kebijakan pemberdayaan ukm dan koperasi guna

6
KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN UKM DAN KOPERASI GUNA MENGGERAKKAN EKONOMI RAKYAT DAN MENANGGULANGI KEMISKINAN1 1 Oleh : Ir. Wayan Suarja AR, MBA 2 1. Pendahuluan Sejak era orde baru masalah kemiskinan, pengangguran dan kesenjangan penguasaan asset nasional merupakan masalah pelik yang menjadi kendala dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumberdaya nasional. Kondisi ini menjadi indikator bahwa masyarakat banyak belum berperan sebagai subyek dalam pembangunan. Menjadikan rakyat sebagai subyek pembangunan adalah memberikan hak-haknya untuk berpartisipasi dalam pembentukan dan pembangian produksi nasional. Untuk sampai pada tujuan tersebut, rakyat perlu dibekali modal material dan mental. Indikator ini juga telah menginspirasikan perlunya pemberdayaaan ekonomi rakyat yang kemudian berkembang menjadi isu untuk membangun sistem perekonomian yang bercorak kerakyatan. Restrukturisasi ekonomi dengan sasaran menggerakan ekonomi rakyat sesungguhnya bukan lagi dijadikan sebagai wacana, tetapi secepatnya harus diaktualkan. Belum terlaksananya restrukturisasi ekonomi ini menjadi salah satu sumber keterpurukan ekonomi sejak awal kemerdekaan sampai dengan sekarang. Dalam hal ini Swasono dalam Nasution (1999) menyatakan “Hubungan perekonomian sejak zaman kolonial sampai hingga sekarang tercatat penuh dengan ketimpangan stuktural, antara lain berwujud Economic slavery, berlakunya Poenale sanctie, Cultuur stelsel, berlakunya hubungan Toeanhamba, Hubungan Taouke-kuli sampai kehubungan kerja inti plasma. Hubungan yang demikian bukan merupakan ciri keadilan di bidang ekonomi, yang tanpa adanya restrukturisasi melalui usaha menggerakan ekonomi tidak akan dapat dihapuskan. Berbagai pendapat dan harapan terus berkembang seiring dengan berjalannya era reformasi, namun demikian usaha untuk menggerakan ekonomi rakyat yang terutama bertujuan untuk mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran belum juga dapat terwujud. Kondisi seperti itu menyebabkan sebagian orang menjadi pesimis, bahkan apatis tentang kesungguhan berbagai rezim pemerintahan untuk menjadikan kemajuan ekonomi kaum papa sebagai indikator keberhasilan pembangunan nasional. Yang terlihat bahkan sebaliknya sebagian orang masih sangat mendewakan pertumbuhan sebagai indicator keberhasilan pembangunan, walaupun kenyataan selama empat dekade terakhir menunjukkan bahwa dengan semakin besar pertumbuhan juga semakin memperbesar kesenjangan. Solusi yang dapat diambil untuk mengatasi masalah ini mungkin harus berpaling kembali kepada UUD 1945, yang mengamanatkan bahwa perekonomian disusun 1 Disampaikan dalam acara Bimbingan Teknis Pengembangan UMKM dalam rangka Meningkatkan Perekonomian Daerah dan Percepatan Penanggulangan Kemiskinan yang diadakan oleh LPPM. IPB-Bogor, 7 dan 8 Nopember 2007. 2 Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK, Kementerian Negara Koperasi dan UKM

Upload: cep-coy

Post on 08-Jul-2016

223 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

umkm koperasi

TRANSCRIPT

Page 1: Kebijakan Pemberdayaan Ukm Dan Koperasi Guna

KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN UKM DAN KOPERASI GUNA MENGGERAKKAN EKONOMI RAKYAT DAN MENANGGULANGI KEMISKINAN11

