bukik setyawan - the dancing leader

54
The Dancing Leader Menari di Tengah Gelombang Perubahan

Upload: radix-hidayat

Post on 03-Feb-2016

245 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Ebook by Bukik Setyawan

TRANSCRIPT

Page 1: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

The Dancing LeaderMenari di Tengah Gelombang Perubahan

Page 2: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

Menari di Tengah Gelombang Perubahan

Penulis : Bukik Setiawan

Bukik.com@Bukik

Foto:@this_is_tis@Imammtq@HeruLS@dita_akw @Sibair@jalijalilagi@joche_coolcat@bukik

THE DANCING LEADERK

ado

Mer

dek

a, 1

7 A

gus

tus

2011

Semenjak kejatuhan Uni Soviet dan leburnya Jerman Barat dan Timur, rasanya sudah tidak ada konstelasi dunia yang pasti. Dominasi menjadi mudah dicanangkan tapi tak pernah ada kepastian. Berbagai gejolak dunia menunjukkan ketidakpastian tersebut. Semisal, panjangnya penaklukan Irak oleh AS hingga goncangnya perekonomian AS.

Berbeda dengan nenek moyang kita, kita menghadapi berbagai resiko yang kita ciptakan sendiri. Persoalan hari ini adalah solusi kita kemarin. Persoalan ibarat ribuan buah busuk yang berjatuhan karena perilaku kita sendiri.

Teknologi informasi terus memperluas jarak jangkauan dan kedalaman penerapan. Jarak dipangkas, waktu ditekuk-tekuk. Berbagai aktivitas

bisa simultan berjalan seiring dengan semakin dangkalnya perenungan.

Kontradiksi-kontradiksi baru lahir. Ketika semakin menglobal, lokal justru menguat. Ketika kesejanteraan meningkat, kelaparan terus merajalela. Ketika pekerjaan mencari tuannya, lahir banyak pengangguran. Ketika kota semakin terang, semakin banyak desa yang terancam kegelapan.

Pemimpin di masa kini dan masa depan akan menghadapi perubahan yang berbeda dengan pemimpin seratus tahun yang lalu. Berdamai dengan perubahan adalah kunci. Menjadi seorang pemimpin yang menari ditengah gelombang perubahan: The Dancing Leader.

Page 3: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

Menggugah setiap pemimpin untuk berdiam diri sejenak dan menemukan ritme tariannya kembali

Mardi WuCEO NutriFood

Pendapat Pemimpin yang

Menari

Buku ini memang layak menjadi #kadomerdeka buat semua pemimpin dan calon pemimpin di Indonesia dalam berbagai bidang, karena sungguh memerdekakan pikiran dari paradigma kepempinan lama warisan revolusi industri.

Dengan menggunakan metafor tarian dan musik, dilandasi pemikiran filsafat dan analogi teori fisika, dan diperkaya dengan contoh dan percakapan nyata di organisasi, buku ini menggugah setiap pemimpin untuk berdiam diri sejenak dan menemukan ritme tariannya kembali, tarian yang menghidupkan dan menggetarkan organisasi untuk maju menggapai mimpinya.

Buat saya, buku ini sejalan dan melengkapi deretan buku yang telah banyak menginspirasi saya, mulai dari Heroic Leadership (Chris Lowney), The Witch of Portobello (Paulo Coelho), The New Leaders (Daniel Goleman), The Future of Management (Gary Hamel) dan terutama pemikiran Edward Deming yang terangkum dalam buku 4 Lensa.

Mardi WuCEO Nutrifood

Twitter : @wumard

THE

DAN

CIN

G L

EAD

ER, K

AD

O M

ERD

EKA

17 A

gus

tus

2011

Page 4: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

Ruang ini sengaja dikosongkan buat siapa saja, anda semua untuk menuliskan komentar The Dancing Leader dan tentang kepemimpinan ala anda.

Pendapat Pemimpin yang

Menari

Ruang ini sengaja dikosongkan buat siapa saja, anda semua untuk menuliskan komentar The Dancing Leader dan tentang kepemimpinan ala anda. Bisa juga mencurahkan pengalaman anda yang paling mengesankan sebagai pemimpin, pemimpin apapun. Bila ingin menulis di kolom ini silahkan tuliskan komentar atau pengalaman kepemimpinan paling berkesan di blog atau notes FB, cantumkan tautan http://bukik.com/the-dancing-leader/ | Email tautan blog atau notes FB itu ke Bukik.com(at)gmail(dot)com paling lambat 17 September 2011.

THE

DAN

CIN

G L

EAD

ER, K

AD

O M

ERD

EKA

17 A

gus

tus

2011

Page 5: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

5 The Dancing Leader - http://Bukik.com

Page 6: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

6 The Dancing Leader - http://Bukik.com

Kenal dengan nama-nama ini? William Suryadjaya, Dahlan Iskan, Jakob Oetama, dan Robby Djohan. Atau Soekarno, Hatta, Soeharto, Gus Dur dan Megawati. Atau Donald Trump, Goerge Soros, Steve Job, Bill Gates dan Rupert Murdoch. Atau Mahatma Gandhi, Nelson Mandela, Martin Luther King dan Ahmadinejad. Bila tidak semua, saya yakin Anda pasti kenal salah satu di antaranya.

Kira-kira, apa faktor yang membuat mereka menjadi orang terhormat? Apa faktor yang membuat mereka menjadi pemimpin? Mungkin ada di antara anda yang menjawab visi, kesederhanaan, kecerdasan emosional, kemampuan persuasi, keberanian. Mungkin yang lain menjawab kerendahan hati, keteladanan, kreativitas, atau inovasi. Bahkan mungkin yang lain, masih banyak jawaban lain yang berbeda.

Tak heran kemudian bila kita mengenal banyak model pemimpin. Kepemimpinan dengan begitu banyak nama. Mana yang benar? Mana yang tepat?

Saya justru mempertanyakan, mengapa kita sangat tertarik untuk mencari kesamaan faktor yang membuat orang sukses sebagai pemimpin? Mengapa harus faktor tunggal atau satu model untuk menjelaskan semua pemimpin?Mari kita membayangkan kembali, sosok dan kiprah nama-nama pemimpin yang tersebut di atas. Apa sifat atau tindakan yang menonjol pada masing-masing dari mereka? Apa yang menjadi ciri khas mereka?Semisal, Soekarno terkenal dengan orasinya yang berkobar-kobar dan memikat hati pendengarnya. Kapasitas ini adalah salah satu

faktor yang membuatnya menjadi pemimpin yang dirindukan rakyatnya, pemimpin yang menarikan tarian kata-kata, dengan sepenuh hati, sepenuh diri dan sepenuh jiwa. Tetapi jangan mengharapkan kapasitas tersebut pada pemimpin lain, walau saya yakin setiap orang pasti bisa orasi. Termasuk saya. Tetapi saya beda level. Saya mungkin hanya level kamar mandi.

Beda lagi dengan pemimpin lain. Ambillah contoh, Mahatma Gandhi. Gandhi dengan tenang menyabarkan pengikutnya untuk mengikuti jalan ahimsa. Soekarno berkobar mengajak rakyat berjuang melawan penjajah. Gandhi berjuang membangun kesabaran para pengikutnya. Soekarno memberikan komando yang membakar semangat rakyat. Apa Anda kebayang Gandhi mengajak rakyat Indonesia melawan penjajah? Atau kebayang Soekarno mengajak rakyat India untuk bersabar menempuh jalan damai?

Saya mencoba mencari penjelasan berbeda. Keluar dari cara pandang baku. Kemungkinannya adalah kepemimpinan bisa jadi bukanlah tentang sifat atau kapasitas internal yang ada pada seseorang. Kepemimpinan mungkin bukan mengenai perilaku atau tindakan yang dilakukan seseorang.

Lalu bagaimana penjelasannya? Kalau belajar dari para pemimpin tersebut, mungkin kepemimpinan sesungguhnya adalah bagaimana kita memijarkan kekuatan unik dalam diri kita! Apapun keunikannya itu, bisa kerendahan hati, keberanian, kemampuan mempengaruhi atau inovasi. Bisa kecerdasan emosional. Bisa yang lainnya juga.@

Pemimpin itu seperti penari, memainkan tarian sepenuh hati. Terkadang selaras, terkadang bermain sendiri, dalam keserasian pagelaran tari.

Bukik

THE

DAN

CIN

G L

EAD

ER, K

AD

O M

ERD

EKA

17 A

gus

tus

2011 Menemukan

Inti Kepemimpinan

Page 7: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

7 The Dancing Leader - http://Bukik.com

Sejak di”racunin” Pak Ino (hehehehe…), saya rajin membaca buku-bukunya Fritjof Capra, seorang fisikawan kuantum. Buku-bukunya lebih banyak tentang kehidupan dalam paradigma yang luar biasa. Ada sebuah kejadian, di salah satu bukunya, Tao of Physics, yang membuat Capra terinspirasi tentang kesejajaran antara fisika kuantum dengan aliran spiritual timur. Kejadian itu pula yang kemudian menginspirasi lahirnya The Dancing Leader.

Sekitar awal 2008, imajinasi liarku berlari gak karuan kemana-mana. Baca buku Primal Leadership. Baca presentasiResonant Leader. Ngobrol sama mas Made tentang kejadian yang dialami Capra, tercetuslah nama The Dancing Leader (TDL). Nama yang menurut saya, penuh passion, menggairahkan. Sepertinya pas untuk melukiskan sosok seorang pemimpin.

Mulailah mereka-reka, apa itu The Dancing Leader? Bagaimana kepemimpinan The Dancing Leader? Bikin bagan. Terus minta tolong noel buat video. Video yang masih kasar banget tapi aku suka ide dasarnya. Video itu melukiskan bahwa setiap benda itu pada dasarnya bergerak secara ritmis, seolah menari-nari.  Keterbatasan pandangan kitalah yang membuat suatu benda, semisal batu, itu diam tak bergerak.

Setelah itu, saya berjumpa dengan redaksi majalah People & Business. Saya dapat kesempatan menulis sebuah kolom setiap bulan. Ini adalah tantangan belajarku dalam menulis secara rutin. Sungguh terbantu karena ada yang mengingatkan dan menagih. (terima kasih

atas kesempatannya). Beberapa artikel The Dancing Leader sempat dipublikasikan di majalah tersebut.

Pada suatu malam menjelang pagi, sms Bu Itje, sms mbak Agnes, dan sms semua teman yang pengen ku sms. Tanya apa yang terbayang di benak mereka tentang penari dan tarian. Terima kasih banget atas balasan sms yang mengasah imajinasi di liar di kepala. Masukan dari teman-teman yang memperkaya konsep The Dancing Leader.

Konsep The Dancing Leader ini sempat diujicobakan dalam sebuah training kepemimpinan. Temuan yang menarik karena membuat orang percaya diri sekaligus sadar diri akan posisinya dalam sebuah relasi. Walau demikian, aplikasinya dalam sebuah training masih perlu dikembangkan lagi.

Setelah 1,5 tahun, akhirnya proses kreatif The Dancing Leader sempat jalan di tempat. Waktu dan energi saya tercurah untuk mengelola proses pendirian S2 baru yaitu MPPO (Magister Perubahan dan Pengembangan Organisasi). Hampir dua tahun karena saya kemudian dipercaya menjadi Ketua Program Studi MPPO dan menghadapi tantangan berat merintis program pertama di Indonesia.

Sampai kemudian mendapat kepercayaan untuk menangani kembali training kepemimpinan. Diskusi intens dengan @RudiCahyo, mas Ken, dan @D4uzwax, semakin menghaluskan konsep The Dancing Leader. Kami menemukan beberapa proposisi yang lebih jernih.

Cerita AwalThe Dancing Leader

The truest expression of a people is in its dance and in its music.  Bodies never lie. 

