kebutuhan – kebutuhan psikologis
TRANSCRIPT
-
KEBUTUHAN KEBUTUHAN PSIKOLOGIS
PADA REMAJA CEREBRAL PALSY
Identitas Pengarang
a. Pengarang 1
Nama : Renny Widyaningrum, S.Psi.
Asal institusi : Anargya School Semarang
Alamat e-mail : [email protected]
b. Pengarang 2
Nama : Dra. Suparmi, M.Si
Asal institusi : Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Alamat e-mail : [email protected]
Abstract
This research is aimed at discovering the psychological needs on cerebral palsy
adolescence and factors affecting the fulfillment of those psychological needs. The
subjects are three women and a man who suffered from cerebral palsy, aged 15 18
years. Data was collected within interview, observation, and Thematic Apperception
Test (TAT). The result show cerebral palsy adolescence have three dominant
psychological need, that is need of affiliation, need of understanding, and need of
sentience. The factor affecting the fulfillment of those psychological needs such as
internal and environmental factors. The internal factor can carry and block subjects to
fulfillment of those psychological needs. The internal factor can carry subjects to
fulfillment of those psychological needs that is subjects want to fulfillment their
psychological need wit their style and subjects interest have a good relationship with
another people. The internal factor can block subjects to fulfillment of those
psychological needs is inferior feeling on subjects. The environmental factor is
acceptance from parent, friends, teachers, and another people in around subjects.
Keywords
Cerebral palsy teenager, psychological need, factors affecting fulfillment.
-
Latar Belakang dan Landasan Teori
Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang ditandai
dengan perubahan emosi akibat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi, perubahan
minat, peran, nilai, pencarian identitas, dan adanya cita-cita yang tidak realistis
(Hurlock, 1999, hal.207-208). Remaja memiliki beberapa tugas perkembangan, salah
satunya adalah menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.
Keadaan fisik yang tidak sempurna menjadi salah satu penyebab munculnya konsep diri
yang kurang baik dan kurangnya harga diri selama masa remaja (Hurlock, 1999,
hal.211). Namun, dalam masyarakat terdapat remaja cerebral palsy yang memiliki
keadaan fisik yang tidak sempurna.
Data mengenai populasi remaja cerebral palsy tidak dapat diketahui secara pasti.
Namun, menurut data dari salah satu SLB yang ada di Kota Semarang memperlihatkan
bahwa ada peningkatan jumlah remaja cerebral palsy setiap tahunnya. Setiap tahun
jumlah remaja cerebral palsy yang bersekolah di SLB tersebut meningkat antara empat
hingga lima orang. Menurut Hallahan dan Kauffman (1994, hal.392), prevalensi anak
cerebral palsy antara 1.5 hingga 3.0 per 1000 kelahiran hidup atau 0.15% hingga 0.3%
dari populasi anak.
Cerebral palsy merupakan salah satu bentuk brain injury, yaitu suatu kondisi yang
mempengaruhi pengendalian sistem motorik sebagai akibat lesi dalam otak (R.S.
Illingworth dalam Somantri, 2006, hal. 121). Pada fisik remaja cerebral palsy, bagian
tubuh yang mengalami kerusakan atau bagian-bagian tubuh lain yang terpengaruh oleh
kerusakan tersebut tidak dapat berkembang. Hal tersebut akan mempengaruhi remaja
cerebral palsy dalam perkembangannya. Oleh karena itu, remaja cerebral palsy
memiliki kebutuhan-kebutuhan khusus yang berbeda dengan remaja normal lainnya
(Hallahan dan Kauffman, 1994, hal.388-389).
Menurut Murray (dalam Hall dan Lindzey, 2000, hal.33), kebutuhan merupakan
dorongan untuk mewujudkan tindakan tertentu. Ada dua macam kebutuhan, yaitu
kebutuhan primer atau kebutuhan viskerogenik (viscerogenic needs) dan kebutuhan
sekunder atau kebutuhan psikogenik (psychogenic needs). Kebutuhan primer adalah
kebutuhan yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa organis tertentu yang khas dan
secara khusus berkenaan dengan kepuasan-kepuasan fisik, misalnya kebutuhan akan
udara, air, makanan, seks, laktasi, kencing, dan defekasi. Kebutuhan sekunder
merupakan kebutuhan yang dianggap berasal dari kebutuhan-kebutuhan primer dan
ditandai oleh tidak adanya hubungan vokal dengan proses-proses organis atau kepuasan
-
fisik khusus sehingga dipandang sebagai kebutuhan murni psikologikal, misalnya
kebutuhan akan belajar (pemerolehan), konstruksi, prestasi, pengakuan, ekshibisi,
kekuasaan, otonomi, dan kehormatan.
Setiap kebutuhan pada dasarnya menuntut suatu pemenuhan. Murray mengatakan
bahwa tingkah laku individu mengarah pada usaha-usaha untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan yang muncul. Kebutuhan yang dapat dipenuhi akan membawa individu pada
situasi yang menenangkan atau memuaskan. Kebutuhan yang tidak dapat terpenuhi akan
membuat individu merasa kecewa atau sakit hingga mengalami tekanan. (Hall dan
Lindzey, 2000, hal.32)
Berdasarkan artikel yang ditulis oleh Heidiermarilla (2009) dalam Indoskripsi
tanggal 3 Mei 2009, disebutkan bahwa pemenuhan kebutuhan akan mempengaruhi
individu. Misalnya, pada masa remaja, remaja memiliki keinginan untuk bergaul dan
diterima di lingkungan kelompok sebayanya (peer group). Penolakan dari peer group
dapat menimbulkan frustrasi, isolasi diri, dan perasaan rendah diri. Namun, penerimaan
dari peer group dapat membuat remaja merasa bangga dan memiliki kehormatan dalam
dirinya.
