kebijakan luar negeri indonesia dalam...
TRANSCRIPT
KEBIJAKAN LUAR NEGERI INDONESIA DALAM
PENANDATANGANAN MEMORANDUM OF
UNDERSTANDING (MOU) DENGAN RUSIA MENGENAI
PENGEMBANGAN ENERGI NUKLIR TAHUN 2015
Skripsi
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar S.Sos
Oleh
Gilang Utama Pradnya
NIM: 1113113000034
PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul:
KEBIJAKAN LUAR NEGERI INDONESIA DALAM PENANDATANGANAN
MEMORANDUM OF UNDERSTANDING (MOU) DENGAN RUSIA MENGENAI
PENGEMBANGAN ENERGI NUKLIR TAHUN 2015
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 20 Februari 2018
Gilang Utama Pradnya
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Nama : Gilang Utama Pradnya
NIM : 1113113000034
Program Studi : Ilmu Hubungan Internasional
Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:
ANALISA KEBIJAKAN LUAR NEGERI INDONESIA DALAM
PENANDATANGANAN MOU DENGAN RUSIA MENGENAI
PENGEMBANGAN ENERGI NUKLIR TAHUN 2015
dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.
Jakarta, 20 Februari 2018
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Studi Pembimbing
Ahmad Alfajri, MA Febri Dirgantara Hasibuan. MM.
NIP.
iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
KEBIJAKAN LUAR NEGERI INDONESIA DALAM PENANDATANGANAN
MOU DENGAN RUSIA MENGENAI PENGEM BANGAN ENERGI NUKLIR
TAHUN 2015
Oleh:
Gilang Utama Pradnya
1113113000034
Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik (FISIP) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada
tanggal 21 Maret 2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Hubungan
Internasional.
Ketua, Sekretaris,
Ahmad Al Fajri, MA Eva Mushoffa, MHSPS
Penguji I Penguji II
Rahmi Fitriyanti, M.Si A. Syaifuddin Zuhri, S.IP.LLM
NIP. 197709142011012004
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada 21 Maret 2018.
Ketua Program Studi
Hubungan Internasional,
Ahmad Al Fajri, MA
v
ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang analisa kebijakan luar negeri Indonesia
dalam penandatanganan MoU dengan Rusia mengenai pengembangan energi
nuklir tahun 2015. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yaang
mendorong kebijakan luar negeri Indonesia dalam penandatanganan MoU
dengan Rusia. Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah
metode kualitatif yang dilakukan melalui studi pustaka. Teori dan konsep yang
digunakan adalah kebijakan luar negeri, kepentingan nasional, kerjasama
bilateral, dan keamanan energi. Konsep kebijakan luar negeri digunakan untuk
menjelaskan faktor yang mendorong kebijakan Indonesia dalam
penandatanganan MoU dengan Rusia. Konsep kepentingan nasional digunakan
untuk menjelaskan kepentingan yang ingin dicapai oleh Indonesia dan Rusia.
Konsep kerjasama bilateral digunakan untuk menjelaskan kerjasama antara
Indonesia dengan Rusia. Konsep keamanan energi digunakan untuk
menjelaskan kondisi energi nuklir Rusia dan kepentingan Indonesia dalam
memenuhi kebutuhan energinya. Temuan dari penelitian ini adalah apa faktor
yang mendorong kebijakan luar negeri Indonesia dalam kerjasama
pengembangan energi nuklir dengan Rusia. Kebijakan luar negeri diambil
berdasarkan faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dalam
kebijakan luar negeri meliputi Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN)
sebagai struktur pemerintahan serta Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN) periode 2005-2025. Faktor eksternal dalam kebijakan luar
negeri meliputi pemanasan global serta keunggulan Rusia dalam
pengembangan energi nuklir. Faktor ketersediaan, keandalan dan keberlanjutan
lingkungan yang terdapat dalam konsep keamanan energi juga menjadi faktor
internal dalam kebijakan luar negeri.
Kata Kunci: Indonesia, Rusia, Nuklir, Kebijakan Luar Negeri, Keamanan
Energi
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul ‘Analisa Kebijakan Luar Negeri
Indonesia Dalam Penandatanganan Mou Dengan Rusia Mengenai
Pengembangan Energi Nuklir Tahun 2015’. Sholawat serta salam tidak lupa
penulis curahkan kepada Nabi Muhammad saw beserta keluarganya,
sahabatnya, serta para pengikutnya hingga akhir zaman. Skripsi ini merupakan
bentuk usaha, percepatan, semangat konsistensi, yang memiliki banyak makna
bagi penulis. Tentunya, penulis mendapat berbagai dukungan, motivasi,
semangat, dan segala macam bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan. Dengan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Orangtua tercinta Ibunda Heriasih dan Ayahanda Irwan S.E yang tidak
pernah lelah memberikan do’a, dukungan moril dan materil, selalu
sabar, dan menjadi semangat utama penulis, kedua adik Nabila Utami
Dewi, dan Sania Miranti Dewi yang selalu memberi doa, dukungan,
candaan yang menghibur.
2. Bapak Febri Dirgantara Hasibuan, MM. selaku Dosen Pembimbing
penulis, terimakasi atas waktu, arahan, nasihat, saran dan kritik positif,
serta kesabarannya untuk membimbing penulis.
3. Bapak Ahmad Alfajri, MA. sebagai ketua jurusan prodi Hubungan
Internasional Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Dosen-dosen jurusan Hubungan Internasional UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, terimakasih atas ilmu dan pengalaman berharga yang telah
diberikan selama masa perkuliahan.
vii
5. Bapak Kurnia dan Ibu Vindewi, selaku pihak dari Badan Tenaga Nuklir
Nasional (BATAN), terimakasih atas bantuannya memberi data dan
informasi terkait skripsi.
6. Seluruh keluarga saya, yang tidak pernah berhenti mendoakan
kesuksesan karir saya dan menyemangati penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
7. Jauza Hibatulloh Majiid S.Sos. yang tidak pernah lelah memberi
dukungan moral, inspirasi, masukan yang membangun dan semangat
kepada penulis.
8. Sahabat-sahabat penulis grup ANTABUR, M.Ario, Ucok, Hafiz,
David, Agung, Cello, Yugo, Fadel, Affan, dan lainnya. Terimakasih
atas dukungan semangatnya.
9. Teman-teman TROTOAR, Akbar, Albar, Andra, M.Fadly, Silmi, Tio,
Miftahusurur, Rere, Bimo, Ical, Arbian, Rahmat, Reza, Saqa, Fairus,
Alim, Fiqi, Ican, Faruq, serta yang lainnya. Terimakasih atas dukungan
semangatnya
10. Senior-senior penulis, Fikri Mahir, Ahsan, Habibi Fahmi, Fikry Alfajr,
Raihan, Faisal Farras, terimakasih atas dorongan semangat dan
masukan yang diberikan.
11. Sahabat/i PMII KOMFISIP yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Terimakasih atas bantuan dan pengalaman-pengalaman yang diberikan.
12. Keluarga besar UKM FORSA, terutama Div. Bola Basket. Terimakasih
atas dorongan semangat dan pengalaman yang diberikan.
13. Teman-teman KKN Rife 096, yang sudah memberika tiga puluh hari
untuk selamanya. Dan selalu memberikan semangat kepada penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini.
viii
14. Teman-teman seperjuangan HI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
tidak dapat saya sebut kan satu per satu yang telah membantu memberi
masukan dan semangat selama masa perkuliahan.
15. Pihak-pihak lainnya yang membantu penulis yang belum disebutkan
namun tidak mengurangi rasa hormat penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari
sempurna, mengingat kemampuan dan keterbatasan waktu penulis. Akhir
kata, semoga Allah SWT melimpahkan keberkahan kepada semua pihak yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
Jakarta, 20 Februari 2018
Gilang Utama Pradnya
ix
DAFTAR ISI
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI iv
ABSTRAK v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI ix
DAFTAR GAMBAR xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah 1
B. Pertanyaan Penelitian 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 5
D. Tinjauan Pustaka 5
E. Kerangka Pemikiran 7
1. Kebijakan Luar Negeri 8
2. Kepentingan Nasional 14
3. Kerjasama Bilateral 16
4. Keamanan Energi 18
F. Metode Penelitian 21
G. Sistematika Penulisan 23
BAB II KEBIJAKAN LUAR NEGERI INDONESIA
A. Arah Kebijakan Luar Negeri Indonesia 25
B. Pengembangan Energi Nuklir di Indonesia 29
C. Kebijakan Indonesia terhadap Rusia 39
x
BAB III KERJASAMA ENERGI NUKLIR INDONESIA DAN RUSIA
A. Kerjasama Indonesia dan Rusia di Sektor Energi Nuklir 46
B. ROSATOM dan Rusatom Overseas (RAOS) 51
BAB IV ANALISA KEBIJAKAN LUAR NEGERI INDONESIA DALAM
KERJASAMA PENGEMBANGAN ENERGI NUKLIR DENGAN RUSIA
TAHUN 2015
A. Faktor Internal
1. Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) 53
2. Kondisi Energi Indonesia 56
3. Penerapan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Periode
2005-2025 61
4. Faktor Keamanan Energi dalam Kerjasama Indonesia-Rusia mengenai
Pengembangan Energi Nuklir
1. Ketersediaan ROSATOM 63
2. Keandalan ROSATOM 64
3. Keberlanjutan Lingkungan Energi Nuklir 65
B. Faktor Eksternal
1. Pemanasan Global 67
2. Keunggulan Rusia dalam Pengembangan Energi Nuklir 69
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 72
DAFTAR PUSTAKA lxxv
LAMPIRAN-LAMPIRAN lxxx
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 : Model Pengaruh Negara dalam Kebijakan Luar Negeri 10
Gambar 1.2 : Model Gejala Umpan-Balik dalam Kebijakan Luar Negeri 11
Gambar 4.1 : Proyeksi Kebutuhan Energi Final Sektor Industri 56
Gambar 4.2 : Proyeksi Kebutuhan Energi Final Sektor Rumah Tangga 58
Gambar 4.3 : Pangsa Konsumsi Energi Final Indonesia Menurut Jens Energi Tahun
2003-2013 59
Gambar 4.4 : Produksi dan Konsumsi Minyak Indonesia Tahun 2000-2013........60
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Energi merupakan sumber daya yang penting dalam kehidupan manusia.
Energi sangat dibutuhkan untuk menunjang setiap kegiatan yang dilakukan manusia.
Seperti kegiatan rumah tangga ataupun mobilitas sehari-hari, semua membutuhkan
energi. Energi diperoleh dari dua sumber yaitu sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui dan sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Sumber daya alam yang
tidak dapat diperbaharui seperti minyak bumi, gas alam, dan batu bara akan habis dan
tidak akan bertambah jumlahnya, sedangkan sumber daya alam yang dapat
diperbaharui contohnya dengan menggunakan panas bumi, tenaga nuklir, tenaga uap
yang sedang dikembangkan negara-negara untuk memenuhi kebutuhan energi dalam
negerinya.
Salah satu isu yang menjadi perhatian pemerintah saat ini dan perhatian
masyarakat global secara umum adalah masalah ketersediaan sumber daya energi dan
listrik. Ketika kini Indonesia sedang memasuki kebangkitan dari perekonomian
negara, negara harus menghadapi kenyataan bahwa cadangan minyak dan gas bumi
nasional kita sudah semakin menipis sementara harga minyak bumi di pasar
2
internasional selalu naik dan berfluktuasi yang berakibat buruk bagi situasi ekonomi
negara.1
Permasalahan ini dapat ditanggulangi dengan mengurangi penggunaan energi
yang tidak dapat diperbaharui (minyak bumi, gas alam, batubara) yang
ketersediaannya semakin menipis, dengan cara mengembangkan sumber energi baru
dan energi terbarukan berbasis teknologi (tenaga air, geothermal, mini/micro hydro,
biomassa, tenaga surya, tenaga angin, nuklir) dalam pemenuhan energi di masa yang
akan datang. Dengan kata lain, pengembangan sumber energi baru dan energi
terbarukan ini bukan untuk menggantikan energi yang tidak dapat diperbaharui, tetapi
membantu mengurangi penggunaannya untuk menghemat cadangan yang ada.
Sampai saat ini Indonesia belum dapat melepaskan ketergantungan terhadap
energi fosil dan sebagian dari energi tersebut harus diimpor dari negara lain. Untuk
itu ketergantungan terhadap energi fosil harus dikurangi dengan upaya
mengoptimalkan pemanfaatan sumber energi lainnya, khususnya energi baru
terbarukan, serta dengan meningkatkan kemampuan untuk penggunaan teknologi
energi yang efisien.2
Fenomena krisis energi ini menyadarkan bahwa seharusnya negara selalu
mengikuti kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, di mana
saat ini masyarakat dunia cenderung untuk menggunakan ilmu pengetahuan dan
1 Qiqi Asmara, “Evaluasi Implementasi Kebijakan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga
Nuklir di Jepara,” (Tesis Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Univ. Indonesia, 2009). 2 Sudirman Said, “Ketergantungan Kepada Energi Fosil Harus Kita Kurangi”, Dewan Energi
Nasional RI, (13 Maret 2015). Berita [on-line] tersedia di
http://den.go.id/index.php/dinamispage/index/503-.html ; internet; diakses pada 4 September 2017
pukul 10.38
3
teknologi dalam memperoleh energi. Salah satunya adalah dengan pemanfaatan
pengembangan nuklir sebagai bahan energi alternatif.3
Indonesia merupakan salah satu negara yang mengembangkan energi nuklir.
Indonesia juga sudah terdaftar di dalam anggota dari International Atomic Energy
Agency (IAEA) yang merupakan badan yang mengawasi nuklir di dunia
internasional. Penggunaan energi nuklir di Indonesia juga sudah dirasakan
manfaatnya di dalam bidang pertanian, peternakan, perikanan, kesehatan, dan
pertambangan.
Indonesia juga menyadari pentingnya kerjasama luar negeri dalam
pengembangan energi nuklir ini dan telah menjalin kerjasama bilateral dengan
beberapa negara sahabat. Saat ini ada sejumlah kerjasama bilateral yang telah
disepakati dan dilaksanakan dengan negara-negara seperti Argentina, Australia, AS,
Inggris, Jerman, dan Jepang. Kerjasama bilateral ini mencakup bidang yang cukup
luas, mulai dari bidang keselamatan nuklir, pertukaran informasi peraturan
ketenaganukliran, partisipasi dalam program desain reaktor, bahan bakar bekas,
pembuatan radioisotop, hingga pendidikan dan pelatihan.4 Namun, Indonesia
mengintensifkan kerjasama dengan Rusia dalam pengembangan energi nuklir untuk
upaya pembangunan PLTN di dalam negeri.
3 Qiqi Asmara, “Evaluasi Implementasi Kebijakan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga
Nuklir di Jepara,” (Tesis Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Univ. Indonesia, 2009). 4 BATAN, tersedia di: http://www.batan.go.id/ref_utama/hiswara.html , Internet; diakses pada 9
Januari 2018, pukul 14-00
4
Pada 10 September 2015, bertempat di kantor pusat Badan Tenaga Nuklir
Nasional (BATAN), dilakukan penandatanganan Memorandum of Understanding
(MoU) antara BATAN dan Rosatom Overseas, Joint Stock Company of The Russian
Federation (RAOS) tentang kerjasama dalam pengembangan PLTN terapung dan
PLTN skala besar. Penandatanganan dilakukan oleh Kepala Pusat Kajian Sistem
Energi Nuklir BATAN, Yarianto S. Budi Susilo dan President Rosatom Overseas,
Joint Stock Company, E. Pakermanov, disaksikan Kepala BATAN, Djarot S.
Wisnubroto dan Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhail Y. Galuzin.
Sebelumnya, telah dilakukan MoU antara BATAN dan Russian State Nuclear
Corporation (Rosatom) dalam pengembangan penggunaan energi nuklir untuk tujuan
damai pada Juni 2015.5
BATAN dan RAOS telah memiliki hubungan kerjasama yang baik dan telah
tertarik pada studi bersama, peningkatan kapasitas dan pra - kegiatan proyek untuk
kemungkinan pengembangan teknologi Rusia untuk pengembangan PLTN terapung
dan PLTN skala besar di Indonesia.6 Ini bukan kali pertama RAOS menawarkan
keahlian nuklir mereka kepada Indonesia.7 Kerjasama keduanya pertama kali
berujung pada kesepakatan kerjasama di bidang nuklir pada Desember 2006. Namun
belum untuk upaya pembangunan PLTN, melainkan untuk kerja sama di bidang
5 BATAN, “MoU Batan Rosatom” , 2015. Tersedia di:
http://www.batan.go.id/index.php/id/kedeputian/manajemen/hhk/1445-mou-batan-rusatom-overseas-
joint-stock-company ; Internet; diakses pada 14 juni 2017, pukul 14.00 6 BATAN, “MoU Batan Rosatom” , 2015.
7 The Jakarta Post, https://www.pressreader.com/indonesia/the-jakarta-
post/20170515/281998967382477 ; internet; diakses pada 8 September 2017, pukul 15.10
5
teknologi atom ramah lingkungan untuk bidang kesehatan, pertanian, peternakan,
perikanan serta pertambangan.
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan pemaparan di atas, pertanyaan penelitian yang diajukan adalah:
“Apa faktor yang mendorong kebijakan luar negeri Indonesia dalam dalam
penandatanganan MOU dengan Rusia mengenai pengembangan energi nuklir tahun
2015?”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang mendorong
kebijakan luar negeri Indonesia dalam penandatanganan MOU dengan Rusia. Serta
untuk mengetahui pengembangan energi nuklir yang dihasilkan dari kerjasama
tersebut.
Manfaat Penilitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai
pengembangan energi nuklir kepada akademisi, yakni Dosen, Mahasiswa, Pengamat
Lingkungan dan Energi, serta masyarakat umum.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam menunjang penelitian yang dilakukan, diambil beberapa studi tertentu
yang sebelumnya pernah dilakukan yang digunakan sebagai pembanding dengan
penelitian yang dilakukan. Dengan adanya berbagai rujukan, diharapkan dapat
6
memberikan kontribusi baru baik untuk mengkritik atau pun sebagai pelengkap dalam
penelitian yang dilakukan.