Agnes de Mille

THE

DAN

CIN

G L

EAD

ER, K

AD

O M

ERD

EKA

17 A

gus

tus

2011

Page 8: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

8 The Dancing Leader - http://Bukik.com

Belakangan saya membaca buku The Dance of Change karya Jusuf Sutanto, seorang spiritualis, ahli filsafat timur. Karya yang menarik karena salah satu bagian dalam buku itu berjudul, The Dancing Leader. Bahkan, ide dasarnya ada benang merah ke pemikiran Capra. Menariknya, beliau menuliskan dalam bentuk kisah-kisah singkat yang inspiratif. Tidak ada penjelasan ala teoritis tentang segala sesuatunya. Hanya kisah.

Dalam khasanah Islam, menari diasosiasikan dengan sosok Jalaluddin Rumi, seorang sufi dan penyair besar. Rumi memperkenalkan menari untuk menggapai Cinta Ilahi. Hingga kini ritus kaum tarekat ajaran Rumi dengan berputar menari itu masih diamalkan oleh para pengikutnya, dan berkembang ke Afganistan, Pakistan, Timur Tengah, Afrika, Eropa, bahkan Kuba.

Pada akhir 2010, saya mendapat tawaran dari Radio Trijaya FM Surabaya untuk mengisi insert selama satu bulan. Wah kesempatan menarik. Secara ajaib, saya bisa menuliskan 30 artikel pendek yang memadukan berbagai ide yang berkeliaran di kepala. Terima kasih buat Ayu dan Mbak Ellen buat kesempatannya.

Kejadian yang patut dicatat adalah @Dwikrid meminjamkan sebuah novel keren karya Paulo Coelho, The Witch of Portobello. Sebuah petualangan hidup perempuan yang penuh kisah menakjubkan dalam menari. Walau saya merasa Paulo Coelho agak curang dengan menjadikan tokoh protagonis pada sisi yang kalah, tapi beliau berhasil menceritakan menari, serta dampaknya pada kehidupan. Teman-teman wajib baca tuh.

Tantangan tersulit adalah The Dancing Leader itu paradoks sifatnya. Seringkali ketika aku menuliskan, terjatuh dalam

sebuah kutub kepastian yang mengabaikan kutub yang lain. Menari itu individual sekaligus kolektif sifatnya. Menari itu berkaitan dengan kemampuan sekaligus relasi. Menari itu bergerak sekaligus diam. Menari itu menyimak sekaligus memulai ajakan.

Petualangan menemukan The Dancing Leader tanpa terasa sudah lebih dari 3 tahun dan terus berlangsung sampai sekarang. Saya sudah banyak menulis tentang The Dancing Leader yang berserakan dimana-mana. Saya pikir buah refleksi ini perlu dikompilasi agar bisa dibaca secara utuh. Tentu, dikritik secara utuh pula.

Saya berharap kompilasi ini merupakan sebuah tahapan yang kuselesaikan sebelum melangkah lebih lagi. Ada tarian yang telah menunggu untuk kumainkan. Saya tidah tahu apakah nantinya aku akan lebih baik lagi dalam menjelaskan The Dancing Leader. Saya hanya tahu, bahwa petualangan harus terus berjalan dan dinikmati. Jadi ingat kutipan ini, When you dance, your purpose is not to get to a certain place on the floor. It’s to enjoy each step along the way. Wayne Dyer

Pada akhirnya, buku-e The Dancing Leader ini, saya persembahkan sebagai #KadoMerdeka buat Indonesia, terutama orang mudanya. Sebagai suatu alternatif wawasan dalam memahami kepemimpinan. Semoga!

Bukik

When you dance, your purpose is not to get to a certain place on the floor. It’s to enjoy each step along the way.

Wayne Dyer

THE

DAN

CIN

G L

EAD

ER, K

AD

O M

ERD

EKA

17 A

gus

tus

2011

Page 9: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

9 The Dancing Leader - http://Bukik.com

Page 10: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

10 The Dancing Leader - http://Bukik.com

Menari sangat dekat dengan memimpin karena dalam tari ada kreasi, bukan reaksi.

Witta Wibowo

THE

DAN

CIN

G L

EAD

ER, K

AD

O M

ERD

EKA

17 A

gus

tus

2011

Lihatlah di sekitar Anda. Apa benda kecil yang menarik perhatian Anda? Apapun… Saat ini di depan saya, yang menarik adalah setumpuk brosur yang tenang tergeletak di atas meja. Tenang? Diam? Pastilah. Namanya juga setumpuk brosur. Kalau tidak ada yang menggerakkan, ya pasti diam, pasti tenang. Ini adalah hasil penglihatan kita ketika kita berada pada wilayah nyaman. Mari kita bergerak lebih mendekat, lebih menukik.

Apa sebenarnya yang sedang terjadi di “dalam” brosur itu? Apa yang menyusun brosur tersebut? Ketika kita menukik, ternyata kita akan melihat tarian atom dan molekul. Tarian yang ciamik. Ternyata bergerak. Tidak diam seperti yang kita sangka. Tapi kok menari? Iya, atom dalam brosur itu bergerak mengikuti ritme tertentu.

Percayakah Anda?Coba sekarang kita ambil jarak dari

brosur atau benda apapun yang memikat Anda. Ambil jarak. Terus menjauh. Terus. Bayangkan kita melihat brosur itu dari sisi

bulan. Kira-kira apa yang kita lihat? Masih diamkan brosur tersebut? Atau sudah asyik menari bersama bumi? Bergerak ritmis bersama bumi?

Wow….! Ternyata semesta pun menari! Berani melanjutkan petualangan? Ayo!

Anda sudah membaca judul buku ini. The Dancing Leader? Pemimpin macam apa pula ini? Padahal sudah banyak dikenal bermacam-macam model pemimpin. Saya coba ambil sebuah buku yang berisi berbagai artikel kepemimpinan. Dari buku itu saja, dapat kita temukan 27 model kepemimpinan seperti Kepemimpinan yang Berani, Kepemimpinan Super, Kepemimpinan Emosional dan masih banyak lainnya.

Menariknya, banyak pakar menggunakan cara yang sama tetapi

….seluruh alam semesta ini….hidup dan sedang menari bersama kait-mengkait dalam irama abadi…

Franciscus Welirang (Visi Baru Kehidupan, 2001)

Petualangan The Dancing Leader

Page 11: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

11 The Dancing Leader - http://Bukik.com

berbeda kesimpulannya. Mereka melakukan studi dengan menggunakan wawancara ke berbagai pemimpin. Hasilnya dianalisis untuk bisa mendapatkan inti kepemimpinan. Secara umum, kebanyakan studi itu ditulis dengan kalimat, “…setelah mewawancarai ratusan bahkan ribuan pemimpin maka saya menyimpulkan pemimpin adalah…”. Walaupun caranya sama, tetapi setiap pakar mencapai kesimpulan yang berbeda.

Ibaratnya, banyak orang mendaki gunung akan tetapi mencapai puncak yang berbeda. Berangkat dari titik yang sama, berakhir pada puncak yang berbeda. Gunung ajaib, gumam saya. Mengapa demikian? Kecurigaan saya, kepemimpinan itu fenomena unik, yakni fenomena yang dibentuk oleh relasi antar pihak dalam sebuah konteks. Fenomena unik yang dicoba untuk digeneralisasikan tapi tetap saja sampai pada kesimpulan unik pula.

Dalam kenyataan sehari-hari, seorang Direktur yang sukses memimpin sebuah perusahaan belum tentu sukses memimpin perusahaan yang lain. Ini tergantung pada konteksi interaksi yang ada dalam perusahaan. Cara pandang Newtonian,

lebih mentitikberatkan pada individu dan menganggap relasi hanya sebagai akibat. Akibatnya, kita mudah takjub dengan kehebatan seseorang. Begitu pula sebaliknya, kita mudah menghakimi seseorang atas sebuah kesalahan. Individu menjadi sentral dari kejadian.

Fisika Quantum menemukan kesimpulan yang berbeda. Relasi itu justru yang utama dan individu yang tersangkut paut dalam relasi itu hanya sebagai akibat. Atom bukan sebuah entitas tunggal, tapi pusat interaksi antar proton, elektron dan neutron. Pohon bukanlah entitas terpisah, pohon itu manifes yang nampak oleh kita dari sebuah jejaring. Pendekatan serupa juga muncul di ranah sosial, salah satunya ditandai oleh hadirnya konstruksionis sosial. Realitas dikonstruksikan melalui percakapan dan interaksi. Anak bodoh tidak semata-mata urusan kapasitas obyektif, tapi akumulasi perlakuan orang tua dan lingkungan sosial terhadap anak itu.

Bukan soal siapa yang menjadi pemimpin, tetapi soal bagaimana relasi antar pihak terjalin. Orang itu bisa jadi orang yang berbicara keras dan berpikir

Leaders must encourage their organizations to dance to forms of music yet to be heard. 

Warren G. Bennis

THE

DAN

CIN

G L

EAD

ER, K

AD

O M

ERD

EKA

17 A

gus

tus

2011

Page 12: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

12 The Dancing Leader - http://Bukik.com

liar atau berbicara lemah lembut penuh kasih sayang. Orang itu bisa jadi keturunan para pemimpin, bisa jadi tidak ada benih kepemimpinan di keluarganya. Orang itu bisa jadi orang berpendidikan tinggi, bisa jadi pendidikannya menengah saja. Orang itu bisa jadi orang yang terdidik oleh pendidikan kepemimpinan, atau bisa jadi lahir secara alami. Siapapun bisa!

Beragamnya model kepemimpinan sebagai sebuah kesimpulan menunjukkan bahwa ada beragam kemungkinan menjadi pemimpin. Tidak hanya jalan tunggal. Pemaksaan naif namanya apabila kita berusaha menjadikan sebuah model sebagai model yang paling benar. Setiap model mengandaikan relasi tertentu antara pemimpin dengan dirinya sendiri dan pengikutnya.

Tantangan ke depan bagi kita semua adalah bagaimana mengkreasikan model kepemimpinan untuk setiap orang, untuk diri kita masing-masing. Saya menggunakan metafor sebagai cermin dalam mengkreasikan kepemimpinan. Penggunaan metafor membebaskan setiap orang untuk menerjemahkan dan menerjemahkan ulang sesuai dengan nilai dan imajinasi masing-masing.

Saya memilih menari sebagai metafor utama, metafor yang menjadi fokus. Ada beberapa pengalaman personal yang terus mengingatkan saya akan pengalaman Capra ketika berbaring di tepi pantai tiba-tiba tercetus kesadaran akan tarian semesta. Semesta itu bukan bintang dan planet. Semesta adalah tarian seluruh ciptaan-Nya. Menari itu sebuah tindakan yang melibatkan diri sekaligus menjalin relasi dengan semesta.

The Dancing Leader bukanlah sebuah teori kepemimpinan. Bukan sebuah model kepemimpinan baru. Tidak lagi menambah model kepemimpinan yang sudah banyak, sama sekali bukan. The dancing leader adalah sebuah teori tindakan (action theory) yang memfasilitasi setiap pelaku untuk menyadari dan menciptakan model kepemimpinannya yang unik. Bila Anda belajar yang lain, Anda diminta untuk menerima model kepemimpinan. Namun ketika belajar The Dancing Leader, Anda justru mengkreasikan model kepemimpinan Anda sendiri. Setiap orang berhak menuliskan buku kepemimpinannya sendiri.@

The only way to make sense out of change is to plunge into it, move with it, and join the dance. 

Alan Watts

THE

DAN

CIN

G L

EAD

ER, K

AD

O M

ERD

EKA

17 A

gus

tus

2011

Page 13: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

13 The Dancing Leader - http://Bukik.com

Setiap organisasi adalah panggung yang mempunyai suasana kerja atau ritme tersendiri

Seorang pemimpin itu penari yang mempunyai hasrat unik tertentu

Seorang pemimpin yang menari itu memimpin dengan gaya kepemimpinan tersendiri

Seorang pemimpin yang menari bergerak selaras dengan ritme dan gerakan penari lain diatas suatu panggung organisasi

Seorang pemimpin yang menari memberi dampak terhadap para penonton dalam organisasi dan lingkungan sekitar

The dancing leader adalah sebuah teori tindakan (action theory) yang memfasilitasi setiap pelaku untuk menyadari dan menciptakan model kepemimpinannya yang unik.