Pada penelitian ini, peneliti lebih fokus untuk membahas kebutuhan-kebutuhan
psikologis remaja cerebral palsy. Peneliti melakukan wawancara dan observasi terhadap
dua orang remaja cerebral palsy di salah satu SLB pada waktu jam pelajaran dan
istirahat sekolah. Ketika wawancara, salah satu remaja cerebral palsy tersebut berkata,
Sebenarnya saya ingin bergaul dengan teman-teman yang lain. Tapi saya malu, takut
diejek sama mereka. Selain itu, orangtua juga nggak ngijinin. Soalnya takut kalau
diejek dan dijauhi. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi tersebut, penulis
berasumsi bahwa remaja cerebral palsy memiliki kebutuhan-kebutuhan psikologis.
Namun, remaja cerebral palsy mengalami hambatan dalam memenuhi kebutuhan-
kebutuhan psikologisnya.
Pada masa remaja ini pada diri remaja terjadi pubertas. Begitu pula dengan remaja
cerebral palsy, mereka juga mengalami pubertas. Berdasarkan hasil wawancara dan
observasi, remaja cerebral palsy tidak asertif dalam mengungkapkan kebutuhan-
kebutuhan psikologisnya. Oleh karena itu, remaja cerebral palsy mengalami hambatan
dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan psikologisnya.
Kebutuhan-kebutuhan psikologis remaja cerebral palsy berkaitan dengan
penerimaan diri, kemandirian, dan kepercayaan diri untuk menjalin hubungan sosial.
Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan psikologis tersebut dipengaruhi oleh sikap orangtua,
-
saudara kandung, guru, teman sebaya, dan reaksi masyarakat terhadap mereka (Bigge
dalam Hallahan dan Kauffman, 1994, hal.415).
Remaja cerebral palsy yang mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan psikologisnya
akan menjadi remaja yang mandiri dan percaya diri. Sebaliknya, ketika remaja cerebral
palsy tidak mampu memenuhi kebutuhan psikologisnya maka muncul sikap rendah diri,
cemas, dan agresif (Somantri, 2006, hal.135). Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Dianawati, dkk (2005, hal. 119) ditemukan bahwa remaja dengan cacat
fisik akan cenderung merasa inferior dan cenderung memiliki perasaan yang lain,
seperti merasa kesepian, tidak berguna, tidak berarti dan sering merasa tertekan atau
frustrasi ketika mereka tidak mendapatkan keinginannya.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan terhadap remaja
cerebral palsy yang berinisial V di rumahnya pada waktu sore hari, diperoleh informasi
dari orangtuanya bahwa V memiliki kepercayaan diri yang baik. V memiliki keberanian
untuk menyanyi atau membaca puisi di depan umum. Selain itu, V juga memiliki
kepercayaan diri yang cukup baik untuk menjalin relasi sosial dengan remaja normal
lainnya. V mengatakan bahwa dirinya mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan
psikologisnya dan dia merasa senang karena dia selalu memperoleh semua yang
diinginkannya. Hasil observasi dan wawancara lainnya, terhadap remaja cerebral palsy
yang berinisial P di salah satu SLB di kota Semarang pada saat jam istirahat sekolah,
diperoleh informasi bahwa P kurang memiliki kepercayaan diri dan tergantung kepada
orang-orang di sekitarnya. P sering menarik diri dari lingkungan sosial, karena merasa
rendah diri. P mengatakan bahwa dirinya mengalami hambatan dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhan psikologisnya. P juga mengatakan bahwa keluarganya terlalu
melindungi dirinya, sehingga dia merasa takut untuk mengutarakan keinginannya.
Berdasarkan artikel dari Hukumonline edisi 24 Desember 2008 (dalam
http://cms.sip.co.id/hukumonline/detail.asp?id=20798&cl=Berita), disebutkan bahwa
para penyandang cacat masih dipandang sebelah mata, termasuk dalam kesempatan
memperoleh pekerjaan yang layak. Menurut Somantri (2006, hal.136), sikap
diskriminasi yang ditunjukkan oleh orang-orang yang berada di lingkungan remaja
cerebral palsy dapat menimbulkan hambatan-hambatan terhadap pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan psikologis remaja cerebral palsy. Hal tersebut dapat
menimbulkan rasa tidak aman, kecemasan, tidak memiliki kesempatan untuk meraih
sukses, dan remaja memiliki tujuan yang tidak realistik.
-
Penelitian Heinemann dan Shontz menunjukkan bahwa orang dapat lebih menerima
kondisi kecacatan fisiknya, ketika mendapatkan dukungan dari lingkungan (dalam Kirk
dan Gallagher, 1989, hal. 521). Namun, faktanya banyak anak dan remaja dengan cacat
fisik mengalami penolakan, terlalu dikhawatirkan dan dikasihani, bahkan mengalami
diskriminasi dari lingkungan. Hal tersebut mengakibatkan remaja cerebral palsy
mengalami hambatan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan psikologisnya (Hallahan
dan Kauffman, 1994, hal.415).
Hasil penelitian DeLoach dan Greer (dalam Hallahan dan Kauffman, 1994, hal.415)
menunjukkan bahwa remaja dengan cacat fisik akan menjadi mandiri dan produktif di
lingkungan masyarakat, ketika orang-orang yang berada di sekitarnya memberikan
reaksi yang positif. Namun, ketika lingkungan bersikap negatif remaja akan menjadi
tidak percaya diri dan tergantung kepada orang-orang di sekitarnya.
Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Bryan dan Herjanic menunjukkan bahwa
remaja cerebral palsy lebih sering mengalami depresi dan mencoba bunuh diri
dibandingkan dengan remaja normal lainnya ketika kebutuhan psikologisnya tidak
terpenuhi. Hal tersebut disebabkan remaja berada dalam periode untuk belajar menerima
kecacatan fisik yang dimiliki dan juga disebabkan sikap lingkungan sosial terhadap
dirinya (dalam Hallahan dan Kauffman, 1994, hal.416).
Kerangka Berpikir
Kebutuhan-kebutuhan psikologis tidak muncul begitu saja, tetapi ada proses yang
terjadi sepanjang rentang kehidupan. Pada remaja cerebral palsy juga muncul
kebutuhan-kebutuhan psikologis. Kebutuhan psikologis terjadi karena adanya perasaan
kekurangan terhadap sesuatu yang disebabkan oleh proses-proses internal dalam diri
individu yang disertai dengan keinginan untuk memenuhi melalui tindakan tertentu.
Murray mengatakan bahwa setiap kebutuhan pada dasarnya menuntut suatu
pemenuhan. Tingkah laku individu akan mengarah pada usaha-usaha untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan yang muncul. Pemenuhan kebutuhan pada remaja cerebral palsy
dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berkaitan dengan
kondisi fisik dan emosi remaja cerebral palsy. Faktor eksternal berkaitan dengan faktor
lingkungan yang dipengaruhi oleh sikap orangtua, saudara kandung, guru, teman
sebaya, dan reaksi masyarakat terhadap mereka (Bigge dalam Hallahan dan Kauffman,
1994, hal.415).
-
Kebutuhan-kebutuhan psikologis yang dapat dipenuhi akan membawa individu pada
situasi yang menenangkan atau memuaskan. Kebutuhan-kebutuhan psikologis yang
tidak dapat terpenuhi akan membuat individu merasa kecewa atau sakit (Hall dan
Lindzey, 2000, hal. 32).
Begitu pula yang terjadi pada remaja cerebral palsy. Remaja cerebral palsy yang
mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan psikologisnya akan menjadi remaja yang
mandiri dan percaya diri. Sebaliknya, ketika remaja cerebral palsy tidak mampu
memenuhi kebutuhan psikologisnya maka muncul sikap rendah diri, cemas, dan agresif
(Somantri, 2006, hal.135). Menurut Bigge (dalam Hallahan dan Kauffman, 1994,
hal.415), kebutuhan-kebutuhan psikologis remaja cerebral palsy berkaitan dengan
penerimaan diri, kemandirian, dan kepercayaan diri untuk menjalin hubungan sosial.
Dari uraian kebutuhan-kebutuhan psikologis di atas, tidak menutup kemungkinan
akan muncul kebutuhan-kebutuhan psikologis lain yang tidak terdapat pada uraian di
atas. Penelitian ini mengacu pada teori kebutuhan yang dikemukakan oleh Murray. Hal
ini disebabkan kebutuhan yang telah diungkapkan di atas terdapat pula dalam teori
tentang kebutuhan yang diungkapkan oleh Murray, seperti need of counteraction, need
of autonomy, dan need of affiliation.
Murray dalam teorinya menekankan bahwa satu bagian tingkah laku tidak dapat
dipahami terlepas dari semua bagian lainnya dalam pribadi yang berfungsi. Manusia
harus dipahami sebagai kesatuan pribadi yang utuh. Murray juga menekankan
konsistensi pada proses-proses fisiologis yang berkoesistensi dan terjalin secara
fungsional yang mengiringi semua proses psikologis. Murray juga memiliki konsep
bahwa ada pusat yang mengorganisir dan mengatur proses dalam diri individu, proses
yang fungsinya untuk mengintegrasikan kekuatan yang saling bertentangan yang
dihadapi individu, memuaskan kebutuhan individu, dan merencanakan pencapaian
tujuan individu (Alwisol, 2007, hal.213-214).
Rumusan Permasalahan
Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah Apa saja kebutuhan-kebutuhan
psikologis yang ada pada remaja cerebral palsy dan faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan psikologis tersebut?
-
Metode Penelitian
c. Subjek Penelitian.
Subjek penelitian yang digunakan memiliki karakteristik berusia 15-18 tahun,
bisa berkomunikasi dengan baik, dan bersekolah di SLB-D
d. Instrumen Penelitian.
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara,
observasi, dan tes TAT (Thematic Apperception Test).
e. Prosedur Penelitian.
Penelitian ini dilakukan di salah satu SLB-D di Semarang. Sebelum melakukan
penelitian, peneliti melakukan survey awal terlebih dahulu. Setelah itu, peneliti
melakukan pendekatan dengan siswa dan memilih siswa yang sesuai dengan ciri
ciri subjek penelitian. Peneliti melakukan pengambilan data dengan cara wawancara
terhadap subjek penelitian, orangtua subjek penelitian, dan guru subjek penelitian.
Selain itu, peneliti juga mengambil data dengan cara observasi dan tes TAT.
Observasi tidak hanya dilakukan di sekolah, tetapi juga dilakukan di rumah subjek.
Hasil Penelitian
a. Subjek 1
Subjek merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Subjek memiliki seorang
saudara kembar dan adik perempuan. Subjek mengalami cerebral palsy sejak kecil.
Cerebral palsy yang dialami oleh subjek disebabkan pendarahan pada waktu
kehamilan dan kelahiran prematur. Subjek mengalami gangguan dalam
menggerakkan kaki sehingga subjek menggunakan kursi roda. Subjek memiliki
kebutuhan untuk menjalin hubungan dekat dengan orang lain (need of affiliation).