Pertama, diambil referensi dari Jurnal yang ditulis oleh Sulfikar Amir yang
berjudul “Nuclear Revival in Post-Soeharto Indonesia”. Jurnal ini dimuat pada Asian
Survey volume 50 dan di publikasi pada tahun 2010. Dalam penelitiannya, penulis
jurnal berfokus pada pengembangan energi nuklir di Indonesia pada masa sebelum
dan sesudah rezim Soeharto.
Penulis jurnal beranggapan bahwa dalam pengembangan energi nuklir pasca
rezim Soeharto kini mengalami pertarungan antara dua kekuatan yang sama antara
elit birokratik dan tekstorat yang didukung negara melawan aliansi masyarakat sipil.
Pro dan kontra dalam program energi nuklir hadir antara pemerintah dengan
masyarakat sipil. Menurut penulis jurnal ini, kontroversi nuklir menawarkan
kesempatan bagi negara dan masyarakat sipil untuk menyelesaikan perbedaan mereka
melalui proses politik yang adil dan setara terhadap kesepakatan mengenai bagaimana
program nuklir harus diupayakan.
Metode yang digunakan dalam penulisan jurnal ini adalah metode kualitatif.
Dimana pendapat yang digunakan adalah merupakan sebagai sumber yang bersifat
multi interpretatif. Dalam jurnal ini penulis menggunakan teori konsep kepentingan
nasional dan keamanan energi dalam menjelaskan penelitiannya.
7
Jurnal ini akan membantu untuk menjelaskan perkembangan Indonesia
mengembangkan energi nuklir. Penjelasan mengenai perkembangan energi nuklir di
Indonesia dalam jurnal ini cukup padat dan akan membantu menunjang penelitian ini
yang juga akan membahas mengenai pengembangan energi nuklir di Indonesia.
Tinjauan pustaka yang kedua adalah jurnal yang ditulis oleh Hariyadi yang
berjudul “Agenda-Setting Pembangunan PLTN dan Pencapaian Ketahanan Listrik
(Studi di Jepara dan Pangkal Pinang)”. Jurnal ini dimuat dalam Jurnal Ekonomi &
Kebijakan Publik, Vol.7, no.2 yang dipublikasikan pada tahun 2016. Jurnal ini
berfokus kepada rencana pembangunan PLTN yang pernah menjadi kebijakan formal
namun sampai sekarang belum menunjukan perubahan yang berarti.
Metode yang digunakan dalam jurnal ini adalah metode kualitatif dengan
sumber data primer dan sekunder yang dilakukan di Jepara dan Bangka Belitung.
Dalam jurnal ini menggunakan teori konsep kepentingan nasional dan keamanan
energi dalam menjelaskan penelitiannya.
Jurnal ini akan membantu dalam menjelaskan perkembangan Indonesia
mengembangkan energi nuklir. Penjelasan tentang kebijakan pemerintah mengenai
pembangunan PLTN dalam jurnal ini cukup padat sehingga dapat membantu dalam
menunjang skripsi yang sedang ditulis.
8
E. Kerangka Pemikiran
Untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah disampaikan di atas,
penelitian ini akan menggunakan kerangka berpikir teori kebijakan luar negeri yang
didasari oleh konsep kepentingan nasional, konsep kerjasama bilateral, dan konsep
keamanan energi. Sebagai alat analisis yang menjadi landasan untuk menjawab
pertanyaan penelitian dalam skripsi ini.
1. Teori Kebijakan Luar Negeri
Kebijakan luar negeri merupakan serangkaian sasaran bagaimana suatu negara
berinteraksi dengan negara lain baik dibidang politik, ekonomi, sosial dan militer.
Untuk itu aktor-aktor negara melakukan berbagai macam kerjasama baik kerjasama
yang bersifat bilateral, trilateral, regional, dan multilateral. Biasanya kebijakan luar
negeri ini dapat dilakukan dengan berbagi cara namun terdapat tiga yang paling
umum, yaitu melalui perang, perdamaian dan kerjasama ekonomi.8
KJ Holsti mengeluarkan argumen bahwa kebijakan luar negeri adalah strategi
atau rencana tindakan yang dibentuk oleh para pembuat keputusan suatu negara
dalam menghadapi negara lain atau unit politik internasional lainnya dan
dikendalikan untuk mencapai tujuan nasional yang dituangkan dalam terminologi
kepentingan nasional.9 Untuk memenuhi kepentingan nasionalnya itu, Negara-negara
8 KJ Holsti, International Politics A Framework for Analysis 6
th ed (New Jersey A Simon &
Schuster Company, 1992), h. 82. 9 KJ Holsti, International Politics A Framework for Analysis 6
th ed (New Jersey A Simon &
Schuster Company, 1992), h. 82.
9
maupun aktor dari negara tersebut melakukan berbagai macam kerjasama diantaranya
adalah kerjasama bilateral, trilateral, regional dan multilateral.10
Tiap negara memiliki perbedaan tujuan kebijakan luar negerinya. Namun,
negara mengeluarkan kebijakannya untuk memenuhi dan mencapai kepentingan
pribadi maupun kolektifnya. Pada umumnya kebijakan luar negeri suatu negara
dilakukan agar dapat mempengaruhi negara lain, menjaga keamanan nasional,
memiliki prestige, serta benefit untuk negaranya. Mereka bertindak berdasarkan
sumber daya yang ada. Menurut Rosenau tujuan dari kebijakan luar negeri
sebenarnya merupakan fungsi dari proses di mana tujuan negara disusun. Tujuan
tersebut dipengaruhi oleh sasaran yang dilihat dari masa lalu dan aspirasi untuk masa
yang akan datang.11
Terdapat 2 faktor yang harus dipertimbangkan dalam pembuatan kebijakan
luar negari; faktor internasional dan faktor domestik. Kedua faktor ini digunakan
sebagai dasar pertimbangan oleh para pembuat kebijakan politik luar negeri, yang
melakukan proses pembuatan keputusan. Keputusan yang dihasilkan dapat berupa
penyesuaian, program, masalah/tujuan, dan orientasi internasional.
Kebijakan juga mengandung komponen tindakan, yakni hal yang dilakukan
pemerintah kepada pihak lain untuk menghasilkan orientasi, memenuhi peran atau
10
Banyu Perwita, Anak Agung & Yanyan Mochamad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan
Internasional.,2005, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, h. 49. 11
James N. Rosenau. International Politics and Foreign Policy: A Reader in Research and
Theory, (New York: The Free Press,1969), h. 167.
10
mencapai dan mempertahankan tujuan tertentu.12
Tindakan pada dasarnya merupakan
satu bentuk komunikasi yang dimaksudkan untuk mengubah atau mendukung
perilaku pemerintah negara lain yang sangat berperan untuk menentukan berhasil
tidaknya pencapaian tujuan pemerintah negara yang bersangkutan.13
Proses politik internasional dimulai bila negara katakanlah negara A berusaha
melalui berbagai tindakan atau isyarat untuk mengubah atau mendukung perilaku.
Misalnya, tindakan, citra dan kebijakan negra lain. Dengan demikian, kekuasaan
dapat didefenisikan sebagai kemampuan umum suatu negara untuk mengendalikan
perilaku negara lain.14
Hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1.1. Model pengaruh negara dalam kebijakan luar negeri
Pengaruh Negara
Untuk melakukan X
Sumber: K.J. Holsti. 1983. Politik Internasional. Jakarta: Erlangga. Hal. 159
A berusaha mempengaruhi B karena A telah menetapkan tujuan yang
mungkin dicapai (menurut perhitungan A) apabila B (dan mungkin banyak negara
lain juga) tidak melakukan X.15
Pelaksanaan pengaruh mengandung arti yang lebih
dari hanya kemampuan A untuk mengubah sikap B. Pengaruh juga dilihat bila A
12
KJ Holsti, International Politics A Framework for Analysis 6th
ed (New Jersey A Simon &
Schuster Company, 1992), h. 186. 13
KJ Holsti, International Politics A Framework for Analysis 6th
ed (New Jersey A Simon &
Schuster Company, 1992), h. 186. 14
KJ Holsti, International Politics A Framework for Analysis 6th
ed (New Jersey A Simon &
Schuster Company, 1992), h. 186. 15
KJ Holsti, International Politics A Framework for Analysis 6th
ed (New Jersey A Simon &
Schuster Company, 1992), h.159.
Negara B Negara A
11
mencoba membuat B meneruskan arah suatu tindakan atau kebijakan yang berguna
bagi atau sesuai dengan kepentingan A. Oleh karena itu, pelaksanaan pengaruh tidak
selalu berhenti setelah B melakukan X. Hampir tidak mungkin menemukan satu
situasi dimana B juga tidak mempunyai pengaruh pada A. Model diatas menunjukkan
bahwa pengaruh hanya dilakukan oleh satu arah, yakni oleh A kepada B. Dalam
kenyataan, pengaruh bersifat multilateral. Sekurang-kurangnya ada maslah umpan-
balik dalam setiap hubungan: Jika B mematuhi keinginan A dan melakukan X, sikap
itu mungkin akhirnya mendorong A mengubah perilakunya sendiri, mungkin demi
kepentingan B.16
Gejala umpan-balik dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1.2. Model gejala umpan-balik dalam kebijakan luar negeri
Pengaruh
Melakukan Y Pengaruh Melakukan X
Sumber: K.J. Holsti. 1983. Politik Internasional. Jakarta: Erlangga. Hal. 161
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kebijakan luar
negeri suatu negara ditujukan untuk memenuhi kepentingan nasional masing-masing
negara. Adapun aksi yang dilakukan adalah dengan melaksanakan kerjasama-
kerjasama internasional baik yang berskala regional maupun global guna mencapai
kepentingan nasional.
16
KJ Holsti, International Politics A Framework for Analysis 6th
ed (New Jersey A Simon &
Schuster Company, 1992), h. 160-161.
Negara A Negara B
12
Menurut KJ Holsti, faktor-faktor yang mempengaruhi pembuat keputusan
dalam menentukan kebijakan luar negeri, diantaranya17
:
1. Faktor Eksternal yaitu semua kondisi yang berasal dari luar negara tersebut,
seperti:
a. Struktur sistem internasional (Structure of the system)
Kebijakan luar negeri yang dipengaruhi oleh struktur sistem, apakah itu
bipolar, unipolar atau multipolar. Dalam sistem internasional tersebut
negara dibedakan antara kekuatan besar (super power) sampai dengan
negara kecil (micro-states). Struktur power juga mempengaruhi kebijakan
luar negeri.
b. Kebijakan dan tindakan aktor lain (the policies and actions of other states)
Kebijakan luar negeri yang dipengaruhi oleh kebijakan atau tindakan yang
dilakukan oleh negara lain. Hal ini mengacu pada apakah ada tanggapan
atau reaksi dari negara lain atas negara yang sedang mengalami
permasalahan. Menurut Holsti, respon ini tidak hanya berasal dari
kebijakan luar negeri suatu negara, akan tetapi juga berasal dari kebijakan
domestik negara lain.
2. Faktor Domestik (The domestic context) yaitu semua kondisi yang berasal dari
negara yang bersangkutan, seperti:
17
KJ Holsti, International Politics A Framework for Analysis 6th
ed (New Jersey A Simon &
Schuster Company, 1992), h. 273 – 280.
13
a. Kebutuhan sosial ekonomi, dan keamanan (socioeconomic/security
Needs). Kebijakan luar negeri yang dipengaruhi oleh kebutuhan negara
terhadap suatu keamanan, kesejahteraan, dan prestise.
b. Geografi dan karakteristik topografi (geographical and topographical
charasteristics). Hal ini disebabkan sumber daya alam setiap negara
berbeda-beda. Sebagian negara kaya akan sumber daya alam, sedangkan
sebagian lainnya tidak.
c. Atribut Nasional (National atributes); faktor ini dapat diartikan sebagai
karakteristik umum dari sebuah negara bangsa. Dalam hal ini dapat dilihat
dari luas wilayah, populasi, sistem ekonomi, prestasi negara, tingkat
pertumbuhan, dan pengembangan ekonomi, atribut nasional ini juga dapat
dikaitkan dengan keikutsertaan negara tersebut dalam institusi atau
organisasi internasional yang dapat mengangkat negara menjadi aktor
internasional yang dipertimbangkan oleh negara lain.
d. Struktur pemerintah (Government structure); hal ini mengacu pada
struktur pemerintahan suatu negara.
e. Opini publik (public opinion); hal yang perlu dicermati dalam faktor ini
adalah opini publik hanya diberlakukan bagi masyarakat yang memiliki
kebebasan penuh untuk menyarankan aspirasinya kepada pemerintah
tanpa paksaan atau hambatan. Terdapat 3 hal yang harus diperhatikan
mengenai opini publik dan hal tersebut juga sangat mempengaruhi
14
perumusan kebijakan luar negeri suatu negara, yaitu: apa masalahnya,
siapa yang mengungkapkan pendapat tersebut, dan bagaimana situasinya.
Dalam kebijakan luar negeri Indonesia terhadap Rusia dalam pengembangan
energi nuklir ini, terdapat pula tujuan yang hendak dicapai kedua negara yang
tentunya sebagai upaya pemenuhan kepentingan nasional dari Indonesia maupun
Rusia. Hal ini dilakukan dengan menggunakan instrumen kerjasama antara Indonesia-
Rusia pada tahun 2015.
2. Konsep Kepentingan Nasional
Kepentingan nasional adalah kepentingan yang dirancang suatu negara dalam
mencapai tujuan negara itu sendiri. Kepentingan nasional dicapai dengan berbagai
cara, bisa melalui ekonomi, politik, dan budaya.18
K.J. Holsti menjelaskan
pemahaman mengenai kepentingan nasional dalam istilah tujuan nasional (purposes
of states). Menurut nya, sedikitnya ada 4 kepentingan yang ingin dicapai oleh sebuah
negara dalam menjalankan kebijakan luar negeri, yaitu: keamanan (security),
kesejahteraan (welfare), otonomi (autonomy), dan prestise (prestige). Selain empat
kepentingan tersebut, hal lain yang juga ingin dicapai suatu negara adalah hal-hal
yang terkait erat dengan proteksi etnis, ideologi, dan agama, serta ambisi untuk
menjadi kekuatan yang berpengaruh di dunia.19
18
Hans J. Morgenthau. Politics Among Nations. 7th edition. (New York: McGraw Hill, 2006), 4-
16. 19
Holsti, Kalevi J., International Politics: a Framework for Analysis, (6th
Edition), London:
Prentice Hall, 1992, Hal. 84
15
KJ. Holsti mengidentifikasikan kepentingan nasional ke dalam 3 klasifikasi:20
1. Core Values atau nilai “inti”
Dianggap sebagai sesuatu yang dianggap paling vital bagi negara dan
menyangkut eksistensi suatu Negara. Kepentingan dan nilai “inti” dapat
digambarkan sebagai jenis kepentingan yang untuk mencapainya
kebanyakan orang bersedia melakukan pengorbanan sebesar-besarnya.
Nilai dan kepentingan ini biasanya dikemukakan dalam bentuk asas-asas
pokok kebijakan luar negeri dan menjadi keyakinan yang diterima
masyarakat tanpa sikap kritis. Kepentingan dan nilai “inti” seringkali
dihubungkan dengan pemeliharaan diri suatu unit politik.
2. Middle range objectives (tujuan jangka menengah)
Biasanya menyangkut kebutuhan memperbaiki derajat perekonomian.
Dalam hal ini mencakup usaha pemerintah memenuhi tuntutan dan
kebutuhan perbaikan ekonomi melalui tindakan internasional.
Kesejahteraan sosial dan pembangunan ekonomi tidak akan pernah
tercapai hanya dengan kekuatan yang dimiliki oleh suatu negara tertentu.
Hal ini dikarenakan kebanyakan negara hanya mempunyai sumberdaya,
jasa administrasi dan keterampilan teknis yang terbatas. Oleh sebab itu,
negara harus berinteraksi dengan negara lain. Perdagangan, bantuan luar
negeri, akses fasilitas komunikasi, sumber perbekalan, dan pasar luar
20
Holsti, Kalevi J., International Politics: a Framework for Analysis, (6th
Edition), London:
Prentice Hall, 1992, 165.
16
negeri bagi sebagian besar negara penting untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
3. Long range goals (tujuan jangka panjang)
Merupakan sesuatu yang bersifat ideal, misalnya keinginan mewujudkan
perdamaian dan ketertiban dunia. Dengan kata lain, tujuan jangka panjang
adalah rencana, impian dan pandangan mengenai organisasi politik atau
ideologi terakhir sistem internasional, aturaan yang mengatur hubungan
dalam sistem itu dan peran negara tertentu didalamnya. Dalam rangka
mengejar tujuan jangka menengah, negara melakukan tekanan tertentu
pada negara tertentu. Sementara dalam upaya untuk mengejar tujuan
jangka panjang, negara biasanya melancarkan tujuan universal karena
tujuannya tidak kurang dari membangun kembali satu sistem internasional
menyeluruh menurut rencana atau pandangan yang secara internasional
dapat diterapkan.
3. Konsep Kerjasama Bilateral
Konsep selanjutnya adalah kerjasama bilateral. Sebagai upaya mencapai
kebijakan luar negerinya, tentu tidak dapat berperan sebagai aktor tunggal, akan
tetapi membutuhkan negara lain untuk memenuhi kepentingan atau kebutuhan dalam
negeri, karenanya melalui kerjasama beberapa negara berupaya saling memenuhi
kebutuhan masing-masing. Artinya, konsep kerjasama merupakan hubungan yang
didasarkan pada pemenuhan kepentingan pribadi, serta menghasilkan hal yang
17
menguntungkan bagi kedua belah pihak, melalui bekerjasama bukan dengan usaha
sendiri atau dengan persaingan.21
Menurut Keohane dan Martin, ketika negara-negara dapat memperoleh
keuntungan secara bersama dari kerjasama yang mereka jalin maka negara-negara
tersebut dapat berusaha untuk membentuk institusi. Institusi tersebut nantinya
diharapkan dapat menjadi wadah bagi negara-negara untuk saling berbagi informasi,
membuat komitmen menjadi lebih kredibel, membangun koordinasi dan secara umum
memfasilitasi untuk saling mendukung kebijakan yang dijalankan oleh masing-
masing negara anggota.22
Menurut K.J Holsti, ada beberapa alasan mengapa negara bekerjasama dengan
negara lain, diantaranya:
1. Meningkatkan Kesejahteraan Ekonomi;
2. Meningkatkan efisiensi yang berkaitan dengan pengurangan biaya;
3. Karena adanya masalah-masalah yang mengancam keamanan bersama;
4. Untuk mengurangi kerugian negatif yang diakibatkan oleh tindakan-tindakan
individual negara yang memberi dampak terhadap negara lain.23
Kerjasama bilateral merupakan keadaan yang menggambarkan adanya
hubungan saling mempengaruhi atau terjadinya hubungan timbal balik antara dua
21
Dougherty, James E dan Robert L. Pfaltzfraff, Jr. 1981. Contending Theories.Cetakan Kedua.