The Dancing Leader

THE

DAN

CIN

G L

EAD

ER, K

AD

O M

ERD

EKA

17 A

gus

tus

2011

Page 14: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

14 The Dancing Leader - http://Bukik.com

Apa yang terbayang dibenak anda ketika mendengar kata menari? Anak kecil yang bebas menari? Agnes Monica yang menyanyi sambil menari? Penari jawa yang gemulai? Dancing with Wolves-nya Kevin Costner? Pretty Woman? Kebebasan? Harmoni? Keindahan? Apapun. Bayangkanlah gambaran yang muncul dibenak mengenai menari.

Apakah Anda pernah menyaksikan tarian Saman dari Aceh? Bagaimana kesan Anda?

Dalam suatu pelatihan, saya memutar video singkat tari Saman yang ciamik. Para penari satu sama lain mulai bergerak ketika ritme dimulai perlahan, dan sebuah kombinasi gerak yang terpadu antar penari mulai terbentuk. Perlahan ritme menjadi cepat, begitu pula gerakannya. Semakin lama semakin cepat. Para penari terus menerus bergerak dalam padu dan keselarasan. Sekelompok orang menari dengan sepenuh hati mereka. Dan tiba-tiba, tanpa perlu dikomando, seluruh peserta bertepuk tangan riuh. Emosi positif yang terbangun dalam video itu begitu cepat menular.

Menari pasti bersangkut paut dengan gerakan (movement) atau rangkaian tindakan: suatu gerakan sepenuh hati oleh seseorang dalam mengekspresikan diri untuk tujuan personal, sosial atau spiritual. Untuk memainkan sebuah tarian, orang harus menjadi diri sendiri dan melakukannya dengan sepenuh hati. Menari karena ingin menari, bukan karena tujuan diluar menari. Entah itu uang atau tepukan penonton. Menari berarti menyelaraskan seluruh kapasitas diri. Menari berarti menyelaraskan kapasitas diri dengan musik dan tarian penari yang lain.

Karena ekspresi diri, setiap tarian bersifat otentik. Sebagian orang lebih menyukai tarian Samba yang lebih bergelora, orang yang lain memilih memainkan tarian Bedoyo yang lebih kalem. Bahkan sebuah gerakan tarian yang sama, dapat dimainkan dengan cara yang berbeda oleh setiap orang. Kita pun bisa menciptakan tarian versi kita sendiri.

Menjadi seorang penari berarti menjadi orang yang dinamis. Penari bertindak, berupa langkah-langkah yang berulang maupun lirikan mata yang mengundang. Gerakan yang selaras dengan suatu irama

We learn by practice. Whether it means to learn to dance by practicing dancing or to learn to live by practicing living, the principles are the same. One becomes in some area an athlete of God. 

Martha Graham

THE

DAN

CIN

G L

EAD

ER, K

AD

O M

ERD

EKA

17 A

gus

tus

2011

Page 15: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

15 The Dancing Leader - http://Bukik.com

dan dengan gerakan penari lain. Penari bergerak mengikuti suatu pakem secara bebas. Fleksibel dalam koridor. Terkadang berbareng dengan penari yang lain. Tak jarang pula, memainkan gerak tarinya berbeda dengan yang lain. Semuanya dalam keserasian pagelaran tari.

Apapun tariannya pastilah atraktif. Menarik hati. Tetapi penari sejati, tidak pernah memaksakan kehendaknya kepada orang lain untuk menarik perhatian, memaksa orang lain mengikuti gerakannya. Penari sejati memijarkan hasratnya yang terasa oleh sekelilingnya. Terakhir, setiap tarian menenangkan jiwa penarinya. Entah dengan mengekspresikan kegembiraan. Entah dengan menghayati sebuah penderitaan. Entah dengan menampilkan kemarahan yang paling seronok.

Dengarkan suara hati Anda. Dengarkan ritme semesta. Tarikan. Dan terciptalah tarian terindah!

Begitu pula dengan seorang pemimpin sebagai penari. Pemimpin melakukan kepemimpinan dengan sepenuh hati. Setiap orang mempunyai gaya kepemimpinannya yang khas, memainkan tariannya sendiri. Tak heran, kita jadi mengenal begitu

banyak model kepemimpinan, yang sesungguhnya semuanya itu sama-sama benar. Sebuah kepemimpinan ditandai dengan adanya tindakan yang ritmis. Kepemimpinan akan diingat karena tindakan-tindakan yang berulang dari sang pemimpin.

Tarian adalah sebuah gerakan (movement) yang dilakukan diri sendiri bersesuaian dengan irama musik dan gerakan penari lain. Irama musik melukiskan budaya dan iklim dalam suatu organisasi atau komunitas. Gerakan penari menggambarkan gerak-gerik pemimpin dalam memimpin. Penari lain itu adalah anggota lain dalam organisasi dan komunitas. Penonton merupakan stakeholder yang menikmati dampak dari kepemimpinan seseorang.

Lalu, apa gunanya The Dancing Leader? Dalam bekerja, kita berjumpa dengan berbagai perubahan. Perubahan rekan kerja, bawahan, atasan, proses produksi, lingkungan kerja, aturan pemerintah, tugas baru, tuntutan customer, dan yang lainnya. Apabila elemen-elemen itu merupakan sebuah ritme musik, maka seorang penari luwes menarikan tarian

To dance is to be out of yourself. Larger, more beautiful, more powerful

Agnes De Mille

THE

DAN

CIN

G L

EAD

ER, K

AD

O M

ERD

EKA

17 A

gus

tus

2011

Page 16: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

16 The Dancing Leader - http://Bukik.com

yang selaras dengan ritme musik. Mungkin memainkan tari Saman. Atau tari Yosim Pancar. Apapun. Selama sang penari itu menghayati tarian tersebut, tarian yang membuat dirinya tetap menjadi diri sendiri. Sehingga, hasilnya akan berupa sebuah tarian yang indah. Tarian yang memuaskan diri sekaligus para penonton.

Begitulah The Dancing Leader. Ia lihai menciptakan gerak antisipatif terhadap perubahan yang dihadapi. Mungkin ia akan memainkan kepemimpinan super dalam menghadapi tuntutan customer. Di lain waktu, ia akan memainkan kepemimpinan emosional dalam menghadapi bawahan yang keras kepala. Atau, bisa jadi ia akan mengkombinasikan dua model kepemimpinan. Apapun modelnya, ia tetap menikmati model kepemimpinan itu. Satu, dua atau gabungan beberapa model

kepemimpinan yang membuatnya tetap menjadi diri sendiri. Sehingga, ia tetap penuh hasrat dalam menjalani kehidupan dan kepemimpinannya, sekaligus kehadirannya berdampak positif pada lingkungan sekitarnya.

Sungguh menakjubkan apabila setiap waktu dan setiap tempat dalam organisasi manapun, kita bisa menyaksikan berbagai tarian yang menawan. Lebih dalam lagi, mengingat kata-kata berikut:

Talk about dance?  Dance is not something to talk about. Dance is to dance.

~Peter Saint James

Maka kita hentikan pembahasan. Siapkan hati. Bergerak. Bergerak. Bergerak. Mengikuti irama hati. Memainkan tarian terindah kita!

Dancers are the athletes of God

Albert Einstein

THE

DAN

CIN

G L

EAD

ER, K

AD

O M

ERD

EKA

17 A

gus

tus

2011

Page 17: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

17 The Dancing Leader - http://Bukik.com

Apabila Anda berharap mendapatkan langkah jitu yang langsung bisa digunakan untuk memimpin, ini bukan buku yang tepat untuk Anda. Apabila Anda berharap mendapatkan kesimpulan dari riset empiris, ini bukan buku semacam itu. Apabila Anda berharap mendapatkan buku yang kaya akan kasus nyata yang banyak ditemui, sebaliknya buku ini justru menampilkan kasus unik.

Buku ini akan mengajak anda berpetualang jauh dalam diri sendiri dan menyelusuri masa lalu untuk menemukan diri sendiri. Buku ini akan mengajak Anda berimajinasi menembus masa depan. Buku ini

akan menantang Anda mendesain model kepemimpinan Anda sendiri. Buku ini mengajak semua orang untuk menemukan dan menarikan tarian masing-masing dalam sebuah pagelaran semesta.

Selebihnya, silakan Anda temui sendiri. Buku ini bukan untuk dibaca, buku ini adalah petualangan yang harus dilalui. Lakukan latihannya dan rasakan sensasinya.

Selamat berpetualang!

Tentang Buku-eThe Dancing Leader

Dengarkan suara hati Anda. Dengarkan ritme semesta. Tarikan. Dan terciptalah tarian terindah!

The Dancing Leader

THE

DAN

CIN

G L

EAD

ER, K

AD

O M

ERD

EKA

17 A

gus

tus

2011

Page 18: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

18 The Dancing Leader - http://Bukik.com

Page 19: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

19 The Dancing Leader - http://Bukik.com

Apa yang berubah dari diri Anda pada hari ini dibandingkan kemarin?Pertanyaan simpel ini seringkali membuat saya merasa tolol. Ternyata, banyak yang berubah dari diri saya pada hari ini dibandingkan kemarin, atau dibandingkan satu jam yang lalu.

Kenyataan yang saya sadari adalah, mau tidak mau tubuh saya secara alami mengalami perubahan. Kulit, isi perut, rambut, dan banyak lagi. Walau tak saya sadari, namun perubahan itu terjadi. Mungkin setelah beberapa waktu, kita akan menyadari dampak perubahan itu, tapi senyatanya perubahan itu terjadi sepanjang waktu.

Begitu juga dengan bisnis atau organisasi saya. Tambahan debu di pojok kantor, keluarnya rekan kerja, respon berbeda dari customer, cash flow yang beda dan banyak lagi; dari hari ke hari mengalami perubahan. Biasanya saya mengabaikan gejala-gejala kecil dan baru

tersadar ketika ada kejadian besar yang menghantam bisnis saya.

Mau tidak mau, perubahan itu terjadi secara alami. Hanya saja, kita seringkali terjebak dalam persepsi indera kita. Karena perubahan itu alamiah, maka tak ada pilihan bagi kita selain menerima dan menari di tengah alunan ritme perubahan.

Kesadaran terhadap perubahan sekecil apapun akan membantu kita berseluncur di atas gelombang perubahan. Kesadaran itu akan mempengaruhi tindakan kita sehari-hari, menjadi lebih luwes terhadap gelombang perubahan.

Tanyakan pada diri sendiri dan rekan Anda, “Apa perubahan alami yang baru Anda sadari saat ini?”

Kesadaran terhadap perubahan sekecil apapun akan membantu kita berseluncur di atas gelombang perubahan.

InspirasiPemimpin

yang Menari

THE

DAN

CIN

G L

EAD

ER, K

AD

O M

ERD

EKA

17 A

gus

tus

2011

Perubahan itu Alami

Page 20: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

20 The Dancing Leader - http://Bukik.com

Saya punya anggapan bahwa melakukan perubahan itu sulit. Ketika melakukan inisiatif perubahan, saya merancang program yang rumit agar memastikan terjadinya perubahan. Tapi apa yang terjadi? Saya seakan berputar dalam program-program yang saya susun, sementara gelombang perubahan tak terjadi.

Sampai suatu ketika, orang yang menjadi guru saya menyampaikan suatu pertanyaan. “Mengapa kita merasa bahwa perubahan itu sulit?”“Pak, bukankah memang perubahan itu memang sulit,” bantah saya.“Mungkin kamu benar, tapi mengapa kita merasa bahwa perubahan itu sulit?”Setelah berhari-hari memikirkan jawabannya, saya menemui guru saya dan mencoba menjelaskan hasil refleksi saya.

Perubahan itu sulit karena kita terbiasa tidak berubah, kita cenderung membangun kebiasaan. Sekali kebiasaan terbentuk, maka hal tersebut akan menjadi magnet yang menarik, menahan dan mempersulit kita untuk melakukan perubahan.

