberikan masukan dan saran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

dengan baik.

5. Atip Nurharini, S.Pd., M.Pd. Dosen Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

dengan baik dan lancar.

6. Dra. Wahyuningsih, M.Pd. Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dengan penuh kasih sayang dan kesabaran sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.

7. Segenap karyawan dan keluarga besar PGSD, yang telah membantu dalam

kelancaran pembuatan skripsi

8. Kepala SDN Sukorejo 01, SDN Sukorejo 02, dan SDN Sukorejo 03 yang

telah memberikan ijin dan membantu pelaksanaan penelitian.

9. Guru Sukorejo 01, SDN Sukorejo 02, dan SDN Sukorejo 03 yang telah

membantu pelaksanaan penelitian.

Page 7: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

vii

10. Kepala Sekolah dan guru SDN Gugus Drupadi Kota Semarang yang telah

membantu pelaksanaan penelitian.

11. Semua pihak yang telah banyak membantu penyusunan skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan satu persatu.

Penulis berharap kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan skripsi ini

di kemudian hari. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang,

Page 8: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

viii

ABSTRAK

Iswati, Lia. 2017. Keefektifan Model Mind Mapping terhadap Hasil Belajar SBK dalam Apresiasi Karya Seni Rupa Kelas V SDN Gugus Drupadi Kota Semarang. Skripsi. Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Pembimbing Atip Nurharini, S.Pd.,M.Pd. dan Dra. Wahyuningsih, M.Pd.. 349 halaman.

Pendidikan seni budaya dan keterampilan di sekolah dasar merupakan salah

satu sarana untuk mengembangkan sikap serta kemampuan berkarya dan berapresiasi. Hasil observasi dan wawancara pra penelitian, terdapat permasalahan bahwa model yang digunakan guru yaitu model Picture and Picturedalam pembelajaran seni rupa belum dilaksanakan secara optimalsehingga menyebabkan hasil belajar siswa belum mencapai KKM. Oleh karena itu guru perlumenggunakanmodel pembelajaran yang inovatif dalam pembelajaran seni rupa. Rumusan masalah penelitian ini adalah 1) apakah hasil belajar seni rupa kelas V SDN Gugus Drupadi Kota Semarang dengan model Mind Mapping dapat mencapai KKM?; 2) apakah model Mind Mapping lebih efektif daripada model Picture and Picture terhadap hasil belajar seni rupa kelas V SDN Gugus Drupadi Kota Semarang?. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji ketuntasan hasil belajar siswa dan mengujimodel Mind Mapping lebih efektif dari pada model Picture and Picture.

Jenis penenelitian ini adalah kuantitatif dengan metode eksperimen. Desain penelitianmenggunakan Quasi Experimental Design dengan bentuk Nonequivalent Control Group Design. Populasi penelitian berjumlah 197 siswa dan sampel penelitian berjumlah 78 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi tes, dokumentasi dan observasi. Teknik analisis data yang digunakan meliputi uji normalitas, uji homogenitas, uji hipotesis, dan uji gain.

Hasil penelitian menunjukkan data kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal dan homogen. Hasil uji z kelas eksperimen zhitung (2,126) > ztabel (1,645) dan kelas kontrol zhitung (-3,050) <ztabel (1,645). Pada analisis uji t diperoleh thitung (7,503) > ttabel (1,665). Besar peningkatan pada kelas eksperimen terlihat pada rata-ratagain yaitu 17,25 (kriteria sedang) dan kelas kontrol yaitu 10,67 (kriteria sedang). Gain ternormalisasi kelas ekperimen yaitu 0,455 (kategori sedang) dan kelas kontrol adalah 0,696 (kategori rendah).

Simpulan penelitian ini adalah model Mind Mapping efektif dalam pembelajaran SBK . Saran dalam penelitian yaitu hendaknya siswa lebih aktif dan kreatif lagi dalam mengikuti pembelajaran SBK, guru sebaiknya dapat menentukan model pembelajaran inovatif yang sesuai dengan materi ajar, jenjang kelas, kondisi siswa dan kelas dan Sekolah dapat mendukung pelaksanaan model-model pembelajaran inovatif melalui pembiasaan pelaksanaan pembelajaran inovatif dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari.

Kata Kunci: keefektifan; model mind mapping;SBK.

Page 9: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... ii

PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN............................................................................ iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN....................................................................... v

PRAKATA .......................................................................................................... vi

ABSTRAK ..........................................................................................................viii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xiii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................. 5

1.3 Pembatasan Masalah ................................................................................ 6

1.4 Rumusan Masalah .................................................................................... 6

1.5 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6

1.6 Manfaat Penelitian .................................................................................... 7

1.6.1 Manfaat Teoritis........................................................................................ 7

1.6.2 Manfaat Praktis ........................................................................................ 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................. 9

2.1Kajian Teori .................................................................................................... 9

2.1.1 Hakikat Belajar ...................................................................................... 9

2.1.2 Hakikat Pembelajaran ............................................................................ 16

2.1.3 Hasil Belajar ......................................................................................... 24

2.1.4 Model Pembelajaran ............................................................................ 25

2.1.5 Model Mind Mapping ........................................................................... 26

2.1.6 Model Picture and Picture.................................................................... 30

Page 10: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

x

2.1.7 Pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan ....................................... 35

2.1.8 Hakikat Seni rupa .................................................................................. 37

2.1.9 Hakikat Apresiasi ................................................................................. 42

2.1.10 Materi Ragam Hias Batik Semarangan .................................................. 47

2.3 Kajian Empiris ..................................................................................... 58

2.4 Kerangka Berpikir .................................................................................. 62

2.5 Hipotesis Penelitian ................................................................................ 64

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 65

3.1 Desain Penelitian .................................................................................... 65

3.2 Populasi dan Sampel .............................................................................. 66

3.3 Variabel Penelitian ................................................................................. 67

3.3.1 Variabel Bebas ...................................................................................... 67

3.3.2 Variabel Terikat ..................................................................................... 68

3.4 Definisi Operasional Variabel................................................................ 68

3.5 Teknik dan Instrumen Pengumpul Data ................................................ 69

3.5.1 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 69

3.5.1.1 Domunetasi............................................................................................. 70

3.5.1.2 Tes ......................................................................................................... 70

3.5.1.3 Observasi .............................................................................................. 71

3.5.2 Instrumen Penelitian............................................................................... 71

3.5.2.1 Uji Validitas ........................................................................................... 72

3.5.2.2 Uji Reliabilitas ...................................................................................... 76

3.5.2.3 Taraf Kesukaran ................................................................................... 80

3.5.2.4 Daya Pembeda ...................................................................................... 82

3.6 Teknik Analisi Data .............................................................................. 85

3.6.1 Uji Prasyarat .......................................................................................... 85

3.6.2 Analisis Data Awal ................................................................................ 87

3.6.2.1 Uji Normalitas Data Awal ..................................................................... 88

3.6.2.2 Uji Homogenitas Data Awal.................................................................. 89

3.6.3 Analisis Data Akhir ............................................................................... 90

3.6.3.1 Uji Normalitas Data Akhir..................................................................... 90

Page 11: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

xi

3.6.3.2 Uji Homogenitas Data Akhir ................................................................. 90

3.6.3.3 Hipotesis................................................................................................. 91

3.6.3.4 Gain dan N-gain..................................................................................... 93

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 96

4.1 Hasil Penelitian............................................................................................... 96

4.1.1 Uji Persyaratan ..................................................................................... 96

4.1.1.1 Uji Normalitas ...................................................................................... 97

4.1.1.2 Uji Homogenitas .................................................................................. 98

4.1.2 Analisis Data ........................................................................................ 99

4.1.2.1 Analisis Data Awal ............................................................................... 99

4.1.2.2 Analisis Data Akhir .............................................................................. 101

4.2 Pembahasan .................................................................................................... 108

4.2.1 Pemaknaa Temuan ............................................................................... 108

4.3 ImplikasiHasil Penelitian ............................................................................. 114

4.3.1 Implikasi Teoritis......................................................................................... 114

4.3.2 Implikasi Praktis ......................................................................................... 115

4.3.3 Implikasi Paedagogis................................................................................... 117

BAB V PENUTUP .............................................................................................. 118

5.1 Simpulan ......................................................................................................... 118

5.2 Saran .............................................................................................................. 119

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 120

LAMPIRAN ....................................................................................................... 124

Page 12: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Daftra Nama Sekolah dan Jumlah Kelas V Gugus Drupadi ............. 66

Tabel 3.2 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Coba Tes Uji Coba ....................... 74

Tabel 3.3 Uji Validitas Intrumen Penilaian Unjuk Kerja ................................. 76

Tabel 3.4 Kriteria Koefsien Korelasi Reliabilitas Instrumen .......................... 77

Tabel 3.5Hasil Uji Reliabelitas Instrumen ........................................................... 78

Tabel 3.6Analisis Tingkat Kesukaran Soal ......................................................... 81

Tabel 3.7Rekapitulasi Analisis Tingkat Kesukaran Soal .................................... 82

Tabel 3.8Hasil Penghitungan Daya Beda Soal .................................................... 84

Tabel 3.9Rekapitulasi Analisis Daya Pembeda Soal ........................................... 85

Tabel 3.10 Indeks Gain ..................................................................................... 94

Tabel 3.11 Kriteria Nilai N-Gain ........................................................................ 95

Tabel 4.1 Data Nilai Ulangan Siswa Kelas V SDN Gugus Drupadi ............... 97

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Nilai Ulangan Siswa

Kelas V Gugus Drupadi .................................................................. 97

Tabel 4.3Paparan Data Nilai Pretest Kelas Kontrol dan

Kelas Eksperimen .............................................................................. 99

Tabel 4.4Paparan Data Nilai Posttest Kelas Kontrol dan

Kelas Eksperimen ..............................................................................101

Tabel 4.5Uji Ketuntasan Belajar Kelas Eksperimen dan Kontol ....................... 103

Tabel 4.6 Hasil Uji t Kelas Eksmerimen dan Kelas Kontrol .......................... 104

Tabel 4.7 Hasil Peningkatan Rara-Rata Hasil Uji Gain .................................. 105

Tabel 4.8 Hasil Peningkatan Rara-Rata Hasil Uji Gain .................................. 106

Tabel 4.9 Hasil Uji t N-Gain............................................................................ 106

Page 13: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Konsep Materi Ragam Hias Batik Semarangan .................... 47

Gambar 2.2Ragam Hias Pohon Asem Arang ...................................................... 48

Gambar 2.3Ragam Hias Merak ........................................................................... 49

Gambar 2.4Ragam Hias Wayang ......................................................................... 49

Gambar 2.5 Ragam Hias Geometris .................................................................. 49

Gambar 2.6Ragam Hias Blekok .......................................................................... 50

Gambar 2.7Ragam Hias Tugu Muda ................................................................... 51

Gambar 2.8Ragam Hias Lawang Sewu ............................................................... 51

Gambar 2.9 Ragam Hias Ngarak Warak ......................................................... 52

Gambar 2.10 Ragam Hias Ganggang ............................................................... 52

Gambar 2.11 ` Ragam Hias Sam Po Kong.......................................................... 53

Gambar 2.12 Alur Kerangka Berpikir Penelitian ............................................. 63

Gambar 3.1Desain Nonequivalent Control Group Design ................................. 65

Gambar3.2Hubungan Antara Variabel Bebas Dan Variabel Terikat................... 68

Gamber 4.1 Peningkatan Skor Hasil Belajar Seni Rupa

Kelas V SDN Gugus Drupadi ....................................................... 107

Page 14: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Wawancara...................................................................... 124

Lampiran 2 Lembar Observasi......................................................................... 138

Lampiran 3 Daftar Nilai Ulangan Harian Siswa.............................................. 145

Lampiran 4 Uji Normalitas Prasyarat ............................................................. 156

Lampiran 5 Uji Homogenitas Prasyarat ......................................................... 169

Lampiran 6 Kisi-Kisi Penulisan Soal Uji Coba ............................................... 177

Lampiran 7 Daftar Nama Kelas Uji Coba ...................................................... 179

Lampiran 8 Daftar Nilai Kelas Uji Coba ....................................................... 181

Lampiran 9 Nilai Tes Tertulis Uji Coba ........................................................ 183

Lampiran 10 Nilai Unjuk Kerja Uji Coba ....................................................... 184

Lampiran 11 Analisis Validitas Soal Tes Uji Coba ......................................... 185

Lampiran 12 Analisis Validitas Instrumen Unjuk Kerja Uji Coba .................. 192

Lampiran 13 Analisis Reliabilitas Soal Tes Uji Coba ...................................... 204

Lampiran 14 Analisis Reliabilitas Instrumen Unjuk Kerja Uji Coba .............. 206

Lampiran 15 Analisis Tingkat Kesukaran Soal Tes Uji Coba ......................... 210

Lampiran 16 Analisis Daya Pembeda Soal Tes Uji Coba ................................ 212

Lampiran 17 Kesimpulan Hasil Tes Tertulis Uji Coba .................................... 215

Lampiran 18 Kesimpulan Hasil Analisis Instrumen Penilaian Unjuk Kerja ... 217

Lampiran 19 Kisi-Kisi Soal Pretes dan Postes ................................................. 218

Lampiran 20 Kisi-Kisi Tes Unjuk Kerja .......................................................... 220

Lampiran 21 Pedoman Penilaian ....................................................................... 221

Lampiran 22 Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen ........................................ 223