New York: Harper and Row Publisher Inc. Hal 419. 22
Keohane, Robert O dan Lisa L. Martin. “The Promise of Institutionalist Theory”. Dalam
International Security, Vol.20, No.1, (Summer, 1995), Hal. 42 23
Holsti, KJ. 1988. International Politics: A Framework for Analysis. New Jersey: Prentice Hall.
Hal 362-363.
18
pihak atau dua negara.24
Hubungan bilateral dimaksudkan sebagai wujud pergaulan
masyarakat internasional yang tidak lain ditujukan untuk memenuhi kepentingan
nasional kedua negara yang disesuaikan dengan perkembangan situasi internasional
yang berlaku. Hubungan ini mencakup beberapa bidang termasuk aspek ekonomi,
sosial, politik, militer, dan pertahanan kemanan. Kusumohamidjojo memberi
pengertian bahwa hubungan bilateral sebagai:
Suatu bentuk kerjasama diantara kedua negara baik yang berdekatan
secara geografis ataupun yang jauh diseberang lautan dengan sasaran
utama untuk menciptakan perdamaian dengan memperhatikan
kesamaan politik, kebudayaan, dan struktur ekonomi.25
Dalam kaitannya dengan penelitian ini, kerjasama antara Indonesia dan Rusia
dalam pengembangan energi nuklir merupakan kerjasama bilateral. Dalam kerjasama
bilateral akan terjalin suatu hubungan, sesuai dengan tujuan-tujuan spesifik serta
bidang-bidang khusus yang dijadikan tolak ukur bagi suatu negara dalam melakukan
hubungan dengan negara lain. Dalam hubungan tersebut sangat ditentukan oleh hasil
interaksi kedua negara dalam berbagai bidang. Kedua negara yang menjalin
kerjasama bilateral ini tentu mengharapkan keuntungan. Kerjasama akan melahirkan
kesepakatan bersama berupa ketentuan-ketentuan yang harus dipatuhi bersama untuk
mencapai harmonisasi hubungan diantara keduanya.
24 Didi Krisna, “Kamus Politik Internasional”,(Jakarta: Grasindo,1993), hal. 18 25
Kusumohamidjojo, Budiono. 1987. Hubungan Internasional: Kerangka Studi Analisis. Jakarta:
Bina Cipta. Hal: 95.
19
4. Konsep Keamanan Energi (Energy Security)
Keamanan Energi (energy security) merupakan sebuah konsep dimana sebuah
negara mampu mempertahankan diri dan melakukan pembangunan dengan
mengutamakan keamanan dan ketersediaan cadangan energi yang memadai dengan
harga yang terjangkau, baik minyak ataupun variasi jenis energi lainnya.26
Carlos Pascual dan Jonathan Elkind membagi tiga bagian untuk memahami
konsep keamanan energi yaitu Geopolitics, Understanding Energy Interdependence,
dan Climate Change. Geopolitik dalam kemanan energi terjadi akibat adanya
kebutuhan setiap negara akan energi yang harus dipenuhi dan dijaga. Dengan adanya
kepentingan dari setiap negara akan energi, maka strategi politik, diplomasi,
teknologi dan pengelolaan harus dipastikan dengan bijak.27
Jonathan Elkind mengungkapkan beberapa aspek dari keamanan energi, yaitu:
ketersediaan, keandalan, keterjangkauan, dan keberlanjutan lingkungan. Hal-hal yang
menjadi perhatian dalam ketersediaan adalah sokongan dana dari negara produsen,
kemampuan produsen, negara transit, dan konsumen untuk menyepakati persyaratan
perdagangan, solusi teknologi untuk produksi, transportasi, konversi, penyimpanan,
distribusi dan investasi, struktur hukum dan peraturan yang layak dengan
mempertimbangkan aspek lingkungan dan persyaratan peraturan lainnya.
26
Evans, Gareth. 1994. Cooperative Security and Intrastate Conflict. Dalam Foreign Policy. No.
96. Autumn. Hal:7. 27
Carlos Pascual dan Evie Zambetakis. “The Geopolitics of Energy: From Security to Survival.”
Dalam Carlos Pascual dan Jonathan Elkind., ed. Energy Security: Economics, Politics, Strategies, and
Implications (Washington: Brookings Institutions Press, 2010), Hal. 31-33
20
Keandalan meliputi kekuatan sumber daya, nilai diversifikasi energi, kapasitas
cadangan energi yang memadai, perlindungan jangka panjang dan pendek dari
serangan teroris, cuaca ekstrim, dan gangguan politik, adanya informasi yang
memadai tentang fungsi dari pasar energi global. Keterjangkauan meliputi rendahnya
tingkat volatilitas, transparansi harga, dan ekspektasi yang realistis untuk target
jangka panjang. Keberlanjutan lingkungan meliputi rendahnya emisi karbon, polusi,
dan efek rumah kaca, meminimalisir kerusakan lingkungan di tingkat lokal, regional
dan global, perlindungan sistem energi dari dampak perubahan iklim.28
Konsep Energy Security harus mencakup beberapa aspek. Aspek yang
pertama ialah terdapat sebuah ancaman terhadap Energy Security dari ancaman
geopolitik, ekonomi, teknis, psikologi dan lingkungan. Aspek yang kedua jika dilihat
dari definisi Security mencakup unsur harga dan berdampak pada negara, di mana
unsur harga dapat mempengaruhi tingkat fluktuasi sebuah sumber energi yang tak
terkendali dan akan berdampak pada ketidakstabilan kondisi suatu negara. Aspek
yang ketiga ialah harga sebuah Energy memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap
ketersediaan dana dan modal untuk berinvestasi dalam pengembangan dan eksplorasi
sumber daya energi.
Ketersediaan dana menjadi faktor yang sangat penting dalam menjaga jumlah
permintaan terhadap sumber daya energi. Aspek yang keempat ialah menjaga
pasokan sumber daya energi dengan cara diversifikasi sumber energi. Aspek yang
28
Jonathan Elkind. ―Energy Security: Call for a Broader Agenda.‖ dalam Carlos Pascual dan
Jonathan Elkind., ed. Energy Security:Economics, Politics, Strategies, and Implications.
21
kelima ialah mencari sumber daya energi baru yang berada di dalam wilayah yang
bertujuan untuk mengurangi ketergantungan terhadap negara-negara penghasil
sumber daya energi.
Jika keseluruhan aspek tersebut dijalankan dengan baik maka tujuan yang
ingin dicapai ialah stabilnya harga-harga sumber daya energi di pasar internasional
karena tidak terjadinya kelangkaan sumber daya energi yang memicu tingginya harga
jual terhadap sumber energi.29
Dari beberapa definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa keamanan
energi adalah kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pasokan, sistem, kapasitas
kontrol, kapasitas teknologi, dan distribusi energi, serta mereduksi berbagai ancaman
dan gangguan yang dapat mengganggu ketersediaan pasokan energi.
1.6. Metode Penelitian
Pada Penelitian ini, metode penelitian yang akan digunakan penulis adalah
metode kualitatif. Metode ini akan mencoba untuk menggambarkan suatu peristiwa
dalam pembahasan penelitian dengan menjelaskan dasar atau landasan sebagai alat
untuk melakukan penelitian. Penelitian kualitatif adalah sebuah pendekatan untuk
mencari dan memahami maksud alasan dari akar permasalahan yang berasal dari
individu ataupun grup.
29
Wesley, Michael. 2006. “Energy Security in Asia.” In Energy Security in Asia, ed. Leszek
Buszynski. New York: Routledge, 1.
22
Proses pada riset melibatkan banyaknya pertanyaan dan prosedur yang
bermunculan, data secara khas terkumpulkan dalam pengaturan pertisipan, data
analisis bersifat induktif, dan peneliti membuat interpretasi mengenai penelitian
berdasarkan data yang telah ada.30
Menurut Kirk dan Miller, penelitian kualitatif
merupakan tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental
berpegang dari pengamatan manusia baik dalam wawasannya maupun dalam
peristilahannya.31
Tipe penelitian yang dipakai adalah deskriptif, dimana tipe penelitian ini
terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah dan atau keadaan sebagaimana
adanya. Tujuannya adalah membuat deskripsi gambaran secara sistematis, faktual,
dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki.32
Penelitian ini menggunakan dua sumber data, yaitu primer dan sekunder.
Sumber data primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber
pertamanya.33
Adapun sumber primer dalam penelitian ini adalah dengan data dari
Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir BATAN. Sumber kedua yaitu sumber sekunder,
yaitu data yang langsung dikumpulkan sebagai penunjang dari sumber pertama.
Dapat juga dikatakan data yang tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen.34
Adapun
30
John W. Creswell, Research Design: Qualitative, Quantitative (California: Sage Publications
Inc 4th Edition, 2014), 4. 31
Kirk Jerome dan Mark L. Miller, Participant observation: Ethnolog; Social sciences;
Objectivity; Methodology, (Beverly Hills; Sage Publication, 1986) Hal. 9. 32
Afifudin, dan Beni, Metodologi penelitian kualitati, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2009). 33
Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian (Jakarta: Rajawali, 1987), Hal 93. 34
Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian (Jakarta: Rajawali, 1987), Hal 94
23
sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah buku, Jurnal, karya tulis ilmiah,
berita dan informasi yang ada di internet.
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan studi pustaka dan
menghimpin data-data dari buku, Jurnal, karya tulis ilmiah, berita dan informasi yang
ada di internet. Untuk menarik kesimpulan akan menggunakan metode deduktif
dimana metode ini menjelaskan sesuatu yang bersifat umum terlebih dahulu
kemudian dapat menemukan suatu kesimpulan yang bersifat khusus.
Setelah mendapatkan informasi dan data terkait dengan tema skripsi ini,
selanjutnya data diobservasi secara sistematis dan teratur sesuai dengan urutan
pembahasan dalam kepenulisan ini yang disesuaikan dengan buku panduan penulisan
skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.7. Sistematika Penulisan
Dalam membahas suatu penelitian diperlukan sistematika pembahasan yang
bertujuan untuk memudahkan penelitian, langkah – langkah pembahasan sebagai
berikut:
BAB I LATAR BELAKANG
Dalam bab ini terdiri atas tujuh sub bab antara lain latar belakang, pertanyaan
penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka pemikiran,
metode penelitian, dan sistematika penulisan.
24
BAB II KEBIJAKAN LUAR NEGERI INDONESIA
Bab ini akan membahas tentang prinsip yang menjadi pedoman Indonesia
dalam mengambil kebijakan luar negeri dari masa ke masa. Kebijakan luar negeri
Indonesia terhadap Rusia dari masa ke masa juga akan dijelaskan didalam bab ini.
BAB III KERJASAMA INDONESIA-RUSIA DALAM PENGEMBANGAN
ENERGI NUKLIR
Bab ini akan membahas tentang pengembangan energi nuklir di Indonesia dan
kerjasama yang dijalin oleh Indonesia dan Rusia dalam pengembangan energi nuklir.
Awal mula kerjasama di bangun hingga sampai perkembangannya kini.
BAB IV ANALISIS KEBIJAKAN LUAR NEGERI INDONESIA DALAM
KERJASAMA PENGEMBANGAN ENERGI NUKLIR DENGAN RUSIA
TAHUN 2015
Bab ini akan membahas analisa penulis mengenai kepentingan dari Indonesia
dalam kerjasama pengembangan energi nuklir dengan Rusia pada tahun 2015. Pada
bab ini akan menjelaskan dan menjawab pertanyaan penelitian dengan menganalisis
data-data yang telah diperoleh penulis.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dari analisa bab-bab sebelumnya.
25
BAB II
KEBIJAKAN LUAR NEGERI INDONESIA
Bab ini menjelaskan tentang arah kebijakan luar negeri Indonesia yang
berpedoman pada prinsip Bebas-Aktif namun seiring dengan silih bergantinya rezim
yang berkuasa prinsip kebijakan luar negeri Indonesia selalu berubah, termasuk arah
kebijakan terhadap Rusia. Kebijakan luar negeri Indonesia dipengaruh faktor seperti
ideologi setiap presiden dan konstelasi perpolitikan global. Poin-poin yang akan di
bahas pada bab ini adalah tentang kebijakan luar negeri Indonesia, pengembangan
energi nuklir di Indonesia, serta kebijakan luar negeri Indonesia terhadap Rusia.
A. Arah Kebijakan Luar Negeri Indonesia
Kebijakan luar negeri merupakan pedoman bagi suatu negara dalam bersikap
dan mencapai kepentingan nasionalnya dari negara lain. Dalam pengambilan
kebijakan luar negeri, Indonesia mengalami perkembangan dan perubahan dari masa
ke masa. Hal tersebut dapat dilihat dari respon setiap rezim yang berkuasa terhadap
konstelasi perpolitikan dunia yang terjadi pada masanya.
Prinsip Bebas-Aktif merupakan landasan bagi perumusan kebijakan luar
negeri Indonesia. Prinsip Bebas-Aktif tercatat pertama kali dicetuskan oleh Sutan
Sjahrir di New Delhi pada tahun 1947, pada saat Inter Asia Relations Conference.
Pada waktu itu Sjahrir mengatakan:
26
“Dunia tampaknya memaksa kita untuk membuat pilihan antara kekuatan
yang saling bermusuhan sekarang: antara blok AngloSaxon dan Soviet Rusia.
Tetapi kita secara benar menolak untuk dipaksa. Kita mencari wujud
internasional, yang sesuai dengan kehidupan interen kita dan kita tidak ingin
terperangkap dalam sistem-sistem yang tidak cocok dengan kita dan tentu
saja tidak ke dalam sistem-sistem yang bermusuhan dengan tujuan kita.”35
Pernyataan Sjahrir di atas dengan jelas mengisyaratkan kebebasan sikap untuk
lepas dari “perangkap” dan “sistem-sistem yang tidak cocok” atau “sistem-sistem
yang bermusuhan” dengan dasar konstitusi. Pernyataan tersebut sekaligus
menemukan konteksnya di masa itu, dimana dua kekuatan besar dunia bersaing
memperebutkan pengaruh, yaitu Blok Soviet dan Blok Sekutu. Negara yang baru
merdeka seperti Indonesia pun sebenarnya tidak lepas dari godaan berat untuk
memihak salah satu blok. Sebagai negara baru yang masih perlu membangun kualitas
masyarakat dan pembangunan, negara-negara besar merupakan tempat yang paling
cocok untuk mendapatkan modal-modal pembangunan. Oleh karena itu, konsepsi
peran Indonesia dalam sistem internasional mendapatkan ujian berupa tekanan sistem
internasional untuk bergabung salah satu blok.
Wakil Presiden Mohammad Hatta dalam pidatonya yang berjudul “Mengayuh
di Antara Dua Karang”, mengemukakan juga tentang prinsip Bebas-Aktif sebagai
bentuk respon terhadap kondisi internasional pada masa itu, yaitu kekalahan Jerman
dalam Perang Dunia ke-II.36
Hal ini menyebabkan munculnya Amerika Serikat (blok
35
Departemen Luar Negeri RI. 1995. Sejarah Diplomasi Republik Indonesia dari Masa ke Masa:
Buku I Periode 1945-1950. Departemen Luar Negeri: Jakarta 1998. Hal 388. 36
“U.S.-Soviet Alliance, 1941-1945”, US Department of History, [database online]; tersedia di:
http://history.state.gov/milestones/1937-1945/us-sovietus-soviet ; diakses pada 10 Januari 2018
27
liberalis-demokratis) dan Uni Soviet (blok sosialis-komunis) sebagai pemenang dari
perang tersebut. Keduanya kemudian saling menjadi lawan bagi satu sama lain.37
Selain itu, pada prinsip ini terkandung makna bahwa Indonesia tidak memihak
kepada dua kubu kekuatan yang saling bersaing dan memilih jalan tengah untuk
menjaga perdamaian serta berusaha menjalin hubungan baik dengan negara-negara di
dunia demi terciptanya lingkungan global yang damai. Di dalam prinsip ini juga
ditegaskan bahwa Indonesia memiliki hak untuk menentukan nasibnya sendiri namun
tetap menghormati bangsa lain untuk menentukan nasibnya secara merdeka (asas self-
determination)38
.
Pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono prinsip
Bebas-Aktif mengalami perkembangan yaitu prinsip Sailing Over the Turbulence
Water. Prinsip ini berakar dari prinsip Bebas-Aktif dan bersifat melengkapi prinsip
Bebas-Aktif. Kesamaan diantara kedua prinsip tersebut adalah Indonesia secara aktif
beritikad baik untuk menjalin hubungan luar negeri dengan berbagai negara didunia
dengan berdasarkan pada nilai perdamaian dan persahabatan.39
Perumusan prinsip ini dilatarbelakangi oleh adanya pendapat dari rezim
Susilo Bambang Yudhoyono mengenai keadaan internasional yang dinilai tidak
37
R.R Palmer, Joey Calton, dan Lloyd Kramer, History of the Modern World (USA:
McGrawHill, 1992) dalam Mutiara Pertiwi, Pengenalan Dasar; Hubungan Internasional di Asia
Tenggara (Tangerang Selatan: UIN Jakarta Press, 2013), 44. 38
Boni Andika, “Mendayung diantara Dua Karang”. 39
Ziyad Falahi, “Kebijakan Luar Negeri dalam Era Liberalisasi Informasi: Studi Kasus Slogan
Million Friends Zero Enemy Era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono”, Fakultas Ilmu Sosial
Ilmu Politik Universitas Indonesia, Juni 2012, 30-32.
