edit psikologis tes

49
CHAPTER REPORT ORIGINS OF PERSONALITY TESTING TEORI DAN PENGUKURAN KEPRIBADIAN Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Pengukuran Psikologis Semester Ganjil Tahun Akademik 2013/2014 Dosen pengampu: Prof. Dr. H.Ahman, M.Pd Oleh kelas A – kelompok 4 : Dra.Diah Susilawati 1302261 Ineu Maryani, S.Pd 1303135 Irianti Agustina, S.Pd 1303079

Upload: bikhusnul-khotimah

Post on 26-Oct-2015

297 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Edit Psikologis Tes

CHAPTER REPORT

ORIGINS OF PERSONALITY TESTING

TEORI DAN PENGUKURAN KEPRIBADIAN

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Pengukuran

Psikologis

Semester Ganjil Tahun Akademik 2013/2014

Dosen pengampu: Prof. Dr. H.Ahman, M.Pd

Oleh kelas A – kelompok 4 :

Dra.Diah Susilawati 1302261

Ineu Maryani, S.Pd 1303135

Irianti Agustina, S.Pd 1303079

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013

Page 2: Edit Psikologis Tes

BAB I

PENDAHULUAN

A. Identitas Buku

Identitas buku yang di dalamnya terdapat bab yang dijadikan bahan

laporan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Judul Buku : PSYCHOLOGICAL TESTING: History,

Principles, And Applications

2. Pengarang : Robert J. Gregory

3. Penerbit : Pearson Education Group, Inc

4. Tahun : 2004

Bab yang dilaporkan ini adalah Chapter 13: Origins

of Personality, halaman 485-518. Buku ini terdiri dari 15

bab. Format menyeluruh dalam setiap bab bertujuan untuk

menyajikan tujuan dari buku ini adalah pemahaman tentang

karakteristik, tujuan dan efeknya serta aplikasinya secara luas pada tes

psikilogi.

B. Latar Belakang Pemikiran Penulis

Edisi buku ini berdasar pada asumsi yang sama pada edisi

sebelumnya. Adapun yang akan dibahas dalam laporan bab ini, antara lain:

I. Teori dan Pengukuran Kepribadian, meliputi:

I.a. Teori Psikoanalisis

I.b. Teori Tipe Kepribadian

I.c. Behavioral dan Sosial

I.d. Konsep Kepribadian

II. Teknik Proyeksi dan Hipotesis Proyeksi, meliputi:

II.a. Konsep Teknik Proyeksi

II.b. Teknik Asosiasi

II.c. Teknik Melengkapi

II.d. Teknik Membangun/Susunan/Bentuk

II.e. Teknik Pernyataan/Lambang/Simbol

Page 3: Edit Psikologis Tes

II.f. Paradok Proyeksi

BAB II

RESUME ISI: Origins of Personality,

I. Teori dan Pengukuran Kepribadian

Pada tes psikologi, perbedaan mendasar seringkali tergambar pada

tes kemampuan dan tes kemampuan. Definisi secara luas, menguji

kemampuan yang meliputi sejumlah banyak instrument untuk mengukur

kecerdasan, prestasi,sikap dan fungsi dari neuro psikologikal. Pada bab 12,

terdahulu, kita telah mempelajari sifat alami, konstruk, aplikasi, keandalan

dan kesahihan intstrumen ini.

Tes kepribadian akan mengukur satu atau lebih hal-hal berikut: ciri

kepribadian, motivasi dinamis, penyesuaian pribadi, symtologi psikiatris,

keterampilan sosial, karakteristik, kebiasaan.

Pada bab 13 akan membicarakan teori dan pengukuran kepribadian,

hal yang berbeda adalah dimana peneliti punya konsep aktualisasi teori

mereka berdampak terhadap penilaian dan pengujian randangan

kepribadian.

Meskipun kepribadian sulit untuk didefinisikan, tetapi kita dapat

menemukan 2 inti konsep sekalipun masih samar-samar. Pertama, setiap

orang konsisten terhadap hal –hal tertentu, tapi kita punya ciri terpadu dari

pola aksi yang timbul berulang kali. Kedua, bahwa masing-masing

individu berprilaku sangat luas, perbedaan tingkah laku terdapat pada

setiap individu.

Untuk menambah pemahaman tentang kepribadian, psikologi juga

berusaha mengukurnya, terdapat ratusan tes kepribadian. Kita akan

menelaah sejarah dan mendiskusikan pendekatan terbaru.

Bagaimana konsep tentang kepribadian? Untuk mengukur kepribadian,

kita harus mencari alat ukur.

Walaupun ada perbedaan mendasar antara tes kemampuan dan tes

kepribadian.Tes kemampuan intelektual berdasarkan karakteristiknya

tergantung pada dihilangkan untuk dapat mengungkap dimensi

Page 4: Edit Psikologis Tes

kepribadian. Banyak penelitian yang mengungkap korelasi positif antara

kepribadian dengan inteligensi.

I.a. Teori Psikoanalisis

Teori psikoanalitis dikemukakan oleh Sigmund Freud (1985-1939).

Adaptasi teori dilakukan dengan beberapa kali revisi.

Asal Mula Teori Kepribadian

Freud memulai karir profesionalnya sebagai neurologist, tetapi

kemudian mengkhususkan pada penanganan histeria.Freud kemudian

mengembangkan satu teori umum berdasarkan fungsi psikologi, yang

mendasari konsep “Ketidaksadaran”.Dia menyatakan bahwa alam bawah

sadar merupakan pengendali insting dan merupakan alam pikiran dan

keinginan yang tidak dapat diterima alam sadarnya.Freud membantah teori

motivasi pribadi sebagian besar dipengaruhi oleh alam sadar.

Freud juga mengemukakan teori tentang mimpi, dia menyatakan

bahwa alam bawah sadar merupakan tiang penyokong dari test psikologis

awal abad ke 20.

Struktur Pikiran

Pandangan Freud pada struktur pikiran dari mekanismen pertahanan

diri juga mempengaruhi tes psikologis dan penilaian (new introductory on

Psychoanalysis, Freud, 1933). Freud membagi alam pikiran menjadi 3

bagian, yaitu: Id, Ego, SuperEgo. Id merupakan bagian dari kepribadian

kita, Freud menyebutnya sebagai :”kekacauan, kawah terdalam emosi”,

karena Id sepenuhnya tidak disadari.

Berdasarkan analisanya, Freud menyimpulkan bhawa Id merupakan

keinginan instingtif seperti, makan, minum, hasrat seksual dan menghindari

rasa sakit.Id hanya punya satu tujuan untuk memenuhi kepuasan yang untuk

memenuhi keinginannnya dengan “Prinsip Kesenangan”.Prinsip kesenangan

merupakan dorongan pemenuhan kepuasan tanpa mengindahkan nilai, baik

atau buruk,moralitas. Id juga tidak dapat berlogika dan tidak berkonsep

waktu.

Page 5: Edit Psikologis Tes

Jika kepribadian kita hanya memiliki Id, maka kita akan hancur,

namun ada kehadiran dimensi lain yaitu Ego, atau Alam Sadar.Kehadiran

ego adalah jembatan antara Id dan kenyataan. Ego merupakan jembatan

antara Id dan kenyataan.Ego merupakan bagian dari Id dan melayanai

keinginan Id, tetapi ego menengahi antara hasrat dan perilaku yang ditunda

dalam alam pikiran.

Dengan demikian, ego sebagian besar disadari akan mengarah

kepada kenyataan.Prinsipnya: Nyata dan Penyelamatan diri.Ego juga

berlawanan dengan SuperEgo, komponen kepribadian bermula pada lima

tahun pertama kehidupan manusia.SuperEgo bersinonim dengan hati nurani

dan merupakan standar kebenaran dalam masyarakat, benar atau salah yang

diajarkan kepada kita dari orang tua kita.

SuperEgo sebagiannya disadari, tetapi sebagian besarnya tidak

disadari. Fungsi dari SuperEgo adalah untuk menahan Id, dan Ego.Ego

harus memilih moral yang dapat diterima atau akan menderita dihukum oleh

rasa bersalah.Hal ini menjelaskan mengapa kita merasa bersalah melakukan

perilaku tidak bermoral/bermaksiat.Bagian dari SuperEgo adalah Ego Ideal

yang merupakan arahan dan aspirasi kita. Ego mengukur sendiri ego

idealnya dalam menuntut kesempurnaan.