Lampiran 23 Daftar Nilai Pretes Kelas Eksperimen ......................................... 225

Lampiran 24 Rekapitulasi Nilai Pretes Unjuk Kerja Kelas Eksperimen .......... 227

Lampiran 25 Nilai Pretes Kelas Eksperimen .................................................... 229

Lampiran 26 Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol .............................................. 231

Lampiran 27 Daftar Nilai Pretes Kelas Kontrol ................................................ 233

Lampiran 28 Rekapitulasi Nilai Pretes Unjuk Kerja Kelas Kontrol ................. 235

Lampiran 29 Nilai Pretes Kelas Kontrol ........................................................... 237

Page 15: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

xv

Lampiran 30 Daftar Nilai Postes Kelas Eksperimen ......................................... 239

Lampiran 31 Rekapitulasi Nilai Postes Unjuk Kerja Kelas Eksperimen .......... 241

Lampiran 32 Nilai Postes Kelas Eksperimen .................................................... 243

Lampiran 33 Daftar Nilai Postes Kelas Kontrol ............................................... 245

Lampiran 34 Rekapitulasi Nilai Postes Unjuk Kerja Kelas Kontrol ................. 247

Lampiran 35 Nilai Postes Kelas Kontrol ............................................................ 249

Lampiran 36 Uji Normalitas Data Pretes Kelas Eksperimen ............................ 251

Lampiran 37 Uji Normalitas Data Pretes Kelas Kontrol ................................... 255

Lampiran 38 Uji Homogenitas Data Pretes ....................................................... 259

Lampiran 39 Uji Normalitas Data Postes Kelas Eksperimen ........................... 264

Lampiran 40 Uji Normalitas Data Postes Kelas Kontrol .................................. 268

Lampiran 41 Uji Homogenitas Data Postes ...................................................... 272

Lampiran 42 Uji Hipotesis ............................................................................... 277

Lampiran 43 Uji Gain dan N-Gain .................................................................... 281

Lampiran 44 RPP .............................................................................................. 287

Lampiran 45 Surat-Surat ................................................................................... 334

Lampiran 46 Dokumentasi ................................................................................ 340

Lampiran 47 KKM Seni Rupa Kelas V SDN Gugus Drupadi .......................... 346

Page 16: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan faktor penting bagi kelangsungan kehidupan dan

memegang peranan di seluruh sektor kehidupan. Kualitas suatu bangsa sangat erat

dengan pendidikan. Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 Ayat 2 tentang Sistem Pendidikan

Nasional menjelaskan bahwa, Pendidikan Nasional bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab.

Pemerintah telah melaksanakan berbagai strategi untuk mewujudkan tujuan

pendidikan nasional. Salah satu strategi yang digunakan adalah dengan

mengembangkan kurikulum pendidikan di Indonesia. Sesuai dengan Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional

Pendidikan, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelengaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

tertentu. Berdasarkan Peraturan Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006

tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menjelaskan

Page 17: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

2

bahwa salah satu mata pelajaran yang diberikan di sekolah dasar yaitu seni budaya

dan keterampilan.

Di sekolah dasar pembelajaran seni budaya dan keterampilan meliputi seni

rupa, seni musik, seni tari, dan keterampilan. Seni rupa adalah cabang seni yang

membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan

dengan rabaan (Kristanto, 2014: 6). Dalam pembelajaran seni rupa terdapat

kegiatan mengapresiasi suatu karya seni. Apresiasi dalam bidang pendidikan seni

rupa dapat diterangkan sebagai pengenalan, pemahaman, penikmatan tepat

terhadap unsur-unsur dan nilai-nilai seni yang terkandung dalam karya seni

sehingga tumbuh kegairahan terhadapnya serta kenikmatan yang timbul sebagai

akibat semua itu (Sobandi, 2008: 116-117). Bagi siswa kegiatan apresiasi ini

berfungsi untuk menumbuhkan atau memupuk rasa cinta terhadap budaya bangsa

dan membuka cakrawala siswa. Dengan memperkenalkan hasil karya seni

tersebut, siswa akan mulai mengenali budaya bangsa tersebut dari jenis, bahan,

dan cara membuatnya. Untuk itu dalam pembelajaran seni rupa guru harus

memiliki kemampuan dalam menggunakan bahan pembelajaran yang efektif dan

efisien.

Namun pada kenyataannya berdasarkan penelitian awal yang dilakukan

peneliti melalui observasi dan wawancara dengan guru kelas V SDN Gugus

Drupadi Kota Semarang didapatkan beberapa permasalahan dalam pembelajaran

seni rupa materi ragam hias batik Semarangan. Saat pembelajaran seni rupa, guru

menyampaikan materi pembelajaran, kemudian guru menunjukkan atau

memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi. Dari

Page 18: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

3

pembelajaran yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa guru menggunakan

model pembelajaran Picture and Picture. Model Picture and Picture adalah

model pembelajaran yang mengandalkan gambar sebagai faktor utama dalam

proses pembelajaran (Shoimin, 2014: 122). Model pembelajaran yang digunakan

guru belum dilaksanakan secara optimal. Banyak siswa yang belum aktif dan

kurang temotivasi mengikukti pembelajaran seni rupa. Selain itu, kelas belum

kondusif saat pembelajaran karena siswa masih ramai saat mengikuti

pembelajaran di kelas.

Permasalahan tersebut didukung dengan hasil ulangan harian semester

ganjil tahun 2016/ 2017, banyak siswa yang belum mencapai KKM pada

pembelajaran seni rupa materi ragam hias batik Semarangan. Berdasarkan nilai

yang diperoleh, masih banyak siswa yang belum mencapai standar KKM yang

ditetapkan di sekolah. SDN Kandri 02 KKM yang ditetapkan adalah 75. Dari 14

siswa, terdapat 6 siswa (43%) tuntas dan 8 siswa (57%) tidak tuntas. SDN Sadeng

01 KKM yang ditetapkan adalah 70. Dari 19 siswa, terdapat 17 siswa (80%)

tuntas dan 2 siswa (20%) tidak tuntas. SDN Sadeng 02 KKM yang ditetapkan 70.

Dari 34 siswa, terdapat 21 siswa (62%) tuntas dan 13 siswa (38%) tidak tuntas.

SDN Sadeng 03 KKM yang ditetapkan adalah 70. Dari 20 siswa, terdapat 13

siswa (65%) tuntas dan 7 siswa (35%) tidak tuntas. SDN Sukorejo 01 KKM yang

ditetapkan adalah 70. Dari 32 siswa, terdapat 20 siswa (62%) tuntas dan 12 siswa

(38%) tidak tuntas. SDN Sukorejo 02 KKM yang ditetapkan 70. Dari 39 siswa,

terdapat 24 siswa (62%) tuntas dan 15 siswa (38%) tidak tuntas. SDN Sukorejo 03

Page 19: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

4

KKM yang ditetapkan adalah 70. Dari 39 siswa, terdapat 23 siswa (59%) tuntas

dan 16 siswa (41%) tidak tuntas.

Berdasarkan masalah tersebut, guru perlu memilih model pembelajaran

yang menarik, untuk memecahkan masalah tersebut dapat menggunakan model

Mind Mapping dalam pembelajaran seni rupa. Model Mind Mapping dapat

menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan meningkatkan hasil belajar

siswa.

Menurut Silberman dalam Shoimin (2014: 105-107) Mind Mapping

merupakan cara kreatif bagi tiap pembelajar untuk menghasilkan gagasan,

mencatat apa yang dipelajari atau merencanakan tugas baru. Model Mind

Mapping mempunyai kelebihan, yaitu: 1) cara ini cepat; 2) teknik ini dapat

digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul dalam pemikiran; 3)

proses menggambar diagram bisa memunculkan ide-ide yang lain; 4) diagram

yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk menulis.

Peta pikiran membantu pembelajar mengatasi kesulitan, mengetahui apa

yang hendak ditulis, serta bagaimana mengorganisasi gagasan, sebab teknik ini

mampu membantu pembelajar menemukan gagasan, mengetahui apa yang akan

ditulis pembelajar, serta bagaimana memulainya. Peta pikiran sangat baik untuk

merencanakan dan mengatur berbagai hal (Shoimin, 2014: 105-106).

Dari uraian di atas, model pembelajaran Mind Mapping dapat digunakan

untuk mengatasi permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran seni rupa di kelas

V SDN Gugus Drupadi Kota Semarang. Model Mind Mapping dan model Picture

Page 20: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

5

and Picture mempunyai kesamaan yaitu kedua model tersebut merupakan model

yang menggunakan media visual sebagai daya tarik bagi siswa.

Beberapa penelitian yang mendukung dalam penelitian ini adalah penelitian

yang dilakukan oleh Aykac tahun 2015. Penelitian ini menunjukkan bahwa peta

pikiran dapat membantu memahami konsep dengan cara kreatif dan

menyenangkan. Peta pikiran dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam

pembelajaran seni rupa.

Penelitian lain yang mendukung yaitu penelitian yang dilakukan oleh Artika

dan Mesra tahun 2013. Penelitian ini menunjukkan bahwa melalui inovasi

pemberian tugas dalam hasil belajar menggambar ekspresif dapat meningkat

dengan rata-rata peningkatan hasil belajar sebesar 27,78%.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti akan mengaji permasalahan

melalui penelitian eksperimen dengan judull “Keefektifan Model Mind Mapping

terhapat Hasil Belajar SBK dalam Apresiasi Karya Seni Rupa Kelas V SDN

Gugus Drupadi Kota Semarang”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan hasil obeservasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti

dengan guru kelas V di SDN Gugus Drupadi Kota Semarang permasalahan yang

sering muncul dalam pembelajaran seni rupa dapat diidentifikasi sebagai berikut.

a. Model pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran seni rupa

belum dilaksanakan secara optimal.

b. Motivasi siswa kurang saat mengikuti pembelajaran seni rupa.

Page 21: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

6

c. Siswa kurang aktif mengikuti pembelajaran seni rupa.

d. Kelas belum kondusif karena siswa masih ramai di kelas.

e. Hasil belajar siswa belum mencapai KKM dilihat dari nilai ulangan harian

semester 1 pada pembelajaran seni rupa materi ragam hias Batik Semarangan.

1.3 Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti membatasi pada penggunaan model

pembelajaran yang digunakan guru dan hasil belajar siswa yang belum mencapai

KKM pada pembelajaran seni rupa materi ragam hias batik Semarangan. Oleh

karena itu, peneliti menguji keefektifan model Mind Maping pada pembelajaran

seni rupa kelas V SDN Gugus Drupadi Kota Semarang.

1.4 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.

a. Apakah hasil belajar seni rupa kelas V SDN Gugus Drupadi Kota Semarang

dengan model Mind Mapping dapat mencapai KKM?

b. Apakah model Mind Mapping lebih efektif daripada model Picture and

Picture terhadap hasil belajar seni rupa kelas V SDN Gugus Drupadi Kota

Semarang?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian

ini sebagai berikut.

Page 22: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

7

1. Mengetahui hasil belajar seni rupa kelas V SDN Gugus Drupadi Kota

Semarang dengan model Mind Mapping dapat mencapai KKM.

2. Menguji model Mind Mapping lebih efektif daripada model Picture and

Picture terhadap hasil belajar seni rupa kelas V SDN Gugus Drupadi Kota

Semarang.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi dan menambah

referensi terhadap penggunaan model Mind Mapping dalam pembelajaran seni

rupa dan hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk mengembangkan penelitian

selanjutnya yang sejenis.

1.6.2 Manfaat Praktis

1.6.2.1 Bagi Siswa

Manfaat yang diperoleh siswa dari penelitian ini yaitu meningkatkan minat

belajar, keaktifan siswa dalam pembelajaran seni rupa, melatih siswa untuk kerja

sama dalam kelompok, meningkatkan keterampilan sosial dalam individu siswa,

serta mendapatkan pengalaman belajar menggunakan model Mind Mapping

sehingga dapat meningkatkan hasil belajar seni rupa.

1.6.2.2 Bagi Guru

Manfaat yang diperoleh guru dari penelitian ini yaitu meningkatkan

kreatifitas guru dalam menggunakan model pembelajaran inovatif pada

pembelajaran seni rupa.

Page 23: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

8

1.6.2.3 Bagi Sekolah

Manfaat yang diperoleh sekolah dari penelitian ini yaitu dapat memberikan

kontribusi pada sekolah untuk meningkatkan proses pembelajaran seni rupa,

sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.

Page 24: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hakikat Belajar

2.1.1.1 Pengertian Belajar

Kegiatan manusia dalam sehari-hari tidak terlepas dari kegiatan belajar,

tanpa disadari manusia melakukan aktivitas sehari-hari merupakan kegiatan

belajar. Belajar tidak dibatasi usia, tempat maupun waktu. Kegiatan belajar dalam

proses pendidikan merupakan kegiatan yang paling pokok. Belajar ialah suatu

proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010: 2).

Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja

dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman atau

pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan

perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak

(Susanto, 2016: 4).

Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan

serangkaian kegiatan. Misalnya, dengan membaca, mengamati, mendengarkan,

meniru, dan sebagainya. Selain itu, belajar lebih baik jika subjek belajar

mengalami atau melakukannya. Jadi, tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai

Page 25: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

10

kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang

dikirim kepadanya oleh lingkungan (Hamdani, 2011: 21-22).

