kebijakan transfer ke daerah dan dana · pdf file1998 2000 2010 2015 ... migas kb apbn 2017...

44
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEBIJAKAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA BOEDIARSO TEGUH WIDODO DIREKTUR JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN SOSIALISASI TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA TAHUN 2017 DAN KNOWLEDGE SHARING KEBERHASILAN KEPALA DAERAH MAKASSAR, 23 MARET 2017

Upload: hoangdang

Post on 15-Feb-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KEMENTERIAN KEUANGANREPUBLIK INDONESIA

KEBIJAKAN

TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA

BOEDIARSO TEGUH WIDODO

DIREKTUR JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN

SOSIALISASI TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA TAHUN 2017

DAN KNOWLEDGE SHARING KEBERHASILAN KEPALA DAERAH

MAKASSAR, 23 MARET 2017

KEMENTERIAN KEUANGAN

KEBIJAKAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA

TAHUN 2017

ARAH KEBIJAKAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA

APBN TA 2018

STRATEGI PENGUATAN PENDAPATAN

DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN DI DAERAH

OUTLINE

2

KEMENTERIAN KEUANGAN 3

Pendahuluan (1) : Desentralisasi diwujudkan melalui penyerahan kewenangan disertai penyerahan sumber-sumber pendanaan

26 30 33 34

294341

491 508

1998 2000 2010 2015Prov. Kab./Kota Pasca Krisis Ekonomi 1997/1998, terjadi perubahan fundamental dalam

berbagai aspek kehidupan bangsa, termasuk Tata Pemerintahan di

Indonesia.

Pelaksanaan amanat UU No. 22 dan 25 Tahun 1999, dikenal dengan

istilah big bang, menandai era baru tata pemerintahan di Indonesia

yakni dengan memperkuat pelaksanaan otonomi daerah dan

desentralisasi.

Desentralisasi memberikan konsekuensi pada pola:

Hubungan kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dengan

memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah.

Hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah diatur dan

dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan Undang-Undang.

Pasal 18, Bab VI UUD 1945:Negara Kesatuan RI dibagi atas daerah provinsi & daerah provinsidibagi atas kab & kota, masing-masing mempunyai pemda.Pemerintah provinsi, kabupaten,& kota mengatur dan mengurussendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugaspembantuan.

Pemerintahan Daerah HKPD

UU No. 22/1999 UU No. 25/1999

UU No. 32/2004 UU No. 33/2004

UU No. 23/2014 RUU HKPD

Money follows function

Desentralisasi Kewenangan (otonomi) disertai dengan DesentralisasiFiskal, Pemerintah Daerah diberikan kewenangan untuk mengelolasumber pendanaan (revenue) dan pengelolaan belanjanya

(expenditure)

Coverage HKPD

Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah Pemerintah Provinsi dengan Pemerintah

Kab./Kota Antar Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah dengan Lembaga Lainnya

KEMENTERIAN KEUANGAN 4

513.3573.7 602.3

664.2 704.9

00

20.8

46.760

582.9 577.2 732.1 677.6 763.6

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

2013LKPP

2014LKPP

2015LKPP

2016Realisasi

2017APBN

Transfer ke Daerah Dana Desa Belanja Kementerian/Lembaga

513,3 573,7 623,1 710,9 764,9Total TKDD

Belanja K/L

Pendahuluan (2): Desentralisasi Fiskal Sebagai Instrumen Dalam Peningkatan Kualiltas Layanan dan Kesejahteraan Masyarakat

Peran strategis kebijakan dan Alokasi TKDD :

Perbaikan layanan dasar publik.

Penurunan kesenjangan antar daerah.

Pengentasan kemiskinan.

Peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Sejak era Kabinet Kerja, Alokasi TKDD

meningkat signifikan, sehingga volumenya

lebih besar dibanding belanja KL

bukti penguatan desentralisasi dan

implementasi Nawacita ke 3:

“Membangun Indonesia dari pinggiran

dengan memperkuat daerah-daerah dan

desa dalam kerangka negara kesatuan”

KEMENTERIAN KEUANGAN

1 Dana Insentif Daerah

2 Bantuan Operasional Sekolah

3 Tunjangan Profesi Guru PNSD

4 Tambahan Penghasilan Guru Pegawai Negeri Sipil

5 Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi (P2D2)

2015 2016 & 2017

I. TRANSFER KE DAERAH I. TRANSFER KE DAERAH

A. Dana Perimbangan A. Dana Perimbangan

1. Dana Bagi Hasil 1. Dana Transfer Umum

2. Dana Alokasi Umum a. Dana Bagi Hasil

3. Dana Alokasi Khusus b. Dana Alokasi Umum

B. Dana Otonomi Khusus 2. Dana Transfer Khusus

C. Dana Keistimewaan DIY a. DAK Fisik

D. Dana Transfer Lainnya b. DAK Nonfisik

B. Dana Insentif Daerah

C. Dana Otsus dan Dana Keistimewaan DIY

II. DANA DESA II. DANA DESA No Jenis DAK Nonfisik

1 Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

2 Tunjangan Profesi Guru (TPG)

3 Tambahan Penghasilan Guru (Tamsil)

4 Tunjangan Khusus Guru di Daerah sangat terpencil

5 Bantuan Operasional Kesehatan dan Keluarga Berencana (BOK dan BOKB)

6 Bantuan Operasional Penyelenggaraan PAUD

7 Dana Peningkatan Kapasitas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (P2UKM).

8 Pelayanan Administrasi Kependudukan

Kebijakan Umum TKDD dan Pokok-Pokok Perubahan Fundamental TKDD 2017

KEMENTERIAN KEUANGAN

URAIAN

2016APBN2017

Selisih Terhadap

APBN-P Realisasi

SementaraAPBN-P

Realisasi Sementara

Transfer ke Daerah 729,3 664,2 704,9 -24,4 40,7

A. Dana Perimbangan 705,5 640,4 677,1 -28,4 36,7

1. Dana Transfer Umum 494,5 475,9 503,6 9,2 27,7

a. Dana Bagi Hasil 109,1 90,5 92,8 -16,3 2,3

1) Pajak 68,7 50,6 58,6 -10,1 8,0

2) Sumber Daya Alam 40,5 39,9 34,2 -6,3 -5,7

b. Dana Alokasi Umum 385,4 385,4 410,8 25,5 25,5

2. Dana Transfer Khusus 211,0 164,5 173,4 -37,6 8,9

a. Dana Alokasi Khusus Fisik 89,8 75,2 58,3 -31,5 -16,9

b. Dana Alokasi Khusus Non Fisik 121,2 89,3 115,1 -6,1 25,8

B. Dana Insentif Daerah 5,0 5,0 7,5 2,5 2,5

C. Dana Otonomi Khusus dan Dana Keistimewaan DIY 18,8 18,8 20,4 1,5 1,5

1. Dana Otsus 18,3 18,3 19,6 1,3 1,3

2. Dana Keistimewaan DIY 0,6 0,5 0,8 0,3 0,3

Dana Desa 47,0 46,7 60,0 13,0 13,3

JUMLAH 776,3 710,9 764,9 -11,4 54,0

(dalam triliun Rp)

Kebijakan TKDD 2017:Postur Transfer ke Daerah dan Dana Desa

•Dana Transfer > Belanja K/L

• Perluasan penggunaan DBH

• Pagu DAU tidak Final

•DTU minimal 25% untukinfrastruktur

•Alokasi DAU sesuaipengalihankewenangan darikab/kota ke provinsi

•DAK Fisik untuk prioritas daerah dan nasional

• Penyaluran berbasiskinerja pelaksanaan

Kebijakan

KEMENTERIAN KEUANGAN

Mengatasi Ketimpangan Fiskal antara Pusat dan Daerah.