Dalam organisasi sendiri, hal ini tampak dari kecenderungan bersama membuat standardisasi, baik hasil maupun proses. Kita susun SOP yang dapat memastikan semua berjalan sesuai standar. Kita mendidik karyawan kita untuk mengikutinya, bahkan bila perlu dengan reward dan punishment. Hasilnya, kita menghabiskan lebih dari 50% waktu dan energi kita untuk menangani urusan manajemen organisasi kita.

Apakah keliru? Tidak, apabila kita masih berada pada zaman yang relatif stabil seperti zaman puluhan tahun lalu. Tetapi sayangnya, perubahan itu alami sifatnya, mau tidak mau akan selalu terjadi. Upaya membangun standardisasi pada satu sisi bisa berdampak positif, namun sadari juga dampaknya yang mengikat dan mempersulit kita mengikuti ritme perubahan.

Perubahan itu mudah. Perubahan menjadi sulit karena kita sendiri yang membuatnya menjadi sulit.

Tanyakan pada diri sendiri dan rekan Anda, “Kapan terakhir kali kita melakukan perubahan kecil yang memecah kebiasaan sehari-hari kita? Bagaimana rasanya?”

Perubahan itu mudah. Perubahan menjadi sulit karena kita sendiri yang membuatnya menjadi sulit.

InspirasiPemimpin

yang Menari

THE

DAN

CIN

G L

EAD

ER, K

AD

O M

ERD

EKA

17 A

gus

tus

2011

Perubahan itu Mudah

Page 21: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

21 The Dancing Leader - http://Bukik.com

Terkadang saya merasa terlalu yakin dengan kemampuan diri saya sendiri, seolah perubahan bisa saya lakukan. Sampai suatu ketika saya berkenalan dengan seorang rekan kerja baru, yang berbeda karakternya dengan saya. Dalam bekerja sama, saya mencoba memaksakan gaya saya, tetapi sia-sia hasilnya. Justru sering terjadi pergesekan di antara kami.

Sampai akhirnya, Saya coba perhatikan gayanya, sesekali mengikuti gaya itu. Sampai suatu hari seorang sahabat lama berkomentar.“Kamu kok sekarang berubah? Jadi positif sih, tapi berubah.”“Ah masa sih?!” Saya langsung membantahnya. Tetapi, setelah dipikir-pikir ada benarnya juga.

Ternyata, dalam lingkup lebih luas bisnis kita sangat mungkin berubah dengan kehadiran pemain baru dalam pasar bisnis kita. Pemain baru itu bisa jadi kompetitor atau peran pendukung kita seperti suplier, customer baru

atau rekan kerja. Kehadiran iPod misalnya, menjadi guncangan bagi para pemain di industri musik.

Saya belajar bahwa perubahan terjadi dalam konteks interaksi kita dengan pihak-pihak lain. Kehadiran pemain baru bisa berdampak lahirnya perubahan. Ada interaksi baru dengan pihak lain bisa berdampak pada perubahan. Semuanya saling terkait secara langsung maupun melalui pihak lain.

Kita tidak pernah berubah sendirian. Perubahan itu bersama. Perubahan pada diri kita akan berdampak pada pihak-pihak yang berinteraksi dengan kita, begitu pula sebaliknya.

Tanyakan pada diri sendiri dan rekan Anda “Kapan kita merasakan kehadiran rekan kerja atau orang dekat kita dan membawa dampak perubahan pada diri kita?”

Perubahan pada diri kita akan berdampak pada pihak-pihak yang berinteraksi dengan kita, begitu pula sebaliknya.

InspirasiPemimpin

yang Menari

THE

DAN

CIN

G L

EAD

ER, K

AD

O M

ERD

EKA

17 A

gus

tus

2011

Perubahan itu Bersama

Page 22: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

22 The Dancing Leader - http://Bukik.com

Seorang kawan penikmat fisika pernah bertanya, “Coba lihat gedung di seberang itu. Menurutmu, apakah gedung itu bergerak atau diam?”“Ya mesti aja diam, masa gedung sebesar itu bergerak,” sahut saya.“Coba perhatikan dan bayangngkan, bagaimana atom-atom yang membentuk gedung itu, apakah diam atau bergerak?”“Ooh, nah atomnya mestinya bergerak,” jawab saya sambil setengah terkejut.“Nah, sekarang coba bayangkan kalau kamu bisa melihat gedung itu dari posisi jauh di atas bumi?”“Wah ya mesti bergerak, 'kan buminya bergerak.”“Betul. Seluruh semesta ini bergerak mengikuti pola-pola tertentu.”

Saya sempat lupa dengan pengalaman menarik itu tetapi teringat kembali ketika membaca kalimat dari Franciscus Welirang, '... seluruh alam semesta ini... hidup dan sedang menari bersama kait-mengait dalam irama abadi'. Wow! Ternyata, pengalaman yang pernah saya alami diakui seorang pebisnis.

Sebuah organisasi pun bergerak dan berubah dalam suatu alunan ritmis tertentu. Ada organisasi yang polanya serupa jazz yang mengandaikan setiap pemain bisa kreatif

berimprovisasi. Organisasi lain, lebih memilih memainkan musik orkestra yang menuntut seluruh pemain bergelora sesuai alunan konduktor.

Setiap organisasi pun berada dalam lingkup bisnis yang mempunyai ritme tertentu. Sebuah pabrik manufaktur tentu berbeda dengan perusahaan telekomunikasi. Mereka berada dalam pola ritme yang berbeda.

Sadari ritme perubahan yang terdengar dalam diri, organisasi, dan lingkungan luar yang lebih luas. Simak dan biarkan diri kita menari bersama dalam alunan musik perubahan.

Tanyakan pada diri sendiri dan rekan Anda, “Kapan Anda sadar akan ritmisnya sebuah perubahan? Bagaimana ritme yang Anda rasakan?“

Simak ritme perubahan dan biarkan diri kita menari bersama dalam alunan musik perubahan.

InspirasiPemimpin

yang Menari

THE

DAN

CIN

G L

EAD

ER, K

AD

O M

ERD

EKA

17 A

gus

tus

2011

Perubahan itu Ritmis

Page 23: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

23 The Dancing Leader - http://Bukik.com

Page 24: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

24 The Dancing Leader - http://Bukik.com

Apakah Anda masih ingat Mahatma Gandhi? Betul. Seorang pemimpin kemerdekaan India, pemimpin yang rendah hati, sederhana, meyakini perjuangan tanpa kekerasan.

Anda ingat gaya Bung Karno? Berkobar-kobar dan penuh keyakinan diri dalam membakar semangat revolusi kemerdekaan. Inggris kita linggis, Amerika kita setrika.

Banyak orang kagum, bahkan dunia pun mengagumi keduanya!

Saya pernah ajukan pertanyaan kepada kawan-kawan saya, "Apa yang terjadi apabila mereka bertukar peran?"Seorang teman menyergah, “Gak kebayang deh!”“Kamu itu tanya aneh-aneh aja,” jawab sinis seorang yang lain.Tetapi kawan yang awalnya diam kemudian menyela kami, “Sepertinya menarik, kekuatan mereka jadi tidak ada artinya! Sepertinya mustahil Bung Karno yang berkobar-kobar mengajak rakyat India untuk bersabar dan mengalah mengikuti prinsip Ahimsa.”

Ternyata, kepemimpinan itu bukan soal kemampuan super seseorang. Menjadi seorang pemimpin bukan berarti

mempunyai sekian sifat atau keterampilan tertentu.

Apapun kekuatan Anda, apakah semangat berkobar-kobar seperti Bung Karno, kerendahan hati seorang Gandhi, atau kekuatan lainnya, Anda bisa menjadi seorang pemimpin. Kepemimpinan itu soal interaksi, bagamana memijarkan kekuatan melalui interaksi kita dengan semesta. Ibaratnya, seorang pemimpin itu penari, yang memijarkan kekuatan diri melalui gerakan sepenuh hati dan selaras dengan ritme perubahan. Terkadang bergerak selaras bersama penari yang lain, tak jarang pula bermain sendiri, tetapi kesemuanya serasi dalam sebuah pagelaran tari.

Tanyakan pada diri sendiri dan rekan Anda, “Kapan terakhir kali Anda memijarkan kekuatan diri Anda dalam mengajak perubahan positif ? Apa yang terjadi?”

Kepemimpinan itu soal interaksi, bagamana memijarkan kekuatan melalui interaksi kita dengan semesta.

InspirasiPemimpin

yang Menari

THE

DAN

CIN

G L

EAD

ER, K

AD

O M

ERD

EKA

17 A

gus

tus

2011

The Dancing Leader

Page 25: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

25 The Dancing Leader - http://Bukik.com

Apa yang terbayang di benak Anda tentang kura-kura? Sebagian orang akan terbayang dengan kelambatannya. Apa yang terbayang di benak Anda tentang kuda? Betul, sebagian dari Anda mungkin menjawab cepat.

Kalau seandainya ada lomba cepat antara kura-kura dan kuda, siapa yang sekiranya akan mencapai garis finis sebagai pemenang? Apa jawaban Anda? Mana yang benar? Saya tanyakan ini di peserta training, sebagian menjawab kuda yang jadi pemenangnya, sebagian lagi kura-kura yang jadi pemenangnya dengan segala trik.

Persepsi kita sering menjebak sehingga kita yakin bahwa kita berada pada dunia yang tunggal. Seolah-olah seluruh makhluk berada pada wilayah sebagaimana yang kita tinggali, daratan. Sehingga wajar apabila kita langsung menjawab, kuda yang menjadi pemenang adu kecepatan. Padahal, adu kecepatan ternyata diadakan di laut. Kalau begini, siapa yang akan jadi pemenang?

Sebagian besar orang ibarat kura-kura yang ingin menjadi kuda. Mereka berlatih lari agar bisa secepat kuda, melakukan operasi agar punya kaki sepanjang kuda; seolah-olah berlari dari bayang-bayang diri sendiri. Sebagian lagi merasa minder dan merasa tak layak tampil di pentas kehidupan, lalu menjadi tenggelam dalam keseharian atau mengikuti kebiasaan dan rutinitas. Setiap makhluk dianugerahi kekuatan unik oleh Sang Pencipta. Sayangnya, anugerah itu seringkali tertutup karena kita lebih sering memandang sisi kelemahan diri dan orang lain.

Kita seringkali berusaha meniru orang lain atau terbawa oleh situasi sehingga mengabaikan kekuatan diri.

The Dancing Leader menerima kekuatan unik dirinya sebagaimana mereka menerima kelemahan dirinya. The Dancing Leader fokus pada kekuatan uniknya dan terus berusaha mengembangkannya pada peran-peran yang sesuai. The Dancing Leader memijarkan kekuatan unik ke sekitarnya.

Tanyakan pada diri sendiri dan rekan Anda, “Apa kekuatan unik Anda? Apa yang telah Anda lakukan untuk mengasah dan memijarkan kekuatan unik itu?”

The Dancing Leader fokus pada kekuatan uniknya dan terus berusaha mengembangkannya pada peran-peran yang sesuai.

InspirasiPemimpin

yang Menari

THE

DAN

CIN

G L

EAD

ER, K

AD

O M

ERD

EKA

17 A

gus

tus

2011

Apa Kekuatan Unik Anda?

Page 26: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

26 The Dancing Leader - http://Bukik.com

Sebuah survei yang dilakukan sebuah konsultan internasional pada jutaan karyawan di seluruh dunia menunjukkan hanya 20% dari mereka yang menggunakan kekuatan dirinya. Sungguh ironis, sebagian besar justru bekerja tidak menggunakan kekuatan diri mereka. Kekuatan unik justru disimpan ketika bekerja.

Apa dampaknya saat kita bekerja tanpa menggunakan kekuatan unik? Kita akan merasa terpaksa dalam bekerja, bekerja setengah hati. Ketika bekerja kita tidak menjadi diri sendiri, melainkan orang yang berbeda. Kita menghadapi orang yang loyo, tidak antusias, dan enggan mengikuti perubahan. Kita bekerja tanpa hasrat, setengah hidup setengah mati.