Peran Mekanisme Pertahanan Diri

Ego memiliki tugas yang sulit, berperan sebagai mediator dan

melayani 3 tirani: Id, SuperEgo dan Kenyaataan dari luar.Hal yang

sepertinya mustahil, tapi ego punya seperangkat alat yang dapat bekerja

yang dissebut dengan Mekenisme Pertahanan Diri. Mekanisme Pertahanan

Diri terdiri dari beberapa hal, tetapi semuanya dapat digolongkan ke dalam

tiga karakteristik yang sama.Pertama, tujuan khususnya adalah membantu

ego untuk mengurangi ketakutan, dengan memberikan signal pada

ego.Menurut Freud ketakutan merupakan signal yang disampaikan ego

untuk membentuk satu atau dua mekanisme pertahanan diri.

Kedua, mekanisme pertahanan diri adalah menggunakan alam

bawah sadar. Dengan demikian, sekalipun mekanisme pertahanan diri

Page 6: Edit Psikologis Tes

dikontrol oleh ego, kita tidak menyadari perilakunya.Karakteristik dari

mekanisme pertahanan diri adalah menyimpangkan antara kenyataan di

dalam dan di luar dirinya.Alat pertahanan ini dapat membuat mereka

mampu mengurangi ketakutan.

I.b. Teori Tipe Kepribadian

Teori kepribadian diawali dari ahli kedokteran Yunani Hippocrates

(466-377) mengajukand teori kepribadian menjadi 4 kepribadian

(Saguin=riang penuh harapan, Choleric=lekas marah, Melancholic=sedih,

Phlegmatic=bersikap dingin) .

Pada tahun 1940 Shelden & Stevens, mengajukan teori yang

mendasarkan pada hubungan antara pertumbuhan tubuh dengan

temperament.

Tipe-tipe kepribadian:

a. Tipe A pola perilaku coronary-Prone

b. Kepribadian menurut teori Phenomenology

I.c. Behavioral dan Sosial

Teori ini menyimpulkan bahwa kepribadian di pengaruhi oleh proses

belajar, selain itu juga kepribadian dipengaruhi oleh lingkungan.Teori

belajar dikemukakan oleh Albert Bandura,pada study terbarunya, Bandura

menguji peran dan pengalaman belajar.

I.d. Konsep Kepribadian

Teori Sifat Analisis-Faktor Cattell

Cattell memperbaiki metode analisa faktor sebelumnya untuk

membantu mengungkap sifat dasar kepribadian. Dia merujuk pada aspek

yang lebih nyata dari kepribadian sebagai sifat-sifat permukaan(surface

traits) yang dapat dilihat oleh orang lain, Dia juga menemukan adanya sifat

asal, yakni sumber perilaku yang stabil dan konstan. Source traits (sifat

asal) adalah variable-variabel yang mendasari tingkah laku yang nampak

dan dapat diketahui hanya dengan melalui teknik analisis faktor. Dari 208

Page 7: Edit Psikologis Tes

subjek analisa, ada 16 sifat asal yang akhirnya disatukan ke dalam Daftar

Pertanyaan 16 Faktor Kepribadian (16PF), yaitu sebuah tes kepribadian

berdasarkan sifat. Cattell berpendapat (Syamsu Yusuf, 2002: 114) , bahwa

sifat asal lebih penting daripada sifat permukaan (yang nampak). Dia

mengatakan bahwa sifat asal itu merupakan struktur yang dapat

mempengaruhi terbentuknya kepribadian. Sifat-sifat asal ini, juga

mempengaruhi problem perkembangan, psikosomatik, dan problem

intergrasi yang dinamis. Kiranya jelas, bahwa setiap sifat mungkin

merupakan hasil bekerjanya faktor-faktor lingkungan, keturunan

(pembawaan) , atau kedua-duanya.

Raymond B. Cattel berkeyakinan bahwa kepribadian memiliki

banyak dimensi yang dapat diukur, dan teknik statistik analisis faktor dapat

dipakai sebagai sarana untuk mengisolasi variable-variabel kepribadian itu.

Analisis faktor merupakan prosedur untuk mengukur seperangkat korelasi

antara berbagai skor hasil pengukuran, dengan tujuan memperoleh jumlah

sifat yang lebih sederhana, untuk kemudian diinterpretasikan sebagai

srtuktur dasar kepribadian. Menurut Cattell kepribadian adalah menetapkan

hukum-hukum tentang apa yang akan dilakukan oleh orang-orang dalam

berbagai situasi dan lingkungan umum maupun sosial. Jadi persoalan

mengenai kepribadian adalah persoalan mengenai segala aktivitas individu ,

baik yang nampak maupun yang tidak nampak.

Teori Dimensi Sifat Eysenck

Menurut Eysenck, kepribadian terdiri atas dua dimensi dasar, yaitu

introvert-extravert dan emosi stabil-emosi tidak stabil. Lebih jauh, dimensi

ini menggolongkan 32 sifat, di mana posisinya bergantung pada arah dan

jumlah dua dimensi dasar. Teori ini disatukan ke dalam Daftar Pertanyaan

Kepribadian Eysenck.

Selanjutnya, Eysenck berpendapat bahwa kepribadian adalah

keseluruhan pola tingkah laku aktual maupun potensial dari organisme,

sebagaimana ditentukan oleh keturunan dan lingkungan. Pola tingkahlaku

itu berasal dan dikembangkan melalui interaksi fungsional dari empat sektor

Page 8: Edit Psikologis Tes

utama yang mengorganisir tingkahlaku yaitu; sektor kognitif (intelligence),

sektor konatif (character), sektor afektif (temperament), sektor somatik

(constitution).

Keyakinan Eysenck terhadap kebutuhan pengukuran yang akurat

menjadikannya melancarkan kritik keras terhadap teori psikoanalisis.

Psikoanalisis tidak memberikan pengukuran yang akurat dan reliabel bagi

konsep psikologis mereka. Hal ini diyakini Eysenck sebagai kegagalan

serius. Dalam menyusun teori sifat, Eysenck mencoba menghindari masalah

ini dengan menggunakan pengukuran perbedaan individu yang reliabel. Dia

menekankan pada keharusan pengukuran sifat kepribadian yang memadai.

Pengukuran itu merupakan keharusan untuk mendapatkan sebuah teori yang

dapat diuji dan jika gagal, tidak disetujui. Pengukuran seperti ini juga

diperlukan untuk mengidentifikasikan asumsi dasar-dasar biologis dari sifat.

Teori kepribadian Eysenck memiliki komponen biologis dan

psikometris yang kuat. Namun ia yakin kalau kecanggihan psikometris saja

tidak cukup untuk mengukur struktur kepribadian manusia dan bahwa

dimensi kepribadian yang melewati analisis faktor bersifat steril dan tak

bermakna kecuali mereka memiliki eksistensi biologis.

Inti pandangan Eysenck dalam psikologi dapat dicari sumbernya

pada keyakinannya bahwa pengukuran adalah fundamental dalam segala

kemajuan ilmiah, dan bahwa lapangan psikologi sebelumnya orang belum

pasti tentang “hal” apa yang sebenarnya diukur. Eysenck yakin bahwa

taksonomi atau klasifikasi tingkah laku adalah langkah pertama yang

menentukan dan bahwa analisis faktor adalah alat yang paling memadai

untuk mengejar tujuan ini.

Kepribadian menurut Eysenck dalam (Makalah Ahmad Wahyu dkk,

2012) memiliki empat tingkatan hirarkis, mulai dari hirarki yang tinggi ke

hirarki yang rendah : tipe – traits – habit – respon spesifik.

Hirarki tertinggi: Tipe, kumpulan dari trait ;Hirarki

kedua: Trait, kumpulan kegiatan, kumpulan respon yang saling berkaitan

atau mempunyai persamaan tertentu; Hirarki ketiga: Habitual

Response, kebiasaan tingkah laku atau berfikir, kumpulan respon spesifik,

Page 9: Edit Psikologis Tes

respons yang berulang-ulang terjadi kalau individu menghadapi kondisi atau

situasi yang sejeniss; dan Hirarki terendah:SpesifikResponse, tingkah laku

yang dapat diamati, yang berfungsi sebagai respon terhadap suatu kejadian.

