perubahan psikologis nifas

48
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Survey Demografi Dan Kesehatan Indonesia 2007, angka kematian ibu 228 per 100.000 kelahiran hidup. Survey yang sama ahun 2012 mennjukkan 359 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan Survey Demografi Dan Kesehatan Indonesia (SDKI), angka kematian ibu(AKI) per 100.000 kelahiran hidup menurun secara bertahap, dari 390 (1991) menjadi 334 (1997), 307 (2003), dan 228 (2007). Tahun 2012 unuk pertama kalinya AKI melonjak. Selain AKI, angka kematian bayi (AKB) masih jauh dari target MDG. SDKI 2012 menyebutkan, AKB 32 per 1000 kelahiran hidup, turun sedikit dibandingan 2007, yaitu yaitu 34 per 1000 kelahiran hidup ( BKKBN dan BPS, 2012). Penyebab kematian ibu cukup kompleks, dapat digolongkan atas faktor- factor reproduksi, komplikasi obstetrik, pelayanan kesehatan dan sosio-ekonomi. Penyebab komplikasi obstetrik langsung telah banyak diketahui dan dapat ditangani, meskipun pencegahannya terbukti sulit. Menurut SKRT 2001, penyebab obstetrik 1

Upload: iiaa-riia-yasaigakiraidesu

Post on 29-Dec-2015

110 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Askeb Nifas

TRANSCRIPT

Page 1: Perubahan Psikologis Nifas

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan Survey Demografi Dan Kesehatan Indonesia 2007, angka

kematian ibu 228 per 100.000 kelahiran hidup. Survey yang sama ahun 2012

mennjukkan 359 per 100.000 kelahiran hidup.

Berdasarkan Survey Demografi Dan Kesehatan Indonesia (SDKI), angka

kematian ibu(AKI) per 100.000 kelahiran hidup menurun secara bertahap, dari

390 (1991) menjadi 334 (1997), 307 (2003), dan 228 (2007). Tahun 2012 unuk

pertama kalinya AKI melonjak.

Selain AKI, angka kematian bayi (AKB) masih jauh dari target MDG.

SDKI 2012 menyebutkan, AKB 32 per 1000 kelahiran hidup, turun sedikit

dibandingan 2007, yaitu yaitu 34 per 1000 kelahiran hidup ( BKKBN dan BPS,

2012).

Penyebab kematian ibu cukup kompleks, dapat digolongkan atas faktor-

factor reproduksi, komplikasi obstetrik, pelayanan kesehatan dan sosio-ekonomi.

Penyebab komplikasi obstetrik langsung telah banyak diketahui dan dapat

ditangani, meskipun pencegahannya terbukti sulit. Menurut SKRT 2001,

penyebab obstetrik langsung sebesar 90%, sebagian besar perdarahan (28%),

eklampsia (24%) dan infeksi (11%). Penyebab tak langsung kematian ibu berupa

kondisi kesehatan yang dideritanya misalnya Kurang Energi Kronis (KEK) 37%.

Penyebab terpenting kematian maternal di Indonesia adalah perdarahan 40-60%,

infeksi 20-30% dan keracunan kehamilan 20-30%, sisanya sekitar 5%

disebabkan penyakit lain yang memburuk saat kehamilan atau persalinan.

Perdarahan sebagai penyebab kematian ibu terdiri atas perdarahan antepartum

dan perdarahan postpartum. Sebagian besar kasus perdarahan postpartum terjadi

karena retensio plasenta dan atonia uteri. Hal ini mengindikasikan kurang

baiknya manajemen tahap ketiga proses kelahiran dan pelayanan emergensi

1

Page 2: Perubahan Psikologis Nifas

obstetrik. Disamping menyebabkan kematian, perdarahan pascapersalinan

memperbesar kemungkinan infeksi puerperal karena daya tahan penderita

berkurang. (Chalik TMA, 1997).

Fase nifas merupakan bagian dari kehidupan ibu dan bayinya yang

bersifat kritis. Diperkirakan sekitar 60% dari kematian ibu adalah akibat

persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama pasca

persalinan (Janiwarty, B., dan Pieter, H. Z., 2013).

Dari uraian di atas bahwa salah satu faktor peningkatan AKI adalah

ketika wanita dalam masa nifas, dimana pada masa nifas ini rentan sekali terjadi

perdarahan dan infeksi sehingga perlu dilakukan pengkajian secara intensif pada

masa tersebut.

Dalam memberikan pelayanan pada fase nifas, seorang bidan

menggunakan asuhan berupa memantau keadaan fisik, psikologis, spiritual,

kesejahteraan social ibu, serta memberikan pendidikan dan penyuluhan secara

kontinu. Melalui proses pemantauan dan asuhan diharapkan bisa mencegah atau

bahkan menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi.

 Masa nifas (Puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang

berlangsung selama kira-kira 6 minggu, atau masa nifas adalah masa yang

dimulai dari beberapa jam setelah lahir plasenta sampai 6 minggu berikutnya.

Terjadi perubahan peran sebagai orang tua yang mempunyai tugas dan

tanggung jawabnya terhadap kelahiran seorang bayi. Mengalami perubahan

stimulus dan kegembiraan untuk memenuhi kebutuhan bayi.

Perubahan psikologis mempunyai peranan yang sangat penting, dimana

pada fase ini, ibu nifas cenderung menjadi orang yang sensitive, sehingga

dibutuhkan adanya pengertian dari pihak suami dan keluarga terdekat, terutama

yang berkaitan dengan tanggung jawab keluarga atas kelahiran bayi. Dorongan

dan perhatian suami dan anggota keluarga lain menjadi dukngan positif bagi ibu.

2

Page 3: Perubahan Psikologis Nifas

Selain itu, peran bidan, terutama berkaitan dengan memberikan

pengarahan dan bimbingan kesehatan ibu dan bayi akan menambah rasa percaya

diri ibu. Peran bidan tidak hanya sampai disitu saja, tetapi juga membimbing ibu

nifas agar kondisi dan kehidupan psikologis ibu nifas tdak berubah menjadi

psikopatologis (Janiwarty, B., dan Pieter, H. Z., 2013).

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan pada pasien nifas dengan kasus depresi post partum menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah varney.

1.2.2 Tujuan khusus

1. Mahasiswa mampu melakukan pengumpulan data dasar pada NY “A”

dengan nifas depresi post partum.

2. Mahasiswa mampu menginterpretasikan data dasar yang sudah

dikaji pada NY “A” dengan nifas depresi post partum.

3. Mahasiswa mampu mengidentifikasikan diagnosa dan masalah

potensial pada NY “A” dengan nifas depresi post partum.

4. Mahasiswa mampu menentukan kebutuhan akan  tindakan segera pada

NY “A” dengan nifas depresi post partum.

5. Mahasiswa mampu membuat rencana asuhan menyeluruh pada NY “A”

dengan nifas depresi post partum.

6. Mahasiswa mampu melaksanakan rencana asuhan yang telah

dibuat pada NY “A” dengan nifas depresi post partum.

7. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan asuhan

pada NY “A” dengan nifas depresi post partum.

3

Page 4: Perubahan Psikologis Nifas

1.3 Manfaat

1. Mengasah keterampilan mahasiswa dalam melakukan pendokumentasian

menggunakan 7 langkah varney.

2. Dapat menambah pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam

melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan depresi post

partum.

3. Mengetahui penatalaksanaan pada ibu nifas dengan depresi post partum.

4

Page 5: Perubahan Psikologis Nifas

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian

a. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat

kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira

6 minggu. (Abdul Bari, 2000).

b. Masa nifas dimulai setelah partus selesai, dan berakhir kira – kira 6 minggu.

Akan tetapi seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelum ada

kehamilan dalam waktu 3 bulan. ( Hanifah Wiknjosastro, 2006).

c. Periode pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin

( menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi

wanita pada kondisi tidak hamil. Periode pemulihan pascapartum berlangsung

selama 6 minggu. (Helen Varney, 2007).

Dari berbagai pendapat di atas dapat kami simpulkan bahwa masa nifas adalah

masa dimana setelah kelahiran sampai terjadinya pemulihan alat – alat reproduksi

wanita seperti tidak hamil berkisar selama 6 minggu.

2.2 Konsep Dasar Perubahan Psikososial Dalam Masa Nifas

a. Perubahan peran

Terjadinya perubahan peran, yaitu menjadi orang tua setelah kelahiran

anak. Sebenarnya suami dan istri sudah mengalami perubahan peran mereka

sejak masa kehamilan. Perubahan peran ini semakin meningkat setelah

kelahiran anak. Contoh, bentuk perawatan dan asuhan sudah mulai diberikan

oleh si ibu kepada bayinya saat masih berada dalam kandungan adalah dengan

cara memelihara kesehatannya selama masih hamil, memperhatikan makanan

dengan gizi yang baik, cukup istirahat, berolah raga, dan sebagainya.

Selanjutnya, dalam periode postpartum atau masa nifas muncul tugas dan

tanggung jawab baru, disertai dengan perubahan-perubahan perilaku.

5

Page 6: Perubahan Psikologis Nifas

Perubahan tingkah laku ini akan terus berkembang dan selalu mengalami

perubahan sejalan dengan perkembangan waktu cenderung mengikuti suatu

arah yang bisa diramalkan.

Pada awalnya, orang tua belajar mengenal bayinya dan sebaliknya bayi

belajar mengenal orang tuanya lewat suara, bau badan dan sebagainya. Orang

tua juga belajar mengenal kebutuhan-kebutuhan bayinya akan kasih sayang,

perhatian, makanan, sosialisasi dan perlindungan.

Periode berikutnya adalah proses menyatunya bayi dengan keluarga sebagai

satu kesatuan/unit keluarga. Masa konsolidasi ini menyangkut peran negosiasi

(suami-istri, ayah-ibu, orang tua-anak, anak dan anak).

b. Peran menjadi orang tua setelah melahirkan

Selama periode postpartum, tugas dan tanggung jawab baru muncul dan

kebiasaan lama perlu diubah atau ditambah dengan yang baru. Ibu dan ayah,

orang tua harus mengenali hubungan mereka dengan bayinya. Bayi perlu

perlindungan, perawatan dan sosialisasi. Periode ini ditandai oleh masa

pembelajaran yang intensif dan tuntutan untuk mengasuh. Lama periode ini

bervariasi, tetapi biasanya berlangsung selama kira-kira empat minggu.

Periode berikutnya mencerminkan satu waktu untuk bersama-sama

membangun kesatuan keluarga. Periode waktu meliputi peran negosiasi (suami-

istri, ibu-ayah, saudara-saudara) orang tua mendemonstrasikan kompetensi

yang semakin tinggi dalam menjalankan aktivitas merawat bayi dan menjadi

lebih sensitif terhadap makna perilaku bayi. Periode berlangsung kira-kira

selama 2 bulan.

6

Page 7: Perubahan Psikologis Nifas

c. Tugas dan tanggung jawab orang tua

Tugas pertama orang tua adalah mencoba menerima keadaan bila anak

yang dilahirkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Karena dampak dari

kekecewaan ini dapat mempengaruhi proses pengasuhan anak.

Walaupun kebutuhan fisik terpenuhi, tetapi kekecewaan tersebut akan

menyebabkan orang tua kurang melibatkan diri secara penuh dan utuh. Bila

perasaan kecewa tersebut tidak segera diatasi, akan membutuhkan waktu yang

lama untuk dapat menerima kehadiran anak yang tidak sesuai dengan harapan

tersebut.

Orang tua perlu memiliki keterampilan dalam merawat bayi mereka, yang

meliputi kegiatan-kegiatan pengasuhan, mengamati tanda-tanda komunikasi

yang diberikan bayi untuk memenuhi kebutuhannya serta bereaksi secara cepat

dan tepat terhadap tanda-tanda tersebut.

Berikut ini adalah tugas dan tanggung jawab orang tua terhadap bayinya,

antara lain:

1. Orang tua harus menerima keadaan anak yang sebenarnya dan tidak terus

terbawa dengan khayalan dan impian yang dimilikinya tentang figur anak

idealnya. Hal ini berarti orang tua harus menerima penampilan fisik, jenis

kelamin, temperamen dan status fisik anaknya.

2. Orang tua harus yakin bahwa bayinya yang baru lahir adalah seorang

pdibadi yang terpisah dari diri mereka, artinya seseorang yang memiliki

banyak kebutuhan dan memerlukan perawatan.

3. Orang tua harus bisa menguasai cara merawat bayinya. Hal ini termasuk

aktivitas merawat bayi, memperhatikan gerakan komunikasi yang dilakukan

bayi dalam mengatakan apa yang diperlukan dan member respon yang cepat.

4. Orang tua harus menetapkan criteria evaluasi yang baik dan dapat dipakai

untuk menilai kesuksesan atau kegagalan hal-hal yang dilakukan pada bayi.

5. Orang tua harus menetapkan suatu tempat bagi bayi baru lahir di dalam

keluarga. Baik bayi ini merupakan yang pertama atau yang terakhir, semua

7

Page 8: Perubahan Psikologis Nifas

anggota keluarga harus menyesuaikan peran mereka dalam menerima

kedatangan bayi.

Dalam menunaikan tugas dan tanggung jawabnya, harga diri orang tua akan

tumbuh bersama dengan meningkatnya kemampuan merawat/mengasuh bayi.

Oleh sebab itu bidan perlu memberikan bimbingan kepada si ibu, bagaimana

cara merawat bayinya, untuk membantu mengangkat harga dirinya.

2.3 Adaptasi Perubahan Psikologis Peran Pada Masa Nifas

a. Ada tiga fase dalam masa adaptasi peran pada masa nifas, antara lain adalah :

1. Fase dependent

a) Pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan, ketergantungan ibu sangat

menonjol. Pada saat ini ibu mengharapkan segala kebutuhannya dapat

dipenuhi oleh orang lain. Rubin (1991) menetapkan periode beberapa hari

ini sebagai fase menerima yang disebut dengan taking in phase. Dalam

penjelasan klasik Rubin, fase menerima ini berlangsung selama 2 sampai 3

hari. Dalam masa ini terjadi interaksi dan kontak yang lama antara ayah,

ibu dan bayi. Hal ini dapat dikatakan sebagai psikis honey moon yang tidak

memerlukan hal-hal yang romantis, masing-masing saling memperhatikan

bayinya dan menciptakan hubungan yang baru

b) Ia akan mengulang-ulang pengalamannya waktu bersalin dan melahirkan.

c) Pada saat ini, ibu memerlukan istirahat yang cukup agar ibu dapat menjalan

masa nifas selanjutnya dengan baik

d) Membutuhkan nutrisi yang lebih, karena biasanya selera makan ibu menjadi

bertambah. Akan tetapi jika ibu kurang makan, bisa mengganggu proses

masa nifas.

8

Page 9: Perubahan Psikologis Nifas

2. Fase independent

Pada ibu-ibu yang mendapat perawatan yang memadai pada hari-hari

pertama setelah melahirkan, maka pada hari kedua sampai keempat mulai

muncul kembali keinginan untuk melakukan berbagai aktivitas sendiri. Di satu

sisi ibu masih membutuhkan bantuan orang lain tetapi disisi lain ia ingin

melakukan aktivitasnya sendiri. Dengan penuh semangat ia belajar

mempraktekkan cara-cara merawat bayi. Rubin (1961) menggambarkan fase ini

sebagai fase taking hold.

Pada fase taking hold, ibu berusaha keras untuk menguasai tentang

ketrampilan perawatan bayi, misalnya menggendong, menyusui, memandikan

dan memasang popok. Pada masa ini ibu agak sensitive dan merasa tidak mahir

dalam melakukan hal-hal tsb, cenderung menerima nasihat bidan atau perawat

karena ia terbuka untuk menerima pengetahuan dan kritikan yang bersifat

pribadi. Pada tahap ini Bidan penting memperhatikan perubahan yang mungkin

terjadi.

Pada beberapa wanita yang sulit menyesuaikan diri dengan perannya,

sehingga memerlukan dukungan tambahan. Hal ini dapat ditemukan pada :

a) Orang tua yang baru melahirkan untuk pertama kali dan belum pernah

mempunyai pengalaman mengasuh anak

b) Wanita karir

c) Wanita yang tidak mempunyai keluarga atau teman dekat untuk membagi

suka dan duka

d) Ibu dengan anak yang sudah remaja

e) Single parent

3. Fase interdependent

Periode ini biasanya terjadi “after back to home” dan sangat berpengaruh

terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga. Ibu akan

mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi, ia harus beradaptasi

9

Page 10: Perubahan Psikologis Nifas

dengan kebutuhan bayi yang sangat tergantung, yang menyebabkan

berkurangnya hak ibu, kebebasan dan hubungan sosial.

Pada fase ini, kegiatan-kegiatan yang ada kadang-kadang melibatkan

seluruh anggota keluarga, tetapi kadang-kadang juga tidak melibatkan salah

satu anggota keluarga. Misalnya, dalam menjalankan perannya, ibu begitu

sibuk dengan bayinya sehingga sering menimbulkan kecemburuan atau rasa iri

pada diri suami atau anak yang lain.

Pada fase ini harus dimulai fase mandiri (letting go) dimana masing-

masing individu mempunyai kebutuhan sendiri-sendiri, namun tetap dapat

menjalankan perannya dan masing-masing harus berusaha memperkuat relasi

sebagai orang dewasa yang menjadi unit dasar dari sebuah keluarga.

b. Perubahan psikologis masa nifas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi dalam 3

tahap yaitu:

1. Taking In

Yaitu periode ketergantungan. Periode ini berlangsung 2-3 hari setelah

melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang berfokus pada dirinya sendiri. Ibu

akan berulang kali menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari

awal sampai akhir. Ketidaknyamanan fisik yang sering dialami ibu pada

fase ini adalah rasa mules, nyeri pada jahitan, kurang tidur dan kelelahan

merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari.

2. Taking Hold

Yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada

fase ini, timbul rasa khawatir pada ibu akan ketidakmampuan dan rasa

tanggungjawabnya dalam merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan sensitif

sehingga mudah tersinggung dan gampang marah. Ibu berusaha

bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai

ketrampilan perawatan bayi. Pada periode ini ibu berkosentrasi pada

pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang air kecil atau buang air

besar.

10

Page 11: Perubahan Psikologis Nifas

3. Letting Go

Yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran bayinya. Fase ini

berlangsung setelah 6 hari. Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa

ini ibu mengambil tanggung jawab terhadap bayi (Persis Mary H, 1995).

Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu

memahami bahwa bayi butuh disusui sehingga siap terjaga untuk memenuhi

kebutuhan bayinya.

2.4 Keadaan Abnormal Pada Psikologi Ibu Nifas

Gangguan yang sering terjadi pada masa nifas berupa gangguan psikologis

seperti Post Partum Blues (PPS), depresi post partum dan post partum psikologi.

a. Baby Blue (Post Partum Blues)

Post Partum Blues merupakan suatu fenomena psikologis yang dialami

oleh ibu dan bayinya. Biasanya tejadi pada hari ke-3 sampai ke-5 post partum.

Angka kejadiannya 80% dari ibu post partum mengalaminya, dan berakhir

beberapa jam/hari.

Merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan, biasanya

hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga dua minggu sejak

kelahiran bayi yang ditandai dengan gejala-gejala sebagai berikut :

1. Sedih

2. Cemas tanpa sebab

3. Menangis tanpa sebab

4. Tidak sabar

5. Tidak percaya diri

6. Sensitif

7. Mudah tersinggung (iritabilitas)

8. Merasa kurang menyayangi bayinya

11

Page 12: Perubahan Psikologis Nifas

Post partum blues ini dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental

yang ringan. Oleh sebab itu, sering tidak diperdulikan sehingga tidak

terdiagnosis dan tidak ditindak lanjuti sebagaimana seharusnya. Jika hal ini

dianggap enteng, keadaan ini bisa menjadi serius dan bisa bertahan dua minggu

sampai satu tahun dan akan berlanjut menjadi depresi dan psikosis post partum.

Banyak ibu yang berjuang sendiri dalam beberapa saat setelah melahirkan.

Mereka merasakan ada hal yang salah namun mereka sendiri tidak mengetahui

penyebabnya.

Banyak faktor yang dapat menyebabkan post partum blues, antara lain :

a) Faktor hormonal

Perubahan kadar estrogen dan progesterone yaitu terjadi fluktuasi

hormonal dalam tubuh. Kadar hormone kortisol (hormone pemicu stress)

pada tubuh ibu naik hingga mendekati kadar orang yang mengalami depresi.

Disaat yang sama, hormone laktogen dan prolaktin yang memicu produksi

ASI sedang meningkat. Sementara pada saat yang sama kadar progesterone

sangat rendah. Pertemuan kedua hormone ini akan menimbulkan keletihan

fisik pada ibu dan memicu depresi. Factor hormonal in meliputi :

1) Faktor demografik, seperti faktor usia yang terlalu muda atau terlalu tua.

2) Pengalaman proses kehamilan dan persalinan.

3) Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan, seperti tingkat

pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat

gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi serta keadekuatan

dukungan sosial dari lingkungannya (suami, keluarga dan teman).

b) Faktor psikologis

Berkurangnya perhatian keluarga, terutama suami karena semua

perhatian tertuju pada anak yang baru lahir. Padahal usai persalinan si ibu

yang merasa lelah dan sakit pasca persalinan membuat ibu membutuhkan

perhatian. Kecewa terhadap penampilan fisik bayi karena tidaksesuai dengan

harapannya juga bisa memicu baby blues.

12

Page 13: Perubahan Psikologis Nifas

c) Faktor fisik

Kelelahan fisik karena aktifitas mengasuh bayi, menyusui,

memandikan, mengganti popok, dan menimang sepanjang hari bahkan tidak

jarang di malam buta sangatlah menguras tenaga. Apalagi jika tidak ada

bantuan dari suami atau anggota keluarga yang lain.

d) Faktor social

Ibu merasa sulit menyesuaikan dengan peran baru sebagai ibu. Apalagi

kini gaya hidupnya akan berubah drastis. Ibu merasa dijauhi oleh lingkungan

dan merasa kaan terasa terikat terus pada si kecil.

Dibutuhkan pendekatan menyeluruh/holistik dalam penanganan ibu post

partum blues. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan

penanganan di tingkat perilaku, emosional, intelektual, sosial dan psikologis

secara bersama-sama dengan melibatkan lingkungannya, yaitu suami, keluarga

dan teman dekatnya.

Peran bidan dalam mengatasi post partum blues:

a) Menjalin hubungan baik dengan keluarga dalam mengembangkan upaya

menjalin kasih sayang dengan bayinya

b) Hal ini merupakan tanda awal kesulitan dalam pengasuhan anak di masa

yang akan dating

c) Waspada terhadap reaksi negatif yang menonjol dari orang tua, seperti:

1) Perilaku negatif orang tua

2) Sikap verbal dan nonverbal

3) Interaksi yang tidak mendukung (tidak menyentuh bayinya)

4) Ucapan kekecewaan/merendahkan

d) Upaya memperkokoh hubungan bayi dengan orang tuanya (seperti

menggendong, mengajak bayinya bercerita, dan sebagainya)

13

Page 14: Perubahan Psikologis Nifas

e) Mendorong orang tua untuk melihat dan memeriksa bayi mereka dengan

komentar positif tentang bayinya

f) Berikan anjuran-anjuran/advice pada ibu dan keluarga , seperti:

1) Anjurkan pada ibu untuk melepaskan saja emosi, tidak perlu ditahan-

tahan. Ingin menangis, marah, lebih baik dekspresikan saja

2) Usahakan agar ibu mendapatkan istirahat yang cukup (kalau ada

kesempatan gunakan untuk tidur, walaupun hanya 10 menit)

3) Berikan motivasi pad ibu, agar ibu menyadari badai pasti berlalu. Rasa

sakit setelah melahirkan pasti akan sembuh, rasa sakit ketika awal-awal

memberi ASI pasti akan hilang, teror tangis bayi lambat laun akan

berubah menjadi ocehan dan tawa yang menggemaskan, bayi yang

“menjengkelkan”, beberapa bulan lagi akan menjadi bayi mungil yang

menakjubkan, dan lain-lain

4) Minta bantuan orang lain, misalnya kerabat atau teman untuk membantu

mengurus si kecil

5) Ibu yang baru saja melahirkan sangat butuh instirahat dan tidur yang

cukup. Lebih banyak istirahat di minggu-minggu dan bulan-bulan

pertama setelah melahirkan, bisa mencegah depresi dan memulihkan

tenaga yang seolah terkuras habis

6) Hindari makan manis serta makanan dan minuman yang mengandung

kafein, karena kedua makanan ini berfungsi untuk memperburuk depresi

7) Konsumsi makanan yang bernutrisi agar kondisi tubuh cepat pulih, sehat

dan segar

8) Coba berbagi rasa dengan suami atau orang terdekat lainnya, dukungan

dari mereka bisa membantu mengurangi depresi

b. Depresi postpartum

depresi post partum terjadi dalam 10- 15 % wanita pada populasi umum.

Depresi post partum paling sering terjadi dalam 4 bulan pertama setelah

14

Page 15: Perubahan Psikologis Nifas

melahirkan, tetapi dapat terjadi kapan pun pada tahun pertama. Masa pasca

melahirkan adalah wktu yang paling rentan bagi wanita untuk mengembangkan

penyakit kejiwaan.wanita yang menderita 1 episoda depresi mayor setelah

melahirkan memiliki resiko kekambuhan sekitar 25%. Biasanya, depresi pasca

melahirkan berkembang secara diam-diam selama 3 bulan pertama pasca

melahirkan, meskipun gangguan tersebut memiliki onset yang lebih akut.

Depresi post partum lebih persistent daripada post partum blues.(Cockburn J.

and Pawson; 2007)

Depresi post partum dipengaruhi oleh beberap factor antara lain (Andri,

2011):

1. Biologis. Factor biologis djelaskan bahwa depresi post partum sebagai akibat

kadar hormone seperti estrogen, progesterone dan prolaktin yang tinggi atau

terlalu rendah pada masa nifas atau mungkin perubahn hormone tersebut terlalu

cepat atau terlalu lamabat.

2. Karakteristik ibu, yang meliputi :

3. Faktor umur. Sebagian masyarakat percaya bahwa saat yang tepat bagi

seorang perempuan untuk melairkan adalah usia antara 20-30 tahun, dan hal ini

mendukung masalah periode yang optimal bagi perawatan bayi oleh seorang

ibu.faktor usia perempuan yang bersangkutan saat kehamilan dan persalinan

seringkali dikaitkan dengan kesiapan mental perempuan tersebut untuk menjadi

seorang ibu.

4. Faktor pengalaman. Depresi pascasalin ini lebih banyak ditemukan pada

perempuan primipara, mengingat bahwa seorang ibu dan segala yang berkaitan

dengan bayinya merupakan situasi yang baru bagi dirinya dan dapat

menimbulkan stress.

5. Faktor pendidikan. Perempuan yang berpendidikan tinggi menghadapi

tekanan social dan konflik peran, antara tuntutan sebagai perempuan yang

memiliki dorongan untuk bekerja atau melakkan aktifitasnya di luar rumah,

15

Page 16: Perubahan Psikologis Nifas

dengn peran mereka sebagai ibu rumah tangga dan orang tua dari anak-anak

mereka.

6. Faktor selama proses persalinan. Semakin besar trauma fisik yang

ditimbulkan pada saat persalinan, mak akan semakn besar pual trauma psikis

yang muncul dan kemungkinan perempuan tersebut akan menghadapi depresi

pascasalin.

7. Faktor dukungan social. Banyaknya kerabat yang membantu pada saat

kehamilan, persalinan dan pascasalinan sedikitnya akan mengurangi beban ibu

karena kehamilannya.

Faktor lain yang dapat menyebabkan depresi, yaitu:

1. Kelelahan setelah melahirkan, berubahnya pola tidur dan kurang istirahat,

seringkali menyebabkan ibu yang baru melahirkan belum kembali ke kondisi

normal meskipun setelah berminggu-minggu dari saat melahirkan

2. Kegalauan dan kebingungan dengan kelahiran bayi yang baru, perasaan tidak

percaya diri dengan kemampuan diri untuk dapat merawat bayi yang baru

sementara masih merasa bertanggung jawab dengan semua pekerjaan yang ada

3. Perasaan stress dari perubahan dalam pekerjaan maupun kerutinan dalam

rumah tangga. Sementara banyak perempuan yang merasa berkewajiban untuk

menjadi super women yang tidak realistis dan sulit dicapai, malahan akan

menambah stress yang ada

4. Perasan kehilangan akan identitas diri, akan kemampuan diri akan figure

tubuh sebelum kehamilan, akan perasaan dapat mengontrol diri sebelum

kehamilan, akan perasaan menjadi kurang menarik

5. Kurangnya waktu untuk diri sendiri, tidak dapatnya mengontrol waktu

sebagaimana yang dapat dilakukan sebelum dan selama kehamilan, harus

tinggal di dalam rumah dalam jangka waktu yang lama, juga kekurangan waktu

probadi dengan orang yang dicintai selain dari bayi yang baru lahir.

16

Page 17: Perubahan Psikologis Nifas

Gejala-gejala depresi post partum, antara lain :

1. Perasaan sedih, tidak berdaya dan galau

2. Sering menangis

3. Tidak ada energy dan motivasi hidup

4. Makan terlalu banyak atau terlalu sedikit

5. Tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit

6. Sulit untuk fokus, mengingat atau mengambil keputusan

7. Rasa tidak berharga dan bersalah

8. Kehilangan semangat atau kenyamanan dalam beraktifitas

9. Menjauhkan diri dari teman atau keluarga

10. Sakit kepala, nyeri di dada, jantung berdebar-debar dan nafas cepat

Setelah melahirkan, gejala lain dari depresi dapat termasuk ketakutan untuk

menyakiti bayi dan dirinya sendiri (rasa ingin bunuh diri) dan tidak ada

ketertarikan pada bayi.

Peran Bidan

1) Menjalin hubungan baik dengan keluarga dalam mengembangkan upaya

menjalin kasih sayang dengan bayinya

2) Berikan dukungan emosional dan spiritual

3) Lakukan kolaborasi untuk perawatan depresi, seperti:

a) Terapi bicara, adalah sesi bicara dengan terapis, psikolog atau pekerja

sosial untuk mengubah apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan

oleh ibu akibat menderita depresi.

b) Obat medis. Obat anti depresi yang diresepkan oleh dokter. Sebelum

mengkonsumsi obat anti depresi sebaiknya didiskusikan benar, obat

mana yang tepat dan aman bagi bayi untuk dikonsumsi oleh ibu

menyusui.

4) Berikan konseling (advice) kepada pasien, seperti :

a) Banyak istirahat sebisanya (tidurlah selama bayi tidur).

17

Page 18: Perubahan Psikologis Nifas

b) Hentikan membebani diri sendiri untuk melakukan semuanya sendiri.

Kerjakan apa yang dapat dilakukan dan berhenti saat merasa lelah.

Biarkan pekerjaan yang tersisa dilakukan kemudian.

c) Mintalah bantuan untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan

pemberian makan pada waktu malam hari. Mintalah pada suami untuk

mengangkat bayinya untuk disusui saat malam hari sehingga ibu dapat

menyusui di tempat tidur tanpa harus banyak bergerak. Bila

memungkinkan, carilah tenaga bantuan dari teman, keluarga atau tenaga

professional untuk membantu selama diperlukan.

d) Bicarakan dengan suami, keluarga,dan teman mengenai perasaan yang

dimiliki.

e) Jangan sendirian dalam jangka waktu lama. Berdandan dan keluarlah

dari rumah. Pergilah atau jalan-jalan ke suatu tempat untuk merubah

suasana hati

f) Bicaralah dengan orang tua (ibu) agar dapat bertukar pikiran dansharing

pengalaman.

g) Jangan membuat perubahan hidup yang sangat drastic, seperti pindah

kerja, pindah rumah, ganti pasangan hidup, dan lain-lain

h) Bila ada perubahan drastic yang tidak dapat dielakkan, buatlah

persiapan yang matang

Dampak depresi pada bayi

Stress serta sikap tidak tulus ibu yang terus menerus diterima oleh bayi

kelak bisa membuatnya tumbuh menjadi anak yang mudah menangis,

cenderung rewel, pencemas sekaligus pemurung. Dampak lain yang juga

merugikan adalah anak cenderung mudah sakit.

Depresi pasca melahirkan mempengaruhi kemampuan seseorang untuk

merawat bayinya. Ia dapat kurang tenaga, tidak dapat berkonsentrasi, gusar

terus menerus dan tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi akan cinta dan

18

Page 19: Perubahan Psikologis Nifas

perhatian yang tidak putus. Akibatnya penderita akan merasa bersalah dan

kehilangan rasa percaya diri akan kemampuannya sebagai ibu, dimana perasan

ini dapat memperburuk kondisi depresinya.

Pendapat para ilmuwan bahwa ini dapat mempengaruhi kemampuan bayi

dalam perkembangan bahasanya, dalam kedekatan emosionalnya dengan orang

lain, dalam masalah bersikap, tingkat aktifitas yang lemah, masalah tidur dan

distress. Adanya gangguan pemberian ASI sehingga pemberian nutrisi bayi

menjadi terganggu. Jika menyusui di jam-jam pertama kelahiran tidak dapat

dilakukan, alternatif terbaik berikutnya adalah memerah ASI selama 10-20

menit tiap 2 hingga 3 jam sekali.

c. Post Partum Psikosis

Sangat jarang terjadi, 1 atau 2 dalam setiap 1000 kelahiran dan biasanya

dimulai pada minggu ketiga dalam 6 minggu setelah melahirkan. Para wanita

yang rentan terhadap depresi postpartum yang lebih berat adalah mereka yang

kehamilannya tidak diharapkan, atau mereka yang mempunyai masalah-

masalah yang sulit dihadapi, beresiko untuk terkena postpartum psikosis.

Insiden psikosis post partum sekitar 1-2 per 1000 kelahiran. Rekurensi

dalam masa kehamilan 20-30 persen. Gejala psikosis post partum muncul

beberapa hari sampai 4-6 minggu post partum. Gejala psikosis post partum

sebagai berikut:

1. Gaya bicara keras

2. Menarik diri dari pergaulan

3. Cepat marah

4. Gangguan tidur

Penatalaksanaan psikosis post partum adalah:

1. Pemberian anti depresan

2. Berhenti menyusui

3. Perawatan di rumah sakit

19

Page 20: Perubahan Psikologis Nifas

Gejala      :

1. Halusinasi

2. Gangguan saat tidur

3. Perilaku yang kurang wajar

Etiologi    :

1. Perubahan tingkat hormonal

2. Stres psikologis dan fisik

3. Sistem pendukung yang tidak memadai

Sering dialami  :

1. Ibu yang mengalami abortus

2. Kematian bayi dalam kandungan

3. Kematian bayi setelah lahir

2.5 Faktor – faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa menjadi

orang tua pada masa post partum, adalah :

a. Respon dan dukungan dari keluarga dan teman

b. Hubungan dari pengalaman melahirkan terhadap harapan dan aspirasi

c. Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lalu

d. Pengaruh budaya

 

20

Page 21: Perubahan Psikologis Nifas

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “J”

POST PARTUM HARI KELIMA DENGAN DEPRESI POST PARTUM

DI PUSKESMAS TANJUNG KARANG

TANGGAL 21 OKTOBER 2013

Hari/Tanggal pengkajian : 21 Oktober 2013

Jam : 10.00 wita

Tempat : Di ruang Nifas, Puskesmas Tanjung Karang

I. PENGKAJIAN DATA

DATA SUBYEKTIF

A. Identitas

Identitas klien

Nama pasien : Ny “J” Nama suami : Tn “M”

Umur : 22 Tahun Umur : 25 Thn

Agama : Islam Agama : Islam

Suku/bangsa : Sasak / Indonesia Suku/bangsa : Sasak

Pendidikan : SMU Pendidikan : SMU

Pekerjaan : Karyawan Travel Pekerjaan : Karyawan

Supermarket

Alamat : Tanjung Karang Alamat : Tanjung Karang

21

Page 22: Perubahan Psikologis Nifas

B. Keluhan utama / alasan kunjungan :

Ibu datang ke Puskesmas Tanjung Karang pada tanggal 21 Oktober

2013 pada pukul 10.00 wita. Ibu mengatakan telah melahirkan normal

tanggal 15 Oktober 2013 pukul 23.35 wita di Puskesmas Tanjung Karang,

mengeluh kelelahan karena kurang tidur, tidak ada nafsu makan, malas

beraktifitas dan sakit kepala

C. Riwayat perjalanan penyakit/alasan kunjungan :

Ibu datang ke Puskesmas Tanjung Karang pada tanggal 21 Oktober

2013 pada pukul 10.00 wita. Ibu mengatakan telah melahirkan normal

tanggal 15 Oktober 2013 pukul 23.35 wita di Puskesmas Tanjung Karang,

mengeluh kelelahan karena kurang tidur, tidak ada nafsu makan, malas

beraktifitas dan sakit kepala

D. Riwayat kesehatan yang lalu :

Riwayat penyakit menular/keturunan :

Ibu mengatakan ia tidak pernah menderita penyakit berat yang

membuat ibu dirawat d rumah sakit

E. Riwayat kesehatan keluarga :

1. Ibu mengatakan tidak ada riwayat keturunan kembar dalam

keluarga

2. Ibu mengatakan anggota keluarganya tidak pernah menderita

penyakit yang membuat keluarga ibu dirawat di rumah sakit

F. Riwayat menstruasi :

Menarche : 14 hari

Siklus : 28 hari

Lama : 7 hari

Disminorhe : Tidak

Flour albus : Tidak

22

Page 23: Perubahan Psikologis Nifas

G. Status perkawinan

Menikah : 1x menikah, sah

Lama : ± 1 tahun

Umur pertama kali menikah

Suami : ± 24 tahun

Istri : ± 21 tahun

H. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Yang Lalu

Ibu mengatakan ini merupakan hamil pertama dan tidak pernah keguguran

Riwayat KB : belum pernah menggunakan KB

Rencana KB : IUD / Spiral

I. Keadaan psikologi : Ibu mengatakan ia dan suami/keluarga sangat bahagia

dengan kelahiran bayinya namun khawatir dengan

bayinya

J.Pola kebiasaan sehari-hari

1. Nutrisi (makan dan minum)

Makan Selama hamil Setelah melahirkan

Komposisi Nasi, sayuran, ikan

(lauk-pauk), kadang-

kadang buah

Nasi, sayuran, kerupuk

Porsi 1 piring ½ piring - 1 piring

Frekuensi 3 - 4x sehari 1-2x sehari

Makanan pantangan Tidak ada Tidak ada

Minum Selama hamil Setelah melahirkan

Komposisi Air putih, teh, kopi Pocari sweat, air putih

Banyaknya 1 gelas 5 gelas

Minuman pantangan Tidak ada Tidak ada

23

Page 24: Perubahan Psikologis Nifas

2. Eliminasi

BAB Selama hamil Setelah melahirkan

Frekuensi 1x sehari 2x sehari

Penyulit Tidak ada Tidak ada

BAK Selama hamil Setelah melahirkan

Frekuensi >5x sehari 3x

Penyulit Tidak ada Tidak ada

3. Istirahat/tidur

Selama hamil Setelah melahirkan

Siang ± 1-2 jam -

Malam ± 7-8jam ±2 jam

4. Aktivitas sehari-hari : Ibu mengatakan sebagai ibu rumah tangga yang

kegiatan sehari-harinya mencuci, menyapu,

memasak, dll. kadang di bantu keluarga (selama

hamil) dan setelah melahirkan belum mulai

beraktivitas.

DATA OBYEKTIF

K. Pemeriksaan umum

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. Tanda-tanda vital

Tekanan Darah : 100/70 mmhg

24

Page 25: Perubahan Psikologis Nifas

Pernafasan : 22 x/ menit

Nadi : 84 x/menit

Suhu : 36,7 0 C

L. Pemeriksaan fisik

Kepala : bersih, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri

tekan

Wajah : simetris, tidak ada odema.

Mata : konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterus.

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan lymfe

serta tidak ada bendungan vena jugularis.

Payudara : terdapat hiperpigmentasi areola, puting susu

menonjol, tidak ada retraksi atau dimpling,

nyeri tekan, pengeluaran kolostrum( - ).

Abdomen : simetris, kontraksi uterus baik, TFU 2 jari di

bawah pusat, kandung kemih kosong.

Ekstremitas atas : kuku tidak pucat, dan tidak odema

Ekstremitas bawah : kuku tidak pucat, dan tidak odema, serta tidak

ada varices, tidak ada tanda Hoffman.

Genitalia : perineum utuh, terdapat pengeluaran lochea

serosa (berwarna merah kecoklatan), dan

konsistensi cair dan

tidak berbau.

M. Pemeriksaan penunjang : tidak dilakukan pemeriksaan

25

Page 26: Perubahan Psikologis Nifas

INTERPRETASI DATA DASAR DAN IDENTIFIKASI MASALAH

a. Diagnosa : P1A0H1 dengan post partum normal hari kelima

Data subyektif :

Ibu mengatakan melahirkan yang pertama tanggal 15 Oktober 2013 pukul

23.30 wita, jenis kelamin perempuan, dengan BB=2700 gr, PB=50cm.

Data obyektif :

1) k/u ibu baik, kesadaran composmentis, TD = 120/80 mmHg, N = 84 x/m,

R = 22 x/m, S = 36,7 oC.

2) TFU 1 jari dibawah simfisis, kontraksi uterus baik, kandung kemih

kosong, lochea tidak berbau.

b. Masalah : Ketidaknyamanan

Dasar : Ibu mengatakan kelelahan karena kurang tidur, tidak ada

nafsu makan, malas beraktifitas dan sakit kepala.

Kebutuhan : Menjelaskan tentang penyebab ketidaknyamanan dan cara

mengatasinya.

II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/ MASALAH POTENSIAL

Depresi Post Partum

III. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA

Mandiri : Perawatan Depresi Post Partum

Kolaborasi : Perawatan dilakukan kolaborasi dengan dokter spesialis

Rujukan : Tidak ada

IV. RENCANA ASUHAN MENYELURUH

1. Lakukan inform concent

2. Jelaskan pada ibu hasil pemeriksaan

26

Page 27: Perubahan Psikologis Nifas

3. Jelaskan pada ibu penyebab ketidaknyamanan yang dirasakan merupakan

tanda atau gejala depresi pasca persalinan

4. Lakukan perawatan depresi post partum. Kolaborasikan dengan dokter

5. Berikan penyuluhan tentang pendidikan kesehatan, seperti:

1) Jelaskan pada ibu tentang nutrisi ibu menyusui

2) Jelaskan pada ibu untuk perbanyak minum air putih

3) Jelaskan pada ibu tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif

4) Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup

5) Anjurkan ibu eliminasi dan personal hygiene

6. Jelaskan pada ibu tentang tanda-tanda bahaya atau komplikasi pada ibu nifas

7. Ingatkan kembali ibu untuk minum vitamin yang diberikan sesuai anjuran

V. PELAKSANAAN ASUHAN

Tanggal : 20 Oktober 2013

jam : 10.00 Wita

1. Melakukan inform concent

2. Menjelaskan pada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yaitu keadaan umum

ibu dan bayi baik, tekanan darah 100/70 mmHg , suhu 36,7 ºC, nadi 84 x/

menit, respirasi 22 x/ menit

3. Menjelaskan pada ibu penyebab ketidaknyamanan yang dirasakan adalah

tanda atau gejala depresi pasca persalinan, dan itu merupakan perubahan

psikologi yang tidak normal pada masa nifas

4. Melakukan perawatan depresi post partum berkolaborasi dengan dokter

5. Memberikan penyuluhan kesehatan tentang cara mengatasi ketidak nyamanan

yang dirasakan yaitu:

1) Menjelaskan pada ibu tentang makanan yang dikonsumsi pada saat

menyusui harus cukup/lebih banyak dari sebelumnya dan memenuhi

27

Page 28: Perubahan Psikologis Nifas

syarat 4 sehat 5 sempurna seperti Nasi, sayur, ikan, tahu/tempe dan susu

(jika ada).

2) Menjelaskan pada ibu untuk mempbanyak minum air putih, karena

manfaat air putih itu sendiri dapat menjaga kesegaran tubuh.

3) Menjelaskan pada ibu tentang ASI Eksklusif, memberikan ASI pada

bayinya sesering mungkin bila bayi lapar dan minimal setiap 2 jam , bila

bayi tidur dibangunkan bila sudah waktunya menyusu dan menganjurkan

ibu untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya yaitu memberikan

hanya ASI saja selama 6 bulan tanpa memberikan makanan atau

minuman apapun kecuali obat bila bayinya sakit.

4) Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup. Manfaatkan waktu tidur

bayi untuk istirahat.

5) Menganjurkan ibu untuk buang air kecil agar kandung kencing ibu tidak

penuh karena bisa menyebabkan terjadinya perdarahan dan mengganggu

pemulihan tubuh ibu. Selain itu ibu juga harus mengganti pembalut

apabila pembalut sudah penuh atau sehabis BAB/ BAK. Mengajarkan ibu

cara cebok yang benar yaitu mencuci bagian depan dulu (daerah

kemaluan ibu) kemudian mencuci bagian belakang (anus).

6. Menjelaskan pada ibu tentang tanda-tanda bahaya atau komplikasi pada Ibu

nifas yaitu seperti perut terasa lembek, keluar darah banyak dari vagina,

lochea/darah nifas berbau busuk, ibu demam tinggi, mual muntah, nafsu

makan berkurang, nyeri ulu hati, penglihatan kabur, pusing berlebihan.

7. Mengingatkan ibu kembali untuk minum vitamin A 1x1, Sf( tablet penambah

darah) 1x1.

VI. EVALUASI

Tanggal 21 Oktober 2013, 10.25 wita

1. Ibu bersedia melakukan inform concent

2. Ibu sudah mengetahui dan mengerti tentang hasil pemeriksaan

28

Page 29: Perubahan Psikologis Nifas

3. Ibu sudah mengetahui dan mengerti bahwa dirinya sedang mengalami

depresi pasca persalinan

4. Ibu bersedia menerima perawatan depresi post partum.

5. Ib mengerti penjelasan yang diberikan bidan tentang:

1) Nutrisi ibu menyusui

2) Manfaat air putih

3) ASI eksklusif

4) Istirahat cukup

5) Eliminasi dan personal hygiene

6) Tentang obat yang diberikan.

6. Ibu mengerti dan dapat menyebutkan kembali tentang tanda-tanda bahaya

pada Ibu nifas yaitu perut terasa lembek, keluar darah banyak dari vagina,

lochea/darah nifas berbau busuk, ibu demam tinggi, mual muntah, nafsu

makan berkurang, nyeri ulu hati, penglihatan kabur, pusing berlebihan dan

bersedia melakukan kunjungan bila terdapat tanda- tanda tersebut.

7. Ibu bersedia mengerti dan bersedia meminum vitamin dengan teratur.

29

Page 30: Perubahan Psikologis Nifas

BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Masa nifas (Puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang

berlangsung selama kira-kira 6 minggu, atau masa nifas adalah masa yang dimulai

dari beberapa jam setelah lahir plasenta sampai 6 minggu berikutnya.

Terjadi perubahan peran sebagai orang tua yang mempunyai tugas dan

tanggung jawabnya terhadap kelahiran seorang bayi. Mengalami perubahan

stimulus dan kegembiraan untuk memenuhi kebutuhan bayi.

Perubahan psikologis mempunyai peranan yang sangat penting, dimana pada

fase ini, ibu nifas cenderung menjadi orang yang sensitive, sehingga dibutuhkan

adanya pengertian dari pihak suami dan keluarga terdekat, terutama yang

berkaitan dengan tanggung jawab keluarga atas kelahiran bayi. Dorongan dan

perhatian suami dan anggota keluarga lain menjadi dukngan positif bagi ibu.

Selain itu, peran bidan, terutama berkaitan dengan memberikan pengarahan

dan bimbingan kesehatan ibu dan bayi akan menambah rasa percaya diri ibu.

Peran bidan tidak hanya sampai disitu saja, tetapi juga membimbing ibu nifas agar

kondisi dan kehidupan psikologis ibu nifas tdak berubah menjadi psikopatologis

(Janiwarty, B., dan Pieter, H. Z., 2013).

3.2 Saran

Karena masa nifas merupakan masa kritis bagi ibu dan bayi, maka setiap

mahasiswa kesehatan dan petugas kesehatan harus mengetahui dan memahami

pengertian masa nifas, konsep dasar perubahan psikososial pada masa nifas,

adaptasi perubahan psikologis masa nifas, gangguan- gangguan dan cara

mengatasinya, agar resiko dan komplikasi- komplikasi khususnya yang

berhubungan dengan psikologis bisa dihindari atau ditangani.

30

Page 31: Perubahan Psikologis Nifas

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2001. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Cunningham, F Gary. 2005. Obstetri william Edisi 21. Jakarta: EGC

Notoatmodjo, S. 2002. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta, JNPKKR_POGI.

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal.Jakarta,JNPKKR_POGI.

Departemen Kesehatan RI (2003). Standar Asuhan Kebidanan bagi Bidan di Rumah Sakit dan Puskesmas. Jakarta.

Pusdiknakes, 2003, Buku IV  Asuhan Kebidanant Post Partum. Jakarta

Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (p: 87-96).

Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika (p: 63- 69)

Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (p: 85-100)

Akhyar, Yayan. 2008. Perdarahan postpartum. Dalam http:/www.wordpress.com.

Anggraini,Yetti. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Rihama

31