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

suatu proses interaksi individu dengan lingkungannya atau aktivitas yang di

sengaja dilakukan seseorang dalam keadaan sadar untuk memperoleh pengetahuan

baru.

2.1.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Menurut Wasliman dalam Susanto (2016: 12-13) faktor-faktor yang

mempengaruhi kegiatan belajar ada 2, yaitu faktor internal dan faktor eksternal,

secara spesifik sebagai berikut.

a. Faktor Internal

Faktor internal meruipakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta

didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi:

kecerdasan, minat, dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan

belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri peserta didik

yang mempengaruhi belajarnya. Faktor eksternal meliputi: keluarga, sekolah,

dan masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar peserta

didik. Keluarga yang morat-marit keadan ekonominya, pertengkaran suami

istri, perhatian orang tua yang kurang terhadap anaknya serta kebiasaan sehari-

hari berperilaku yang kurang baik dari orang tua akan berpengaruh pada hasil

belajar peserta didik.

Page 26: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

11

Menurut Slameto (2010: 54-60) faktor yang mempengaruhi belajar adalah

faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri

individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada

di luar individu. Slameto menjelaskan faktor Internal meliputi:

a. Faktor Jasmaniah

1) Faktor Kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-

bagian/bebas dari penyakit. Seseorang harus menjaga kesehatannya agar

dapat belajar dengan baik, hal tersebut dapat dilakukan dengan mengatur

pola makan, tidur, makan, olahraga, rekreasi, dan ibadah.

2) Cacat Tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang

sempurna mengenai tubuh/badan. Keadaan cacat tubuh juga

mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika

hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau

diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh

kecacatannya itu.

b. Faktor Psikologi

1) Faktor Intelegensi

Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan

untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan

cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak

Page 27: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

12

secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajari dengan cepat. Tingkat

intelegensi siswa berpengaruh terhadap kemajuan belajar.

2) Perhatian

Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu

pun semata-mata tertuju kepada suatu objek (benda/hal) atau sekumpulan

objek. Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan

pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran

itu sesuai dengan hobi atau bakat siswa.

3) Minat

Minat adalah kecenderungan tetap untuk memperhatikan dan mengenang

beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena jika

bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa

tidak akan belajar dengan baik.

4) Bakat

Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Bakat mempengaruhi belajar.

Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakanya, maka

hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastinya untuk

selanjutnya siswa akan giat dalam belajarnya.

5) Motif

Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai.

Didalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi

untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi

Page 28: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

13

penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya

penggerak/pendorong.

6) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang,

alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Jadi

kemajuan baru untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan

dan belajar.

7) Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi response atau bereaksi.

Kesiapan perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa

belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan

lebih baik.

c. Faktor Kelelahan

Kelelahan meliputi kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan

jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbulmya

kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan rohani dapat dilihat

dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk

mengahsilkan sesuatu hilang. Agar siswa dapat belajar dengan baik, kelelahan

dalam belajar harus dihindari.

Faktor eksternal menurut Slameto (2010: 60-72), yaitu:

a. Faktor Keluarga, meliputi:

1) Cara orang tua mendidik

2) Relasi antar anggota keluarga

Page 29: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

14

3) Keadaan ekonomi keluarga

4) Pengertian orang tua

5) Latar belakang kebudayaan

b. Faktor Sekolah, meliputi:

1) Metode mengajar dan belajar

2) Kurikulum

3) Relasi guru dengan siswa

4) Relasi siswa dengan siswa

5) Disiplin sekolah

6) Alat pelajaran

7) waktu sekolah

8) Standar pelajaran diatas ukuran

9) Keadaan gedung

10) Tugas rumah

c. Faktor Masyarakat, meliputi:

1) Kegiatan siswa dalam masyarakat

2) Media massa

3) Teman bergaul

4) Bentuk kehidupan masyarakat

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar dipengaruhi

oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri siswa,

meliputi kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap,

kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan. Faktor eksternal berasal dari

Page 30: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

15

luar diri siswa, meliputi faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat. Faktor internal

maupun eksternal sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

2.1.1.3 Prinsip-Prinsip Belajar

Salah satu tugas guru adalah mengajar. Dalam kegiatan mengajar tentu saja

tidak dapat dilakukan sembarangan, guru harus menggunakan teori dan prinsip

belajar agar bisa bertindak secara tepat. Menurut Rifa’i dan Anni (2012: 91-94)

prinsip belajar sebagai berikut.

a. Penguatan

Penguatan merupakan unsur penting di dalam belajar, karena penguatan itu

akan memperkuat perilaku. Menurut Skinner, penguatan itu ada dua macam,

yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif adalah

sesuatu bila diperoleh akan meningkatkan probabilitas respon atau perilaku.

Menyampaikan kata “bagus” setelah siswa merespon pertanyaan tertentu

merupakan reinforcement yang positif. Penguatan negatif adalah sesuatu yang

apabila ditiadakan akan meningkatkan probabilitas respon. Dengan kata lain

reinforcement negatif itu sebenarnya adalah hukuman.

b. Hukuman

Hukuman dimaksudkan untuk memperlemah atau meniadakan perilaku

tertentu dengan cara menggunakan kegiatan yang tidak diinginkan. Dalam

kegiatan belajar, pemberian hadiah lebih efektif dalam mengubah perilaku

seseorang dari pada hukuman. Oleh karena itu memberikan hukuman untuk

memperlemah perilaku hendaknya diterapkan secara bijak.

Page 31: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

16

c. Kesegaraan Pemberian Penguatan

Penguatan yang diberikan segera setelah perilaku muncul, akan menimbulkan

efek terhadap perilaku yang jauh lebih baik, dibandingkan dengan pemberian

penguatan yang diulur-ulur waktunya.

d. Jadual Penguatan

Penguatan dapat diberikan secara terus menerus atau berantara. Jika setiap

respon diikuti dengan penguatan, maka tindakan ini dinamakan pemberian

penguatan secara terus-menerus. Sebaliknya jika sebagian respon yang

mendapat penguatan, maka tindakan ini dinamakan penguatan berantara.

2.1.2 Hakikat Pembelajaran

2.1.2.1 Pengertian Pembelajaran

Menurut Hamdani (2011: 72), pembelajaran (belajar dan mengajar) adalah

proses komunikasi antara guru dan siswa. Komunikan pada proses pembelajaran

adalah siswa, sedangkan komunikatornya adalah guru dan siswa. Hal tersebut

sesuai dengan pendapat Susanto (2016: 18-19), pembelajaran merupakan

perpaduan dari dua aktivitas belajar dan mengajar. Aktivitas belajar secara

metodologi cenderung lebih dominan pada siswa, sementara mengajar secara

intruksional dilakukan oleh guru.

Menurut Aqib (2015: 66), proses belajar mengajar (pembelajaran) adalah

upaya sistematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran

berjalan efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi.

Page 32: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

17

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan pembelajaran

merupakan proses komunikasi antara guru dengan siswa, sumber belajar dan

lingkungan belajar yang melibatkan beberapa komponen untuk membantu siswa

mencapai tujuan dalam proses belajar.

2.1.2.2 Pembelajaran Efektif

Menurut Susanto ( 2016: 53-55) pembelajaran efektif merupakan tolak ukur

keberhasilan guru dalam mengelola kelas. Proses pembelajaran dikatakan efektif

apabila seluruh peserta didik dapat terlibat secara aktif, baik mental, fisik, maupun

sosialnya. Untuk dapat mewujudkan suatu pembelajaran yang efektif, maka perlu

diperhatikan beberapa aspek, yaitu:

a. Guru harus membuat persiapan mengajar yang sistematis.

b. Proses belajar mengajar (pembelajaran) harus berkualitas tinggi yang

ditunjukkan dengan penyampaian materi oleh guru secara sistematis, dan

menggunakan berbagai variasi di dalam penyampaian, baik itu media,

metode, suara, maupun gerak.

c. Waktu selama proses belajar mengajar berlangsung digunakan secara efektif.

d. Motivasi mengajar guru dan motivasi belajar siswa cukup tinggi.

e. Hubungan interaktif antara guru dan siswa dalam kelas bagus sehingga setiap

terjadi kesulitan belajar dapat segera diatasi.

Wotruba dan Wright dalam Uno dan Mohammad (2014: 174-183)

menjelaskan bahwa terdapat tujuh indikator pembelajaran efektif adalah sebagai

berikut.

Page 33: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

18

a. Pengorganisasian Materi yang Baik

Pengorganisasian materi terdiri dari perincian materi, urutan materi dari yang

mudah ke yang sukar, dan berkaitan dengan tujuan. Pengorganisasian materi

yang baik tercemin dalam perumusan tujuan dan pemilihan bahan atau topik

pada saat kegiatan pra-intruksional, yaitu membuat rencana pembelajaran.

Proses pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang tidak banyak

menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan semula, kecuali kalau

rencana itu telah ditentukan secara luwes.

b. Komunikasi yang Efektif

Komunikasi yang efektif dalam pembelajaran meliputi penyajian yang jelas,

kelancaran berbicara, interprestasi gagasan abstrak dengan contoh-contoh,

kemampuan wicara yang baik, dan kemampuan mendengar. Selain itu,

kemampuan komunikasi yang baik juga diwujudkan dalam pembuatan

rencana pembelajaran yang jelas.

c. Penguasaan dan Antusiasme terhadap Materi Pelajaran

Seorang guru dituntut untuk menguasai materi pelajaran dengan benar

sehingga materi dapat tersampaikan secara sistematis dan logis. Seorang guru

harus mampu menghubungkan materi yang diajarkan dengan pengetahuan

yang telah dimiliki para siswanya sehingga membuat pembelajaran menjadi

“hidup”. Selain guru dituntut untuk menguasai materi, guru juga harus

memilki kemauan dan semangat untuk memberikan pengetahuan dan

keterampilan kepada siswa.

Page 34: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

19

d. Sikap Positif terhadap Siswa

Sikap positf guru terhadap siswa bisa dilihat dari: (1) guru menerima respon

siswa secara baik; (2) memberi penguatan terhadap respons yang tepat; (3)

memberi tugas yang memberikan peluang memperoleh keberhasilan; (4)

menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa; (5) menghubungkan

materi yang akan diajarkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa; 6)

memberi kesempatan siswa untuk terlibat secara aktif; dan (7) mengendalikan

perilaku siswa selama kegiatan berlangsung.

e. Pemberian Nilai yang Adil

Keadilan dalam pemberian nilai tercemin dalam kesesuaian soal tes dengan

materi yang akan diajarkan, sikap konsisten terhadap pencapaian tujuan

pelajaran, usaha yang dilakukan siswa untuk mencapai tujuan, kejujuran

siswa dalam memperoleh nilai, dan pemberian umpan balik terhadap hasil

pekerjaan siswa.

f. Keluwesan dalam Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan pembelajaran yang bervariasi merupakan bentuk adanya

semangat dalam mengajar. Kegiatan belajar seharusnya ditentukan

berdasarkan karakteristik siswa dan mata pelajaran serta hambatan yang

dihadapi.

g. Hasil Belajar Siswa yang Baik

Keberhasilan belajar siswa dapat dilihat bahwa siswa tersebut menguasai

materi pelajaran yang diberikan. Penguasaan materi siswa dapat dilihat dari

ketuntasan hasil belajar siswa. Tingkat penguasaan materi dalam konsep

Page 35: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

20

belajar tuntas ditetapkan antara 75%-90%. Berdasarkan konsep belajar tuntas,

pembelajaran dikatakan efektif apabila setiap siswa sekurang-kurangnya

dapat menguasai 75% dari materi yang diajarkan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran efektif

merupakan pembelajaran yang telah berhasil mencapai tujuan pembelajaran yang

ditetapkan dengan ditandai seluruh peserta didik dapat terlibat aktif, baik mental,

fisik, maupun sosialnya.

2.1.2.3 Komponen Pembelajaran

Pembelajaran dalam prosesnya akan melibatkan berbagai komponen.

Menurut Sugandi dalam Hamdani (2011: 48) komponen-komponen pembelajaran

meliputi:

a. Tujuan

Tujuan secara eksplisit, diupayakan melalui kegiatan pembelajaran

instructional effect, biasanya berupa pengetahuan, keterampilan atau sikap

yang dirumuskan secara eksplisit dalam tujuan pembelajar.

b. Subyek Belajar

Subjek belajar dalam sistem pembelajaran merupakan komponen utama

karena berperan sebagai subjek sekaligus objek.

c. Materi Pelajaran

Materi pelajaran merupakan komponen utama dalam proses pembelajaran

karena materi pelajaran akan memberi warna dan bentuk kegiatan

pembelajaran.

Page 36: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

21

d. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran merupakan pola umum mewujudkan proses

pembelajaran yang diyakini efektivitasnya untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

e. Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan alat atau wahana yang digunakan guru dalam

proses pembelajaran untuk membantu menyampaikan pesan pembelajaran.

f. Penunjang

Penunjang dalam pembelajaran adalah fasilitas belajar, sumber belajar, alat

pelajaran, bahan pelajaran, dan semacamnya. Penunjang berfungsi

memperlancar dan mempermudah terjadinya prose pembelajara.

