laporan dbh dau dak kalteng
TRANSCRIPT
5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 1/40
Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN
ATAS
PENYALURAN DAN PENERIMAAN DANA PERIMBANGAN
(DANA BAGI HASIL, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS)
PADA
1. PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
2. KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA PALANGKA RAYA
3. KANTOR PELAYANAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PALANGKA RAYA
DI
PALANGKA RAYA
PERWAKILAN BPK-RI DI PALANGKA RAYA
NOMOR : /LHP/S/XIX.PAL/11/2007
TANGGAL : November 2007
5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 2/40
2
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
Ringkasan Eksekutif
Berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan dan
Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggungjawab Keuangan Negara Badan Pemeriksa Keuangan (BPK-RI) telah memeriksa
Pengelolaan Dana Perimbangan yang mencakup Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Bagi
Hasil (DBH) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Pengelolaan Dana Perimbangan yang
diperiksa adalah proses penetapan alokasi, dasar pencairan, dan ketepatan sasaran, jumlah dan
waktu penerimaan Tahun Anggaran 2006 dan 2007 posisi 30 Juni 2007 pada Pemerintah
Provinsi Kalimantan Tengah, Kantor Wilayah Perbendaharaan XVII di Palangka Raya,
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Palangka Raya, dan Kantor Pelayanan Pajak Bumi
dan Bangunan Palangka Raya serta Bank Operasional (Bank Mandiri Cabang Palangka
Raya).
Pemeriksaan atas pengelolaan dana perimbangan bertujuan untuk menilai apakah rancangan
dan implementasi pengendalian intern dalam proses penetapan data alokasi, pencairan dan
penerimaan dana perimbangan telah memadai serta kepatuhan terhadap peraturan
perundangan yang terkait dengan dana perimbangan.
Dana Perimbangan bertujuan untuk menciptakan keseimbangan keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Daerah dan antara Pemerintahan Daerah. Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana
Bagi Hasil (DBH) dari penerimaan pajak dan SDA, Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana
Alokasi Khusus (DAK) merupakan sumber pendanaan bagi daerah dalam pelaksanaan
desentralisasi, yang alokasinya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain mengingat
tujuan masing-masing jenis penerimaan tersebut saling mengisi dan melengkapi.
Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari APBN yang dibagihasilkan kepada Daerah
berdasarkan angka persentase tertentu dengan memperhatikan potensi daerah penghasil.
Dana Alokasi Umum bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar daerah melalui
penerapan formula yang mempertimbangkan kebutuhan belanja pegawai, kebutuhan fiskal,
dan potensi daerah. Kebutuhan daerah dicerminkan dari luas daerah, keadaan geografis, jumlah penduduk, tingkat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat di daerah, dan tingkat
pendapatan masyarakat di daerah. Sedangkan kapasitas fiskal dicerminkan dari Pendapatan
Asli Daerah, Dana Bagi Hasil Pajak, dan Sumber Daya Alam.
Dana Alokasi Khusus dimaksudkan untuk mendanai kegiatan khusus yang menjadi urusan
daerah dan merupakan prioritas nasional, sesuai dengan fungsi yang merupakan perwujudan
tugas kepemerintahan di bidang tertentu, khususnya dalam upaya pemenuhan kebutuhan
sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat.
Hasil pemeriksaan atas penyaluran dan penerimaan dana perimbangan di Provinsi Kalimantan
Tengah menunjukkan bahwa penyaluran dan penerimaan DAU/DAK/DBH secara umum
telah tepat sasaran/jumlah/waktu kecuali untuk hal-hal sebagai berikut:
5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 3/40
3
1. Mekanisme Pembagian Dana Bagi Hasil (DBH) SDA Sektor Kehutanan tidak memadai,
sehingga mengakibatkan lemahnya pengendalian atas seluruh proses penyaluran IHPH
dan PSDH serta dapat mendorong terjadinya penyalahgunaan penerimaan, dan
penerimaan Pemprov atas DBH PSDH kurang sebesar Rp1.940.926.315,00.
2. Mekanisme Pembagian Dana Bagi Hasil SDA Pertambangan Umum tidak memadai,
sehingga mengakibatkan lemahnya pengendalian atas seluruh proses penyaluran landrent
dan royalty serta dapat mendorong terjadinya penyalahgunaan penerimaan, dan
penerimaan Pemprov atas Kontrak Karya kurang sebesar Rp1.796.896.806,50.
3. Terdapat iuran SDA Pertambangan Umum tahun 2006 dan 2007 yang tidak disetor ke
rekening pemerintah pusat, sehingga jumlah yang disetor oleh pengusaha tambang tidak
terpantau, dan penerimaan sebesar Rp63.317.016,00 tidak disetor ke rekening pemerintah
pusat.
4. Penyaluran DAU tidak tepat waktu dan rekening tujuan sehingga mengakibatkanhilangnya kesempatan Pemprov untuk memperoleh pendapatan jasa giro/bunga deposito
sebesar Rp162.253.031,06.
5. Pencatatan dan pelaporan realisasi bagi hasil pajak tidak akurat, sehingga mengakibatkan
pengendalian atas pelaporan jumlah setoran bagi hasil pajak lemah.
Hal tersebut pada dasarnya terjadi karena Pemerintah Pusat belum menyusun mekanisme
pembayaran, penghitungan, dan penyaluran SDA sektor kehutanan dan pertambangan umum
secara memadai, kurangnya koordinasi diantara pejabat daerah terkait, adanya kebijakan Karo
Keuangan yang kurang tepat dan kelalaian pihak Bank.
Berkenaan dengan hal tersebut di atas, BPK-RI menyarankan agar:
1. Menteri Keuangan dan Menteri Kehutanan menyusun mekanisme dan prosedur pencairan
dana bagi hasil sektor kehutanan yang efisien dan efektif yang menjamin ketepatan
penghitungan hak daerah dan waktu pencairan dana bagi hasil;
2. Menteri Keuangan dan Menteri ESDM menyusun mekanisme dan prosedur pencairan
dana bagi hasil sektor pertambangan yang efisien dan efektif yang menjamin ketepatan
penghitungan hak daerah dan waktu pencairan dana bagi hasil;
3. Kepala Daerah mendata kembali seluruh penerimaan SDA Pertambangan yang disetor
langsung ke Kas Daerah dan menyetorkan ke rekening Pemerintah Pusat;
4. Kepala Daerah mengirim surat yang berisi permintaan agar semua bupati/walikota diKalimantan Tengah menyetor penerimaan dari sektor pertambangan langsung ke rekening
Pemerintah Pusat;
5. Kepala Daerah meminta Community Manager Bank Mandiri Cabang Palangka Raya agar
mengganti kerugian yang diderita Pemprov Kalteng karena keterlambatan transfer DAU
ke Kas Daerah sebesar Rp55.452.054,79;
6. Kepala Daerah memerintah Kepala Biro Keuangan agar menarik seluruh dana yang
ditempatkan pada giro maupun deposito Bank Mandiri ke rekening Kas Daerah di PT.
BPK, kecuali jika Bank Mandiri bersedia memberikan suku bunga yang lebih tinggi
daripada PT. BPK;
7. Kepala Daerah menegur Kepala Biro Keuangan yang lalai dalam melaksanakan tugasnya
selaku BUD dalam pengelolaan Kas Daerah;
5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 4/40
4
8. Kepala Daerah memerintah Kepala Dipenda menyusun prosedur yang lebih efektif terkait
pengumpulan data, pencocokan, dan evaluasi bagi hasil pajak dari PBB dengan bekerja
sama lebih aktif dengan KP-PBB dan Bank Operasional di wilayah Kalteng.
Palangka Raya, November 2007
PERWAKILAN BPK-RI DI PALANGKA RAYA,
KEPALA,
Drs. Mampan Manalu, MM
NIP. 240001206
5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 5/40
5
BAB I
GAMBARAN UMUM
1. Dasar Pemeriksaan
a. Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara;
b. Undang-Undang No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan;
c. Rencana Kerja Tahunan (RKT) BPK-RI TA 2007;
d. Rencana Kegiatan Pemeriksaan (RKP) BPK-RI (Revisi) Semester II TA 2007.
2. Standar Pemeriksaan
Peraturan BPK-RI Nomor 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan
Negara.
3. Entitas yang Diperiksa
a. Kantor Wilayah Perbendaharaan XVII di Palangka Raya;
b. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara di Palangka Raya;
c. Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan di Palangka Raya;
d. Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah;
e. Bank Operasional (Bank Mandiri Cabang Palangka Raya).
4. Tahun Anggaran yang Diperiksa
Tahun anggaran 2006 dan 2007 (Semester I).
5. Metodologi Pemeriksaan
Pemeriksaan atas pengelolaan dana perimbangan akan memberikan penilaian
terhadap pengelolaan dan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran, pelaksanaan
SPI, serta akurasi informasi keuangan dengan pendekatan-pendekatan berikut :
a. Pendekatan Risiko
Metodologi yang diterapkan dalam melakukan pemeriksaan terhadap pengelolaan
dan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran dilakukan dengan menggunakan
pendekatan risiko, yang didasarkan pada pemahaman dan pengujian atas efektivitas
SPI, antara lain terhadap cara penetapan alokasi dana perimbangan, cara pencatatan
dan pengeluaran uang maupun pelaporannya.
Hasil pemahaman dan pengujian atas SPI tersebut akan menentukan tingkat
keandalan SPI, sesuai asersi manajemen dan ketentuan yang berlaku.
Penetapan risiko pemeriksaan (audit risk ) simultan dengan tingkat keandalan
pengendalian (risiko pengendalian) serta tingkat bawaan (inherent risk ) entitas
yang akan diperiksa dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan risiko
5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 6/40
6
deteksi (detection risk ) yang diharapkan dan jumlah pengujian yang akan dilakukan
serta menentukan fokus pemeriksaan.
b. Materialitas
Materialitas dalam pemeriksaan ditetapkan dengan menggunakan persentase atas
total anggaran yang akan diperiksa. Penerapan tingkat materialitas pemeriksaan
adalah konservatif atau rendah, dengan mempertimbangkan bahwa pengguna
laporan dhi. DPR-RI dan DPRD akan memperhatikan aspek legalitas dan
ketaatan terhadap ketentuan yang berlaku dalam proses pertanggungjawaban
keuangan. Tingkat materialitas dalam pemeriksaan ini ditetapkan sebesar 0,5 %
dan dijadikan pertimbangan dalam menentukan kedalaman pengujian yang akan
dilakukan. Standar materialitas di atas terutama berkaitan dengan akurasi angka-
angka dalam laporan keuangan, namun tidak berlaku atas penyimpangan yang
berkaitan dengan ketaatan terhadap ketentuan yang berlaku dalam pelaksanaan
kegiatan penggunaan anggaran. Kesalahan penyajian yang ditemukan dari hasil
pengujian atas penjumlahan secara vertikal dan horizontal (footing dan cross
footing) dan kesalahan pembebanan dalam mata anggaran yang mengurangi
akurasi penyajian informasi keuangan, selanjutnya disimpulkan sehingga dapat
disusun materialitasnya.
c. Pengujian dalam pemeriksaan
Pemeriksaan terhadap kegiatan pelaksanaan anggaran dilakukan dengan
pemahaman atas SPI. Pengujian terhadap pelaksanaan pengendalian terbatas pada
angka-angka yang disajikan untuk dapat mengumpulkan bukti-bukti yang
mendukung kesimpulan pemeriksaan. Dalam pemeriksaan ini dilakukan pengujiansubstantif atas transaksi keuangan secara terbatas.
d. Uji petik pemeriksaan (audit sampling)
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara melakukan pengujian secara uji-petik atas
unit-unit dalam populasi yang akan diuji. Kesimpulan pemeriksaan akan
diperoleh berdasarkan hasil uji-petik yang dijadikan dasar untuk menggambarkan
kondisi dari populasinya. Dalam pemeriksaan ini, pemeriksa dapat menggunakan
metode non statistical sampling atau metode statistical sampling dengan
memperhatikan kecukupan jumlah sampel yang dipilih baik dari segi nilai rupiah
atau jenis transaksinya.
e. Pelaporan
Setiap permasalahan yang ditemukan dalam pemeriksaan pelaksanaan anggaran
selanjutnya dikomunikasikan dengan entitas yang diperiksa untuk memperoleh
tanggapan tertulis sebelum disajikan sebagai temuan pemeriksaan. Atas temuan yang
dituangkan dalam hasil pemeriksaan tersebut selanjutnya diberikan saran tindak
perbaikan yang disajikan dalam laporan yang sama.