Oleh : Ir. Wayan Suarja AR, MBA2

1. Pendahuluan

Sejak era orde baru masalah kemiskinan, pengangguran dan kesenjangan penguasaan asset nasional merupakan masalah pelik yang menjadi kendala dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumberdaya nasional. Kondisi ini menjadi indikator bahwa masyarakat banyak belum berperan sebagai subyek dalam pembangunan. Menjadikan rakyat sebagai subyek pembangunan adalah memberikan hak-haknya untuk berpartisipasi dalam pembentukan dan pembangian produksi nasional. Untuk sampai pada tujuan tersebut, rakyat perlu dibekali modal material dan mental. Indikator ini juga telah menginspirasikan perlunya pemberdayaaan ekonomi rakyat yang kemudian berkembang menjadi isu untuk membangun sistem perekonomian yang bercorak kerakyatan. Restrukturisasi ekonomi dengan sasaran menggerakan ekonomi rakyat sesungguhnya bukan lagi dijadikan sebagai wacana, tetapi secepatnya harus diaktualkan. Belum terlaksananya restrukturisasi ekonomi ini menjadi salah satu sumber keterpurukan ekonomi sejak awal kemerdekaan sampai dengan sekarang. Dalam hal ini Swasono dalam Nasution (1999) menyatakan “Hubungan perekonomian sejak zaman kolonial sampai hingga sekarang tercatat penuh dengan ketimpangan stuktural, antara lain berwujud Economic slavery, berlakunya Poenale sanctie, Cultuur stelsel, berlakunya hubungan Toeanhamba, Hubungan Taouke-kuli sampai kehubungan kerja inti plasma. Hubungan yang demikian bukan merupakan ciri keadilan di bidang ekonomi, yang tanpa adanya restrukturisasi melalui usaha menggerakan ekonomi tidak akan dapat dihapuskan. Berbagai pendapat dan harapan terus berkembang seiring dengan berjalannya era reformasi, namun demikian usaha untuk menggerakan ekonomi rakyat yang terutama bertujuan untuk mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran belum juga dapat terwujud. Kondisi seperti itu menyebabkan sebagian orang menjadi pesimis, bahkan apatis tentang kesungguhan berbagai rezim pemerintahan untuk menjadikan kemajuan ekonomi kaum papa sebagai indikator keberhasilan pembangunan nasional. Yang terlihat bahkan sebaliknya sebagian orang masih sangat mendewakan pertumbuhan sebagai indicator keberhasilan pembangunan, walaupun kenyataan selama empat dekade terakhir menunjukkan bahwa dengan semakin besar pertumbuhan juga semakin memperbesar kesenjangan. Solusi yang dapat diambil untuk mengatasi masalah ini mungkin harus berpaling kembali kepada UUD 1945, yang mengamanatkan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berasaskan kekeluargaan. Implementasi dari amanat tersebut adalah dengan mengikutsertakan semua warga negara untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Menggerakan ekonomi rakyat sesungguhnya merupakan kewajiban mutlak dari suatu negara. Bagi bangsa Indonesia yang berazaskan Pancasila, menggerakkan ekonomi adalah untuk mencapai tujuan kemakmuran yang dinyatakan dalam Sila ke Lima dari Pancasila yaitu, “Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Sejalan pesan konstitusional tersebut dalam era Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) sekarang ini, prioritas pembangunan diarahkan pada peningkatan kesejahteraan rakyat. Keinginan tersebut telah dituangkan dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 7 Tahun 2005, tentang Rancangan Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2005-2009. Dalam Perpres tersebut secara jelas dan tegas dinyatakan bahwa tujuan pembangunan adalah difokuskan pada usaha mengurangi kemiskinan dan pengangguran. Tujuan ini akan dicapai dengan menggerakan semua kekuatan yang ada pada rakyat untuk menggerakan roda pembangunan. Aplikasi kebijakan perekonomian yang bercorak kerakyatan tersebut dalam jangka pendek difokuskan pada tujuan yang mengurangi kemiskinan dan pengangguran, berkurangnya kesenjangan antar daerah, meningkatnya kualitas manusia yang tercermin dari terpenuhinya hak-hak sosial rakyat, membaiknya mutu lingkungan hidup dan pengelolaan

1 Disampaikan dalam acara Bimbingan Teknis Pengembangan UMKM dalam rangka Meningkatkan

Perekonomian Daerah dan Percepatan Penanggulangan Kemiskinan yang diadakan oleh LPPM. IPB-Bogor,7 dan 8 Nopember 2007.

2 Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK, Kementerian Negara Koperasi dan UKM

Page 2: Kebijakan Pemberdayaan Ukm Dan Koperasi Guna

sumberdaya alam, serta meningkatnya dukungan infrastruktur. Berbicara masalah ekonomi rakyat nampaknya tidak akan terlepas dari pembicaraan tentang UMKM, karena sampai dengan akhir tahun 2006 Badan pusat statistik menginformasikan bahwa 48,528 juta (99,99%) unit usaha yang ada di Indonesia adalah mereka yang tergolong dalam usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa menggerakan ekonomi rakyat adalah identik dengan memberdayakan UMKM. Sesuai dengan tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam RPJM maka idealnya sasaran dan prioritas kesejahteraan diusahakan melalui pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)

