kebijakan penyaluran dbh - kementerian keuangan

18
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEBIJAKAN PENYALURAN DBH 1

Upload: others

Post on 21-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGANREPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

KEBIJAKAN PENYALURAN DBH

1

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DANA BAGI HASIL PAJAK

6

DBH PBB Bagi Rata

DBH PBB & Biaya

Pemungutan Sektor

P3 selain Migas dan

Panas Bumi

Catatan: Porsi penyaluran Triwulan III paling tinggi 30 % dengan mempertimbangkan realisasi penerimaan negara semester I

1

2

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DANA BAGI HASIL PAJAK

6

3

DBH PBB & Biaya

Pemungutan Sektor

Migas dan Panas Bumi

Triwulan

III

IV

20%

Paling tinggi 30%

Selisih Pagu dgn jml penyaluran

s.d. Tw III

Paling Lambat 30 Juni

Paling Lambat 30 September

Paling Lambat 31 Desember

I

II

Penyaluran

20%

Waktu Penyaluran

Paling Lambat 31 Maret

Catatan: Porsi penyaluran Triwulan III paling tinggi 30 % dengan mempertimbangkan realisasi penerimaan negara semester I

Triwulan

I

II

III

IV

Penyaluran

20%

20%

Paling tinggi 30%

Waktu Penyaluran

Paling Lambat 31 Maret

Paling Lambat 30 Juni

Paling Lambat 30 September

Paling Lambat 31 DesemberSelisih Pagu dgn jml penyaluran s.d. Tw III

DBH PPh Pasal 21

dan PPh WPOPDN

4

3

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DANA BAGI HASIL PAJAK CUKAI HASIL TEMBAKAU

Catatan:

PMK NO. 206/PMK.07/2020

Penyaluran triwulan I & II setelah Kepala daerah menyampaikan:

a. laporan realisasi penggunaan DBH CHT semester II TA sebelumnya;

b. surat pernyataan telah menganggarkan kembali sisa lebih penggunaan anggaran DBH CHT TA sebelumnya; dan

c. surat pernyataan telah menganggarkan dana dari sumber selain DBH CHT untuk menggantikan DBH CHT yang

pada TA sebelumnya digunakan tidak sesuai peruntukannya.

Penyaluran triwulan III & IV setelah Kepala daerah menyampaikan laporan realisasi penggunaan DBH CHT

semester I.

Sanksi, penundaan dan pemotongan penyaluran DBH CHT

Paling Lambat Juni

III

IV

30%

Selisih Pagu dgn jml penyaluran s.d. Tw III

Paling Lambat September

Paling Lambat Desember

Triwulan

I

II

Penyaluran

25%

25%

Waktu Penyaluran

Paling Lambat Maret

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM

Catatan:

1. Porsi penyaluran Triwulan III paling tinggi 30 % dengan mempertimbangkan realisasi penerimaan negara

semester I

2. Penyaluran Tambahan DBH SDA Migas dalam rangka Otsus dilakukan setelah gubernur menyampaikan

laporan tahunan penggunaan tambahan DBH SDA Migas kepada Menteri Keuangan cq. DJPK paling lambat

minggu kedua bulan Maret TA berikutnya yang memuat besaran dana dan kegiatan yang didanai (khusus

Aceh dan Papua Barat).

Triwulan

I

II

III

IV

Migas, Mineral dan Batubara, Panas Bumi

20%

20%

Paling tinggi 30%

Selisih Pagu dgn jml penyaluran s.d. Tw III

Waktu Penyaluran

Paling Lambat Maret

Paling Lambat Juni

Paling Lambat September

Paling Lambat Desember

Kehutanan & Perikanan

15%

15%

15%

Selisih Pagu dgn jml penyaluran s.d. Tw III

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM

Catatan:

PMK NO. 230/PMK.07/2017

1. Porsi penyaluran Triwulan III paling tinggi 30 % dengan mempertimbangkan realisasi penerimaan negara

semester I

2. Syarat Penyaluran:

Penyaluran triwulan I & II setelah Kepala daerah menyampaikan:laporan realisasi penggunaan DBH DR

semester II TA sebelumnya;

Penyaluran triwulan III & IV setelah Kepala daerah menyampaikan laporan realisasi penggunaan DBH DR

semester I.

3. Sanksi, penundaan dan pemotongan penyaluran

Paling Lambat Juni

III

IV

Paling tinggi 30%

Selisih Pagu dgn jml penyaluran s.d. Tw III

Paling Lambat September

Paling Lambat Desember

Triwulan

I

II

Penyaluran

15%

15%

Waktu Penyaluran

Paling Lambat Maret

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PENYALURAN DBH PER-BULAN DALAM SETIAP TRIWULANNYAJenis DBH yang disalurkan DITENTUKAN untuk setiap bulan nya pada TA 2020

6

JAN FEB MRT APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES

• Minerba (20%)

• Pabum (20%)

• Perikanan (15%)

Migas

(20%)

• PPh (20%)

• CHT (20%)

• Kehutanan (15%)

• PBB Bagian

Daerah & Biaya

pungut (20%)• Minerba (25%)

• Pabum (25%)

• Perikanan (15%)

Migas

(25%)

• PPh (20%)

• CHT (30%)

• Kehutanan (15%)

• PBB Bagian Daerah

& Biaya pungut

(25%)

PBB Bagian Daerah dan Biaya pungut (Migas dan Panas Bumi). PPh, CHT,

Kehutanan, Minerba, Panas Bumi, Migas, Perikanan :

• tahap III paling lambat bulan September; dan

• tahap IV paling lambat bulan Desember.

Jika kondisi keuangan negara tidak memungkinkan berdasarkan

hasil rapat pimpinan kementerian keuangan, maka bulan

penyaluran / jenis DBH dapat disesuaikan.

PBB Bagi rata :

• tahap I paling lambat bulan April (30%);

• tahap II paling lambat bulan Agustus (50%); dan

• tahap III paling lambat bulan November (selisih pagu dengan salur tahap I-II)

PBB Bagian Daerah dan Biaya Pemungutan PBB Non

Migas dan Panas Bumi :

• Secara mingguan dimulai pada bulan Agustus

Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV

Selisih antara pagu alokasi

dengan jumlah dana yang telah

disalurkan (TW I, II, III)

• Minerba (35%)

• Pabum (35%)

• Perikanan (35%)

• Migas (35%)

• Kehutanan (35%)

• PPh (20%)

• CHT (30%)

• PBB Bagian

Daerah & Biaya

Pungut (35%)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SIMULASI PENYALURAN DBH DAN KB DBH

Realisasi DBH (Audit BPK)

Rp43.000

LKPP audited

LB DBH Th sebelumnya

43.000 – 40.000 = 3.000

TAHUN BERJALAN

TAHUN BERIKUTNYA

TW I

TW II

TW III

20% x Pagu APBN20% x 35.000 = 7.000

20% x Pagu APBN20% x 35.000 = 7.000

(70% x Pagu APBN-P) –salur sd. TW II (70% x 41.000) – 14.000 = 14.700

Pagu APBNRp35.000

TW IVPagu –salur sd.TW III40.000 – 28.700 = 11.300

Pagu APBN-PRp41.000

Pagu PMK prognosis realisasiRp40.000

Pagu APBNRp35.000

Maret

Juni

Sept.

Des.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SIMULASI PENYALURAN DBH DAN LB DBH

Realisasi DBH (Audit BPK)

Rp38.000

LKPP audited

LB DBH Th sebelumnya

38.000 – 40.000 = -2.000

TAHUN BERJALAN

TAHUN BERIKUTNYA

TW I

TW II

TW III

20% x Pagu APBN20% x 35.000 = 7.000

20% x Pagu APBN20% x 35.000 = 7.000

(70% x Pagu APBN-P) –salur sd. TW II (70% x 41.000) – 14.000 = 14.700

Pagu APBNRp35.000

TW IVPagu –salur sd.TW III40.000 – 28.700 = 11.300

Pagu APBN-PRp41.000

Pagu PMK prognosis realisasiRp40.000

Pagu APBNRp35.000

Maret

Juni

Sept.

Des.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGANREPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

KEBIJAKAN DBH SDA

10

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DBH SDA

KEHUTANAN

MIGAS

MINERBA

PANAS BUMI

PERIKANAN

• Penerimaan Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hutan (IIUPH)

• Penerimaan Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH)

• Penerimaan Dana Reboisasi (DR)

Kehutanan

• Penerimaan Iuran Tetap (Land-rent)

• Penerimaan Royalti (Royalty)

Mineral dan Batubara

• Penerimaan Pungutan Pengusahaan Perikanan

• Penerimaan Pungutan Hasil Perikanan

Perikanan

• Penerimaan SDA Minyak Bumi (- DMO, Fee UHM, Pajak-Pajak)

• Penerimaan SDA Gas Bumi (- DMO, Fee UHM, Pajak-Pajak)

Pertambangan Migas

• Setoran Bagian Pemerintah (- kewajiban pajak dan pungutanlain)

• Iuran Tetap dan Iuran Produksi

Pertambangan Panas Bumi

JENIS-JENIS DBH SUMBER DAYA ALAM

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DBH SDA

KEHUTANAN

MIGAS

MINERBA

PANAS BUMI

PERIKANAN

No PNBP SDA

Kehutanan

Persentase DBH SDA Kehutanan(PP 55/2005)

Pusat ProvinsiKab/ Kota

Penghasil

Pemerataan

Kab/Kota lainnya

1. IIUPH 20% 16% 64% -

2. PSDH 20% 16% 32% 32%

3. DR 60% 40%* 40% -

DBH SDA Kehutanan:Bagian daerah yang berasal dari

penerimaan SDA Kehutanan yang

dialokasikan kepada daerah berdasarkan

angka persentase untuk mendanai

kebutuhan daerah dalam rangka

pelaksanaan desentralisasi

*) Sesuai UU 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah, alokasi DBH SDA KehutahanDana Reboisasi dialihkan dari kabupaten/kota penghasil ke provinsi penghasil.

12

D B H I I U P H

D B H P S D H

D B H D R

PENGGUNAAN DBH KEHUTANAN

I u r a n I j i n U s a h a P e m a n f a a t a n

H u t a n ( I I U P H )

P r o v i s i S u m b e r D a y a H u t a n

( P S D H )

D a n a R e b o i s a s i( D R )

• Dipungut daripemegang izin usahapemanfaatan hasilhutan dari hutan alamyang berupa kayu

• Dipungut dalamrangka reboisasi dan rehabilitasi hutan

• Dihitung denganrumus Tarif/Satuan x Volume

JENIS-JENIS DBH SUMBER DAYA ALAM KEHUTANAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DBH SDA

KEHUTANAN

MIGAS

MINERBA

PANAS BUMI

PERIKANAN

DBH SDA Minyak dan Gas Bumi (Migas):Bagian daerah yang berasal dari penerimaan SDA Minyak dan

Gas Bumi yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka

persentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka

pelaksanaan desentralisasi

Penyediaan Data Teknis

(1) DITJEN MIGAS (KEMEN. ESDM) Data Lifting

(2) DITJEN ANGGARAN (KEMEN.KEUANGAN)Data PNBP

Penghitungan Dan Penetapan Alokasi DBH Migas Oleh Ditjen

Perimbangan Keuangan (KEMEN.KEUANGAN)

DITJEN PAJAK

(KEMEN.KEUANGAN)& PEMDA

Faktor Pengurang (Fee Hulu

Migas, PPN,PBB, PDRD)

SKK MIGAS

Revenue Entitlement

13

JENIS-JENIS DBH SUMBER DAYA ALAM MIGAS

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DBH SDA

KEHUTANAN

MIGAS

MINERBA

PANAS BUMI

PERIKANAN

Daerah Penghasil:

Provinsi

Provinsi

penghasil 5%

Kab/Kota

dalam

prov ybs10%

15% Kab./Kota

penghasil6%

Kab./Kota

lainnya

dalam

provinsi

ybs

6%

Provinsi ybs3%

Daerah Penghasil:

Kab./Kota

Provinsi

penghasil0,17%

Seluruh

Kab/Kota

dalam prov

ybs

0,33%

Kab./Kota

penghasil0,2%

Kab./Kota

lainnya

dalam

provinsi ybs

0,2%

Provinsi ybs0,1%

0,5%

+

Porsi Pembagian DBH SDA Minyak Bumi

Daerah Penghasil:

Provinsi

Provinsi

penghasil 10%

Kab/Kota

dalam prov

ybs

20%

30% Kab./Kota

penghasil12%

Kab./Kota

lainnya

dalam

provinsi ybs

12%

Provinsi

ybs6%

Daerah Penghasil:

Kab./Kota

Provinsi

penghasil0,17%

Seluruh

Kab/Kota

dalam prov

ybs

0,33%

Kab./Kota

penghasil0,2%

Kab./Kota

lainnya dalam

provinsi ybs0,2%

Provinsi

ybs0,1%

0,5%

+

Porsi Pembagian DBH SDA Gas Bumi

14

PORSI PEMBAGIAN DBH MIGAS

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DBH

SDA

KEHUTA

NAN

MIGAS

MINERBA

PANAS BUMI

PERIKANAN

DBH SDA Mieral dan Batu Bara (Minerba):

Bagian daerah yang berasal dari penerimaan SDA

Minerba yang berasal dari Iuran Tetap (Land-

Rent) dan iuran Eksploitasi/Eksplorasi (royalti),

yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan

angka persentase untuk mendanai kebutuhan

daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi

Iiuran produksi pemegang kuasa usaha

pertambangan atas hasil dari kesempatan

eksplorasi/eksploitasi.

LAND-RENT:

Iuran yang diterima negara sebagai imbalan

atas kesempatan Penyelidikan Umum.

ROYALTI:

Daerah Penghasil: Provinsi

Provinsipenghasil 80%

Kab./Kota penghasil64%

Provinsi ybs16%

Daerah Penghasil: Kab./Kota

Provinsipenghasil 26%

Seluruh Kab/Kotadalam prov ybs

54%

Kab./Kota penghasil

32%

Kab./Kota lainnya dalam provinsi ybs

32%

Provinsi ybs16%

80%

80%

LAND-RENT:

ROYALTI:

Porsi Pembagian DBH SDA Minerba

JENIS-JENIS DBH SUMBER DAYA ALAM MINERBA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 16

PROV. X

KAB. AKAB. B

KAB. C

KOTA EKAB. DBUKAN

PENGHASILBUKAN

PENGHASIL

BUKAN PENGHASIL

Landrent: 40 MRoyalti: 120 M

Royalti: 40 M

Penerimaan Landrent

DBH Landrent

Kab. A 40 M 25,6 M (64% x 40 M)

Kab. B - -

Kab. C - -

Kab. D - -

Kota E - -

Prov. X - 6,4 M (16% x 40 M)

Jumlah 40 M 32 M

Penerimaan Royalti

DBH Royalti

BAGIAN PENGHASIL

BAGIAN PEMERATAAN JUMLAH

Kab. A 120 M 38,4 M (32% x 120 M)

Dari Kab B 3,2 M(32%*40 M)/4

41,6 M

Kab. B 40 M 12,8 M(32% x 40 M)

Dari Kab A 9,6 M(32%*120 M)/4

22,4 M

Kab. C - - Dari Kab A 9,6 M 12,8 M

Dari Kab B 3,2 M

Kab. D - - Dari Kab A 9,6 M 12,8 M

Dari Kab B 3,2 M

Kota E - - Dari Kab A 9,6 M 12,8 M

Dari Kab B 3,2 M

Prov. X - - - - 25,6 M(16% x 160 M)

Jumlah 160 M 128 M

CARA PERHITUNGAN DBH MINERBA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DBH SDA

KEHUTANAN

MIGAS

MINERBA

PANAS

BUMI

PERIKANAN

DBH SDA PANAS BUMI:

Bagian daerah yang berasal dari penerimaan SDA Panas Bumi yang berasal dari Setoran Bagian Pemerintah atau Iuran

Tetap dan Iuran Produksi, yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai kebutuhan

daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi

SETORAN BAGIAN PEMERINTAHSetoran dari pengusaha panas bumi setelahdikurangikewajiban perpajakan dan pungutan lainnya atasdasar kontrak pengusahaan panas bumi yangditandatangani pra UU 27/2003 tentang PanasBumi.

IURAN TETAP Iuran yang dibayarkan kepada

negara sebagai kesempatan atas eksplorasi, studikelayakan, dan ekspoitasi pada suatu wilayah, atasdasar kontrak yang ditandatangani pasca UU 27/2003.

IURAN PRODUKSI Iuran yang diberikan

kepada negara atas hasil yang diperoleh dari usahapertambangan panas bumi, atas dasar kontrak yangditandatangani pasca UU 27/2003.

©

©

©

New WKP pasca UU 27/2003

17

JENIS-JENIS DBH SUMBER DAYA ALAM PANAS BUMI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DBH SDA

KEHUTANAN

MIGAS

MINERBA

PANAS

BUMI

PERIKANAN

DBH SDA PERIKANAN:

Bagian daerah yang berasal dari penerimaan SDA Perikanan

yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka

persentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka

pelaksanaan desentralisasi

PEMBAGIAN PORSI alokasi DBH Perikanan

dibagikan secara merata ke seluruh Kabupaten,

kota, dan Provinsi DKI

18

DBH SUMBER DAYA ALAM PERIKANAN