Formula alokasi:

berdasarkan persentase tertentu dari penerimaan Pajak dan PNBP (SDA).

by origin: daerah penghasil menerima alokasi sesuai potensinya, daerah lain

menerima alokasi dalam rangka pemerataan

DBH PAJAK DBH SUMBER DAYA ALAM

KEBIJAKAN DANA BAGI HASIL 2017: FORMULA ALOKASI

7

KEMENTERIAN KEUANGAN 8

1 3 4 5=3+4 6 7=5-6

1. 7.087,6 10.577,6 17.665,3 5.555,5 12.109,8

a. 4.014,3 7.494,4 11.508,7 4.014,3 7.494,4

b. 3.069,4 3.066,2 6.135,6 1.537,2 4.598,4

c. 3,9 17,0 20,9 3,9 17,0

2. SDA 6.763,5 948,1 7.711,7 5.301,4 2.410,2

a. Kehutanan 408,6 606,1 1.014,7 408,6 606,1

b. 361,3 - 361,3 361,3 -

c. 5.749,4 218,6 5.968,0 4.287,3 1.680,7

d. - 22,5 22,5 - 22,5

e. 244,2 100,9 345,1 244,2 100,9

13.851,2 11.525,8 25.376,9 10.856,9 14.520,0

Sisa KBNo.

CHT

Minerba

Migas

KB APBN

2017Jenis DBH

Penundaan

DBH TW IV

2016

Total KB

Total

Perikanan

Panas Bumi

2

Pajak

PPh

PBB

KB s.d

2015

APBN-PRealisasi

SementaraAPBN-P

Realisasi

Sementara

1 2 3 4 5 6=5-3 7=5-4

1 DBH Pajak 68.619,6 50.636,3 58.576,5 (10.043,1) 7.940,2

1. PPh 31.629,1 17.738,4 33.798,8 2.169,7 16.060,4

2. PBB 16.583,3 12.507,7 16.224,7 (358,6) 3.717,0

3. CHT 2.834,0 2.817,0 2.997,6 163,6 180,6

Kurang bayar 17.573,2 17.573,2 5.555,5 (12.017,7) (12.017,7)

2 DBH SDA 40.456,3 39.898,7 34.216,9 (6.239,4) (5.681,8)

1. Migas 13.250,7 10.600,5 11.917,8 (1.332,9) 1.317,3

2. Minerba 13.231,9 16.646,0 14.188,9 957,0 (2.457,1)

3. Kehutanan 1.596,4 680,7 1.521,1 (75,3) 840,4

4. Perikanan 554,4 249,5 760,0 205,6 510,5

5. Panas Bumi 504,6 403,7 527,7 23,1 124,0

Kurang bayar 11.318,3 11.318,3 5.301,4 (6.016,9) (6.016,9)

109.075,8 90.535,0 92.793,4 (16.282,5) 2.258,4 Total

Selisih Thdp

No DBH APBN 2017

2016

Rincian Kurang Bayar DBH

Postur DBH 2017Alokasi DBH sebesar Rp92,8 T, naik

Rp 2,3 T dari realisasi APBNP 2016

sebesar Rp90,5 T.

KEBIJAKAN DANA BAGI HASIL 2017

(dalam miliar Rp)

KEMENTERIAN KEUANGAN 9

DBH Cukai Hasil Tembakau (CHT) selain untuk mendanai:

•peningkatan kualitas bahan baku

•pembinaan industri

•pembinaan lingkungan sosial

•sosialisasi ketentuan di bidang cukai

•pemberantasan barang kena cukai ilegal.

dapat juga digunakan untuk kegiatan lain sesuai prioritas & kebutuhan daerah dengan porsi 50%.

DBH Kehutanan dari Dana Reboisasi, dapat digunakan untuk:

•pengelolaan taman hutan raya

•pencegahan & penanggulangan kebakaran hutan

•penataan batas kawasan

•pengawasan & perlindungan

•penanaman pohon pada daerah aliran sungai kritis, penanaman bambu pada kanan kiri sungai,

dan pengadaan bangunan konservasi tanah & air

•pengembangan perbenihan

•penelitian dan pengembangan.

0,5% Tambahan DBH SDA Migas dapat digunakan sesuai kebutuhan dan prioritas daerah.

KEBIJAKAN DANA BAGI HASIL 2017Perluasan Diskresi Penggunaan DBH

KEMENTERIAN KEUANGAN

CFAD

KbF KpF

Jumlah Penduduk

Luas Wilayah

PDRB per Kapita

IPM

IKK

DBH

PAD

• Memperhitungkan

Belanja Gaji PNSD

• Memperhitungkan gaji

PNSD yang akan

dialihfungsikan ke Provinsi

Prov AD = 40%, CF =60%

Kab/Kota AD = 45%, CF =55%

AD = Alokasi Dasar

CF = Celah Fiskal

Kbf = Kebutuhan Fiskal

Kpf = Kapasitas Fiskal

DAU: Mengatasi Ketimpangan Fiskal antardaerah.

Formula alokasi: selisih kebutuhan fiskal dikurangi kapasitas fiskal

Kebijakan Dana Alokasi Umum 2017 : Formula Alokasi

10

PAGU DAU NASIONAL

26% X PDN NETO

Bagian Provinsi

10%

Bagian Kab/Kota

90%

Perhitungan Besaran DAU

untuk Provinsi dan Kabupaten/Kota

KEMENTERIAN KEUANGAN

Kebijakan Dana Alokasi Umum 2017 :

Kebijakan Pembobotan Variabel DAU

11

BOBOT VARIABEL 2016 2017

PROVINSI KAB/KOTA PROVINSI KAB/KOTA

ALOKASI DASAR 40% 49% 40% 45%

CELAH FISKAL 60% 51% 60% 55%

VARIABEL KEBUTUHAN FISKAL

- INDEKS JUMLAH PENDUDUK 30% 30% 30% 30%

- INDEKS LUAS WILAYAH 15% 13% 15% 13%

(LUAS LAUT) 40% 45% 45% 50%

- INDEKS IKK 27% 28% 27% 28%

- INDEKS INVERS IPM 17% 17% 17% 17%

- INDEKS PDRB 11% 12% 11% 12%

VARIABEL KAPASITAS FISKAL

- PAD 70% 60% 70% 60%

- DBH PAJAK 75% 60% 75% 60%

- DBH SDA 85% 80% 85% 80%

KEMENTERIAN KEUANGAN

Kebijakan Dana Alokasi Umum 2017

Pagu DAU tidak final.