28
menentu dan selalu berubah-ubah pada dekade ini. Untuk itu diperlukan sikap tegas
dari Indonesia yaitu berusaha mempertahankan kemerdekaan dan mengejar
kepentingan nasionalmya dengan tetap menjalin hubungan baik dengan negara dan
bangsa manapun di dunia. Konsep tersebut kemudian dikenal dengan “Thousands
Friends, Zero Enemy”.40
Konsep ini menargetkan perilaku aktif Indonesia ke segala
arah dan berbagai bidang serta menekankan perilaku baik dan kooperatif dalam
berhubungan dengan negara-negara di dunia.41
Pemerintahan Joko Widodo juga membuat perkembangan baru dari prinsip
Bebas-Aktif yaitu Prinsip Nawacita yang mengedepankan misi untuk melindungi
integritas bangsa dan kepentingan nasional dengan menonjolkan ciri sebagai negara
maritim. Prinsip ini tetap mengedepankan penghormatan atas nilai-nilai demokrasi
dan perdamaian dunia. Selain itu kerjasama dan jalinan hubungan baik dengan
negara-negara di dunia merupakan salah satu poin penting dari prinsip yang
dirumuskan pada masa pemerintahan Joko Widodo. Walaupun begitu, terdapat
perbedaan konsep kerjasama dalam prinsip ini, yaitu intensifikasi kerjasama dengan
sesama negara berkembang.42
Berdasarkan perkembangan mengenai prinsip-prinsip kebijakan luar negeri
Indonesia dari masa ke masa, dapat disimpulkan bahwa arah kebijakan luar negeri
40
Agus Hariyanto, “Prinsip Bebas Aktif dalam Kebijakan Luar Negeri Indonesia: Perspektif
Teori Peran”, Universitas Komputer Indonesia, Desember 2014 41
Nazaruddin Nasution S.H.,M.A., Dinamika Politik Luar Negeri Indonesia,115. 42
“Visi Nawacita dalam Politik Luar Negeri Indonesia”, 5 September 2016, [database online];
terdapat di: http://presidenri.go.id/topik-aktual/visi-nawacita-dalam-politik-luar-negeri-indonesia.html
; Internet; diakses pada 10 Januari 2018.
29
Indonesia mengalami perkembangan sesuai dengan zaman. Pada Orde Lama masih
memfokuskan dalam menghadapi ancaman penjajahan dan memperoleh pengakuan,
sedangkan pada masa berikutnya hingga kini arah kebijakan berkembang menjadi
lebih pragmatis dan mengedepankan pembangunan ekonomi.
B. Pengembangan Energi Nuklir di Indonesia
Pengembangan energi nuklir di Indonesia sudah digagas sejak akhir tahun
1950-an pada masa pemerintahan Presiden Soekarno. Didorong kekhawatiran
kecelakaan radioaktif uji coba nuklir AS di Pasifik, pemerintah membentuk sebuah
Komisi Riset Radioaktif. Tidak lama setelah itu, Presiden Soekarno membentuk
Lembaga Tenaga Atom pada tahun 1959, lembaga yang kemudian menjadi Badan
Tenaga Atom Nasional (BATAN). Reaktor riset pertama dikembangkan di Bandung
dengan dukungan AS pada tahun 1961. Alasan politis lebih mendasari kebijakan ini
sehingga pada tahun 1964 pemerintah mengumumkan rencana uji coba nuklir
sebelum akhir tahun 1965.43
Agenda ini dimaksudkan Presiden Soekarno untuk
menakut-nakuti negara tetangga Malaysia. Namun, agenda ini terhenti dan gagal di
realisasi karena rezim Soekarno jatuh pada 1965.
Perubahan rezim politik pemerintahan Orde Baru menjadikan pengembangan
nuklir lebih didorong oleh tujuan damai. Pada masa pemerintahan ini, dua reaktor
tambahan berkapasitas 100 KW dan 30 MW masing-masing dibangun di Yogyakarta
dan Serpong. Sejak itulah, BATAN terus mengembangkan teknologi ini sampai
43
Sulfikar Amir. “Nuclear revival in Post-Suharto Indonesia”. Asian Survey, 50(2),
(Marcch/April 2010), 272.
30
gagasan pembangunan PLTN pada tahun 1968. Kemauan politik ini terus didorong
dan pada tahun 1972 upaya ini bahkan dibantu Badan Tenaga Atom Internasional
(IAEA).44
Namun demikian, persoalan masih lemahnya kemauan politik dan ekonomi
menjadikan agenda setting pembangunan PLTN selalu mentah dalam beberapa
dekade. Pada tahun 1980, usulan PLTN oleh BATAN ditolak pemerintah karena
masih terbatasnya jaringan listrik dan masih besarnya sumber daya fosil pada saat itu.
Sementara itu, alasan non-teknis terkait dengan jaringan listrik yang terbatas dan
nuklir menjadi pilihan terakhir. Bahkan ketika pada akhir tahun 1980-an, Presiden
Suharto memberikan dukungan terhadap pembangunan PLTN, proposal
pembangunan PLTN akhirnya ditolak kembali karena alasan yang tidak jelas. Untuk
sebagian, penolakan tersebut karena berubahnya sikap penasehat teknologi
pemerintah, B. J. Habibie. Alasan lain, bersifat politis, yakni menghindari tekanan
masyarakat.45
Naiknya pemerintahan Presiden SBY dan konstelasi tantangan isu ketahanan
energi mendorong kembalinya inisiasi BATAN dalam pembangunan PLTN. Sebagai
tindaklanjut, pemerintah mengeluarkan Perpres No. 5 Tahun 2006 tentang KEN yang
menjadi dasar penetapan sumber energi nuklir ke dalam target EBT dalam bauran
energi nasional (5 persen) di mana energi nuklir dialokasikan untuk bisa
44
Sulfikar Amir. “Nuclear revival in Post-Suharto Indonesia”. Asian Survey, 50(2),
(Marcch/April 2010), 272. 45
Hariyadi. “Agenda-Setting Pembangunan Pltn Dan Pencapaian Ketahanan Listrik (Studi Di
Jepara Dan Pangkal Pinang)”. Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik, Vol. 7, No. 2, (Desember 2016),
136.
31
berkontribusi kurang dari 2 persen dari total pasokan energi nasional sampai tahun
2025. Selanjutnya, peta jalan pembangunan PLTN dimulai dengan proses lelang
konstruksi dan disain pengembangannya dari tahun 2005-2010.46
Pembangunan reaktor pertama dan kedua dijadwalkan pada tahun 2010 dan
2011. Kedua reaktor masing-masing dijadwalkan dapat beroperasi secara komersial
pada 2016 dan 2017 dan rencana pengembangan dua reaktor tambahan pada tahun
2018 dan 2019. Secara keseluruhan, PLTN Muria ditargetkan menghasilkan 4.000
MW listrik, atau lebih 2 persen dari total permintaan untuk Pulau Jawa, Madura dan
Bali yang diprediksikan akan mencapai 80 GW pada tahun 2025.47
Pemerintahan SBY juga menaruh perhatian yang besar terhadap isu
perubahan iklim global. Hal tersebut bisa dilihat dari kebijakan, peraturan dan
program yang dikeluarkan dalam rangka mitigasi dan adaptasi gas rumah kaca
(GRK). Sektor energi merupakan salah satu sektor yang cukup besar perannya dalam
menyumbang emisi GRK. Oleh karena itu sektor energi perlu diinventarisasi
besarnya emisi GRK untuk jangka panjang serta potensi untuk menurunkannya
dengan menggunakan teknologi yang lebih ramah lingkungan. Salah satu opsi untuk
mengurangi emisi di sektor energi, khususnya untuk pembangkit tenaga listrik adalah
46
Sulfikar Amir. “Nuclear revival in Post-Suharto Indonesia”. Asian Survey, 50(2),
(Marcch/April 2010), 275. 47
Sulfikar Amir. “Nuclear revival in Post-Suharto Indonesia”. Asian Survey, 50(2),
(Marcch/April 2010), 275.
32
dengan menggunakan energi baru dan terbarukan seperti Pembangkit Listrik Tenaga
Nuklir (PLTN).48
Tidak ketinggalan adalah dukungan politik DPR RI. Pada tahun 2007 saja,
DPR menyetujui usulan alokasi Rp5 miliar ($550.000) untuk sosialisasi program.
Selanjutnya, dalam periode tahun 2010-2014, Bappenas juga telah mengalokasikan
Rp188 miliar ($20,9 juta) untuk program yang sama yang dilaksanakan BATAN.
Jumah ini adalah tambahan anggaran Rp453 miliar ($50,3 juta) yang dibelanjakan
selama periode yang sama untuk persiapan dokumen infrastruktur dasar untuk
memfasilitasi program PLTN. Momentum dukungan DPR RI terus menguat secara
politik. Komisi energi DPR RI menyuarakan dukungannya terhadap rencana ini.
Meskipun terdapat sedikit penolakan, mayoritas anggota percaya bahwa Indonesia
telah menapaki fase krisis energi dan karena itu tidak punya pilihan lain dalam jangka
panjang.49
Dukungan yang sama diberikan sektor swasta karena rencana pemerintah 85
persen pembiayaan PLTN Muria akan didorong dilakukan oleh swasta. Medco
misalnya, adalah satu perusahaan yang telah bekerja sama dengan perusahaan Korean
Hydro and Nuclear Power dalam pembangunan reaktor pertama di Muria pada tahun
48
Agus Sugiyono, “Peran PLTN dalam Mendukung Komitmen Pemerintah untuk Mengurangi
Emisi CO2”, Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir III, (2010), 200. 49
Hariyadi. “Agenda-Setting Pembangunan Pltn Dan Pencapaian Ketahanan Listrik (Studi Di
Jepara Dan Pangkal Pinang)”.
33
2006. Pada tahun 2008 pemerintah telah menggelar tender proyek pembangunan
PLTN Muria yang berkapasitas 4.000 MW, bertahap sampai 2025.50
Pada masa ini lah kemauan pemerintah untuk mengembangkan PLTN pada
pemerintahan SBY mencapai puncaknya. Namun, kuatnya resistensi publik membuat
pemerintah akhirnya menunda kembali pembangunannya. Penundaan tersebut juga
memiliki alasan lain yang bersifat politis, yaitu untuk mengamankan dukungan
masyarakat terhadap pemerintahan SBY dalam kontestasi pemilihan presiden pada
periode 2009-2014.
Pengembangan PLTN muncul kembali setelah pemerintahan Joko Widodo.51
Pada 10 September 2015, Bertempat di Kantor Pusat Badan Tenaga Nuklir Nasional
(BATAN), dilakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU)
antara BATAN dan Rosatom Overseas, Joint Stock Company of The Russian
Federation (RAOS) tentang kerjasama dalam pengembangan pembangkit listrik
tenaga nuklir (PLTN) terapung dan PLTN skala besar. Penandatanganan dilakukan
oleh Kepala Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir BATAN, Yarianto S. Budi Susilo dan
President Rosatom Overseas, Joint Stock Company, E. Pakermanov, disaksikan
Kepala BATAN, Djarot S. Wisnubroto dan Duta Besar Rusia untuk Indonesia,
Mikhail Y. Galuzin. Sebelumnya, telah dilakukan MoU antara BATAN dan Russian
50
Hariyadi. “Agenda-Setting Pembangunan Pltn Dan Pencapaian Ketahanan Listrik (Studi Di
Jepara Dan Pangkal Pinang)”.
51
Hariyadi. “Agenda-Setting Pembangunan Pltn Dan Pencapaian Ketahanan Listrik (Studi Di
Jepara Dan Pangkal Pinang)”. Hal. 138
34
State Nuclear Corporation "Rosatom" dalam pengembangan penggunaan energi
nuklir untuk tujuan damai pada Juni 2015.52
Pemanfaatan energi nuklir yang sudah digunakan di Indonesia, di antaranya
dalam bidang pertanian, peternakan, perikanan, kesehatan, dan pertambangan.
Bidang Pertanian
Berdasarkan data Biro Pusat Statistik pada 2011, tingkat produktivitas padi
varietas hasil pemuliaan mutasi rata-rata menghasilkan 7 ton per hektar. Lebih baik
daripada produksi beras nasional sebesar 5,01 ton per-hektar. Varietas hasil litbang
BATAN telah ditanami 3 juta hektar lahan pertanian sejak tahun 2000, dan untuk
padi BATAN telah menghasilkan 20 varietas unggul bermutu, Sementara untuk
kedelai BATAN telah menghasilkan enam varietas unggul hasil pemuliaan seperti
varietas Muria, Tengger, Meratus, Rajabasa, Mitani, Mutiara-1.53
Untuk mendapatkan varietas unggul baru, teknik yang digunakan adalah
pemuliaan tanaman dengan teknik mutasi radiasi. Secara singkat prosesnya adalah
benih induk disinari dengan radiasi gamma Cobalt-60 dengan dosis 0,20 kilogray
(satuan radiasi yang aman untuk bahan makanan). Radiasi mampu menembus biji
tanaman sampai ke lapisan kromoson. Struktur kromosom pada biji tanaman dapat
dipengaruhi dengan sinar radiasi ini. Perubahan struktur karena radiasi dapat
berakibat pada perubahan sifat tanaman dan keturunannya. Fenomena ini digunakan
52 http://www.batan.go.id/index.php/id/kedeputian/manajemen/hhk/1445-mou-batan-rusatom-
overseas-joint-stock-company ; Internet; diakses pada 14 juni 2017, pukul 14.00
53
BATAN, “ Batan Lakukan Riset Benih Unggul”, tersedia di:
http://www.batan.go.id/index.php/id/hasil-litbang-batan/pertanian-peternakan/145-batan-lakukan-riset-
benih-unggul-tanaman-pangan , internet; diakses pada 9Januari 2018, pukul 13.00
35
untuk memperbaiki sifat tanaman agar mendapatkan biji tanaman dengan keunggulan
tertentu, misalnya tahan hama, tahan kekeringan, dan cepat panen. Padi yang
diradiasi bersifat aman sepenuhnya, tidak ada unsur radioaktif yang tertinggal.54
Bidang Peternakan
BATAN juga mengaplikasikan teknologi nuklirnya di bidang peternakan. Hal
ini dimaksudkan untuk meningkatkan produksi daging dan susu pada ternak
ruminansia atau hewan memamah biak. BATAN juga melakukan penelitian dan
pengembangan di bidang kesehatan dan reproduksi ternak. Kegiatannya meliputi
pembuatan vaksin dengan sinar gamma, untuk melemahkan gen penyakit. Selain itu
masih dapat menimbulkan kekebalan pada ternak. Salah satunya adalah vaksin
iradiasi untuk Fasciolosis (cacing hati pada ternak ruminansia). Pencegahan penyakit
ini agar tidak terjadi penurunan produksi daging atau susu pada sapi. Cara
pencegahan penyakit Fasciolosis menggunakan vaksin iradiasi sinar gamma itu
sedang diupayakan untuk mendapatkan paten.55
Peran teknologi nuklir lainnya dalam reproduksi ternak adalah dengan teknik
yang disebut Radio Immuno Assay (RIA). Tujuannya untuk memperbaiki penampilan
reproduksi, dengan menggunakan teknologi nuklir ini kelompok peternak dapat
memperbaiki manajemen reproduksi ternaknya. Sebelum menggunakan teknologi
54
BATAN, “ Batan Lakukan Riset Benih Unggul”, tersedia di:
http://www.batan.go.id/index.php/id/hasil-litbang-batan/pertanian-peternakan/146-batan-banyak-
hasilkan-benih-unggul-bermutu , Internet; diakses pada 9 Januari 2018, pukul 13.10 55
BATAN, “ Batan Lakukan Riset Benih Unggul”, tersedia di:
http://www.batan.go.id/index.php/id/hasil-litbang-batan/pertanian-peternakan/145-batan-lakukan-riset-
benih-unggul-tanaman-pangan , internet; diakses pada 9Januari 2018, pukul 13.00
36
nuklir banyak kasus ditemukan angka kelahiran yang tidak menentu, dalam artian
belum tentu ternak besar (seperti sapi) dapat melahirkan sekali dalam setahun.56
Bidang Perikanan
Di dalam bidang perikanan digunakan hormon testoteron yaitu hormon alami
dari bahan dasar testis ternak sapi untuk proses pejantanan ikan. Agar ikan bisa lebih
lincah dan cepat gemuk. Budidaya perikanan (akuakultur) tidak terlepas dari unsur
ketersediaan air, lahan, benih, dan pakan. Kegiatan penelitian BATAN diarahkan
untuk mendukung peningkatan produksi ikan dengan penyediaan pakan ikan yang
dapat mempercepat pertumbuhan dan bobot badan ikan.57
Bidang Kesehatan
Aplikasi teknik Nuklir dalam kehidupan manusia banyak ragamnya. Salah
satunya di bidang kesehatan dan obat-obatan BATAN dengan lembaga-lembaga
litbangyasa di dalamnya telah banyak melakukan penelitian dan pengembangan
aplikasi teknik nuklir untuk kesehatan di indonesia, diantaranya:
A. Metode Radiodiagnostik dan Radioterapi
Aplikasi nuklir untuk kesehatan antara lain diterapkan BATAN dalam
serangkaian metode radiodiagnostik dan radioterapi. sejak 2011 misalnya, BATAN
telah memiliki dan mengoperasikan kamera gamma untuk penelitian kanker payudara
56
BATAN, “ Batan Lakukan Riset Benih Unggul”, tersedia di:
http://www.batan.go.id/index.php/id/hasil-litbang-batan/pertanian-peternakan/145-batan-lakukan-riset-
benih-unggul-tanaman-pangan , internet; diakses pada 9Januari 2018, pukul 13.00 57
Ibid
37
dan kanker prostat. Keunggulan dari perangkat tersebut adalah tingkat akurasi yang
tinggi dan waktu analisa yang cepat.
B. Aneka Kit Radiofarmaka
BATAN juga mengembangkan sejumlah radiofarmaka dan senyawa bertanda
dengan fungsi diagnosis dan fungsi terapi untuk keperluan pasien berbagai penyakit.
Penyediaannya dilakukan bekerjasama dengan mitra strategis seperti PT. Kimia
Farma serta rumah sakit seperti RS. Siloam MRCC. Dalam pembuatan radiofarmaka
tersebut BATAN juga telah mendapat sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik
(CPOB) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di tahun 2012 untuk
larutan injeksi. Dengan demikian legalitas dan jaminan mutu obat diterima oleh
BPOM.
C. Hydrogel Cooling Fever
BATAN juga telah mengembangkan Hydrogel Cooling Fever yaitu kompres
untuk penurun demam. Produk kesehatan 54 berbahan dasar Carboxy-Methyl
Cellulose (CMC) ini mengandung kandungan air hingga 80% sehingga efektif
menurunkan panas tubuh dan meredakan kejang. Sebelumnya Hydrogel biasa
digunakan untuk pembalut luka karena bersifat elastis dan kuat.