6. Waktu Pemeriksaan
Pemeriksaan dilaksanakan dari tanggal 10 s.d. 29 September 2007.
5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 7/40
7
7. Obyek Pemeriksaan
Obyek pemeriksaan adalah penyaluran dana bagi hasil Provinsi Kalimantan Tengah
tahun 2006 dan 2007 (Semester I).
8. Batasan Pemeriksaan
Pemeriksaan atas dana perimbangan ini tidak termasuk dana Otonomi Khusus (Otsus)
dan penyesuaian, dana darurat dan penggunaan dana perimbangan. Dalam pemeriksaan
ini Tim Pemeriksa BPK Palangka Raya tidak menemukan hambatan dari pihak-pihak
yang diaudit. Semua data yang diperlukan telah diberikan secara cepat dan tepat oleh
pihak yang diperiksa.
5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 8/40
8
BAB II
PENGELOLAAN DANA PERIMBANGAN
1. Landasan Hukum Dana Perimbangan
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Daerah;
b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
c. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan atas Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Negara;
d. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
e. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;
f. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan.
2. Pengertian Dana Perimbangan
Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi. Dana perimbangan tersebut dibentuk untuk mendukung
pendanaan program otonomi. Dana perimbangan meliputi dana alokasi umum
(DAU), dana alokasi khusus (DAK), dan dana bagi hasil (DBH).
DAU bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar-daerah yang
dimaksudkan untuk mengurangi ketimpangan kemampuan keuangan antar-daerah
melalui penerapan formula yang mempertimbangkan kebutuhan dan potensi daerah.DAU suatu daerah ditentukan atas besar kecilnya celah fiskal ( fiscal gap) suatu
daerah, yang merupakan selisih antara kebutuhan daerah ( fiscal need ) dan potensi
daerah ( fiscal capacity). Alokasi DAU bagi daerah yang potensi fiskalnya besar
tetapi kebutuhan fiskal kecil akan memperoleh alokasi DAU relatif kecil.
Sebaliknya, daerah yang potensi fiskalnya kecil, namun kebutuhan fiskal besar akan
memperoleh alokasi DAU relatif besar. Secara implisit, prinsip tersebut menegaskan
fungsi DAU sebagai faktor pemerataan kapasitas fiskal.
DAK dimaksudkan untuk membantu membiayai kegiatan-kegiatan khusus pada
daerah tertentu yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional,
khususnya untuk membiayai kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasarmasyarakat yang belum mencapai standar tertentu atau untuk mendorong percepatan
pembangunan daerah.
DBH adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dibagihasilkan
kepada Daerah berdasarkan angka persentase tertentu. Pengaturan DBH dalam
Undang-Undang ini merupakan penyelarasan dengan Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah,
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000. Dalam Undang-Undang
ini dimuat pengaturan mengenai Bagi Hasil penerimaan Pajak Penghasilan (PPh)
Pasal 25/29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21 serta sektor
pertambangan panas bumi sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor
27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi. Selain itu, dana reboisasi yang semula
termasuk bagian dari DAK, dialihkan menjadi DBH.
5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 9/40
9
3. Penetapan dan Alokasi Dana Perimbangan
a. Dana Bagi Hasil (DBH)
Penetapan alokasi DBH Pajak ditetapkan Menteri Keuangan sedangkan Menteri
teknis menetapkan daerah penghasil dan dasar penghitungan DBH Sumber Daya
Alam setelah berkonsultasi dengan Menteri Dalam Negeri. Ketetapan menteri teknis
tersebut disampaikan kepada Menteri Keuangan untuk ditetapkan perkiraan alokasi
DBH Sumber Daya Alam untuk masing-masing daerah.
DBH PBB dibagi dengan imbangan 10% untuk Pemerintah dan 90% untuk daerah.
DBH PBB untuk daerah sebesar 90% dibagi dengan rincian 16,2% untuk provinsi
yang bersangkutan dan 64,8% untuk kabupaten/kota yang bersangkutan serta 9%
untuk biaya pemungutan. Bagian Pemerintah sebesar 10% dialokasikan kepada
seluruh kabupaten dan kota.
DBH BPHTB dibagi dengan imbangan 20% untuk Pemerintah dan 80% untuk
daerah. DBH BPHTB untuk daerah sebesar 80% dibagi dengan rincian 16% untuk
provinsi yang bersangkutan dan 64% untuk kabupaten/kota yang bersangkutan.
Bagian Pemerintah sebesar 20% dialokasikan dengan porsi yang sama besar untuk
seluruh kabupaten dan kota.
DBH PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21 dibagikan kepada daerah sebesar 20% dengan
rincian 8% untuk provinsi yang bersangkutan dan 12% kabupaten/kota dalam
provinsi yang bersangkutan.
DBH SDA yang terdiri dari Kehutanan, Pertambangan Umum, Perikanan,Pertambangan Minyak Bumi, Pertambangan Gas Bumi, dan Pertambangan Panas
Bumi dibagikan dengan rincian sebagai berikut:
No DBH SDA ProvinsiKota/Kab
Penghasil
Kota/Kab
prov ybs
1 Kehutanan
a. IIUPH 16 % 64 %
b. PSDH 16% 32 % 32 %
c. Dana Reboisasi 40%
2 Pertambangan Umum
a. Land-rent 16 % 64 %
b. Royalty 16% 32 % 32 %
3 Perikanan 80% dibagikan ke seluruh kota/kab
4 Pertambangan Minyak Bumi 3% 6% 6%
5 Pertambangan Gas Bumi 6% 12% 12%
6 Pertambangan Panas Bumi
a. Setoran Bag Pemerintah 16% 32 % 32 %
b. Iuran Tetap & Produksi 80% prorata
5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 10/40
10
b. Dana Alokasi Umum
Alokasi DAU per daerah ditetapkan dengan Peraturan Presiden. Alokasi DAU
tambahan dengan Peraturan Menteri Keuangan. DAU dialokasikan untuk provinsi
dan kabupaten/kota. Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26%
dari Pendapatan Dalam Negeri Neto. Proporsi DAU antara provinsi dan
kabupaten/kota dihitung dari perbandingan antara bobot urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan provinsi dan kabupaten/kota.
DPOD memberikan pertimbangan atas rancangan kebijakan formula dan perhitungan
DAU kepada Presiden sebelum penyampaian Nota Keuangan dan RAPBN tahun
anggaran berikutnya. Menteri Keuangan melakukan perumusan formula dan
penghitungan alokasi DAU dengan memperhatikan pertimbangan DPOD. Menteri
Keuangan menyampaikan formula dan perhitungan DAU sebagai bahan penyusunan
RAPBN.
DAU untuk suatu daerah dialokasikan berdasarkan formula yang terdiri atas celah
fiskal dan alokasi dasar. Celah fiskal merupakan selisih antara kebutuhan fiskal dan
kapasitas fiskal. Kebutuhan fiskal diukur dengan menggunakan variabel jumlah
penduduk, luas wilayah, Indeks Kemahalan Konstruksi, Produk Domestik Regional
Bruto per kapita, dan Indeks Pembangunan Manusia. Kapasitas fiskal diukur
berdasarkan Pendapatan Asli Daerah dan DBH. Alokasi dasar dihitung berdasarkan
jumlah gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah.
c. Dana Alokasi Khusus
Menteri teknis mengusulkan kegiatan khusus yang akan didanai dari DAK dan
ditetapkan setelah berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan,dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional, sesuai dengan Rencana
Kerja Pemerintah.
Menteri teknis menyampaikan ketetapan tentang kegiatan khusus kepada Menteri
Keuangan untuk melakukan penghitungan alokasi DAK. Penghitungan alokasi DAK
dilakukan melalui dua tahapan, yaitu penentuan daerah tertentu yang menerima DAK
dan penentuan besaran alokasi DAK masing-masing daerah. Penentuan daerah
tertentu harus memenuhi kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.
4. Alokasi dan Realisasi Dana Perimbangan Provinsi Kalteng
NoTahun Anggaran/Jenis
Penerimaan
Anggaran
(Rp)
Realisasi
(Rp)
a. Tahun 2006
a) Dana Bagi Hasil 64.000.000.000,00 88.646.309.396,00
b) Dana Bagi Hasil Bukan Pajak 21.250.000.000,00 33.061.984.989,06
c) Dana Alokasi Umum 552.000.000.000,00 552.000.000.000,00
637.250.000.000,00 673.708.294.385,06
b. Tahun 2007 (Semester I)
a) Dana Bagi Hasil Pajak 78.225.000.000,00 9.015.346.103,00
b) Dana Bagi Hasil Bukan Pajak 26.250.000.000,00 1.729.549.894,00
c) Dana Alokasi Umum 571.290.000.000,00 333.252.500.000,00
675.765.000.000,00 343.997.395.997,00
5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 11/40
11
5. Sistem Pengendalian Manajemen Dana Perimbangan
a. Organisasi
Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah dhi Biro Keuangan menyelenggarakan
fungsi penyiapan dan pembukuan dokumen penerimaan dana perimbangan yang telah
diterima serta pengelolaan rekening penerimaan dana perimbangan yang telah
ditetapkan.
Meski telah terdapat Dinas Pendapatan Daerah yang menjadi leading sector
penerimaan daerah, fungsinya belum banyak berjalan. Sehingga yang terjadi data
yang ada di dispenda tidak bisa diandalkan dan masih tergantung data dari Biro
Keuangan. Juga tidak terdapat koordinasi yang baik antara dispenda dengan dinas
teknis (Pertambangan dan Kehutanan) dalam masalah data berapa hak penerimaan
Dana Bagi Hasil dari pemerintah pusat yang menjadi hak pemerintah provinsi.
Pembukuan dan penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi
Kalimantan Tengah dilakukan oleh Kepala Biro Keuangan yang membawahi Kepala
Bagian Anggaran, Kepala Bagian Verifikasi dan Pembukuan, Kepala Bagian
Perbendaharaan, dan Kepala Bagian Perangkaan dan Pelaporan. Dari Kepala Bagian
yang ada tersebut dalam tugas sehari-harinya dibantu oleh beberapa Kepala Sub
Bagian. Yang berperan penting dalam menghasilkan output Laporan Keuangan
Daerah adalah Bagian Verifikasi dan Pembukuan yang posisinya juga tidak terlepas
dari bagian yang lain maupun dengan seluruh unit kerja yang terkait dalam lingkup
Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah.