2.1.2.4 Prinsip-Prinsip Pembelajaran

Menurut Susanto (2016: 87-89) prinsip-prinsip pembelajaran sebagai

berikut.

a. Prinsip Motivasi

Prinsp motivasi adalah upaya guru untuk menumbuhkan dorongan belajar,

baik dari dalam diri anak atau dari luar diri anak, sehingga anak belajar

seoptimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

b. Prinsip Latar Belakang

Prinsip latar belakang adalah upaya guru dalam proses belajar mengajar

memerhatikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang telah dimiliki anak

agar tidak terjadi pengulangan yang membosankan.

Page 37: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

22

c. Prinsip Pemusatan Perhatian

Prinsip pemusatan perhatian adalah usaha untuk memusatkan perhatian anak

dengan jalan mengajukan masalah yang hendak dipecahkan lebih terarah

untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai.

d. Prinsip Keterpaduan

Prinsip keterpaduan merupakan hal yang penting dalan pembelajaran. Oleh

karena itu, guru dalam menyampaikan materi hendaknyamengaitkan suatu

pokok bahasan dengan pokok bahasan lain, atau subpokok bahasan dengan

subpokok bahasan lain agar anak mendapat gambaran keterpaduan dalam

proses perolehan hasil belajar.

e. Prinsip Pemecahan Masalah

Prinsip pemecahan masalah adalah situasi belajar yang dihadapkan pada

masalah-masalah. Hal ini dimaksudkan agar anak peka dan juga mendorong

mereka untuk mencari, memilih, dan mennetukan pemecahan masalah sesuai

dengan kemampuannya.

f. Prinsip Menemukan

Prinsip menemukan adalah kegiatan menggali potensi yang dimiliki anak

untuk mencari, mengembangkan hasil perolehannya dalam bentuk fakta dan

informasi. Untuk itu, proses belajar mengajar yang mengembangkan potensi

anak tidak akan menyebabkan kebisanan.

g. Prinsip Belajar Sambil Bekerja

Prinsip belajar sambil bekerja yaitu suatu kegiatan yang dikakukan

berdasarkan pengalaman untuk mengembangkan dan memperoleh

Page 38: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

23

pengalaman baru. Pengalaman belajar yang diperoleh melalui bekerja tidak

mudah dilupakan oleh anak. Dengan demikian, proses belajar mengajar yang

memberikan kesempatan kepada anak untuk bekerja, berbuat sesuatu akan

memupuk kepercayaan diri, gembira dan puas karena kemampuannya

tersalurkan dengan melihat hasil kerjanya.

h. Prinsip Belajar Sambil Bermain

Prinsip belajar sambil bermain merupakan kegiatan yang dapat menimbulkan

suasana menyenangkan bagi siswa dalam belajar, karena dengan bermain

pengetahuan, keterampilan, sikap, dan daya fantasi anak berkembang.

Suasana demikian mendorong anak aktif dalam belajar.

i. Prinsip Perbedaan Individu

Prinsip perbedaan individu yakni upaya guru dalam proses belajar mengajar

yang memerhatikan perbedaan individu dari tingkat kecerdasan, sifat, dan

kebiasaan atau latar belakangkeluarga. Hendaknya guru tidak memperlakukan

anak seolah-olah sama semua.

j. Prinsip Hubungan Sosial

Prinsip hubungan sosial adalah sosialisasi pada masa anak yang sedang

tumbuh yang banyak dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Kegiatan belajar

hendaknya dilakukan secara berkelompok untuk melatih anak menciptakan

suasana kerja sama dan saling menghargai satu sama lainnya.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa memerhatikan dan

menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran di atas perlu dilakukan oleh setiap guru

yang melakukan proses pembelajaran di sekolah. Tanpa itu, pembelajaran hanya

Page 39: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

24

mampu menyentuh aspek ingatan dan pemahaman saja. Karena guru yang masih

cenderung mendominasi pengajaran, merupakan salah satu penyebab rendahnya

hasil belajar yang dicapai oleh siswa.

2.1.2 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik

setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku

tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik (Rifa’i dan Anni,

2012: 69). Hasil belajar ialah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa,

baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari

kegiatan belajar (Susanto, 2016: 5).

Poerwanti (2008: 7.5) menjelaskan hasil belajar siswa dapat diklasifikasikan

ke dalam tiga ranah (domain), yaitu (1) domain kognitif (pengetahuan atau

mencakup kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika-matematika), (2) domain

afektif (sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan antar pribadi dan

kecerdasan intra pribadi dengan kata lain kecerdasan emosional), dan (3) domain

psikomotor (keterampilan atau yang mencakup kecerdasan kinestetik, kecerdasan

visual-pasial, dan kecerdasan musikal)

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan hasil belajar merupakan

perubahan perilaku seseorang setelah melakukan kegiatan belajar, mencakup

ranah kognitif, efektif, dan psikomotor.

Dalam penelitian ini peneliti menilai hasil belajar pada dua ranah yaitu

ranah kognitif dan psikomotor. Pada ranah kognitif, peneliti menilai hasil belajar

berdasarkan perolehan hasil pretest dan posttest siswa. Sedangkan pada ranah

Page 40: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

25

psikomotor, peneliti menilai hasil belajar berdasarkan keterampilan siswa dalam

menggambar ragam hias batik Semarangan.

2.1.4 Model Pembelajaran

Pembelajaran dilakukan di sekolah, dalam proses pembelajaran guru dan

siswa saling bertukar informasi. Joyce & Weil dalam Rusman (2013: 132)

berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang

dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan pembelajaran,

dan membimbing pembelajaran dikelas atau yang lain.

Soekamto dalam Shoimin (2014: 23) mengemukakan maksud dari model

pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang

sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan

belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagai perancang pembelajaran

dan para pengajar dalam merenncanakan aktivitas belajar mengajar.

Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada

strategi, metode, atau prosedur. Model pembelajaran mempunyai empat ciri yang

tidak dimiliki oleh strategi, metode, atau prosedur. Ciri-ciri tersebut yaitu, (1)

rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya; (2)

landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar; (3) tingkah

laku pembelajaran yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan

dengan berhasil; dan (4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan

pembelajarn itu dapat dicapai.

Page 41: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

26

2.1.5 Model Mind Mapping

2.1.5.1 Pengertian Model Mind Mapping

Menurut Silberman dalam Shoimin (2014: 105) Mind Mapping atau

pemetaan pikiran merupakan cara mencatat kreatif bagi tiap pembelajar untuk

menghasilkan gagasan, mencatat apa yang dipelajari atau merencanakan tugas

baru. Menurut Buzan (2013: 5) Mind Mapp menawarkan cara pembelajaran

menggunakan gambar, simbol, dan warna yang dipercaya sangat disukai anak-

anak. Setiap simbol, warna, huruf, dan kata-kata saling berkaitan sebagai

penjelasan mengenai sesuatu hal. Cara ini diyakini akan menjadi alat bantu yang

dapat memanfaatkan kedua otak ketika berpikir.

Menurut Edward (2009: 62) dengan Mind Mapping, maka anak akan

mecatat/meringkas menggunakan kata kunci (keyword) dan gambar. Perpaduan

dua hal tadi akan membentuk sebuah asosiasi di kepala anak dan ketika anak

melihat gambar tersebut akan terjelaskan ribuan kata yang diwakili oleh kata

kunci dan gambar tadi. Mind Mapping akan membuat otak lebih mudah

mengingat informasi dari pada menggunakan teknik mencatat tradisional,

dikarenakan Mind Mapping menggunakan garis lengkung, simbol, kata, gambar,

dan warna yang beragam sehingga lebih memudahkan untuk mengingat dan

menyerap materi yang telah dipelajari.

Berdasarkan penjelasan para ahli di atas, dapat disimpulkan model

pembelajaran Mind Mapping dapat memunculkan kreativitas serta lebih

memudahkan siswa dalam mengingat, menyerap materi yang telah dipelajari dan

memudahkan siswa mengatur segala informasi. Peneliti memilih model Mind

Page 42: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

27

Mapping karena model ini sangat menunjang dalam pembelajaran seni rupa

materi ragam hias batik Semarangan kelas V SDN Gugus Drupadi Kota

Semarang.

2.1.5.2 Langkah-Langkah Membuat Mind Mapping

Menurut Buzan (2013: 15-16) langkah-langkah membuat mind mapping

sebagai berikut.

a. Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan

mandatar.

b. Gunakan gambar atau foto untuk ide sentralnya.

c. Gunakan warna, warna membuat mind map lebih hidup, menambahkan

energi kepada pemikiran kreatif, dan menyenangkan.

d. Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-

cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya.

e. Buatlah garis yang melengkung, bukan garis lurus.

f. Gunakan satu kunci untuk setiap garis.

g. Gunakan gambar karena gambar bermakna seribu kata.

2.1.5.3 Langkah-Langkah Pembelajaran Model Mind Mapping

Menurut Lestari dan Yudhanegara (2017: 76) langkah-langkah model Mind

Mapping dalam pembelajaran, sebagai berikut.

a. Guru menyampaikan komptensi yang akan dicapai.

b. Guru menyampaikan materi pelajaran.

c. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang.

Page 43: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

28

d. Tiap kelompok menginventaris/mencatat poin-poin penting dari materi yang

disampaikan.

e. Tiap kelompok menyajikan kembali materi yang telah disampaikan guru

dalam bentuk peta konsep (mind map) berupa bagan atau diagram.

f. Perwakilan kelompok mempresentasikan peta konsep yang dibuat.

Shoimin (2014: 106-107) mengungkapkan terdapat tujuh langkah

pembelajaran menggunakan model Mind Mapping, yaitu:

a. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

b. Guru menyampaikan materi sebagaimana biasa.

c. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua

orang.

d. Siswa disuruh menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan

pasanganya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian

berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.

e. Seluruh siswa secara bergiliran/acak menyampaikan hasil wawancaranya

dengan teman pasangannya, sampai sebagian siswa sudah menyampaikan

hasil wawancaranya.

f. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum

dipahami oleh siswa.

g. Kesimpulan/penutup.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diperoleh langkah-langkah penerapan

Mind Mapping yang menarik dan mudah diterapkan pada siswa sekolah dasar.

Page 44: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

29

Mind mapping adalah bentuk visual dan cara mencatat kreatif, efektif serta

menarik sehingga cocok dikenalkan kepada siswa sekolah dasar.

2.1.5.4. Manfaat Mind Mapping

Menurut Deporter (2015: 172) terdapat empat manfaat pembelajaran

menggunakan Mind Mapping, yaitu fleksibel, dapat memusatkan perhatian,

meningkatkan pemahaman, dan menyenangkan.

a. Fleksibel, jika seorang pembaca tiba-tiba teringat untuk menjelaskan sesuatu

hal tentang pemikiran, kita dapat dengan mudah menambahkannya di tempat

yang sesuai dalam peta pikiran kita tanpa harus kebingungan.

b. Dapat memusatkan perhatian, kita tidak perlu berpikir untuk menangkap

setiap kata yang yang dibicarakan. Sebaliknya, kita dapat berkonsentrasi pada

gagasan-gagasannya.

c. Meningkatkan pemahaman, ketika membaca suatu tulisan atau laporan

teknik, peta pikiran akan mengingkatkan pemahaman dan memberikan

catatan tinjauan ulang yang sangat berarti nantinya.

d. Menyenangkan, imajinasi dan kreativitas kita tidak terbatas. Dan hal itu

menjadikan pembuatan dan peninjauan ulang catatan lebih menyenangkan.

2.1.5.5 Kelebihan dan Kekurangan Model Mind Mapping

Shoimin (2014: 107) menyebutkan kelebihan dan kelemahan Mind Mapping

sebagai berikut.

a. Kelebihan Model Mind Mapping

1) Cara cepat.

Page 45: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

30

2) Teknik ini dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang

muncul dalam pemikiran.

3) Proses menggambar diagram dapat memunculkan ide-ide yang lain.

4) Diagram yang sudah dibentuk bisa menjadi paduan untuk menulis.

b. Kelemahan Model Mind Mapping

1) Hanya siswa aktif yang terlibat dalam pembelajaran.

2) Tidak seluruh murid belajar karena pembelajaran dibuat kelompok.

3) Jumlah detail informasi tidak dapat dimasukkan.

Menurut Edward (2009: 64-65) mind mapping mempunyai banyak

keunggulan, yaitu:

a. Proses pembuatannya menyenangkan, karena tidak semata-mata hanya

mengandalkan otak kiri saja. Gambar dan warna yang digunakan dalam

pembuatan mind mapping merupakan penyeimbang kerja otak manuisa,

sehingga anak tidak akan mudah bosan.

b. Sifatnya unik (tidak monoton seperti sistem pendidikan yang kebanyakan

digunakan dalam dunia pendidikan sekarang ini), sehingga mudah diingat

serta menarik perhatian mata dan otak.

c. Topik utama materi pelajaran ditentukan secara jelas, begitu juga dengan

dengan hubungan antar informasi yang satu dengan yang lainnya.

2.1.6 Model Pembelajaran Picture and Picture

2.1.6.1 Pengertian Model Picture and Picture

Picture and Picture adalah suatu model belajar dengan menggunakan

gambar dan dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan yang logis (Shoimin,

Page 46: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

31

2014: 122). Model pembelajaran ini mengandalkan gambar yang menjadi faktor

utama dalam proses pembelajaran. Maka dari itu, sebelumnya guru sudah

menyiapkan gambar yang akan ditampilkan, baik dalam bentuk kartu atau carta

dalam ukuran besar.

Gambar sangat penting digunakan untuk memperjelas pengertian. Melalui

gambar, siswa mengetahui hal-hal yang belum pernah dilihatnya. Gambar dapat

membantu guru mencapai tujuan instruksional karena selain merupakan media

yang murah dan mudah diperoleh, juga dapat meningkatkan keaktifan siswa.

Selain itu, pengetahuan dan pemahaman siswa menjadi lebih luas, jelas, dan tidak

mudah dilupakan.

2.1.6.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Model Picture and Picture

Menurut Aqib (2015: 18) langkah-langkah model Picture and Picture dalam

pembelajaran, sebagai berikut.

a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

b. Menyajikan materi sebagai pengantar.

c. Guru menunjuk/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan

materi.

d. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/ mengurutkan

gambar-gambar menjadi urutan yang logis.

e. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.

f. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru mulai menanamkan konsep/ materi

sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

g. Kesimpulan/rangkuman.

Page 47: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

32

Menurut Shoimin (2014: 123-124) langkah-langkah pembelajaran dengan

model Picture and Picture, yaitu:

a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

Pada langkah ini guru diaharapkan dapat menyampaikan kompetensi dasar

mata pelajaran yang disampaikan sehingga siswa dapat mengukur sejauh

mana materi yang harus dikuasai. Disamping itu, guru juga harus

menyampaikan indikator-indikator ketercapaian kompetensi dasar sehingga

sampai dimana indikator dapat dicapai oleh peserta didiik.

b. Menyajikan materi sebagai pengantar.

Penyajian materi sebagai pengantar adalah sesuatu yang penting. Dari sini

guru memberikan momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam

pembelajaran dapat dimulai dari sini. Hal ini karena guru dapat memberikan

motivasi yang menarik perhatian siswa yang belum siap. Dengan motivasi

dan teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa

untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.

c. Guru menunjukkan atau memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan

dengan materi.

Dalam proses penyajian materi, siswa diajak agar ikut terlibat aktif dalam

proses pembelajarn dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukkan oleh

guru atau temannya.

d. Guru menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian memasang atau

mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.

Page 48: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

33

Pada langkah ini guru mampu memberikan motivasi. Ini karena penunjukkan

secara langsung kadang kurang efektif dan membuat siswa merasa dihukum.

Sebagai cara alternatifnya, salah satunya adalah dengan undian sehingga

siswa merasa memang harus menjalankan tugas yang diberikan. Gambar-

gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutkan, dibuat, atau

dimodifikasi.

e. Guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran urutan gambar tersebut.

Setelah itu ajaklah siswa untuk mencantumkan rumus, tinggi, jalan cerita,

atau tuntutan KD dengan indikator yang akan dicapai. Usahakan diskusi

berlangsung dengan tertib dan terkendali. Ingat ini adalah diskusi buka debat,

jadi guru harus mampu mengendalikan situasi yang terjadi sebagai moderator

utamanya.

f. Dari alasan urutan gambar tersebut guru memulau menanamkan konsep atau

materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar, guru harus memberikan

penekanan pada kompetensi yang ingin dicapai dengan meminta siswa lain

untuk mengulangi, menuliskan atau bentuk lain dengan tujuan siswa

mengetahui bahwa hal ini penting dalam pencapaian KD dan indikator yang

telah ditetapkan.

g. Kesimpulan dan rangkuman.

Kesimpulan dan rangkuman dilakukan dengan siswa. Guru membantu dalam

proses pembuatan kesimpulan.

Page 49: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

34

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pembelajaran

model Picture and Picture menggunakan gambar dalam pembelajaran sebagai

media untuk menyampaikan materi pelajaran.

2.1.6.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Picture and Picture

Shoimin (2014: 125-126) menyebutkan kelebihan dan kekurangan model

Picture and Picture sebagai berikut.

a. Kelebihan Model Picture and Picture

1) Memudahkan siswa untuk memahami apa yang yang dimaksud oleh guru

ketika menyampaikan materi pembelajaran.

2) Siswa cepat tanggap atas materi yang disampaikan karena diringi dengan

gambar-gambar.

3) Siswa dapat membaca satu per satu sesuai dengan petunjuk yang ada pada

gambar-gambar yang diberikan.

4) Siswa lebih berkonsentrasi dan asik karena tugas yang diberikan oleh guru

berkaitan dengan permainan mereka sehari-hari, yakni bermain gambar.

5) Adanya saling kompetensi antar kelompok dalam penyusunan gambar

yang telah dipersiapkan oleh guru sehingga suasana kelas terasa hidup.

6) Siswa lebih kuat mengingat konsep-konsep atau basaan yang ada pada

gambar.

7) Menarik bagi siswa karena melalui audio visual dalam bentuk gambar-

gambar.

b. Kekurangan Model Picture and Picture

1) Memakan banyak waktu

Page 50: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

35

2) Banyak siswa yang pasif

3) Harus mempersiapkan banyak alat dan bahan yang berhubungan dengan

materi yang akan diajarkan dengan model tersebut.

4) Guru khawatir akan terjadi kekacauan di kelas.

5) Membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

2.1.7 Pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan

Pendidikan seni budaya dan keterampilan merupakan pendidikan seni yang

berbasis budaya yang meliputi seni rupa, seni musik, seni tari dan keterampilan.

Pendidikan seni di sekolah, dapat dijadikan sebagai dasar pendidikan dalam

membentuk jiwa dan kepribadian, berakhlak mulia (Susanto, 2016: 261).

Sedangkan menurut Fisher dalam Kamaril (2007: 1.41), pendidikan seni untuk

anak sekolah dasar lebih diutamakan pada pembentukan kesadaran estetis

terhadap diri dan lingkungannya melalui aktivitas seni yang ekspresif kreatif.

Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran seni budaya dan keterampilan di

sekolah dasar siswa dapat belajar melalui seni dan siswa dapat mengembangkan

cita rasa keindahan dan mengolah kemampuan menghargai seni.

2.1.7.1 Ruang Lingkup Seni Budaya dan Keterampilan

Ruang lingkup pembelajaran seni di sekolah dasar sangat luas. Kondisi ini

memerlukan pengajar yang ahli dalam bidang ini. Kenyataannya, guru sekolah

dasar sebagai guru kelas dalam menjalankan tugas profesinya menemukan

kendala terkait dengan profesionalnya seperti penguasaan materi serta masalah

kendala struktural, waktu yang terbatas. Menurut Sobandi (2008: 29) adapun

Page 51: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

36

cakupan materi pembelajaran seni budaya dan keterampilan di sekolah dasar

diantaranya sebagai berikut.

a. Seni rupa, mencakup pengetahuan, keterampilan, dan nilai dalam

menghasilkan karya seni berupa lukisan, patung, ukiran, cetak-mencetak, dan

sebagainya.

b. Seni musik, mencakup kemampuan untuk menguasai olah vokal, memainkan

alat musik, apresiasi karya seni musik.

c. Seni tari, mencakup keterampilan gerak berdasarkan olah tubuh dengan

rangsangan bunyi, apresiasi terhadap gerak tari.

d. Seni drama, mencakup keterampilan pementasan dengan memadukan seni

musik, seni tari dan seni peran.

e. Keterampilan, mencakup segala aspek kecakapan hidup (life skills) yang

meliputi keterampilan personal, keterampilan sosial, keterampilan vokasional,

dan keterampilan akademik.

Pada umumnya pembelajaran seni budaya dan keterampilan di sekolah dasar

dilakukan oleh guru kelas sehingga dalam praktek pembelajaran, sekolah diberi

kesempatan untuk mengajarkan minimal satu bidang seni sesuai dengan

kemampuan sumber daya manusia serta fasilitas yang tersedia dari ke empat

bidang seni tersebut (Susanto, 2016: 264). Namun dalam penelitian ini, peneliti

membatasi pada aspek seni rupa karena sesuai dengan materi yang akan diteliti

yaitu ragam hias batik Semarangan.

Page 52: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

37

2.1.7.2 Tujuan Pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan

Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan di Sekolah Dasar memiliki

tujuan mengembangkan sikap serta kemampuan berkarya dan berapresiasi, sesuai

dengan pendapat Susanto (2016: 265) mata pelajaran Seni Budaya dan

Keterampilan bertujuan agar siswa memiliki kemampuan, sebagai berikut.

a. Memahami konsep dan pentingnya seni budaya dan keterampilan.

b. Menampilkan sikap apresiasi terhadap seni budaya dan keterampilan.

c. Menampilkan kreativitas melalui seni budaya dan keterampilan.

d. Menampilkan peran serta dalam seni budaya dan keterampilan dalam tingkat

lokal, regional, maupun global.

2.1.8 Hakikat Seni Rupa

2.1.8.1 Pengertian Seni Rupa

Seni rupa adalah seni yang ada rupanya, artinya seni yang wujudnya dapat

diindera dengan mata dan diraba. Menurut Kristanto (2014: 6), seni rupa

merupakan cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa

ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan.

Menurut Kamaril (2007: 2.5) seni rupa adalah bentuk ungkapan yang

dinyatakan melalui media rupa. Dapat dikatakan bahwa seni rupa adalah bentuk

ungkapan yang dicurahkan melalui media rupa (visual) menjadi karya dwimatra

atau trimatra. Secara luas dapat dikatakan bahwa seni rupa adalah perwujudan

kesan yang diperoleh dari sesuatu yang dilihat dan diraba.

Page 53: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

38

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa seni rupa adalah

salah satu cabang seni yang mengungkapkan gagasan dan perasaan manusia

dengan wujud yang dapat dilihat dan diraba.

2.1.8.2 Tujuan Pendidikan Seni Rupa

Tujuan pendidikan seni rupa dalam lingkup sekolah formal di Indonesia

menurut Salam dalam Sobandi (2008: 74) adalah :

a. Mengembangkan keterampilan menggambar

b. Menanamkan kesadaran budaya lokal

c. Mengembangkan kemampuan apresiasi seni rupa siswa

d. Menyediakan kesempatan mengaktualisasi diri

e. Mengembangkan penguasaan disiplin ilimu seni rupa

f. Mempromosikan gagasan multikultural

2.1.8.3 Unsur-Unsur Seni Rupa

Seni rupa cabang seni yang bentuk karyanya diminati dengan indera

penglihatan dan rabaan. Seni rupa sebagai salah satu cabang seni juga memiliki

unsur-unsur yang membangun karya seni rupa. Unsur-unsur seni rupa menurut

Kamaril (2007: 3.5-3.14) sebagai berikut.

a. Bintik

Bintik dapat dikatakan sebagai unsur utama dalam konsep dan unsur yang

paling sederhana secara visual. Titik merupakan bentuk pertama disaat anda

menyentuk pensil pada kertas secara visual.

Page 54: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

39

b. Garis

Garis merupakan pengembangan dari titik, yakni memiliki panjang namun

relatif tidak memiliki lebar. Garis memiliki posisi atau menunjukkan arah.

Garis dapat berperansebagai penghubung dua titik, pelingkup bidang, menjadi

sumbu penyilang atau membatasi bidang.

c. Bidang

Bidang merupakan pengembangan garis yang melingkupi dari beberapa sisi.

Bidang mempunyai sisi panjang dan lebar dibatasi kontur, dan menyatakan

permukaan, bahkan memiliki ukuran.

d. Warna

Warna dapat dilihat karena adanya cahaya yang hadir. Kehadiran warna

bersifat nyata seperti papan yang dicat, atau bersifat maya seperti biruya

langit atau birunya laut pada saat anda melihatnya langsung.

e. Tekstur

Tekstur adalah sifat dan keadaan suatu permukaan bidang atau permukaan

bidang. Setiap benda mempunyai sifat permukaan yang berbeda, hal ini

tergantung dari bahan apa benda itu dibuat.

f. Ruang dan Cahaya

Ruang merupakan bagian-bagian dari batas-batas yang mengelilingi bentuk,

atau tempat dimana bentuk-bentuk itu diletakkan. Jenis ruang terkesan dan

tergantung dari cara pengamatan penglihatnya, apakah ruang pada karya

dwimatra atau ruang yang terdapat pada karya trimatra.

Page 55: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

40

2.1.8.4 Prinsip-Prinsip Seni Rupa

Prinsip-prinsip seni rupa terdiri dari kesatuan, keseimbangan, irama,

penekanan, proporsi dan keselarasan (Pamadhi, 2012: 2.62-2.62). Berikut

penjelasannya,

a. Kesatuan

Kesatuan dalam seni rupa adalah terbentuknya berbagai unsur yang saling

menunjang satu sama lain dalam membentuk komposisi yang baik dan saling

serasi.

b. Keseimbangan

Keseimbangan adalah upaya untuk menyeimbangkan proporsi kiri kanan,

atau atas bawah sehingga terlihat semetris.

c. Irama

Irama dalam seni rupa dapat tercipta atas dasar perbedaan. Namun dapat juga

atas dasar peletakkan. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa irama dalam

pemahaman seni rupa merupakan susunan atau perulangan dari unsur-unsur

rupa yang diatur, berupa susunan garis, bentuk maupun susunan warna.

d. Penekanan

Unsur penekanan pada objek tertentu dalam seni rupa merupakan bentuk

penekanan. Fokus utama objek terdiri atas beberapa bagian, satu di antara

menjadi lebih menonjol. Tujuan penekanan ini utnuk memberi pusat

perhatian atas objek yang ditampilkan dalam sebuah karya seni rupa.