Pandangan Eysenck berhubungan dengan Hipocrates dan Gallen

yang membagi empat tipe kepribadian dasar :

a. Tinggi N dan Rendah E        : tipe Melankolis

b. Tinggi N dan Tinggi E          : tipe Koleris

c. Rendah N dan Tinggi E        : tipe Sanguinis

d. Rendah N dan Rendah E      : tipe Plegmatis

Ada tiga dimensi kepribadian menurut Eysenk, yaitu Ekstraversion

(E), Neuroticism (N), dan Psikoticism (P). Menurutnya nuerotisme dan

psikotisme itu bukan sifat patologis. Tiga dimensi itu adalah bagian normal

dari struktur kepribadian. Semuanya bersifat bipolar; Ektraversion -

Introversion, Neuroticism - Emosional Stability, dan Psychoticism -

Impulse Control. Dan orang yang memiliki skor tinggi pada tiga dimensi

tersebut memiliki kecenderungan melakukan kriminalitas. Semua orang

berada dalam rentangan bipolar itu mengikuti kurva normal, artinya

sebagian besar orang berada ditengah-tengah polarisasi. Masing-masing

dimensi saling bertentangan dan merupakan tipe dari kumpulan 9 trait, jadi

semuanya ada 27 trait.

EKSTRAVERSION (E)

Trait Ektraversion Trait Introversion

sociable, lively, active, assertive,

sensation seeking, carefree,

dominance, surgent, ventureso

Tidak sosial, pasif, ragu,

pendiam, banyak pikiran, sedih,

penurut, pesimis, penakut,

tertutup, damai, tenang, dan

terkontrol

Penyebab utama perbedaan antara ekstraversion dan introversion

adalah tingkat keterangsangan korteks (CAL = Cortical Arousal

Level), kondisi fisiologis yang sebagian besar bersifat keturunan. CAL

Page 10: Edit Psikologis Tes

rendah artinya korteks tidak peka, reaksinya lemah. Sebaliknya CAL tinggi,

korteks mudah terangsang untuk bereaksi.

Ektraversion Introversion

CAL-nya rendah CAL-nya tinggi

Membutuhkan banyak

ransangan untuk megaktifkan

korteksnya

Membutuhkan sedikit

ransangan untuk mengaktifkan

korteksnya

Suka ikut berpartisipasi dalam

berbagai aktivitas

Menarik diri, menghindari

situasi ramai, situasi yang

menyebabkan ketegangan

terlalu tinggi, aktifitas yang

menantang, memimpin suatu

perkumpulan, dan melakukan

keisengan.

NEUROTICISM (N)

Trait dari neurotisisme adalah: anxious, depressed, guild feeling, low self

esteem,tension, irrational, shy, moody, emotional. Dasar biologis dari

neuroticism adalah kepekaan reaksi sistem syaraf otonom (ANS =

Autonomic Nervous System). Orang yang kepekaan ANS-nya tinggi, pada

kondisi lingkungan wajar sekalipun sudah merespon secara emosional jadi

gampang mengalami gangguan neurotik. Neurotisisme dan ekstraversi bisa

digabung dalam hubungan CAL dan ANS, dan dalam bentuk garis absis

ordinat. Kedudukan setiap orang pada bidang dua dimensi itu tergantung

kepada tingkat ekstraversi dan neurotisismenya.

Subyek Dimensi CAL ANS Simptom

(A) Introver-

Neurotik

Tinggi Tinggi Gangguan psikis

tingkat pertama

(B) Ekstraver- Rendah Tinggi Gangguan psikis

Page 11: Edit Psikologis Tes

Neurotik tingkat kedua

(C) Introver-Stabilita Tinggi Rendah Normal introvers

(D) Ekstravers-

Stabilitas

Rendah Rendah Normal ekstravers

Keterangan :

A adalah orang introvert-neurotik (ekstrim introvers dan ekstrim

neurotisisme). Orang itu cenderung memiliki simpton-simpton kecemasan,

depresi, fobia, dan obsesif-kompulsif, disebut mengidap gangguan psikis

tingkat pertama (disorders of the first kind).

B adalah orang ekstravers-neurotik. Orang itu cenderung psikopatik, kriminal,

atau mengidap gangguan psikis tingkat kedua (disorders of the second kind).

C adalah orang normal yang introvers; tenang, berpikir mendalam, dapat

dipercaya.

D adalah orang yang normal-ekstravers; riang, responsif, senang

bicara/bergaul.

PSYCHOTICISM (P)

Skor Psychoticism Tinggi Skor Psychoticism Rendah

egosentris, dingin, tidak mudah

menyesuaikan diri, impulsive,

kejam, agresif, curiga, psikopatik

dan anti sosial

baik hati, hangat, penuh

perhaitan, akrab, tenang, sangat

sosial,empatik, kooperatif, dan

sabar

Seperti ekstraversion dan neuroticism,psychoticism mempunyai unsur genetik

yang besar. Secara keseluruhan tiga dimensi kepribadian itu 75% bersifat

herediter, dan hanya 25% yang menjadi fungsi lingkungan. Dan pria memilki

skor yang lebih besar dibanding wanita dalam dimensi psikotisme karena

hormon progesteron pria lebih besar daripada wanita.

Selain menekankan pentingnya faktor-faktor genetik, Eysenck juga

mendukung terapi perilaku, atau pengobatan perilaku abnormal sesuai dengan

prinsip- prinsip teori belajar. Secara logikanya, jika tingkah laku itu diperoleh

Page 12: Edit Psikologis Tes

dari belajar, tingkah laku itu juga bisa dihilangkan dengan belajar. Eysenck

memilih model terapi tingkah laku dalam mengubah tingkah laku

maladaptive.

   

Ada empat inventori yang dipakai untuk melakukan penelitian atau untuk

memahami klien. 

a. Maudley Personality Inventory (MPI), mengukur E dan N dan korelasi

antara keduanya;

b. Eysenck Personality Inventory (EPI), Alat tes ini memiliki skala

kebohongan (lie-L) untuk mendeteksi kepura-puraan (faking) yang

terpenting dalam tes ini yaitu untuk mengukur ekstraversi dan neurotisme

secara independen dengan korelasi yang hampir nol antara E dan N.

c. Eysenck Personality Questionnair (EPQ), mengukur E, N, P, (merupakan

revisi dari EPI, tetapi EPI yang hanya mengukur E dan N masih tetap

dipublikasikan). Memasukan skala psikotik

d. Eysenck Personality Questionnair-Revised (EPQ-R) revisi dari EPQ.

Mempunyai versi dewasa dan anak-anak.

Model Kepribadian Lima Faktor

Goldberg (1981b) menemukan beberapa ketetapan dalam penelitian sifat

analisa faktornya, yang kemudian disebut dimensi Lima Besar yang terdiri

atas kelabilan emosi(Neuroticism), keterbukaan pribadi(Extraversion),

keterbukaan pengalaman(Openness toexperience), sifat dapat

diterima(Agreeableness), dan kehati-hatian(Conscientiousness). Dimensi ini

tidak mencerminkan perspektif teoritis tertentu, tetapi merupakan hasil dari

analisis bahasa alami manusia dalam menjelaskan dirinya sendiri dan orang

lain. Dimensi lima besar ini disusun bukan untuk menggolongkan individu ke

dalam satu kepribadian tertentu, melainkan untuk menggambarkan sifat-sifat

kepribadian  yang disadari oleh individu itu sendiri dalam kehidupannya

sehari-hari.

Big Five Dimensi atau juga disebut dengan Five Factor oleh Costa & Mc Rae

dibuat berdasarkan pendekatan yang lebih sederhana. Big Five Dimensi

Page 13: Edit Psikologis Tes

terdiri atas lima tipe atau faktor. Terdapat beberapa istilah untuk menjelaskan

kelima faktor tersebut. Namun, di sini kita akan menyebutnya  dengan istilah-

istilah berikut:

1. Neuroticism (N)

2. Extraversion (E)

3. Openness to New Experience (O)

4. Agreeableness (A)

5. Conscientiousness (C)

Untuk lebih mudah mengingatnya, istilah-istilah tersebut di atas disingkat

menjadi OCEAN (Pervin, 2005).

Neuroticism berlawanan dengan Emotional stability yang mencakup

perasaan-perasaan negatif, seperti kecemasan, kesedihan, mudah marah, dan

tegang. Openness toExperience menjelaskan keluasan, kedalaman, dan

kompleksitas dari aspek mental dan pengalaman hidup. Extraversion dan

Agreeableness merangkum sifat-sifat interpersonal, yaitu apa yang dilakukan

seseorang dengan dan kepada orang lain. Yang terakhir Conscientiousness

menjelaskan perilaku pencapaian tujuan dan kemampuan mengendalikan

dorongan yang diperlukan sosial (Pervin, 2005).Big Five terdiri dari 6 (enam)

faset atau subfaktor. Faset-faset tersebut adala Menurut Costa & McRae

(dalam Pervin, 2005) adalah sebagai berikut:

1. Extraversion terdiri dari:

Gregariousness (suka berkumpul).

Activity level (level aktivitas).

Assertiveness (asertif).

Excitement Seeking (mencari kesenangan).

Positive Emotions (emosi yang positif).

Warmth (kehangatan).

2. Agreeableness terdiri dari:

Straightforwardness (berterusterang).

Trust (kepercayaan).

Altruism (mendahulukan kepentingan orang lain).

Modesty (rendah hati).

Page 14: Edit Psikologis Tes

Tendermindedness (berhati lembut).

Compliance (kerelaan).

3. Conscientiousness terdiri dari:

Self-discipline (disiplin).

Dutifulness (patuh).

Competence (kompetensi).

Order (teratur).

Deliberation (pertimbangan).

Achievement striving (pencapaian prestasi).

4. Neuroticism terdiri dari:

Anxiety (kecemasan).

Self-consciousness (kesadaran diri).

Depression (depresi).

Vulnerability (mudah tersinggung).

Impulsiveness (menuruti kata hati).

Angry hostility (amarah).

5. Openness to new experience terdiri dari:

Fantasy (khayalan).

Aesthetics (keindahan).

Feelings (perasaan).

Ideas (ide).

Actions (tindakan).

Values (nilai) Model kepribadian ini telah menginspirasi beberapa

skala kepribadian dan sistem penaksiran lainnya. Misalnya Inventaris

Kepribadian NEO yang Direvisi(NEO-PI-R) dan Inventaris Lima

Faktor NEO(NEO-FFI) hasil pengembangan Costa & McCrae.

Tafsirkan Konsep Sifat

Tantangan yang dihadapi oleh ahli teori sifat adalah adaribuansifat dalam

psycchologis yang sudah lama dikenal dalamkamus bahasa Inggris . Antara

lain, pada satu pembahasan awal dan berpengaruh, Allport dan Odbert (1936)

mencocokan nama sifat sebanyak 18.000. Ini sungguhterlalu banyak dalam

teori dari pengukuran kepribadian sehingga ahli teori mencari angka lebih

Page 15: Edit Psikologis Tes

kecil yang dapat dikendalikan dari sifat dasar. Baru-baru ini, tidak ada

konsensus apapun pada angka dari sifat daasar. Beberapa ahli teori

mengaajukan dua atau tiga faktor sifat pengesamping, sedangkan daerah

kepribadian mempunyai ciri enambelas atau duapuluh dimensi. Sebagian

besar besar ahli kepribadian mengemukakan bahwa ada lima faktor

(Neuroticism, Extraversión,Openness toEksperience, Agreeableness, dan

Conscientiousness ). Model ini adalah baru, sehingga perlu waktu untuk

mengonfirmasikan kegunaannya. Antara lain, masihmembahas sekitar

apakah conscientiusness sesuai dengan dimensi dasar dari kepribadian

(Digman, 1990). Juga, kenapa Akal tidak termasuk dalam lima faktor?

Pendekatan kepribadian tentang sifat secara umum, Pertama, ketidaksamaan

dalam mendeskripsikan sifat perilaku atau sekadar mendeskripsikan menjadi

tingkah laku (Fiske, 1986). Seorang yang mencapai kepribadian yang tinggi

dikatakan menguasai sifat secara sempurna, standar yang tinggi mungkin

dikatakan untuk menguasai sifat dari kesempurnaan. Tapi ketika yang

dimaksudkan oleh paham tentang kesempurnaan,tanpa alternatif

menunjukkan pola yang sangat strandar. Dengan demikian, ketika kita

menyatakan bahwa jika seseorang yang perfectionis, sudah mendekati ke

kepribadian yang sempurna. Bagaimana dengan perilaku masa lampaunya?

Milller (1991) mengemukakan kritik dari pendekatanlima faktor, bahwa

model tersebut hanya deskripsi psikologisnya. Masalah sifatadalah bersifat

prediksi. Mischel (19680)dalambuku Kepribadian dan Penilaian menyatakan

bahwa " teori sifathanya meramalkan konsistensi tingkah laku, hal ini tidak

sesuai dengan perilaku yang secara khas diamati" Pada ulasan penelitian

yang sudah ada, Mischel mencatat sifat itu menghasilkan koefisien kebenaran

dengan r = .30, koefisien yang rendah untuk hubungan

kepribadian.mempunyai korelasi nyata untuk subyek, korelasi dari r = .30

adalah nilai minimal pada ramalan dari perilaku individu.

Peneliti sifat menjawab bahwa Mischel pengubah konsep sifat. Peneliti

mencari identifikasi jenis perilaku mana yang dapat diteliti untuk diprediksi,

atas dasar nilai sifat mencoba untuk mencirikan situati sebagian besar

perilaku (misalnya., Mischel, Shoda, & Mendoza Denton, 2002; Muris,

Page 16: Edit Psikologis Tes

Mayer, & Mer ckelbach, 1998; Wasylkiw & Fekken, 2002). Upaya ini sukses,

dengan cara menaikkan kebenaran dari beberapa sifat hubungan kalimat

dengan beberapa individu—substantially berada di luar tidak menyenangkan

r = 30, Mischel (1968). ,Dengan menyatakan bahwa "ciri X meramalkan

perilaku Y

II. Teknik Proyeksi dan Hipotesis Proyeksi, meliputi:

II.a. Konsep Teknik Proyeksi

Kategorisasi tentang metode proyektif pada mulanya dikemukakan

oleh Kurt Lawrence Frank pada tahun 1948. Cara lain untuk mengatur atau

menilai kepribadian adalah dengan menggunakan tes proyektif. Orang yang

dinilai akan memprediksikan dirinya melalui gambar atau hal-hal lain yang

dilakukannya. Tes proyektif pada dasarnya memberi peluang kepada testee

(orang yang dites) untuk memberikan makna atau arti atas hal yang

disajikan; tidak ada pemaknaan yang dianggap benar atau salah

Jika kepada subjek diberikan tugas yang menuntut penggunaan imajinasi,

kita dapat menganalisis hasil fantasinya untuk mengukur cara dia merasa

dan berpikir. Jika melakukan kegiatan yang bebas, orang cenderung

menunjukkan dirinya, memantulkan (proyeksi) kepribadiannya untuk

melakukan tugas yang kreatif.

Hipotesis proyektif adalah asumsi bahwa penafsiran personal dari

rangsangan bermakna ganda harus mencerminkan kebutuhan, motif, dan

konflik tak sadar dari penempuh ujian. Adapun kategori tes yang

menjelaskan hal ini disebut teknik proyektif.

Teknik proyektif pertama kali dikembangkan oleh Galton (1879),

yakni tes asosiasi kata. Prosedur ini juga diadaptasi oleh Kent & Rosanoff

(1910) untuk pengujian, serta C. G. Jung dan lainnya dalam terapi. Jauh

sebelum itu, Ebbinghaus menggunakan tes penyelesaian kalimat sebagai

tolok ukur kecerdasan. Namun peneliti lain segera menyadari metode ini

lebih baik dimasukkan ke taksiran kepribadian.

II.b. Teknik Asosiasi

Jenis yang termasuk tes proyektif adalah:

Page 17: Edit Psikologis Tes

1. Tes Rorschach

Tes yang dikembangkan oleh seorang dokter psikiatrik Swiss, Hermann

Rorschach, pada tahun 1920 an, terdiri atas sepuluh kartu yang masing-

masing menampilkan bercak tinta yang agak kompleks. Sebagian

bercak itu berwarna; sebagian lagi hitam putih. Kartu-kartu tersebut

diperlihatkan kepada mereka yang mengalami percobaan dalam urutan

yang sama. Mereka ditugaskan untuk menceritakan hal apa yang

dilihatnya tergambar dalam noda-noda tinta itu. Meskipun noda-noda

itu secara objektif sama bagi semua peserta, jawaban yang mereka

berikan berbeda satu sama lain. Ini menunjukkan bahwa mereka yang

mengalami percobaan itu memproyeksikan sesuatu dalam noda-noda

itu. Analisis dari sifat jawaban yang diberikan peserta itu memberikan

petunjuk mengenai susunan kepribadiannya.

Rorschach mempublikasikan tes noda tintanya yang terkenal.

Hal-hal ini & usaha lainnya menjadi landasan untuk tes proyektif

modern. Lindzey membagi teknik proyektif ke dalam lima kategori,

yaitu: (1)asosiasi noda tinta atau kata; (2) menyusun cerita; (3)

menyelesaikan kalimat atau cerita; (4) menyusun/memilih gambar atau

pilihan lisan, dan (5) ekspresi gambar atau bermain.

Adapun jenis-jenis respons yang dianggap sebagai dasar klasifikasi

adalah:

a. Asosiasi (association)

Teknik asosiatif menuntut subjek untuk berespons terhadap

stimulus dengan “kata, image, atau ide yang pertama kali muncul”

sesegera mungkin setelah stimulus diberikan. Contoh teknik yang

termasuk ke dalam kategori ini adalah tes asosiasi kata dan tes

Rorschach.

b. Konstruksi (construction)

Teknik ini memberikan tuntutan yang lebih kompleks

kepada subjek. Subjek diharapkan ”membuat” atau ”membuat lebih

(make up)” sesuatu, atau ”menciptakan”.Contoh tes yang termasuk

kategori ini adalah TAT, CAT, Blacky, dan Make a PictureStory.

Page 18: Edit Psikologis Tes

c. Melengkapi (completion)

Teknik ini merupakan “penjelasan diri (self-explanatory)”.

Dalam tes ini, subjek diberi suatu “produk” yang tidak lengkap

yang harus ia lengkapi.Karena stimulus dalam teknik ini lebih

terstruktur, maka kebebasan subjeContoh tes yang termasuk

kategori ini adalah Picture Frustration Study, The Story

Completion, dan Sentence Completion.

d. Memilih dan mengurutkan (choice and ordering)

Teknik ini sangat erat kaitannya dengan metode

psikometrik. Karena respons yang dituntut relatif terbatas dan

sederhana, maka teknik ini tergolong paling kurang dalam

memberikan kebebasan dan spontanitas bagi subjek untuk

berespons. Contoh: Kahn Test of SymbolArrangement

e. Ekspresi (expression)

Jika dibandingkan dengan kategorisasi dari Frank, teknik ini

sesuai dengan kategori “katartik”, dimana subjek diberi peluang

tidak hanya untuk melakukan proyeksi tapi juga ekspresi diri.

Menurut Lindzey, metode ini menjembatani diagnostik dan

terapeutik, bagi semua yang berperan aktif dalam praktik

terapeutik. Lindzey juga mengatakan bahwa metode ini berbeda

dari metode lain dengan menekankan pada gaya atau cara proses

konstruktif dilakukan. Selain itu, juga lebih menekankan pada

proses daripada produk. Contoh: Free Art Expression.

Pengaturan tes ini dilakukan dalam dua sesi, yaitu sesi asosiasi

bebas di mana penguji akan menunjukan pola noda dan

menanyakan, “Bentuk apakah ini?” Dan penempuh ujian

diharapkan dapat memberikan lebih dari satu respon per kartu; dan

sesi penyelidikan di mana penguji akan menanyakan pertanyaan

untuk menjelaskan lokasi tepat pola noda dan aspeknya, seperti

bentuk atau warna.

Wayne H. Holtzman mengembangkan teknik noda tinta baru

untuk mengatasi keterbatasan tes Rorschach dengan

Page 19: Edit Psikologis Tes

mempermudah prosedur pengaturan dan penilaian. Dalam teknik

ini, penempuh ujian dibatasi memberikan hanya satu respon per

kartu, namun diperlihatkan 45 kartu. Tiap respon diikuti dengan

sebuah pertanyaan rangkap dua: Di mana pandangan nampak di

pola noda, dan bagaimana pola noda mempengaruhi pandangan?

Seluruh respon dinilai untuk 22 variabel penilaian yang diturunkan

dari sistem penilaian Rorschach.

2. Tes Apersepsi Tematik (Thematic Apperception Test/TAT)

Tes apersepsi tematik atau Thematic Apperception Test (TAT),

dikembangkan di Harvard University oleh Hendry Murray pada tahun

1930-an. TAT mempergunakan suatu seri gambar-gambar. Sebagian

adalah reproduksi lukisan-lukisan, sebagian lagi kelihatan sebagai

ilustrasi buku atau majalah. Para peserta diminta mengarang sebuah

cerita mengenai tiap-tiap gambar yang diperlihatkan kepadanya.

Mereka diminta membuat sebuah cerita mengenai latar belakang dari

kejadian yang menghasilkan adegan pada setiap gambar, mengenai

pikiran dan perasaan yang dialami oleh orang-orang didalam gambar

itu, dan bagaimana episode itu akan berakhir. Dalam menganalisis

respon terhadap kartu TAT, ahli psikologi melihat tema yang berulang

yang bisa mengungkapkan kebutuhan, motif, atau karakteristik cara

seseorang melakukan hubungan antarpribadinya.

3. Teknik Inkblot menurut Holtzman

Wayne H. Holtzman mengemukakan teori dasaryang melandasi

rorschach techniques ini adalah adanya hubungan antara pengamatan

(persepsi) dengan kepribadian. Cara-cara individu menyusun ink blots

tersebut menurut pengamatannya mencerminkan aspek-aspek mendasar

dari fungsi-fungsi psikologisnya. Dikatakan bahwa ink blot ini cocok

dijadikan sebagai stimulus mengingat bentuknya yang ambiguous atau

tidak tersusun, sehingga gambar-gambar tersebut tidak akan

menimbulkan respons-respons khusus yang dipelajari, akan tetapi

Page 20: Edit Psikologis Tes

memberikan kebebasan pada kemungkinan timbulnya respons yang

beraneka ragam. Kemudian apabila  yang bersangkutan ditanya

mengenai apa yang dilihat dalam blot-blot tersebut haruslah dijawab

secara pribadi, dalam bentuk yang tidak dipelajari. Oleh karena itu tidak

ada jawaban yang salah atau jawaban yang betul. Pengamatannya

dipilih dan disusun dalam istilah-istilah projective need, pengalaman-

pengalaman dan pola respons sehari-hari sebagaimana yang tampak

pada blot-blot tersebut.

II.c. Teknik Melengkapi

Sentences Completion Test (SCT)

Didefinisikan (Robert J. Gregory, 2004:547): in a sentence completion test,

the respondent is pre-sented with a series of stems consisting of the first few

words of a sentence, and the task is to provide an ending. SCT berbentuk

kalimat-kalimat tidak sempurna yang harus dilengkapi oleh testee sehingga

menjadi kalimat yang utuh. Kalimat-kalimat tidak sempurna (incomplete

sentences) dapat merangsang seseorang untuk memproyeksikan keadaan

atau isi psikisnya sesuai dengan rangsang yang terdapat atau berkaitan

dengan isi kalimat tersebut (aufferderungs character). Tes ini biasanya

digunakan untuk orang dewasa dan bertujuan untuk mengetahui individu

adjustment dan struktur kepribadian.

Contoh:

Asumsi dari teknik ini adalah bahwa harapan, keinginan, ketakutan, dan

sikap seseorang dapat tercermin dalam cara dia menyelesaikan kalimatnya.

Tes penyelesaian kalimat ini dianggap menjadi salah satu teknik proyeksi

paling valid untuk tujuan diagnosis dan penelitian. Pada umumnya, tes

Directions: Finish these sentences to indicate how you feel. 1. My best characteristic is ____________________________ ' 2. My mother __________________ : ________________ : 3. My father __________ ; ________________ . _______ '. 4. My greatest fear is _______ " _______________________ 5. The best thing about my mother was _________________ 6. The best thing about my father was ____________________ : 7. I am proudest about _______________ : 8. I only wish my mother had - ______________________ 9. I only wish my father had __________ • - _______

Page 21: Edit Psikologis Tes

menyelesaikan kalimat disusun untuk kasus klinis atau penelitian

kepribadian tertentu.

Menurut Diah Widiawati (online, 2013), teknik proyeksi verbal yang

dimiliki oleh SCT ini disebut juga Word Association Method, dimana teknik

ini memiliki asumsi tertentu dalam penyusunannya, yaitu :

a. Jika seseorang berada dalam tekanan (harus memberi respon dengan ide

yang pertama kali teringat), maka biasanya orang tersebut akan

memunculkan data-data signifikan, yang tidak disensor terlebih dahulu.

b. Jika seseorang dihadapkan pada kalimat atau situasi yang tidak

berstruktur, maka respon orang tersebut akan menunjukkan reaksi-

reaksi dan sentimen yang sesungguhnya (memicu seseorang untuk

memproyeksikan keadaan sesuai dengan yang terdapat dalam isi

kalimat tersebut).

c. Dalam berbicara mengenai orang lain, maka sesorang akan

mengungkapkan tentang diri sendiri (yang tidak disadarinya atau yang

ada dalam ketidaksadaran).

Menurut Diah Widiawati (online, 2013) ada empat (4) aspek kepribadian

yang diungkap dalam SSCT, yaitu :

a. Hubungan Dengan Keluarga, merupakan serangkaian sikap terhadap

ibu, ayah, dan anggota keluarga. Ada 12 item untuk mengungkap aspek

ini, yang mencakup : (a.)Sikap terhadap ibu, (b.)Sikap terhadap ayah,

dan (c.)Sikap terhadap unit keluarga,

b. Masalah Seksual, merupakan sikap terhadap wanita dan hubungan

antara lawan jenis. Ada 8 item untuk mengungkap aspek ini, yang

mencakup : (a.)Sikap terhadap wanita, (b.)Sikap terhadap hubungan

heteroseksual

c. Hubungan Interpersonal, merupakan sikap terhadap kenalan, sejawat,

atasan, bawahan. Ada 16 item untuk mengungkap aspek ini, yang

mencakup : (a.)Sikap terhadap teman atau kenalan, (b.)Sikap terhadap

teman sejawat, (c.)Sikap terhadap atasan, (d.)Sikap terhadap bawahan

Page 22: Edit Psikologis Tes

d. Konsep Diri, merupakan sikap terhadap perasaan takut, perasaan

bersalah, tujuan, kemampuan diri sendiri, masa lalu, dan masa depan.

Ada 24 item untuk mengungkap aspek ini, yang mencakup : (a.)Sikap

terhadap perasaan takut, (b.)Sikap terhadap perasaan bersalah, (c.)Sikap

terhadap kemampuan diri sendiri, (d.)Sikap terhadap masa lalu, (e.)

Sikap terhadap masa depan, (f.)Sikap terhadap cita-cita atau tujuan

hidup.

Rotter Incomplete Sentences Blank (RISB)

RISB merupakan pengembangan tes SCT yang dikelompoknya dalam 3

bentuk (Robert J. Gregory, 2004:548): consists of three similar forms—high

school, college, and adult—each containing 40 sentence stems written

mostly in the first person. RISB ini memiliki tiga bentuk, yaitu untuk SMA,

mahasiswa, dan orang dewasa. Masing-masing bentuk terdiri dari 40

kalimat. Waktu untuk mengerjakan tes ini adalah sekitar 20 – 40 menit. Tes

ini terdiri dari 40 item kalimat tanpa struktur. Dalam tes ini, respon atau

jawaban testee menggambarkan empat kategori, yaitu

1. Omission : mendeskripsikan respon singkat atau respon penuh makna

2. Conflict response: mendeskripsikan permusuhan atau

ketidakbahagiaan

3. Positive response: mendeskripsikan sikap positif atau penuh harapan

4. Neutral response: mendeskripsikan dampak pengaruh positif atau

pengaruh negatif.

Dalam tes ini, respon atau jawaban testee di nilai dalam tiga (3) kategori,

yaitu (1) Konflik Tidak Sehat, yaitu skor -1 sampai -3 ; (2) Konflik Sehat,

yaitu skor 1 sampai 3 ; (3) Respon Netral, yaitu skor 0. Dalam tes ini, ada

klasifikasi rekomendasi untuk seleksi tersebut, yaitu secara psikologis siap

bertugas ; secara psikologis tidak siap bertugas ; dan mengalami gangguan

serius.

Ronsenzweig Picture Frustration Study (P-F Study)

Page 23: Edit Psikologis Tes

P-F Study merupakan tes yang menggunakan gambar untuk menstimulasi

permainan fantasi yang bebas serta membangkitkan respon verbal yang

rinci. P-F Study berasala dari teori frustasi dan agresi di pengarang, dengan

menyajikan rangkaian kartu dengan satu orang membuat frustrasi orang lain

atau meminta perhatian untuk kondisi yang membuat frustrasi.

Contoh:

Respon-respon pada P-F

Study diklasifikasikan

menurut rujukan pada tipe

dan arah agresi. Tipe agresi

meliputi dominasi-hambatan,

menekankan obyek yang

membuat frustrasi,

pertahanan diri, rumusan dan

perhatian pada perlindungan

orang frustrasi, dan

kebutuhan yang terus

menerus, berpusat pada

pemecahan konstruktif atas

masalah yang membuat frustrasi.

Dalam penentuan skor tes, presentase respon yang masuk dalam masing-

masing kategori ini dibandingkan dengan presentase normatif yang terkait.

Oleh karena lebih terbatas dalam hala cakupan, jauh lebih tersetruktur dan

relatif obyektif dalam prosedur penentuan skornya.

II.d. Teknik Membangun/Susunan/Bentuk

THE THEMATIC APPERCEPTION TEST (TAT)

Page 24: Edit Psikologis Tes

Thematic Apperception Test, disingkat TAT, adalah suatu teknik proyeksi,

yang digunakan untuk mengungkap dinamika kepribadian, yang

menampakkan diri dalam hubungan interpersonal dan dalam apersepsi (atau

interpretasi yang ada artinya) terhadap lingkungan. Dengan teknik ini

seorang interpreter yang mahir dapat mengungkap dorongan-dorongan

emosi, sentiment, kompleks dan konflik-konflik pribadi yang dominan.

Prosedur pengumpulan data TAT dilakukan dengan jalan menyajikan

serentetan gambar kepada testi. Testi diminta membuat cerita mengenai

gambar-gambar yang diajikan tersebut. Dalam usaha menyusun cerita-cerita

inilah komponen kepribadian memegang peranan penting, karena adanya

dua kecenderungan:

a. Kecenderungan bahwa orang akan menginterpretasikan sesuatu yang

tidak jelas menganut pengalaman masa lalunya dan kebutuhan-kebutuhan

masa kini.

b. Kecenderungan orang waktu membuat cerita untuk mengambil bahan

dari perbendaharaan pengalamannya dan mengekspresikan kesenangan –

ketidak senangan, maupun kebutuhannya, maupun scara sadar maupun

tidak sadar.

Murray menyarankan disajikan

ke 20 kartu dalam 2 sidang

(session). Sidang pertama

menyajiikan seri pertama (kartu

1 – 10) terlebih dahulu. Selang

minimal satu hari atau lebih

disajikan seri kedua (kartu 11 -

20). Testi tidak diberi tahu

bahwa akan ada penyajian

sidang kedua, agar ia tidak mempersiapkan diri sebelumnya. Penyajian

seluruh kartu dalam sidang tunggal, akan melelahkan testi yang produktivitas

tengahan. Kelelahan dapat berakibat cerita menjadi datar dan tidak berisi.

Page 25: Edit Psikologis Tes

Petunjuk penyajian pada remaja dan orang dewasa (yang cukup

kemampuannya) bagi sidang pertama disarankan sebagai berikut:

“Ini adalah tes daya khayal, yang merupakan suatu bentuk tes kecerdasan.

Saya akan menyajikan beberapa gambar, satu demi satu. Tugas anda

adalah membuat cerita untuk tiap-tiap gambar, buatlah cerita itu

sedramatis mungkin. Ceritakan peristiwa apa yang terjadi sebelum

kejadian tersebut ceritakan kejadian yang sedang berlangsung pada

gambar tersebut, apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh para pelakunya,

dan berikan akhir ceritanya. Anda katakan secara langsung saja apa yang

ada dalam pikiran anda. Apakah anda sudah memahami permintaan

saya?”

“Anda dapat memamfaatkan sekitar lima menit untuk tiap-tiap gambar.

Inilah gambar pertama”.

Sedang bagi anak-anak atau orang dewasa yang kurang cerdas dan kurang

pendidikan, juga untuk orang psikotis, Murray menyarankanpetunjuk

penyajian sebagai berikut:

“Ini adalah tes bercerita. Ada beberapa gambar yang akan saya

tunjukkan. Saya kamu membuat cerita mengenai masing-masing gambar.

Ceritakan apa yang terjadi sebelumnya, dan apa yang sedang terjadi

sekarang. Katakan apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh orang-orang

dalam cerita itu. Dan katakan bagaimana akhir ceritanya. Buatlah

ceritanya sesukamu. Sedahkah kamu mengerti maksudku?”

Nah ini gambar pertama. Waktu untuk mengarang cerita ada lima menit.

Mari kita dengan apa yang dapat anda ceritakan.

Petunjuk penyajian tidak harus tepat seperti saran Murray. Petunjuk

hendaknya disesuaikan dengan umur, kecerdasan, kepribadian, dan keadaan

lain-lain test.

THE PICTURE PROJECTIVE TEST (PPT)

Proyeksi Tes Gambar (PPT) adalah satu coba lewat-waktu lama untuk

membangun satu instrumen penggunaan umum dengan ditingkatkan

psychometric berkualitas (Ritzier, Sharkey, & Chudy, 1980; Sharkey & Ritzy,

Page 26: Edit Psikologis Tes

1985). Pengembang dari PPT mencatat bahwa mayoritas dari TAT

menggambar menggunakan satu stimulus negatif kuat "penarikan" pada

storytelling. Kartu TAT dibentuk di gelap, menaungi nada dan paling adegan

melukiskan orang di kunci rendah atau keadaan muram. Ini bukan kaget,

kemudian, itu tanggapan bersifat proyeksi ke TAT betul-betul channeled ke

arah negatif, cerita sedih (Goldfried & Zax, 1965).

Perbedaannya, PPT mempergunakan satu perangkat baru gambar

mengambil dari Keluarga dari Orang esei foto diterbitkan oleh Musium dari

Seni Modern (1955).

Kriteria berikut dipergunakan di dalam memilih 30 gambar:

a. Gambar yang harus memberikan petunjuk dari materi bersifat

proyeksi penuh arti eliciting.

b. Paling tetapi bukan semua gambar yang harus meliputi lebih dari satu

manusia karakter.

c. Setengah kesana-sini dari gambar yang harus melukiskan positif

pertunjukan manusia ekspresi secara cenderung (misalnya.,

tersenyum, pemelukan, tarian).

d. Setengah kesana-sini dari gambar yang harus melukiskan manusia di

bersikap aktif, tidak hanya berdiri, duduk, atau berbaring.

CHILDREN’S APPERCEPTION TEST (CAT)

CAT secara khusus dirancang untuk digunakan pada anak-anak

berusia antara 3 dan 10 tahun. Kartu-kartu CAT mengganti manusia dengan

hewan atas dasar asumsi bahwa anak-anak kecil lebih mudah melakukan

proyeksi pada hewan daripada manusia. Gambar-gambar itu dirancang

untuk membangkitkan fantasi yang berhubungan dengan masalah makan

serta aktivitas oral, persaingan sesama saudaram hubungan orangtua dan

anak, agresi, latihan buang air besar dan kecil, serta pengalaman anak lain-

lainnya. Penyusunan tes mempertahankan bahwa bentuk manusia tau bentuk

hewan bisa lebih efektif tergantung ada usia dan ciri-ciri kepribadian anak

bersangkutan.

Varian lain dari tes TAT

Page 27: Edit Psikologis Tes

a. Adolescent Apperception Card

Ini satu-satunya thematic apersepsi test mendesain terutama untuk

anak remaja (12-19 tahun). Dengan 11 kartu yang relevan dengan

issuea keadaan/jaman sekarang, tema meliputi: kelengangan,

parenting style, kekerasan domestik, aktivitas geng, dan

penyalahgunaan obat.

b. Blacky Pictures

Tes untuk anak usia 5th atau lebih dengan menunjukkan gambar-

gambar binatang dan anak berpendapat atau menceritakan gambar

tersebut.

c. Michigan Picture Test-Revised

Tes untuk anak usia 8-14th , untuk lebih pada kemampuan anak

menceritakan secara reality atau logika dengan tidak menghilangkan

kemampuan imajinasi mereka (kreatifitas dalam mendeskripsikan

secara normatif)

d. Senior Apperception Test (SAT)

Tes lebih kepada mengkritik gambar yang menggambarkan situasi

atau keadaan: lingkungan positif, konflik lingkungan, penundaan,

keterbatasan kemampuan/ penandang cacat, masalah keluarga,

ketergantungan dan ketidak asertifan/rendah diri.

II.e. Teknik Pernyataan/Lambang/Simbol

THE DRAW A PERSON TEST (DAP)

Tes DAP termasuk tes individual. Pada tahun 1926, Goodenough

mengembangkan Draw-A-Man (DAM) Test untuk memprediksi kemampuan

kognitif anak yang direfleksikan dari kualitas hasil gambarnya. Asumsinya:

akurasi dan detail gambar yang dihasilkan menunjukkan tingkat kematangan

intelektual anak.

Dalam tes ini, individu diberi pensil dan kertas untuk menggambar orang.

Setelah menyelesaikan gambar pertamanya, ia diminta untuk menggambar

orang dari jenis kelamin yang berlawanan atau jenis kelamin yang berbeda

dari gambar pertamanya. Sementara responden menggambar, penguji

Page 28: Edit Psikologis Tes

memperhatikan komentarnya, urutan penggambaran bagian-bagian yang

berbeda, dan rincian proseduralnya. Penggambaran ini biasanya diikuti

dengan rangkaian pertanyaan antuk mendapatkan informasi tertentu tentang

umur, sekolah, pekerjaan, dan fakta-fakta lain yang berhubungan dengan

karakter yang digambar. Penyelidikan ini bisa berupa permintaan pada

responden untuk menyusun suatu cerita tentang tipe orang yang digambar.

THE HOUSE TREE PERSON TEST (HTP)

HTP merupakan tes yang meminta responden untuk melengkapi gambar-

gambar rumah, pohon, dan orang yang terpisah. Ciri-ciri dan segi-segi

gambar itu sendiri bersama dengan penelitian yang cukup ekstensif setelah

tugas gambar, umumnya digunakan sebagai sumber hipotesis tentang area

konflik dan keprihatinan umum.

II.f. Paradok Proyeksi

Bukti adalah sangat jelas bahwa kepribadian menyimpulkan ences

mengambil dari proyeksi tes sering adalah tidak benar. Pada rupa dari

negatif validational menemukan, praktisi kronis penerimaan dari test ini

mendasari apa kita yang punya dikenal sebagai paradoks bersifat proyeksi.

Bagaimana kita menjelaskan ketenaran berlanjut dari instrumen untuk yang

mana bukti kebenaran ada di terbaik campuran, sering marginal, adakalanya

hampa, atau bahkan dengan jelas negatif?

Kita menawarkan dua keterangan untuk paradoks bersifat proyeksi.

Yang pertama adalah manusia itu tergantung pada stereotip pra-keberadaan

bahkan ketika menyingkapkan ke penemuan berlawanan. Berselang dasa

warsa, Chapman dan Chapman (1967) dipertunjukkan fenomena ini dengan

proyeksi tes, menyebutkan pengesahan sesatkan ini. Peneliti ini meminta

tinggi siswa perguruan untuk mengamati beberapa gambar figur manusia

serupa dengan itu memperoleh dari Test Seseorang undian (DAP). Murid

adalah naif dengan hormat ke proyeksi tes dan ketahui tidak ada apapun

tentang hipotesis DAP Interpretive tradisional. Masing-masing gambar

ditemani oleh uraian ringkas dari dua gejala yang mana menurut dugaan

Page 29: Edit Psikologis Tes

tertandai sabar yang hasilkan gambar. Sebenarnya, gejala ditugaskan awur-

awuran untuk menggambar dan terdiri dari bit dan potongan dari cerita

rakyat klinis DAP yang telah ditarik kesimpulan satu angket pos lebih awal

ke psikolog klinis. Antara lain, dua diantara gejala yang dipergunakan

adalah ini:

1. Dicemasi tentang betapa jantan sekarang

2. Adalah curiga dengan orang lain"

Kemudiannya, murid diminta untuk mempertunjukkan apa mereka yang

punya belajar dengan mendeskripsikan, untuk beberapa gambar, gejala yang

mereka telah mengamati dihubungkan dengan yang semacam gambar.

Tentu, kenyataannya di situ adalah tidak ada belajar dipertunjukkan, sejak

gejala dan gambar awur-awuran berkombinasi. Meskipun begitu, partisipan

yang menjawab dalam kaitan dengan dengan stereotip dokter yang bekerja

klinik populer (misalnya., mata tidak biasa menandai kecurigaan, kepala

besar menyarankan satu keprihatinan dengan inteligen). Kelihatannya,

stereotip com monsense digenggam oleh partisipan memuncul kokoh dan

kedengkian unscathed—in dari satu berlimpah dengan contoh

penyangkalan. Barangkali sesuatu serupa terjadi di semua bidang dengan

test bersifat proyeksi: clinicians memperhatikan kejadian pengkonfirmasi,

tapi abaikan lagi banyak penemuan yang membantah harapan.

Page 30: Edit Psikologis Tes

BAB III

PEMBAHASAN DAN IMPLIKASI BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

Berdasarkan hasil resume Chapter 13 tentang teori kepribadian, bahwa

pembentukan kepribadian sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Kepribadian

juga terbentuk atas perilaku yang terus menerus dilakukan, sehingga dipandang

sebagai pribadi.Teori-teori kepribadian yang dikemukakan oleh berbagai ahli,

menjadi khasanah bagi keilmuan, untuk memahami lebih dalam tentang

kepribadian .

Freud mengemukakan bahwa kepribadian terbentuk atas kerja Id, Ego dan

Superego.Hal ini menunjukkan bahwa dalam diri manusia, ada perilaku yang

dilakukan di bawah alam sadar dan alam sadarnya.Superego menjadi jembatan

bagi perilaku berdasarkan norma-norma yang berlaku. Hal ini mengimplikasikan

bagi layanan Bimbingan dan Konseling, bahwa pelayanan bagi siswa didasarkan

pada kepribadian yang dinamis.

Kepribadian juga terbentuk dari proses belajar, hal ini mengindikasikan

bahwa pendidikan di sekolah, diharapkan menjadi proses belajar yang membentuk

kepribadian.Hal ini juga mengimplikasikan hendaknya layanan Bimbingan dan

Konseling memberikan layanan bimbingan belajar, yang mengarah kepada

pembentukan kepribadiannya. Program-program Bimbingan dan Konseling di

buat yang mengarah kepada kepribadian dengan menuntaskan tugas-tugas

perkembangannya.

Psikotes adalah tes yang dilakukan untuk mengukur aspek individu

secara psikis. Tujuan dari dilaksanakannya tes ini adalah untuk mengukur

berbagai kemungkinan atas bermacam kemampuan orang secara mental dan

faktor-faktor yang mendukungnya, termasuk prestasi dan kemampuan,

kepribadian, gaya belajar, minat dan bakat, serta inteligensi.

Tujuan dari psikotes itu sendiri adalah untuk mengukur Tingkat

Kecerdasan Dasar, Bakat, Minat dan Kepribadian siswa serta Kelanjutan Studi,

Mengenali kelemahan dan kelebihan masing-masing aspek psikologis pada setiap

diri siswa, Mengidentifikasi metode pengembangan untuk meningkatkan potensi

siswa, Menelusuri kesalahan belajar dan pengarahan selanjutnya (Bimbingan

Page 31: Edit Psikologis Tes

Konseling), serta Mengukur kemajuan prestasi sekolah maupun prestasi umum

siswa.

Sedangkan dalam Undang–Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang

Kesehatan khususnya pada pasal 45 disebutkan bahwa: “Kesehatan Sekolah

diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik

dalam lingkungan yang sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan

berkembang secara harmonis dan optimal serta menjadi sumber daya yang

berkualitas”.

Kondisi Kepribadian individu menggambarkan sikap,kondisi diri, dan

konsep diri (Self Concept). Sehingga individu dapat menganalisa kelemahan

dalam dirinya, karena kapasitas kecerdasan bukan sebagai kunci utama dalam

meraih kesuksesan sesuai minat dan bakatnya. Kapasitas kecerdasan dan kondisi

kepribadian merupakan aspek yang saling mendukung, menurut Daniel Goldman

inti dari kunci kesuksesan hidup individu 80% ditentukan dari kecakapan

emosional. Kematangan emosi, kerjasama tim, hubungan social adalah modal

dasar dalam mengembangkan diri dalam lingkungan. Kecakapan dasar individu

yang harus dimiliki diantaranya motivasi berprestasi, kesiapan untuk berubah,

kepercayaan diri, dan kemampuan mengambil keputusan dalam menghadapi

situasi yang kompleks.

Sikap kerja menggambarkan bagaimana individu memiliki daya juang

dalam menghadapi dan mengatasi persoalan di dalam kehidupan pribadi maupun

sosialnya, yang ditunjukkan dengan memiliki motivasi, sistematika kerja,

kedisiplinan, dan ketahanan terhadap stres. Motivasi merupakan inti setiap

individu dalam menghadapi tantangan dan dalam menjalankan aktifitas hidup

yang kompleks. Selain itu, diperlukan juga sistematika dan kedisiplinan dalam

menjalankannya agar diperoleh hasil yang maksimal. Ketahanan terhadap semua

tekanan (pressure) sangat diperlukan dalam menghadapi tantangan maupun

tekanan yang muncul dalam setiap aktivitas.

Pemanfaatan prikotes dalam layanan bimbingan dan konseling, membantu siswa

dalam penempatan peminatan siswa sesuai dengan kemampuan intelegensi, bakat,

dan minatnya. Dengan hasil psikotes siswa, diharapkan siswa mengembangkat

kemampuan sesuai potensi dan tugas-tugas perkambangan. Sehingga pemanfaat

Page 32: Edit Psikologis Tes

hasil psikotes sangat berperan dalam kelanjutan hidup siswa hingga pilihan

kariernya.

Kelebihan hasil psikotes terhadap layanan bimbingan dan konseling, meliputi:

1. Pemanfaatan instrumen psikotes

Instrumen psikotes dapat dimanfaatkan oleh konselor dalam menganalisis

kebutuhan siswa (needasesmen). Dengan menganalisis kebutuhan siswa,

maka dapat dimanfat kan untuk:

a. Menyusun perangkat/ program BK sesuai tugas perkembangan

(kompetensi kecakapan hidup, nilai, dan moral peserta didik)

b. Merumuskan tujuan layanan BK, termasuk pengadakan akomodasi,

tindakan, sarana-prasarana

c. Menentukan prioritas permasalahan siswa yang perlu diselesaikan,

pemahaman kelebihan dan kelemahan siswa sehingga siswa

diharapkan merasa terbantu dalam pilihan dan penempatan potensiny

2. Tercapainya visi dan misi sekolah terkait tujuan nasional dan

penyelenggaraan pendidikan berbasis IPTEK

3.

Kelemahan hasil psikotes terhadap layanan bimbingan dan konseling