laporan dbh dau dak kalteng

40
  Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN  ATAS PENYAL URAN DAN PENERIMAAN DA NA PERIMBANGAN (DANA BAGI HASIL, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS) PADA 1. PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH  2. KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA PALANGKA RAYA  3. KANTOR PELAYANAAN PAJA K B UMI DAN BA NGU NAN PALANGKA RAYA DI PALANGKA RAYA PERWAKILAN BPK-RI DI PALANGKA RAYA NOMOR : /LHP/S/XIX.PAL/11/2007 TANGGAL : November 2007

Upload: rano-rahman

Post on 15-Jul-2015

114 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Dbh Dau Dak Kalteng

5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 1/40

 

Badan Pemeriksa Keuangan

Republik Indonesia

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN

ATAS

PENYALURAN DAN PENERIMAAN DANA PERIMBANGAN

(DANA BAGI HASIL, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS)

PADA

1. PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

  2. KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA PALANGKA RAYA

  3. KANTOR PELAYANAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PALANGKA RAYA

DI

PALANGKA RAYA

PERWAKILAN BPK-RI DI PALANGKA RAYA

NOMOR : /LHP/S/XIX.PAL/11/2007

TANGGAL : November 2007

Page 2: Laporan Dbh Dau Dak Kalteng

5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 2/40

  2

 BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA 

Ringkasan Eksekutif 

Berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan dan

Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

Tanggungjawab Keuangan Negara Badan Pemeriksa Keuangan (BPK-RI) telah memeriksa

Pengelolaan Dana Perimbangan yang mencakup Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Bagi

Hasil (DBH) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Pengelolaan Dana Perimbangan yang

diperiksa adalah proses penetapan alokasi, dasar pencairan, dan ketepatan sasaran, jumlah dan

waktu penerimaan Tahun Anggaran 2006 dan 2007 posisi 30 Juni 2007 pada Pemerintah

Provinsi Kalimantan Tengah, Kantor Wilayah Perbendaharaan XVII di Palangka Raya,

Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Palangka Raya, dan Kantor Pelayanan Pajak Bumi

dan Bangunan Palangka Raya serta Bank Operasional (Bank Mandiri Cabang Palangka

Raya).

Pemeriksaan atas pengelolaan dana perimbangan bertujuan untuk menilai apakah rancangan

dan implementasi pengendalian intern dalam proses penetapan data alokasi, pencairan dan

penerimaan dana perimbangan telah memadai serta kepatuhan terhadap peraturan

perundangan yang terkait dengan dana perimbangan.

Dana Perimbangan bertujuan untuk menciptakan keseimbangan keuangan antara Pemerintah

Pusat dan Daerah dan antara Pemerintahan Daerah. Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana

Bagi Hasil (DBH) dari penerimaan pajak dan SDA, Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana

Alokasi Khusus (DAK) merupakan sumber pendanaan bagi daerah dalam pelaksanaan

desentralisasi, yang alokasinya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain mengingat

tujuan masing-masing jenis penerimaan tersebut saling mengisi dan melengkapi.

Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari APBN yang dibagihasilkan kepada Daerah

berdasarkan angka persentase tertentu dengan memperhatikan potensi daerah penghasil.

Dana Alokasi Umum bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar daerah melalui

penerapan formula yang mempertimbangkan kebutuhan belanja pegawai, kebutuhan fiskal,

dan potensi daerah. Kebutuhan daerah dicerminkan dari luas daerah, keadaan geografis,  jumlah penduduk, tingkat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat di daerah, dan tingkat

pendapatan masyarakat di daerah. Sedangkan kapasitas fiskal dicerminkan dari Pendapatan

Asli Daerah, Dana Bagi Hasil Pajak, dan Sumber Daya Alam.

Dana Alokasi Khusus dimaksudkan untuk mendanai kegiatan khusus yang menjadi urusan

daerah dan merupakan prioritas nasional, sesuai dengan fungsi yang merupakan perwujudan

tugas kepemerintahan di bidang tertentu, khususnya dalam upaya pemenuhan kebutuhan

sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat.

Hasil pemeriksaan atas penyaluran dan penerimaan dana perimbangan di Provinsi Kalimantan

Tengah menunjukkan bahwa penyaluran dan penerimaan DAU/DAK/DBH secara umum

telah tepat sasaran/jumlah/waktu kecuali untuk hal-hal sebagai berikut:

Page 3: Laporan Dbh Dau Dak Kalteng

5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 3/40

  3

1.  Mekanisme Pembagian Dana Bagi Hasil (DBH) SDA Sektor Kehutanan tidak memadai,

sehingga mengakibatkan lemahnya pengendalian atas seluruh proses penyaluran IHPH

dan PSDH serta dapat mendorong terjadinya penyalahgunaan penerimaan, dan

penerimaan Pemprov atas DBH PSDH kurang sebesar Rp1.940.926.315,00.

2.  Mekanisme Pembagian Dana Bagi Hasil SDA Pertambangan Umum tidak memadai,

sehingga mengakibatkan lemahnya pengendalian atas seluruh proses penyaluran landrent 

dan royalty serta dapat mendorong terjadinya penyalahgunaan penerimaan, dan

penerimaan Pemprov atas Kontrak Karya kurang sebesar Rp1.796.896.806,50.

3.  Terdapat iuran SDA Pertambangan Umum tahun 2006 dan 2007 yang tidak disetor ke

rekening pemerintah pusat, sehingga jumlah yang disetor oleh pengusaha tambang tidak 

terpantau, dan penerimaan sebesar Rp63.317.016,00 tidak disetor ke rekening pemerintah

pusat.

4.  Penyaluran DAU tidak tepat waktu dan rekening tujuan sehingga mengakibatkanhilangnya kesempatan Pemprov untuk memperoleh pendapatan jasa giro/bunga deposito

sebesar Rp162.253.031,06.

5.  Pencatatan dan pelaporan realisasi bagi hasil pajak tidak akurat, sehingga mengakibatkan

pengendalian atas pelaporan jumlah setoran bagi hasil pajak lemah.

Hal tersebut pada dasarnya terjadi karena Pemerintah Pusat belum menyusun mekanisme

pembayaran, penghitungan, dan penyaluran SDA sektor kehutanan dan pertambangan umum

secara memadai, kurangnya koordinasi diantara pejabat daerah terkait, adanya kebijakan Karo

Keuangan yang kurang tepat dan kelalaian pihak Bank.

Berkenaan dengan hal tersebut di atas, BPK-RI menyarankan agar:

1.  Menteri Keuangan dan Menteri Kehutanan menyusun mekanisme dan prosedur pencairan

dana bagi hasil sektor kehutanan yang efisien dan efektif yang menjamin ketepatan

penghitungan hak daerah dan waktu pencairan dana bagi hasil;

2.  Menteri Keuangan dan Menteri ESDM menyusun mekanisme dan prosedur pencairan

dana bagi hasil sektor pertambangan yang efisien dan efektif yang menjamin ketepatan

penghitungan hak daerah dan waktu pencairan dana bagi hasil;

3.  Kepala Daerah mendata kembali seluruh penerimaan SDA Pertambangan yang disetor

langsung ke Kas Daerah dan menyetorkan ke rekening Pemerintah Pusat;

4.  Kepala Daerah mengirim surat yang berisi permintaan agar semua bupati/walikota diKalimantan Tengah menyetor penerimaan dari sektor pertambangan langsung ke rekening

Pemerintah Pusat;

5.  Kepala Daerah meminta Community Manager Bank Mandiri Cabang Palangka Raya agar

mengganti kerugian yang diderita Pemprov Kalteng karena keterlambatan transfer DAU

ke Kas Daerah sebesar Rp55.452.054,79;

6.  Kepala Daerah memerintah Kepala Biro Keuangan agar menarik seluruh dana yang

ditempatkan pada giro maupun deposito Bank Mandiri ke rekening Kas Daerah di PT.

BPK, kecuali jika Bank Mandiri bersedia memberikan suku bunga yang lebih tinggi

daripada PT. BPK;

7.  Kepala Daerah menegur Kepala Biro Keuangan yang lalai dalam melaksanakan tugasnya

selaku BUD dalam pengelolaan Kas Daerah;

Page 4: Laporan Dbh Dau Dak Kalteng

5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 4/40

  4

8.  Kepala Daerah memerintah Kepala Dipenda menyusun prosedur yang lebih efektif terkait

pengumpulan data, pencocokan, dan evaluasi bagi hasil pajak dari PBB dengan bekerja

sama lebih aktif dengan KP-PBB dan Bank Operasional di wilayah Kalteng.

Palangka Raya, November 2007

PERWAKILAN BPK-RI DI PALANGKA RAYA,

KEPALA,

Drs. Mampan Manalu, MM

NIP. 240001206

Page 5: Laporan Dbh Dau Dak Kalteng

5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 5/40

  5

BAB I

GAMBARAN UMUM

1.  Dasar Pemeriksaan

a.  Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung

Jawab Keuangan Negara;

b.  Undang-Undang No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan;

c.  Rencana Kerja Tahunan (RKT) BPK-RI TA 2007;

d.  Rencana Kegiatan Pemeriksaan (RKP) BPK-RI (Revisi) Semester II TA 2007.

2.  Standar Pemeriksaan

Peraturan BPK-RI Nomor 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan

Negara.

3.  Entitas yang Diperiksa

a.  Kantor Wilayah Perbendaharaan XVII di Palangka Raya;

b.  Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara di Palangka Raya;

c.  Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan di Palangka Raya;

d.  Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah;

e.  Bank Operasional (Bank Mandiri Cabang Palangka Raya).

4.  Tahun Anggaran yang Diperiksa

Tahun anggaran 2006 dan 2007 (Semester I).

5.  Metodologi Pemeriksaan

Pemeriksaan atas pengelolaan dana perimbangan akan memberikan penilaian

terhadap pengelolaan dan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran, pelaksanaan

SPI, serta akurasi informasi keuangan dengan pendekatan-pendekatan berikut :

a.  Pendekatan Risiko

Metodologi yang diterapkan dalam melakukan pemeriksaan terhadap pengelolaan

dan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran dilakukan dengan menggunakan

pendekatan risiko, yang didasarkan pada pemahaman dan pengujian atas efektivitas

SPI, antara lain terhadap cara penetapan alokasi dana perimbangan, cara pencatatan

dan pengeluaran uang maupun pelaporannya.

Hasil pemahaman dan pengujian atas SPI tersebut akan menentukan tingkat

keandalan SPI, sesuai asersi manajemen dan ketentuan yang berlaku.