• Penyesuaian alokasi DAU pd APBN-P dan APBD-P

• Implikasi: Penyesuaian kontrak, penyesuaian

belanja

• Solusi: fleksibilitas kontrak, cash planning

Pengalihan urusan pemerintahan.

• Beban pengalihan Rp15,4 T sudah ditampung dalam

APBN 2017

• Potensi tambahan beban pengalihan Rp3,6 T.

• Solusi: Penyesuaian porsi DAU dlm APBN-P.

Pengalihan urusan konkuren daerah -> pusat.

• Pengalihan urusan konkuren butuh Rp3 T (belum

termasuk BPKB dan Dikti kesehatan)

• Implikasi:

6 bulan pembayaran belanja pegawai telah

dan akan menjadi beban APBD 2017.

6 bulan menjadi beban APBN (Rp1,5 T).

• Solusi: Rp 756 M diperhitungkan sbg pengurang DAU.

Penggunaan Dana Transfer Umum (DBH + DAU),

minimal 25% digunakan untuk belanja infrastruktur

layanan dasar publik dan ekonomi untuk

mendorong:

• pertumbuhan ekonomi;

• pengentasan kemiskinan;

• pengurangan pengangguran; dan

• pengurangan kesenjangan antardaerah.

12

KEMENTERIAN KEUANGAN

Berdasarkan usulan daerah dan prioritas nasional, dengan sinkronisasi kegiatan DAK antarwilayah, antarbidang, dan antara DAK dengan sumber pendanaan di luar DAK

Kebijakan Dana Alokasi Khusus Fisik 2017:

Mekanisme Pengalokasian

13

PENILAIAN DAN HASIL PENILAIAN USULAN DAK DI PUSAT

K/L Teknis Bappenas Kemenkeu

Penilaian mengacu pada:a. data teknis Usulan DAK;b. perbandingan data teknis usulan

daerah dengan data teknis K/L; c. tingkat pencapaian SPM;d. target output dan outcome:• jangka menengah;•per tahun secara nasional;•dari dana TP dan KP.

Menilai usulan skala prioritas per bidang/subbidang mengacu pada:a. Data teknis Usulan DAK;

b. lokasi prioritas;

c. Sinkronisasi kegiatan sesuai RKPD dan RPJMD dengan prioritasnasional dalam RKP dan RPJMN.

Menilai satuan biaya:a.Standar Biaya Masukan;b.Standar Biaya Keluaran usulan K/L;c.Indeks kemahalan konstruksi.d.kinerja penyerapan DAK dan

tingkat capaian output fisik tahunsebelumnya.

Provinsi

a.Rekomendasi atas kegiatan dari usulan DAK Fisik Kabupaten/Kota

b.Sinkronisasi kegiatan antara Kab./Kota dengan Provinsi dan antar Kab./Kota dalam lingkup Provinsi

KEMENTERIAN KEUANGAN

Kebijakan Dana Alokasi Khusus Fisik 2017 :

Jenis dan Bidang DAK Fisik

1) Pendidikan;

2) Kesehatan;

3) Perumahan dan

Permukiman;

4) Pertanian;

5) Kelautan dan Perikanan;

6) Sentra Industri Kecil; dan

7) Pariwisata

1. DAK REGULER

Untuk membantu

pemenuhan SPM dan

mendukung kegiatan

perekonomian daerah

1) Pendidikan SMK;

2) Kesehatan (RS dan

Rujukan);

3) Air Minum;

4) Sanitasi;

5) Jalan;

6) Pasar;

7) Irigasi; dan

8) Energi Skala Kecil

2. DAK PENUGASAN

Untuk pencapaiansasaran prioritas nasional

dalam RKP Menu dgn lokus terbatas

1) Perumahan dan

Permukiman;

2) Transportasi (Transportasi

Desa, Dermaga Kecil,

dan Tambatan Perahu)

3) Kesehatan (Puskesmas)

3. DAK AFFIRMASI

Untuk mempercepatpenyediaan infrastruktur di

daerah tertinggal,

perbatasan, kepulauan, dan transmigrasi

14

KEMENTERIAN KEUANGAN 15

(dalam trilliun Rupiah)

Kebijakan Dana Alokasi Khusus Fisik 2017 :

Pagu per Bidang DAK Fisik

KEMENTERIAN KEUANGAN

Kebijakan DAK Fisik 2017: Perbaikan Mekanisme Penyaluran Berdasarkan Kinerja Penyerapan & Capaian Output

16

65%

KEMENTERIAN KEUANGAN

Kebijakan DAK Fisik 2017 : Bisnis Proses Penyaluran melalui KPPN

17

KEMENTERIAN KEUANGAN

1. PELAKSANAAN PENYALURAN MELALUI KPPN DITARGETKAN MULAI BULAN APRIL 2017

(TRIWULAN 1)2. PERLU MEMPERHITUNGKAN MASA TRANSISI:

• PERALIHAN KPA DARI DJPK KE DJPB

• PERALIHAN DIPA, PPSPM (Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar), DAN

PPK (Pejabat Pembuat Komitmen)

PENYUSUNAN POKJA DJPK & DJPB

PENYUSUNAN PROSES BISNIS

PENYIAPAN REGULASI: REVISI

PMK 187/2016

PENYUSUNAN SOP LINK

PENYIAPAN PERANGKAT (APLIKASI)

SOSIALISASI KEPADA SELURUH KPPN &

PEMDA PENYALURAN TRIWULAN I

JAN

MINGGU 3-4

FEB

MINGGU 1-4

JAN

MINGGU 3 JAN - MARET FEB - MARET MARET APRIL

Kebijakan DAK Fisik 2017 :

Transisi Penyaluran Melalui KPPN Mulai 2017

18

KEMENTERIAN KEUANGAN

(dalam miliar Rp)

DAK Fisik sebagian tidak tersalurkan, karena daerah belum memenuhi syarat penyaluran:

• Tidak menyampaikan laporan realisasi penyerapan dana dan capaian output.

• Menyampaikan laporan melampaui batas waktu pelaporan.

• Menyampaikan laporan, namun tidak lengkap/tidak sesuai.

Kebiasaan daerah utk menumpuk permintaan penyaluran pada akhir tahun, dan belum tertib sesuai

triwulan/tahapannya.

19

Kebijakan Dana Alokasi Fisik 2017: Rencana Carry-Over DAK Fisik TA 2016 pada APBN-P 2017

→ Kekurangan pembayaran DAK Fisik direncanakan di-carry over pada APBN-P 2017.