D. Sterilisasi Alat dan Produk Kesehatan
BATAN juga mengaplikasi radiasi sinar gamma dari iradiator untuk
mensterilkan beberapa alat dan produk kesehatan seperti jarum suntik, sarung tangan
bedah, kateter, dan hemodialiser atau alat pencuci darah. Energi radiasi yang tinggi
38
dapat membunuh mikroba seperti bakteri, jamur (kapang), atau virus. Keunggulan-
keunggulan sterilisasi dengan radiasi di antaranya yaitu tidak merusak bahan yang
disterilkan, lebih efektif karena dapat mencapai 100% steril pada dosis tinggi, dapat
mensterilkan bahan dalam jumlah banyak untuk sekali proses radiasi serta ramah
lingkungan karena tidak menghasilkan limbah.
E. Bank Jaringan
Bank Jaringan sendiri yaitu suatu organisasi yang berupaya untuk
mengumpulkan, memproses, menyediakan, menyimpan, dan mendistribusikan
jaringan biologi untuk kebutuhan klinik. Jaringan biologi tersebut berasal dari
jaringan yang didermakan oleh donor sehat, bebas dari berbagai penyakit menular
dan diproses sebagai bahan biomaterial alami yang dapat digunakan dengan aman.
Dinamakan Bank jaringan karena jaringan selalu tersedia kalau diperlukan. Bank
jaringan bertanggung jawab atas keamanan jaringan tersebut sampai kepada pemakai.
Bank Jaringan riset BATAN adalah bank jaringan pertama di indonesia. Memiliki
fungsi untuk meneliti dan mengembangkan teknologi pengawetan jaringan biologi
yang disterilkan dengan radiasi gamma atau partikel elektron, yang aman dan
berkualitas tinggi, untuk dapat diimplantasikan pada pasien yang sangat
membutuhkan.58
58
BATAN, “Batan berkiprah untuk kesehatan” tersedia di:
http://www.batan.go.id/index.php/id/hasil-litbang-batan/kesehatan-obat-obatan/89-batan-berkiprah-
untuk-kesehatan , Internet; diakses pada 9 Januari 2018, pukul 13.20
39
Bidang Pertambangan
Bidang pertambangan, Tritium radioaktif dan cobalt 60 digunakan untuk
merunut alur-alur minyak bawah tanah dan kemudian menentukan strategi yang
paling baik untuk menyuntikkan air ke dalam sumur-sumur. Hal ini akan memaksa
keluar minyak yang tersisa di dalam kantung-kantung yang sebelumnya belum
terangkat. Berjuta-juta barrel tambahan minyak mentah telah diperoleh dengan cara
ini.59
C. Kebijakan Indonesia terhadap Rusia
Rusia yang sebelumnya bernama Uni Soviet memiliki sejarah kerjasama dan
hubungan yang cukup unik dengan Indonesia, bila dibandingkan dengan hubungan
Indonesia degan negara-negara lain. Kedekatan ideologis antara Indonesia dengan
Uni Soviet pada awal kemerdekaan Indonesia menjadi salah satu alasan dari
kedekatan kedua negara.
Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 1945. Perjuangan
menjaga kemerdekaan tidak otomatis selesai setelah proklamasi. Belanda dan pihak
sekutu berusaha untuk merebut Indonesia dengan melancarkan agresi-agresi militer.
Di tengah tekanan Belanda untuk kembali menguasai Indonesia, sejarah mencatat Uni
59
Fokus Rakyat, “Inovasi Nuklir untuk Kebutuhan Listrik”. 2010. Tersedia di:
http://www.fokusrakyat.web.id/2010/07/inovasi-nuklir-untuk-kebutuhan-listrik.html , Internet; diakses
pada 9 Januari 2018, pukul 13.30
40
Soviet, Ukraina, Belarus, dan sekutu-sekutu Uni Soviet di PBB secara konsisten
mengecam keras agresi Belanda terhadap Indonesia.60
Pada 1948, Uni Soviet berupaya membuka hubungan diplomatik dengan
pemerintah Republik Indonesia. Bahkan, perwakilan Indonesia dan Uni Soviet pernah
menandatangani kesepakatan di Praha, Ceko. Namun, kesepakatan tersebut
dibatalkan karena Indonesia mendapat tekanan kuat dari Belanda. Pada 24 Desember
1949, Uni Soviet menerima informasi resmi mengenai kesepakatan hubungan
Belanda dan Indonesia. Setelah itu, Menteri Luar Negeri Uni Soviet Andrei
Vyshinsky langsung mengirimkan telegram kepada Perdana Menteri dan Menteri
Luar Negeri Republik Indonesia Mohammad Hatta yang berbunyi:
“Atas nama pemerintah Uni Soviet, saya dengan hormat memberitahukan
kepada Anda, sejak pengakuan kedaulatan Republik Indonesia pada 27 Desember
1949 di Den Haag, Belanda, pemerintah Uni Soviet memutuskan mengakui
kedaulatan dan kemerdekaan Republik Indonesia dan bersedia membangun
hubungan diplomatik dengan Indonesia.”61
Telegram tersebut kemudian dibalas oleh Hatta pada 3 Februari 1950 untuk
mengkonfirmasi bahwa pemerintah Indonesia telah menerima pengakuan kedaulatan
dan kemerdekaan dari Uni Soviet dan siap membina hubungan diplomatik dengan
60
“Kisah Persahabatan Jakarta dan Moskow: 65 Tahun Pasang-Surut Relasi Dua Negara”, 24
Februari 2015, [database online]; dapat diakses di:
https://id.rbth.com/politics/2015/02/24/kisah_persahabatan_jakarta_dan_moskow_65_tahun_pasang-
surut_relasi_d_26899 ; Internet; diakses pada 11 Januari 2018. 61
“Kisah Persahabatan Jakarta dan Moskow: 65 Tahun Pasang-Surut Relasi Dua Negara”, 24
Februari 2015; diakses pada 11 Januari 2018.
41
pihak Soviet. Tanggal telegram yang dikirim oleh Hatta itu kemudian dikenang
sebagai tanggal bermulanya hubungan diplomatik Indonesia dan Soviet.62
Pada 1956, Indonesia dan Soviet memulai kerjasama bilateral di bidang
perdagangan. Presiden RI Soekarno mengunjungi Uni Soviet untuk pertama kalinya.
Sejak itu, hubungan kedua negara terus berkembang. Awalnya, perbedaan ideologi
politik dan sistem ekonomi kedua negara sempat membuat hubungan kedua negara
tidak berjalan mulus. Namun, perbedaan tersebut tidak menjadi halangan untuk
memperkuat hubungan bilateral mereka. Pada 12 April 1961, Soekarno kembali
berkunjung ke Soviet. Meski kunjungan Soekarno ke Uni Soviet kala itu merupakan
kunjungan yang bersifat simbolis, beberapa pakar berpendapat pemerintah Uni Soviet
kala itu telah berharap Indonesia dapat menjadi sekutu, baik secara militer maupun
ideologi. Kunjungan pada tahun 1961 tersebut semakin mengukuhkan kemesraan
hubungan Uni Soviet dengan Indonesia.63
Beberapa dekade setelah 1950-an, hubungan Indonesia dan Uni Soviet
berkembang secara signifikan. Namun, bukan berarti hubungan baik kedua negara
hanya terkait hubungan militer semata. Uni Soviet juga banyak bekerjasama dengan
62
“Kisah Persahabatan Jakarta dan Moskow: 65 Tahun Pasang-Surut Relasi Dua Negara”, 24
Februari 2015; diakses pada 11 Januari 2018. 63
“Kisah Persahabatan Jakarta dan Moskow: 65 Tahun Pasang-Surut Relasi Dua Negara”, 24
Februari 2015; diakses pada 11 Januari 2018.
42
Indonesia dalam membangun infrastruktur sipil, seperti Rumah Sakit Persahabatan di
Jakarta, stadion, dan reaktor nuklir percobaan di Serpong.64
Pada era Presiden Soeharto, hubungan antara Indonesia-Uni Soviet
mengalami kemunduran. Kemunduran hubungan itu dimulai dengan pembubaran
Lembaga Persahabatan Indonesia-Soviet. Padahal, lembaga inilah yang selama ini
menjadi penggerak utama kerjasama ilmu dan kebudayaan kedua negara.
Pemerintahan baru yang orientasi politisnya berseberangan dengan pemerintahan
lama segera memerintahkan para mahasiswa yang sedang belajar di Uni Soviet untuk
pulang.65
Saat itu yang paling terkena dampaknya adalah mahasiswa Indonesia di Uni
Soviet. Mereka tak bisa pulang ke tanah air. Rezim Soeharto tak hanya mencabut
paspor mereka, tetapi hubungan dengan instansi kedinasan yang mengirim mereka
juga diputus.66
Uni Soviet di era awal 1990 bubar. Hanya tersisa Rusia dan negara-negara
merdeka lainnya yang berpisah dari Soviet. Pemimpin federasi Uni Soviet yang
bernama Rusia menjadi penerus dari kejayaan Uni Soviet. Kerjasama Indonesia
64
“Kisah Persahabatan Jakarta dan Moskow: 65 Tahun Pasang-Surut Relasi Dua Negara”, 24
Februari 2015; diakses pada 11 Januari 2018. 65
Lebang, Tomi. Sahabat Lama Era Baru: 60 Tahun Pasang Surut Hubungan Indonesia-Rusia,
Jakarta: Garansindo. 33. 66
“Panas Dingin Hubungan Indonesia-Rusia”, 10 Oktober 2016, [database online] dapat diakses
di: https://tirto.id/panas-dingin-hubungan-indonesia-rusia-bSPS ; Internet; diakses pada 11 Januari
2018.
43
Soviet yang terputus di era Orde Baru itu kembali terjadi dengan kerjasama
Indonesia-Rusia di saat komunisme Rusia sudah runtuh.67
Putri Soekarno, Megawati Soekarno Putri, naik menjadi Presiden Republik
Indonesia menggantikan Abdurrahman Wahid di tahun 2001. Pada bulan April 2003,
diadakan kunjungan resmi Presiden Indonesia ke Rusia. Dalam kesempatan tersebut,
kedua kepala negara menandatangani deklarasi mengenai dasar hubungan
persahabatan dan kemitraan diantara Rusia dan Indonesia dalam abad 21. Disana,
Megawati dan Presiden Rusia, Vladimir Putin menyepakati dilakukannya kerjasama
teknik dan militer yang lebih erat di masa depan.68
Agenda utama Presiden Megawati adalah mengunjungi pusat uji pesawat jet
Sukhoi di Zhukovsky di luar Moskwa dan menonton penampilan terbang jet tempur
Su-27 didampingi bos Sukhoi, Mikhail Pogosyan. Ia menjajaki kemungkinan kontrak
pembelian dua Su-27, dua Su-30 Fighters, serta dua helikopter tempur Mi-35. Seluruh
pesawat ini akan digunakan untuk memperkuat kemampuan tempur TNI AU.69
Menolehnya Indonesia ke Rusia dalam urusan persenjataan militer tentu dapat
dimaklumi mengingat saat itu sudah 12 tahun lamanya Amerika Serikat menutup
pintu penjualan senjatanya ke Indonesia karena alasan pelanggaran hak asasi manusia
67
“Panas Dingin Hubungan Indonesia-Rusia”, 10 Oktober 2016, [database online] dapat diakses
di: https://tirto.id/panas-dingin-hubungan-indonesia-rusia-bSPS ; Internet; diakses pada 11 Januari
2018. 68
Lebang, Tomi. Sahabat Lama Era Baru: 60 Tahun Pasang Surut Hubungan Indonesia-Rusia,
Jakarta: Garansindo. 45. 69
Lebang, Tomi. Sahabat Lama Era Baru: 60 Tahun Pasang Surut Hubungan Indonesia-Rusia,
Jakarta: Garansindo. 46.
44
yang dilakukan militer Indonesia. Tak ada jalan lain, Indonesia harus merintis jalan
menuju sumber persenjataan lainnya. 70
Di Era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, hubungan Indonesia dan Rusia
kian menemukan bentuknya. Dalam kunjungan SBY ke Rusia, bentuk kerjasama
yang dikonkretkan adalah dibidang pertahanan, politik, ekonomi, dan hukum.
Dibidang ekonomi, presiden mendorong investasi Rusia agar masuk ke Indonesia.
Volume perdagangan kedua belah pihak pada tahun 2005 mencapai US$680 juta,
angka tersebut melebihi tahun 2004 (US$480 juta). Indonesia memiliki kepentingan
membuka kerjasama soal energi nuklir untuk mengatasi krisis energi yang masih
terus terjadi didalam negeri. Sedangkan disisi lain, Rusia punya kepentingan untuk
mengimbangi dominasi perusahaan-perusahaan AS di Indonesia terutama sektor
pertambangan yang sudah mengeruk keuntungan sangat besar.71
Hubungan Indonesia dan Rusia makin erat hingga di era masa jabatan kedua
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Banyak persamaan antara Indonesia dan Rusia
yang bisa dijadikan fondasi untuk melangkah lebih lanjut. Keduanya sama-sama
menjalani masa transisi yang tak mudah, dari model pemerintahan yang sangat
sentralistis dan otoritarian menjadi lebih demokratis.72
Ditinjau dari aspek geografis,
Indonesia merupakan negara yang letaknya strategis karena berada di antara benua
asia dan australia. Sedangkan Rusia merupakan negara yang strategis pula karena
70 Lebang, Tomi. Sahabat Lama Era Baru: 60 Tahun Pasang Surut Hubungan Indonesia-Rusia,
Jakarta: Garansindo. Hal 46. 71
Lebang, Tomi. Sahabat Lama Era Baru: 60 Tahun Pasang Surut Hubungan Indonesia-Rusia,
Jakarta: Garansindo. Hal 53. 72
Lebang, Tomi. Sahabat Lama Era Baru: 60 Tahun Pasang Surut Hubungan Indonesia-Rusia,
Jakarta: Garansindo. Hal 59.
45
berada di antara benua eropa dan asia. Selain diapit dua benua, kedua negara ini pun
diapit oleh dua samudera. Indonesia diapit oleh samudera hindia dan pasifik
sedangkan Rusia diapit oleh samudera arktik dan pasifik.73
Secara sosiologis, masyarakat Indonesia dan Rusia merupakan masyarakat
yang heterogen dimana terdapat banyak suku bangsa, ras, agama, budaya, bahasa dan
sebagainya. Kesamaan ini tentu bukan dilihat dari kesamaan gaya hidup dan
perilakunya. Kesamaan yang dimaksud adalah sama-sama memiliki keberagaman
dalam masyarakatnya.74
Pada kepemimpinan Presiden Joko Widodo hingga kini, keharmonisan
Indonesia dan Rusia tetap terjaga. Bahkan saat KTT ASEAN-Rusia, kedua Presiden
dua negara ini sempat menandatangani beberapa perjanjian bilateral. Kita akan sama-
sama melihat, apakah Presiden Jokowi akan mempererat hubungan Indonesia-Rusia
lebih dari presiden sebelum-sebelumnya.75
73 Imam Abdillah, “Persamaan Indonesia Rusia”, 2015, tersedia di:
http://www.aboutrussia.ga/2017/01/persamaan-indonesia-dan-rusia.html ; internet, diakses pada 21
Maret 2018 74 Imam Abdillah, “Persamaan Indonesia Rusia”, 2015, tersedia di:
http://www.aboutrussia.ga/2017/01/persamaan-indonesia-dan-rusia.html ; internet, diakses pada 21
Maret 2018 75
“Panas Dingin Hubungan Indonesia-Rusia”, 10 Oktober 2016, [database online] dapat diakses
di: https://tirto.id/panas-dingin-hubungan-indonesia-rusia-bSPS ; Internet; diakses pada 11 Januari
2018.
46
BAB III
KERJASAMA ENERGI NUKLIR INDONESIA-RUSIA
Bab ini menjelaskan mengenai kerjasama antara Indonesia dan Rusia dalam
bidang energi nuklir. Pembahasan bab ini meliputi berbagai kerjasama energi yang
telah dilakukan oleh Indonesia dan Rusia di bidang energi nuklir yang kemudian akan
dikaji secara mendalam sehingga dapat memberikan gambaran seberapa signifikan
kerjasama yang telah dilakukan oleh kedua negara di bidang energi nuklir.
A. Kerjasama Indonesia dan Rusia di Sektor Energi Nuklir
Kerjasama antara Indonesia dan Rusia pada bidang pengembangan energi
nuklir dimulai pada 1 Desember 2006, bertempat di Moskow, Rusia, kedua negara
menandatangani persetujuan penggunaan tenaga atom untuk maksud damai.
Berdasarkan persetujuan tersebut kedua pihak akan melaksanakan kerjasama pada
bidang-bidang sebagai berikut:
a. Pengembangan, model, pembangunan dan pengoperasian reaktor-reaktor
penelitian dan pembangkit tenaga nuklir, termasuk pembangkit
berkapasitas rendah sebagai contoh adalah pembangkit nuklir terapung,
dan juga penelitian dan pengembangan yang terkait;
b. Reaktor-reaktor pendingin untuk gas temperatur bersuhu tinggi sebagai
penghasil listrik dan panas bagi tujuan industri;
c. Penggunaan kekuatan nuklir untuk desalinasi laut dan artesi air;
47
d. Produksi hydrogen;
e. Produksi/manufaktur dan penggunaan radioisotope, instalasi radiasi dan
akselerasi untuk penggunaan industri dan medis;
f. Pendidikan, pelatihan dan pelatihan tingkat lanjut bagi personel
administratif, ilmiah dan teknis;
g. Pengawasan dan pengendalian negara mengenai permasalahan
keselamatan nuklir dan radiasi;
h. Pemberian ijin atas aktivitas-aktivitas di bidang penggunaan energi atom
untuk tujuan-tujuan damai;
i. Bidang-bidang kerjasama lain yang disetujui para pihak.76
Pihak antara Indonesia dan Rusia menunujuk badan berwenang yang
mewakili masing-masing pihak yang telah diatur didalam persetujuan. Pihak
Indonesia menunjuk Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Pihak Rusia
menunjuk Badan Tenaga Atom Federal sebagai badan yang berwenang dalam
persetujuan ini.