Penetapan risiko pemeriksaan (audit risk ) simultan dengan tingkat keandalan

pengendalian (risiko pengendalian) serta tingkat bawaan (inherent risk ) entitas

yang akan diperiksa dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan risiko

Page 6: Laporan Dbh Dau Dak Kalteng

5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 6/40

  6

deteksi (detection risk ) yang diharapkan dan jumlah pengujian yang akan dilakukan

serta menentukan fokus pemeriksaan.

b.  Materialitas

Materialitas dalam pemeriksaan ditetapkan dengan menggunakan persentase atas

total anggaran yang akan diperiksa. Penerapan tingkat materialitas pemeriksaan

adalah konservatif atau rendah, dengan mempertimbangkan bahwa pengguna

laporan dhi. DPR-RI dan DPRD akan memperhatikan aspek legalitas dan

ketaatan terhadap ketentuan yang berlaku dalam proses pertanggungjawaban

keuangan. Tingkat materialitas dalam pemeriksaan ini ditetapkan sebesar 0,5 %

dan dijadikan pertimbangan dalam menentukan kedalaman pengujian yang akan

dilakukan. Standar materialitas di atas terutama berkaitan dengan akurasi angka-

angka dalam laporan keuangan, namun tidak berlaku atas penyimpangan yang

berkaitan dengan ketaatan terhadap ketentuan yang berlaku dalam pelaksanaan

kegiatan penggunaan anggaran. Kesalahan penyajian yang ditemukan dari hasil

pengujian atas penjumlahan secara vertikal dan horizontal (footing dan cross

 footing) dan kesalahan pembebanan dalam mata anggaran yang mengurangi

akurasi penyajian informasi keuangan, selanjutnya disimpulkan sehingga dapat

disusun materialitasnya.

c.  Pengujian dalam pemeriksaan

Pemeriksaan terhadap kegiatan pelaksanaan anggaran dilakukan dengan

pemahaman atas SPI. Pengujian terhadap pelaksanaan pengendalian terbatas pada

angka-angka yang disajikan untuk dapat mengumpulkan bukti-bukti yang

mendukung kesimpulan pemeriksaan. Dalam pemeriksaan ini dilakukan pengujiansubstantif atas transaksi keuangan secara terbatas.

d.  Uji petik pemeriksaan (audit sampling) 

Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara melakukan pengujian secara uji-petik atas

unit-unit dalam populasi yang akan diuji. Kesimpulan pemeriksaan akan

diperoleh berdasarkan hasil uji-petik yang dijadikan dasar untuk menggambarkan

kondisi dari populasinya. Dalam pemeriksaan ini, pemeriksa dapat menggunakan

metode non statistical sampling atau metode statistical sampling dengan

memperhatikan kecukupan jumlah sampel yang dipilih baik dari segi nilai rupiah

atau jenis transaksinya.

e.  Pelaporan

Setiap permasalahan yang ditemukan dalam pemeriksaan pelaksanaan anggaran

selanjutnya dikomunikasikan dengan entitas yang diperiksa untuk memperoleh

tanggapan tertulis sebelum disajikan sebagai temuan pemeriksaan. Atas temuan yang

dituangkan dalam hasil pemeriksaan tersebut selanjutnya diberikan saran tindak 

perbaikan yang disajikan dalam laporan yang sama.

6.  Waktu Pemeriksaan

Pemeriksaan dilaksanakan dari tanggal 10 s.d. 29 September 2007.

Page 7: Laporan Dbh Dau Dak Kalteng

5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 7/40

  7

7.  Obyek Pemeriksaan

Obyek pemeriksaan adalah penyaluran dana bagi hasil Provinsi Kalimantan Tengah

tahun 2006 dan 2007 (Semester I).

8.  Batasan Pemeriksaan

Pemeriksaan atas dana perimbangan ini tidak termasuk dana Otonomi Khusus (Otsus)

dan penyesuaian, dana darurat dan penggunaan dana perimbangan. Dalam pemeriksaan

ini Tim Pemeriksa BPK Palangka Raya tidak menemukan hambatan dari pihak-pihak 

yang diaudit. Semua data yang diperlukan telah diberikan secara cepat dan tepat oleh

pihak yang diperiksa.

Page 8: Laporan Dbh Dau Dak Kalteng

5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 8/40

  8

BAB II

PENGELOLAAN DANA PERIMBANGAN

1.  Landasan Hukum Dana Perimbangan

a.  Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Daerah;

b.  Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

c.  Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan atas Pengelolaan dan

Pertanggungjawaban Keuangan Negara;

d.  Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

e.  Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;

f.  Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan.

2.  Pengertian Dana Perimbangan

Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang

dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka

pelaksanaan desentralisasi. Dana perimbangan tersebut dibentuk untuk mendukung

pendanaan program otonomi. Dana perimbangan meliputi dana alokasi umum

(DAU), dana alokasi khusus (DAK), dan dana bagi hasil (DBH).

DAU bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar-daerah yang

dimaksudkan untuk mengurangi ketimpangan kemampuan keuangan antar-daerah

melalui penerapan formula yang mempertimbangkan kebutuhan dan potensi daerah.DAU suatu daerah ditentukan atas besar kecilnya celah fiskal (  fiscal gap) suatu

daerah, yang merupakan selisih antara kebutuhan daerah (  fiscal need ) dan potensi

daerah (  fiscal capacity). Alokasi DAU bagi daerah yang potensi fiskalnya besar

tetapi kebutuhan fiskal kecil akan memperoleh alokasi DAU relatif kecil.

Sebaliknya, daerah yang potensi fiskalnya kecil, namun kebutuhan fiskal besar akan

memperoleh alokasi DAU relatif besar. Secara implisit, prinsip tersebut menegaskan

fungsi DAU sebagai faktor pemerataan kapasitas fiskal.

DAK dimaksudkan untuk membantu membiayai kegiatan-kegiatan khusus pada

daerah tertentu yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional,

khususnya untuk membiayai kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasarmasyarakat yang belum mencapai standar tertentu atau untuk mendorong percepatan

pembangunan daerah.

DBH adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dibagihasilkan

kepada Daerah berdasarkan angka persentase tertentu. Pengaturan DBH dalam

Undang-Undang ini merupakan penyelarasan dengan Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah,

terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000. Dalam Undang-Undang

ini dimuat pengaturan mengenai Bagi Hasil penerimaan Pajak Penghasilan (PPh)

Pasal 25/29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21 serta sektor

pertambangan panas bumi sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor

27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi. Selain itu, dana reboisasi yang semula

termasuk bagian dari DAK, dialihkan menjadi DBH.

Page 9: Laporan Dbh Dau Dak Kalteng

5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 9/40

  9

 

3.  Penetapan dan Alokasi Dana Perimbangan

a.  Dana Bagi Hasil (DBH)

Penetapan alokasi DBH Pajak ditetapkan Menteri Keuangan sedangkan Menteri

teknis menetapkan daerah penghasil dan dasar penghitungan DBH Sumber Daya

Alam setelah berkonsultasi dengan Menteri Dalam Negeri. Ketetapan menteri teknis

tersebut disampaikan kepada Menteri Keuangan untuk ditetapkan perkiraan alokasi

DBH Sumber Daya Alam untuk masing-masing daerah.

DBH PBB dibagi dengan imbangan 10% untuk Pemerintah dan 90% untuk daerah.

DBH PBB untuk daerah sebesar 90% dibagi dengan rincian 16,2% untuk provinsi

yang bersangkutan dan 64,8% untuk kabupaten/kota yang bersangkutan serta 9%

untuk biaya pemungutan. Bagian Pemerintah sebesar 10% dialokasikan kepada

seluruh kabupaten dan kota.

DBH BPHTB dibagi dengan imbangan 20% untuk Pemerintah dan 80% untuk 

daerah. DBH BPHTB untuk daerah sebesar 80% dibagi dengan rincian 16% untuk 

provinsi yang bersangkutan dan 64% untuk kabupaten/kota yang bersangkutan.

Bagian Pemerintah sebesar 20% dialokasikan dengan porsi yang sama besar untuk 

seluruh kabupaten dan kota.

DBH PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21 dibagikan kepada daerah sebesar 20% dengan

rincian 8% untuk provinsi yang bersangkutan dan 12% kabupaten/kota dalam

provinsi yang bersangkutan.

DBH SDA yang terdiri dari Kehutanan, Pertambangan Umum, Perikanan,Pertambangan Minyak Bumi, Pertambangan Gas Bumi, dan Pertambangan Panas

Bumi dibagikan dengan rincian sebagai berikut:

No DBH SDA ProvinsiKota/Kab

Penghasil

Kota/Kab

prov ybs

1 Kehutanan

a. IIUPH 16 % 64 %

b. PSDH 16% 32 % 32 %

c. Dana Reboisasi 40%

2 Pertambangan Umum

a. Land-rent 16 % 64 %

b. Royalty 16% 32 % 32 %

3 Perikanan 80% dibagikan ke seluruh kota/kab

4 Pertambangan Minyak Bumi 3% 6% 6%

5 Pertambangan Gas Bumi 6% 12% 12%

6 Pertambangan Panas Bumi

a. Setoran Bag Pemerintah 16% 32 % 32 %

b. Iuran Tetap & Produksi 80% prorata

Page 10: Laporan Dbh Dau Dak Kalteng

5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 10/40

  10

b.  Dana Alokasi Umum

Alokasi DAU per daerah ditetapkan dengan Peraturan Presiden. Alokasi DAU

tambahan dengan Peraturan Menteri Keuangan. DAU dialokasikan untuk provinsi

dan kabupaten/kota. Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26%

dari Pendapatan Dalam Negeri Neto. Proporsi DAU antara provinsi dan

kabupaten/kota dihitung dari perbandingan antara bobot urusan pemerintahan yang

menjadi kewenangan provinsi dan kabupaten/kota.

DPOD memberikan pertimbangan atas rancangan kebijakan formula dan perhitungan

DAU kepada Presiden sebelum penyampaian Nota Keuangan dan RAPBN tahun

anggaran berikutnya. Menteri Keuangan melakukan perumusan formula dan

penghitungan alokasi DAU dengan memperhatikan pertimbangan DPOD. Menteri

Keuangan menyampaikan formula dan perhitungan DAU sebagai bahan penyusunan

RAPBN.

DAU untuk suatu daerah dialokasikan berdasarkan formula yang terdiri atas celah

fiskal dan alokasi dasar. Celah fiskal merupakan selisih antara kebutuhan fiskal dan

kapasitas fiskal. Kebutuhan fiskal diukur dengan menggunakan variabel jumlah

penduduk, luas wilayah, Indeks Kemahalan Konstruksi, Produk Domestik Regional

Bruto per kapita, dan Indeks Pembangunan Manusia. Kapasitas fiskal diukur

berdasarkan Pendapatan Asli Daerah dan DBH. Alokasi dasar dihitung berdasarkan

 jumlah gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah.

c.  Dana Alokasi Khusus

Menteri teknis mengusulkan kegiatan khusus yang akan didanai dari DAK dan

ditetapkan setelah berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan,dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional, sesuai dengan Rencana

Kerja Pemerintah.

Menteri teknis menyampaikan ketetapan tentang kegiatan khusus kepada Menteri

Keuangan untuk melakukan penghitungan alokasi DAK. Penghitungan alokasi DAK

dilakukan melalui dua tahapan, yaitu penentuan daerah tertentu yang menerima DAK

dan penentuan besaran alokasi DAK masing-masing daerah. Penentuan daerah

tertentu harus memenuhi kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.

4.  Alokasi dan Realisasi Dana Perimbangan Provinsi Kalteng

NoTahun Anggaran/Jenis

Penerimaan

Anggaran

(Rp)

Realisasi

(Rp)

a. Tahun 2006

a) Dana Bagi Hasil 64.000.000.000,00 88.646.309.396,00

b) Dana Bagi Hasil Bukan Pajak 21.250.000.000,00 33.061.984.989,06

c) Dana Alokasi Umum 552.000.000.000,00 552.000.000.000,00

637.250.000.000,00 673.708.294.385,06

b. Tahun 2007 (Semester I)

a) Dana Bagi Hasil Pajak 78.225.000.000,00 9.015.346.103,00

b) Dana Bagi Hasil Bukan Pajak 26.250.000.000,00 1.729.549.894,00

c) Dana Alokasi Umum 571.290.000.000,00 333.252.500.000,00

675.765.000.000,00 343.997.395.997,00

Page 11: Laporan Dbh Dau Dak Kalteng

5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 11/40

  11

 

5.  Sistem Pengendalian Manajemen Dana Perimbangan

a.  Organisasi

Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah dhi Biro Keuangan menyelenggarakan

fungsi penyiapan dan pembukuan dokumen penerimaan dana perimbangan yang telah

diterima serta pengelolaan rekening penerimaan dana perimbangan yang telah

ditetapkan.

Meski telah terdapat Dinas Pendapatan Daerah yang menjadi leading sector 

penerimaan daerah, fungsinya belum banyak berjalan. Sehingga yang terjadi data

yang ada di dispenda tidak bisa diandalkan dan masih tergantung data dari Biro

Keuangan. Juga tidak terdapat koordinasi yang baik antara dispenda dengan dinas

teknis (Pertambangan dan Kehutanan) dalam masalah data berapa hak penerimaan

Dana Bagi Hasil dari pemerintah pusat yang menjadi hak pemerintah provinsi.