→ Usulan Kriteria Daerah untuk rencana carry over DAK Fisik:

• Bidang DAK Fisik yang output kegiatannya telah mencapai 100%.

• Bidang DAK Fisik yang telah menyampaikan laporan pada 2016.

• Telah mendapatkan rekomendasi hasil verifikasi secara fisik dan administrasi atas laporan

pelaksanaan DAK Fisik TA 2016.

Penyerapan DAK Fisik TA 2016 Belum Optimal

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

51.996,39 15.598,92 15.598,92 12.999,10 12.661,73 12.999,10 11.428,85 10.399,28 5.152,55 44.842,04 86,2% 7.154,35

24.861,40 7.458,42 7.458,42 6.215,35 6.129,68 6.215,35 5.524,12 4.972,28 2.674,44 21.786,66 87,6% 3.074,74

2.605,73 781,72 781,72 651,43 617,60 651,43 524,02 521,15 182,76 2.106,10 80,8% 499,64

10.345,85 3.103,76 2.962,56 3.103,76 2.516,33 4.138,34 993,83 0,00 0,00 6.472,71 62,6% 3.873,15

89.809,37 26.942,81 26.801,61 22.969,64 21.925,34 24.004,22 18.470,82 15.892,70 8.009,74 75.207,51 83,7% 14.601,87

Pagu Total %

TIDAK

SALUR

PENYALURAN

Tw/Tahap I Tw/Tahap II Tw/Tahap III Tw IV

KEMENTERIAN KEUANGAN 20

Kebijakan Dana Alokasi Khusus Nonfisik 2017 (1)

Tujuan: mendukung operasional penyelenggaraan layanan publik dalam rangka mengurangi beban ekonomi dan langsung dinikmati masyarakat

Formula Alokasi

Unit Cost Jumlah Frekuensi Contoh: TPG PNSD

Gaji Pokok Guru bersetifikasi Pendidik x jumlah guru x 12 bulan

Bantuan

Operasional

Sekolah (BOS)

(Rp45,12T)

• untuk pencapaian program

wajib belajar 12 Tahun.

• Sasaran : 46,2 juta siswa SD,

SMP, dan SMA/SMK

Bantuan Operasional

Kesehatan (BOK)

(Rp 6,62T)

• untuk meringankan beban

masyarakat terhadap pembiayaan

kesehatan, khususnya pelayanan

promotif dan preventif, serta

Jampersal.

• Sasaran: 5,3 juta ibu hamil, 12,2 ribu

Puskesmas, dan 104 RS

Bantuan Operasional Penyelenggaraan

Pendidikan Anak Usia Dini (BOP PAUD)

(Rp3,58T)

• untuk meringankan beban

masyarakat dalam

memperoleh akses PAUD.

• Sasaran: 5,6 juta siswa

Bantuan Operasional

Keluarga Berencana

(BOKB) (Rp0,29T)

• untuk mendukung program KB.

• Sasaran: 4.586 balai penyuluhan, 20.470 fasilitas kesehatan, dan 508 kampung KB & Posyandu

Peningkatan

Kapasitas Koperasi

dan UKM (PK2UKM)

Rp0,1T

• untuk meningkatkan kapasitas SDM koperasi dan UKM melalui pelatihan

dan pendampingan.

• Sasaran: 23,6 ribu peserta pelatihan

Administrasi

Kependudukan

(Rp0,75T)

• untuk keberlanjutan dan keamanan

sistem administrasi kependudukan

(SAK)

• Sasaran: untuk dinas yang menangani

dukcapil dan jumlah kecamatan

KEMENTERIAN KEUANGAN

APBN-PRealisasi

SementaraAPBN-P

Realisasi

Sementara

1 3 4 5 6=5-3 7=5-4

1. 43.923,6 43.923,6 45.120,0 1.196,4 1.196,4

2. 2.281,9 2.281,9 3.581,7 1.299,8 1.299,8

3 69.762,7 39.167,6 55.573,4 (14.189,3) 16.405,8

4 1.020,5 820,1 1.400,0 379,5 579,9

5 - - 1.669,9 1.669,9 1.669,9

6 3.559,9 2.630,9 6.910,0 3.350,1 4.279,1

7 264,3 237,5 100,0 (164,3) (137,5)

8 - - 750,0 750,0 750,0

9 400,0 199,3 - (400,0) (199,3)

121.212,9 89.260,5 115.105,0 (6.107,9) 25.844,5

Dana Kegiatan Administrasi Kependudukan di Prov & Kab/Kota

Dana Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi (P2D2)

J U M L A H

Tunjangan Profesi Guru PNSD (TP Guru PNSD)

Dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD (DTP Guru PNSD)

Tunjangan Khusus Guru PNSD di Daerah Khusus (TKG Guru PNSD)

BOK dan BOKB

Dana Peningkatan Kapasitas Koperasi, UKM dan Ketenagakerjaan (PK2UKM & Naker)

(dalam miliar rupiah)

Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

Bantuan Operasional Penyelenggaran Pendidikan Anak Usia Dini (BOP PAUD)

2

No. Uraian

2016

APBN 2017

Selisih Terhadap

Kebijakan Dana Alokasi Khusus Nonfisik 2017 (2)

21

(miliar Rp)

Perbaikan & penyederhanaan sistem pelaporan

Penguatan sistem monitoring dan evaluasi.

Penyaluran berdasarkan kinerja pelaksanaan.

Diarahkan untuk mendukungoperasional pelayanan publik

Pengalokasian disesuaikan dengan kebutuhan riil di daerah

KEMENTERIAN KEUANGAN 22

DIALOKASIKAN KEPADA

PROVINSI KABUPATEN KOTA

BERDASARKANKRITERIA UTAMA KRITERIA KINERJA

• Opini BPK

• Penetapan Perda APBD tepat waktu.• Kesehatan fiskal dan pengelolaan keuangan daerah

• Pelayanan dasar publik; dan

• Ekonomi dan kesejahteraan.

Kebijakan Dana Insentif Daerah 2017

Tujuan: memberikan penghargaan kepada daerah yang berkinerja baik pengelolaan kesehatan fiskal, keuangan daerah, pelayanan dasar publik serta ekonomi & kesejahteraan

KEMENTERIAN KEUANGAN 23

Kebijakan DID 2017: Resume Penilaian

KEMENTERIAN KEUANGAN

DID besar di Jawa (34,6%) dan Sumatera (27,3%) : kinerja keuangan, layanan publik, ekonomi

dan kesejahteraan antardaerah tidak merata, di kedua pulau lebih baik dari daerah lain di luar

Jawa dan Sumatera.

KALIMANTAN

Se-Provinsi DID Daerah

Kalbar 60,0 8

Kalteng 208,7 11

Kalsel 284,7 14

Kaltim 149,1 9

Kaltara 22,5 3

Jumlah 725,0 45

SULAWESI

Se-Provinsi DID Daerah

Sulteng 95,3 5

Sulut 262,4 13

Sulsel 206,8 17

Sultra 149,6 8

Gorontalo 52,5 7

Sulbar 166,2 5

Jumlah 932,8 55

JAWA

Se-Provinsi DID Daerah

DKI Jakarta 0,0 0

Jabar 461,9 21

Jateng 1099,9 23

DIY 270,8 6

Jatim 682,0 31

Banten 80,6 5

Jumlah 2.595,2 86

BALI, NTB,NTT

Se-Provinsi DID Daerah

Bali 201,8 9

NTB 254,2 11

NTT 192,3 6

Jumlah 648,3 26

Maluku,Papua, Papua Barat

Se-Provinsi DID Daerah

Maluku 295,0 9

Papua 80,6 5

Maluku Utara 110,8 4

Papua Barat 67,5 9

Jumlah 553,9 27

(dalam miliar rupiah)

PERLU:• Peningkatan kapasitas bagi Pemda dengan kinerja kurang baik;

• Perbaikan kriteria yang mencerminkan kinerja sesungguhnya serta Optimalisasi penggunaan DID untuk kegiatan produktif.

SUMATERA

Se-Provinsi DID Daerah

Aceh 726,3 19

Sumut 154,2 4

Sumbar 544,1 17

Riau 22,5 3

Jambi 65,0 4

Sumsel 82,5 11

Bengkulu 97,0 3

Lampung 208,4 10

Babel 137,3 3

Kep. Riau 7,5 1

Jumlah 2044,8 75

Distribusi Dana Insentif Daerah 2017

24

KEMENTERIAN KEUANGAN 25

PENDAPATAN DESA

Alokasi APBN :• Dari realokasi anggaran pusat berbasis desa• 10% dari dan diluar dana transfer ke daerah secara bertahap

Bagian dari PDRD kab/kota• Paling sedikit 10%

Alokasi Dana Desa (ADD)

• Minimal 10% dari dana perimbangan yang diterima kab/kota dikurangi DAK

• Pemerintah dapat menunda dan/atau mengurangi dana perimbangan jika kab/kota tidak mengalokasikan ADD

Bantuan keuangan dari APBD

Lain-lain Pendapatan yang sah

Hibah dan Sumbangan pihak ketiga

Pendapatan Asli Daerah

0

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

2015 2016 2017

DD ADD BAGI HASIL PDRD

2015 2016 2017

DANA DESA (DD)* 20.766 46.982 60.000

ADD* 33,835 35.455 33.224

BAGI HASIL PDRD* 2.650 2.849 3.119

TOTAL* 57.251 85.286 96.344

JUMLAH DESA 74.093 74.754 74.954

RATA-RATA TOTALPER DESA**

772,6 1.140,8 1.285,3

*miliar **juta

DANA DESA NASIONAL

Kebijakan Dana Desa 2017 : Sumber Pendapatan Desa

KEMENTERIAN KEUANGAN 26

CARA PENGHITUNGAN

Konsisten dengan tahun sebelumnya

Proporsi dan bobot formula:

90% Alokasi Dasar (Pemerataan),

10% variabel jumlah penduduk desa

(25%), angka kemiskinan desa (35%), luas

wilayah desa (10%), dan tingkat

kesulitan geografis desa (30%)

PERTIMBANGAN

memperhatikan aspek pemerataan dan

keadilan

rasio penerima Dana Desa terkecil dan

terbesar adalah paling rendah, yakni 1:4 standar deviasi yang paling rendah.

ALOKASI UNTUK 74.954 DESA

Berdasarkan: jumlah penduduk desa, angka kemiskinan desa, luas wilayah desa,

dan tingkat kesulitan geografis desa.

Kebijakan Dana Desa 2017 : Pengalokasian Dana Desa

2. Prioritas penggunaan: Membiayai pembangunan

Pemberdayaan masyarakat

Pelaksanaan diutamakan melalui: Swakelola dengan menyerap tenaga kerja

setempat Kegiatan yang mendorong masyarakat

produktif secara ekonomi

KEMENTERIAN KEUANGAN 27

KEBIJAKAN DANA DESA 2017 (2): DANA DESA DIALOKASIKAN SECARA MERATA DAN BERKEADILAN

ProvinsiJumlah

DesaPagu

(trliiun)share pulau

share nasional

Aceh 6.497 4,9 27,2% 8,2%

Sumut 5.418 4,2 23,3% 7,0%

Sumbar 928 0,8 4,4% 1,3%

Riau 1.592 1,3 7,2% 2,2%

Jambi 1.399 1,1 6,1% 1,8%

Sumsel 2.859 2,3 12,8% 3,8%

Babel 309 0,3 1,7% 0,5%

Kepri 275 0,2 1,1% 0,3%

Bengkulu 1.341 1,0 5,6% 1,7%

Lampung 2.435 2,0 11,1% 3,3%

Total 23.053 18,0 100% 30,0%

ProvinsiJumlahDesa

Pagu(triliun)

share pulau

Share nasional

Jabar 5.312 4,5 24,2% 7,5%

Jateng 7.809 6,4 34,4% 10,7%

DIY 392 0,4 2,2% 0,7%

Jatim 7.724 6,3 33,9% 10,5%

Banten 1.238 1,0 5,4% 1,7%

Total 22.475 18,6 100% 31,0%

ProvinsiJumlah Desa

Pagu(triliun

)

share pulau

share nasional

Bali 636 0,5 13,2% 0,8%

NTB 995 0,9 23,7% 1,5%

NTT 2996 2,4 63,2% 4,0%

Total 4.627 3,8 100% 6,3%

ProvinsiJumlah Desa

Pagu(triliun)

Sharepulau

share nasional

Kalbar 2.031 1,6 30,8% 2,7%

Kalteng 1.434 1,1 21,2% 1,8%

Kalsel 1.865 1,4 26,9% 2,3%

Kaltim 841 0,7 13,5% 1,2%

Kaltara 447 0,4 7,7% 0,7%

Total 6.618 5,2 100,% 8,7%

ProvinsiJumlah Desa

Pagu(triliun)

share pulau

share nasional

Maluku 1.198 1,0 13,3% 1,7%

Malut 1.064 0,8 10,7% 1,3%

Papua 5.420 4,3 57,3% 7,2%

Papbar 1.743 1,4 18,7% 2,3%

Total 9.425 7,5 100% 12,5%

ProvinsiJumlah Desa

Pagu(triliun)

sharepulau

share nasional

Sulut 1.508 1,2 17,4% 2,0%

Sulteng 1.842 1,4 20,3% 2,3%

Sulsel 2.257 1,8 26,1% 3,0%

Sultra 1.917 1,5 21,7% 2,5%

Gorontalo 657 0,5 7,25% 0,8%

Sulbar 575 0,5 7,25% 0,8%

Total 8.756 6,9 100% 11,5%

WilayahJumlah

DesaNilai

(miliar)%

Jawa-Bali 23.111 19,1 31,83%

Luar Jawa-Bali 51.843 40,9 68,17%Jumlah 74.954 60,00 100,00%

SUMATERAKALIMANTAN

SULAWESI PAPUA & MALUKU

BALI & NUSA TENGGARAJAWA

KEMENTERIAN KEUANGAN 28

Kebijakan Dana Desa: Evaluasi Pemanfaatan Dana Desa 2016

2016 2016

Untuk peningkatan kualitas hidup, penanggulangan kemiskinan,

kesejahteraan masyarakat, serta perluasan skala ekonomi

individu dan kelompok.

Rp40,8 T

(87,7%)

Rp3,1 T

(6,8%)

KEMENTERIAN KEUANGAN 29

Kebijakan Dana Desa 2017 : Penyaluran Dana Desa Berdasarkan Pada Kinerja Pelaksanaan Di Daerah

Perbaikan mekanisme penyaluran diarahkan untuk meningkatkan efektifitas pemanfaatan

dan akuntabilitas pelaksanaan Dana Desa, sehingga diharapkan mampu mempercepat

penyediaan layanan dasar publik dan mengurangi tingkat kemiskinan masyarakat desa

KEMENTERIAN KEUANGAN 30

Kebijakan Dana Desa 2017: Tantangan, Kebijakan & Implikasi

TANTANGAN

Penggunaan Dana Desa belum optimal

Kapasitas Perangkat Desa belum memadai

Peraturan perundangan terkait Desa yang diterbitkan K/L berpotensi tumpang tindih

Penyediaan Pendamping Desa:• kompetensi belum memadai,

• proses rekruitmen lama,• mobilisasi yang terlambat

Meningkatkan pemantauan danevaluasi pelaksanaan Dana Desa

KEBIJAKAN

Mendorong pertumbuhan ekonomi dengan prioritas kegiatan

pembangunan pelayanan dasar skala desa dan pemberdayaan

masyarakat desa

Penyelenggaraan pelatihantatakelola keuangan desa &

pelatihan pengelolaan dana desa

Percepatan rekrutmen pendamping desa yang berkompeten

Sinergi peraturan perundangan.

Mengoptimalkan peran perwakilan Kemenkeu di daerah dalam hal penyaluran, pemantauan dan

evaluasi

IMPLIKASI

Peningkatan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat

desa

Peningkatan kualitas dan akuntabilitas Pelaporan.

Pengelolaan Dana Desa lebih baik

Dampak Dana Desa signifikan terhadap pembangunan dan

perekonomian

KEMENTERIAN KEUANGAN

Untuk memperkuat pelaksanaan Nawacita ketiga, desentralisasi

fiskal dan otonomi daerah, serta memperkokoh eksistensi NKRI

Triliun Rp

I. Pendapatan 144,1

a. Pajak 66,9

b. Bea & Cukai 6,8

c. PNBP 70,4

II. Belanja 232,3

a. TKDD 176,1

b. Belanja K/L 56,2

Neto (I-II) (88,2)

SUMATERA

Triliun Rp

I. Pendapatan 1.143,2

a. Pajak 884,9

b. Bea & Cukai 161,6

c. PNBP 96,6

II. Belanja 302,8

a. TKDD 201,8

b. Belanja K/L 101,0

Neto (I-II) 840,4

JAWA

Triliun Rp

I. Pendapatan 86,0

a. Pajak 32,0

b. Bea & Cukai 1,1

c. PNBP 52,9

II. Belanja 93,9

a. TKDD 73,6

b. Belanja K/L 20,3

Neto (I-II) (7,9)

KALIMANTAN Triliun Rp

I. Pendapatan 19,7

a. Pajak 16,6

b. Bea & Cukai 0,6

c. PNBP 2,5

II. Belanja 104,5

a. TKDD 73,3

b. Belanja K/L 31,2

Neto (I-II) (84,8)

SULAWESI

Triliun Rp

I. Pendapatan 18,4

a. Pajak 10,7

b. Bea & Cukai 1,7

c. PNBP 6,0

II. Belanja 89,6

a. TKDD 71,7

b. Belanja K/L 17,9

Neto (I-II) (71,3)

MALUKU dan PAPUA

Triliun Rp

I. Pendapatan 15,5

a. Pajak 11,7

b. Bea & Cukai 1,5

c. PNBP 2,3

II. Belanja 56,4

a. TKDD 39,5

b. Belanja K/L 17,0

Neto (I-II) (40,9)

BALI dan NUSRA

Kebijakan ekspansi anggaran di luar jawa dimaksudkan untuk mendukung akselerasi pembangunan

di luar jawa dalam mempercepat ekualisasi kemajuan antara wilayah Jawa dengan luar Jawa.

Keterangan:1.Pendapatan yang dikumpulkan

dari Daerah ke Pusat

2.Belanja yang dikembalikan dari Pusat ke Daerah

3.Data dalam Triliun Rp4.Data rata-rata 2014-2016

31

Ekualisasi Pendapatan & Belanja Antarwilayah

KEMENTERIAN KEUANGAN 32

KEBIJAKAN UMUM

• Kebijakan Transfer ke Daerah dan Dana Desa dalam APBN dialokasikan sesuai money follows program untuk

mendukung implementasi Nawacita ketiga.• Penganggaran, pengalokasian, dan penyaluran berdasarkan kinerja penyerapan anggaran & capaian output.

Pokok-Pokok Kebijakan TKDD Tahun 2018 (1)

• Pagu DAU nasional tidak bersifat final, mengikuti perubahan PDN neto. Implikasi: perlu penyesuaian APBD

• Porsi gaji PNSD dalam penghitungan DAU semakin menurun secara gradual.• Memperhitungkan beban pengalihan urusan antar tingkat pemerintahan.• Minimal 25% DBH dan DAU digunakan untuk belanja infrastruktur layanan publik.

• Mengatasi kesenjangan ketersediaan layanan publik antardaerah.• Pengalokasian DAK berbasis usulan dan kebutuhan daerah sesuai target output per bidang.• Sinkronisasi DAK Fisik: antarprogram, antardaerah, dan antarsumber pendanaan. • Jenis DAK Fisik:DAK Regular pemenuhan SPM urusan wajib layanan dasar, a.l. pendidikan, kesehatan, infrastruktur.DAK Penugasan lokus dan program prioritas sesuai prioritas nasional dalam RKP 2018, a.l. pendidikan

vokasi, RS Rujukan, irigasi, dan air minum & sanitasi.DAK Afirmasi percepatan infrastruktur daerah perbatasan, kepulauan dan tertinggal, a.l. Transportasi,

perumahan dan permukiman.

• Memberikan rewards kepada daerah berprestasi dalam kinerja: tata kelola keuangan daerah, a.l. e-planning, e-budgeting, dan e-procurement. pelayanan publik, a.l. penurunan gizi buruk dan PTSP. kesejahteraan, a.l. pengurangan kemiskinan dan pengangguran.