Persetujuan yang dilakukan oleh kedua negara baru berlaku setelah di
ratifikasi. Pada Juli 2011 Persetujuan antara Indonesia dan Rusia tersebut akhirnya di
ratifikasi lewat Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2011.
76
Agreement between the Republic of Indonesia and the Russian Federation on the Cooperation
in the Peaceful Uses of Atomic Energy, art. 2, December 1, 2006, Peraturan Presiden R.I. No. 44
Tahun 2011
48
Selanjutnya, kedua negara dapat melakukan kerjasama di bidang nuklir sesuai dengan
persetujuan tersebut.
Setelah persetujuan tersebut diratifikasi, pada 1-3 Juni 2015 BATAN
menghadiri ATOM Expo 2015 yang merupakan acara rutin tahunan dan menjadi
ajang peningkatan kerjasama dalam pemanfaatan teknologi nuklir untuk energi yang
diikuti oleh negara-negara yang mengembangkan teknologi nuklir untuk Pembangkit
Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), baik dari Amerika Latin, Asia Pasifik, Afrika, Eropa
Tengah dan Timur.
Dalam kesempatan Atom Expo ini, BATAN sebagai wakil Indonesia dan
ROSATOM sebagai wakil Pemerintah Federasi Rusia melakukan penandatangan
kerjasama dalam hal Pengembangan Energi Nuklir untuk Tujuan Damai. Penjajakan
kerjasama ini telah berlangsung lama, dan merupakan suatu kesempatan bagi
Indonesia untuk dapat bersama-sama ROSATOM melakukan kegiatan perencanaan
pembangunan PLTN, melalui kegiatan penelitian dan pengembangan. Kegiatan
kerjasama dengan ROSATOM tidak terbatas dengan kegiatan yang tersedia di
BATAN, namun juga Perguruan Tinggi, dan industri swasta.
Dengan ditandatanganinya kesepakatan antara BATAN dan ROSATOM,
kedua belah pihak dapat saling membantu dalam bidang pengembangan teknologi
nuklir untuk energi, khususnya dalam pengembangan reaktor daya riset dan juga
49
memberikan bantuan layanan ketenaga-ahlian teknologi reaktor daya yang mengarah
ke komersial.77
Penandatanganan di ATOM Expo 2015 tersebut berlanjut di Pusdiklat
BATAN Jakarta dengan penandatanganan MoU yang dilakukan oleh Kepala Pusat
Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat-BATAN), Sudi Ariyanto dengan perwakilan
dari ROSATOM, Yuriy N Seleznev. Dalam pertemuan tersebut pihak ROSATOM
juga mempresentasikan banyak hal tentang program-program pelatihan yang ada di
ROSATOM dengan infrastrukturnya, termasuk SDM. Diharapkan dengan adanya
penandatanganan MoU dapat mendorong dan meningkatkan kompetensi para
karyawan, baik dari BATAN maupun Rosatom. Selain itu juga kerjasama ini
merupakan bukti bahwa program pelatihan serta SDM yang dimiliki BATAN diakui
oleh negara luar.78
Setelah kerjasama tersebut, tiga bulan kemudian yaitu pada 10 September
2015 bertempat di kantor pusat Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), dilakukan
penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara BATAN dan
Rusatom Overseas, Joint Stock Company of The Russian Federation (RAOS)
tentang kerjasama dalam pengembangan PLTN terapung dan PLTN skala besar.
Penandatanganan dilakukan oleh Kepala Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir
77
BATAN, “Indonesia siap dengan Program PLTN”
http://www.batan.go.id/index.php/id/kedeputian/manajemen/hhk/1049-djarot-indonesia-siap-dengan-
program-pltn diakses pada 29 Juli 2017 78
BATAN, “ Batan dan Rosatom lakukan pertukaran program pelatihan”, tersedia di:
http://www.batan.go.id/index.php/id/kedeputian/manajemen/hhk/1139-batan-dan-rosatom-lakukan-
pertukaran-program-pelatihan diakses pada 29 Juli 2017
50
BATAN, Yarianto S. Budi Susilo dan Presiden Rusatom Overseas, Joint Stock
Company, E. Pakermanov, disaksikan Kepala BATAN, Djarot S. Wisnubroto dan
Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhail Y. Galuzin.79
Adapun bentuk kerja sama antara BATAN dan RAOS antara lain saling tukar
informasi, dukungan pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia,
dukungan ilmiah dan teknis untuk pelaksanaan pra proyek PLTN terapung dan
PLTN skala besar, namun tidak terbatas pada dukungan studi kelayakan,
pengembangan keuangan, kemitraan dan SPV model untuk PLTN terapung dan/atau
PLTN skala besar, pengembangan roadmap untuk PLTN terapung dan PLTN skala
besar, dan konsultasi pada pembentukan organisasi pelaksanaan program energi
nuklir (NEPIO).80
Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) mengirimkan sekitar 20
hingga 30 orang Indonesia ke Rusia per tahunnya untuk mempelajari Pembangkit
Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Peserta yang dikirim tak hanya dari BATAN, tapi
juga perwakilan dari berbagai perguruan tinggi Indonesia.81
B. ROSATOM dan Rusatom Overseas (RAOS)
ROSATOM adalah salah satu pemimpin teknologi global dan merupakan
salah satu perusahaan terbesar Federasi Rusia. Perusahaan ini menyatukan kekuatan
79
BATAN, “ MoU Batan dan Rusatom Joint Stock Company”, tersedia di:
http://www.batan.go.id/index.php/id/kedeputian/manajemen/hhk/1445-mou-batan-rusatom-overseas-
joint-stock-company diakses pada 29 Juli 2015 80
BATAN, “ MoU Batan dan Rusatom Joint Stock Company”, tersedia di:
http://www.batan.go.id/index.php/id/kedeputian/manajemen/hhk/1445-mou-batan-rusatom-overseas-
joint-stock-company diakses pada 29 Juli 2017 81
RBTH, “Pertahun Indonesia Kirim 30 Orang ke Rusia untuk Belajar Nuklir” tersedia di:
https://id.rbth.com/news/2016/10/12/per-tahun-indonesia-kirim-30-orang-ke-rusia-untuk-belajar-
nuklir_638231 ; internet; diakses pada 13 Januari 2018
51
tenaga nuklir dan aset rekayasa tenaga, serta desain dan konstruksi PLTN.
ROSATOM adalah perusahaan pembangkit tenaga listrik terbesar di Rusia yang
memproduksi 196,37 miliar kWh listrik pada tahun 2016 (atau 18,3% dari total
angkatan listrik negara). ROSATOM menempati posisi pertama untuk portofolio
proyek konstruksi asing terbesar (34 PLTN di 12 negara). ROSATOM memproduksi
setiap tahun sekitar 3.000 ton uranium di dalam negeri, dan sekitar 5.000 ton di
negara lain.82
ROSATOM dengan 1/3 pangsa pasar dunia memimpin dalam layanan
pengayaan uranium global dan mencakup 17,7% pasar bahan bakar nuklir global.
ROSATOM juga memproduksi peralatan dan memproduksi isotop untuk obat nuklir,
melakukan penelitian, studi material. Perusahaan ini juga memproduksi
superkomputer dan perangkat lunak serta produk inovatif nuklir dan non-nuklir yang
berbeda. ROSATOM menyatukan lebih dari 300 perusahaan dan organisasi,
termasuk satu-satunya armada pemecah masalah nuklir di dunia. ROSATOM
ditugaskan untuk menerapkan kebijakan negara yang seragam mengenai penggunaan
energi atom serta memenuhi kewajiban internasional Federasi Rusia untuk
penggunaan energi atom secara damai.83
ROSATOM adalah pemrakarsa kebijakan nasional seragam dan praktik
pengelolaan terbaik dalam pemanfaatan tenaga nuklir, industri senjata nuklir, dan
keselamatan nuklir. ROSATOM bertanggung jawab untuk memenuhi komitmen
82
ROSATOM, Tersedia di: http://www.rosatom.ru/en/about-us/ diakses pada 1 Desember 2017 83
ROSATOM, Tersedia di: http://www.rosatom.ru/en/about-us/ diakses pada 1 Desember 2017
52
internasional Rusia mengenai penggunaan energi nuklir secara damai dan non-
proliferasi nuklir.84
Rusatom Overseas adalah perusahaan di dalam Rosatom State Corporation
Group. Perusahaan ini bertanggung jawab untuk promosi penawaran terpadu untuk
proyek Nuclear Power Plant (NPP) dan Pusat Pengembangan Sains dan Teknologi
Nuklir di pasar internasional. Saat ini, industri nuklir Rusia dilengkapi untuk
memastikan dukungan penuh dari program energi nuklir nasional pada semua tahap
implementasi dan menawarkan kepada pelanggannya berbagai produk dan layanan
yang ditujukan untuk pengembangan sektor tenaga nuklir mereka.85
Rusatom Overseas, berfungsi sebagai penghubung antara negara-negara
pelanggan dan perusahaan ROSATOM, menciptakan sistem umpan balik dengan
cara yang dapat meningkatkan penawaran terpadu kami sehingga lebih efisien, dan
perusahaan nuklir Rusia dapat memperoleh kompetensi baru dan menyajikan produk
modern dan yang dicari kepada pasar global.86
84
ROSATOM, Tersedia di: http://www.rosatom.ru/en/about-us/ diakses pada 1 Desember 2017 85
Rusatom Overseas, Tersedia di: http://www.rusatom-overseas.com/about-rusatom-
overseas/rusatom-overseas/ diakses pada 1 Desember 2017 86
Rusatom Overseas, Tersedia di: http://www.rusatom-overseas.com/about-rusatom-
overseas/rusatom-overseas/ diakses pada 1 Desember 2017
53
BAB IV
ANALISA KEBIJAKAN LUAR NEGERI INDONESIA DALAM
KERJASAMA PENGEMBANGAN ENERGI NUKLIR DENGAN RUSIA
TAHUN 2015
Bab ini akan menganalisa kebijakan luar negeri Indonesia dalam kerjasama
pengembangan energi nuklir tahun 2015 dengan menggunakan alat analisis konsep
kebijakan luar negeri, keamanan energi. Faktor internal dan eksternal Indonesia
dalam pengambilan kebijakan luar negeri menjadi poin dalam pembahasan bab ini.
Melihat faktor internal dan eksternal yang mepengaruhi kebijakan luar negeri
Indonesia dalam melakukan pengembangan nuklir dengan Rusia pada tahun 2015,
sehingga akan diketahui alasan faktor apa saja yang mendorong Indonesia
melakukan kerjasama pengembangan energi nuklir dengan Rusia.
A. Faktor Internal
1. Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN)
Badan Tenaga Nuklir Nasional merupakan Badan Pelaksana sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran,
yang selanjutnya dalam Peraturan Presiden No. 46 Tahun 2013 disebut dengan
BATAN adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Presiden melalui menteri yang membidangi urusan
pemerintahan di bidang riset dan teknologi. BATAN mempunyai tugas
54
melaksanakan tugas pemerintahan di bidang penelitian, pengembangan dan
pendayagunaan ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.87
Sejarah dan produk yang telah dikembangkan oleh BATAN telah dijelaskan
oleh penulis pada bab sebelumnya. BATAN merupakan faktor internal dalam konsep
kebijakan luar negeri. BATAN termasuk dalam struktur pemerintahan sebagai
pengambil keputusan dalam pembuatan kebijakan luar negeri antara Indonesia -
Rusia mengenai pengembangan energi nuklir tahun 2015. Hal ini sesuai dengan
MoU yang ditandatangani oleh Indonesia-Rusia, BATAN merupakan badan yang
ditunjuk untuk menjalankan kerjasama mengenai pengembangan energi nuklir.
BATAN sebagai lembaga yang ditugasi pemerintah untuk menyiapkan
pembangunan PLTN telah melakukan penyiapan berbagai infrasruktur yang
dipersyaratkan, yang meliputi SDM, penguasaan teknologi, lokasi, roadmap (peta
jalan), kajian dampak sosial, budaya dan ekonomi, termasuk melakukan edukasi
kepada seluruh lapisan masyarakat. Pada tahun 2011 – 2013 telah dilakukan studi
lokasi PLTN di Provinsi Bangka Belitung (Babel) dan dinyatakan layak untuk
pembangunan PLTN.88
Survei terbaru yang dilakukan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN)
menyimpulkan sebanyak 77,53 persen masyarakat di Tanah Air mendukung PLTN.
87 Pubinfo, “Badan Tenaga Nuklir Nasional”, Tersedia di:http://www.pubinfo.id/instansi-59-
batan---badan-tenaga-nuklir-nasional.html , diakses pada 17 Feb 20018 88
Ferial, “Tarik Ulur Energi Nuklir dalam Program Energi Nasional”, Artikel online, dapat
diakses di:
http://ebtke.esdm.go.id/post/2016/09/14/1340/tarik.ulur.energi.nuklir.dalam.program.energi.nasional ,
internet; diakses pada 18 Feb 2018.
55
Jajak pendapat itu diselenggarakan oleh Batan dan PT Pro Ultima sepanjang Oktober
hingga Desember 2016, dengan jumlah responden sebanyak 4.000 orang yang
berada di 34 provinsi di Indonesia. Pada saat dimulainya survei yakni pada 2011,
dukungan masyarakat terhadap pembangunan PLTN masih rendah yakni 49,5
persen. Jumlah responden, yang menyetujui pembangunan PLTN, beranjak naik
menjadi menjadi 52,9 persen pada survei di tahun 2012. Pada 2013, ada 64,1 persen
responden yang menyetujui rencana ini. Sedangkan pada survei di tahun 2014,
terdapat 72 persen responden yang setuju. Pada survei di tahun 2015, jumlahnya
bertambah lagi menjadi 75,3 persen responden.89
Berdasarkan data tersebut, upaya BATAN dalam sosialisasi program
pembangunan PLTN dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Semenjak tahun
2011 hingga pada tahun 2015 dukungan dari masyarakat terhadap pembangunan
PLTN semakin meningkat presentasenya dan menjadi salah satu faktor untuk
mendorong pemangku kebijakan untuk merealisasikan program pembangunan
PLTN.
2. Kondisi Energi Indonesia
Kebutuhan Energi Sektor Industri
Sektor industri sebagai kontributor utama penggerak pembangunan yang
diharapkan dapat menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi. Namun, dengan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi, secara timbal balik energi yang dipersiapkan
89
Addi M Idhom, “Survei Batan Klaim Masyarakat Indonesia Dukung PLTN”; artikel online,
dapat diakses di: https://tirto.id/survei-batan-klaim-masyarakat-indonesia-dukung-pltn-cf1u , internet,
diakses pada 18 Feb 2018.
56
harus cukup besar pula. Kebutuhan energi sektor industri meliputi kebutuhan energi
yang digunakan pada proses serta sumber daya energi sebagai bahan baku industri.90
Gambar 4.1: Grafik Proyeksi Kebutuhan Energi Final Sektor Industri
Sumber: Outlook Energi 2014
Menurut grafik diatas, proyeksi kebutuhan energi final sektor industri di
gambarkan berdasarkan dua skenario, yaitu skenario BaU dan skenario KEN.
Skenario Business as Usual (BaU) adalah skenario proyeksi kondisi saat ini tanpa
adanya perubahan kebijakan yang berlaku dan investasi lainnya yang dapat menekan
laju konsumsi. Sedangkan skenario Kebijakan Energi Nasional (KEN) adalah
skenario dasar di mana diasumsikan bahwa konsumsi energi final akan berkurang
dengan menerapkan program konservasi dan efisiensi energi sesuai dengan target
pemerintah.
Kebutuhan energi sektor industri menurut skenario BaU diproyeksikan akan
meningkat dengan laju pertumbuhan 5,4% per tahunnya. Sedangkan skenario KEN
90
Outlook Energi Indonesia 2014, hal 74
57
memproyeksikan pertumbuhan rata-rata dari kebutuhan energi sektor industri sebesar
4,4%. Energi batubara mendominasi konsumsi sektor industri dalam skenario BaU
maupun skenario KEN dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 6,3% (Skenario BaU)
dan 5,1% (Skenario KEN) pertahunnya.91
Kebutuhan Energi Sektor Rumah Tangga
Sektor rumah tangga merupakan sektor yang masih mendominasi kebutuhan
biomassa tradisional, khususnya digunakan untuk memasak di wilayah pedesaan. Jika
kebutuhan biomassa tradisional ini diperhitungkan dalam kebutuhan energi, maka
rumah tangga merupakan pengguna energi terbesar setelah sektor industri.92
Gambar 4.2: Grafik Proyeksi Kebutuhan Energi Final Sektor Rumah
Tangga
Sumber: Outlook Energi 2014
91
Outlook Energi Indonesia 2014, hal 75 92
Outlook Energi Indonesia 2014, hal 80
58
Menurut grafik di atas kebutuhan energi sektor rumah tangga mengalami
pertumbuhan rata-rata sebesar 3,8% pertahunnya menurut skenario BaU. Sedangkan
menurut skenario KEN pertumbuhan kebutuhan rumah tangga naik sebesar 2,9% per
tahun.93
Jika dilihat dari kedua grafik tersebut, kebutuhan energi sektor rumah tangga
di Indonesia lebih tinggi dibandingkan kebutuhan energi sektor industri. Kebutuhan
energi listrik merupakan kebutuhan yang paling tinggi di kedua sektor tersebut dan
terus mengalami peningkatan konsumsi setiap tahunnya.
Sejalan dengan meningkatnya laju pembangunan dan meningkatnya pola
hidup masyarakat, konsumsi energi di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun.
Selain biomassa, konsumsi energi final di Indonesia selama ini masih bertumpu pada
energi fosil terutama bahan bakar minyak (BBM). Meskipun peran energi fosil
lainnya seperti batubara dan gas bumi belum setinggi BBM, namun kedua jenis
energi tersebut mengalami peningkatan yang cukup tinggi.94
93
Outlook Energi Indonesia 2014, hal 81 94
Outlook Energi Indonesia 2014, hal 35.
59
Gambar 4.3: Pangsa Konsumsi Energi Final Indonesia Menurut Jens
Energi Tahun 2003-2013
Sumber: Kementrian ESDM, diolah oleh DEN,2013
Berdasarkan jenis energi, BBM masih merupakan sumber energi fosil yang
penting bagi Indonesia, meskipun pangsanya turun sebesar 59% pada tahun 2003,
menjadi 48% pada tahun 2013. Pada periode yang sama pangsa batubara naik dari
12% menjadi 19%, gas bumi turun dari 17% menjadi 14%, LPG naik dari 2%
menjadi 5%, dan listrik naik dari 10% menjadi 13%.
Apabila kita melihat grafik di bawah ini, diperlihatkan bahwa perbandingan
antara konsumsi dan produksi kian menurun. Dimulai pada tahun 2003 yang telah
menjadi titik awal negara Indonesia dalam penurunan jumlah produksinya yang
terlihat lebih sedikit dibandingkan dengan konsumsi energi minyaknya. Data ini
60
adalah data yang diambil dalam kurun waktu tahun 2000 hingga tahun 2013. Dari
data tersebut, produksi dan konsumsi minyak nasional adalah dalam bentuk barel per
hari.
Grafik 4.4 Produksi dan Konsumsi Minyak Indonesia Tahun 2000-2013
Sumber : PWC Indonesia, 2014.
Dilihat dari data di atas, produksi energi minyak di Indonesia dari tahun ke
tahun semakin mengalami penurunan. Penurunan produksi tersebut tidak berbanding
lurus dengan konsumsi masyarakat Indonesia yang dari tahun ke tahun semakin
meningkat. Kondisi pengelolaan energi Indonesia pada tahun 2014 memiliki
keharusan untuk mengurangi dan menghentikan ketergantungan terhadap energi fosil,
sehingga harus mencari pengganti energi tersebut. Kebijakan pemerintah dalam
pengurangan energi fosil yang tidak dapat diperbarui salah satu nya adalah
mengembangkan energi baru terbarukan. Potensi energi baru terbarukan bila
61
dikembangkan dan pemanfaatanya didukung oleh regulasi yang memiliki kepastian
hukum akan membantu mengatasi persoalan energi nasional kedepan yang sekaligus
berpotensi untuk menciptakan lapangan kerja baru.
3. Penerapan Rencanan Pembangunan Jangka Panjang Nasional Periode
2005-2025
Rencana pembangunan PLTN di Indonesia tercantum dalam UU 17/2007
mengenai Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005- 2025.
Berdasarkan UU tersebut, Indonesia harus sudah memiliki PLTN pada tahun 2019.95
Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional
(KEN) dan Undang-undang Nomor 17 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang (RPJP). Pada Perpres Nomor 5 Tahun 2006 ditetapkan bahwa untuk
memenuhi kebutuhan listrik hingga tahun 2025 dibutuhkan kontribusi sumber
energi terbarukan, masing-masing sebesar : biofuel di atas 5%, panas bumi di atas
5%, nuklir, surya, angin dan biomassa di atas 5% dan batubara yang dicairkan di atas
2%, dengan mendasarkan pada kondisi tersebut dan sudah ditetapkannya peraturan
perundangan yang mendasari maka pemerintah berencana akan membangun PLTN
dan diharapkan listrik akan masuk mulai tahun 2017. Sebagaimana diakui oleh
negara-negara yang sudah lebih dulu mengoperasikan PLTN maka seiring dengan
95
RBTH Indonesia, “Rosatom: Kami siap bangun PLTN di Indonesia”; Artikel online, dapt
diakses di: https://id.rbth.com/news/2015/09/28/rosatom-kami-siap-bangun-pltn-di-indonesia_440897 ,
internet, diakses pada 18 Jan 2018.
62
meningkatnya kebutuhan listrik, pembangunan PLTN yang pertama pasti akan
diikuti dengan pembangunan PLTN berikutnya.96
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) yang telah
dirancang sejak tahun 2005 tersebut menjadi salah satu faktor dalam upaya
pengembangan energi nuklir untuk tenaga listrik. Walaupun butuh waktu yang cukup
lama untuk membangun PLTN, namun upaya agar masyarakat dapat menerima
pentingnya pembangunan PLTN diperlukan. Atas dasar tersebut maka diperlukan
kerjasama dengan pihak luar yang telah terbukti dan sukses mengembangkan nuklir
menjadi pembangkit listrik.
4. Faktor Keamanan Energi Indonesia dalam Kerjasama Pengembangan
Energi Nuklir tahun 2015
Faktor keamanan energi Indonesia dalam kerjasama pengembangan energi
nuklir dengan Rusia tahun 2015 memiliki beberapa aspek sesuai dengan teori
keamanan energi menurut Jonathan Elkind dalam buku Carlos Pascual yang berjudul
Energy Security: Economics, Politics, Strategies, and Implications. Aspek-aspek
tersebut yaitu ketersediaan, keandalan, keterjangkauan, dan keberlanjutan
lingkungan. Ketersediaan meliputi kemampuan, kapasitas cadangan energi yang
memadai, distribusi dan investasi, serta diversifikasi energi yang dimiliki Rusia.
Keandalan meliputi kekuatan sumber daya, produksi, dan transportasi.
96
BATAN, “Rencana Pembangunan PLTN di Indonesia” 2015. Tersedia di:
http://www.batan.go.id/index.php/id/infonuklir/nuklir-indonesia-infonuklir/program-pltn/1810-
rencana-pembangunan-pltn-di-indonesia ; Internet; diakses pada 15 Januari 2018.
63
Keterjangkauan meliputi transparansi harga, dan ekspektasi yang realistis untuk
terget jangka panjang. Keberlanjutan lingkungan meliputi rendahnya emisi karbon.
1. Ketersediaan ROSATOM
Alasan Indonesia bekerjasama dengan Rosatom, Rosatom merupakan
perusahaan pembangkit nuklir Rusia yang memasok 33 persen kebutuhan listrik di
Eropa dan juga daerah bagian Rusia. Rosatom menempati posisi kedua dalam
percaturan generasi nuklir global. Rosatom juga menempati posisi teratas dalam
pasar global untuk teknologi nuklir terbarukan serta menempati peringkat pertama
dalam pembangunan konstruksi simultan. Selain itu juga posisi kedua dalam
pengelolaan uranium dan posisi ketiga dalam ektraksi uranium dalam skala global.97
ROSATOM adalah perusahaan pembangkit tenaga listrik terbesar di Rusia
yang memproduksi 196,37 miliar kWh listrik pada tahun 2016 (atau 18,3% dari total
angkatan listrik negara). ROSATOM menempati posisi pertama untuk portofolio
proyek konstruksi asing terbesar (34 PLTN di 12 negara). ROSATOM memproduksi
setiap tahun sekitar 3.000 ton uranium di dalam negeri, dan sekitar 5.000 ton di
negara lain. ROSATOM dengan 1/3 pangsa pasar dunia memimpin dalam layanan
pengayaan uranium global dan mencakup 17,7% pasar bahan bakar nuklir global.
97
Kompas, “Perusahaan Rusia Rosatom Siap Bangun PLTN di Indonesia” 2015. Tersedia di:
http://ekonomi.kompas.com/read/2015/09/28/053500626/Perusahaan.Rusia.Rosatom.Siap.Bangun.PL
TN.di.Indonesia ; Internet; diakses pada 13 Januari 2018.
64
ROSATOM juga memproduksi peralatan dan memproduksi isotop untuk obat nuklir,
melakukan penelitian, studi material.98
Hal ini membuat Indonesia tidak meragukan Rosatom dalam kerjasama
pengembangan energi nuklir. Kerjasama jangka panjang terjamin dengan
pengalaman dan teknologi Rosatom dalam pengelolaan energi nuklir. Dengan kata
lain, Rosatom memiliki nilai ketersediaan dalam teori keamanan energi.
2. Keandalan ROSATOM
Keunggulan Rusia dibanding negara-negara yang menggunakan dan
mengembangkan energi nuklir lainnya adalah keandalan. Hal tersebut memiliki
maksud bahwa Rusia merupakan salah satu negara terdepan dalam teknologi
pengembangan energi nuklir. Teknologi yang dimiliki Rusia menjadi keandalan dan
diinginkan oleh Indonesia. Rusia akan mentransfer teknologi dan ilmu pengetahuan
dalam pengembangan energi nuklir dengan Indonesia serta nantinya akan
menjalankan proyek PLTN terapung serta skala besar di Indonesia dengan teknologi
yang mereka miliki.
Perusahaan ini memiliki 29 proyek yang sedang berjalan - di Turki (Akkuyu),
Armenia, Finlandia, Belarus (Ostrovets), Vietnam, Bangladesh, India (Kudankulam)
dan China (Tianwan). Beroperasi di 40 negara; Portofolio pesanan luar negeri untuk
10 tahun ke depan melebihi $ 101 miliar. Proyek PLTN-nya tumbuh dari 19 di tahun
2012 menjadi 29 hari ini. Saat ini sedang membangun unit tenaga di Belarus,
98
ROSATOM, Tersedia di: http://www.rosatom.ru/en/about-us/ diakses pada 1 Desember 2017
65
Finlandia (Hanhikivi 1), Turki, Iran (Bushehr), India dan China dan sedang
mempersiapkan pembangunan di Vietnam, Bangladesh, Hungaria dan Yordania.
Jumlah reaktor rancangan Rusia di seluruh dunia adalah 72 dan 29 lagi yang akan
dibangun pada tahun 2030. Rosatom telah mencapai pangsa pasar 17% dari fabrikasi
bahan bakar nuklir dan setiap reaktor ke-6 di dunia beroperasi dengan bahan bakar
nuklir Rusia. Ini memegang 36% dari pasar pengayaan uranium dunia dan
mempekerjakan 260.000 pekerja.99
Hal tersebut membuktikan bahwa Indonesia telah
mendapat aspek keandalan sesuai dengan teori keamanan energi.
3. Keberlanjutan Lingkungan Energi Nuklir
Pemerintah Indonesia menaruh perhatian yang besar terhadap isu perubahan
iklim global. Perhatian yang besar tersebut dilihat dari kebijakan, peraturan dan
program yang dikeluarkan dalam rangka mitigasi dan adaptasi gas rumah kaca
(GRK). Pada pertemuan G-20 di Pittsburg bulan September 2009, pemerintah
Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi GRK di Indonesia sebesar 26
persen pada 2020.100
Dari hasil perhitungan diprakirakan bahwa emisi CO2 dari sektor kelistrikan
akan meningkat dari 128 juta ton pada tahun 2008 menjadi 1.034 juta ton pada tahun
2030 untuk skenario baseline. Dari 1.034 juta ton emisi tersebut, 757 juta ton (73%)
99
“Rosatom Russias Nyuclear Energy”, Geopolitical Monitor, 2015, tersedia di
https://www.geopoliticalmonitor.com/rosatom-russias-nuclear-diplomacy/, diakses pada 13 Januari
2018 100
Agus Sugiyono, “Peran PLTN dalam Mendukung Komitmen Pemerintah untuk Mengurangi
Emisi CO2”, Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir III, (2010).
66
berasal dari pembakaran batubara. Sedangkan bahan bakar gas menyumbang emisi
sebesar 236 juta ton (23%). Rata-rata jumlah emisi per kWh akan meningkat dari
0,801 kg CO2/kWh pada tahun 2008, menjadi 0,842 kg CO2/kWh pada tahun 2030.
Peningkatan ini terjadi karena semakin besar pangsa PLTU batubara yang
digunakan.101
Dalam operasi normal PLTN sangat sedikit menyebabkan kerusakan
lingkungan dan bermanfaat bila mereka menggantikan pembangkit-pembangkit yang
mengemisi CO2, SO2 dan NOx. Dalam kaitan ini mereka akan membantu
mengurangi hujan asam dan membatasi emisi gas rumah kaca.102
Pembangkit listrik tenaga nuklir sudah terbukti memproduksi gas
karbondioksida (CO) yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan sumber energi
lain. Pembangkit listrik tenaga nuklir menghasilkan emisi CO sekitar 10 gram per
kWh. Tiga sumber energi lain, yakni gas, minyak, dan batu bara, masing-masing
memproduksi CO sebanyak 549 gram per kWh, 782 gram per kWh, dan 991 gram
perkWh.103
101
Agus Sugiyono, “Peran PLTN dalam Mendukung Komitmen Pemerintah untuk Mengurangi
Emisi CO2”, Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir III, (2010). H. 204 102
“Dampak Positif dan Negatif Teknologi Nuklir” GRI, 2015, tersedia di: http://gri.co.id/berita-
145-dampak-positif-dan-negatif-teknologi-nuklir.html , diakses pada 12 Januari 2018 103
“Memahami Pembangkit Listrik Korea”, Kompas, 2011 , tersedia di:
https://internasional.kompas.com/read/2011/03/21/03243127/Memahami.Pembangkit.Listrik.Nuklir.K
orea , diakses pada 22 Maret 2018
67
B. Faktor Eksternal
1. Pemanasan Global
Efek rumah kaca adalah proses masuknya radiasi dari sinar matahari dan
karena ada GRK maka radiasi tersebut terjebak di dalam atmosfer sehingga
menaikkan suhu permukaan bumi. GRK inilah yang menyerap gelombang panas
dari sinar matahari yang dipancarkan bumi. GRK yang penting ialah CO2, Methane
(CH4), Nitrous Oxide (N2O), Chloroflourocarbon (CFC) (yang dapat dibagi
menjadi dua, yaitu: Haloflourocarbon (HFC) dan Perfluorocarbon (PFC)), dan
Sulfur Hexafluoride (SF6). Sumbangan terjadinya pemanasan global yang terbesar
adalah CO2 sebesar 61 %, diikuti oleh CH4 sebesar 15 %, CFC sebesar 12 %, N2O
sebesar 4 % dan sumber lain sebesar 8 %.104
Laporan terbaru dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)
yang diterbitkan pada tahun 2014 mengungkapkan sejumlah besar bukti baru bahwa
sistem iklim di Bumi berubah karena meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca
(GRK), terutama karbon dioksida (CO2) , akibat emisi dari aktivitas manusia,
terutama pembakaran bahan bakar fosil dan perubahan tata guna lahan. Suhu
permukaan rata-rata global meningkat; volume presipitasi dan pola distribusi spasial
dan temporal berubah; lautan sedang memanas dan permukaan air laut naik; fitur
cuaca ekstrem dan peristiwa iklim berubah. Untuk menjaga kenaikan suhu rata-rata
104
Agus Sugiyono, “Penggunaan dan Pemanasan Global: Prospek Bagi Indonesia”, (Jurnal
Online, 2008) dapat diakses di: http://www.sugiyono.webs.com/paper/p0201.pdf ; Internet; diakses
pada 17 Januari 2018.
68
global di bawah 2°C relatif terhadap tingkat pra-industri dan dengan demikian untuk
menghindari dampak yang tertekan dari perubahan iklim pada sistem ekologi dan
sosio-ekonomi, emisi GHG global perlu dipuncak dalam dekade berikutnya dan
kemudian jatuh setidaknya 90% di bawah tingkat emisi 2010 pada pertengahan abad
ini. Target 2°C secara eksplisit ditunjukan dalam Copenhagen Accord dari United
Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC).105
Berdasarkan Komunikasi Nasional Kedua Indonesia dinyatakan bahwa pada
tahun 2005 total emisi GRK di Indonesia mencapai 1,1 Gton dan dari sektor energi
menyumbang 0,4 Gton atau sekitar 36 persen dari total emisi GRK. Selain itu,
dalam pertemuan G-20 di Pittsburgh pada bulan September 2009, Pemerintah
Indonesia mengeluarkan komitmen untuk menurunkan emisi GRK di Indonesia
sebesar 26 persen pada 2020. Komitmen pengurangan emisi ini merupakan salah
satu aksi mitigasi perubahan iklim.106
Sektor energi merupakan salah satu sektor yang cukup besar perannya dalam
menyumbang emisi GRK. Oleh karena itu sektor energi perlu diinventarisasi
besarnya emisi GRK untuk jangka panjang serta potensi untuk menurunkannya
dengan menggunakan teknologi yang lebih ramah lingkungan. Salah satu opsi untuk
mengurangi emisi di sektor energi, khususnya untuk pembangkit tenaga listrik
105
IAEA, “Climate Change and Nuclear Power 20015” (Vienna, International Atomic Energy,
2015) hal 1. 106
Agus Sugiyono, “Peran PLTN dalam Mendukung Komitmen Pemerintah untuk Mengurangi
Emisi CO2”, Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir III, (2010).
69
adalah dengan menggunakan energi baru dan terbarukan seperti Pembangkit Listrik
Tenaga Nuklir (PLTN).107
Tenaga nuklir adalah salah satu sumber energi dan teknologi yang ada saat
ini yang dapat membantu memenuhi tantangan energi iklim. Emisi gas rumah kaca
dari pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) dapat diabaikan, dan tenaga nuklir,
bersama dengan pembangkit listrik tenaga air dan listrik berbasis angin, merupakan
salah satu pemancar GHG terendah saat emisi sepanjang siklus hidup
dipertimbangkan (kurang dari 15 gram setara CO2 (g CO2 -eq) per kW · h
(kilowatt-hour), nilai median dari 60 sumber yang ditinjau). Di sejumlah besar
skenario mitigasi ketat yang konsisten dengan Copenhagen Accord, listrik nuklir
dinilai sebagai penghindaran sekitar 3,3 sampai 9 Gt CO2 / tahun pada tahun 2050,
bergantung pada asumsi tentang biaya relatif dan kinerja teknologi rendah
karbon.108
2. Keunggulan Rusia dalam Pengembangan Energi Nuklir
Soviet pernah menjadi negara yang paling maju dalam bidang teknologi
nuklir. Pembangkit listrik tenaga nuklir pertama di dunia diluncurkan pada 1954 di
kota Obninsk, Uni Soviet. Setelah Uni Soviet bubar, Rusia mewarisi sektor energi
nuklir tersebut dan masih mempertahankannya hingga saat ini. Saat ini, terdapat 33
buah pembangkit listrik tenaga nuklir di Rusia. Dengan kapasitas 24,25 GW,
107
Agus Sugiyono, “Peran PLTN dalam Mendukung Komitmen Pemerintah untuk Mengurangi
Emisi CO2”, Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir III, (2010). 108
IAEA, “Climate Change and Nuclear Power 20015” (Vienna, International Atomic Energy,
2015) hal 2.
70
pembangkit tersebut memasok sekitar 16 persen listrik nasional. Angka tersebut
masih jauh dari target. Kini, Rusia tengah membangun sepuluh pembangkit listrik
tenaga nuklir tambahan, termasuk dua reaktor pembangkit listrik tenaga nuklir
mengambang Akademik Lomonosov yang berkapasitas 9,2 GW.109
Kapasitas nuklir Rusia, terdiri dari 35 reaktor yang beroperasi berjumlah
26.983 MWe, terdiri dari:
a. 3 VVER-440/230 awal atau reaktor air bertekanan serupa.
b. 2 kemudian reaktor air bertekanan VVER-440/213.
c. 12 reaktor air bertekanan VVER-1000 generasi terbaru dengan
struktur penahanan penuh, kebanyakan tipe V-320.
d. Satu reaktor VVER-1200 generasi baru.
e. 13 RBMK reaktor air ringan grafit (LWGR) sekarang unik ke Rusia.
Keempat yang tertua ini ditugaskan pada tahun 1970an di Kursk dan
Leningrad dan sangat mempedulikan dunia Barat.
f. 4 reaktor BWR grafit kecil yang dimoderasi di Siberia timur,
dibangun pada tahun 1970 untuk kogenerasi (model EGP-6 pada peta
terkait) dan akan ditutup pada tahun 2022.
g. Satu reaktor neutron cepat BN-600 dan satu BN-800.
109
Andrei Frolov, “Mengapa Rusia Pertahankan Sektor Energi Nuklir”, Artikel online; dapat
diakses di:
https://id.rbth.com/technology/2014/05/24/mengapa_rusia_pertahankan_sektor_energi_nuklir_23891
internet, diakses pada 18 Jan 2018.
71
Selain Bilibino, beberapa reaktor memasok pemanas distrik - total lebih dari
11 PJ / tahun.110
Teknologi dan pengalaman Rusia dalam pengembangan nuklir
menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi Indonesia untuk melakukan kerjasama
pengembangan energi nuklir. Kerjasama ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas
sumberdaya manusia Indonesia dan sebagai upaya dalam pembangunan pembangkit
listrik tenaga nuklir nantinya.
110
World Nuclear Association, “Nuclear Power In Russia”; Artikel online dapat diakses di:
http://www.world-nuclear.org/information-library/country-profiles/countries-o-s/russia-nuclear-
power.aspx ; internet, diakses pada 18 Jan 2018.
72
BAB V
KESIMPULAN
Penandatanganan MOU dalam kerjasama pengembangan energi nuklir antara
Indonesia dan Rusia pada 2015 terjadi karena menipisnya energi dalam negeri
Indonesia. Selama ini Indonesia masih mengandalkan sumberdaya energi yang tidak
dapat diperbaharui seperti minyak bumi, gas alam dan batubara untuk memenuhi
kebutuhan energi negara. Namun, seiring dengan berkembangnya zaman energi
tersebut semakin menipis sedangkan permintaan akan energi dalam negeri semakin
meningkat. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengembangkan energi
nuklir sebagai energi baru terbarukan (EBT). Namun, nuklir di Indonesia belum
dimanfaatkan untuk pasokan energi atau sebagai pembangkit listrik.
Upaya pemerintah dalam pengembangan energi nuklir dimulai pada tahun
1959 dengan dibentuknya Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) oleh Presiden
Ir. Soekarno. Wacana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)
sudah dimulai sejak tahun 1968. Namun, tarik ulur kebijakan serta barbagai
penolakan dari masyarakat menjadi hambatan yang membuat upaya pembangunan
PLTN hanya menjadi wacana belaka. Rencana pembangunan PLTN di Indonesia
tercantum dalam UU 17/2007 mengenai Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN) 2005- 2025. Berdasarkan UU tersebut, Indonesia harus sudah
memiliki PLTN pada tahun 2019.
73
Indonesia dan Rusia merupakan dua negara yang memiliki hubungan yang
cukup erat dan telah terjalin cukup lama. Dimulai dari masa kepemimpinan Presiden
Ir. Soekarno hingga Presiden Joko Widodo, kedua negara mengalami pasang surut
dalam hubungan bilateral. Adanya keinginan Indonesia untuk membangun
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), membuat Rusia yang merupakan negara
terdepan dalam pengembangan energi nuklir menawarkan kerjasama untuk transfer
teknologi, pelatihan, hingga investasi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga
Nuklir (PLTN) di Indonesia.
BATAN sebagai badan yang mengembangkan energi nuklir dalam negeri
melakukan kerjasama dengan perusahaan dalam negeri Rusia yang telah
berpengalaman dalam pengembangan energi nuklir dan pembangunan PLTN yaitu
Rosatom pada bulan Juni dan September tahun 2015.
Pengambilan kebijakan luar negeri dalam penandatanganan MOU tersebut
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
dalam kebijakan luar negeri ini meliputi Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN),
kondisi krisis energi Indonesia, penerapan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN) 2005-2025, dan faktor keamanan energi yang meliputi
ketersediaan, keandalan, dan keberlanjutan lingkungan. BATAN disini termasuk
didalam struktur pemerintah yang merupakan salah satu faktor internal.
Faktor eksternal dalam pengambilan kebijakan luar negeri ini meliputi
pemanasan global, keunggulan Rusia dalam pengembangan energi nuklir, pengaruh
74
Rusia dalam kerjasama pengembangan energi nuklir dengan Indonesia. Pemanasan
global yaitu meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca (GRK), terutama karbon
dioksida (CO2) , akibat emisi dari aktivitas manusia, terutama pembakaran bahan
bakar fosil dan perubahan tata guna lahan menjadi salah satu faktor eksternal.
Keunggulan dan pengalaman Rusia dalam pengembangan energi nuklir didalam
negerinya menjadi faktor eksternal dalam pengambilan kebijakan.
Intensitas yang dilakukan oleh Rusia terhadap Indonesia juga mempengaruhi
kebijakan luar negeri Indonesia dan menjadi faktor eksternal dalam kebijakan luar
negeri. Atas adanya faktor-faktor tersebut, Indonesia pada akhirnya melakukan
penandatanganan MOU kerjasama dengan Rusia dalam pengembangan energi nuklir
pada tahun 2015.
lxxv
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Afifudin, dan Beni, Metodologi penelitian kualitati, Bandung: CV Pustaka Setia,
2009.
Andika, Boni. “Mendayung diantara Dua Karang”.
Bresnan, John. “Indonesia, The Greatest Transition”.
Departemen Luar Negeri RI. 1995. Sejarah Diplomasi Republik Indonesia dari Masa
ke Masa: Buku I Periode 1945-1950. Departemen Luar Negeri: Jakarta 1998.
Dougherty, James E dan Robert L. Pfaltzfraff, Jr. 1981. Contending Theories.Cetakan
Kedua. New York: Harper and Row Publisher Inc.
Evans, Gareth. Cooperative Security and Intrastate Conflict. Dalam Foreign Policy.
No. 96. Autumn, 1994.
Holsti, K.J. International Politics A Framework for Analysis 6th
ed. New Jersey: A
Simon & Schuster Company, 1992.
Holsti, KJ. International Politics: A Framework for Analysis. New Jersey: Prentice
Hall, 1988.
Jerome, Kirk dan Mark L. Miller, Participant observation: Ethnolog; Social
sciences; Objectivity; Methodology, Beverly Hills; Sage Publication, 1986.
lxxvi
Keohane, Robert O dan Lisa L. Martin. “The Promise of Institutionalist Theory”.
Dalam International Security, Vol.20, No.1, Summer, 1995
Kusumohamidjojo, Budiono. Hubungan Internasional: Kerangka Studi Analisis.
Jakarta: Bina Cipta, 1987.
Lebang, Tomi. Sahabat Lama Era Baru: 60 Tahun Pasang Surut Hubungan
Indonesia-Rusia, Jakarta: Garansindo.
Morgenthau, Hans J. Politics Among Nations. 7th edition. New York: McGraw Hill,
2006
Nasution, Nazaruddin. Dinamika Politik Luar Negeri Indonesia. Jawa Barat: Yayasan
Bina Insan Cita, 2016.
Pascual, Carlos dan Jonathan Elkind., ed. Energy Security: Economics, Politics,
Strategies, and Implications. Washington: Brookings Institutions Press, 2010.
Perwita, Banyu, Anak Agung & Yanyan Mochamad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan
Internasional., Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005.
Rosenau, James N. International Politics and Foreign Policy: A Reader in Research
and Theory, New York: The Free Press,1969
Suryabrata, Sumardi, Metode Penelitian, Jakarta: Rajawali, 1987.
Wesley, Michael. “Energy Security in Asia.” In Energy Security in Asia, ed. Leszek
Buszynski. New York: Routledge, 2006.
lxxvii
Wuryandari, Ganewati. Politik Luar Negeri Indonesia di Tengah Pusaran Politik
Domestik, Jogjakarta: Pustaka Pelajar,2008.
Skripsi dan Tesis:
Asmara, Qiqi. “Evaluasi Implementasi Kebijakan Pembangunan Pembangkit Listrik
Tenaga Nuklir di Jepara,” Tesis Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Univ.
Indonesia, 2009.
Artikel dan Jurnal:
Afifah, Ni’mah. “Politik Luar Negeri Indonesia Era Orde Baru Tinjauan Developing
Country Suatu Telaah Awal”.
Amir, Sulfikar. “Nuclear revival in Post-Suharto Indonesia”. Asian Survey, 50(2),
Marcch/April 2010.
Falahi, Ziyad. “Kebijakan Luar Negeri dalam Era Liberalisasi Informasi: Studi Kasus
Slogan Million Friends Zero Enemy Era pemerintahan Susilo Bambang
Yudhoyono”, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Indonesia, Juni
2012.
Hariyadi. “Agenda-Setting Pembangunan Pltn Dan Pencapaian Ketahanan Listrik
(Studi Di Jepara Dan Pangkal Pinang)”. Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik,
Vol. 7, No. 2, Desember 2016.
lxxviii
Hariyanto, Agus. “Prinsip Bebas Aktif dalam Kebijakan Luar Negeri Indonesia:
Perspektif Teori Peran”, Universitas Komputer Indonesia, Desember 2014.
Pertiwi,Mutiara. Pengenalan Dasar; Hubungan Internasional di Asia Tenggara
Tangerang Selatan: UIN Jakarta Press, 2013.
Sugiyono, Agus. “Peran PLTN dalam Mendukung Komitmen Pemerintah untuk
Mengurangi Emisi CO2”, Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi
Nuklir III, 2010.
Laporan, Buletin, dan Majalah:
Agreement between the Republic of Indonesia and the Russian Federation on the
Cooperation in the Peaceful Uses of Atomic Energy, art. 2, December 1,
2006, Peraturan Presiden R.I. No. 44 Tahun 2011.
IAEA, “Climate Change and Nuclear Power 20015” Vienna, International Atomic
Energy, 2015
Outlook Energi Indonesia 2014
“Materi Pengantar Soal: Pengantar Soal Perkembangan Politik Luar Negeri Terutama
Kerjasama Negara-Negara ASEAN”.
Sumber Elektronik:
“BATAN Berkiprah untuk Kesehatan” BATAN, Tersedia di:
http://www.batan.go.id/index.php/id/hasil-litbang-batan/kesehatan-obat-
lxxix
obatan/89-batan-berkiprah-untuk-kesehatan , Internet; diakses pada 9 Januari
2018.
“Batan dan Rosatom lakukan pertukaran program pelatihan” BATAN, Tersedia di:
http://www.batan.go.id/index.php/id/kedeputian/manajemen/hhk/1139-batan-
dan-rosatom-lakukan-pertukaran-program-pelatihan diakses pada 29 Juli
2017
“BATAN Lakukan Riset Benih Unggul Tanaman Pangan” BATAN, Tersedia di:
http://www.batan.go.id/index.php/id/hasil-litbang-batan/pertanian-
peternakan/145-batan-lakukan-riset-benih-unggul-tanaman-pangan , internet;
diakses pada 9Januari 2018.
“Dampak Positif dan Negatif Teknologi Nuklir” dapat diakses pada:
http://gri.co.id/berita-145-dampak-positif-dan-negatif-teknologi-nuklir.html ;
Internet; diakses pada 12 Januari 2018
“Djarot: Indonesia Siap dengan Program PLTN” BATAN, Tersedia di:
http://www.batan.go.id/index.php/id/kedeputian/manajemen/hhk/1049-djarot-
indonesia-siap-dengan-program-pltn diakses pada 29 Juli 2017
“Inovasi Nuklir untuk Kebutuhan Listrik” Fokus rakyat Juli 2010. Tersedia di:
http://www.fokusrakyat.web.id/2010/07/inovasi-nuklir-untuk-kebutuhan-
listrik.html , Internet; diakses pada 9 Januari 2018.
“Kisah Persahabatan Jakarta dan Moskow: 65 Tahun Pasang-Surut Relasi Dua
Negara”, 24 Februari 2015, [database online]; dapat diakses di:
lxxx
https://id.rbth.com/politics/2015/02/24/kisah_persahabatan_jakarta_dan_mosk
ow_65_tahun_pasang-surut_relasi_d_26899 ; Internet; diakses pada 11
Januari 2018.
“MoU BATAN dan Rusatom Overseas Joint Stock Company” BATAN. Tersedia di:
http://www.batan.go.id/index.php/id/kedeputian/manajemen/hhk/1445-mou-
batan-rusatom-overseas-joint-stock-company ; Internet; diakses pada 14 juni
2017.
“Panas Dingin Hubungan Indonesia-Rusia”, 10 Oktober 2016, [database online]
dapat diakses di: https://tirto.id/panas-dingin-hubungan-indonesia-rusia-bSPS
; Internet; diakses pada 11 Januari 2018.
“Pertahun Indonesia Kirim 30 Orang ke Rusia untuk Belajar Nuklir, RBTH 12
Oktober 2016. Tersedia di: https://id.rbth.com/news/2016/10/12/per-tahun-
indonesia-kirim-30-orang-ke-rusia-untuk-belajar-nuklir_638231 ; internet;
diakses pada 13 Januari 2018
“Perusahaan Rusia Rosatom Siap Bangun PLTN di Indonesia” Kompas 28 Sept 2015,
dapat diakses di:
http://ekonomi.kompas.com/read/2015/09/28/053500626/Perusahaan.Rusia.R
osatom.Siap.Bangun.PLTN.di.Indonesia ; Internet; diakses pada 13 Januari
2018.
“Rencana Pembangunan PLTN di Indonesia” BATAN, Tersedia di:
http://www.batan.go.id/index.php/id/infonuklir/nuklir-indonesia-
lxxxi
infonuklir/program-pltn/1810-rencana-pembangunan-pltn-di-indonesia ;
Internet; diakses pada 15 Januari 2018.
“Rosatom Rusia’s Nuclear Diplomacy” dapat diakses di:
https://www.geopoliticalmonitor.com/rosatom-russias-nuclear-diplomacy/ ;
Internet; diakses pada 13 Januari 2018
“U.S.-Soviet Alliance, 1941-1945”, US Department of History, [database online];
tersedia di: http://history.state.gov/milestones/1937-1945/us-sovietus-soviet ;
diakses pada 10 Januari 2018.
“Visi Nawacita dalam Politik Luar Negeri Indonesia”, 5 September 2016, [database
online]; terdapat di: http://presidenri.go.id/topik-aktual/visi-nawacita-dalam-
politik-luar-negeri-indonesia.html ; Internet; diakses pada 10 Januari 2018.
Ferial, “Rusia Tawarkan Kerjasama PLTN” (ESDM, artikel online), dapat diakses di:
http://ebtke.esdm.go.id/post/2014/11/28/728/rusia.tawarkan.kerjasama.pltn ,
internet, diakses pada 18 Feb 2018.
Ferial, “Tarik Ulur Energi Nuklir dalam Program Energi Nasional”, Artikel online,
dapat diakses di:
http://ebtke.esdm.go.id/post/2016/09/14/1340/tarik.ulur.energi.nuklir.dalam.pr
ogram.energi.nasional , internet; diakses pada 18 Feb 2018.
Frolov, Andrei. “Mengapa Rusia Pertahankan Sektor Energi Nuklir”, Artikel online;
dapat diakses di:
lxxxii
https://id.rbth.com/technology/2014/05/24/mengapa_rusia_pertahankan_sekto
r_energi_nuklir_23891 , internet, diakses pada 18 Jan 2018.
Hendrajit dan Rusman, “Nilai Strategis Kerjasama Indonesia Rusia Bidang Energi
dari Perspektif Kepentingan Nasional” , artikel online, dapat diakses di:
http://theglobal-review.com/nilai-strategis-kerjasama-indonesia-rusia-bidang-
energi-dari-perspektif-kepentingan-nasional/ , internet, diakses pada 17 Feb
2018.
Idhom, Addi M. “Survei Batan Klaim Masyarakat Indonesia Dukung PLTN”; artikel
online, dapat diakses di: https://tirto.id/survei-batan-klaim-masyarakat-
indonesia-dukung-pltn-cf1u , internet, diakses pada 18 Feb 2018.
Marketeers, “BUMN Rusia ingin Berpartisipasi dalam Pembangunan PLTN di
Indonesia” (artikel online), dapat diakses di: http://marketeers.com/jokowi-
bakal-berikan-sambutan-utama-world-economic-forum-east-asia/ , internet,
diakses pada 18 Feb 2018.
RBTH Indonesia, “Rosatom: Kami siap bangun PLTN di Indonesia”; Artikel online,
dapat diakses di: https://id.rbth.com/news/2015/09/28/rosatom-kami-siap-
bangun-pltn-di-indonesia_440897 , internet, diakses pada 18 Jan 2018.
Rosatom. Tersedia di: http://www.rosatom.ru/en/about-us/ diakses pada 1 Desember
2017
Rusatom Overseas. Tersedia di: http://www.rusatom-overseas.com/about-rusatom-
overseas/rusatom-overseas/ diakses pada 1 Desember 2017
lxxxiii
Said, Sudirman. “Ketergantungan Kepada Energi Fosil Harus Kita Kurangi”, Dewan
Energi Nasional RI, (13 Maret 2015). Berita [on-line] tersedia di
http://den.go.id/index.php/dinamispage/index/503-.html ; internet; diakses
pada 4 September 2017.
Sugiyono, Agus. “Penggunaan dan Pemanasan Global: Prospek Bagi Indonesia”,
(Jurnal Online, 2008) dapat diakses di:
http://www.sugiyono.webs.com/paper/p0201.pdf ; Internet; diakses pada 17
Januari 2018.
World Nuclear Association, “Nuclear Power In Russia”; Artikel online dapat diakses
di:http://www.world-nuclear.org/information-library/country-
profiles/countries-o-s/russia-nuclear-power.aspx ; internet, diakses pada 18
Jan 2018.