Hal ini nampak dari subjek memiliki hubungan yang baik dengan orangtua, saudara
kandung, guru, teman, dan tetangga subjek. Selain itu, subjek senang menyanyi dan
membaca puisi (need of sentience). Kesenangan subjek tersebut dapat terpenuhi,
karena adanya dukungan yang diberikan oleh sekolah, yakni dengan memberikan
latihan menyanyi dan membaca puisi pada subjek. Pada diri subjek juga muncul
need of understanding. Hal ini dikarenakan kegiatan subjek selama di sekolah
digunakan untuk memperoleh pengetahuan baru. Selama di sekolah subjek selalu
mengikuti pelajaran dengan baik. Selain itu, pada saat di rumah, subjek juga
mengaji. Subjek mengaji dengan baik, memperhatikan penjelasan dari guru
mengaji, dan bertanya ketika subjek tidak mengerti.
-
Subjek senang untuk menikmati ketenangan dan melakukan segala sesuatu
dengan santai (need of passivity). Hal ini didukung oleh kegiatan yang sering
dilakukan oleh subjek, yakni menonton TV dan tidur. Selain itu, saat ini subjek juga
belum memiliki cita-cita dan ingin menjalani kehidupan yang sekarang dengan
santai. Selain itu, juga muncul need of exposition dalam diri subjek. Subjek senang
sekali bercerita dengan orang lain tentang pengalamannya. Subjek juga memiliki
beberapa teman dekat yang sering diajak bercerita. Namun, subjek juga kadang
mengalami kekecewaan dan kesedihan (need of abasement). Hal ini disebabkan
oleh perlakuan yang diterima oleh subjek dari orang-orang di sekitar subjek,
walaupun subjek hanya diam menerima perlakuan tersebut. Di lain sisi, subjek
kadang kurang mampu untuk mengontrol emosi, sehingga kurang sabar dan mudah
marah (need of aggression). Bentuk perilaku yang muncul ketika subjek marah
adalah mengomel.
Subjek juga memiliki keinginan untuk bermain dan bersenang-senang (need of
playminth). Hal ini terlihat ketika subjek bermain dengan anak-anak kecil di
rumahnya, subjek sangat senang dan sering tertawa. Selain itu, subjek memiliki
kebutuhan untuk berprestasi (need achievement). Hal tersebut dapat terwujud,
karena subjek sering mengikuti lomba membaca puisi dan menang. Subjek juga
memiliki keinginan untuk mandiri (need of autonomy). Hal ini nampak pada saat
subjek mendorong kursi roda dan berpindah tempat. Subjek melakukannya sendiri,
tanpa bantuan orang lain. Sebagai seorang remaja, subjek juga memiliki keinginan
untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis (need of sex). Namun, keinginan
tersebut tidak dapat terpenuhi, karena subjek merasa tidak ada orang yang mau
menerima kondisinya.
b. Subjek 2
Subjek merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Subjek memiliki seorang
saudara kembar dan seorang adik perempuan. Subjek mengalami cerebral palsy
sejak kecil. Cerebral palsy yang dialami oleh subjek disebabkan pendarahan pada
waktu kehamilan dan kelahiran prematur. Subjek mengalami gangguan dalam
menggerakkan kaki, sehingga subjek menggunakan kursi roda. Subjek memiliki
kebutuhan untuk menjalin hubungan dekat dengan orang lain (need of affiliation).
Hal ini nampak dari subjek memiliki hubungan yang baik dengan orangtua, saudara
kandung, guru, teman, dan tetangga subjek. Selain itu, juga muncul need of
exposition dalam diri subjek. Subjek senang sekali bercerita dengan orang lain
-
sehingga subjek terkesan ramah. Terutama dengan ibu. Subjek sering menceritakan
pengalaman subjek dengan ibu. Subjek juga memiliki beberapa teman dekat yang
sering diajak bercerita. Subjek senang belajar untuk mendapatkan suatu
pengetahuan (need of understanding). Hal ini didukung oleh kegiatan yang sering
dilakukan oleh subjek, yakni belajar, belajar mengaji, dan belajar musik. Namun,
saat ini subjek belum memiliki cita-cita dan hanya ingin menjalani kehidupan yang
sekarang (need of passivity). Subjek juga memiliki keinginan yang tergolong cukup
kuat untuk dapat menikmati dan melakukan kegiatan yang berhubungan dengan
seni. Need of sentience ini muncul karena subjek senang membaca puisi. Subjek
juga kadang kurang mampu untuk mengontrol emosi, sehingga kadang kurang sabar
dan mudah marah (need of aggression). Bentuk perilaku yang muncul ketika subjek
marah adalah mengomel.
Pada diri subjek juga muncul need of playminth. Hal ini dikarenakan subjek
senang bermain dengan adik dan teman-teman subjek di sekolah. Namun, subjek
juga kadang mengalami kekecewaan dan kesedihan (need of abasement). Hal ini
disebabkan oleh perlakuan yang diterima oleh subjek dari orang-orang di sekitar
subjek, walaupun subjek hanya diam menerima perlakuan tersebut. Sebagai seorang
remaja, subjek juga memiliki keinginan untuk menjalin hubungan dengan lawan
jenis (need of sex). Namun, keinginan tersebut tidak dapat terpenuhi, karena subjek
merasa tidak ada orang yang mau menerima kondisinya.
c. Subjek 3
Subjek merupakan anak pertama. Subjek memiliki dua orang adik laki-laki.
Adik laki-laki yang pertama masih duduk di bangku SMP, sedangkan adik yang
kedua masih berumur satu tahun. Subjek mengalami cerebral palsy sejak kecil.
Cerebral palsy yang dialami oleh subjek disebabkan pendarahan pada waktu
kehamilan dan kelahiran prematur. Subjek mengalami gangguan dalam
menggerakkan kaki sehingga subjek menggunakan kursi roda. Subjek memiliki
kebutuhan untuk menjalin hubungan dekat dengan orang lain (need of affiliation).