Karyawan tidak menggunakan kekuatan uniknya karena para pemimpinnya juga begitu. Banyak pemimpin yang tidak otentik, memimpin dengan mengenakan topeng. Pemimpin yang tidak menggunakan kekuatan

unik, anugerah dari Sang Pencipta. Dalam jangka pendek, mungkin akan baik-baik saja. Tetapi, persoalan akan muncul ketika datang gelombang perubahan. Pemimpin yang awalnya baik-baik saja mulai mudah ragu, gampang berganti haluan, gentar, dan tidak berani melakukan inovasi.

Menjadi The Dancing Leader berarti menjalankan kepemimpinan dengan sepenuh hati. Kita gunakan kekuatan unik dalam setiap aktivitas, sehingga seolah-olah melebur dalam aktivitas tersebut. Kita masuk dalam sebuah aliran energi yang begitu indah. Kaki, tangan dan tubuh terasa begitu ringan bergerak. Kita akan mengerahkan seluruh kapasitas untuk mengatasi tantangan, ibarat alunan ombak yang menghantam karang tantangan.

Tanyakan pada diri sendiri dan rekan Anda, “Kapan terakhir kali Anda menggunakan kekuatan unik Anda dalam bekerja?”

The Dancing Leader gunakan kekuatan unik dalam setiap aktivitas, sehingga seolah-olah melebur dalam aktivitas tersebut.

InspirasiPemimpin

yang Menari

THE

DAN

CIN

G L

EAD

ER, K

AD

O M

ERD

EKA

17 A

gus

tus

2011

Gunakan Kekuatan Unik Anda

Page 27: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

27 The Dancing Leader - http://Bukik.com

Sebagian orang itu seperti tanah yang menjadi penopang tumbuhnya benih kehidupan: stabil, teratur dan dapat diandalkan. Sebagian orang itu seperti angin yang menyebarkan benih kehidupan: dinamis, praktis dan bergerak dari satu momen ke momen lain.

Sebagian lagi seperti air yang menghidupi benih kehidupan: luwes, imajinatif, dan menyegarkan setiap suasana. Lainnya seperti api, membakar kehidupan untuk menciptakan kehidupan baru: konseptual, strategis dan mewujudkan ide menjadi kenyataan.

Setiap orang punya gaya mereka masing-masing dalam menjalani hidup. Tak ada yang benar dan tak ada yang salah dari gaya ini. Tak ada pula yang lebih baik. Hanya beda gaya. Semua gaya itu juara.

Sayangnya, kita sering menganggap semua orang itu sama dengan kita. Kita

memperlakukan orang lain seolah-olah mereka sama seperti kita. Perlakukanlah orang lain seperti diri mereka, bukan seperti kita. Karena orang lain belum tentu sama dengan kita, dan karena setiap orang punya gayanya masing-masing.

Menjadi The Dancing Leader berarti sadar akan gaya kita sendiri, sekaligus sadar akan gaya orang-orang di sekitar kita. Kita tetap optimal menjalani gaya kita dan tetap respek terhadap gaya orang lain. Perlakukan setiap orang sesuai gayanya, termasuk ke diri kita sendiri.

Tanyakan pada diri sendiri dan rekan Anda, “Bagaimana gaya Anda dalam berinteraksi dan menjalani hidup? Seperti tanah, angin, air atau api?”

Menjadi The Dancing Leader berarti sadar akan gaya kita sendiri, sekaligus sadar akan gaya orang-orang di sekitar kita.

InspirasiPemimpin

yang Menari

THE

DAN

CIN

G L

EAD

ER, K

AD

O M

ERD

EKA

17 A

gus

tus

2011

Setiap Orang Punya Gaya

Page 28: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

28 The Dancing Leader - http://Bukik.com

Saya adalah salah seorang pengagum kesebelasan Barcelona. Ketika mereka bermain, saya melihatnya ibarat sebuah kesatuan yang menari bersama di lapangan. Setiap pemain mempunyai kekuatan unik, hasrat dan gayanya masing-masing. Setiap orang berperan pada area yang berbeda, tetapi lihatlah bagaimana mereka bekerja sama. Seolah-olah bisa mengetahui posisi kawan walau tanpa melihat. Mereka seperti mengerti apa yang dipikirkan kawannya tanpa perlu berkomunikasi. Mereka bermain sepenuh hati dalam irama serasi yang mengarah pada satu tujuan: gol.

Itulah pentingnya suatu tujuan. Tujuan menentukan arah perjalanan hidup kita. Mau ke mana? Mampir di mana? Tanpa tujuan, kita hanya berputar-putar mengikuti gelombang perubahan. Tanpa tujuan, kita akan kebingungan ketika dilemparkan ombak ke pantai. Tujuan ibarat kompas: menunjuk pada arah jauh di depan tapi ada pada genggaman kita sebagai panduan.

Tujuan hidup berkaitan dengan keadaan masa depan dunia yang kita idamkan. Tanpa kejelasan bayangan masa depan, tujuan hidup hanya menjadi tempelan yang mudah lepas ketika menghadapi tantangan. Untuk itu, kita perlu melompat kita ke masa depan melalui imajinasi. Pada imajinasilah, realitas masa lalu dan masa kini bisa diubah sesuai dengan kekuatan dan nilai kita. Kita bisa ciptakan gambaran masa depan yang jernih dan memikat, sedemikian memikatnya hingga menghasilkan energi untuk mewujudkannya.

The Dancing Leader menyadari bayangan masa depan idaman, masa depan yang menjadi tujuan hidupnya. Imajinasi akan masa depan idaman ini adalah sumber energi positif yang tak terbatas, yang memberi energi berlimpah pada seorang pemimpin. Imajinasi inilah yang membuat kita yakin bahwa segalanya mungkin terjadi. Sebuah tujuan yang akan mengarahkan kembali arah hidup setelah badai mengacaukan perjalanan hidup kita. Imajinasikan dan imajinasikan kembali masa depan kita.

Tanyakan pada diri sendiri dan rekan Anda, “Apa bayangan Anda tentang diri Anda 10 tahun mendatang? Apa hal besar yang telah Anda lakukan? Bagaimana orang-orang mengenal diri Anda?”

The Dancing Leader menyadari bayangan masa depan idaman, masa depan yang menjadi tujuan hidupnya.

InspirasiPemimpin

yang Menari

THE

DAN

CIN

G L

EAD

ER, K

AD

O M

ERD

EKA

17 A

gus

tus

2011

Imajinasikan Hidup Anda

Page 29: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

29 The Dancing Leader - http://Bukik.com

Menjadi pemimpin itu ibarat berada di atas pohon tinggi. Kita bisa melihat wilayah lebih luas tetapi tidak bisa melihat secara detil. Ada jarak antara pemimpin dengan realitas. Kenyataan ini dirasakan hampir semua pemimpin. Mereka merasa sepi dan sendirian.

Sekali menjadi pemimpin, maka bawahan akan berkomunikasi dengan cara tertentu. Sadar atau tidak sadar, ada distorsi informasi dari bawah ke pemimpin. Pemimpin tidak mendapatkan informasi sebagaimana kenyataannya. Pemimpin juga tidak bisa sembarangan berkeluh kesah. Sekali pemimpin mengeluh ke bawahan, bisa menjatuhkan semangat seluruh tim.

Sementara di sisi lain, pemimpin mengemban harapan dari banyak pihak. Ada berbagai tantangan yang harus diatasi. Awalnya, seorang pemimpin mungkin berhasil pada tahun-tahun awal. Tetapi seiring waktu beban terus bertambah, seorang pemimpin pun akan mengidap power stress, yang disebut sacrifice syndrome. Sindrom pengorbanan adalah sebuah stres ketika pemimpin merasa telah melakukan banyak perubahan tetapi hasilnya tidak sesuai harapan.

Siklusnya adalah seperti ini. Awalnya pemimpin memijarkan kekuatan uniknya melalui interaksi dan komunikasi yang jernih - ini disebut keadaan resonan. Setelah sukses menghadapi beberapa tantangan, mulai terbentuk rutinitas dan interaksi yang beku. Sedikit demi sedikit keadaan resonan mulai mengalami disonansi. Ia tak lagi memijarkan kekuatan positif pada lingkungan sekitar.

Ada beberapa ciri yang bisa digunakan untuk mengenali sindrom tersebut: (1) Anda merasa bahwa usaha Anda semakin besar tetapi hasilnya tetap atau justru semakin berkurang, (2) kualitas dan frekuensi interaksi dengan keluarga atau orang dekat semakin menurun, (3) merasa gelisah bahkan ketika tidur, (4) merasa tak ada satu pun orang di dunia yang memahami Anda, dan (5) ingin melarikan diri dari situasi saat ini.

Menjadi The Dancing Leader berarti menyadari kembali keadaan diri kita, berupaya melakukan refleksi agar sadar akan apa yang terjadi dalam diri kita. Kita akses kembali kekuatan unik, gaya dan misi hidup kita. Kita temukan kembali arti hidup agar bisa kembali menarikan tarian terindah kita. Itulah tantangan utama kepemimpinan, terlahir menjadi diri baru yang memandang dunia dengan penuh takjub.

Tanyakan pada diri sendiri dan rekan Anda, “Apakah Anda telah terbebas dari sacrifice syndrome? Apakah Anda merasa nyaman dan tertantang pada posisi saat ini?”

Itulah tantangan utama kepemimpinan, terlahir menjadi diri baru yang memandang dunia dengan penuh takjub.

InspirasiPemimpin

yang Menari

THE

DAN

CIN

G L

EAD

ER, K

AD

O M

ERD

EKA

17 A

gus

tus

2011

Tantangan Kepemimpinan

Page 30: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

30 The Dancing Leader - http://Bukik.com

Page 31: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

31 The Dancing Leader - http://Bukik.com

Satu kali adalah kejadian. Dua kali adalah kebetulan. Tiga kali atau lebih adalah sebuah pola. Diane Ackerman.

Kapasitas mengenali pola adalah kapasitas alami manusia. Seorang anak kecil bisa mengucapkan kata dan kalimat walau belum mengenal huruf-huruf penyusunnya. Kita bisa menikmati sebuah lukisan tanpa perlu mengenali warna-warna yang terkandung di dalamnya.

Perubahan menyampaikan pesan pada kita dalam bentuk pola-pola baru. Ada serangkaian kejadian yang membentuk suatu kemiripan, siklus, tatanan, proses, maupun aliran. Seluruh semesta ini tertata dalam suatu pola-pola tertentu. Tantangan bagi kita adalah menyadari hadirnya pola baru dalam bisnis kita. Pengabaian terhadap pola-pola tersebut menyebabkan terjadinya ketidakselarasan antara ritme bisnis dengan gerakan kita.

Satu kali target penjualan tidak tercapai itu kejadian. Dua kali target penjualan tidak tercapai itu kebetulan. Tiga kali atau lebih target penjualan itu adalah pola, sebuah pesan perubahan bagi kita. Satu atau dua kali mungkin penyebabnya adalah individu. Tiga kali atau lebih adalah sebuah pesan bagi kita untuk melakukan perubahan, tidak cukup dengan memberikan reward atau punishment.

Menjadi The Dancing Leader berarti menjadi waspada menyimak alunan pola perubahan. Betul, kita perlu menyimak dengan seluruh indera kita untuk mengenali kejadian yang mirip dan terulang kembali atau terjadi bersamaan. Ibarat, seorang penari yang menyimak alunan musik yang akan menjadi pengiring tariannya.

Tanyakan pada diri sendiri dan rekan Anda, “Apa kejadian-kejadian mirip yang terulang atau terjadi bersamaan dalam organisasi Anda?

Menjadi The Dancing Leader berarti menjadi waspada menyimak alunan pola perubahan.