KEMENTERIAN KEUANGAN

Berbasis kebutuhan per bidang

(sector based), untuk urusan wajib

layanan dasar

Berbasis kewilayahan (area

based), untuk Lokpri pada

kategori daerah perbatasan,

kepulauan dan tertinggal

DAK

REGULER

Berbasis program prioritas

nasional (program based), sesuai

Rencana Kerja Pemerintah tahun

2018

1. Kesehatan (Puskesmas)2. Perumahan dan Permukiman3. Transportasi4. Pendidikan5. Air Minum6. Sanitasi

1. Pendidikan (SMK)

2. Kesehatan (RS Rujukan dan RS Pratama)

3. Air Minum4. Sanitasi5. Jalan6. Irigasi7. Pasar

8. Energi Skala Kecil9. Lingkungan Hidup dan Kehutanan

1. Pendidikan2. Kesehatan dan KB

3. Jalan4. Air Minum

5. Sanitasi6. Perumahan dan Permukiman7. Pasar8. IKM9. Pertanian

10. Kelautan dan Perikanan11. Pariwisata

DAK

AFIRMASI

DAK

PENUGASAN

Pokok-Pokok Kebijakan TKDD Tahun 2018 (2)

33

KEMENTERIAN KEUANGAN 34

Optimalisasi Pemanfaatan untuk kegiatan

pro-poor:• pelayanan kesehatan masyarakat miskin

• pelayanan pendidikan masyarakat miskin

• perbaikan gizi masyarakat miskin

Pro-job:• pelaksanaan kegiatan secara swakelola

• kegiatan dilakukan secara padat karya

• Pemberian pelatihan untuk kewirausahaan

• Pemberian pelatihan business plan

• Pemberdayaan masyarakat desa

5

Afirmasi basis kewilayahan untuk daerah:

perbatasan, tertinggal, & kepulauan 4• Arahan Presiden : Alokasi dinaikkan 2 kali

dibanding 2017

• Janji kampanye : Alokasi minimal Rp1 M s.d.

Rp.1,4 M tiap desa

1

• Meningkatkan anggaran Dana Desa hingga

10% dari dan di luar Dana Transfer ke Daerah

untuk memenuhi amanat UU No.6 Tahun 2014

2

Menyempurnakan formula alokasi/distribusi

Dana Desa dengan tetap memerhatikan

aspek pemerataan & keadilan, untuk:• Mempercepat pengentasan kemiskinan.

• Mengatasi kesenjangan penyediaan sarana

& prasarana pelayanan publik antardesa.

• Memberikan afirmasi pada desa sangat

tertinggal dan tertinggal.

3

Pokok-Pokok Kebijakan TKDD Tahun 2018 (3)

KEMENTERIAN KEUANGAN 35

Strategi Optimalisasi Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah

Strategi

Optimalisasi Pajak

Daerah Untuk

Peningkatan PAD

Pajak daerah dan retribusi daerah belum optimal (rata-rata 13,32% padaperiode 2011 sd. 2015), APBD masih tergantung dari dana transfer.

Modernisasi

• Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam

pengelolaan basis data.

• Penggunaan Teknologi Informasi dalam

pelayanan perpajakan, misalnya e-SKPD, e-

payment dan sejenisnya

•Membangun organisasi perpajakan daerah

berdasarkan fungsi: pengelola data, pelayanan,

penagihan, pemeriksaan, dan pengawasan.

•Menyusun SOP setiap pelayanan.

Peningkatan SDM

•Menambah jumlah diklat utk ahli penilaian,

penagihan, dan pemeriksaan.

•Menambah jumlah diklat terkait dengan praktik

pemungutan perpajakan yang baik.

• Kerjasama kemitraan dengan pemda lain yang

dinilai sukses dalam pemungutan perpajakan.

Penyesuaian Dasar Pengenaan Pajak

Melakukan penilaian ulang atas dasar

pengenaan disesuaikan dengan potensi

dan kemampuan wajib pajak

Peningkatan Basis Data Perpajakan

•Mendata ulang WP & objek pajak

•Meningkatkan koordinasi internal pemda

antara lain dengan bagian penerbitan izin

•Memanfaatkan data pihak ketiga (BPN utk

PBB)

Penilaian, Penagihan, dan Pemeriksaan

•Dibidang penilaian dan penagihan dpt

dikerjasamakan dengan DJP dan DJKN.

•Dibidang pemeriksaan dapat berkoordinasi

dengan Polri, Kejaksaan, BPK, & BPKP

Sinergi Pemda dan

DPRD dlm menetapkan

Perda PDRD Untuk

meningkatkan PAD

tanpa menimbulkan

distorsi terhdp

perekonomian

KEMENTERIAN KEUANGAN 36

Strategi Pengembangan Pembiayaan Daerah:Prinsip, Syarat & Sumber Pinjaman Daerah

LOAN

PRINSIP UMUM SUMBER PINJAMAN PERSYARATAN

Inisiatif Pemda

Untuk menutup:

a. Defisit APBD;

b. Pengeluaran

pembiayaan

c. Kekurangan arus kas

Dapat diteruskan sbg

pinjaman, hibah

dan/atau penyertaan

modal kepada BUMD

Pemerintah Pusat

Pemerintah Daerah Lain;

Lembaga Keuangan Bank;

Lembaga Keuangan Bukan

Bank;

Masyarakat, dalam bentuk

Obligasi Daerah

Sisa pinjaman +

pinjaman yang akan

ditarik < 75%

penerimaan umum

APBD tahun

sebelumnya

Rasio kemampuan

keuangan daerah

(DSCR) > 2,5

Tidak mempunyai

tunggakan kepada

Pemerintah Pusat

Mendapat persetujuan

DPRD untuk pinjaman

Jangka Menengah dan

Panjang

KEMENTERIAN KEUANGAN 37

Penyertaan

Pemerintah

SUMBER DANA

Pinjaman

Multilateral

Pinjaman Daerah

KEGIATAN

PDF & Jasa Konsultasi

/ Advisory

PENERIMA MANFAAT

Pasar Modal

Grant/

Hibah

PEMDA

Penyertaan

PemerintahPinjaman Daerah PEMDA

Saat

Ini

Ke D

ep

an

1.meningkatkan akses pembiayaan

infrastruktur di daerah, dengan

menyediakan pinjaman mulai dari

jumlah kecil hingga besar;

2.meningkatkan kapasitas Pemda

dalam mengelola pinjaman dengan

pembentukan debt management

unit ;

3.mengatasi keterbatasan Pemda

dalam penyiapan proyek yang baik,

melalui penyediaan fasilitas Project

Development Fund (“PDF”); dan

4.meningkatkan kapasitas Pemda

dalam melaksanakan pembangunan

proyek infrastruktur yang

berkelanjutan (sustainable

development).