Hal ini nampak dari subjek memiliki hubungan yang baik dengan orangtua, teman,
dan guru agama subjek. Selain itu, subjek senang menyanyi (need of sentience).
Kesenangan subjek tersebut dapat terpenuhi, karena adanya dukungan yang
diberikan oleh sekolah, yakni dengan memberikan latihan menyanyi. Selain itu,
ketika di rumah, subjek sering menghabiskan waktu untuk menyanyi Pada diri
subjek juga muncul need of understanding. Hal ini dikarenakan kegiatan subjek
-
selama di sekolah digunakan untuk memperoleh pengetahuan baru. Selama di
sekolah subjek selalu mengikuti pelajaran dengan baik. Selain itu, subjek juga
mengikuti les bahasa Mandarin.
Pada diri subjek juga muncul need of exposition. Subjek senang sekali bercerita
dengan orang lain tentang masalahnya, walaupun hanya dengan nenek dan guru
agamanya. Selain itu, subjek juga memiliki kebutuhan untuk bersenang-senang
(need of playminth). Hal ini nampak pada diri subjek yang senang bermain dengan
adiknya. Subjek juga memiliki keinginan untuk mandiri (need of autonomy).
Namun, hal tersebut belum nampak pada diri subjek. Hal ini dikarenakan subjek
selalu dibantu oleh neneknya dalam melakukan sesuatu. Misalnya, kursi roda subjek
selalu didorong oleh nenek ketika akan berpindah tempat dan subjek digendong
oleh ayahnya ketika akan pindah duduk di kursi. Hal tersebut juga menyebabkan
subjek tergantung kepada orang lain (need of passivity).
Subjek juga memiliki kebutuhan untuk menyerang orang lain (need of
aggression). Hal ini nampak ketika subjek marah kepada ibunya, subjek akan
menjambak rambut ibunya. Pada diri subjek juga ada keinginan untuk
mempengaruhi orang lain (need of dominance). Hal ini sesuai dengan hasil
wawancara dengan nenek subjek yang mengatakan bahwa subjek cenderung merayu
agar orang lain memenuhi keinginannya.
d. Subjek 4
Subjek merupakan anak ketiga. Subjek memiliki dua orang kakak, laki-laki dan
perempuan. Kakak laki-laki subjek sudah bekerja, sedangkan kakak perempuan
subjek kuliah di Jakarta. Subjek mengalami cerebral palsy sejak kecil. Subjek
mengalami gangguan dalam menggerakkan kaki sehingga subjek menggunakan
kursi roda. Subjek memiliki kebutuhan untuk menjalin hubungan dekat dengan
orang lain (need of affiliation). Hal ini nampak dari subjek memiliki hubungan yang
baik dengan orangtua, saudara kandung, guru, teman, dan pengasuh. Selain itu,
subjek senang bermain (need of sentience). Kesenangan subjek tersebut dapat
terpenuhi, karena adanya dukungan yang diberikan oleh sekolah, yakni dengan
memberikan latihan bermain keyboard dan memberikan kesempatan untuk tampil di
pentas seni. Subjek juga memiliki keinginan untuk bermain dan bersenang-senang
(need of playminth). Hal ini terlihat ketika subjek di kelas, subjek sering bercanda
dengan teman-temannya. Pada diri subjek juga muncul need of exposition. Subjek
senang sekali bercerita dengan orang lain tentang masalahnya, walaupun hanya
-
dengan pengasuh dan guru. Selain itu, juga muncul need of understanding pada diri
subjek. Hal ini dikarenakan kegiatan subjek selama di sekolah digunakan untuk
memperoleh pengetahuan baru. Selama di sekolah subjek selalu mengikuti pelajaran
dengan baik. Selain itu, subjek juga mengikuti les pelajaran di rumah.
Subjek senang menikmati ketenangan (need of passivity). Hal ini didukung oleh
kegiatan yang sering dilakukan oleh subjek, yakni tidak banyak melakukan
kegiatan, karena selalu dilayani oleh pengasuhnya. Namun, subjek memiliki
keinginan untuk bisa menjadi pemain keyboard yang baik, sehingga subjek
berusaha berlatih keyboard dengan baik (need of achievement).
Subjek sebagai seorang remaja juga memiliki ketertarikan dengan lawan jenis
(need of sex). Namun, subjek merasa malu untuk mengungkapkan perasaannya
kepada lawan jenis, karena takut ditolak (need of abasement).
Berdasarkan analisa setiap kasus di atas maka intensitas kebutuhan-kebutuhan yang
muncul pada remaja CP secara ringkas bisa dilihat pada tabel di bawah ini, dari
kebutuhan yang paling tinggi sampai pada kebutuhan yang paling rendah.
Tabel 1
Intensitas Kebutuhan Kebutuhan Psikologis yang Muncul pada Seluruh Subjek dari
yang Paling Tinggi ke yang Paling Rendah
Kebutuhan Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3 Subjek 4 Need of Affiliation +++ ++ +++ +++ Need of Understanding ++ +++ ++ + Need of Sentience ++ + ++ ++ Need of playminth + + + ++ Need of Exposition + + + + Need of passivity + + + + Need of Aggression + + + - Need of Autonomy + + + - Need of abasement + + - + Need of Sex + + - + Need of Achievement + - - + Need of Dominance - - + -
Keterangan: +++ : Tinggi. ++ : Sedang. + : Rendah.