Pembukuan dan Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi
Kalimantan Tengah mulai Tahun Anggaran 2005 diselenggarakan berdasarkan
Peraturan Gubernur Kalimantan Tengah No. 59 Tahun 2005 tentang Sistem dan
Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah dan Akuntansi Keuangan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah yang merupakan penjabaran lebih lanjut Keputusan Menteri
Dalam Negeri No. 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan,
Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan
Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
b. Kebijakan
Seiring dengan lahirnya paket keuangan negara yang mencakup UU No 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Daerah, UU No 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara dan UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan atas Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Negara, reformasi pengelolaan keuangan negara
menuju terciptanya good governance terus bergulir dan mengalami penyempurnaan
dari aspek perencanaan, pengelolaan, pertanggungjawaban, dan pengawasan.
Reformasi pengelolaan keuangan negara tersebut berdampak pada landasan
pengelolaan keuangan daerah yang telah diterbitkan pada tahun 1999 yaitu UU 22
Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU 25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Dalam rangka sinkronisasi pengelolaankeuangan daerah maka dikeluarkan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah dan UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Derah.
5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 12/40
12
Dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah, penyerahan, pelimpahan, dan
penugasan urusan pemerintah kepada Daerah secara nyata dan bertanggung jawab
harus diikuti dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional
secara adil yang tercermin pada perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat danPemerintah Daerah seperti yang tertuang dalam UU 32 Tahun 2004.
Untuk menciptakan sistem perimbangan keuangan yang proporsional, demokratis,
adil dan transparan berdasarkan atas pembagian kewenangan Pusat dan Daerah, maka
diperlukan implementasi pengaturan dana perimbangan dan telah tertuang dalam PP
No. 55 Tahun 2005.
Dana Perimbangan bertujuan untuk menciptakan keseimbangan keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah dan antara Pemerintahan Daerah. Dana Perimbangan
yang terdiri dari Dana Bagi Hasil (DBH) dari penerimaan pajak dan SDA, Dana
Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan sumber
pendanaan bagi daerah dalam pelaksanaan desentralisasi, yang alokasinya tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lain mengingat tujuan masing-masing jenis penerimaan
tersebut saling mengisi dan melengkapi.
Dana Alokasi Umum bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar daerah
melalui penerapan formula yang mempertimbangkan kebutuhan belanja pegawai,
kebutuhan fiskal, dan potensi daerah. Kebutuhan daerah dicerminkan dari luas
daerah, keadaan geografis, jumlah penduduk, tingkat kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat di daerah, dan tingkat pendapatan masyarakat di daerah. Sedangkan
kapasitas fiskal dicerminkan dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil Pajak,
dan Sumber Daya Alam.
Dana Alokasi Khusus dimaksudkan untuk mendanai kegiatan khusus yang menjadi
urusan daerah dan merupakan prioritas nasional, sesuai dengan fungsi yang
merupakan perwujudan tugas kepemerintahan di bidang tertentu, khususnya dalam
upaya pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat.
Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari APBN yang dibagihasilkan kepada
Daerah berdasarkan angka persentase tertentu dengan memperhatikan potensi daerah
penghasil.
Kebijakan pada Dinas Pertambangan dan Energi Kalimantan Tengah secara umum
mengacu pada ketentuan pemerintah pusat mengenai penyaluran Dana Bagi Hasil.
Menyadari terdapat kelemahan pada mekanisme penerimaan DBH, ditetapkanPeraturan Gubernur No 63 Tahun 2006 (tertanggal 23 November) tentang Tatacara
Pengangkutan dan Penjualan Bahan Galian Tambang di Provinsi Kalimantan Tengah
yang diantaranya bertujuan agar hak-hak pemerintah, baik pusat, provinsi dan
kabupaten/kota dapat diperoleh secara adil.
c. Pencatatan dan Pelaporan
Dana perimbangan yang diterima oleh pemerintah daerah ditampung dalam rekening
kas daerah yang ditetapkan dengan suatu surat keputusan. Transfer dana tersebut
dicatat sebagai penerimaan/pendapatan daerah yang kemudian dilaporkan dalam
laporan realisasi anggaran yang dibuat setiap tahunnya sebagai pertanggungjawaban
kepada DPRD.
5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 13/40
13
Dalam realitasnya, masih terdapat perbedaan laporan realisasi dana bagi hasil pajak
dan bukan pajak antara Kanwil Perbendaharaan XVII dan Pemerintah Provinsi
Kalimantan Tengah.
d. Prosedur
Prosedur DBH Pajak
• Penyaluran DBH PBB dan BPHTB dilaksanakan secara mingguan;
• Penyaluran DBH PBB dan BPHTB bagian Pemerintah Pusat dilaksanakan dalam
3 (tiga) tahap, yaitu bulan April, bulan Agustus, dan bulan Nopember tahun
anggaran berjalan;
• Penyaluran DBH PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21 dilaksanakan berdasarkan
prognosa penerimaan PPh WPOPDN dan PPh Pasal21;
• Penyaluran DBH PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21 dilaksanakan dari triwulan I,II, dan III sebesar 20% (dua puluh persen) dari alokasi sementara, pada triwulan
IV penyaluran didasarkan atas selisih antara pembagian definitif dengan jumlah
dana yang telah dicairkan pada triwulan sebelumnya;
• Apabila terjadi kelebihan penyaluran triwulan I –III dibandingkan dengan
pembagian definitif, maka kelebihan tersebut akan diperhitungkan dalam
penyaluran tahun anggaran berikutnya.
Prosedur DBH SDA
• Penyaluran dilaksanakan secara Triwulanan
• Penyaluran dilaksanakan dengan cara pemindahbukuan dari Rekening KasUmum Negara ke Rekening Kas Umum Daerah.
• Penyaluran dilaksanakan berdasarkan realisasi penerimaan SDA tahun anggaran
berjalan.
• Penyaluran DBH Minyak Bumi dan Gas Bumi ke daerah dilakukan dengan
menggunakan asumsi dasar harga minyak bumi tidak melebihi130% (seratus tiga
puluh persen) dari penetapan dalam APBN tahun berjalan.
• Apabila asumsi dasar harga minyak bumi yang ditetapkan dalam APBN
Perubahan melebihi130% (seratus tiga puluh persen), selisih penerimaan tersebut
dialokasikan dengan menggunakan formula DAU.
Di Provinsi Kalimantan Tengah, mekanisme penghitungan DBH SDA kehutanan dan
pertambangan tidak memadai sehingga tidak bisa diyakini apakah seluruh hak
Pemerintah Provinsi telah tersalur. (lihat hasil temuan pemeriksaan Tim)
Prosedur DAU
Daerah mengajukan SPM (surat permintaan membayar) DAU 1/12 per bulan kepada
KPPN wilayah yg kemudian diproses sebagai dasar menerbitkan SP2D (surat
persetujuan pencairan dana) DAU 1/12 bulan yang kemudian oleh KPPN wilayah
ditransfer ke ke rekening keuangan daerah sebagai sumber pendapatan daerah.
Prosedur DAK
5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 14/40
14
Daerah mengajukan SPM DAK kepada KPPN wilayah yg kemudian diproses sebagai
dasar menerbitkan SP2D DAK yang kemudian oleh KPPN wilayah ditransfer ke ke
rekening keuangan daerah sebagai sumber pendapatan daerah.
e. Pengawasan
Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan yang didanai dari dana perimbangan
dilaksanakan oleh menteri teknis, dimana apabila terdapat indikasi adanya
penyimpangan, menteri teknis dapat meminta aparat pengawasan fungsional untuk
melakukan pemeriksaan.
Di lapangan didapati kurangnya peran pengawasan Bawasprov, sehingga tidak
mampu mendeteksi kelemahan mekanisme penerimaan Dana Bagi Hasil yang ada
serta keterlambatan penyaluran DAU oleh Bank Operasional.
5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 15/40
15
BAB III
HASIL PEMERIKSAAN DANA PERIMBANGAN
1. Mekanisme Pembagian Dana Bagi Hasil SDA Sektor Kehutanan Tidak Memadai
Dalam laporan keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah dilaporkan
penerimaan Bagi Hasil dari sektor kehutanan untuk tahun 2006 dan 2007 (s.d Agustus)
sebagai berikut.
Tabel 1.1
Realisasi Penerimaan PSDH dan IHPH
No Jenis PenerimaanRealisasi 2006
(Rp)
Realisasi 2007
s.d. Agustus (Rp)
Provinsi Kalimantan Tengah
1 Iuran Hak Pengusahaan Hutan (IHH) 963.444.000,00 0,00
2 Provisi Sumber Daya Alam (PSDH) 26.404.544.766,00 8.820.422.009,00
Jumlah 33.061.984.989,06 10.701.040.159,00
Untuk memastikan ketepatan penyaluran dan penerimaan dana bagi hasil tersebut
BPK telah mengumpulkan data penerimaan yang secara riil telah diterima oleh pemerintah
kabupaten/kota seluruh Kalimantan Tengah. Data tersebut dihimpun oleh Dinas Kehutanan
pada Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah. Selain itu, BPK juga melakukan wawancara
dengan Kepala Subdinas Produksi Hasil Hutan (Ir. Mursid Marsono) dan staf terkait
mengenai mekanisme penyaluran dana bagi hasil dari sektor kehutanan dari Pemerintah
Pusat.
Dari serangkaian wawancara diperoleh informasi bahwa perhitungan besaran dana
bagi hasil yang harus diterima pemerintah daerah (pemda) didasarkan pada realisasi
pembayaran IHH dan PSDH yang dilakukan para pengusaha di wilayah Kalimantan Tengah
secara langsung ke rekening milik pemerintah pusat sebagai berikut.
Tabel 1.2
Daftar Rekening Penampungan DR, PSDH, dan IHPH
No Pemilik Rekening No Rekening Bank
Sektor Kehutanan
1 Bendaharawan Penerima Setoran
Murni DR
1020004203904 Bank Mandiri Cabang Jakarta
Gedung Pusat Kehutanan
2 Bendaharawan Penerima Setoran
Tunggakan dan Denda DR
1020004203862 Bank Mandiri Cabang Jakarta
Gedung Pusat Kehutanan
3 Bendaharawan Penerima Setoran 1020004204001 Bank Mandiri Cabang Jakarta
5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 16/40
16
No Pemilik Rekening No Rekening Bank
Murni PSDH Gedung Pusat Kehutanan
4 Bendaharawan Penerima SetoranTunggakan dan Denda PSDH
1020004204092 Bank Mandiri Cabang JakartaGedung Pusat Kehutanan
5 Bendaharawan Penerima Setoran
IIUPH
1020004203870 Bank Mandiri Cabang Jakarta
Gedung Pusat Kehutanan
Diperoleh penjelasan pula bahwa untuk menghitung bagian yang harus diterima oleh
pemda untuk satu tahun anggaran tertentu, realisasi penyetoran para pengusaha harus
dicocokkan/direkonsiliasi dengan rekaman transaksi penerimaan yang dimiliki oleh
Departemen Kehutanan (Dephut). Proses rekonsiliasi tersebut dilakukan minimal setiap
triwulan di Jakarta dan dihadiri oleh dinas teknis terkait dari pemda seluruh Indonesia.
Berikut adalah rekapitulasi data penerimaan PSDH dari seluruh kabupaten/kota di Kalimantan
Tengah yang dihimpun oleh Dinas Kehutanan pada Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah
dan yang telah direkonsiliasi dengan departemen teknis terkait selama 2006 dan 2007.
Tabel 1.3
Realisasi Peneriman dan Hasil Rekonsiliasi PSDH Tahun 2006
No Tahap RekonsiliasiPenerimaan
PSDH (Rp)Ket
1 Tahap I, Februari 2006 17.545.544.237,88 Sisa 2004
12.526.320.708,80 Sisa 2005
16.431.010.703,00 2006
2 Tahap II, Mei 2006 8.582.460.766,60 2006
3 Tahap III, Juni 2006 16.072.422.094,00 2006
4 Tahap IV, Agustus 2006 33.064.490.093,00 2006
5 Tahap V, Oktober 2006 17.331.874.472,20 2006
6 Tahap VI, November 2006 10.793.294.992,02 2006
Total Penerimaan 132.347.418.067,50
Tabel 1.4
Realisasi Peneriman dan Hasil Rekonsiliasi PSDH Tahun 2007 (s.d. Agustus)
No Tahap RekonsiliasiPenerimaan
PSDH (Rp)Ket
1 Tahap I, Januari 2007 18.702.520.265,40 Sisa 2006
11.356.737.680,00 2007
2 Tahap II, April 2007 11.777.206.199,00 2007
3 Tahap III, Mei 2007 18.643.209.589,00 2007
5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 17/40
17
No Tahap RekonsiliasiPenerimaan
PSDH (Rp)Ket
4 Tahap IV, Agustus 2007 39.459.740.011,00 2007
Total Penerimaan 99.939.413.744,40
Selanjutnya dinyatakan bahwa setelah rekonsiliasi dilakukan, Dephut kemudian
membuat pengajuan pencairan kepada Departemen Keuangan (Depkeu) agar ditindaklanjuti
dengan penyaluran dana bagi hasil sektor kehutanan kepada pemda di seluruh Indonesia.
Berikut adalah data pengajuan tersebut untuk penyaluran dana bagi hasil selama 2006 dan
2007 (s.d. Agustus).
Tabel 1.5
Pengajuan Pencairan PSDH oleh Dephut kepada Depkeu Tahun 2006
No Surat PengajuanNilai yang
Diajukan (Rp)Ket
1 No. S201/II-RK/2006, 5 April 2006 13.148.488.409,62 Sisa 2004
2 No. S357/II-Ren/06, 29 Maret 2006 12.214.937.620,20 Sisa 2005
3 No. S358/II-Ren/06, 29 Maret 2006 16.488.076.179,00 2006
4 No. S745/II-Ren/06, 17 Juli 2006 24.033.663.660,60 2006
5 No. S1167/II-Ren/06, 18 Oktober 2006 32.298.326.059,00 2006
6 No. S1368/II-RK/06, 22 Desember 2006 22.463.465.368,22 2006
Total Pengajuan 120.646.957.296,64
Tabel 1.6
Pengajuan Pencairan PSDH oleh Dephut kepada Depkeu Tahun 2007
No Surat PengajuanNilai yang
Diajukan (Rp)Ket
1 No. S167/II-RK/2007, 23 Maret 2007 16.807.190.849,40 Sisa 2006
2 No. S168/II-RK/2007, 23 Maret 2007 10.773.977.040,00 2007
3 No. S40/II-RK/2007, 16 Juli 2007 327.202.000,00 Sisa 2006
4 No. S40/II-RK/2007, 16 Juli 2007 29.924.649.788,00 2007
Total Pengajuan 57.833.019.677,40
Sementara terkait dengan Iuran Hak Pengusahaan Hutan (IHPH), Kepala Subdinas
Produksi Hasil Hutan menyatakan bahwa rekonsiliasi IHPH terakhir dilakukan untuk tahun
2007 yang ditindaklanjuti dengan surat pengajuan nomor S4/I-RK/2/2007 tanggal 27 Februari
2007 dari Dephut kepada Depkeu. Nilai yang diajukan melalui surat tersebut adalah
Rp15.921.700.000,00. Sedangkan untuk penerimaan 2006 tidak ada rekonsiliasi.
5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 18/40
18
Dari wawancara dan data yang diberikan terkait dengan penyaluran PSDH dan IHPH
tersebut dapat disimpulkan bahwa proses penetapan dan penyaluran dana bagi hasil sektor
kehutanan tidak memadai. Hal ini tampak dari panjangnya proses penetapan dan penyaluran
tersebut dan dari inkosistensi antara data rekonsiliasi, pengajuan, dan realisasi penerimaanPSDH dan IHPH. Inkonsistensi tersebut dapat terlihat jelas dari ringkasan berikut.
Tabel 1.7
Perbandingan Data Rekonsiliasi, Pengajuan, dan Penerimaan IHPH dan PSDH
Tahun/Jenis
Penerimaan
Rekonsiliasi
(Rp)
Pengajuan
(Rp)
Hak Pemda
Berdasarkan
Rekonsiliasi* (Rp)
Hak Pemda
Berdasarkan
Pengajuan* (Rp)
Realisasi
Penerimaan
(Rp)
2006
IHPH Tdk ada rekonsiliasi Data tidak ada - - 963.444.000,00
PSDH 132.347.418.067,50 120.646.957.296,64 21.175.586.890,80 19.303.513.167,46 26.404.544.766,00
2007
IHPH Data tidak ada 15.921.700.000,00 - 2.547.472.000,00 0,00
PSDH 99.939.413.744,40 57.833.019.677,40 15.990.306.199,10 9.253.283.148,00 8.820.422.009,00
Total IHPH - 15.921.700.000,00 - 2.547.472.000,00 963.444.000,00
Total PSDH 232.286.831.811,90 178.479.976.974,04 37.165.893.089,9 28.556.796.315,46 35.224.966.775,00
* 16% dari jumlah total PSDH/IHPH
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa realisasi penerimaan IHPH dan PSDH oleh
Pemprov Kalteng tidak sama dengan besaran hak yang dihitung berdasarkan hasil rekonsiliasi
maupun pengajuan. Untuk tahun 2006, terlihat bahwa Pempov mencatat penerimaan IHPH
sebesar Rp963.444.000,00, namun penerimaan ini tidak dapat diverifikasi berasal dari mana,
karena proses rekonsiliasi dan pengajuan dalam tahun itu tidak dilakukan atau tidak ada data
yang diterima oleh Pemprov sebagai bahan pencocokan. Untuk tahun 2007 dari tabel terlihat
bahwa IHPH sampai Agustus yang telah menjadi hak Pemprov berdasarkan pengajuan adalah
Rp2.547.472.000,00, namun sampai saat ini hak tersebut belum diterima Pemprov.
Selanjutnya untuk PSDH tahun 2006 dicatat penerimaan sebesar
Rp26.404.544.766,00. Jumlah ini lebih besar bila dibandingkan dengan perhitungan
berdasarkan hasil rekonsiliasi (Rp21.175.586.890,80) maupun pengajuannya
(Rp19.303.513.167,46). Untuk 2007 terlihat bahwa realisasi penerimaannya
(Rp8.820.422.009,00) lebih kecil bila dibandingkan dengan hak yang dihitung berdasarkan
hasil rekonsiliasi (Rp15.990.306.199,10) dan pengajuan (Rp9.253.283.148,00). Jika dihitung
berdasarkan jumlah hasil rekonsiliasi, Pemprov Kalteng seharusnya memperoleh bagian
sebesar Rp37.165.893.090,00, sementara jumlah yang sudah diterima adalah
Rp35.224.966.775,00. Jadi secara keseluruhan PSDH yang belum diterima oleh Pemprov
sampai dengan September 2007 mencapai Rp1.940.926.315,00.
5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 19/40
19
Dari fakta tersebut BPK menyimpulkan dua hal. Pertama, proses penetapan dan
penyaluran bagi hasil sektor kehutanan tidak transparan dan akuntabel. Dikatakan tidak
transparan karena tidak semua penerimaan yang menjadi hak Pemda dilakukan
pencocokan/pengajuan. Hal ini terjadi pada penerimaan dari IHPH yang tidak pernahdirekonsiliasi. Dikatakan tidak akuntabel karena pengajuan oleh Departemen Kehutanan
kepada Departemen Keuangan tidak didasarkan pada hasil rekonsiliasi yang telah dilakukan.
Dari tabel tersebut tampak bahwa pengajuan yang dilakukan selalu lebih kecil dari pada hasil
rekonsiliasi. Realisasi penyaluran PSDH dan IHPH oleh Departemen Keuangan selalu
berbeda dengan pengajuan Departemen Kehutanan dan tidak dapat dicocokkan dengan data
hasil rekonsiliasi (lihat Tabel 1.7).
Kedua, terkait dengan mekanisme rekonsiliasi itu sendiri, BPK menilai bahwa hal
tersebut tidak efektif karena hasil rekonsiliasi sering tidak menjadi dasar pencairan dana bagi
hasil. Di samping itu, mekanisme rekonsiliasi juga tidak efisien karena cenderung
menimbulkan beban keuangan daerah. Dengan rekonsiliasi pemda seluruh Indonesia harusmengeluarkan biaya untuk pejabat dan staf terkait untuk menghadiri acara rekonsiliasi di
Jakarta paling tidak empat kali dalam setahun. Lalu kehadiran mereka di Jakarta tidak
menjamin ketepatan penyaluran hak dana bagi hasil yang harus diterima pemda.
Proses penyaluran PSDH dan IHPH seperti dijelaskan di atas tidak sesuai dengan:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan, khususnya
terkait Pasal 16 yang menyatakan bahwa bagian provinsi untuk IUHPH dan PSDH adalah
sebesar 16%.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah, Pasal 4 yang antara lain menyatakan bahwa keuangan daerah harus dikelolasecara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif,
transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, dan
manfaat untuk masyarakat.
Kondisi seperti dijelaskan di atas mengakibatkan hal-hal berikut.
a. Proses penyaluran yang tidak transparan dan akuntabel tersebut mengakibatkan lemahnya
pengendalian atas seluruh proses penyaluran IHPH dan PSDH. Mekanisme tersebut
menyulitkan kontrol oleh pemerintah daerah selaku pihak yang mempunyai hak atas
penerimaan dari SDA sektor kehutanan tersebut. Selanjutnya, proses penyaluran yang
tidak transparan akan mendorong penyalahgunaan penerimaan IHPH dan PSDH oleh
Departemen Kehutanan.
b. Ketidaktepatan jumlah yang disalurkan ke Pemprov mengakibatkan kekurangan
perolehan dana bagi hasil dari PSDH minimal sebesar Rp1.940.926.315,00 .
Hal tersebut disebabkan oleh Pemerintah Pusat belum menyusun mekanisme
pembayaran, penghitungan, dan penyaluran SDA sektor kehutanan secara memadai yang
memungkinan kontrol oleh semua pihak yang terkait.
Atas temuan tersebut Wakil Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kalteng menyatakan
bahwa perbedaan antara hasil rekonsiliasi dan pengajuan pencairan bagi hasil disebabkan oleh
adanya proses pengecekan kembali oleh Setjen Dephut guna mengakuratkan data. Kesalahandata biasa terjadi karena proses rekonsiliasi dilakukan secara manual sehingga faktor human
5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 20/40
20
error dalam proses rekonsiliasi dapat terjadi. Selanjutnya, terkait perbedaan pengajuan dan
pencairan disebabkan oleh ketidaktepatan waktu pencairan oleh Depkeu. Ke depan, Dishut
bersama-sama dengan Dipenda akan lebih proaktif dan berkoordinasi agar penyaluran Dana
Perimbangan dapat berjalan efisien dan optimal.
BPK RI merekomendasikan kepada Menteri Kehutanan dan Menteri Keuangan untuk
menyusun mekanisme dan prosedur pencairan dana bagi hasil sektor kehutanan yang efisien
dan efektif yang menjamin ketepatan penghitungan hak daerah dan waktu pencairan dana
bagi hasil tersebut. Salah satu yang dapat menjadi acuan dalam hal ini adalah mekanisme dan
prosedur bagi hasil PBB dimana pembagian PBB dilakukan secara otomatis oleh Bank
Operasional berdasarkan norma proporsi pembagian yang telah ditetapkan oleh Undang-
undang.