Pembukuan dan penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi

Kalimantan Tengah dilakukan oleh Kepala Biro Keuangan yang membawahi Kepala

Bagian Anggaran, Kepala Bagian Verifikasi dan Pembukuan, Kepala Bagian

Perbendaharaan, dan Kepala Bagian Perangkaan dan Pelaporan. Dari Kepala Bagian

yang ada tersebut dalam tugas sehari-harinya dibantu oleh beberapa Kepala Sub

Bagian. Yang berperan penting dalam menghasilkan output Laporan Keuangan

Daerah adalah Bagian Verifikasi dan Pembukuan yang posisinya juga tidak terlepas

dari bagian yang lain maupun dengan seluruh unit kerja yang terkait dalam lingkup

Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah.

Pembukuan dan Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi

Kalimantan Tengah mulai Tahun Anggaran 2005 diselenggarakan berdasarkan

Peraturan Gubernur Kalimantan Tengah No. 59 Tahun 2005 tentang Sistem dan

Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah dan Akuntansi Keuangan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah yang merupakan penjabaran lebih lanjut Keputusan Menteri

Dalam Negeri No. 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan,

Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan

Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

b.  Kebijakan

Seiring dengan lahirnya paket keuangan negara yang mencakup UU No 17 Tahun

2003 tentang Keuangan Daerah, UU No 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara dan UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan atas Pengelolaan dan

Pertanggungjawaban Keuangan Negara, reformasi pengelolaan keuangan negara

menuju terciptanya good governance terus bergulir dan mengalami penyempurnaan

dari aspek perencanaan, pengelolaan, pertanggungjawaban, dan pengawasan.

Reformasi pengelolaan keuangan negara tersebut berdampak pada landasan

pengelolaan keuangan daerah yang telah diterbitkan pada tahun 1999 yaitu UU 22

Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU 25 Tahun 1999 tentang

Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Dalam rangka sinkronisasi pengelolaankeuangan daerah maka dikeluarkan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah dan UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Derah.

Page 12: Laporan Dbh Dau Dak Kalteng

5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 12/40

  12

Dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah, penyerahan, pelimpahan, dan

penugasan urusan pemerintah kepada Daerah secara nyata dan bertanggung jawab

harus diikuti dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional

secara adil yang tercermin pada perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat danPemerintah Daerah seperti yang tertuang dalam UU 32 Tahun 2004.

Untuk menciptakan sistem perimbangan keuangan yang proporsional, demokratis,

adil dan transparan berdasarkan atas pembagian kewenangan Pusat dan Daerah, maka

diperlukan implementasi pengaturan dana perimbangan dan telah tertuang dalam PP

No. 55 Tahun 2005.

Dana Perimbangan bertujuan untuk menciptakan keseimbangan keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Daerah dan antara Pemerintahan Daerah. Dana Perimbangan

yang terdiri dari Dana Bagi Hasil (DBH) dari penerimaan pajak dan SDA, Dana

Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan sumber

pendanaan bagi daerah dalam pelaksanaan desentralisasi, yang alokasinya tidak dapat

dipisahkan satu dengan yang lain mengingat tujuan masing-masing jenis penerimaan

tersebut saling mengisi dan melengkapi.

Dana Alokasi Umum bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar daerah

melalui penerapan formula yang mempertimbangkan kebutuhan belanja pegawai,

kebutuhan fiskal, dan potensi daerah. Kebutuhan daerah dicerminkan dari luas

daerah, keadaan geografis, jumlah penduduk, tingkat kesehatan dan kesejahteraan

masyarakat di daerah, dan tingkat pendapatan masyarakat di daerah. Sedangkan

kapasitas fiskal dicerminkan dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil Pajak,

dan Sumber Daya Alam.

Dana Alokasi Khusus dimaksudkan untuk mendanai kegiatan khusus yang menjadi

urusan daerah dan merupakan prioritas nasional, sesuai dengan fungsi yang

merupakan perwujudan tugas kepemerintahan di bidang tertentu, khususnya dalam

upaya pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat.

Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari APBN yang dibagihasilkan kepada

Daerah berdasarkan angka persentase tertentu dengan memperhatikan potensi daerah

penghasil.

Kebijakan pada Dinas Pertambangan dan Energi Kalimantan Tengah secara umum

mengacu pada ketentuan pemerintah pusat mengenai penyaluran Dana Bagi Hasil.

Menyadari terdapat kelemahan pada mekanisme penerimaan DBH, ditetapkanPeraturan Gubernur No 63 Tahun 2006 (tertanggal 23 November) tentang Tatacara

Pengangkutan dan Penjualan Bahan Galian Tambang di Provinsi Kalimantan Tengah

yang diantaranya bertujuan agar hak-hak pemerintah, baik pusat, provinsi dan

kabupaten/kota dapat diperoleh secara adil.

c.  Pencatatan dan Pelaporan

Dana perimbangan yang diterima oleh pemerintah daerah ditampung dalam rekening

kas daerah yang ditetapkan dengan suatu surat keputusan. Transfer dana tersebut

dicatat sebagai penerimaan/pendapatan daerah yang kemudian dilaporkan dalam

laporan realisasi anggaran yang dibuat setiap tahunnya sebagai pertanggungjawaban

kepada DPRD.

Page 13: Laporan Dbh Dau Dak Kalteng

5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 13/40

  13

Dalam realitasnya, masih terdapat perbedaan laporan realisasi dana bagi hasil pajak 

dan bukan pajak antara Kanwil Perbendaharaan XVII dan Pemerintah Provinsi

Kalimantan Tengah.

d.  Prosedur

Prosedur DBH Pajak 

•  Penyaluran DBH PBB dan BPHTB dilaksanakan secara mingguan;

•  Penyaluran DBH PBB dan BPHTB bagian Pemerintah Pusat dilaksanakan dalam

3 (tiga) tahap, yaitu bulan April, bulan Agustus, dan bulan Nopember tahun

anggaran berjalan;

•  Penyaluran DBH PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21 dilaksanakan berdasarkan

prognosa penerimaan PPh WPOPDN dan PPh Pasal21;

•  Penyaluran DBH PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21 dilaksanakan dari triwulan I,II, dan III sebesar 20% (dua puluh persen) dari alokasi sementara, pada triwulan

IV penyaluran didasarkan atas selisih antara pembagian definitif dengan jumlah

dana yang telah dicairkan pada triwulan sebelumnya;

•  Apabila terjadi kelebihan penyaluran triwulan I –III dibandingkan dengan

pembagian definitif, maka kelebihan tersebut akan diperhitungkan dalam

penyaluran tahun anggaran berikutnya.

Prosedur DBH SDA

•  Penyaluran dilaksanakan secara Triwulanan

•  Penyaluran dilaksanakan dengan cara pemindahbukuan dari Rekening KasUmum Negara ke Rekening Kas Umum Daerah.

•  Penyaluran dilaksanakan berdasarkan realisasi penerimaan SDA tahun anggaran

berjalan.

•  Penyaluran DBH Minyak Bumi dan Gas Bumi ke daerah dilakukan dengan

menggunakan asumsi dasar harga minyak bumi tidak melebihi130% (seratus tiga

puluh persen) dari penetapan dalam APBN tahun berjalan.

•  Apabila asumsi dasar harga minyak bumi yang ditetapkan dalam APBN

Perubahan melebihi130% (seratus tiga puluh persen), selisih penerimaan tersebut

dialokasikan dengan menggunakan formula DAU.

Di Provinsi Kalimantan Tengah, mekanisme penghitungan DBH SDA kehutanan dan

pertambangan tidak memadai sehingga tidak bisa diyakini apakah seluruh hak 

Pemerintah Provinsi telah tersalur. (lihat hasil temuan pemeriksaan Tim)

Prosedur DAU

Daerah mengajukan SPM (surat permintaan membayar) DAU 1/12 per bulan kepada

KPPN wilayah yg kemudian diproses sebagai dasar menerbitkan SP2D (surat

persetujuan pencairan dana) DAU 1/12 bulan yang kemudian oleh KPPN wilayah

ditransfer ke ke rekening keuangan daerah sebagai sumber pendapatan daerah.

Prosedur DAK

Page 14: Laporan Dbh Dau Dak Kalteng

5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 14/40

  14

Daerah mengajukan SPM DAK kepada KPPN wilayah yg kemudian diproses sebagai

dasar menerbitkan SP2D DAK yang kemudian oleh KPPN wilayah ditransfer ke ke

rekening keuangan daerah sebagai sumber pendapatan daerah.

e.  Pengawasan

Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan yang didanai dari dana perimbangan

dilaksanakan oleh menteri teknis, dimana apabila terdapat indikasi adanya

penyimpangan, menteri teknis dapat meminta aparat pengawasan fungsional untuk 

melakukan pemeriksaan.

Di lapangan didapati kurangnya peran pengawasan Bawasprov, sehingga tidak 

mampu mendeteksi kelemahan mekanisme penerimaan Dana Bagi Hasil yang ada

serta keterlambatan penyaluran DAU oleh Bank Operasional.

Page 15: Laporan Dbh Dau Dak Kalteng

5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 15/40

  15

BAB III

HASIL PEMERIKSAAN DANA PERIMBANGAN

1.  Mekanisme Pembagian Dana Bagi Hasil SDA Sektor Kehutanan Tidak Memadai

Dalam laporan keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah dilaporkan

penerimaan Bagi Hasil dari sektor kehutanan untuk tahun 2006 dan 2007 (s.d Agustus)

sebagai berikut.

Tabel 1.1

Realisasi Penerimaan PSDH dan IHPH

No Jenis PenerimaanRealisasi 2006

(Rp)

Realisasi 2007

s.d. Agustus (Rp)

Provinsi Kalimantan Tengah

1 Iuran Hak Pengusahaan Hutan (IHH) 963.444.000,00 0,00

2 Provisi Sumber Daya Alam (PSDH) 26.404.544.766,00 8.820.422.009,00

Jumlah 33.061.984.989,06 10.701.040.159,00

Untuk memastikan ketepatan penyaluran dan penerimaan dana bagi hasil tersebut

BPK telah mengumpulkan data penerimaan yang secara riil telah diterima oleh pemerintah

kabupaten/kota seluruh Kalimantan Tengah. Data tersebut dihimpun oleh Dinas Kehutanan

pada Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah. Selain itu, BPK juga melakukan wawancara

dengan Kepala Subdinas Produksi Hasil Hutan (Ir. Mursid Marsono) dan staf terkait

mengenai mekanisme penyaluran dana bagi hasil dari sektor kehutanan dari Pemerintah

Pusat.

Dari serangkaian wawancara diperoleh informasi bahwa perhitungan besaran dana

bagi hasil yang harus diterima pemerintah daerah (pemda) didasarkan pada realisasi

pembayaran IHH dan PSDH yang dilakukan para pengusaha di wilayah Kalimantan Tengah

secara langsung ke rekening milik pemerintah pusat sebagai berikut.

Tabel 1.2

Daftar Rekening Penampungan DR, PSDH, dan IHPH

No Pemilik Rekening No Rekening Bank

Sektor Kehutanan

1 Bendaharawan Penerima Setoran

Murni DR

1020004203904 Bank Mandiri Cabang Jakarta

Gedung Pusat Kehutanan

2 Bendaharawan Penerima Setoran

Tunggakan dan Denda DR

1020004203862 Bank Mandiri Cabang Jakarta

Gedung Pusat Kehutanan

3 Bendaharawan Penerima Setoran 1020004204001 Bank Mandiri Cabang Jakarta

Page 16: Laporan Dbh Dau Dak Kalteng

5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 16/40

  16

No Pemilik Rekening No Rekening Bank

Murni PSDH Gedung Pusat Kehutanan

4 Bendaharawan Penerima SetoranTunggakan dan Denda PSDH

1020004204092 Bank Mandiri Cabang JakartaGedung Pusat Kehutanan

5 Bendaharawan Penerima Setoran

IIUPH

1020004203870 Bank Mandiri Cabang Jakarta

Gedung Pusat Kehutanan

Diperoleh penjelasan pula bahwa untuk menghitung bagian yang harus diterima oleh

pemda untuk satu tahun anggaran tertentu, realisasi penyetoran para pengusaha harus

dicocokkan/direkonsiliasi dengan rekaman transaksi penerimaan yang dimiliki oleh

Departemen Kehutanan (Dephut). Proses rekonsiliasi tersebut dilakukan minimal setiap

triwulan di Jakarta dan dihadiri oleh dinas teknis terkait dari pemda seluruh Indonesia.

Berikut adalah rekapitulasi data penerimaan PSDH dari seluruh kabupaten/kota di Kalimantan

Tengah yang dihimpun oleh Dinas Kehutanan pada Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah

dan yang telah direkonsiliasi dengan departemen teknis terkait selama 2006 dan 2007.

Tabel 1.3

Realisasi Peneriman dan Hasil Rekonsiliasi PSDH Tahun 2006

No Tahap RekonsiliasiPenerimaan

PSDH (Rp)Ket

1 Tahap I, Februari 2006 17.545.544.237,88 Sisa 2004

12.526.320.708,80 Sisa 2005

16.431.010.703,00 2006

2 Tahap II, Mei 2006 8.582.460.766,60 2006

3 Tahap III, Juni 2006 16.072.422.094,00 2006

4 Tahap IV, Agustus 2006 33.064.490.093,00 2006

5 Tahap V, Oktober 2006 17.331.874.472,20 2006

6 Tahap VI, November 2006 10.793.294.992,02 2006

Total Penerimaan 132.347.418.067,50

Tabel 1.4

Realisasi Peneriman dan Hasil Rekonsiliasi PSDH Tahun 2007 (s.d. Agustus) 

No Tahap RekonsiliasiPenerimaan

PSDH (Rp)Ket

1 Tahap I, Januari 2007 18.702.520.265,40 Sisa 2006

11.356.737.680,00 2007

2 Tahap II, April 2007 11.777.206.199,00 2007

3 Tahap III, Mei 2007 18.643.209.589,00 2007

Page 17: Laporan Dbh Dau Dak Kalteng

5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 17/40

  17

No Tahap RekonsiliasiPenerimaan

PSDH (Rp)Ket

4 Tahap IV, Agustus 2007 39.459.740.011,00 2007

Total Penerimaan 99.939.413.744,40

Selanjutnya dinyatakan bahwa setelah rekonsiliasi dilakukan, Dephut kemudian

membuat pengajuan pencairan kepada Departemen Keuangan (Depkeu) agar ditindaklanjuti

dengan penyaluran dana bagi hasil sektor kehutanan kepada pemda di seluruh Indonesia.

Berikut adalah data pengajuan tersebut untuk penyaluran dana bagi hasil selama 2006 dan

2007 (s.d. Agustus).

Tabel 1.5

Pengajuan Pencairan PSDH oleh Dephut kepada Depkeu Tahun 2006

No Surat PengajuanNilai yang

Diajukan (Rp)Ket

1 No. S201/II-RK/2006, 5 April 2006 13.148.488.409,62 Sisa 2004

2 No. S357/II-Ren/06, 29 Maret 2006 12.214.937.620,20 Sisa 2005

3 No. S358/II-Ren/06, 29 Maret 2006 16.488.076.179,00 2006

4 No. S745/II-Ren/06, 17 Juli 2006 24.033.663.660,60 2006

5 No. S1167/II-Ren/06, 18 Oktober 2006 32.298.326.059,00 2006

6 No. S1368/II-RK/06, 22 Desember 2006 22.463.465.368,22 2006

Total Pengajuan 120.646.957.296,64

Tabel 1.6

Pengajuan Pencairan PSDH oleh Dephut kepada Depkeu Tahun 2007

No Surat PengajuanNilai yang

Diajukan (Rp)Ket

1 No. S167/II-RK/2007, 23 Maret 2007 16.807.190.849,40 Sisa 2006

2 No. S168/II-RK/2007, 23 Maret 2007 10.773.977.040,00 2007

3 No. S40/II-RK/2007, 16 Juli 2007 327.202.000,00 Sisa 2006

4 No. S40/II-RK/2007, 16 Juli 2007 29.924.649.788,00 2007

Total Pengajuan 57.833.019.677,40

Sementara terkait dengan Iuran Hak Pengusahaan Hutan (IHPH), Kepala Subdinas

Produksi Hasil Hutan menyatakan bahwa rekonsiliasi IHPH terakhir dilakukan untuk tahun

2007 yang ditindaklanjuti dengan surat pengajuan nomor S4/I-RK/2/2007 tanggal 27 Februari

2007 dari Dephut kepada Depkeu. Nilai yang diajukan melalui surat tersebut adalah

Rp15.921.700.000,00. Sedangkan untuk penerimaan 2006 tidak ada rekonsiliasi.

Page 18: Laporan Dbh Dau Dak Kalteng

5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 18/40

  18

Dari wawancara dan data yang diberikan terkait dengan penyaluran PSDH dan IHPH

tersebut dapat disimpulkan bahwa proses penetapan dan penyaluran dana bagi hasil sektor

kehutanan tidak memadai. Hal ini tampak dari panjangnya proses penetapan dan penyaluran

tersebut dan dari inkosistensi antara data rekonsiliasi, pengajuan, dan realisasi penerimaanPSDH dan IHPH. Inkonsistensi tersebut dapat terlihat jelas dari ringkasan berikut.

Tabel 1.7

Perbandingan Data Rekonsiliasi, Pengajuan, dan Penerimaan IHPH dan PSDH

Tahun/Jenis

Penerimaan

Rekonsiliasi

(Rp)

Pengajuan

(Rp)

Hak Pemda

Berdasarkan

Rekonsiliasi* (Rp)

Hak Pemda

Berdasarkan

Pengajuan* (Rp)

Realisasi

Penerimaan

(Rp)

2006

  IHPH Tdk ada rekonsiliasi Data tidak ada - - 963.444.000,00

  PSDH 132.347.418.067,50 120.646.957.296,64 21.175.586.890,80 19.303.513.167,46 26.404.544.766,00

2007

  IHPH Data tidak ada 15.921.700.000,00 - 2.547.472.000,00 0,00

  PSDH 99.939.413.744,40 57.833.019.677,40 15.990.306.199,10 9.253.283.148,00 8.820.422.009,00

Total IHPH - 15.921.700.000,00 - 2.547.472.000,00 963.444.000,00

Total PSDH 232.286.831.811,90 178.479.976.974,04 37.165.893.089,9 28.556.796.315,46 35.224.966.775,00

* 16% dari jumlah total PSDH/IHPH

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa realisasi penerimaan IHPH dan PSDH oleh

Pemprov Kalteng tidak sama dengan besaran hak yang dihitung berdasarkan hasil rekonsiliasi

maupun pengajuan. Untuk tahun 2006, terlihat bahwa Pempov mencatat penerimaan IHPH

sebesar Rp963.444.000,00, namun penerimaan ini tidak dapat diverifikasi berasal dari mana,

karena proses rekonsiliasi dan pengajuan dalam tahun itu tidak dilakukan atau tidak ada data

yang diterima oleh Pemprov sebagai bahan pencocokan. Untuk tahun 2007 dari tabel terlihat

bahwa IHPH sampai Agustus yang telah menjadi hak Pemprov berdasarkan pengajuan adalah

Rp2.547.472.000,00, namun sampai saat ini hak tersebut belum diterima Pemprov.

Selanjutnya untuk PSDH tahun 2006 dicatat penerimaan sebesar

Rp26.404.544.766,00. Jumlah ini lebih besar bila dibandingkan dengan perhitungan

berdasarkan hasil rekonsiliasi (Rp21.175.586.890,80) maupun pengajuannya

(Rp19.303.513.167,46). Untuk 2007 terlihat bahwa realisasi penerimaannya

(Rp8.820.422.009,00) lebih kecil bila dibandingkan dengan hak yang dihitung berdasarkan

hasil rekonsiliasi (Rp15.990.306.199,10) dan pengajuan (Rp9.253.283.148,00). Jika dihitung

berdasarkan jumlah hasil rekonsiliasi, Pemprov Kalteng seharusnya memperoleh bagian

sebesar Rp37.165.893.090,00, sementara jumlah yang sudah diterima adalah

Rp35.224.966.775,00. Jadi secara keseluruhan PSDH yang belum diterima oleh Pemprov

sampai dengan September 2007 mencapai Rp1.940.926.315,00. 

Page 19: Laporan Dbh Dau Dak Kalteng

5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 19/40

  19

Dari fakta tersebut BPK menyimpulkan dua hal. Pertama, proses penetapan dan

penyaluran bagi hasil sektor kehutanan tidak transparan dan akuntabel. Dikatakan tidak 

transparan karena tidak semua penerimaan yang menjadi hak Pemda dilakukan

pencocokan/pengajuan. Hal ini terjadi pada penerimaan dari IHPH yang tidak pernahdirekonsiliasi. Dikatakan tidak akuntabel karena pengajuan oleh Departemen Kehutanan

kepada Departemen Keuangan tidak didasarkan pada hasil rekonsiliasi yang telah dilakukan.

Dari tabel tersebut tampak bahwa pengajuan yang dilakukan selalu lebih kecil dari pada hasil

rekonsiliasi. Realisasi penyaluran PSDH dan IHPH oleh Departemen Keuangan selalu

berbeda dengan pengajuan Departemen Kehutanan dan tidak dapat dicocokkan dengan data

hasil rekonsiliasi (lihat Tabel 1.7).

Kedua, terkait dengan mekanisme rekonsiliasi itu sendiri, BPK menilai bahwa hal

tersebut tidak efektif karena hasil rekonsiliasi sering tidak menjadi dasar pencairan dana bagi

hasil. Di samping itu, mekanisme rekonsiliasi juga tidak efisien karena cenderung

menimbulkan beban keuangan daerah. Dengan rekonsiliasi pemda seluruh Indonesia harusmengeluarkan biaya untuk pejabat dan staf terkait untuk menghadiri acara rekonsiliasi di

Jakarta paling tidak empat kali dalam setahun. Lalu kehadiran mereka di Jakarta tidak 

menjamin ketepatan penyaluran hak dana bagi hasil yang harus diterima pemda.

Proses penyaluran PSDH dan IHPH seperti dijelaskan di atas tidak sesuai dengan:

a.  Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan, khususnya

terkait Pasal 16 yang menyatakan bahwa bagian provinsi untuk IUHPH dan PSDH adalah

sebesar 16%.

b.  Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

Daerah, Pasal 4 yang antara lain menyatakan bahwa keuangan daerah harus dikelolasecara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif,

transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, dan

manfaat untuk masyarakat.

Kondisi seperti dijelaskan di atas mengakibatkan hal-hal berikut.

a.  Proses penyaluran yang tidak transparan dan akuntabel tersebut mengakibatkan lemahnya

pengendalian atas seluruh proses penyaluran IHPH dan PSDH. Mekanisme tersebut

menyulitkan kontrol oleh pemerintah daerah selaku pihak yang mempunyai hak atas

penerimaan dari SDA sektor kehutanan tersebut. Selanjutnya, proses penyaluran yang

tidak transparan akan mendorong penyalahgunaan penerimaan IHPH dan PSDH oleh

Departemen Kehutanan.

b.  Ketidaktepatan jumlah yang disalurkan ke Pemprov mengakibatkan kekurangan

perolehan dana bagi hasil dari PSDH minimal sebesar Rp1.940.926.315,00 .

Hal tersebut disebabkan oleh Pemerintah Pusat belum menyusun mekanisme

pembayaran, penghitungan, dan penyaluran SDA sektor kehutanan secara memadai yang

memungkinan kontrol oleh semua pihak yang terkait.

Atas temuan tersebut Wakil Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kalteng menyatakan

bahwa perbedaan antara hasil rekonsiliasi dan pengajuan pencairan bagi hasil disebabkan oleh

adanya proses pengecekan kembali oleh Setjen Dephut guna mengakuratkan data. Kesalahandata biasa terjadi karena proses rekonsiliasi dilakukan secara manual sehingga faktor human

Page 20: Laporan Dbh Dau Dak Kalteng

5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 20/40

  20

error dalam proses rekonsiliasi dapat terjadi. Selanjutnya, terkait perbedaan pengajuan dan

pencairan disebabkan oleh ketidaktepatan waktu pencairan oleh Depkeu. Ke depan, Dishut

bersama-sama dengan Dipenda akan lebih proaktif dan berkoordinasi agar penyaluran Dana

Perimbangan dapat berjalan efisien dan optimal.

BPK RI merekomendasikan kepada Menteri Kehutanan dan Menteri Keuangan untuk 

menyusun mekanisme dan prosedur pencairan dana bagi hasil sektor kehutanan yang efisien

dan efektif yang menjamin ketepatan penghitungan hak daerah dan waktu pencairan dana

bagi hasil tersebut. Salah satu yang dapat menjadi acuan dalam hal ini adalah mekanisme dan

prosedur bagi hasil PBB dimana pembagian PBB dilakukan secara otomatis oleh Bank 

Operasional berdasarkan norma proporsi pembagian yang telah ditetapkan oleh Undang-

undang.

Page 21: Laporan Dbh Dau Dak Kalteng

5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 21/40

  21

2.  Mekanisme Pembagian Dana Bagi Hasil SDA Pertambangan Umum Tidak

Memadai

Dalam laporan keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah dilaporkan

penerimaan Bagi Hasil dari sektor pertambangan untuk tahun 2006 dan 2007 (s.d 8

September) sebagai berikut.

Tabel 2.1

Realisasi Penerimaan SDA Tahun 2006 dan 2007 (s.d. 8 September)

No Jenis PenerimaanRealisasi 2006

(Rp)

Realisasi 2007

s.d. 8 Sep (Rp)

Provinsi Kalimantan Tengah

1 Iuran Tetap ( Land rent ) 1.212.323.414,06 620.654.180,00

2 Iuran Eksplorasi & Eksploitasi ( Royalty) 4.481.672.809,00 1.259.963.970,00

Jumlah 5.693.996.223,06 1.880.618.150,00

Untuk memastikan ketepatan penyaluran dan penerimaan dana bagi hasil tersebut

BPK telah mengumpulkan data penerimaan yang secara riil telah diterima oleh pemerintah

kabupaten/kota seluruh Kalimantan Tengah. Data tersebut dihimpun oleh Dinas

Pertambangan dan Energi pada Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah. Selain itu, BPK

  juga melakukan wawancara dengan beberapa pejabat dan staf terkait mengenai mekanisme

penyaluran dana bagi hasil sektor pertambangan dari Pemerintah Pusat.

Dari serangkaian wawancara diperoleh informasi bahwa perhitungan besaran dana

bagi hasil yang harus diterima pemerintah daerah (pemda) didasarkan pada realisasi

pembayaran land rent  dan royalty yang dilakukan para pengusaha di wilayah Kalimantan

Tengah. Pembayaran tersebut dilakukan oleh para pengusaha secara langsung ke rekening

milik pemerintah pusat sebagai berikut.

Tabel 2.2

Daftar Rekening Setoran SDA Pertambangan

No Pemilik Rekening No Rekening Bank

1 Departemen ESDM (IKP dan PKP2B) 501000000 Bank Indonesia

2 Departemen Keuangan (Kontrak Karya) 508000071 Bank Indonesia

Oleh Kepala Subdinas Pertambangan Umum (Rivanus Tarigan) pada Dinas

Pertambangan dan Energi dijelaskan bahwa untuk menghitung bagian yang harus diterima

untuk satu tahun anggaran tertentu, pemda harus melakukan rekonsiliasi dengan Departemen

Energi dan Sumber Daya Mineral (Departemen ESDM). Proses rekonsiliasi tersebut

dilakukan minimal setiap triwulan di Jakarta dan dihadiri oleh dinas teknis terkait dari pemdaseluruh Indonesia.

Page 22: Laporan Dbh Dau Dak Kalteng

5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 22/40

  22

Berikut adalah rekapitulasi data penerimaan land rent  dan royalty dari seluruh

kabupaten/kota di Kalimantan Tengah yang berhasil dihimpun oleh Dinas Pertambangan dan

Energi pada Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah dan yang telah direkonsiliasi dengan

departemen teknis terkait selama 2006 dan 2007.

Tabel 2.3

Hasil Rekonsiliasi SDA Pertambangan

Tahun 2006 (data s.d. Oktober)

No Uraian Land Rent (Rp) Royalty (Rp) Jumlah (Rp)

A Prov. Kalimantan Tengah

1 Kuasa Pertambangan 405.501.468,54 257.385.600,00 662.887.068,54

2 PKP2B (Batu Bara) - 4.018.161.402,59 4.018.161.402,59

Jumlah 405.501.468,54 4.275.547.002,59 4.681.048.471,13

Tabel 2.4

Hasil Rekonsiliasi SDA Pertambangan

Tahun 2007 (s.d. Mei)

No Uraian Land Rent (Rp) Royalty (Rp) Jumlah (Rp)

A Prov. Kalimantan Tengah

1 KP (Sub account 2006) 110.084.762,88 115.963.200,00 226.047.962,88

2 Iuran Kuasa Pertambangan 76.444.914,88 559.720.934,00 636.165.848,88

3 PKP2B (Batu Bara) 0 2.305.126.766,51 2.305.126.766,51

4 Kontrak Karya (KK) 25.675.426,21 389.142.847,29 414.818.273,50

Jumlah 212.205.103,97 3.369.953.747,80 3.582.158.851,77

Jika angka-angka dalam tabel tersebut dibandingkan dengan laporan realisasi

penerimaan yang disajikan pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa realisasi penerimaan yang

dicatat pada Kas Daerah Pemprov Kalteng tidak sama besarnya.

Tabel 2.5

Perbandingan Realisasi Penerimaan SDA dan Hasil Rekonsiliasi

Provinsi Kalteng

No Tahun/PemdaRealisasi Kasda

(Rp)

Rekonsiliasi

(Rp)

Selisih

(Rp)

Tahun 2006

Iuran Tetap ( Land rent ) 1.212.323.414,06 405.501.468,54 806.821.945,52

Iuran Eksplorasi & Eksploitasi ( Royalty) 4.481.672.809,00 4.275.547.002,59 463.511.406,41

Page 23: Laporan Dbh Dau Dak Kalteng

5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 23/40

  23

No Tahun/PemdaRealisasi Kasda

(Rp)

Rekonsiliasi

(Rp)

Selisih

(Rp)

Jumlah 5.693.996.223,06 4.681.048.471,13 1.012.947.751,93

Tahun 2007

Iuran Tetap ( Land rent ) 620.654.180,00 212.205.103,97 408.449.076,03

Iuran Eksplorasi & Eksploitasi ( Royalty) 1.259.963.970,00 3.369.953.747,80 -2.109.989.777,8

Jumlah 1.880.618.150,00 3.582.158.851,77 -1.701.540.701,77

Tabel perbandingan di atas menunjukkan bahwa realisasi penerimaan oleh Pemprov

tidak selalu sama. Untuk Pemprov diketahui bahwa realisasi penerimaan tahun 2006 lebih

besar Rp1.012.947.751,93 dari pada hasil rekonsiliasinya. Namun untuk tahun 2007, totalpenerimaan SDA sampai dengan September 2007 masih lebih kecil Rp1.701.540.701,77 dari

pada hasil rekonsiliasinya. Dengan demikian, hasil rekonsiliasi tersebut tidak dapat

diperbandingkan dan diverifikasi penerimaannya sehingga pemprov tidak dapat mengetahui

secara pasti apakah yang mereka terima memang sudah sesuai dengan haknya.

Selanjutnya, jika Tabel 2.3 dan 2.4 diteliti lebih lanjut maka akan tampak perbedaan

terkait dengan setoran yang berasal dari Kontrak Karya (KK). Dari tabel diketahui bahwa

item penerimaan dari KK tercantum pada setoran 2007 saja. Atas perbedaan ini, BPK telah

melakukan wawancara dengan Kepala Subdinas Pertambangan Umum pada Distamben

Pemprov dan diperoleh penjelasan bahwa setoran KK sebenarnya sudah ada sebelum 2007

namun selama ini memang tidak pernah direkonsiliasi penerimaannya. Dari data penerimaanyang dihimpun diketahui bahwa penerimaan dari KK yang disetor ke rekening Departemen

Keuangan nomor 508000071 sudah terjadi sejak 2001. Berikut adalah ringkasannya.

Tabel 2.6

Penerimaan Setoran Kontrak Karya 2002-2007

Tahun Penerimaan (USD)No Nama Perusahaan

2002-2005 2006 2007

Total

(USD)

1. PT. Kalimantan Surya Kencana

a. Land rent  50.795,84 18.482,95 28.669,8 97.948,59

2. PT. Indo Muro Kencana

a. Land rent  335.580 95.880 47.940,00 479.400,00

b. Royalty 397.845,79 299.659,30 205.528,19 903.033,28

3. PT. Esnbury Kalteng Mining

a. Land rent  18.507,21 2.387,35 - 20.894,56

4. PT Kasongan Bumi Kencana

a. Land rent  31.431,88 - 3.204,95 34.636,83

Page 24: Laporan Dbh Dau Dak Kalteng

5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 24/40

  24

5. PT Pasifik Masao Mineral

a. Land rent  - - - -

Subtotal Landrent 436.314,93 116.750,30 79.814,75 632.879,98

Subtotal Royalty 397.845,79 299.659,30 205.528,19 903.033,28

Jumlah Penerimaan 834.160,72 416.409,60 285.342,94 1.535.913,26

Catatan: -) tidak ada data

Tabel 2.7

Konversi Penerimaan KK dan Perhitungan Bagian Pemprov Kalteng

Pembagian Setoran SDA

Uraian PenerimaanPusat20%

Provinsi16%

Kab Penghasil64%

Landrent (USD) 632.879,98 126.576,00 101.260,80 405.043,19

Royalty (USD) 903.033,28 180.606,66 144.485,32 577.941,30

Jumlah (USD) 1.535.913,26 307.182,65 245.746,12 982.984,49

Hak Pemda (IDR) 13.823.219.340,00 2.764.643.850,00 2.211.715.080,00 8.846.860.410,00

Catatan: Konversi USD ke IDR dengan asumsi USD 1 = IDR 9.000,00

Dari tabel dapat diketahui bahwa hak Pemprov Kalteng dari setoran KK tersebut

berjumlah Rp2.211.715.080,00. Jika dikurangi dengan setoran KK yang sudah direkonsiliasi

tahun 2007 (lihat tabel 4) maka hak Pemprov Kalteng yang belum diperhitungkan atau disetor

oleh Pemerintah Pusat adalah Rp2.211.715.080,00 - Rp414.818.273,50 =

Rp1.796.896.806,50.

Proses penyaluran   Land rent dan  Royalty seperti dijelaskan di atas tidak sesuai

dengan:

a.  Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan, khususnya

terkait Pasal 18:

1)  Ayat (1): penerimaan dari land rent dibagi dengan proporsi 16% untuk provinsi dan

32% untuk kabupaten/kota penghasil;

2)  Ayat (2): penerimaan dari royalty dibagi dengan proporsi 16% untuk provinsi, 32%

untuk kabupaten/kota penghasil, dan 32% untuk kabupaten/kota lainnya dalam

provinsi;

3)  Ayat (3): penerimaan 32% untuk kabupaten/kota lainnya seperti dimaksud pada ayat

(2) dibagi dalam proporsi yang sama besar.

b.  Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

Daerah, Pasal 4 yang antara lain menyatakan bahwa keuangan daerah harus dikelola

secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif,

transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, danmanfaat untuk masyarakat.

Page 25: Laporan Dbh Dau Dak Kalteng

5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 25/40

  25

Kondisi seperti dijelaskan di atas mengakibatkan:

a.  Lemahnya pengendalian atas seluruh proses penyaluran land rent  dan royalty.

Mekanisme tersebut menyulitkan kontrol oleh pemerintah daerah selaku pihak yang

mempunyai hak atas penerimaan dari SDA sektor pertambangan umum tersebut.

Selanjutnya, proses penyaluran yang tidak transparan dan akuntabel akan mendorong

penyalahgunaan penerimaan oleh Departemen ESDM dan Departemen Keuangan.

b.  Nilai Kontrak Karya kurang diterima oleh Pemerintah Provinsi sebesar

Rp.1.796.896.806,50.

Hal tersebut disebabkan karena Pemerintah Pusat belum menyusun mekanisme

pembayaran, penghitungan, dan penyaluran SDA sektor pertambangan umum secara

memadai yang memungkinkan check dan recheck oleh semua pihak yang terkait.

Atas permasalahan tersebut Kepala Dipenda Provinsi Kalteng menyatakan

sependapat. Sedangkan Kepala Distamben menyatakan bahwa bukti setoran Iuran Tetap

untuk KP Penyelidikan Umum dan KP Eksplorasi yang perizinannya diterbitkan oleh

Kabupaten/Kota tidak ditembuskan ke Provinsi sehingga dana tersebut tidak terkontrol.

Selanjutnya penyaluran Dana Perimbangan dari rekening 508 000 071 ke daerah belum jelas

apakah dilakukan oleh Departemen Pertambangan dan ESDM atau Departemen Keuangan.

BPK RI merekomendasikan kepada Menteri Pertambangan dan ESDM dan Menteri

Keuangan untuk:

a.  Menyusun mekanisme dan prosedur pencairan dana bagi hasil sektor pertambangan yangefisien dan efektif yang menjamin ketepatan penghitungan hak daerah dan waktu

pencairan dana bagi hasil tersebut. Salah satu yang dapat menjadi acuan dalam hal ini

adalah mekanisme dan prosedur bagi hasil PBB dimana pembagian PBB dilakukan

secara otomatis oleh Bank Operasional berdasarkan norma proporsi pembagian yang

telah ditetapkan oleh Undang-undang.

b.  Melakukan perhitungan ulang atas hak Provinsi Kalimantan Tengah yang belum

disalurkan sejak tahun 2002 sampai dengan 2007 untuk selanjutnya disalurkan ke daerah

yang bersangkutan.

Page 26: Laporan Dbh Dau Dak Kalteng

5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 26/40

  26

3.  Iuran SDA Pertambangan Umum Sebesar Rp63.317.016,00 Tidak Disetor ke

Rekening Pemerintah Pusat

Dalam laporan keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah dilaporkan

penerimaan Bagi Hasil dari sektor pertambangan untuk tahun 2006 dan 2007 (s.d 8

September) sebagai berikut.

Tabel 3.1

Realisasi Penerimaan SDA Tahun 2006 dan 2007 (s.d. 8 September)

No Jenis PenerimaanRealisasi 2006

(Rp)

Realisasi 2007

s.d. 8 Sep (Rp)

Provinsi Kalimantan Tengah

1 Iuran Tetap ( Land rent ) 1.212.323.414,06 620.654.180,00

2 Iuran Eksplorasi & Eksploitasi ( Royalty) 4.481.672.809,00 1.259.963.970,00

Untuk memastikan ketepatan pembayaran oleh pengusaha, penyaluran dan penerimaan dana

bagi hasil tersebut, BPK telah mengumpulkan data penerimaan yang secara riil telah diterima

oleh pemerintah kabupaten/kota seluruh Kalimantan Tengah baik berupa data yang dihimpun

oleh Dinas Pertambangan dan Energi pada Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah maupun

rekaman rekening koran Kas Daerah pada Bank Pembangunan (BP) Kalteng.

Dari rekaman transaksi pada rekening koran, diketahui adanya setoran-setoran yang diterima

secara langsung dari para pengusaha pertambangan dengan jumlah keseluruhan sebesar

Rp63.317.016,00, terjadi pada tahun 2006 dan 2007 masing-masing sebesar Rp57.603.448,00

dan Rp5.713.568,00. Berikut adalah rinciannya.

Tabel 3.2

Daftar Setoran SDA Pertambangan ke Kas Daerah

TanggalUraian dalam Rekening

Koran/PenyetorJumlah

Tahun 2006

16/02/2006 PT. Mega Nusantara 1.356.400,00

16/02/2006 PT Putri Mea 1.578.800,00

16/02/2006 PT Karisma Sedaya 2.802.880,00

20/01/2006 PT. Anugerah Mulya 4.792.800,00

20/01/2006 PT Anugerah Sentosa 3.600.000,00

20/01/2006 PT. Anugerah Mulya 6.000.000,00

28/02/2006 Distamben Kab Tamiyang Layang 34.128,00

07/04/2006 PT Kerta Wira 4.800.000,00

11/04/2006 PT Intan Sari 350.400,00

Page 27: Laporan Dbh Dau Dak Kalteng

5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 27/40

  27

TanggalUraian dalam Rekening

Koran/PenyetorJumlah

11/04/2006 PT Maslapita 342.400,00

25/04/2006 Koperasi Manuhing Jaya 30.313,00

25/04/2006 Koperasi Manuhing Jaya 0,00

05/05/2006 PT Malapita 150.720,00

17/05/2006 PT Ardino Global 1.452.480,00

24/05/2006 PT Bumi Makmur Persada 523.072,00

10/07/2006 PT Sinar Tambang Utama 2.021.200,00

21/07/2006 PT Sumber Rahayu Indah 1.600.000,00

16/08/2006 Set SDA Pertambangan Umum 13.980.655,00

20/09/2006 Set Landrent Distamben 569.600,00

19/09/2006 CV Tamiang Bara Perkasa 1.438.400,00

28/09/2006 CV Cahaya Batu 1.356.480,00

28/09/2006 CV Puspita Alam 1.356.480,00

28/09/2006 CV Puspita Alam 664.640,00

28/09/2006 Tanjung Bartim Kurnia 1.522.880,00

28/09/2006 PT Widya Tanjung 1.027.520,00

04/10/2006 PT Kharisma Tambang Prima 2.086.400,00

27/11/2006 Dinas Pertambangan Bartim 724.800,00

06/12/2006 PT Putri Mea 1.440.000,00

Jumlah 57.603.448,00

Tahun 2007

05/012007 Landrent Dinas Pertambangan 1.627.680,00

20/02/2007 Distamben Bartim 80.192,00

22/02/2007 Landrent Distamben 847.360,00

26/02/2007 landrent PT Mitra Tala 850.880,00

12/03/2007 koperasi Bina Rimba 26.912,00

21/03/2007 PT Panca Gemilang 64.256,00

23/03/2007 PT Sarana Putra Perdana 1.138.560,00

13/04/2007 Landrent 272.288,00

13/04/2007 Landrent 805.440,00

Jumlah 5.713.568,00 

Untuk memperoleh gambaran mengenai hal ini, BPK telah menanyakannya kepada

Kepala Subdinas Pertambangan Umum pada Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi

Kalimantan Tengah. Dijelaskan bahwa selama ini pihak Distamben telah mengetahui bahwasetoran SDA pertambangan dari para pengusaha pertambangan di Kabupaten Barito Timur

Page 28: Laporan Dbh Dau Dak Kalteng

5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 28/40

  28

dan Kabupaten Katingan tidak menyetor iuran ke Pemerintah Pusat melainkan ke kas daerah

pemerintah kabupaten terkait. Meski demikian, diakui bahwa data akurat mengenai hal itu

belum dimiliki sampai saat itu. Untuk menanggulangi permasalahan tersebut, dikatakan

bahwa Gubernur Kalimantan Tengah telah mengeluarkan Peraturan Gubernur No. 63 Tahun2006 tentang Tata Cara Pengangkutan dan Penjualan Bahan Galian Tambang di Provinsi

Kalimantan Tengah, yang antara lain mengatur tentang tata cara pemberian ijin dan penjualan

bahan galian.

Atas setoran-setoran dan informasi tersebut, Tim BPK tidak dapat melakukan

konfirmasi atau pemeriksaan lebih detail, terutama pada dinas pertambangan pada kedua

kabupaten tersebut karena tidak menjadi objek uji petik. Oleh karena itu, Tim BPK juga

belum dapat menyimpulkan apakah setoran tersebut sudah mencakup seluruh iuran SDA atau

memang yang menjadi bagian hak Pemprov sebesar 16% dari total iuran SDA. Juga belum

dapat diketahui asal perusahaan penyetoran iuran tersebut.

Proses penyaluran PSDH dan IHPH seperti dijelaskan di atas tidak sesuai dengan:

a.  Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan, khususnya

terkait Pasal 18:

4)  Ayat (1): penerimaan dari land rent dibagi dengan proporsi 16% untuk provinsi dan

32% untuk kabupaten/kota penghasil;

5)  Ayat (2): penerimaan dari royalty dibagi dengan proporsi 16% untuk provinsi, 32%

untuk kabupaten/kota penghasil, dan 32% untuk kabupaten/kota lainnya dalam

provinsi;

6)  Ayat (3): penerimaan 32% untuk kabupaten/kota lainnya seperti dimaksud pada ayat

(2) dibagi dalam proporsi yang sama besar.

b.  Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

Daerah, Pasal 4 yang antara lain menyatakan bahwa keuangan daerah harus dikelola

secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif,

transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, dan

manfaat untuk masyarakat.

Setoran langsung ke Kas Daerah Pemprov Kalteng atas iuran SDA tersebut

mengakibatkan:

a.  Tidak terpantaunya jumlah yang tepat mengenai pembayaran iuran oleh pengusaha

tambang. Selanjutnya hal ini akan menyulitkan pemda dalam melakukan perhitungan hak terkait dengan bagi hasil dari SDA pertambangan umum tersebut.

b.  Iuran SDA pertambangan tahun 2006 dan 2007 sebesar Rp63.317.016,00 tidak 

disetorkan ke pemerintah pusat.

Hal tersebut disebabkan oleh tidak adanya koordinasi antara BUD dan Kepala Dinas

Pertambangan dan Energi Provinsi Kalteng terutama terkait dengan penelusuran asal-usul

setoran dari sektor pertambangan tersebut.

Atas temuan tersebut Kepala Dipenda menyatakan sependapat. Untuk mengatasi hal

itu sebenarnya sudah dikeluarkan Peraturan Gubernur No. 63 Tahun 2006 tentang Tata Cara

Pengangkutan dan Penjualan Bahan Galian Tambang di Provinsi Kalimantan Tengah yang

mengatur bahwa semua penerimaan SDA Pertambangan yang dilakukan oleh

Page 29: Laporan Dbh Dau Dak Kalteng

5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 29/40

  29

Kabupaten/Kota se-Kalteng disetor dahulu ke Pemerintah Pusat sebagaimana diatur dalam

Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan.

BPK RI merekomendasikan kepada Gubernur Kalimantan Tengah untuk:

a.  mendata kembali seluruh penerimaan SDA Pertambangan yang disetor langsung ke Kas

Daerah dan menyetorkan ke rekening Pemerintah Pusat;

b.  mengirim surat yang berisi permintaan agar semua bupati/walikota di Kalimantan Tengah

menyetorkan penerimaan dari sektor pertambangan langsung ke rekening Pemerintah Pusat.

Page 30: Laporan Dbh Dau Dak Kalteng

5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 30/40

  30

4.  Penyaluran DAU Tidak Tepat Waktu dan Rekening Tujuan

Pada Tahun Anggaran (TA) 2006 dan 2007 Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengahmemperoleh alokasi Dana Alokasi Umum (DAU) masing-masing sebesar Rp552.000.000,00

dan Rp571.290.000.000,00. Nilai penetapan tersebut akan dialokasikan setiap bulan sebesar

Rp46.000.000.000,00 (TA 2006) dan Rp47.607.500.000,00 (TA 2007).

Melalui verifikasi data SPM, SP2D dan rekening Kas Daerah diketahui bahwa

penyaluran DAU untuk TA 2006 telah dilakukan tepat jumlah, namun tidak tepat rekening

tujuan dan tidak selalu tepat waktu. Dari data SPM diketahui bahwa proses pengajuan

pencairan oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah telah dilakukan pada bulan

sebelumnya dan KPPN juga menerbitkan SP2D dalam rentang waktu normal. Namun, dari

rekaman transaksi pada Bank Operasional (BO) III, dalam hal ini Bank Mandiri Palangka

Raya, diketahui bahwa tanggal transfer ke Kas Daerah tidak selalu dilakukan pada hari yangsama dengan atau maksimal sehari kemudian setelah tanggal SP2D. Hal ini terjadi pada

penyaluran DAU bulan April, Juni, dan Oktober. Tabel berikut dapat menunjukkan hal itu.

Tabel 4.1

Penyaluran DAU TA 2006

DAU Bulan Jumlah (Rp) Tgl SPM Tgl SP2DTgl Transfer

BO

Tgl Rek

Kasda

Pemprov Kalteng 

April 2006 46.000.000.000,00 27/03/2006 29/03/2006 03/04/2006 03/04/2006

Juni 2006 46.000.000.000,00 26/05/2006 30/05/2006 01/06/2006 01/06/2006

Oktober 2006 46.000.000.000,00 25/09/2006 28/09/2006 02/10/2006 02/10/2006

Atas selisih hari tersebut, BPK telah melakukan konfirmasi kepada Community

 Manager (CM) Bank Mandiri Palangka Raya (Adiyanto) dan diperoleh penjelasan bahwa hal

tersebut terjadi sebelum ia menjabat. Dari wawancara tersebut BPK memperoleh keterangan

bahwa keterlambatan tersebut disebabkan oleh lemahnya komunikasi internal antara CM

ketika itu dengan staf bagian transfer. Namun demikian, terlepas dari alasan yang

dikemukakan BPK menilai bahwa keterlambatan tersebut merupakan sebuah kelalaian Bank Mandiri yang tidak menjalankan kewajibannya dengan baik. Jika dihitung, keterlambatan

transfer DAU bulan April, Juni dan Oktober tersebut berkisar antara 2-5 hari. Dengan

keterlambatan ini, BPK menilai bahwa Pemprov Kalteng telah kehilangan memperoleh

pendapatan jasa giro dari Bank Pembangunan (BP) Kalteng selaku bank tempat penyimpanan

kas daerah. Untuk menghitung pendapatan jasa giro yang telah hilang tersebut BPK telah

meminta informasi mengenai besaran suku bunga giro yang berlaku selama 2006 dari BP

Kalteng. Dari informasi ini dapat dihitung hilangnya jasa giro dimaksud sebagai berikut.

Page 31: Laporan Dbh Dau Dak Kalteng

5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 31/40

  31

Tabel 4.2

Perhitungan Jasa Giro yang Hilang karena Keterlambatan Transfer DAU

DAU Bulan Jumlah (Rp) Tgl SP2D Tgl TransferBO

SelisihHari

BungaEfektif*

PendapatanBunga

Pemprov Kalimantan Tengah

April 2006 46.000.000.000,00  29/03/2006 03/04/2006 5 4% 25.205.479,45

Juni 2006 46.000.000.000,00 30/05/2006 01/06/2006 2 4% 10.082.191,78

Oktober 2006 46.000.000.000,00 28/09/2006 02/10/2006 4 4% 20.164.383,56

Total 55.452.054,79

* 1 tahun = 365 hari, bunga berdasarkan SE Direksi BP Kalteng No. DTS.07/SE-0008/VIII-07

Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa potensi pendapatan yang tidak 

diperoleh pemda karena keterlambatan penyetoran DAU oleh Bank Mandiri mencapai

Rp55.452.054,79.

Sementara untuk penyaluran DAU Pemprov Kalteng TA 2007 sampai dengan bulan

Juni telah diterima sebesar Rp285.645.000.000,00. Namun, melalui pencocokan SPM, SP2D,

dan bukti transfer pada rekening Kas Daerah diketahui bahwa penerimaan DAU bulan Maret

dan April tidak langsung ditransfer ke rekening Kas Daerah, melainkan disimpan pada sebuah

rekening giro pada Bank Mandiri dengan nomor 031-000-521-101-9.

Tabel 4.3

Penyaluran DAU Pemprov Kalteng TA 2007 (s.d. Juni)

DAU Bulan Jumlah (Rp) Tgl SPM Tgl SP2DTgl Transfer

BO

Tgl Rek

Kasda

Januari 47.607.500.000,00 18/12/2006 02/01/2007 - 02/01/2007

Februari 47.607.500.000,00 16/01/2007 30/01/2007 31/01/2007 31/01/2007

Maret 47.607.500.000,00 14/02/2007 28/03/2007 28/03/2007 -

April 47.607.500.000,00 20/03/2007 25/04/2007 25/04/2007 -

Mei 47.607.500.000,00 11/04/2007 28/05/2007 29/05/2007 29/05/2007

Juni 47.607.500.000,00 16/05/2007 25/06/2007 26/06/2007 26/06/2007

Untuk mengetahui perihal penyimpanan DAU bulan Maret dan April pada Bank 

Mandiri, BPK telah melakukan wawancara dengan Kepala Bagian Pembukuan dan Verifikasi

dan staf pada Bagian Perbendaharaan yang menangani Kas Daerah pada Biro Keuangan

Sekretariat Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah. Dalam wawancara tersebut diketahui

bahwa pembukaan rekening pada Bank Mandiri tersebut didasari dengan Keputusan

Gubernur No. 188.44/92/2007 tanggal 27 Februari 2007 tentang Penunjukan PT. Bank 

Mandiri (Persero), Tbk Cabang Palangka Raya untuk Menyimpan Uang Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah. Dalam salah satu konsideran diketahui bahwa keputusan tersebut

didasarkan pada pertimbangan demi kelancaran, ketertiban dan keamanan dalam

Page 32: Laporan Dbh Dau Dak Kalteng

5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 32/40

  32

penyimpanan Uang Daerah serta tujuan mendekatkan pelayanan pelaksanaan penerimaan dan

pengeluaran Kas Daerah kepada SKPD dan masyarakat.

Selanjutnya, dari bukti setoran dan rekening koran terkait diketahui bahwa rekening

tersebut dibuka tanggal 5 Maret 2007 dengan sebuah transfer uang dari pendapatan daerah

sebesar Rp112.072.068,00. Adapun saldo akhir rekening tersebut pada tanggal 7 September

2007 adalah Rp46.767.806.950,86. Berikut adalah ringkasan mutasi debit dan kredit pada

periode tersebut.

Tabel 4.4

Ringkasan Mutasi Rekening Giro pada Bank Mandiri

Mutasi Jumlah

Setoran awal 5-Mar-2007 112.072.068,00

Transfer DAU Maret 47.607.500.000,00

Transfer DAU April 47.607.500.000,00

Penempatan Deposito -50.000.000.000,00

Bunga Deposito 767.054.794,50

Bunga Rekening - Pajak 673.680.088,36

Saldo Akhir 7-Sep-2007 46.767.806.950,86

Dari tabel tersebut tampak bahwa total DAU yang disimpan dalam giro pada Bank 

Mandiri berjumlah Rp95.215.000.000,00. Dari jumlah ini kemudian dikurangi untuk 

penempatan empat deposito berjangka 1 bulan masing-masing senilai Rp12.500.000.000,00

tertanggal 7 Mei, 14 Mei, 21 Mei, dan 4 Juni. Penempatan ini dilakukan berdasarkan surat

nomor 900/696/Keu tanggal 4 Mei 2007 yang ditandatangani oleh Kepala Biro Keuangan

Sekretariat Daerah Provinsi Kalimantan Tengah (Friendly S. Djala). Selanjutnya dalam setiap

sertifikat deposito dinyatakan bahwa bunga deposito pada saat jatuh tempo akan ditransfer

secara langsung ke rekening giro Mandiri dengan nomor 031-000-521-101-9 (rekening asal).

Dari tabel tampak bahwa bunga deposito yang diperoleh sampai dengan 7 September 2007

mencapai Rp767.054.794,50. Sedangkan bunga giro yang diperoleh setelah dikurangi pajak 

mencapai Rp673.680.088,36.

BPK menilai bahwa penempatan DAU pada rekening giro Mandiri tersebut tidak 

sesuai ketentuan karena empat alasan. Pertama, DAU merupakan pendapatan daerah yang

peruntukannya sudah direncanakan sebelumnya sehingga penempatannya dalam bentuk 

deposito atau giro pada rekening di luar Kas Daerah akan membatasi pemakaian dana tersebut

untuk keperluan pembiayaan belanja APBD. Kedua, pertimbangan pembukaan rekening

tersebut tidak tepat karena jika menginginkan kelancaran dan ketertiban dalam penyimpanan

Uang Daerah serta tujuan mendekatkan pelayanan pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran

Kas Daerah kepada SKPD maka peyimpanan uang daerah termasuk DAU harus dilakukan

melalui Kas Daerah, yang dalam hal ini telah lakukan melalui rekening 100-1-5278-7 pada

PT. Bank Pembangunan Kalteng. Ketiga, penempatan dana pada Bank Mandiri telah

melemahkan pengendalian atas pengeluaran uang daerah karena perintah pengeluaran dapat

dilakukan tanpa mekanisme formal dalam pengelolaan keuangan daerah, yaitu melaluipenerbitan SPP, SPM, dan SP2D. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, mutasi debit dapat

dilakukan hanya dengan surat perintah dari Kepala Biro Keuangan. Keempat, jika

Page 33: Laporan Dbh Dau Dak Kalteng

5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 33/40

  33

diperhitungkan dengan tingkat suku bunga deposito dan jasa giro yang diberlakukan pada PT.

Bank Pembangunan Kalteng, maka nilai giro dan deposito DAU ditambah dengan jasa giro

dan bunga deposito pada tanggal 7 September 2007 akan menjadi Rp46.874.607.927,12.

Sehingga jika dibandingkan dengan penempatan di Bank Mandiri maka Pemprov Kaltengakan kehilangan kesempatan memperoleh pendapatan jasa giro atau bunga sebesar

Rp46.874.607.927,13 - Rp46.767.806.950,86 = Rp106.800.976,27.

Tabel 4.5

Ringkasan Mutasi Rekening Giro pada BP Kalteng

(Jasa Giro 4% dan Bunga Deposito 7,5% dan 7% (mulai 31 Juli 2007)

Mutasi Jumlah

Setoran awal 5-Mar-2007 112.072.068,00

Transfer DAU Maret 47.607.500.000,00

Transfer DAU April 47.607.500.000,00

Penempatan Deposito -50.000.000.000,00

Bunga Deposito 804.166.666,67

Bunga Rekening 929.211.490,57

Pajak -185.842.298,11

Saldo Akhir 7-Sep-2007 46.874.607.927,13

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penempatan dana DAU pada giro Bank Mandiri

 justru merugikan pemda karena suku bunga yang lebih rendah dari pada yang diberlakukan

pada PT BPK.

Keterlambatan transfer DAU oleh Bank Mandiri dan penempatan DAU pada

rekening Bank Mandiri tersebut tidak sesuai dengan ketentuan berikut.

a.  Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan, khususnya

Pasal 1 angka 23 yang menyatakan bahwa Dana Alokasi Umum adalah dana yang

bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataankemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka

pelaksanaan Desentralisasi.

b.  Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara:

1)  Pasal 16:

a)  Ayat (1): Setiap kementrian/lembaga/satuan kerja perangkat daerah yang

mempunyai sumber pendapatan wajib mengintensifkan perolehan pendapatan

yang menjadi wewenang dan tanggung jawabnya;

b)  Ayat (2) yang menyatakan bahwa penerimaan harus disetor ke Kas Negara/Daerah

pada waktunya.

2)  Pasal 27:

Page 34: Laporan Dbh Dau Dak Kalteng

5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 34/40

  34

a)  Ayat (1): dalam pelaksanaan operasional penerimaan dan pengeluaran Daerah,

Bendahara Umum Daerah dapat membuka rekening penerimaan dan rekening

pengeluaran pada bank yang ditetapkan oleh gubernur/bupat/walikota.

b)  Ayat (4): saldo rekening penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setiap

hari kerja wajib disetorkan seluruhnya ke rekening Kas Umum Daerah.

Permasalahan seperti dijelaskan di atas mengakibatkan hilangnya kesempatan

Pemprov untuk memperoleh pendapatan dari jasa giro/bunga deposito kurang lebih sebesar

Rp55.452.054,79 + Rp106.800.976,27 = Rp162.253.031,06.