Pada remaja cerebral palsy, kebutuhan kebutuhan psikologis tersebut juga
menuntut suatu pemenuhan, sama seperti pada remaja yang lain. Pemenuhan kebutuhan
-
psikologis tersebut dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor lingkungan. Faktor
internal terdiri atas keinginan subjek untuk melakukan sesuatu sendiri dan minat
menjalin hubungan baik dengan orang lain. Selain itu, faktor intenal yang lain adalah
perasaan minder yang ada pada diri subjek, yang turut menghambat dalam memenuhi
kebutuhan.. Pemenuhan kebutuhan kebutuhan psikologis juga dipengaruhi oleh faktor
lingkungan. Faktor yang berasal dari lingkungan adalah penerimaan dan perlakuan
orangtua, teman, guru, dan orang orang yang berada di sekitar subjek penelitian
terhadap subjek penelitian. Pada saat kebutuhan kebutuhan psikologisnya dapat
terpenuhi, subjek akan merasa diterima lingkungan sehingga menimbulkan emosi yang
positif..
Diskusi
Kebutuhan psikologis menurut Dirgagunarsa (1983, hal.94) merupakan kebutuhan
yang dapat memberikan manusia perasaan sejahtera dan bahagia, seperti kebutuhan
akan pujian, kasih sayang, keleluasaan bertindak, perasaan aman dan bebas, dan
sebagainya, sedangkan menurut Ralph Linton (dalam Dirgagunarsa, 1983, hal.95),
kebutuhan psikologis adalah kebutuhan yang penting agar seseorang bisa hidup
sejahtera tanpa hambatan-hambatan dalam perkembangan intelek, emosi, maupun cara-
cara penyesuaian diri. Dapat disimpulkan, kebutuhan psikologis merupakan kebutuhan
yang tidak berhubungan dengan proses organis tertentu yang dapat memberikan
manusia perasaan sejahtera dan bahagia dalam perkembangan intelek, emosi, maupun
cara-cara penyesuaian diri.
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui kebutuhan-kebutuhan psikologis yang
terdapat pada diri remaja cerebral palsy. Kebutuhan kebutuhan psikologis yang
dikemukakan oleh Murray , ternyata juga terdapat pada remaja cerebral palsy.
Kebutuhan yang pertama adalah kebutuhan untuk menjalin hubungan dekat dengan
orang lain (need of affiliation). Hal tersebut dapat dilihat bahwa subjek penelitian
memiliki hubungan dekat dengan orangtua, saudara kandung, teman, guru,dan
pengasuh. Selain itu, subjek juga memiliki hubungan dekat dengan orang-orang di
sekitarnya, seperti tetangga. Meskipun ada beberapa subjek penelitian yang dilarang
oleh orangtuanya untuk bergaul dengan tetangga.
Kebutuhan yang lain adalah kebutuhan untuk berpikir dan memperoleh pengetahuan
(need of understanding). Cara yang digunakan oleh subjek penelitian untuk memenuhi
kebutuhan ini adalah dengan giat belajar dan mengikuti les pelajaran. Subjek penelitian
-
tidakhanya mengikuti kegiatan belajar yang berhubungan dengan pelajaran disekolah.
Namun, subjek penelitian juga mengikuti kegiatan belajar lainnya,seperti mengikuti les
bahasa mandarin dan belajar mengaji. Subjek penelitian memiliki kegemaran dalam
bidang seni, yakni menyanyi, bermain keyboard, dan membaca puisi. Subjek penelitian
selalu menyediakan waktu agar dapat melakukan kegemarannya tersebut (need of
sentience). Selain itu, subjek penelitian juga memiliki jadwal yang tetap untuk berlatih
musik di sekolah dan sering mengikuti pentas seni, sehingga dapat mengasah
kepercayaan diri subjek penelitian.
Pada subjek penelitian juga muncul kebutuhan untuk bersenang-senang (need of
playminth). Cara yang dilakukan subjek untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah
dengan bermain dan bercanda dengan saudara kandung, orangtua, nenek, teman
disekolah, dan tetangga. Selain itu, juga muncul need of exposition. Hal ini dapat dilihat
dari subjek penelitian yang senang menceritakan pengalamandan keinginannya kepada
orangtua, teman, guru, dan pengasuh. Selain itu, juga dengan menceritakan masalah
yang sedang dihadapi kepada teman.
Kebutuhan untuk menikmati ketenangan (need of passivity) juga ada pada remaja
cerebral palsy. Need of passivity ini muncul ketika subjek penelitian diejek oleh orang
lain. Subjek penelitian tidak membalas perlakuan tersebut. Subjek penelitian hanya
diam menerima perlakuan tersebut. Selain itu, need of passivity juga muncul dalam
bentuk keinginan untuk menikmati kondisi saat ini dengan cara tidur dan duduk-duduk.
Menurut Hurlock (1999, hal. 212), masa remaja merupakan suatu masa di mana
ketegangan emosi meninggi. Hal ini dikarenakan remaja berada di bawah tekanan sosial
dan kondisi baru. Pada masa ini remaja memiliki emosi yang belum stabil dan masih
meledak-ledak. Demikian pula pada remaja cerebral palsy. Mereka memiliki kebutuhan
untuk menyerang (need of aggression). Pada saat berada dalam situasi yang tidak
menyenangkan, seperti tidak mendapatkan barang yang dicari atau mengalami
penolakan ibu, subjek penelitian memiliki dorongan untuk berbuat agresi dalam bentuk
mengomel dan menjambak rambut ibu.