2. Potensi dan Permasalahan dalam Pemberdayaan UMKM dan Koperasi

Berbicara masalah menggerakkan ekonomi rakyat sesungguhnya tidak terlepas dari pembicaraan terhadap usaha memberdayakan UMKM, karena sampai dengan akhir tahun 2006 BPS menginformasikan bahwa 48,258 juta, atau 99,99 % unit usaha yang ada di Indonesia tergolong dalam kelompok (UMKM). Kelompok usaha ini mampu menyerap tenaga kerja lebih kurang 87 % dari jumlah tenaga kerja produktif yang tersedia. Sedangkan sumbangannya terhadap PDB mencapai 54 %. Data tersebut mengindikasikan bahwa pada dasarnya UMKM merupakan kelompok usaha yang memiliki potensi besar untuk mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran. Keunggulan UMKM dalam hal ini dimungkinkan karena adanya beberapa karakter spesifik UMKM yaitu :

a. Sebagian besar usaha KUMKM merupakan kegiatan padat karya, yang banyak memanfaat sumberdaya lokal;

b. Selang waktu produksi (time lag) relatif singkat, atau produksi dapat dilakukan secara cepat;

c. Nilai ICOR kegiatan kegiatan KUMKM relatif rendah.Disamping memiliki keunggulan yang sangat prospektif di atas, UMKM juga menghadapi permasalahan yang tidak sedikit. Pemberdayaan UMKM dan koperasi sampai sekarang ini masih bergelut pada masalah-masalah klasik seperti kesulitan akses terhadap permodalan, pasar, teknologi dan informasi. Masalah rendahnya kualitas SDM UMKM, masalah belum optimalnya fungsi lembaga pemberdayaan UMKM dan masalah iklim usaha yang belum sepenuhnya berpihak kepada UMKM. Kondisi yang demikian menyebabkan upaya-upaya yang dilakukan oleh UMKM sendiri terlihat masih berjalan ditempat.

3. Menggerakan Ekonomi Rakyat Dan Kebijakan Pemberdayaan UMKM

Dalam skenario menggerakan ekonomi rakyat, keberpihakan pemerintah sifatnya mutlak. Pemerintah harus menyediakan modal material, intelektual dan institusional. Mengingan UMKM merupakan bagian terbesar dari rakyat Indonesia maka untuk tujuan tersebut UMKM dalam jangka panjang harus didorong untuk mampu bersaing dalam pasar global. Tetapi sampai sekarang ini keberpihakan pemerintah dinilai masih belum optimal. Kebijakan dibidang perbankan merupakan salah satu bukti ketidakadilan. Kebijakan tersebut melupakan kondisi kelompok UMKM yang sebagian besar termasuk dalam katagori miskin dan berpengetahuan rendah. Demikian juga dalam penggolongan atau mengelompokan usaha berdasarkan kriteria pemilikan aset dan omset yang melahirkan istilah usaha mikro, kecil dan menengah. Pengelompokan ini belum sepenuhnya ditindaklanjuti dengan pemberian kesempatan usaha yang sesuai dengan potensi dan kemampuan kelompok usaha tersebut. Akibatnya ada kecenderungan pengelompokan ini malah mempersempit ruang gerak mereka. Untuk menggerakan ekonomi rakyat sudah waktunya memutar jarum kompas kearah pemberian kesempatan dan penciptaan iklim usaha yang kondusif bagi UMKM dan koperasi. Komitment ini tidak saja diperlukan dikalangan pengambil kebijakan, tetapi harus menjadi komitment semua pihak termasuk para, pakar dan praktisi. Sejalan dengan kebijaksanaan dasar KIB yang tertuang RPJM maka untuk jangka pendek dan jangka menengah Kementerian

Page 3: Kebijakan Pemberdayaan Ukm Dan Koperasi Guna

Negara Koperasi dan UKM mengeluarkan berbagai program terobosan, yang memungkinkan percepatan pemberdayaan UMKM. Kebijakan tersebut dioperasionalkan melalui pelaksanaan berbagai program perkuatan bagi UMKM dan koperasi, dari berbagai aspek usahanya, mulai dari proses produksi sampai dengan pemasarannya. Tujuan jangka pendek dari program-program tersebut adalah untuk meningkatkan produksi, yang diasumsikan dapat meningkatkan pendapatan UMKM. Peningkatan pendapatan selanjutnya diprediksikan dapat meningkatkan kesejahteraan mereka, dengan dampak akhir akan mengurangi kemiskinan dan perluasan usaha, yang memungkinkan terbukanya peluang kerja baru. Sedangkan tujuan jangka panjang adalah mendorong UMKM dan koperasi agar mampu bersaing dalam pasar global.