Page 56: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

41

e. Proporsi

Proporsi ada dua jenis, yaitu proporsi serasi dan proporsi tidak serasi.

Proporsi dalam seni rupa memberikan perbandingan antara bagian-bagian

yang satu dengan bgian secara keseluruhan.

f. Keselarasan

Keselarasan merupakan prinsip yang digunakan untuk menyatukan beberapa

unsur rupa walaupun berasal dari bentuk yang berbeda. Keselarasan dalam

seni rupa dapat meliputi masalah warna atau komposisi laian yang

membentuk sebuah karya seni rupa.

2.1.8.5 Karya Seni Rupa Dwimatra (Dua Dimensi)

Karya seni rupa dwimatra atau dua dimensi adalah jenis seni rupa yang

ditandai dengan ukuran (dimensi) luas, yaitu panjang dan lebar, oleh karenanya

bentuk karya ini berupa bidang datar. Karya seni rupa dwimatra ini ialah

menggambar, seni lukis, dan mencetak dengan berbagai medium, seni ilustrasi,

seni grafis, desain reklame serta yang lainnya yang bercirikan luas (Pamadhi,

2012: 8.6).

Karya seni rupa dwimatra adalah suatu pengucapan artistik yang

diwujudkan dalam bidang dua dimensional yakni wujud yang mempunyai dua

ukuran, panjang, dan lebar, bersifat datar hanya dapat diamati dari arah depan

seperti gambar, lukisan, hasil cetak, kolase dan lainnya (Kamaril, 2007: 4.1).

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa karya seni rupa

dwimatra atau dua dimensi adalah seni rupa yang mempunyai luas yaitu panjang

Page 57: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

42

dan lebar serta hanya dapat diamati dari arah depan. Pada penelitian ini, peneliti

membatasi materi penelitian adalah ragam hias batik Semarangan.

21.9 Hakikat Apesiasi

2.1.9.1 Pengertian Apresiasi

Apresiasi berasal dari kata appreciate (Belanda) atau appreciation

(Inggris) yang artinya menentukan nilai, memahami dan menikmati. Apresiasi

merupakan kegiatan mental individu dalam proses penilaian. Apresiasi adalah

kesadaran terhadap nilai-nilai seni dan budaya sehingga dapat mengadakan

penilaian atau penghargaan terhadapnya (Kristanto, 2014: 20). Sedangkan

menurut Sobandi (2008: 116-117), apresiasi karya seni rupa adalah pengenalan,

pemahaman, penikmatan terhadap unsur-unsur dan nilai-nilai seni yang

terkandung dalam karya seni sehingga tumbuh ketertarikan terhadap seni serta

kenikmatan yang timbul.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa apresiasi merupakan proses

pengenalan nilai-nilai seni untuk menghargai makna (arti) yang terkandung di

dalam seni melalui kegiatan pengamatan.

2.1.9.2 Jenis-Jenis Apresiasi

Untuk dapat melakukan apresiasi secara baik maka setidaknya kita dapat

memilih metode atau cara pengungkapan yang tepat sesuai dengan benda seni

yang kita hadapi serta kondisi dan waktu yang ada. Oleh karena itu, apresiasi

berdasarkan cara pengukapannya menurut Kristanto (2014: 21) dibagai menjadi

dua jenis yaitu apresiasi secara lisan dan apresiasi secara tertulis.

Page 58: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

43

a. Apresiasi Secara Lisan

Apresiasi secara lisan adalah cara pengungkapan kegamunan kita terhadap

benda seni secara langsung lewat bicara dan bersifat spontanitas. Bentuk

apresiasi ini akan mudah dilakukan oleh seseorang yang sedang berhadapan

dengan benda seni namun biasannya ada aspek-aspek yang tidak diungkapkan

secara keseluruhan.

b. Apresiasi Secara Tertulis

Apresiasi secara tertulis adalah apresiasi yang pengungkapnnya bisa

dilakukan secara sistematis dengan sesuai dengan apa yang semula

direncanakan sehingga hasilnya lebih terarah dan seusai yang diharapkan.

Apresiasi secara tertulis dapat menggunakan sistematika secara umum yaitu

dimulai pendahuluan, isi, dan penutup.

2.1.9.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Apresiasi

Seorang seniman dalam menciptakan karya-karyanya berusaha

menghasilkan sebuah bentuk yang unik, karya yang menimbulkan rangsangan

kepada penontonnya untuk menimbulkan imajinasi. Menurut Kristanto (1014: 22-

23) faktor yang mempengaruhi sebuah hasil apresiasi dapat dibagi menjadi dua,

yaitu pribadi pengamat dan konsisi pribadi.

a. Pribadi Pengamat

Untuk dapat merasakan atau menghayati sebuah karya tentunya sangat

bergantung pada kemauan dan minat, sikap subyektif, dan kepekaan.

Page 59: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

44

b. Kondisi Pribadi

Kondisi pribadi ini sangat beperan dalam memengaruhi tingkat apresiasi

seseorang. Misalnya apabila seseorang sedang senang dan kaya maka akan

lebih tertarik untuk mengkoleksi seni kerajinan yang mahal harganya, seperti

kerajinan dari kuningan karena mampu menigkatkan status sosial dalam

masyarakat.

2.1.9.4 Tujuan Apresiasi Seni

Secara khusus dalam konteks pendidikan dan pembelajaran, Darby dalam

Sobandi ( 2008: 123-124) mengemukakan tujuan apresiasi seni, yaitu:

a. Mempertajam kemampuan siswa dalam mempertimbangkan dan

mengembangkan nilai-nilai, opini dan pandangannya melaui kegiatan

interaksi dengan karya seni dalam bentuk menanggapai karya tersebut.

b. Mempertajam kemampuan siswa dalam kemampuan kritik seni berupa

kemampuan dalam mendeksripsikan karya seni dan mebuat perbandingan

karya seni (gambar/karya seni lainnya) menurut jenisnya.

c. Mempertajam kemampuan siswa dalam membuiat dan memberikan

tanggapan estetik terhadap lingkungannya berdasarkan pengalaman sehari-

hari sehingga mengetahui proses pembuatan karya seni.

d. Meningkatkan partisipasi siswa agar siswa aktif dalam berkarya seni dengan

memahami berbagai cara pembuatan karya seni.

Page 60: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

45

2.1.9.5 Tahapan Apresiasi

Tahapan apresiasi bermula dari hal yang khusus ke hal yang umum, fokusnya

adalah fakta visual, kemudian menarik kesimpulan secara umum. Menurut

Kristanto (2014: 23-25) tahapan apresiasi sebagai berikut.

a. Deskripsi

Deskripsi adalah suatu penggambaran atau pelukisan subject matter karya

seni rupa secara verbal sehingga citra karya dapat terbangun atau

terbayangkan pada pengamat. Deskripsi bukan menggantikan karya itu

sendiri tetapi hanya penjelasan mengenai gambaran visual mengenai citra

yang ditampilkan secara jelas dan gamblang. Deskripsi ini adalah sama

dengan melakukan pengamatan karena berusahan mengidentifikasi bentuk-

bentuk secara visual.

b. Analisis Formal

Analisis formal, tahapan setelah deskripsi, merupakan menjelaskan objek

dengan dukungan beberapa data yang tampak secara visual. Diawali

menganalisis objek secara keseluruhan mengenai kualitas unsur-unsur visual

kemudian dianalisis perbagian, seperti menjelaskan tata cara

pengorganisasian unsur-unsur elementer kesenirupaan seperti kualitas garis,

bidang, warna, tekstur, dan lain sebagainya.

c. Interprestasi

Interprestasi adalah kegiatan menafsir hal-hal yang terdapat di balik sebuah

karya untuk mencari makna, pesan, atau nilai yang dikandungnya.

Interprestasi dilakukan dengan cara melakukan penghayatan secara seksama

Page 61: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

46

terhadap karya setelah melakukam pengamatan yang seksama baik secara

deskriptif maupun analisis bentuknya.

d. Evaluasi

Evaluasi atau penilaian didasarkan atas deskripsi, analisis formal, dan

interprestasi dikemudian direlasikan dengan faktor-faktor lain. Faktor lain

tersebut misalnya tingkat keberhasilan mrenyampaikan pesan, nilai estetik

secara relatif dan konstektual, gaya perseorang, tema, kreativitas, dan teknik

mewujudkannya.

Page 62: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

47

Gambar 2.1 Peta Konsep Materi Ragam Hias Batik Semarangan

Page 63: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

48

2.1.10 Materi Jenis Ragam Hias Batik Semarangan

2.1.10.1 Jenis Ragam Hias Batik Semarangan

Ada bermacam-macam ragam hias, seperti ragam hias tumbuhan, hewan,

manusia dan geometris. Ragam hias tersebut sering kita jumpai pada kain songket,

tenun, celup ikat dan batik. Semarang adalah salah satu kota penghasil kain batik

dengan ragam hias yang beragam. Berikut akan dijelaskan tentang jenis ragam

hias batik Semarang.

a. Ragam Hias Tumbuhan

Ragam hias tumbuhan terinspirasi dari tumbuhan. Ragam hias tumbuhan atau

sulur-suluran banyak terdapat pada kain batik. Wujudnya berupa hiasan yang

diperoleh dari objek yang distilir. Contoh kain dengan ragam hias tumbuhan

adalah batik pohon asem arang dari Semarang.

Gambar 2.2 Ragam Hias Pohon Asem Arang

b. Ragam Hias Hewan

Ragam hias hewan banyak terdapat pada kain songket dan kain tenun. Ragam

hias tersebut berupa bentuk-bentuk hewan yang stilir atau disederhanakan.

Selain terdapat pada kain songket dan tenun, ragam hias hewan juga terdapat

pada kain batik, contohnya ragam hias burung merak, ragam hias kupu-kupu,

ragam hias blekok dan ragam hias bangau semawis pada kain batik

Semarangan.

Page 64: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

49

Gambar 2.3 Ragam Hias Merak

c. Ragam Hias Manusia

Ragam hias manusia banyak terdapat pada kain batik, tenun dan songket.

Ragam hias tersebut juga berbentuk manusia yang stilir atau disederhanakan.

Selain berbentuk manusia yang disederhanakan, juga ada yang berbentuk

wayang. Contohnya ragam hias wayang pada kain batik Semarangan.

Gambar 2.4 Ragam hias Wayang Batik Semarangan

d. Ragam Hias Geometris

Ragam Hias Geometris berupa bentuk-bentuk garis-garis yang tidak selalu

lurus. Contohnya adalah ragam hias samudara naga batik Semarangan.

Gambar 2.5 Ragam Hias Samudra Naga

Page 65: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

50

e. Ragam Hias Lain

Yang dimaksud Ragam hias lain adalah ragam hias yang tidak dapat

dikelompokkan pada jenis ragam hias di atas. Contohnya ragam hias

berbentuk gunung dan awan atau pinggir awan pada kain batik.

2.1.10.2 Makna Ragam Hias Batik Semarangan {Sari, A. 2015. Makna Ragam

Hias Batik Semarang.html (diunduh tanggal 18 Maret 2017)}

Jenis-jenis ragam hias yang telah dibicarakan di atas sebagain besar memiliki

makna. Ragam hias tumbuhan atau lung-lungan kebanyakan dianggap sebagai

lambang kehidupan atau kesuburan. Contohnya adalah ragam hias pohon yang

dianggap sebagai lambang kesuburun. Burung merak dan kupu-kupu

melambangkan benua atas atau langit. Benus bawah atau bumi dilambangkan

dengan ragam hias ular, ikan, penyu, atau hewan air lainnya.

Ragam hias manusia kebanyakan dianggap sebagai lambang roh nenek

moyang atau lambang kesaktian. Diantara ragam hias manusia tersebut, terutama

yang berbentuk wayang, melambangkan tokoh yang memiliki karakter yang

dikagumi. Selain dimaknai secara tunggal, ragam hias juga dimaknai secara

kelompok. Setiap ragam batik Semarangan mempunyai makna yang terkandung.

Berikut beberapa contoh ragam hias batik Semarang:

Gambar 2.6 Ragam Hias Blekok

Page 66: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

51

Ragam hias ini menggambarkan sepasang burung blekok yang sedang

bercengkrama. Pola ragam hias batik ini terinspirasi oleh keberadaan habitat

burung burung Blekok liar yang terdapat di kawasan Srondol, Semarang. Burung-

burung itu biasanya bertengger diantara cabang-cabang pohon asem yang ada di

depan markas Benteng Rider di Srondol. Ragam hias ini melambangkan

keseimbangan lingkungan, baik alam maupun sosial.

Gambar 2.7 Ragam Hias Tugu Muda

Ragam hias batik ini menggambarkan Tugu Muda dikelilingi sulur atau

tanaman menjalar. Pola ini terinspirasi Tugu Muda sebagai monumen

Pertempuran Lima Hari di Semarang untuk menghormati jasa pahlawan. Tugu

Muda terletak di Jalan Pemuda, Jalan Pandanaran Semarang.

Gambar 2.8 Ragam Hias Lawang Sewu

Ragam hias batik Lawang Sewu adalah ragam hias landmark. Lawang Sewu

adalah gedung tua bekas kantor perusahaan kereta peninggalan Belanda. Gedung

ini memiliki banyak pintu, karena itu dijuluki Lawang Sewu . Gedung ini menjadi

Page 67: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

52

ikon kota Semarang yang sangat terkenal. Sehingga gambar gedung Lawang Sewu

banyak dijadikan ragam hias batik Semarangan.