Permasalahan tersebut disebabkan oleh hal-hal berikut.

a.  Keterlambatan transfer DAU ke BP Kalteng pada bulan Februari, April, Juni, dan

Oktober 2006 disebabkan oleh kelalaian Community Manager  Bank Mandiri Palangka

Raya;

b.  Penempatan DAU bulan Maret dan April 2007 pada Bank Mandiri merupakan kebijakan

yang tidak tepat Kepala Biro Keuangan dalam pengelolaan Kas Daerah.

Atas permasalahan tersebut Kepala Biro Keuangan menyatakan bahwa penempatan

DAU dalam giro dan deposito pada Bank Mandiri karena merupakan kewenangan Kepala

Biro Keuangan selaku BUD/Kuasa BUD dalam mengalokasikan dana dalam portfolio yang

memberikan hasil tetap dengan risiko rendah. Adapun mengenai perbedaan tingkat bunga

deposito dianggap masih dalam batas yang wajar, karena terkait dengan mutu layanan dari

bank dimaksud.

BPK RI merekomendasikan kepada Gubernur Kalimantan Tengah agar:

a.  meminta Community Manager  Bank Mandiri Cabang Palangka Raya agar mengganti

kerugian yang diderita Pemprov Kalteng karena keterlambatan transfer DAU ke Kas

Daerah sebesar Rp55.452.054,79.

b.  memerintah Kepala Biro Keuangan agar menarik seluruh dana yang ditempatkan pada

giro maupun deposito Bank Mandiri ke rekening Kas Daerah di PT. BPK, kecuali jika

Bank Mandiri bersedia memberikan suku bunga yang lebih tinggi dari pada PT. BPK;

c.  menegur Kepala Biro Keuangan yang lalai dalam melaksanakan tugasnya selaku BUD

dalam pengelolaan Kas Daerah.

Page 35: Laporan Dbh Dau Dak Kalteng

5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 35/40

  35

5.  Pencatatan dan Pelaporan Realisasi Bagi Hasil Pajak Tidak Akurat

Pada Tahun Anggaran 2006 dan 2007 (s.d. Juni) Pemerintah Provinsi KalimantanTengah melaporkan penerimaan Bagi Hasil Pajak masing-masing sebesar Rp88.646.309.396

dan Rp9.015.346.103,00 yang berasal dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan

Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Dalam Negeri

(PPh). Rinciannya sebagai berikut.

Tabel 5.1

Realisasi Penerimaan Bagi Hasil Pajak 2006-2007 (Semester I)

UraianPenerimaan 2006

(Rp)

Penerimaan

2007 (Rp)

PBB & UP 80.009.543.467,00 7.428.764.500,00

BPHTB 1.769.143.382,00 1.586.581.603,00

PPh 6.867.622.547,00 0,00

Total 88.646.309.396,00 9.015.346.103,00

Melalui pengecekan dan pencocokan atas data SP2D, PHP PBB yang diperoleh dari

Dinas Pendapatan Pemprov Kalteng, dan rekaman transaksi penerimaan PBB dan upah

pungut pada Kas Daerah, BPK menemukan perbedaan angka yang cukup signifikan,

khususnya PBB (termasuk Upah Pungut) dan BPHTB Tahun Anggaran 2006. Berikut adalahrinciannya.

Tabel 5.2

Perbedaan Data Realisasi Penerimaan

UraianTerlapor dalam

LRA 2006

SP2D

(Data APBN)

PHP

(Dipenda)

Kas Daerah

(Verifikasi Tim

BPK)

PBB & UP 80.009.543.467,00 85.801.958.694,00 75.075.135.068,00 77.617.674.585,00

BPHTB 1.769.143.382,00 1.889.203.487,00 1.648.465.468,00 1.672.123.976,00

PPh 6.867.622.547,00 6.867.622.547,00 - 6.867.622.547,00

Dari tabel tampak bahwa realisasi PBB dan Upah Pungut menurut Laporan Realisasi

Anggaran Tahun 2006 adalah Rp80.009.543.467,00, sementara menurut SP2D (APBN) lebih

besar yakni Rp85.801.958.694,00. Selanjutnya dari PHP PBB dan Upah Pungut yang berhasil

dihimpun oleh Dipenda, BPK memperoleh angka total sebesar Rp75.075.068,00. Sedangkan

dari catatan transaksi pada rekening koran Kas Daerah, BPK hanya bisa mengidentifikasi

penerimaan PBB sebesar Rp77.617.674.585,00.

Atas perbedaan-perbedaan tersebut, BPK telah meminta penjelasan kepada staf 

Bagian Pembukuan dan Verifikasi pada Biro Keuangan Pemprov Kalteng dan staf Subdinas

Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak pada Dipenda. Dari wawancara diketahui bahwa jika ada

perbedaan, mereka tidak dapat mengetahuinya secara pasti sebab selama ini yang dilakukan

Page 36: Laporan Dbh Dau Dak Kalteng

5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 36/40

  36

hanyalah mencatat penerimaan PBB beserta Upah Pungutnya berdasarkan PHP PBB yang

diterima dari KP PBB kabupaten/kota di Provinsi Kalteng (untuk Dipenda) dan transaksi

penerimaan yang tercatat dalam rekening koran Kasda (Biro Keuangan). Staf Dipenda

mengakui bahwa ia tidak dapat memastikan kelengkapan data yang dihimpun dari KPP PBBseluruh kabupaten/kota, sehingga terkadang untuk keperluan laporan realisasi penerimaan

PBB dan BPHTB, Dipenda berkoordinasi dengan Biro Keuangan. Selanjutnya, dari staf Biro

Keuangan juga mengakui bahwa pencatatan PBB, Upah Pungut, dan BPHTB memang tidak 

akurat sebab informasi mengenai jenis penerimaan, nama dan asal pengirim tidak selalu

tercantum sehingga menyulitkan pembukuan. Sebagai akibatnya, angka yang terlapor dalam

LRA merupakan angka-angka yang memang diketahui secara pasti berasal dari ketiga jenis

penerimaan tersebut.

Menindaklanjuti hal ini, BPK telah meminta data realisasi Belanja Bagi Hasil yang

telah dilaporkan dalam Laporan Bulanan untuk Kanwil Perbendaharaan XVII di Palangka

Raya. Data tersebut dapat diperbandingkan dengan realisasi penerimaan yang terlapor padaLRA Pemprov Kalteng TA 2006 dan 2007, sebagai berikut.

Tabel 5.3

Perbandingan Data Realisasi Penerimaan Bagi Hasil Pemda dan Kanwil Perbend 

Uraian Realisasi (Rp)Data Kanwil

Perbend (Rp)Selisih

1 2 3 4 (2-3)

TA 2006

PBB & UP 80.009.543.467,00 84.776.044.299,00 -4.766.500.832,00

BPHTB 1.769.143.382,00 1.857.953.500,00 -88.810.118,00

PPh 6.867.622.547,00 6.868.960.141,00 -1.337.594,00

Subtotal 88.646.309.396,00 93.502.957.940,00 -4.856.646.538,00

TA 2007

PBB & UP 7.428.764.500,00 2.721.558.378,00 4.707.206.122,00

BPHTB 1.586.581.603,00 1.585.198.808,00 1.382.795,00

PPh 0,00 0,00 0,00

Subtotal 9.015.346.103,00 4.306.757.186,00 4.708.588.917,00

Total 97.661.655.499,00 97.809.715.126,00 -148.057.621,00 

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa pada TA 2006 terdapat perbedaan

mencolok pada penerimaan PBB dan UP. Data Kanwil menyebutkan bahwa realisasi belanja

PBB dan UP pada tahun itu sebesar Rp84.776.044.299,00 sehingga jika dibandingkan, akan

tampak bahwa Pemprov Kalteng kurang mencatat sebesar Rp4.766.500.832,00. Hal yang

sama terjadi juga pada BPHTB dan PPh, dengan kekurangan masing-masing

Rp88.810.118,00 dan Rp1.337.594,00. Namun, pada tahun 2007 (semester I), penerimaan

yang dicatat oleh Pemprov justru lebih besar dari pada yang dilaporkan oleh Kanwil yakni

Rp4.707.206.122,00 (PBB & UP) dan Rp1.382.795,00 (BPHTB).

Page 37: Laporan Dbh Dau Dak Kalteng

5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 37/40

  37

Melalui prosedur audit yang telah ditempuh, berdasarkan data yang ada BPK tidak 

dapat merekonsiliasi perbedaan tersebut. Namun, berdasarkan penjelasan-penjelasan yang

diperoleh, BPK menyimpulkan bahwa hal ini disebabkan oleh ketidaktertiban administrasi.

Dipenda dan Biro Keuangan terlihat belum memiliki sistem dan prosedur yang memadaiuntuk melakukan pencatatan dan pengecekan atas semua penerimaan terkait dengan Dana

Bagi Hasil Pajak ini. BPK menilai bahwa pengecekan dapat dilakukan dengan mengerahkan

semua Unit Pelaksana Dipenda di seluruh kabupaten/kota untuk berkoordinasi dalam

pengumpulan data setoran PBB dan BPHTB dengan Bank Operasional setempat dan Kanwil

Perbendaharaan XVII. BPK melihat bahwa hal ini dimungkinkan sebab dari wawancara

dengan staf pada Bank Mandiri di Palangka Raya, BPK memperoleh informasi bahwa Bank 

Mandiri selalu menyertakan rekening koran yang berisi rincian transfer serta jumlah

kumulatif transfer PBB dan BPHTB setiap kali transfer. Rekening tersebut dilampirkan

sebagai laporan kepada KPPN selaku pemilik rekening. Jika Dipenda dapat mengakses

salinan rekening tersebut melalui KPPN setempat, maka proses rekonsiliasinya akan lebih

mudah dilakukan.

Ketidaktertiban administrasi yang diwujudkan dalam ketidakcocokan angka realisasi

penerimaan Bagi Hasi Pajak tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58

Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

a.  Pasal 4 yang antara lain menyatakan bahwa keuangan daerah harus dikelola secara tertib.

b.  Pasal 91:

1)  Ayat (1): Bendahara Penerimaan pada SKPS harus melakukan pembukuan atas

semua penerimaan dan penyetoran penerimaan yang menjadi tanggung jawabnya;

2)  Ayat (3): PPKD melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis atas laporan

pertanggungjawaban penerimaan;

Ketidaktertiban administrasi tersebut akan mengakibatkan lemahnya pengendalian

atas pelaporan jumlah setoran Bagi Hasil Pajak.

Hal tersebut disebabkan belum adanya upaya Kepala Dipenda dan Kepala Biro

Keuangan Pemprov Kalteng untuk menyusun sistem dan prosedur pencatatan dan pelaporanpenerimaan Bagi Hasil Pajak yang memungkinkan proses verifikasi, evaluasi dan analisis

secara memadai.

Atas permasalahan tersebut Kepala Dipenda menyatakan telah menyusun sistem dan

prosedur pencatatan dan pelaporan Bagi Hasil Pajak yang memungkinkan proses verifikasi,

evaluasi, dan analisis secara memadai. Namun diakui adanya kesulitan melakukan

pencocokan data bukti setoran yang dikirim oleh Bank Operasional yang ada di

kabupaten/kota di luar Palangka Raya.

Page 38: Laporan Dbh Dau Dak Kalteng

5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 38/40

  38

BPK RI merekomendasikan kepada Gubernur Kalimantan Tengah agar memerintah

Kepala Dipenda menyusun prosedur yang lebih efektif terkait pengumpulan data,

pencocokan, dan evaluasi bagi hasil pajak dari PBB dengan bekerja sama lebih aktif dengan

KP-PBB dan Bank Operasional di wilayah Kalteng. Dalam hal ini Dipenda dapat melibatkanUPPD yang tersebar di seluruh kabupaten/kota untuk menghimpun data penerimaan PBB

dimaksud.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

Page 39: Laporan Dbh Dau Dak Kalteng

5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 39/40

  39

 

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia

Perwakilan BPK-RI di Palangkaraya

Jalan Yos Sudarso 16 Palangkaraya Telp. 0536-3231119 Fax. 0536-3231120 

Page 40: Laporan Dbh Dau Dak Kalteng

5/13/2018 Laporan Dbh Dau Dak Kalteng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-dbh-dau-dak-kalteng 40/40

  40