4. Revitalisasi dan Pemberdayaan UMKM dan Koperasi

Pemberdayaan Koperasi dan UMKM dilakukan melalui : a) Revitalisasi Peran Koperasi dan Perkuatan posisi UMKM dalam Sistem perkonomian

nasional dan;b) revitalisasi koperasi dan perkuatan UMKM dilakukan dengan Memperbaiki akses

KUMKM terhadap permodalan, tekologi, informasi dan pasar serta Memperbaiki iklim usaha;

c) Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya pembangunan dan ; d) Mengembangkan potensi sumberdaya local.

Untuk tujuan tersebut di atas, Kementerian Negara Koperasi dan UKM bekerjasama dengan instasi terkait dan Pemerintah Daerah Propinsi serta Pemda Kabupaten/Kota Madya, telah melaksanakan program-program pemberdayaan UMKM dan koperasi yang difokuskan pada :

a. Pemberdayaan Institusional UMKM dalam bentuk program:1) Penyederhanaan Perizinan dan pengembangan system perizinan satu pintu,

serta bagi usaha mikro perizinan cukup dalam bentuk registrasi usaha;2) Penataan Peraturan Daerah (Perda) untuk mendukung pemberdayaan KUMKM;3) Penataan dan penyempurnaan Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan

dengan pengembangan KUMKM;4) Pengembangan koperasi berkualitas;5) Revitalisasi koperasi

b. Peningkatan Akses UMKM terhadap Sumber-Sumber Pendanaan :1) Pengembangan berbagai Skim Perkreditan untuk UMKM;

a) Program pembiayaan produktif koperasi dan usaha mikro;b) Program pembiayaan wanita usaha mandiri dalam rangka

pemberdayaan perempuan, keluarga sehat dan sejahtera;c) Program skim pendanaan komoditas KUMKM melalui Resi Gudang;d) Kredit bagi usaha mikro dan kecil yang bersumber dari dana Surat Utang

Pemerintah Nomor 005 (SUP-005).2) Pengembangan Lembaga Kredit Mikro (LKM) baik bank maupun non bank;3) Pemberdayaan mikro dan usaha kecil melalui program Sertifikasi Tanah;4) Bantuan perkuatan secara selektif pada sektor usaha tertentu sebagai

stimulant.c. Pemberdayaan di bidang produksi melalui bantuan sektor usaha selektif sebagai

stimulant :1) Program pengembangan pengadaan pangan koperasi dengan sistem bank padi;2) Program pengembangan usaha KUMKM melalui pengadaan bibit Kakao, Jambu

Mente dan Jarak;3) Program pengembangan usaha penangkapan ikan;4) Program pengembangan usaha sarana penunjang perikanan;5) Program pengembangan usaha budidaya ternak;

Page 4: Kebijakan Pemberdayaan Ukm Dan Koperasi Guna

6) Program bantuan perkuatan alat pemecah batu;7) Program bantuan perkuatan pengolahan eceng gondok dan alat tenun bukan

mesin;8) Program pengembangan penggunaan LPG dan bioenergi untuk mendukung

kegiatan produksi UMKM;9) Program pemberdayaan UMKM melalui pengembangan Pembangkit Listrik

tenaga Matahari (PLTMH);10)Pemberdayaan KUMKM melalui usaha pengolahan dan budidaya Rumput Laut.

d. Pengembangan Jaringan Pemasaran1) Promosi proyek UMKM;2) Modernisasi usaha ritel koperasi;3) Pengembangan sarana pemasaran UMKM;4) Pengembangan Trading Board dan Data Center;5) Pameran di dalam dan di Luar negeri.

e. Pemberdayaan Sumberdaya UMKM1) Penumbuhan Wirausaha baru;2) Peningkatan kemampuan teknis dan manajerial Koperasi dan UMKM;3) Pengembangan kualitas layanan Koperasi;4) Pendidikan dan pelatihan perkoperasian bagi kelompok usaha produktif;5) Pengembangan prasarana dan sarana pendidikan dan pelatihan;

f. Pengkajian Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya UMKM dan Koperasi :1) Pengkajian, Penelitian dan Pengembangan Potensi Kendala Dan Permasalah

Koperasi dan UKM;2) Diskusi Permasalahan dan Isu-isu strategis dalam proses pemberdayaan

UMKM;3) Sosialisasi hasil-hasil kajian, penelitian, pengembangan dan diskusi

pemberdayaan Koperasi dan UKM, melalui penerbitan buku, jurnal dan majalah Ilmiah;

4) Pengkaderan dan Pengawasan kinerja aparat dan Sumberdaya KUMKM.