InspirasiPemimpin

yang Menari

THE

DAN

CIN

G L

EAD

ER, K

AD

O M

ERD

EKA

17 A

gus

tus

2011

Temukan Pola Perubahan

Page 32: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

32 The Dancing Leader - http://Bukik.com

Alkisah, seorang manajer tengah mengunjungi pabrik bersama seorang konsultan. Ketika sedang berjalan manajer melihat genangan oli di lantai. Manajer memanggil seorang karyawan dan menegur, “Ada oli di lantai itu. Tolong segera bersihkan.”Pada saat itu, sang konsultan menyela, “Mengapa ada oli di lantai?”Sang manajer mengulangi pertanyaan tersebut dan karyawan menjawab, “Salah satu mesin mengalami kebocoran.”“Oh begitu... Kalau begitu bersihkan oli itu dan perbaiki mesinnya,” ujar sang manajer.“Tapi mengapa mesin itu bocor?”, bisik sang konsultan.“Ups, iya... Mengapa mesinnya bocor?” ulang sang manajer.“Gasketnya tidak baik.”“Oh... Jadi bersihkan lantai, perbaiki mesin, dan lakukan sesuatu terhadap gasketnya,” perintah sang manajer.“Dan mengapa gasketnya tidak baik?” tambah sang konsultan."Betul... Mengapa gasketnya tidak baik?” lagi-lagi sang manajer mengulang.“Kami diberitahu bahwa bagian pembelian mendapatkan banyak masalah dengan gasket-gasketnya,” jawab sang karyawan.

Singkat cerita, setelah kunjungan sang manajer berbicara dengan beberapa orang di kantornya, terlihat bahwa kebijakan perusahaan 2 tahun yang lalu telah mendorong bagian pembelian untuk mencari harga terendah. Oleh karena itu, perusahaan mendapatkan gasket yang tidak baik, mesin yang bocor, dan oli tercecer di lantai.

Bayangkan, dampak sebuah kebijakan 2 tahun yang lalu baru tampak menjadi gangguan pada

hari ini. Sebab dan akibat jarang sekali duduk berdekatan. Sebab dan akibat biasanya terpisah jarak waktu dan ruang.

Menjadi The Dancing Leader itu berarti bersabar menanti hadirnya sebuah pola. Tidak terburu-buru merespon suatu kejadian. Tidak bersikap reaksioner terhadap suatu peristiwa. Menjadi The Dancing Leader adalah bersabar memahami suatu pola sehingga tindakannya selaras alunan gelombang perubahan yang lebih besar. Dengan bersabar, kita bisa menemukan tindakan pengungkit, tindakan kecil yang berdampak besar pada keseluruhan organisasi kita.

Tanyakan pada diri sendiri dan rekan Anda, “Apa tindakan Anda atau keputusan perusahaan yang bersifat reaksioner? Bagaimana harusnya sebuah tindakan atau keputusan, apabila dilakukan setelah memahami pola kejadiannya?”

Menjadi The Dancing Leader itu berarti bersabar menanti hadirnya sebuah pola.

InspirasiPemimpin

yang Menari

THE

DAN

CIN

G L

EAD

ER, K

AD

O M

ERD

EKA

17 A

gus

tus

2011

Bersabar Mengenali Pola Perubahan

Page 33: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

33 The Dancing Leader - http://Bukik.com

Ada sebuah kisah tentang seekor kodok. Syahdan, kodok mempunyai karakteristik psikologis yang menarik. Apabila seekor kodok dimasukkan dalam panci berisi air mendidih, maka dia akan refleks melompat keluar dari panci itu. Bahkan, ia akan merangkak menjauh ketika didekatkan pada air mendidih itu.

Reaksi kodok berbeda ketika Anda masukkan dalam panci berisi air suhu normal. Kodok akan diam saja. Kemudian, Anda taruh panci itu di atas kompor dan panaskan dengan api yang kecil sekali. Sehingga, air dengan sangat perlahan memanas. Kodok akan tetap diam saja. Bahkan sampai ketika air itu memanas sampai mendidih, sekali ini kodok diam saja, karena memang sudah menjadi kodok rebus.

Mengapa? Kodok itu gagal menangkap sinyal perubahan suhu air yang merambat perlahan. Ketika didekatkan dengan air mendidih, kodok cepat merasakan ancaman atas hidupnya. Kodok langsung melompat menghindari ancaman itu. Ancaman frontal akan segera direspon secara frontal pula.

Ketika kodok dimasukkan dalam panci berisi air suhu normal, maka kodok akan merasa nyaman. Saat panci dipanaskan dengan api kecil, kodok tampak bergerak melakukan penyesuaian tapi tetap dalam panci. Kodok merasa seolah-olah tetap berada pada air dengan suhu normal. Suhu semakin naik dan mencapai suatu titik yang membunuh kodok itu. Namun sang kodok mengabaikan sinyal perubahan dan gagal merasakan perubahan.

Menjadi The Dancing Leader adalah mengasah rasa, mengasah kepekaan terhadap berbagai

sinyal-sinyal perubahan. Kita membebaskan diri dari perangkap kebiasaan dan rutinitas agar bisa menyimak dan mempelajari sinyal-sinyal kecil akan perlunya perubahan. Menjadi The Dancing Leader membuka hati, membuka pikiran, dan membuka jiwa akan perubahan yang akan terjadi.

Tanyakan pada diri sendiri dan rekan Anda, “Apa sinyal-sinyal kecil perubahan yang telah Anda abaikan selama ini? Apa sinyal-sinyal kecil yang perlu direspon dengan suatu perubahan?”

Menjadi The Dancing Leader adalah mengasah rasa, mengasah kepekaan terhadap berbagai sinyal-sinyal perubahan.

InspirasiPemimpin

yang Menari

THE

DAN

CIN

G L

EAD

ER, K

AD

O M

ERD

EKA

17 A

gus

tus

2011

Psikologi Kodok

Page 34: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

34 The Dancing Leader - http://Bukik.com

Tak ada cara lain mengajarkan tari selain dengan memperagakannya. Pelajaran menari tak menarik apabila diawali dengan mengajar teori menari. Dengan memperagakan sebuah tarian, kita telah memikat hati, memikat jiwa, dan raga dari orang-orang yang kita ajar. Sebuah pikatan yang akan memicu pergerakan diri mereka. Tidak ada cara lain selain memperagakannya. Begitu juga dengan perubahan.

The Dancing Leader berani memulai sebuah tarian perubahan. Peragakan tarian yang mudah diikuti terlebih dahulu. Peragakan tarian perubahan itu di hadapan publik, biarkan semua orang menyaksikan tarian itu. Peragakan tarian itu sepenuh hati sehingga nampak begitu meyakinkan. Mungkin awalnya, semua orang memandang aneh, bahkan mentertawakan Anda, tapi teruslah menari sembari menunjukkan nikmatnya tarian Anda.

Ajaklah beberapa orang yang tampak terpikat. Ajari dan bimbing mereka untuk bisa mengikuti gerakan tarian perubahan. Apapun posisinya, rangkul pengikut pertama sebagai rekan sederajat, karena merekalah kunci penting dari tarian perubahan bersama. Lakukan tarian perubahan bersama-sama: sebagai tim, bukan sebagai atasan-bawahan. Terus begitu sehingga satu per satu orang yakin dan mengikuti tarian perubahan. Ketika beberapa orang lain mengikuti maka akan ada momentum yang menjadikan tarian perubahan itu sebagai tarian bersama seluruh anggota organisasi.

Menjadi The Dancing Leader berarti berani dianggap aneh dan tolol. Seorang yang berani menampilkan cara atau tindakan yang berbeda. Seorang yang mengajarkan dengan

memperagakan perubahan. Seorang yang membimbing dan merangkul pengikut pertama sebagai rekan yang sejajar. Sebagaimana kata Mahatma Gandhi, “Jadilah perubahan yang kau lihat.”

Tanyakan pada diri sendiri dan rekan Anda, “Kapan terakhir kali Anda memperagakan cara atau tindakan baru di hadapan banyak orang?”

The Dancing Leader berani memulai sebuah tarian perubahan. Peragakan tarian yang mudah diikuti terlebih dahulu.

InspirasiPemimpin

yang Menari

THE

DAN

CIN

G L

EAD

ER, K

AD

O M

ERD

EKA

17 A

gus

tus

2011

Berani di anggap aneh

Page 35: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

35 The Dancing Leader - http://Bukik.com

Kebiasaan itu candu. Kebiasaan itu menyenangkan, sehingga begitu menyenangkannya kita mempertahankannya sememikian rupa, mirip seperti orang kecanduan. Ketika awal bekerja, kita masuk dengan penuh ketakjuban dan antusiasme mempelajari segala sesuatu. Kita mendapatkan pelajaran-pelajaran penting pada tahun-tahun pertama. Entah tahun pertama sebagai karyawan, sebagai manajer, sebagai direktur, maupun sebagai pebisnis.

Setelah tahun-tahun pertama lewat, sebagian besar dari kita menggunakan pelajaran itu untuk menempuh perjalanan selanjutnya. Kita merasa sudah mahir menyelesaikan berbagai tantangan. Tetapi apa jadinya? Kenyataannya, tantangan baru terus bermunculan. Konstelasi mengalami perubahan. Orang lama hilang, orang baru muncul. Kemudian, kita akan merasa tidak berdaya, dipermainkan oleh situasi yang tak kita pahami.

Dari waktu ke waktu, kehidupan itu mengalir seperti sebuah sungai. Kita tidak pernah bisa melintasi sungai yang sama dua kali. Walau tampak sama, tetapi isi dan bentuk sungai itu terus berubah. Kalau Anda perhatikan selama beberapa bulan, Anda bisa melihat bagaimana perubahan lekukan tubuh sungai. Belum lagi isinya yang berubah-ubah terus.

Dunia masa lalu berbeda dengan masa kini, beda pula dengan masa depan. Apa yang berhasil di masa lalu, belum tentu berhasil hari ini. Apa yang mustahil di hari ini, bisa jadi kepastian esok hari. Kita terus melintasi sungai yang senantiasa berubah setiap saat. Dengan melangkah ke dalam sungai, kita telah

mengubah sungai itu sekaligus mengubah diri kita.

Sungai yang kita lintasi adalah sungai yang sama, tetapi sekaligus sungai yang berbeda. Persoalan mungkin mirip dengan masa lalu, tetapi sebenarnya persoalan tidak persis sama. Menjadi The Dancing Leader adalah mempertanyakan kembali keberhasilan dan kebiasaan selama ini. Sebuah usaha untuk memperbaharui keyakinan kita tentang apa yang nyata dan apa yang baru. Sehingga, kita bisa mengajukan solusi yang tepat untuk persoalan yang kita hadapi hari ini.

Tanyakan pada diri sendiri dan rekan Anda, “Apa keyakinan yang perlu diperbarui untuk menghadapi persoalan saat ini?”

Menjadi The Dancing Leader adalah mempertanyakan kembali keberhasilan dan kebiasaan selama ini.

InspirasiPemimpin

yang Menari

THE

DAN

CIN

G L

EAD

ER, K

AD

O M

ERD

EKA

17 A

gus

tus

2011

Sungai itu Sama, Sekaligus Berbeda

Page 36: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

36 The Dancing Leader - http://Bukik.com

Saya pernah diminta untuk memfasilitasi sebuah pertemuan yang bertujuan untuk membangkitkan kesadaran akan mendesaknya sebuah perubahan. Sebelum pertemuan, sang direksi mengeluhkan tentang para manajernya yang tidak berani berinovasi. Saya simak dan jadikan keluhan itu sebagai pengayaan wawasan dalam memfasilitasi pertemuan.

Ternyata yang terjadi dalam pertemuan adalah, sang direksi mendominasi jalannya pertemuan. Direksi menjadi orang yang paling banyak bicara, berkali-kali meminta bawahannya untuk mengajukan ide. Para bawahan lebih memilih diam. Ketika ada satu orang yang menyampaikan ide, langsung dibantah dengan argumentasi yang kuat.