Gambar 2.9 Ragam Hias Ngarak Warak

Batik ragam hias Ngarak Warak adalah batik dengan corak landmark.

Ragam hias menggambarkan mengarak/menggiring warak. Warak adalah mainan

anak-anak yang dulu sangat populer di kota Semarang dan sekitarnya, dan biasa

dijual saat megengan atau pasar malam/dugderan menjelang bulan suci. Bentuk

fisiknya adalah hewan berkaki empat dengan leher panjang, berbulu keriting (bisa

juga lurus atau acak-acakan) dengan aneka warna khususnya merah, putih,

kuning, hijau dengan sudut-sudut tubuh dan kepala yang lurus.

Gambar 2.10 Ragam Hias Ganggang

Ragam hias batik Semarangan yang bernama Kampung Laut Latar

Ganggang ini adalah ragam hias batik Semarangan yang menggambarkan

keadaan alam kota Semarang yang terletak di daerah pesisir.

Page 68: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

53

Gambar 2.11 Ragam Hias Sam Po Kong

Ragam hias ini menggambarkan panglima Cheng Ho yang berlatar belakang

klenteng, ini melambangkan kehadiran budaya Cina di Semarang.

2.1.10.3 Sejarah Batik Semarangan {Meita. 2014. Batik Semarang dan

Sejarahnya, http://batik semarang dan sejarahnya. html (diunduh 1

Februari 2017)}

Semarang merupakan daerah pelabuhan dan salah satu pusat investasi

industri terbesar di Indonesia. Semarang sering disinggahi bangsa dan budaya

luar, sehingga banyak akulturasi budaya terjadi. Batik Semarangan kurang dikenal

oleh masyarakat, karena jumlah produsen batik relatif kecil. Pengrajin batik

Semarang tidak pernah membakukan motif, seperti halnya pengrajin-pengrajin

batik di kota Solo, Jogja atau Pekalongan. Masyarakat pesisir Utara Jawa

umumnya membatik dengan motif naturalis, seperti binatang, alam, rumah, dan

lain-lain. Hal ini berbeda dengan batik Solo dan Jogja yang mempunyai motif

pakem dari Kraton.

Di Semarang pernah ada Kampung Batik Semarang. Kampung batik

Semarangan terletak di Desa Bubakan Kecamatan Mijen. Kampung Batik

Semarang pernah mengalami kejayaan sebelum akhirnya tahun 1924 terbakar,

saat itu Semarang masih dalam masa pendudukan Jepang. Sejak saat itu Kampung

Batik Semarang seolah mati suri. Usaha untuk membangkitkan kembali Kampung

Batik Semarang pernah dirintis pada awal tahun 1980 namun gagal bertahan dan

Page 69: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

54

kembali tenggelam. Tentunya banyak faktor yang menyebakan kegagalan

tersebut. Sampai akhirnya Kampung Batik Semarang mulai bangkit di tahun 2006.

Upaya kembali membangkitkan batik Semarang dimulai tahun 2006,

dipelopori Pemerintah Kota Semarang saat itu. Walaupun tidak ditemukan

generasi pengrajin batik asli dari Kampung Batik, namun pelatihan-pelatihan

membuat batik dan sosialisasi batik Semarangan telah banyak diadakan. Tapi

gregetnya hingga sekarang belum sehebat gaung batik kota lainnya.

Pada tanggal 24 Juli 2007, Pemerintah Kota Semarang mengadakan seminar

yang membahas motif dan identitas batik. Disepakati bahwa batik Semarang

adalah batik yang diproduksi oleh orang atau warga Kota Semarang dengan motif

atau ragam hias yang berhubungan dengan ikon-ikon Semarang.

2.1.10.4 Jenis Batik Semarangan {Diana. 2013. Jenis Batik. http:// jenis-

batik.html (diunduh tanggal 18 Maret 2017)}

a. Batik Tulis

Batik tulis adalah batik yang dibuat dengan menggunakan canting.

Pembuatan batik tulis ini lebih lama yaitu sekitar 2-3 bulan. Batik tulis tidak

memiliki motif pengulangan yang jelas dengan ukuan garis motif yang relatif

kecil dibandingkan dengan batik cap.

b. Batik Cap

Batik cap adalah teksture atau corak batik yang dibentuk dengan cap.

Biasanya proses pembuatan batik cap lebih cepat dari batik tulis yaitu sekitar

2-3 hari. Batik cap dikerjakan manual dengan menggunakan alat cap yang

biasanya terbuat dari tembaga yang dibentuk dengan design tertentu. Alat cap

Page 70: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

55

(stempel) tersebut selanjutnya dicelupkan ke dalam lilin panas, kemudian

ditekan atau dicapkan pada kain. Gambar batik cap biasanya tidak tembus

pada kedua sisi kain.

c. Batik Kombinasi

Proses penggambaran malam pada pada kain menggunakan canting dan cap.

Dalam proses pembuatan batik kombinasi ini memerlukan persiapan-

persiapan yang rumit, terutama pada penggabungan motif yang ditulis dan

motif capnya, sehingga efisiensinya rendah (hampir sama dengan batik tulis)

dan nilai seni produknya disamakan dengan batik cap. Adapun proses

pembuatannya melalui tahap persiapan, pemolaan (untuk motif besar),

pembatikan (motif yang tidak dapat dicap), pecapaan, pewarnaan, pelorodan

dan penyempurnaan.

d. Batik Sablon

Batik sablon atau disebut juga batik printing adalah batik yang proses

pembuatannya dicetak melalui proses sablon. Proses batik dapat diselesaikan

tanpa menggunakan lilin malam serta canting. Prosesnya sama seperti

pembuatan spanduk atau kaos sablon namun dengan bahan warna yang lebih

bagus mutunya. Permukaan kain batik sablon jika dilihat hanya satu sisi saja

yag bergambar, sedangkan sisi lainnya polos. Hal inilah yang membuat warna

batik sablon lebih cepat luntur karena warnanya tidak meresap ke kain.

e. Batik Lukis

Batik yang dibuat tanpa menggunakan canting dan cap. Pembuatan batik

dengan metode lukis juga sedikit rumit dan memakan waktu yang agak lama

Page 71: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

56

walaupun tidak seperti batik tulis karena motif dilukis langsung di media kain

yang akan dibuat menjadi batik.

f. Batik Jumput

Jumputan merupakan salah satu jenis batik yang pembuatannya dilakukan

dengan cara mengikat kencang di beberapa bagian kain kemudian dicelupkan

pada pewarna. Oleh karena itu, sebagian orang juga menyebut Jumputan

sebagai batik ikat celup.

2.1.10.5 Alat dan Bahan Membuat Batik Semarangan

a. Alat untuk membuat batik

1) Bandul

Bandul terbuat dari logam, misalnya besi, timah, tembaga, atau kuningan.

Bisa juga menggunakan kayu atau batu. Bandul digunakan untuk

menahan kain mori yang baru dibatik agar tidak mudah ditiup angin atau

tarikan pembatik secara tidak sengaja.

2) Dingklik

Dingklik atau bangku adalah tempat duduk yang digunakan untuk

pembatik. Tingginya disesuaikan dengan tinggi orang yang membatik.

Bangku ini biasanya terbuat dari kayu atau rotan.

3) Gawangan

Gawangan digunakan sebagai temapt untuk menyampirkan kain atau

membentangkan kain. Gawangan atau disebut juga sampiran terbuat dari

kayu atau bambu.

Page 72: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

57

4) Taplak

Taplak biasanya dibuat dari kain. Taplak digunakan untuk menutup dan

melindungi paha pembatik dari tetesan lilin (malam) dari canting.

5) Canting

Canting merupakan alat untuk melukis atau menggambar dengan coretan

lilin/malam pada kain mori.

6) Wajan dan kompor, digunakan untuk mencairkan malam.

b. Bahan untuk membuat batik

1) Mori, adalah kain yang digunakan untuk membatik.

2) Lilin/malam, adalah bahan yang digunakan untuk membatik dan

dipanaskan terlenih dahulu sebelum digunakan.

3) Zat pewarna, bahan yang digunakan untuk memberi warna pada kain.

2.1.10. 6 Proses Pembuatan Batik (Tulis ) Semarangan

a. Pemolaan/ Molani, yaitu membuat motif batik. Motif dapat dibuat langsung

pada kain atau menggambar pada kertas kemudian di pindahkan pada kain

dengan dijiplak.

b. Nglowong/ngrengreng, yaitu pelekatan malam sesuai motif pada kain dengan

canting.

c. Ngiseni dan nanahi, yaitu pemberian isen-isen dan tanahan. Isen-isen yaitu

motif pengisi pada ornamen utama, sedang tanahan ialah motif pengisi antar

bidang kosong.

d. Nyolet, yaitu pemberian warna setempat dengan kuas yang terbuat dari bambu

dan rotan.

Page 73: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

58

e. Mopok/Nemblok, yaitu menutup bagian-bagian berwarna dengan malam.

f. Nyelup/mendel/nglerek, yaitu pencelupan kain pada larutan zat pewarna.

g. Nglorod, yaitu proses penghilangan malam dengan cara merendam dengan air

mendidih hingga malam yang menempel pada kain larut.

h. Pengeringan kain batik dengan mengangin-anginkan.

2.1.10.7 Keunikan Ragam Hias Batik Semarangan {Fitin. 2013. Keunikan Batik

Semarang. https://fitinline.com/article/read/batik-semarangan// diunduh

tanggal 18 Maret 2017)}

Batik Semarang menawarkan ragam hias yang khas dibandingkan ragam

hias batik dari daerah Jawa Tengah Lainnya. Ciri khas batik Semarang lebih

menonjolkan warna terang yaitu warna orange kemerahan karena mendapat

pengaruh dari Cina dan Eropa. Selain itu dasar batik Semarang banyak

dipengaruhi budaya Cina pada umunya banyak menampilkan ragam hias fauna

yang menonjol daripada flora. Misalnya merak, kupu-kupu, jago, cendrawasih,

dan lain-lain. Adapun ragam hias Semarang yang menonjol ikon Kota Semarang

seperti Tugu Muda, Lawang Sewu, Burung Kuntul, Wisma Perdamaian, dan

Gereja Blenduk. Selain itu, warna batik Semarangan tidak semeriah batik

Pekalongan. Namun, tidak sekalem warna batik Solo atau Jogja.

2.2 Kajian Empiris

Penelitian eksperimen ini didasarkan pada penelitian yang telah dilakukan

oleh beberapa peneliti sebelumnya, penelitian tersebut adalah sebagai berikut.

Page 74: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

59

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Prahita, dkk (2014) dengan judul

“Pengaruh Penerapan Mind Mapping terhadap Hasil Belajar IPA Pada Siswa

Kelas IV”. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan

hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model Mind

Mapping dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional

di kelas IV SD tahun pelajaran 2013/2014 di Desa Yehembang Gugus

Diponegoro Kecamatan Mendoyo. Hal ini ditunjukkan pada hasil hipotesis uji t-

yang diketahui bahwa 3,85 t hitung > 077,2 t tabel berarti H0 ditolak dan H1

diterima. Kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran mind mapping

menunjukkan hasil belajar lebih tinggi dari pada pada kelompok yang mengikuti

pembelajaran konvensional (M = 13,70> M = 10,42).

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Ayu, dkk (2014) dengan judul

“Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Mind Mapping Berbantuan

Media Gambar terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V Gugus VII Kecamatan

Gianyar”. Penelitian ini menunjukkan bahwa model Mind Mapping berbantuan

media gambar memberikan pengaruh terhadap hasil belajar IPS gugus VII

Kecamatan Gianyar. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata hasil belajar IPS siswa

pada kelas eksperimen = 79,41 > rata-rata hasil belajar IPS siswa pada kelompok

kontrol = 64,93.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Yulianti dan Zuhdi (2014) dengan

judul “Penerapan Pembelajaran Picture and Picture untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Pada Pembelajaran Tematik di SD”. Penelitian ini menunjukkan bahwa

pelaksanaan pembelajaran Picture and Picture dapat meningkatkan hasil belajar

Page 75: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

60

siswa kelas III SDN Drancang Gresik. Pada Siklus I, nilai rata-rata Bahasa

Indonesia adalah 73,03 dengan ketuntasan Klasikal 75%. Pada siklus II terdapat

peningkatan mata pelajaran Bahasa Indoneisa nilai rata-rata 91,41 dengan

ketuntasan klasikal 91,66%. Nilai tersebut dinyatakan berhasil dan telah

melampui batas presentase belajar klasikal yang telah ditetapkan yakni 70%

sedangkan nilai rata kelas mencapai indikator kebehasilan, yaitu > 80%, sehingga

pembelajaran dapat dinyatakan berhasil.

Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Wulandari, dkk (2015) dengan

judul “Pengaruh Pendekatan Kooperatif Tipe Picture and Picture Berbantuan

Media Komputer terhadap Keterampilan Menulis Bahasa Indonesia Siswa Kelas I

SD No 2 Dalung”. Penelitian ini menunjukkan rata-ata keterampilan menulis

Bahasa Indonesia siswa yang mengikuti pelajaran dengan pendekatan kooperatif

tipe Picture and Picture berbantuan media komputer = 81,694 dan rata-rata skor

keterampilan menulis Bahasa Indonesia dengan pendekatan konvensional= 73,378

(81,694 > 73,378). Sehingga penerapan pendekatan kooperatif tipe Picture and

Picture berbantuan media komputer berpengaruh signifikan terhadap keterampilan

menulis siswa kelas I SD no.2 Dalung, Kuta Utara, Bandung.