TUJUAN

Strategi Pengembangan Pembiayaan Daerah:

Regional Infrastructure Development Fund (RIDF)

KEMENTERIAN KEUANGAN 38

Strategi Pengembangan Pembiayaan Daerah:Prinsip, Syarat & Penilaian Obligasi Daerah

KEMENTERIAN KEUANGAN 39

Strategi Pengembangan Pembiayaan Daerah:Proses Penerbitan Obligasi Daerah

DJPPR

KEMENTERIAN KEUANGAN 40

Strategi Pengembangan Pembiayaan Daerah:Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha (KPBU)

Tahap Perencanaan KPBU:a. penyusunan rencana anggaran KPBU; b. identifikasi dan penetapan KPBU; c. penganggaran dana tahap perencanaan; d. pengambilan keputusan lanjut/tidak lanjut rencana KPBU; e. penyusunan Daftar Rencana KPBU; dan f. pengkategorian KPBU.

Tahap Penyiapan KPBU:a. penyiapan Prastudi Kelayakan termasuk kajian pengembalian

investasi Badan Usaha Pelaksana; b. pengajuan Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah;

dan c. pengajuan penetapan lokasi KPBU.

Tahap Transaksi KPBU: a. penjajakan minat pasar (market sounding); b. penetapan lokasi KPBU; c. pengadaan Badan Usaha Pelaksana yang mencakup persiapan

dan pelaksanaan pengadaan Badan Usaha Pelaksana; d. penandatanganan perjanjian KPBU; dan e. pemenuhan pembiayaan (financial close).

STRATEGI PENDANAAN PEMBANGUNAN

Contoh Proyek KPBU: Sistem Penyediaan Air Minum Kota Pekanbaru Tahun 2015 sebesar Rp1,38 T.

Infrastruktur ekonomi dan sosial:

Penanggung Jawab Proyek:

Transportasi, jalan, sumber daya air dan irigasi, air minum, sistem pengelolaan air limbah, sistem pengelolaan persampahan, ketenagalistrikan, minyak dan gas bumi dan energi terbarukan, konservasi energi, fasilitas pendidikan, kesehatan, dan perumahan rakyat

- Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah selaku Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK), yang dilakukan dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan di bidang sektor.

- BUMN dan/atau BUMD dapat bertindak sebagai PJPK, sepanjang diatur dalam peraturan perundang-undangan sektor. - PJPK menetapkan bentuk pengembalian investasi meliputi penutupan biaya modal, biaya operasional, dan keuntungan

Badan Usaha.

Bersumber dari:- pembayaran oleh pengguna dalam bentuk tarif;- pembayaran ketersediaan layanan (availability payment); dan/atau- bentuk lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

Menteri Keuangan dapat memberikan Dukungan Pemerintah dalam bentuk Dukungan Kelayakan dan/atau insentif perpajakan, berdasarkan usulan PJPK.

Pengembalian investasi

KEMENTERIAN KEUANGAN

OUTLINE

41

Rancangan Undang-Undang Hubungan Keuangan Pusat & Daerah:Pengaturan yang lebih komprehensif mengikuti peningkatan kompleksitas hubungan keuangan antar berbagai level pemerintahan

Hubungan

Keuangan

Daerah dg

LNP & BUMD

Prov dg

Kab/Kota

Antar Daerah

Pemerintah

Pusat &

Daerah

Desentralisasi Pendapatan:

Pengelolaan PAD

TKDD

Pinjaman Daerah

Desentralisasi Belanja:

Belanja sesuai prioritas daerah

Belanja yg ditentukan penggunaannya

Pendanaan tugas pembantuan;

Bagi hasil pajak provinsi;

Hibah antar pemerintah;

Pinjaman antar pemerintah;

Pelaksanaan Dana Otsus & DK DIY;

Sinkronisasi usulan DAK Fisik;

Evaluasi APBD kab./kota.

Pendanaan kerja sama

Hibah antar Daerah

Pinjaman antar Daerah

Bantuan keuangan

Kerjasama dengan pihak ketiga;

Kerja sama dengan lembaga atau pemda LN;

Pinjaman kepada BUMD;

Hibah kepada lembaga nonpemerintah/BUMD;

Subsidi kepada BUMD; dan

Penyertaan modal kepada BUMD.

KEMENTERIAN KEUANGAN 42

Rancangan Undang-Undang Hubungan Keuangan Pusat & Daerah:Perubahan Substansial dalam rangka terciptanya HKPD yang lebih berkualitas

Optimalisasi peran DAU sebagai

equalization grant dengan:

menghilangkan Alokasi Dasar, dengan masa transisi.

mengukur Kapasitas Fiskal dengan pendekatan

potensi.

mengukur Kebutuhan Fiskal dengan memperkirakan

kebutuhan sektoral.

menggunakan cluster provinsi & kab/kota.

Reformulasi DAK utk menjaga prioritas

nasional & keseimbangan layanan publik

antar daerah: pendekatan proposal based.

pendekatan lokasi prioritas.

pendekatan unit cost.

sinkronisasi & harmonisasi dg Belanja K/L &

Daerah.

Mekanisme penyaluran DAK & Dana

Desa yang berbasis kinerja: kinerja output

kinerja penyerapan

Pengaturan pengelolaan keuangan

daerah yang adil, transparan, &

akuntabel: Pengaturan penggunaan DTU setidaknya 25%

untuk belanja infrastruktur

Konversi penyaluran DTU bagi daerah yg memiliki

kas dan/atau simpanan dalam jumlah tidak wajar.

Rp Rp

RpRp

Mendorong penggunaan pinjaman daerah

sbg sumber pendanaan: Pembentukan lembaga pembiayaan yang

mendapat penugasan khusus (LPPI)

Pengaturan mengenai Obligasi Daerah Syariah

Monev untuk menjaga kualitas belanja

daerah

Perluasan objek monev meliputi keseluruhan

siklus administrasi pemerintahan, mulai dari

perencanaan sampai dengan pemantauan

outcome.

Hasil monev menjadi dasar kebijakan TKDD

tahun berikutnya.Pengaturan DID sebagai bentuk

reward Memberikan insentif bagi daerah

yang berkinerja baik berdasarkan

kriteria tertentu

KEMENTERIAN KEUANGAN 43

Penetapan APBD yang:• berkualitas

• tepat waktu

Perencanaan penyusunan RKPD:

• sesuai kebutuhan dan

prioritas daerah, serta selaras

dengan prioritas nasional

Pelaksanaan belanja yang efisien dengan

pemantauan oleh DPRD

Evaluasi:Eksekutif dan legislatif

mereviu kebijakan untuk

menjaga efektivitas belanja

Stabilisasi politik, ekonomi, dan

sosial

Peningkatan daya saing

(competitiveness)

daerah

Pembentukan pelayanan satu pintu (one stop services)

Deregulasi dan

debirokratisasi

Penyederhanaan

perizinan investasi

di daerah

Sinergi

Pembangunan

di Daerah

Sinergi Pemda dan DPRD

TANTANGAN DAN STRATEGI (5)SINERGI PEMBANGUNAN DAERAH

KEMENTERIAN KEUANGAN 44

Terima Kasih