5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 21/40
21
2. Mekanisme Pembagian Dana Bagi Hasil SDA Pertambangan Umum Tidak
Memadai
Dalam laporan keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah dilaporkan
penerimaan Bagi Hasil dari sektor pertambangan untuk tahun 2006 dan 2007 (s.d 8
September) sebagai berikut.
Tabel 2.1
Realisasi Penerimaan SDA Tahun 2006 dan 2007 (s.d. 8 September)
No Jenis PenerimaanRealisasi 2006
(Rp)
Realisasi 2007
s.d. 8 Sep (Rp)
Provinsi Kalimantan Tengah
1 Iuran Tetap ( Land rent ) 1.212.323.414,06 620.654.180,00
2 Iuran Eksplorasi & Eksploitasi ( Royalty) 4.481.672.809,00 1.259.963.970,00
Jumlah 5.693.996.223,06 1.880.618.150,00
Untuk memastikan ketepatan penyaluran dan penerimaan dana bagi hasil tersebut
BPK telah mengumpulkan data penerimaan yang secara riil telah diterima oleh pemerintah
kabupaten/kota seluruh Kalimantan Tengah. Data tersebut dihimpun oleh Dinas
Pertambangan dan Energi pada Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah. Selain itu, BPK
juga melakukan wawancara dengan beberapa pejabat dan staf terkait mengenai mekanisme
penyaluran dana bagi hasil sektor pertambangan dari Pemerintah Pusat.
Dari serangkaian wawancara diperoleh informasi bahwa perhitungan besaran dana
bagi hasil yang harus diterima pemerintah daerah (pemda) didasarkan pada realisasi
pembayaran land rent dan royalty yang dilakukan para pengusaha di wilayah Kalimantan
Tengah. Pembayaran tersebut dilakukan oleh para pengusaha secara langsung ke rekening
milik pemerintah pusat sebagai berikut.
Tabel 2.2
Daftar Rekening Setoran SDA Pertambangan
No Pemilik Rekening No Rekening Bank
1 Departemen ESDM (IKP dan PKP2B) 501000000 Bank Indonesia
2 Departemen Keuangan (Kontrak Karya) 508000071 Bank Indonesia
Oleh Kepala Subdinas Pertambangan Umum (Rivanus Tarigan) pada Dinas
Pertambangan dan Energi dijelaskan bahwa untuk menghitung bagian yang harus diterima
untuk satu tahun anggaran tertentu, pemda harus melakukan rekonsiliasi dengan Departemen
Energi dan Sumber Daya Mineral (Departemen ESDM). Proses rekonsiliasi tersebut
dilakukan minimal setiap triwulan di Jakarta dan dihadiri oleh dinas teknis terkait dari pemdaseluruh Indonesia.
5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 22/40
22
Berikut adalah rekapitulasi data penerimaan land rent dan royalty dari seluruh
kabupaten/kota di Kalimantan Tengah yang berhasil dihimpun oleh Dinas Pertambangan dan
Energi pada Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah dan yang telah direkonsiliasi dengan
departemen teknis terkait selama 2006 dan 2007.
Tabel 2.3
Hasil Rekonsiliasi SDA Pertambangan
Tahun 2006 (data s.d. Oktober)
No Uraian Land Rent (Rp) Royalty (Rp) Jumlah (Rp)
A Prov. Kalimantan Tengah
1 Kuasa Pertambangan 405.501.468,54 257.385.600,00 662.887.068,54
2 PKP2B (Batu Bara) - 4.018.161.402,59 4.018.161.402,59
Jumlah 405.501.468,54 4.275.547.002,59 4.681.048.471,13
Tabel 2.4
Hasil Rekonsiliasi SDA Pertambangan
Tahun 2007 (s.d. Mei)
No Uraian Land Rent (Rp) Royalty (Rp) Jumlah (Rp)
A Prov. Kalimantan Tengah
1 KP (Sub account 2006) 110.084.762,88 115.963.200,00 226.047.962,88
2 Iuran Kuasa Pertambangan 76.444.914,88 559.720.934,00 636.165.848,88
3 PKP2B (Batu Bara) 0 2.305.126.766,51 2.305.126.766,51
4 Kontrak Karya (KK) 25.675.426,21 389.142.847,29 414.818.273,50
Jumlah 212.205.103,97 3.369.953.747,80 3.582.158.851,77
Jika angka-angka dalam tabel tersebut dibandingkan dengan laporan realisasi
penerimaan yang disajikan pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa realisasi penerimaan yang
dicatat pada Kas Daerah Pemprov Kalteng tidak sama besarnya.
Tabel 2.5
Perbandingan Realisasi Penerimaan SDA dan Hasil Rekonsiliasi
Provinsi Kalteng
No Tahun/PemdaRealisasi Kasda
(Rp)
Rekonsiliasi
(Rp)
Selisih
(Rp)
Tahun 2006
Iuran Tetap ( Land rent ) 1.212.323.414,06 405.501.468,54 806.821.945,52
Iuran Eksplorasi & Eksploitasi ( Royalty) 4.481.672.809,00 4.275.547.002,59 463.511.406,41
5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 23/40
23
No Tahun/PemdaRealisasi Kasda
(Rp)
Rekonsiliasi
(Rp)
Selisih
(Rp)
Jumlah 5.693.996.223,06 4.681.048.471,13 1.012.947.751,93
Tahun 2007
Iuran Tetap ( Land rent ) 620.654.180,00 212.205.103,97 408.449.076,03
Iuran Eksplorasi & Eksploitasi ( Royalty) 1.259.963.970,00 3.369.953.747,80 -2.109.989.777,8
Jumlah 1.880.618.150,00 3.582.158.851,77 -1.701.540.701,77
Tabel perbandingan di atas menunjukkan bahwa realisasi penerimaan oleh Pemprov
tidak selalu sama. Untuk Pemprov diketahui bahwa realisasi penerimaan tahun 2006 lebih
besar Rp1.012.947.751,93 dari pada hasil rekonsiliasinya. Namun untuk tahun 2007, totalpenerimaan SDA sampai dengan September 2007 masih lebih kecil Rp1.701.540.701,77 dari
pada hasil rekonsiliasinya. Dengan demikian, hasil rekonsiliasi tersebut tidak dapat
diperbandingkan dan diverifikasi penerimaannya sehingga pemprov tidak dapat mengetahui
secara pasti apakah yang mereka terima memang sudah sesuai dengan haknya.
Selanjutnya, jika Tabel 2.3 dan 2.4 diteliti lebih lanjut maka akan tampak perbedaan
terkait dengan setoran yang berasal dari Kontrak Karya (KK). Dari tabel diketahui bahwa
item penerimaan dari KK tercantum pada setoran 2007 saja. Atas perbedaan ini, BPK telah
melakukan wawancara dengan Kepala Subdinas Pertambangan Umum pada Distamben
Pemprov dan diperoleh penjelasan bahwa setoran KK sebenarnya sudah ada sebelum 2007
namun selama ini memang tidak pernah direkonsiliasi penerimaannya. Dari data penerimaanyang dihimpun diketahui bahwa penerimaan dari KK yang disetor ke rekening Departemen
Keuangan nomor 508000071 sudah terjadi sejak 2001. Berikut adalah ringkasannya.
Tabel 2.6
Penerimaan Setoran Kontrak Karya 2002-2007
Tahun Penerimaan (USD)No Nama Perusahaan
2002-2005 2006 2007
Total
(USD)
1. PT. Kalimantan Surya Kencana
a. Land rent 50.795,84 18.482,95 28.669,8 97.948,59
2. PT. Indo Muro Kencana
a. Land rent 335.580 95.880 47.940,00 479.400,00
b. Royalty 397.845,79 299.659,30 205.528,19 903.033,28
3. PT. Esnbury Kalteng Mining
a. Land rent 18.507,21 2.387,35 - 20.894,56
4. PT Kasongan Bumi Kencana
a. Land rent 31.431,88 - 3.204,95 34.636,83
5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 24/40
24
5. PT Pasifik Masao Mineral
a. Land rent - - - -
Subtotal Landrent 436.314,93 116.750,30 79.814,75 632.879,98
Subtotal Royalty 397.845,79 299.659,30 205.528,19 903.033,28
Jumlah Penerimaan 834.160,72 416.409,60 285.342,94 1.535.913,26
Catatan: -) tidak ada data
Tabel 2.7
Konversi Penerimaan KK dan Perhitungan Bagian Pemprov Kalteng
Pembagian Setoran SDA
Uraian PenerimaanPusat20%
Provinsi16%
Kab Penghasil64%
Landrent (USD) 632.879,98 126.576,00 101.260,80 405.043,19
Royalty (USD) 903.033,28 180.606,66 144.485,32 577.941,30
Jumlah (USD) 1.535.913,26 307.182,65 245.746,12 982.984,49
Hak Pemda (IDR) 13.823.219.340,00 2.764.643.850,00 2.211.715.080,00 8.846.860.410,00
Catatan: Konversi USD ke IDR dengan asumsi USD 1 = IDR 9.000,00
Dari tabel dapat diketahui bahwa hak Pemprov Kalteng dari setoran KK tersebut
berjumlah Rp2.211.715.080,00. Jika dikurangi dengan setoran KK yang sudah direkonsiliasi
tahun 2007 (lihat tabel 4) maka hak Pemprov Kalteng yang belum diperhitungkan atau disetor
oleh Pemerintah Pusat adalah Rp2.211.715.080,00 - Rp414.818.273,50 =
Rp1.796.896.806,50.
Proses penyaluran Land rent dan Royalty seperti dijelaskan di atas tidak sesuai
dengan:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan, khususnya
terkait Pasal 18:
1) Ayat (1): penerimaan dari land rent dibagi dengan proporsi 16% untuk provinsi dan
32% untuk kabupaten/kota penghasil;
2) Ayat (2): penerimaan dari royalty dibagi dengan proporsi 16% untuk provinsi, 32%
untuk kabupaten/kota penghasil, dan 32% untuk kabupaten/kota lainnya dalam
provinsi;
3) Ayat (3): penerimaan 32% untuk kabupaten/kota lainnya seperti dimaksud pada ayat
(2) dibagi dalam proporsi yang sama besar.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah, Pasal 4 yang antara lain menyatakan bahwa keuangan daerah harus dikelola
secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif,
transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, danmanfaat untuk masyarakat.
5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 25/40
25
Kondisi seperti dijelaskan di atas mengakibatkan:
a. Lemahnya pengendalian atas seluruh proses penyaluran land rent dan royalty.
Mekanisme tersebut menyulitkan kontrol oleh pemerintah daerah selaku pihak yang
mempunyai hak atas penerimaan dari SDA sektor pertambangan umum tersebut.
Selanjutnya, proses penyaluran yang tidak transparan dan akuntabel akan mendorong
penyalahgunaan penerimaan oleh Departemen ESDM dan Departemen Keuangan.
b. Nilai Kontrak Karya kurang diterima oleh Pemerintah Provinsi sebesar
Rp.1.796.896.806,50.
Hal tersebut disebabkan karena Pemerintah Pusat belum menyusun mekanisme
pembayaran, penghitungan, dan penyaluran SDA sektor pertambangan umum secara
memadai yang memungkinkan check dan recheck oleh semua pihak yang terkait.
Atas permasalahan tersebut Kepala Dipenda Provinsi Kalteng menyatakan
sependapat. Sedangkan Kepala Distamben menyatakan bahwa bukti setoran Iuran Tetap
untuk KP Penyelidikan Umum dan KP Eksplorasi yang perizinannya diterbitkan oleh
Kabupaten/Kota tidak ditembuskan ke Provinsi sehingga dana tersebut tidak terkontrol.
Selanjutnya penyaluran Dana Perimbangan dari rekening 508 000 071 ke daerah belum jelas
apakah dilakukan oleh Departemen Pertambangan dan ESDM atau Departemen Keuangan.
BPK RI merekomendasikan kepada Menteri Pertambangan dan ESDM dan Menteri
Keuangan untuk:
a. Menyusun mekanisme dan prosedur pencairan dana bagi hasil sektor pertambangan yangefisien dan efektif yang menjamin ketepatan penghitungan hak daerah dan waktu
pencairan dana bagi hasil tersebut. Salah satu yang dapat menjadi acuan dalam hal ini
adalah mekanisme dan prosedur bagi hasil PBB dimana pembagian PBB dilakukan
secara otomatis oleh Bank Operasional berdasarkan norma proporsi pembagian yang
telah ditetapkan oleh Undang-undang.
b. Melakukan perhitungan ulang atas hak Provinsi Kalimantan Tengah yang belum
disalurkan sejak tahun 2002 sampai dengan 2007 untuk selanjutnya disalurkan ke daerah
yang bersangkutan.
5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 26/40
26
3. Iuran SDA Pertambangan Umum Sebesar Rp63.317.016,00 Tidak Disetor ke
Rekening Pemerintah Pusat
Dalam laporan keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah dilaporkan
penerimaan Bagi Hasil dari sektor pertambangan untuk tahun 2006 dan 2007 (s.d 8
September) sebagai berikut.
Tabel 3.1
Realisasi Penerimaan SDA Tahun 2006 dan 2007 (s.d. 8 September)
No Jenis PenerimaanRealisasi 2006
(Rp)
Realisasi 2007
s.d. 8 Sep (Rp)
Provinsi Kalimantan Tengah
1 Iuran Tetap ( Land rent ) 1.212.323.414,06 620.654.180,00
2 Iuran Eksplorasi & Eksploitasi ( Royalty) 4.481.672.809,00 1.259.963.970,00
Untuk memastikan ketepatan pembayaran oleh pengusaha, penyaluran dan penerimaan dana
bagi hasil tersebut, BPK telah mengumpulkan data penerimaan yang secara riil telah diterima
oleh pemerintah kabupaten/kota seluruh Kalimantan Tengah baik berupa data yang dihimpun
oleh Dinas Pertambangan dan Energi pada Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah maupun
rekaman rekening koran Kas Daerah pada Bank Pembangunan (BP) Kalteng.
Dari rekaman transaksi pada rekening koran, diketahui adanya setoran-setoran yang diterima
secara langsung dari para pengusaha pertambangan dengan jumlah keseluruhan sebesar
Rp63.317.016,00, terjadi pada tahun 2006 dan 2007 masing-masing sebesar Rp57.603.448,00
dan Rp5.713.568,00. Berikut adalah rinciannya.
Tabel 3.2
Daftar Setoran SDA Pertambangan ke Kas Daerah
TanggalUraian dalam Rekening
Koran/PenyetorJumlah
Tahun 2006
16/02/2006 PT. Mega Nusantara 1.356.400,00
16/02/2006 PT Putri Mea 1.578.800,00
16/02/2006 PT Karisma Sedaya 2.802.880,00
20/01/2006 PT. Anugerah Mulya 4.792.800,00
20/01/2006 PT Anugerah Sentosa 3.600.000,00
20/01/2006 PT. Anugerah Mulya 6.000.000,00
28/02/2006 Distamben Kab Tamiyang Layang 34.128,00
07/04/2006 PT Kerta Wira 4.800.000,00
11/04/2006 PT Intan Sari 350.400,00
5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 27/40
27
TanggalUraian dalam Rekening
Koran/PenyetorJumlah
11/04/2006 PT Maslapita 342.400,00
25/04/2006 Koperasi Manuhing Jaya 30.313,00
25/04/2006 Koperasi Manuhing Jaya 0,00
05/05/2006 PT Malapita 150.720,00
17/05/2006 PT Ardino Global 1.452.480,00
24/05/2006 PT Bumi Makmur Persada 523.072,00
10/07/2006 PT Sinar Tambang Utama 2.021.200,00
21/07/2006 PT Sumber Rahayu Indah 1.600.000,00
16/08/2006 Set SDA Pertambangan Umum 13.980.655,00
20/09/2006 Set Landrent Distamben 569.600,00
19/09/2006 CV Tamiang Bara Perkasa 1.438.400,00
28/09/2006 CV Cahaya Batu 1.356.480,00
28/09/2006 CV Puspita Alam 1.356.480,00
28/09/2006 CV Puspita Alam 664.640,00
28/09/2006 Tanjung Bartim Kurnia 1.522.880,00
28/09/2006 PT Widya Tanjung 1.027.520,00
04/10/2006 PT Kharisma Tambang Prima 2.086.400,00
27/11/2006 Dinas Pertambangan Bartim 724.800,00
06/12/2006 PT Putri Mea 1.440.000,00
Jumlah 57.603.448,00
Tahun 2007
05/012007 Landrent Dinas Pertambangan 1.627.680,00
20/02/2007 Distamben Bartim 80.192,00
22/02/2007 Landrent Distamben 847.360,00
26/02/2007 landrent PT Mitra Tala 850.880,00
12/03/2007 koperasi Bina Rimba 26.912,00
21/03/2007 PT Panca Gemilang 64.256,00
23/03/2007 PT Sarana Putra Perdana 1.138.560,00
13/04/2007 Landrent 272.288,00
13/04/2007 Landrent 805.440,00
Jumlah 5.713.568,00
Untuk memperoleh gambaran mengenai hal ini, BPK telah menanyakannya kepada
Kepala Subdinas Pertambangan Umum pada Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi
Kalimantan Tengah. Dijelaskan bahwa selama ini pihak Distamben telah mengetahui bahwasetoran SDA pertambangan dari para pengusaha pertambangan di Kabupaten Barito Timur
5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 28/40
28
dan Kabupaten Katingan tidak menyetor iuran ke Pemerintah Pusat melainkan ke kas daerah
pemerintah kabupaten terkait. Meski demikian, diakui bahwa data akurat mengenai hal itu
belum dimiliki sampai saat itu. Untuk menanggulangi permasalahan tersebut, dikatakan
bahwa Gubernur Kalimantan Tengah telah mengeluarkan Peraturan Gubernur No. 63 Tahun2006 tentang Tata Cara Pengangkutan dan Penjualan Bahan Galian Tambang di Provinsi
Kalimantan Tengah, yang antara lain mengatur tentang tata cara pemberian ijin dan penjualan
bahan galian.
Atas setoran-setoran dan informasi tersebut, Tim BPK tidak dapat melakukan
konfirmasi atau pemeriksaan lebih detail, terutama pada dinas pertambangan pada kedua
kabupaten tersebut karena tidak menjadi objek uji petik. Oleh karena itu, Tim BPK juga
belum dapat menyimpulkan apakah setoran tersebut sudah mencakup seluruh iuran SDA atau
memang yang menjadi bagian hak Pemprov sebesar 16% dari total iuran SDA. Juga belum
dapat diketahui asal perusahaan penyetoran iuran tersebut.
Proses penyaluran PSDH dan IHPH seperti dijelaskan di atas tidak sesuai dengan:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan, khususnya
terkait Pasal 18:
4) Ayat (1): penerimaan dari land rent dibagi dengan proporsi 16% untuk provinsi dan
32% untuk kabupaten/kota penghasil;
5) Ayat (2): penerimaan dari royalty dibagi dengan proporsi 16% untuk provinsi, 32%
untuk kabupaten/kota penghasil, dan 32% untuk kabupaten/kota lainnya dalam
provinsi;
6) Ayat (3): penerimaan 32% untuk kabupaten/kota lainnya seperti dimaksud pada ayat
(2) dibagi dalam proporsi yang sama besar.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah, Pasal 4 yang antara lain menyatakan bahwa keuangan daerah harus dikelola
secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif,
transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, dan
manfaat untuk masyarakat.
Setoran langsung ke Kas Daerah Pemprov Kalteng atas iuran SDA tersebut
mengakibatkan:
a. Tidak terpantaunya jumlah yang tepat mengenai pembayaran iuran oleh pengusaha
tambang. Selanjutnya hal ini akan menyulitkan pemda dalam melakukan perhitungan hak terkait dengan bagi hasil dari SDA pertambangan umum tersebut.
b. Iuran SDA pertambangan tahun 2006 dan 2007 sebesar Rp63.317.016,00 tidak
disetorkan ke pemerintah pusat.
Hal tersebut disebabkan oleh tidak adanya koordinasi antara BUD dan Kepala Dinas
Pertambangan dan Energi Provinsi Kalteng terutama terkait dengan penelusuran asal-usul
setoran dari sektor pertambangan tersebut.
Atas temuan tersebut Kepala Dipenda menyatakan sependapat. Untuk mengatasi hal
itu sebenarnya sudah dikeluarkan Peraturan Gubernur No. 63 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengangkutan dan Penjualan Bahan Galian Tambang di Provinsi Kalimantan Tengah yang
mengatur bahwa semua penerimaan SDA Pertambangan yang dilakukan oleh
5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 29/40
29
Kabupaten/Kota se-Kalteng disetor dahulu ke Pemerintah Pusat sebagaimana diatur dalam
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan.
BPK RI merekomendasikan kepada Gubernur Kalimantan Tengah untuk:
a. mendata kembali seluruh penerimaan SDA Pertambangan yang disetor langsung ke Kas
Daerah dan menyetorkan ke rekening Pemerintah Pusat;
b. mengirim surat yang berisi permintaan agar semua bupati/walikota di Kalimantan Tengah
menyetorkan penerimaan dari sektor pertambangan langsung ke rekening Pemerintah Pusat.
5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 30/40
30
4. Penyaluran DAU Tidak Tepat Waktu dan Rekening Tujuan
Pada Tahun Anggaran (TA) 2006 dan 2007 Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengahmemperoleh alokasi Dana Alokasi Umum (DAU) masing-masing sebesar Rp552.000.000,00
dan Rp571.290.000.000,00. Nilai penetapan tersebut akan dialokasikan setiap bulan sebesar
Rp46.000.000.000,00 (TA 2006) dan Rp47.607.500.000,00 (TA 2007).
Melalui verifikasi data SPM, SP2D dan rekening Kas Daerah diketahui bahwa
penyaluran DAU untuk TA 2006 telah dilakukan tepat jumlah, namun tidak tepat rekening
tujuan dan tidak selalu tepat waktu. Dari data SPM diketahui bahwa proses pengajuan
pencairan oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah telah dilakukan pada bulan
sebelumnya dan KPPN juga menerbitkan SP2D dalam rentang waktu normal. Namun, dari
rekaman transaksi pada Bank Operasional (BO) III, dalam hal ini Bank Mandiri Palangka
Raya, diketahui bahwa tanggal transfer ke Kas Daerah tidak selalu dilakukan pada hari yangsama dengan atau maksimal sehari kemudian setelah tanggal SP2D. Hal ini terjadi pada
penyaluran DAU bulan April, Juni, dan Oktober. Tabel berikut dapat menunjukkan hal itu.