Kelima, penelitian yang dilakukan Kutsiyah dan Suprayitno (2014) dengan

judul “Penerapan Metode Proyek untuk Meningkatkan Kreativitas Menggambar

Dekoratif Pada Siswa di Sekolah Dasar”. Penelitian ini menunjukkan bahwa

penerapan metode proyek dapat meningkatkan kreativitas menggambar dekoratif

siswa. Hal ini dapat dibuktikan dengan peningkatan hasil kreativitas menggambar

Page 76: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

61

dekoratif siklus I sebesar 74 dengan rata-rata klasikal 70% dan siklus II sebesar 81

dengan rata-rata klasikal 90%.

Keenam, penelitian yang dilakukan oleh putri Wulandari dan Sumarsono

(2012) dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Menggambar Ilustrasi

Melalui Model Kooperatif Metode Drill Kelas V SDN No.105280 Desa Lama

Kec. Hamparan Perak T.A 2011/2012”. Penelitian ini menunjukkan hasil belajar

menggambar ilustrasi melalui model kooperatif metode drill meningkat. Ini

dibuktikan peningkatan rata-rata pada setiap siklus. Rata-rata penilaian

pembelajaran pada siklus I adalah 66, 5. Rata-rata pada siklus II adalah 73,6 dan

rata-rata pada siklus III adalah 80,7.

Ketujuh, penelitian yang dilakukan oleh Liu, dkk (2014) dengan judul “The

Effect of Mind Mapping on Teaching and Leraning: A Meta-Analysis”. Penelitian

ini melibatkan 40 peneliti dan 5213 peserta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pemetaan pikiran dapat meningkatkan pengajaran dan pembelajaran di China.

Kedelapan, penelitian yang dilakukan oleh Parikh (2016) dengan judul

“Effectiveness of Teaching Though Mind Mapping Technique”. Penelitian ini

menunjukkan bahwa kelas eksperimen yang diajarkan dengan teknik peta pikiran

dan kelompok kontrol diajarkan dengan metode tradisional mengalami perbedaan.

Berdasarkan uji t ditemukan bahwa Mind Mapping lebih efektif daripada metode

tradisional.

Penelitian-penelitian yang telah dilakukan tersebut menunjukkan bahwa

model Mind Mapping dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada berbagai mata

pelajaran. Penelitian tersebut juga digunakan peneliti sebagai pendukung

Page 77: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

62

pelaksanaan penelitian untuk menguji keefektifan model Mind Mapping pada

pembelajaran seni rupa kelas V SDN Gugus Drupadi Kota Semarang.

2.3 Kerangka Berpikir

Sesuai hasil observasi dan wawancara pra penelitian, permasalahan

penelitian ini teridentifikasi hasil belajar siswa belum maksimal pada

pembelajaran seni rupa. Permasalahan tersebut terkait dengan model yang selama

ini digunakan guru (model Picture and Picture) belum dilaksanakan secara

optimal dalam pembelajaan seni rupa. Siswa kurang aktif di kelas dan siswa

kurang termotivasi mengikuti pembelajaran seni rupa serta kelas belum kondusif

karena siswa masih ramai di kelas. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti

ingin melakukan perlakuan (treatment), sehingga peneliti akan melakukan

penelitian eksperimen.

Pada penelitian ini terdapat kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas

kontrol menggunakan model yang biasa digunakan guru saat pembelajaran (model

Picture and Picture). Kelompok eksperimen menggunakan model Mind Mapping

pada pembelajaran seni rupa. Sebelum pelaksanan perlakuan, peneliti memberikan

pretes pada masing-masing kelas untuk mengetahui kemapuan awal siswa.

Pada waktu yang berbeda, penelitian akan dilanjutkan dengan pemberian

perlakuan. Pada akhir pertemuan dilakukan postes pada masing-masing kelas.

Dengan melihat hasil pretes dan postes setelah perlakuan, peneliti dapat

mengetahui hasil belajar seni rupa kelas V SDN gugus Drupadi Kota Semarang.

Page 78: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

63

Gambar 2.12 Alur Kerangka Berpikir Penelitian

Pembelajaran seni rupa

Data awal

Kelas kontrol

Pretes

Model Picture

and Picture

Kelas eksperimen

Pretes

Model Mind

Mapping

Hasil belajar seni rupa materi

ragam hias batik Semarangan

kelas eksperimen lebih tinggi

daripada kelas kontrol

Postes Postes

Penelitian Eksperimen

Page 79: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

64

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir diatas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai

berikut.

Hipotesis 1

H0 : Hasil belajar seni rupa kelas V SDN Gugus Drupadi Kota Semarang

dengan model Mind Mapping tidak dapat mencapai KKM.

H1 : Hasil belajar seni rupa kelas V SDN Gugus Drupadi Kota Semarang

dengan model Mind Mapping dapat mencapai KKM.

Hipotesis 2

H0 : Model Mind Mapping tidak lebih efektif daripada model Picture and

Picture terhadap hasil belajar seni rupa kelas V SDN Gugus Drupadi

Kota Semarang.

H1 : Model Mind Mapping lebih efektif daripada model Picture and Picture

terhadap hasil belajar seni rupa kelas V SDN Gugus Drupadi Kota

Semarang.

Page 80: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

118

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis uji z diperoleh kelas eksperimen zhitung (2,126) >

ztabel (1,645) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, artinya proporsi siswa yang

memenuhi KKM lebih dari 75%. Hasil belajar kelas eksperimen dapat dikatakan

tuntas secara klasikal. Kelas kontrol diperoleh zhitung (-3,050) > ztabel (1,645)

sehingga H0 diterima dan H1 ditolak, artinya proporsi siswa yang memenuhi KKM

kurang dari sama atau sama dengan 75%. Hasil belajar kelas kontrol dapat

dikatakan tidak tuntas secara klasikal.

Untuk mengetahui keefektifan pembelajaran menggunakan rumus uji t.

Hasil perhitungan diperoleh thitung (7,503) > ttabel (1,665) sehingga hipotesis H0

ditolak dan H1 diterima, artinya model Mind Mapping lebih efektif daripada

model Picture and Picuture. Hasil peningkatan rata-rata uji gain kelas

penghitungan uji gain diperoleh kelas eksperimen rata-rata gain yaitu 17,25

dengan kriteria sedang dan rata-rata gain kelas kontrol yaitu 10,67 dengan kriteria

sedang. Hasil analisis n-gain diperoleh kelas eksperimen rata-rata n-gain yaitu

0,455 dengan kriteria sedang dan rata-rata n-gain kelas kontrol yaitu 0,269 dengan

kriteria rendah karena n-gain < 0,30.

Page 81: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

119

5.2 Saran

Sesuai simpulan yang menunjukkan bahwa model Mind Mapping terbukti

efektif diterapkan pada pembelajaran seni rupa materi ragam hias batik

Semarangan kelas V SD Gugus Drupadi, maka terdapat beberapa saran dari

penulis sebagai berikut.

1. Siswa dalam pembelajaran dengan menerapkan model Mind Mapping,

sebaiknya lebih aktif dan dapat berpikir secara kritis, karena materi yang

disampaikan juga berupa praktik sehingga dapat memperoleh hasil belajar

yang optimal.

2. Guru sebaiknya dapat menentukan model pembelajaran inovatif yang sesuai

dengan materi ajar, jenjang kelas, kondisi siswa dan kelas. Pemilihan model

inovatif yang tepat akan berpengaruh pada minat belajar siswa sekaligus hasil

belajar siswa.

3. Sekolah dapat mendukung pelaksanaan model-model pembelajaran inovatif

melalui pembiasaan pelaksanaan pembelajaran inovatif dalam kegiatan

belajar mengajar sehari-hari.

Page 82: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

120

DAFTAR PUSTAKA

Artika, D.W. & Mesra. “Meningkatkan Hasil Belajar Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) dengan Menggunakan Inovasi Pemberian Tugas di Kelas IV SD 105355 Pagar Merbau T.A. 2012/2013”. Jurnal Universitas Negeri Medan, 2 (1): 1-12.

Aqib, Z. 2013. 68 Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual

(Inovatif). Bandung: Yrama Widya. Arikunto, S. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S. 2014. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Aykac, V. 2015. “An Application Regarding The Availability of Mind Maps in

Visual ArtEducation Based on Active Learning Methode”. Procedia Sosial and Behavioral Sciences, 3 (2): 1859-1866.

Ayu, S., Geminastiti, D., Asri, I. A. S., & Sujana, I. W. 2014. “Pengaruh

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Mind Mapping Berbantuan Media Gambar Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V Gugus VII Kecamatan Gianyar”. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, 2 (1) : 1-10.

Azwar, S. 2016. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Barmin, Wijoyoko E, & Setyawan. 2009. Seni Budaya dan Keterampilan. Solo:

Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Buzan, T. 2013. Buku Pintar Mind Mpping. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Djamarah, S & Azwan, Z. 2014. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka

Cipta. Deporter, B. & Hernack, M. 2015. Quantum Learning. Bandung: Mian Pustaka. Dewi, R. S., & Humardani. H. 2006. Seni Budaya dan Keterampilan. Surakarta:

Grahadi. Diana. 2013. Jenis Batik. http:// jenis-batik.html (diunduh tanggal 18 Maret 2017). Edward, C. 2009. Mind Mapping untuk Anak Sehat dan Cerdas. Yogyakarta:

Sakti. Fitin. 2013. Keunikan Batik Semarang. https://fitinline.com/article/read/batik-

semarangan/ (diunduh tanggal 18 Maret 2017).

Page 83: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

121

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia. Kamaril, D.C, dkk. 2007. Pendidikan Seni Rupa/Kerajinan Tangan. Jakarta:

Universitas Terbuka. Kristanto, M.& Haryanto, E. 2014. Pendidikan Seni Rupa. Semarang:Universitas

PGRI Semarang Press. Kutsiyah, M. & Suprayitno. 2014. “Penerapan Metode Proyek untuk

Meningkatkan Kreativitas Menggambar Dekoratif Pada Siswa di Sekolah Dasar”. PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya, 2 (2): 1-9.

Lestari, K.,E. & Yudhanegara, M.R. 2017. Penelitian Pendidikan Matematika.

Bandung: Refika Aditama. Liu, Y., Zhao, G., Ma, G., & Bo, Y. 2014. “The Effect of Mind Mapping on

Teaching and Learning: A Meta- Analysis”. Standar Journal of Education Essay, 2 (1): 18-31.

Meita. 2014. Batik Semarang dan Sejarahnya, http://batik semarang dan

sejarahnya. htm (diunduh 1 Februari 2017). Musman, A. & Sarini, A.B. 2011. Batik: Warisan Adiluhung Nusantara.

Yogyakarta: G-Media. Pamadhi, H., dkk. 2012. Pendidikan Seni di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Parikh, N.D. 2016. “Effectiviness of Teaching through Mind Mapping

Technique”. The International Journal of Indian Psychology, 3 (3): 149-156.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 104

Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar

Pendidikan Nasional. Peraturan Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Poerwanti, E., dkk. 2008. Assesmen Pembelajaran di SD. Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Prahita, N. P. S., Jampel, I. N., & Sudatha, I. G. W. 2014. “Pengaruh Penerapan

Model Pembelajaran Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar IPA Pada

Page 84: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

122

Siswa Kelas IV”. E-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, 2 (1): 1-9.

Rifa’i, A. &Anni, C.T. 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang: Pusat

Pengembangan MKU/MKDK-LP3. Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Jakarta: Rajawali Pres. Sari, A. 2015. Makna Ragam Hias Batik Semarang. http://.html (diunduh tanggal

18 Maret 2017). Shoimin, A. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.

Yogyakarta: Sar-Ruzz Media. Slameto. 2010 Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta. Sobandi, B. 2008. Model Pembelajaran Kritik dan Apresiasi Seni Rupa. Solo:

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Sugiyono. 2012. Statistika untuk Penelitian. Bnadung: Alfabeta. Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Susanto, A. 2016. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:

Prenamedia Group. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Uno, Hamzah B dan Nurdin Muhammad. 2015. Belajar dengan Pendekatan

PAILKEM: Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, Menarik. Jakarta: Bumi Aksara.

Wulandari, N.P.P.Y., Ganing, N.N., & Meter, G. 2015. “Pengaruh Pendekatan

Kooperatif Tipe Picture and Picture Berbantuan Media Komoputer Terhadap Keterampilan Menulis Bahasa Indonesia Siswa Kelas I SD No. Dalung”. E-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, 3 (1): 1-10.

Wulandari, P. & Sumarsono. 2012. “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar

Menggambar Ilustrasi Melalui Model Kooperatif Metode Drill Kelas V SDN NO. 105280 Desa Lama Kecamatan Hamparan Perak T.A 2011/2012”. Jurnal Pendidikan, 3 (2): 1-10.

Page 85: KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SBK ...lib.unnes.ac.id/31284/1/1401413153.pdf · TERHADAP HASIL BELAJAR SBK DALAM APRESIASI KARYA SENI RUPA KELAS V SDN GUGUS

123

Yulianti, D. & Zuhdi, U. 2014. “Penerapan Model Pembelajaran Picture and Picture untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar”. PGSD FIP Universitas Surabaya, 2 (2): 1-10.