Menurut Bigge (dalam Hallahan dan Kauffman, 1994, hal.415), kebutuhan-
kebutuhan psikologis remaja cerebral palsy berkaitan dengan penerimaan diri,
kemandirian, dan kepercayaan diri untuk menjalin hubungan sosial. Berdasarkan hasil
penelitian subjek penelitian memiliki need of autonomy. Subjek penelitian ingin dapat
melakukan sesuatu dengan sendiri tanpa dibantu oleh orang lain. Hal ini nampak ketika
subjek penelitian akan berpindah tempat, subjek penelitian berusaha untuk
-
menggerakkan kursi rodanya sendiri dan ada juga dengan cara merangkak. Kebutuhan
umtuk mandiri pada remaja cerebral palsy berbeda dengan kebutuhan untuk mandiri
remaja pada umumnya. Remaja pada umumnya memiliki kebutuhan untuk mandiri
secara emosional dari orangtua dan orang-orang dewasa lainnya, sedangkan pada remaja
cerebral palsy memiliki kebutuhan untuk mandiri secara fisik, yakni dapat
menggerakkan kursi roda sendiri dan dapat berpindah tempat sendiri.
Sebagai seorang yang memiliki kekurangan fisik, yakni tidak dapat berjalan,
Remaja cerebral palsy memiliki kebutuhan untuk mengalami rasa kecewa, sedih, dan
minder (need of abasement). Hal ini disebabkan terdapat orang-orang yang belum dapat
menerima kondisi subjek penelitian. Terutama ketika mereka berada pada situasi yang
baru. Akan tetapi, setelah subjek penelitian mampu beradaptasi maka akan muncul
rasapercaya diri.
Sebagai seorang remaja, dalam diri subjek penelitian juga muncul keinginan untuk
menjalin relasi dengan lawan jenis (need of sex). Namun,subjek penelitian tidak mampu
memenuhi kebutuhan tersebut. Hal inidisebabkan subjek penelitian merasa tidak ada
orang yang dapat menerima kondisinya, ada ketakutan akan ditolak.. Selain itu, subjek
penelitian juga merasa malu untuk mengungkapkan perasaannya. Pada subjek penelitian
juga muncul kebutuhan untuk berprestasi (need of achivement). Salah satu diantara
subjek penelitian, ada yang memiliki prestasi dalam bidang membaca puisi. Salah satu
subjek penelitian juga memiliki keinginan untuk menjadi pemain keyboard yang baik.
Keinginan-keinginan subjek penelitian selalu dapat terpenuhi. Olehkarena itu,
ketika keinginan subjek penelitian tidak dapat terpenuhi, subjek penelitian akan
mencoba untuk mempengaruhi orang lain agar keinginannya dapat terpenuhi (need of
dominance). Bentuk perilaku yang muncul agar dapat mempengaruhi orang lain adalah
dengan cara merayu. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang memiliki intensitas
rendah. Hal ini disebabkan subjek penelitian tidak memiliki kekuatan yang besar untuk
mempengaruhi orang lain.
Setiap kebutuhan pada dasarnya menuntut suatu pemenuhan. Murray mengatakan
bahwa tingkah laku individu mengarah pada usaha-usaha untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan yang muncul. Kebutuhan yang dapat dipenuhi akan membawa individu pada
situasi yang menenangkan atau memuaskan. Kebutuhan yang tidak dapat terpenuhi akan
membuat individumerasa kecewa atau sakit. (Hall dan Lindzey, 2000, hal. 32). Remaja
cerebral palsy yang mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan psikologisnya akan
menjadi remaja yang mandiri dan percayadiri. Sebaliknya, ketika remaja cerebral palsy
-
tidak mampu memenuhi kebutuhan psikologisnya maka muncul sikap rendah diri,
cemas, dan agresif. (Somantri, 2006, hal.135).
Pada remaja cerebral palsy dalam penelitian ini, sebagian besar kebutuhan-
kebutuhan psikologis yang muncul dapat terpenuhi. Pemenuhan kebutuhan yang muncul
pada diri subjek penelitian dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor lingkungan.
Dampak yang muncul pada subjek penelitian adalah subjek penelitian menjadi remaja
yang mandiri, merasa ada yang mendengarkan ketika bercerita, memiliki relasi sosial
yang baik, berani tampil di depan umum, sering mengikuti pentas seni, dan memiliki
prestasi dalam bidang seni. Pada diri subjek penelitian terkadang juga muncul perasaan
minder. Hal ini disebabkan terdapat beberapa orang yang tidak dapat menerima kondisi
subjek penelitian.
Beberapa kelemahan dalam penelitian ini yang perlu diperhatikan, antara lain
adalah (a) Kurang lengkapnya informasi yang diperoleh peneliti. Hal inidisebabkan
peneliti kesulitan untuk menemui beberapa orangtua subjek.Orangtua subjek tidak
memiliki waktu untuk bertemu dengan peneliti.Oleh karena itu, peneliti melakukan
wawancara dengan pengasuh subjekyang hanya memahami tentang kondisi subjek saat
ini., (b) Subjektivitas peneliti dalam memahami dan mengartikan data-data
yangdiperoleh dari subjek. Namun, untuk meminimalkan subjektivitas,peneliti
melakukan diskusi dengan dosen pembimbing dan temansejawat yang memiliki
pengetahuan tentang topik yang diteliti oleh peneliti. (c) Jumlah subjek yang terbatas,
sehingga hasil penelitian ini pelu dicermati dengan hati-hati bila akan digeneralisasikan.
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa kebutuhan-kebutuhan psikologis yang dominan muncul
pada remaja cerebral palsy, yaitu kebutuhan untuk dekat dengan orang lain (Need of
Affiliation), kebutuhan untuk berpikir dan memperoleh pengetahuan (Need of
Understanding), dan kebutuhan untuk menikmati atau melakukan kegiatan yang
berhubungan dengan seni (Need of Sentience).
Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan psikologis tersebut dipengaruhi oleh faktor
internal dan faktor lingkungan. Faktor internal terdiri dari faktor internal yang dapat
mendukung subjek dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan psikologisnya dan faktor
internal yang menghambat subjek dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan
psikologisnya. Faktor internal yang dapat mendukung subjek dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhan psikologisnya, yaitu keinginan subjek untuk melakukan sesuatu
-
sendiri dan minat untuk menjalin hubungan baik dengan orang lain. Faktor internal yang
menghambat subjek dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan psikologisnya adalah
perasaan minder yang ada pada diri subjek. Faktor yang berasal dari lingkungan adalah
penerimaan dan perlakuan orangtua, teman, guru, dan orang-orang yang berada di
sekitar subjek penelitian terhadap subjek penelitian.
Saran
Melalui penelitian ini, peneliti ingin menyampaikan beberapa saran yang
berhubungan dengan hasil penelitian yang diperoleh.
1. Bagi subjek penelitian
Memperluas pergaulan dalam masyarakat , tidak terbatas hanya dengan
keluarga dan teman di sekolahan, tetapi juga dengan teman-teman di sekitar
rumah, agar lebih percaya diri dalam bergaul. Selain itu juga aktif untuk belajar
pengetahuan dan ketrampilan baru secara mandiri, berlatih dengan lebih rajin
terhadap aktivitas yang diminatinya, di rumah maupun di sekolah. Mereka juga
perlu mengeksplorasi kemampuan seni lainnya, misalnya menyanyi. Subjek
juga perlu belajar mengelola emosi negatif secara positif, misalnya
mengendalikan dan mengalihkan emosi marah dengan cara menyanyi, bermain
keyboard, dan mendengarkan musik. Untuk subjek yang belum mandiri,
diharapkan dapat lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan
psikologisnya, sehingga tidak tergantung dengan orang lain. Misalnya, dengan
cara mengambil minum sendiri, berlatih makan sendiri, dan belajar merangkak.
2. Bagi orangtua, guru, dan pengasuh.
Diharapkan orangtua, guru, teman dan pengasuh dapat memberikan waktu
luang agar lebih bisa mendekatkan diri dengan remaja cerebral palsy dan tidak
melarang remaja cerebral palsy untuk bergaul dengan orang lain di luar
lingkungan sekolah dan keluarga. Hasil penelitian ini juga dapat memberikan
wawasan untuk metode pendampingan yang sesuai untuk remaja cerebral palsy,
yakni melatih kemandirian remaja cerebral palsy dan mendorong remaja
cerebral palsy untuk lebih bergaul dengan masyarakat, memberikan kesempatan
dan dukungan pada mereka untuk melakukan aktivitas yang mereka minati, baik
yang berkaitan dengan pengetahuan maupun seni.
3. Bagi masyarakat umum
-
Masyarakat diharapkan dapat lebih memahami, menerima, dan mendukung
remaja cerebral palsy. Tidak ada lagi diskriminasi bagi penyandang cacat,
khususnya cerebral palsy. Misalnya, dengan mau mengajak berbicara, memberikan
kesempatan untuk mengikuti kegiatan bersama di lingkungan rumah, tidak
memandang mereka dengan tatapan aneh, serta menerima mereka apa adanya.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan menambah subjek penelitian. Hal tersebut
hendaknya dilakukan agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan. Selain itu,
peneliti selanjutnya juga diharapkan dapat meneliti mengenai aspek-aspek yang lain
pada remaja cerebral palsy, seperti kemandirian, minat menjalin hubungan sosial,
minat pada kesenian, dan minat untuk memperoleh pengetahuan.
2. Daftar Pustaka
Anastasi, A dan Urbina, S. 1997. Tes Psikologi. Alih bahasa: Robertus H. Imam.
Jakarta: PT Prenhallindo.
Alsa, A. 2004. Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif serta Kombinasinya dalam
Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Alwisol. 2007. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.
Chaplin, J.P. 1999. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Dianawati, Zamralita, Ninawati. 2005. Perasaan Inferioritas dan Kompensasi
Remaja Penyandang Cacat Fisik. Arkhe Jurnal Ilmiah Psikologi. Jakarta:
Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara. Tahun 10/ No.2/ September
2005 (119-136)
Dirgagunarsa, S. 1983. Pengantar Psikologi. Jakarta: Penerbit Mutiara.
Hadi, S. 1997. Metologi Research Jilid 1 Yogyakarta: Penerbit Andi.
____ .2000. Metologi Research Jilid 2. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Hall, C. S. dan Lindzey, G. 2000. Dalam A. Supratiknya (Ed) Teori-teori Holistik
(Organismik-Fenomenologis). Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Hallahan, D. P. dan Kauffman, J. M.. 1994. Exceptional Children: Introduction to
Special Children. United States of America: Prentice-Hall International, Inc.
Heidiermarilla. 2009. Pengaruh Kebutuhan yang Tidak Terpenuhi Terhadap
Tingkah Laku Remaja. www.indoskripsi.com (Sat, 7 November 2009)
Hukumonline. 2008. Perlakuan Diskriminasi Masih Terjadi pada Penyandang
-
Cacat. http://cms.sip.co.id/hukumonline/detail.asp?id=20798&cl=Berita (Sat,
21 November 2009)
Hurlock, E. B. 1999. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Alih bahasa: Istiwidayanti dan Soedjarwo. Jakarta:
Erlangga.
Kirk, S. A. dan Gallagher J. J.. 1989. Educating Exceptional Children. Boston:
Houghton Mifflin Company.
Moleong, J. L. 2000. Metodologi Peneletian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Mangunsong, F. 1998. Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa. Jakarta: LPSP3
UI.
Poerwandari, E. K. 1998. Pendidikan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Jakarta:
LPSP3 UI.
Somantri, T. S. 2006. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama.