peran leader dalam kebijakan luar negeri
TRANSCRIPT
"leader is defined as the purposeful behaviour of influencing others to contribute to a commonly agreed goal for the benefit of individual as well as the organization or common good“
(Sarros and Butchatsky :1996)
Reward power :pemimpin mempunyai kemampuan dan sumberdaya untuk memberikan penghargaan kepada bawahan yang mengikuti arahan-arahan pemimpinnya.
Coerchive power :pemimpin mempunyai kemampuan memberikan hukuman bagi bawahan yang tidak mengikuti arahan-arahan pemimpinnya.
Legitimate power :pemimpin mempunyai hak untuk menggunakan pengaruh dan otoritas yang dimilikinya.
Referent power :pemimpin dapat menggunakan pengaruhnya karena karakteristik pribadinya, reputasinya atau karismanya.
Expert power :pemimpin dapat menggunakan bentuk-bentuk kekuasaan atau kekuatan yang berbeda untuk mempengaruhi perilaku bawahan dalam berbagai situasi.
Leaders can have an impact :Pengaruh seorang pemimpin tidak hanya timbul dari adanya tekanan ataupun adanya kesempatan dari lingkungan, tetapi juga timbul dari kepentingan dan keterlibatannya dalam kebijakan luar negeri
The Operational CodeSebuah metode yang digunakan untuk menjelaskan kepercayaan seorang pemimpin, (norma – norma, standar yang digunakan, serta aturan – aturan yang ada dalam proses pembuatan keputusan)
Presidential characterDapat dijelaskan dengan dua pertanyaan, yakni “aktif” atau “pasif” kah seorang leader dalam ranah politik, dan apakah pemimpin tersebut memandang politik sebagai suatu hal yang “positif” atau “negatif
View Politics Positively or Negatively?
How Active or Passive the Leader?
Positive Negative
Active Active-PositiveHarry S. Truman John F. KennedyGeorge H.W Bush
Active-NegativeLyndon B.JohnsonRichard Nixon
Passive Passive-PositiveRonald Reagan
Passive-NegativeDwight D.Eisenhower
Leadership trait analysisYakni karakteristik personal seorang pemimpin yang relevan terhadap pembuatan kebijakan luar negeri
Perilaku terhadap adanya paksaan
1. Percaya pada kemampuan dari satu yang orang dapat mengontrol situasi
Persepsi dari Kontrol pada suatu Situasi
2. Dibutuhkan adanya power dan adanya pengaruh
Concern pada penentuan, pengaturan, atau pengalihan pengaruh satu dengan lainnya
Keterbukaan terhadap Informasi Baru
3. Conceptual Complexity
Adanya perbedaan dalam mendeskripsikan atau merumuskan tempat, orang,kebijakan,ide,atau sesuatu
4. Kepercayaan diri Rasa akan pentingnya diri sendiri
Motivasi 5. Tugas VS Interpersonal
Pemecahan masalah VS teamwork
6. Ketidakpercayaan satu orang dengan lainnya
Adanya keraguan dan dugaan terhadap motif orang lain
7. Bias kelompok Derajat dimana sebuah kelompok menempatkan posisinya di mata dunia
Emotions = psychological + physical components
pengaruh yang ditimbulkan berbeda – beda, bergantung pada keadaan mental (mood) individu pengambil keputusan
Emotions (keadaan jiwa seseorang), tidak hanya berpengaruh pada proses pengambilan keputusan, namun juga pada penentuan objek yang akan mendapat perhatian / atensi
Kebijakan Luar Negeri dapat dikatakan rasional jika kebijakan tersebut “logis”, dalam upaya mencapai tujuan yang diinginkan oleh pembuat kebijakan
Rasionalitas dikonsepkan dalam Normative dan Empirical Rationality
Normatif Empiris
Diawali dari
situasi yang menghendaki adanya sebuah keputusan
situasi yang menghendaki adanya sebuah keputusan
Proses 1. Apa tujuan kebijakan LN yang relevan?2. Apa saja pilhan saya? 3. Apa keuntungan dan kelebihan dari pilihan tersebut?4. Membuat keputusan
1. Siapa pembuat keputusan yang relevan?2. Apa yang ia tahu dan kapan?3. Bagaimana ia mengartikan informasi tersebut?4. Pilihan apa yang mereka anggap realistik?5. Bagaimana ia mengevaluasi pilihan?
Diakhiri dengan
sebuah keputusan sebuah keputusan
Asumsi keputusan yang paling baik berasal dari proses
kualitas dari proses berasal dari kualitas dari keputusan (mampu mengulangi pembuatan keputusan yang baik &menghindari pembuatan keputusan yang buruk )