Tabel 4.1
Penyaluran DAU TA 2006
DAU Bulan Jumlah (Rp) Tgl SPM Tgl SP2DTgl Transfer
BO
Tgl Rek
Kasda
Pemprov Kalteng
April 2006 46.000.000.000,00 27/03/2006 29/03/2006 03/04/2006 03/04/2006
Juni 2006 46.000.000.000,00 26/05/2006 30/05/2006 01/06/2006 01/06/2006
Oktober 2006 46.000.000.000,00 25/09/2006 28/09/2006 02/10/2006 02/10/2006
Atas selisih hari tersebut, BPK telah melakukan konfirmasi kepada Community
Manager (CM) Bank Mandiri Palangka Raya (Adiyanto) dan diperoleh penjelasan bahwa hal
tersebut terjadi sebelum ia menjabat. Dari wawancara tersebut BPK memperoleh keterangan
bahwa keterlambatan tersebut disebabkan oleh lemahnya komunikasi internal antara CM
ketika itu dengan staf bagian transfer. Namun demikian, terlepas dari alasan yang
dikemukakan BPK menilai bahwa keterlambatan tersebut merupakan sebuah kelalaian Bank Mandiri yang tidak menjalankan kewajibannya dengan baik. Jika dihitung, keterlambatan
transfer DAU bulan April, Juni dan Oktober tersebut berkisar antara 2-5 hari. Dengan
keterlambatan ini, BPK menilai bahwa Pemprov Kalteng telah kehilangan memperoleh
pendapatan jasa giro dari Bank Pembangunan (BP) Kalteng selaku bank tempat penyimpanan
kas daerah. Untuk menghitung pendapatan jasa giro yang telah hilang tersebut BPK telah
meminta informasi mengenai besaran suku bunga giro yang berlaku selama 2006 dari BP
Kalteng. Dari informasi ini dapat dihitung hilangnya jasa giro dimaksud sebagai berikut.
5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 31/40
31
Tabel 4.2
Perhitungan Jasa Giro yang Hilang karena Keterlambatan Transfer DAU
DAU Bulan Jumlah (Rp) Tgl SP2D Tgl TransferBO
SelisihHari
BungaEfektif*
PendapatanBunga
Pemprov Kalimantan Tengah
April 2006 46.000.000.000,00 29/03/2006 03/04/2006 5 4% 25.205.479,45
Juni 2006 46.000.000.000,00 30/05/2006 01/06/2006 2 4% 10.082.191,78
Oktober 2006 46.000.000.000,00 28/09/2006 02/10/2006 4 4% 20.164.383,56
Total 55.452.054,79
* 1 tahun = 365 hari, bunga berdasarkan SE Direksi BP Kalteng No. DTS.07/SE-0008/VIII-07
Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa potensi pendapatan yang tidak
diperoleh pemda karena keterlambatan penyetoran DAU oleh Bank Mandiri mencapai
Rp55.452.054,79.
Sementara untuk penyaluran DAU Pemprov Kalteng TA 2007 sampai dengan bulan
Juni telah diterima sebesar Rp285.645.000.000,00. Namun, melalui pencocokan SPM, SP2D,
dan bukti transfer pada rekening Kas Daerah diketahui bahwa penerimaan DAU bulan Maret
dan April tidak langsung ditransfer ke rekening Kas Daerah, melainkan disimpan pada sebuah
rekening giro pada Bank Mandiri dengan nomor 031-000-521-101-9.
Tabel 4.3
Penyaluran DAU Pemprov Kalteng TA 2007 (s.d. Juni)
DAU Bulan Jumlah (Rp) Tgl SPM Tgl SP2DTgl Transfer
BO
Tgl Rek
Kasda
Januari 47.607.500.000,00 18/12/2006 02/01/2007 - 02/01/2007
Februari 47.607.500.000,00 16/01/2007 30/01/2007 31/01/2007 31/01/2007
Maret 47.607.500.000,00 14/02/2007 28/03/2007 28/03/2007 -
April 47.607.500.000,00 20/03/2007 25/04/2007 25/04/2007 -
Mei 47.607.500.000,00 11/04/2007 28/05/2007 29/05/2007 29/05/2007
Juni 47.607.500.000,00 16/05/2007 25/06/2007 26/06/2007 26/06/2007
Untuk mengetahui perihal penyimpanan DAU bulan Maret dan April pada Bank
Mandiri, BPK telah melakukan wawancara dengan Kepala Bagian Pembukuan dan Verifikasi
dan staf pada Bagian Perbendaharaan yang menangani Kas Daerah pada Biro Keuangan
Sekretariat Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah. Dalam wawancara tersebut diketahui
bahwa pembukaan rekening pada Bank Mandiri tersebut didasari dengan Keputusan
Gubernur No. 188.44/92/2007 tanggal 27 Februari 2007 tentang Penunjukan PT. Bank
Mandiri (Persero), Tbk Cabang Palangka Raya untuk Menyimpan Uang Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah. Dalam salah satu konsideran diketahui bahwa keputusan tersebut
didasarkan pada pertimbangan demi kelancaran, ketertiban dan keamanan dalam
5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 32/40
32
penyimpanan Uang Daerah serta tujuan mendekatkan pelayanan pelaksanaan penerimaan dan
pengeluaran Kas Daerah kepada SKPD dan masyarakat.
Selanjutnya, dari bukti setoran dan rekening koran terkait diketahui bahwa rekening
tersebut dibuka tanggal 5 Maret 2007 dengan sebuah transfer uang dari pendapatan daerah
sebesar Rp112.072.068,00. Adapun saldo akhir rekening tersebut pada tanggal 7 September
2007 adalah Rp46.767.806.950,86. Berikut adalah ringkasan mutasi debit dan kredit pada
periode tersebut.
Tabel 4.4
Ringkasan Mutasi Rekening Giro pada Bank Mandiri
Mutasi Jumlah
Setoran awal 5-Mar-2007 112.072.068,00
Transfer DAU Maret 47.607.500.000,00
Transfer DAU April 47.607.500.000,00
Penempatan Deposito -50.000.000.000,00
Bunga Deposito 767.054.794,50
Bunga Rekening - Pajak 673.680.088,36
Saldo Akhir 7-Sep-2007 46.767.806.950,86
Dari tabel tersebut tampak bahwa total DAU yang disimpan dalam giro pada Bank
Mandiri berjumlah Rp95.215.000.000,00. Dari jumlah ini kemudian dikurangi untuk
penempatan empat deposito berjangka 1 bulan masing-masing senilai Rp12.500.000.000,00
tertanggal 7 Mei, 14 Mei, 21 Mei, dan 4 Juni. Penempatan ini dilakukan berdasarkan surat
nomor 900/696/Keu tanggal 4 Mei 2007 yang ditandatangani oleh Kepala Biro Keuangan
Sekretariat Daerah Provinsi Kalimantan Tengah (Friendly S. Djala). Selanjutnya dalam setiap
sertifikat deposito dinyatakan bahwa bunga deposito pada saat jatuh tempo akan ditransfer
secara langsung ke rekening giro Mandiri dengan nomor 031-000-521-101-9 (rekening asal).
Dari tabel tampak bahwa bunga deposito yang diperoleh sampai dengan 7 September 2007
mencapai Rp767.054.794,50. Sedangkan bunga giro yang diperoleh setelah dikurangi pajak
mencapai Rp673.680.088,36.
BPK menilai bahwa penempatan DAU pada rekening giro Mandiri tersebut tidak
sesuai ketentuan karena empat alasan. Pertama, DAU merupakan pendapatan daerah yang
peruntukannya sudah direncanakan sebelumnya sehingga penempatannya dalam bentuk
deposito atau giro pada rekening di luar Kas Daerah akan membatasi pemakaian dana tersebut
untuk keperluan pembiayaan belanja APBD. Kedua, pertimbangan pembukaan rekening
tersebut tidak tepat karena jika menginginkan kelancaran dan ketertiban dalam penyimpanan
Uang Daerah serta tujuan mendekatkan pelayanan pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran
Kas Daerah kepada SKPD maka peyimpanan uang daerah termasuk DAU harus dilakukan
melalui Kas Daerah, yang dalam hal ini telah lakukan melalui rekening 100-1-5278-7 pada
PT. Bank Pembangunan Kalteng. Ketiga, penempatan dana pada Bank Mandiri telah
melemahkan pengendalian atas pengeluaran uang daerah karena perintah pengeluaran dapat
dilakukan tanpa mekanisme formal dalam pengelolaan keuangan daerah, yaitu melaluipenerbitan SPP, SPM, dan SP2D. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, mutasi debit dapat
dilakukan hanya dengan surat perintah dari Kepala Biro Keuangan. Keempat, jika
5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 33/40
33
diperhitungkan dengan tingkat suku bunga deposito dan jasa giro yang diberlakukan pada PT.
Bank Pembangunan Kalteng, maka nilai giro dan deposito DAU ditambah dengan jasa giro
dan bunga deposito pada tanggal 7 September 2007 akan menjadi Rp46.874.607.927,12.
Sehingga jika dibandingkan dengan penempatan di Bank Mandiri maka Pemprov Kaltengakan kehilangan kesempatan memperoleh pendapatan jasa giro atau bunga sebesar
Rp46.874.607.927,13 - Rp46.767.806.950,86 = Rp106.800.976,27.
Tabel 4.5
Ringkasan Mutasi Rekening Giro pada BP Kalteng
(Jasa Giro 4% dan Bunga Deposito 7,5% dan 7% (mulai 31 Juli 2007)
Mutasi Jumlah
Setoran awal 5-Mar-2007 112.072.068,00
Transfer DAU Maret 47.607.500.000,00
Transfer DAU April 47.607.500.000,00
Penempatan Deposito -50.000.000.000,00
Bunga Deposito 804.166.666,67
Bunga Rekening 929.211.490,57
Pajak -185.842.298,11
Saldo Akhir 7-Sep-2007 46.874.607.927,13
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penempatan dana DAU pada giro Bank Mandiri
justru merugikan pemda karena suku bunga yang lebih rendah dari pada yang diberlakukan
pada PT BPK.
Keterlambatan transfer DAU oleh Bank Mandiri dan penempatan DAU pada
rekening Bank Mandiri tersebut tidak sesuai dengan ketentuan berikut.
a. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan, khususnya
Pasal 1 angka 23 yang menyatakan bahwa Dana Alokasi Umum adalah dana yang
bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataankemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan Desentralisasi.
b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara:
1) Pasal 16:
a) Ayat (1): Setiap kementrian/lembaga/satuan kerja perangkat daerah yang
mempunyai sumber pendapatan wajib mengintensifkan perolehan pendapatan
yang menjadi wewenang dan tanggung jawabnya;
b) Ayat (2) yang menyatakan bahwa penerimaan harus disetor ke Kas Negara/Daerah
pada waktunya.
2) Pasal 27:
5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 34/40
34
a) Ayat (1): dalam pelaksanaan operasional penerimaan dan pengeluaran Daerah,
Bendahara Umum Daerah dapat membuka rekening penerimaan dan rekening
pengeluaran pada bank yang ditetapkan oleh gubernur/bupat/walikota.
b) Ayat (4): saldo rekening penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setiap
hari kerja wajib disetorkan seluruhnya ke rekening Kas Umum Daerah.
Permasalahan seperti dijelaskan di atas mengakibatkan hilangnya kesempatan
Pemprov untuk memperoleh pendapatan dari jasa giro/bunga deposito kurang lebih sebesar
Rp55.452.054,79 + Rp106.800.976,27 = Rp162.253.031,06.
Permasalahan tersebut disebabkan oleh hal-hal berikut.
a. Keterlambatan transfer DAU ke BP Kalteng pada bulan Februari, April, Juni, dan
Oktober 2006 disebabkan oleh kelalaian Community Manager Bank Mandiri Palangka
Raya;
b. Penempatan DAU bulan Maret dan April 2007 pada Bank Mandiri merupakan kebijakan
yang tidak tepat Kepala Biro Keuangan dalam pengelolaan Kas Daerah.
Atas permasalahan tersebut Kepala Biro Keuangan menyatakan bahwa penempatan
DAU dalam giro dan deposito pada Bank Mandiri karena merupakan kewenangan Kepala
Biro Keuangan selaku BUD/Kuasa BUD dalam mengalokasikan dana dalam portfolio yang
memberikan hasil tetap dengan risiko rendah. Adapun mengenai perbedaan tingkat bunga
deposito dianggap masih dalam batas yang wajar, karena terkait dengan mutu layanan dari
bank dimaksud.
BPK RI merekomendasikan kepada Gubernur Kalimantan Tengah agar:
a. meminta Community Manager Bank Mandiri Cabang Palangka Raya agar mengganti
kerugian yang diderita Pemprov Kalteng karena keterlambatan transfer DAU ke Kas
Daerah sebesar Rp55.452.054,79.
b. memerintah Kepala Biro Keuangan agar menarik seluruh dana yang ditempatkan pada
giro maupun deposito Bank Mandiri ke rekening Kas Daerah di PT. BPK, kecuali jika
Bank Mandiri bersedia memberikan suku bunga yang lebih tinggi dari pada PT. BPK;
c. menegur Kepala Biro Keuangan yang lalai dalam melaksanakan tugasnya selaku BUD
dalam pengelolaan Kas Daerah.
5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 35/40
35
5. Pencatatan dan Pelaporan Realisasi Bagi Hasil Pajak Tidak Akurat
Pada Tahun Anggaran 2006 dan 2007 (s.d. Juni) Pemerintah Provinsi KalimantanTengah melaporkan penerimaan Bagi Hasil Pajak masing-masing sebesar Rp88.646.309.396
dan Rp9.015.346.103,00 yang berasal dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Dalam Negeri
(PPh). Rinciannya sebagai berikut.
Tabel 5.1
Realisasi Penerimaan Bagi Hasil Pajak 2006-2007 (Semester I)
UraianPenerimaan 2006
(Rp)
Penerimaan
2007 (Rp)
PBB & UP 80.009.543.467,00 7.428.764.500,00
BPHTB 1.769.143.382,00 1.586.581.603,00
PPh 6.867.622.547,00 0,00
Total 88.646.309.396,00 9.015.346.103,00
Melalui pengecekan dan pencocokan atas data SP2D, PHP PBB yang diperoleh dari
Dinas Pendapatan Pemprov Kalteng, dan rekaman transaksi penerimaan PBB dan upah
pungut pada Kas Daerah, BPK menemukan perbedaan angka yang cukup signifikan,
khususnya PBB (termasuk Upah Pungut) dan BPHTB Tahun Anggaran 2006. Berikut adalahrinciannya.
Tabel 5.2
Perbedaan Data Realisasi Penerimaan
UraianTerlapor dalam
LRA 2006
SP2D
(Data APBN)
PHP
(Dipenda)
Kas Daerah
(Verifikasi Tim
BPK)
PBB & UP 80.009.543.467,00 85.801.958.694,00 75.075.135.068,00 77.617.674.585,00
BPHTB 1.769.143.382,00 1.889.203.487,00 1.648.465.468,00 1.672.123.976,00
PPh 6.867.622.547,00 6.867.622.547,00 - 6.867.622.547,00
Dari tabel tampak bahwa realisasi PBB dan Upah Pungut menurut Laporan Realisasi
Anggaran Tahun 2006 adalah Rp80.009.543.467,00, sementara menurut SP2D (APBN) lebih
besar yakni Rp85.801.958.694,00. Selanjutnya dari PHP PBB dan Upah Pungut yang berhasil
dihimpun oleh Dipenda, BPK memperoleh angka total sebesar Rp75.075.068,00. Sedangkan
dari catatan transaksi pada rekening koran Kas Daerah, BPK hanya bisa mengidentifikasi
penerimaan PBB sebesar Rp77.617.674.585,00.
Atas perbedaan-perbedaan tersebut, BPK telah meminta penjelasan kepada staf
Bagian Pembukuan dan Verifikasi pada Biro Keuangan Pemprov Kalteng dan staf Subdinas
Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak pada Dipenda. Dari wawancara diketahui bahwa jika ada
perbedaan, mereka tidak dapat mengetahuinya secara pasti sebab selama ini yang dilakukan
5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 36/40
36
hanyalah mencatat penerimaan PBB beserta Upah Pungutnya berdasarkan PHP PBB yang
diterima dari KP PBB kabupaten/kota di Provinsi Kalteng (untuk Dipenda) dan transaksi
penerimaan yang tercatat dalam rekening koran Kasda (Biro Keuangan). Staf Dipenda
mengakui bahwa ia tidak dapat memastikan kelengkapan data yang dihimpun dari KPP PBBseluruh kabupaten/kota, sehingga terkadang untuk keperluan laporan realisasi penerimaan
PBB dan BPHTB, Dipenda berkoordinasi dengan Biro Keuangan. Selanjutnya, dari staf Biro
Keuangan juga mengakui bahwa pencatatan PBB, Upah Pungut, dan BPHTB memang tidak
akurat sebab informasi mengenai jenis penerimaan, nama dan asal pengirim tidak selalu
tercantum sehingga menyulitkan pembukuan. Sebagai akibatnya, angka yang terlapor dalam
LRA merupakan angka-angka yang memang diketahui secara pasti berasal dari ketiga jenis
penerimaan tersebut.
Menindaklanjuti hal ini, BPK telah meminta data realisasi Belanja Bagi Hasil yang
telah dilaporkan dalam Laporan Bulanan untuk Kanwil Perbendaharaan XVII di Palangka
Raya. Data tersebut dapat diperbandingkan dengan realisasi penerimaan yang terlapor padaLRA Pemprov Kalteng TA 2006 dan 2007, sebagai berikut.
Tabel 5.3
Perbandingan Data Realisasi Penerimaan Bagi Hasil Pemda dan Kanwil Perbend
Uraian Realisasi (Rp)Data Kanwil
Perbend (Rp)Selisih
1 2 3 4 (2-3)
TA 2006
PBB & UP 80.009.543.467,00 84.776.044.299,00 -4.766.500.832,00
BPHTB 1.769.143.382,00 1.857.953.500,00 -88.810.118,00
PPh 6.867.622.547,00 6.868.960.141,00 -1.337.594,00
Subtotal 88.646.309.396,00 93.502.957.940,00 -4.856.646.538,00
TA 2007
PBB & UP 7.428.764.500,00 2.721.558.378,00 4.707.206.122,00
BPHTB 1.586.581.603,00 1.585.198.808,00 1.382.795,00
PPh 0,00 0,00 0,00
Subtotal 9.015.346.103,00 4.306.757.186,00 4.708.588.917,00
Total 97.661.655.499,00 97.809.715.126,00 -148.057.621,00
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa pada TA 2006 terdapat perbedaan
mencolok pada penerimaan PBB dan UP. Data Kanwil menyebutkan bahwa realisasi belanja
PBB dan UP pada tahun itu sebesar Rp84.776.044.299,00 sehingga jika dibandingkan, akan
tampak bahwa Pemprov Kalteng kurang mencatat sebesar Rp4.766.500.832,00. Hal yang
sama terjadi juga pada BPHTB dan PPh, dengan kekurangan masing-masing
Rp88.810.118,00 dan Rp1.337.594,00. Namun, pada tahun 2007 (semester I), penerimaan
yang dicatat oleh Pemprov justru lebih besar dari pada yang dilaporkan oleh Kanwil yakni
Rp4.707.206.122,00 (PBB & UP) dan Rp1.382.795,00 (BPHTB).
5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 37/40
37
Melalui prosedur audit yang telah ditempuh, berdasarkan data yang ada BPK tidak
dapat merekonsiliasi perbedaan tersebut. Namun, berdasarkan penjelasan-penjelasan yang
diperoleh, BPK menyimpulkan bahwa hal ini disebabkan oleh ketidaktertiban administrasi.
Dipenda dan Biro Keuangan terlihat belum memiliki sistem dan prosedur yang memadaiuntuk melakukan pencatatan dan pengecekan atas semua penerimaan terkait dengan Dana
Bagi Hasil Pajak ini. BPK menilai bahwa pengecekan dapat dilakukan dengan mengerahkan
semua Unit Pelaksana Dipenda di seluruh kabupaten/kota untuk berkoordinasi dalam
pengumpulan data setoran PBB dan BPHTB dengan Bank Operasional setempat dan Kanwil
Perbendaharaan XVII. BPK melihat bahwa hal ini dimungkinkan sebab dari wawancara
dengan staf pada Bank Mandiri di Palangka Raya, BPK memperoleh informasi bahwa Bank
Mandiri selalu menyertakan rekening koran yang berisi rincian transfer serta jumlah
kumulatif transfer PBB dan BPHTB setiap kali transfer. Rekening tersebut dilampirkan
sebagai laporan kepada KPPN selaku pemilik rekening. Jika Dipenda dapat mengakses
salinan rekening tersebut melalui KPPN setempat, maka proses rekonsiliasinya akan lebih
mudah dilakukan.
Ketidaktertiban administrasi yang diwujudkan dalam ketidakcocokan angka realisasi
penerimaan Bagi Hasi Pajak tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
a. Pasal 4 yang antara lain menyatakan bahwa keuangan daerah harus dikelola secara tertib.
b. Pasal 91:
1) Ayat (1): Bendahara Penerimaan pada SKPS harus melakukan pembukuan atas
semua penerimaan dan penyetoran penerimaan yang menjadi tanggung jawabnya;
2) Ayat (3): PPKD melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis atas laporan
pertanggungjawaban penerimaan;
Ketidaktertiban administrasi tersebut akan mengakibatkan lemahnya pengendalian
atas pelaporan jumlah setoran Bagi Hasil Pajak.
Hal tersebut disebabkan belum adanya upaya Kepala Dipenda dan Kepala Biro
Keuangan Pemprov Kalteng untuk menyusun sistem dan prosedur pencatatan dan pelaporanpenerimaan Bagi Hasil Pajak yang memungkinkan proses verifikasi, evaluasi dan analisis
secara memadai.
Atas permasalahan tersebut Kepala Dipenda menyatakan telah menyusun sistem dan
prosedur pencatatan dan pelaporan Bagi Hasil Pajak yang memungkinkan proses verifikasi,
evaluasi, dan analisis secara memadai. Namun diakui adanya kesulitan melakukan
pencocokan data bukti setoran yang dikirim oleh Bank Operasional yang ada di
kabupaten/kota di luar Palangka Raya.
5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 38/40
38
BPK RI merekomendasikan kepada Gubernur Kalimantan Tengah agar memerintah
Kepala Dipenda menyusun prosedur yang lebih efektif terkait pengumpulan data,
pencocokan, dan evaluasi bagi hasil pajak dari PBB dengan bekerja sama lebih aktif dengan
KP-PBB dan Bank Operasional di wilayah Kalteng. Dalam hal ini Dipenda dapat melibatkanUPPD yang tersebar di seluruh kabupaten/kota untuk menghimpun data penerimaan PBB
dimaksud.
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 39/40
39
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
Perwakilan BPK-RI di Palangkaraya
Jalan Yos Sudarso 16 Palangkaraya Telp. 0536-3231119 Fax. 0536-3231120
5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 40/40
40