Saya jadi ingat dengan metafor 'tanpa matahari, terlihat bintang'. Matahari mewakili segi dominan dari suatu hal, situasi, keadaan, orang, maupun pendekatan. Semisal, orang yang mendominasi kelompok, cara lama dalam menyelesaikan persoalan, bumbu yang menenggelamkan bumbu yang lain. Sementara bintang mewakili yang kurang nampak, kurang menonjol.

Cara dominan ibarat matahari yang begitu terang benderang. Adanya matahari akan menyulitkan kita melihat bintang. Tanpa ada matahari, kita akan melihat bintang. Penemuan cara atau ide baru bisa jadi adalah menyingkapkan apa yang sudah ada selama ini namun tertutup oleh terangnya matahari.

The Dancing Leader bukan matahari, bukan pula bintang. Ia adalah matahari sekaligus bintang. Dalam pagelaran tari, The Dancing

Leader sadar kapan berperan sebagai matahari, kapan lebih baik menjadi bintang. Ia percaya diri menjadi matahari dan sekaligus sabar menyingkap terangnya bintang.

Tanyakan pada diri sendiri dan rekan Anda, “Apa yang dominan dalam situasi yang Anda hadapi saat ini? Apa yang berubah ketika sisi dominan itu diabaikan? Apa bintang yang terlihat terang?”

The Dancing Leader bukan matahari, bukan pula bintang. Ia adalah matahari sekaligus bintang.

InspirasiPemimpin

yang Menari

THE

DAN

CIN

G L

EAD

ER, K

AD

O M

ERD

EKA

17 A

gus

tus

2011

Tanpa Matahari, Terlihat Bintang

Page 37: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

37 The Dancing Leader - http://Bukik.com

Ketika Damai, putri semata wayang saya masih kecil, saya terbiasa untuk membuatkan susu botol. Awalnya, saya heran kenapa banyak susu yang lengket didasar botol. Saya tanya ke neneknya Damai dan diajari cara yang berbeda. Saya terbiasa dengan cara lama, memasukkan susu baru dituang air, sementara cara baru adalah tuangkan air baru masukkan susunya. Sederhana bukan? Tetapi, meskipun saya sudah tahu cara yang baru, saya tetap menggunakan cara lama. Saya baru sadar setelah melihat gumpalan susu di di dasar botol.

Kisah itu memberi saya pelajaran bahwa yang terberat dari belajar bukanlah mempelajari hal baru, tetapi mengeluarkan pelajaran lama dari dalam diri kita. Ibaratnya, saat menuang teh dalam cangkir, tak akan pernah bisa ketika cangkir masih berisi penuh, yang ada hanya tumpah. Kosongkan dulu cangkirnya, baru tuangkan tehnya.

Kita selama ini lebih banyak memahami belajar sebagai proses mengingat, memahami, mengaplikasikan, dan sebagainya. Pemahaman itu memadai apabila kita hidup di dunia yang stabil. Dengan sekali belajar, kita bisa gunakan pengetahuan itu sepanjang masa.

Tetapi kita tidak sedang hidup di dunia yang stabil. Kita hidup di tengah gelombang perubahan, dunia yang dinamis. Pemahaman belajar sebagai mengingat tidak cukup memadai untuk hidup di tengah dunia yang dinamis. Belajar itu melupakan sekaligus mengingat. Dengan mengingat, kita menjadikan diri berisi pengetahuan. Dengan melupakan, kita punya kapasitas untuk mempelajari hal baru. Ketika penuh itu kosong, ketika kosong itu penuh.

Menjadi The Dancing Leader berarti bersedia belajar terus-menerus sepanjang hayat. Ia tidak terpaku pada sebuah pengetahuan tertentu. Ia merasa kosong sehingga semangatnya terus berkobar untuk mencari dan menemukan isi-isi baru. Ia selalu waspada menyimak ritme perubahan yang baru dan membawakan tarian baru yang serasi.

Tanyakan pada diri sendiri dan rekan Anda, “Apa pengetahuan atau keyakinan lama yang harus Anda lupakan agar bisa belajar pengetahuan baru?”

Ia merasa kosong sehingga semangatnya terus berkobar untuk mencari dan menemukan isi-isi baru.

InspirasiPemimpin

yang Menari

THE

DAN

CIN

G L

EAD

ER, K

AD

O M

ERD

EKA

17 A

gus

tus

2011

Kosong Itu Berisi

Page 38: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

38 The Dancing Leader - http://Bukik.com

Page 39: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

39 The Dancing Leader - http://Bukik.com

Dulu ketika kecil, saya punya angan menjadi orang pintar. Kata orang tua, “Biar tidak ditipu sama orang.” Rajin belajar. Rajin membaca buku. Rajin mendengarkan petuah guru. Apapun selama itu membuat saya jadi lebih pintar.

Setelah tua begini barulah saya tobat. Ternyata semakin saya tahu, semakin saya menjadi bodoh. Semakin saya tahu, semakin saya tahu mana yang benar mana yang salah. Semakin saya sadar banyak yang tidak beres terjadi. Semakin saya tahu banyak hal yang bisa saya lakukan. Semakin saya berharap banyak hal terjadi. Semakin sering saya mengalami kegagalan. Semakin sering saya menemui kekecewaan.

Banyak pengetahuan itu ibarat anak desa yang tengah membawa air dalam timba. Awalnya merasa yakin, semakin banyak air yang dibawa maka semakin cepat ia menyelesaikan tugasnya. Padahal, semakin banyak air yang dibawa maka semakin berat beban yang dipikulnya. Semakin lambat menempuh perjalanannya. Semakin banyak air yang dibawa maka semakin sering ia harus berhenti, meletakkan timba airnya. Coba kita dengarkan kisah ini.

Apa yang anda tahu tentang Jember? Sangat mungkin jawabannya. Petani. Sarungan. Santri. Agraris. Konflik Pertanahan. Atau kalau Tukul bilang, “Ndeso.” Tapi seorang Dynand Fariz, yang entah tidak tahu atau pura-pura tidak tahu, mendeklarasikan Jember sebagai pusat fashion dunia. Bagaimana bisa?

Dynand Fariz mengadakan Jember Fashion Carnival (JFC) tiap tahun, sampai tahun ini

telah menginjak tahun kedelapan. Hebatnya, Dynand Fariz mengubah pengetahuan kita tentang Jember. Event itu telah menyedot perhatian dunia sebagai catwalk terpanjang di seluruh dunia. Bagaimana tidak, 450 orang di jalanan sepanjang 3,6 kilometer, ditonton oleh lebih dari tiga ratus ribu penikmat dan diliput berbagai media internasional.

Menjadi The Dancing Leader itu memandang dunia melalui mata anak kecil yang lugu, memandang dunia sebagai seorang pemula. The Dancing Leader menghargai pengetahuan sebagaimana penghargaannya terhadap imajinasi. Ia yakin dengan imajinasi sebagai sebuah media untuk memperbarui keadaan, untuk melakukan perubahan.

Tanyakan pada diri sendiri dan rekan Anda, “Apa yang anda ketahui tentang organisasi Anda? Bagaimana Anda mengimajinasikan ulang organisasi anda?”

Menjadi The Dancing Leader itu memandang dunia melalui mata anak kecil yang lugu, memandang dunia sebagai seorang pemula.

InspirasiPemimpin

yang Menari

THE

DAN

CIN

G L

EAD

ER, K

AD

O M

ERD

EKA

17 A

gus

tus

2011

Imajinasikan Semesta

Page 40: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

40 The Dancing Leader - http://Bukik.com

Ada cara menarik yang dilakukan sebuah organisasi ketika mereka menghadapi persoalan yang timbul. Kala ada persoalan, mereka cenderung menyelesaikan dengan membuat aturan tambahan. Ketika ada kasus khusus maka dibuat aturan khusus yang mengecualikan ketentuan umum. Apakah Anda terbayang akibatnya?

Kekhawatiran dalam diri kita akan ketidakpastian mendorong kita berupaya memastikan segala sesuatu, termasuk diantaranya membuat aturan. Adanya aturan membuat kita bisa memastikan orang melakukan tindakan tertentu dan tidak melakukan tindakan lainnya. Dengan aturan kita mengontrol situasi ketidakpastian. Itulah kekuatan aturan.

Tapi kekhawatiran akan ketidakpastian membuat kita lupa akan sisi lain dari aturan. Aturan yang semakin banyak akan membuat potensi orang terkekang. Semakin banyak aturan menjadikan matinya inisiatif. Semakin banyak aturan, semakin besar kemungkinan lahir kontradiksi, celah, dan kerumitan.

Sayangnya, kecenderungan umum yang terjadi adalah semakin besar organisasi maka semakin rumit pula aturannya. Semakin besar organisasi, semakin terlupakannya sejarah bahwa mereka lahir karena adanya tindakan untuk memngoptimalkan peluang, bukan karena aturan. Dee Hock, pendiri Visa menyimpulkan, 50% energi kita habiskan untuk mengurusi birokrasi organisasi kita sendiri. Kecenderungan membuat organisasi seolah-olah seperti orang yang terjerat dalam belitan tali yang membuatnya tak bisa banyak bergerak.

Menjadi The Dancing Leader itu mengasah kapasitas untuk mengelola kecemasan akan ketidakpastian. Ketika menghadapi ketidakpastian, ia tidak berubah menjadi penunggang kuda binal yang hilang akal dan akan melakukan apa saja.

Menjadi The Dancing Leader berarti berdamai dengan kecemasan akan ketidakpastian. Ia menahan diri untuk tidak mengontrol situasi melalui aturan. Ia tetap yakin dengan kapasitas positif dirinya. Ia menerima ketidakpastian sebagai sebuah gelombang yang perlu dihadapi. Menjadi The Dancing Leader akhirnya adalah menjadi peselancar yang meluncur di atas gelombang ketidakpastian.

Tanyakan pada diri sendiri dan rekan Anda, “Kapan Anda merasakan kerumitan aturan yang membuat hal simpel menjadi kompleks? Apa yang bisa dilakukan agar organisasi fokus pada misinya?”

Menjadi The Dancing Leader berarti berdamai dengan kecemasan akan ketidakpastian.

InspirasiPemimpin

yang Menari

THE

DAN

CIN

G L

EAD

ER, K

AD

O M

ERD

EKA

17 A

gus

tus

2011

Berselancar di Tengah Ketidakpastian

Page 41: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

41 The Dancing Leader - http://Bukik.com

Perhatikan bagaimana seekor ulat berubah menjadi kepompong. Kepompong adalah fase diam yang menjadi transisi perubahan ulat menjadi bentuk baru yang indah, seekor kupu-kupu. Hanya dengan diam menjadi kepompong maka ulat dapat berubah menjadi kupu-kupu.

Dalam kenyataannya, kita yang bekerja begitu sulit untuk diam. Semua sibuk. Semua orang mengejar target. Semua orang berusaha segera menyelesaikan persoalan. Bahkan ketika mengikuti kelas-kelas pelatihan, banyak orang hadir tetapi pikirannya tetap di pekerjaan. Tak jarang di tengah training, orang menelepon atau mengirim SMS untuk memberitahukan pesan kepada rekan bisnisnya. Kita adalah ulat-ulat yang bergerak rakus menghabiskan dedaunan.

Akibatnya, kelas training tak berjalan secara efektif. Bisa jadi materi tersampaikan tetapi kehilangan konteks aplikasi materi itu. Ada berbagai kelas pelatihan namun tidak berdampak pada kinerja. Kita lebih suka mencapai target sehingga mendapat umpan balik langsung berupa apresiasi, persis seperti ulat yang memakan daun untuk segera mengeyangkan perutnya.

Perubahan itu diam. Perubahan bukan semata-mata melakukan aktivitas baru atau menambah jumlah aktivitas lama. Perubahan itu berada pada fase diam untuk merefleksikan cara kerja kita. Refleksi yang memungkinkan kita mengidentifikasi praktek-praktek baik yang perlu dipertahankan, sekaligus memberi kita kesempatan untuk menciptakan praktek inovatif.

Menjadi The Dancing Leader berarti diam mendengarkan irama kerja dalam organisasi

dan merasakan perasaan orang-orang di sekitarnya. Ia sadar akan momentum untuk bergerak sebagaimana sadar momentum untuk diam. Ia sadar bahwa dengan memaksakan perjalanan hanya akan semakin melelahkan. Ia memberi kesempatan pada diri dan orang lain untuk melakukan proses belajar bersama. Sebuah circle learning, diam, refleksi, mengenali praktek terbaik, dan menciptakan praktek inovatif.

Tanyakan pada diri sendiri dan rekan Anda, “Kapan terakhir kali Anda mengalami circle learning, diam, refleksi, dan belajar bersama untuk melakukan perubahan inovatif ?”

Menjadi The Dancing Leader berarti diam mendengarkan irama kerja dalam organisasi dan merasakan perasaan orang-orang di sekitarnya.

InspirasiPemimpin

yang Menari

THE

DAN

CIN

G L

EAD

ER, K

AD

O M

ERD

EKA

17 A

gus

tus

2011

Berubah itu Diam

Page 42: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

42 The Dancing Leader - http://Bukik.com

Apa artinya bekerja? Teman saya menjawab bahwa bekerja adalah melakukan apa yang harus kita lakukan alias menjalankan perintah. Heh, masak sih? Kalau mau jujur, itulah jawabannya. Semua waktu kita di kantor habis untuk menjalankan apa yang harus kita lakukan. Kita dilarang 'kan untuk bersenang-senang di kantor. Jangankan bersenang-senang, Facebook saja diblokir. Bagaimana menurut Anda?

Banyak dari kita memaknai kerja sebagai menjalankan keharusan untuk mencapai target yang sudah ditetapkan. Apabila target tercapai, maka kita akan mendapat reward sebagai apresiasi atas upaya kita. Pola ini merupakan peninggalan era revolusi industri, sebagaimana tercermin dari pernyataan Henry Ford, "Ketika kita sedang bekerja kita harus bekerja. Ketika sedang bermain kita harus bermain. Tak ada gunanya mencampur keduanya".

Sayangnya, pola itu terus berulang dan berubah menjadi mekanis. Kita tenggelam dalam pola itu, seolah-olah pola itu yang harus dilakukan. Apa dampaknya? Kita kehilangan kreativitas dalam bekerja. Kita bekerja seolah sebuah robot, kehilangan keluwesan dalam menghadapi perubahan. Terjadilah penurunan daya adaptasi terhadap hal atau orang baru. Dampak ini menyulitkan kita menghadapi kompetisi yang semakin ketat dan perubahan dinamis yang terjadi.

Dalam jaman globalisasi 3.0, perusahaan dotcom semisal Google, sadar pentingnya keseimbangan bekerja dengan bermain. Bekerja yang mengasah otak kiri, bermain yang mengasah otak kanan. Berbagai fasilitas bermain dan bersenang-senang disediakan di

kantor Google. Perusahaan yang lain menyediakan 30% waktu karyawannya untuk mengerjakan proyek pribadi, proyek yang ingin dilakukannya. Semuanya itu ditujukan untuk menciptakan kegembiraan dalam bekerja. Bermain itu bekerja, berkontribusi terhadap pekerjaan dengan cara yang berbeda.

Menjadi The Dancing Leader menggunakan seluruh kapasitas dirinya dalam memainkan tarian perubahan. Ia bekerja sekaligus bermain. Ia serius sekaligus bergembira. Dengan bermain, ia mendapatkan ide segar yang inovatif. Dengan bekerja, ia mengeksekusi ide-ide tersebut.

Tanyakan pada diri sendiri dan rekan Anda, “Kapan Anda bermain penuh kegembiraan yang berkontribusi positif pada pekerjaan?”

Menjadi The Dancing Leader menggunakan seluruh kapasitas dirinya dalam memainkan tarian perubahan.

InspirasiPemimpin

yang Menari

THE

DAN

CIN

G L

EAD

ER, K

AD

O M

ERD

EKA

17 A

gus

tus

2011

Bermain itu Bekerja

Page 43: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

43 The Dancing Leader - http://Bukik.com

Saya pernah menyaksikan bagaimana seorang karyawan yang diangkat menjadi pimpinan sebuah organisasi. Dia tiba-tiba sering menyuruh bawahannya. Tanpa diskusi langsung mengambil sendiri sebuah keputusan. Benar saja, semua orang keberatan akan keputusan itu tapi hanya berani mengeluh di belakangnya. Mungkin dia masih perlu belajar arti menjadi pemimpin.

Sebagaimana disampaikan Peter Drucker, pemimpin pada masa lalu adalah orang yang tahu bagaimana caranya memerintah, tetapi pemimpin masa depan adalah mereka yang tahu bagaimana cara bertanya. Mengapa seorang guru manajemen yang begitu dihormati mengatakan demikian?

Orang tidak suka untuk didikte. Otak kita cenderung resisten terhadap sebuah perintah dari orang lain. Terlebih ketika perintah itu tidak sesuai dengan konfigurasi yang ada. Perintah diberikan pada saat yang tidak tepat. Perintah tidak sesuai dengan yang diyakini. Otak menjadi resisten karena perintah membuat otak tidak bekerja, kehilangan peran. Oleh karena itu, semakin sering perintah diberikan maka semakin otak akan resisten.

Sementara itu, pertanyaan merupakan alat intervensi yang ampuh. Sekali pertanyaan diajukan maka otak akan langsung bekerja mulai mencari ingatan sampai menciptakan jawaban. Bisakah Anda menyaksikan apa yang ada di hadapan anda? Otak bahkan secara otomatis memerintahkan tubuh ketika tahu jawaban dari sebuah pertanyaan.

Dengan pertanyaan, seorang pemimpin dapat mengenali dan melepaskan potensi terpendam

dalam diri bawahannya. Semakin cantik pertanyaan yang diajukan seorang pemimpin, maka semakin cantik pula jawaban yang didapatkannya. Karena, jawaban yang cantik berasal dari pertanyaan yang cantik. Itulah tugas seorang pemimpin, menciptakan pertanyaan yang cantik.

Menjadi The Dancing Leader adalah menjadi sadar akan kekuatan pertanyaan sebagai pemicu tarian semesta. Ia menggunakan pertanyaan secara bijak karena sadar pertanyaan dapat membangkitkan sekaligus dapat menjatuhkan seseorang. Ia menggunakan kekuatan pertanyaan untuk melepaskan potensi seseorang menjadi kinerja optimal.

Tanyakan pada diri sendiri dan rekan Anda, “Kapan Anda merasakan hari terbaik dalam bekerja, hari ketika Anda bekerja sepenuh hati? Apa saja yang menyebabkannya?”

Menjadi The Dancing Leader adalah menjadi sadar akan kekuatan pertanyaan sebagai pemicu tarian semesta.

InspirasiPemimpin

yang Menari

THE

DAN

CIN

G L

EAD

ER, K

AD

O M

ERD

EKA

17 A

gus

tus

2011

Menjawab dengan Bertanya

Page 44: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

44 The Dancing Leader - http://Bukik.com

Apakah Anda pernah mengikuti sosialisasi perubahan organisasi? Saya pernah menyaksikannya di sebuah perusahaan. Sosialisasi dilakukan seorang manajer yang menampilkan berbagai data yang dilengkapi grafik untuk menunjukkan perlunya perubahan. Dilanjutkan dengan penjelasan langkah perubahan yang harus dilakukan karyawan. Dan diakhiri dengan sesi tanya jawab.

Banyak orang, sadar atau tidak sadar, meyakini bahwa proses perubahan melalui alur analisis-berpikir-berubah. Asumsinya, orang berubah mengikuti hukum rasional dan logis. Tapi kenyataannya, banyak karyawan yang resisten terhadap perubahan organisasi. Para top manajemen mengeluhkan karyawan mereka yang dianggap bebal. Mereka tidak habis pikir tentang perilaku karyawannya yang melakukan upaya penolakan secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi.

Mengapa? Manusia bukan sepenuhnya makhluk rasional. Manusia bukan robot yang mengikuti hukum dan formula tertentu secara mekanis, sekali instruksi diberikan maka diolah dan dijalankan apa adanya.

Manusia lebih banyak menggunakan emosinya dalam mengambil keputusan. Rasionalitas digunakan sejauh menyediakan pilihan-pilihan. Emosilah yang menentukan mana pilihan yang akan diambil. Kepala dan hati bersama menentukan tindakan manusia dalam melakukan perubahan. Apabila bisa menyelaraskan keduanya, maka jantung perubahan akan berdenyut mengalirkan spirit perubahan ke seluruh organisasi.

Menjadi The Dancing Leader layaknya seorang penari, menggunakan pikiran sekaligus hatinya. Ia menggunakan cerita dan perumpamaan yang dapat menyentuh hati. Ia menampilkan visualisasi yang dapat membuat kesadaran tersentak. Ia membuat orang bisa menyaksikan apa yang disaksikannya. Ia mengajak orang merasakan apa yang disaksikan bersama itu. Ia menginspirasi orang akan mendesaknya sebuah perubahan dan bersama-sama terlibat dalam tarian perubahan. Menjadi The Dancing Leader berarti menjadi jantung perubahan organisasi.

Tanyakan pada diri sendiri dan rekan Anda, “Apabila diumpamakan sebuah benda, keadaan yang menuntut organisasi anda berubah? Bagaimana benda itu mengancam kenyamanan semua orang?”

The Dancing Leader menggunakan cerita dan perumpamaan yang dapat menyentuh hati.

InspirasiPemimpin

yang Menari

THE

DAN

CIN

G L

EAD

ER, K

AD

O M

ERD

EKA

17 A

gus

tus

2011

Jantung Perubahan

Page 45: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

45 The Dancing Leader - http://Bukik.com

Ada seorang karyawan yang kinerjanya pas-pasan bahkan cenderung buruk. Atas permintaan sang atasan, karyawan itu dipindah ke unit kerja lain. Setahun kemudian, terjadi keajaiban! Bawahan itu ternyata meraih penghargaan atas kinerjanya. Saya temui atasan barunya untuk mencari tahu bagaimana caranya menciptakan keajaiban itu. “Tidak ada keajaiban. Saya hanya perlakukan dia dengan baik. Saya ajak bicara. Itu saja.” Apa yang terjadi?

Ada juga kisah studi pygmalion effect. Ada 100 siswa yang secara acak dibagi menjadi dua kelas, A dan B. Kelas ini diajar dengan metode, guru, fasilitas dan materi yang sama selama satu semester. Hanya saja, disampaikan kepada sang guru bahwa kelas A itu anak-anaknya pintar dan rajin, sementara kelas B itu anak-anaknya bodoh dan malas. Di akhir semester, hasil ujian kelas A jauh lebih tinggi daripada kelas B. Apa yang terjadi?

Kedua kisah itu menjelaskan tentang sebuah hukum yang disebut self fulfilling propechy, sebuah pengharapan yang menjadi ramalan yang terwujud dengan sendirinya. Bagaimana cara kerja pengharapan sebagai ramalan?

Pertama, kita membentuk pengharapan terhadap orang lain. Ketika disampaikan informasi bahwa kelas A itu pintar dan rajin maka terbentuk pengharapan guru terhadap murid. Kedua, kita mengkomunikasikan pengharapan ini melalui berbagai sinyal. Guru akan lebih perhatian pada mereka yang pintar.

Ketiga, orang-orang merespon sinyal dari kita dan menyesuaikan perilaku sesuai sinyal dari kita. Murid kelas A merespon perhatian guru

dan menyesuaikan perilakunya agar tampak sebagai anak pintar. Keempat, interaksi dan umpan balik antar pihak secara konsisten akan mewujudkan pengharapan itu. Akhirnya, setelah 1 semester pengharapan di awal semester terwujud yang terlihat dari hasil ujian akhirnya.

Menjadi The Dancing Leader berarti menyadari pengharapan sebagai ramalan, yang berdampak pada keseluruhan tarian dalam organisasinya. Ia memulai kebaikan sejak dalam dirinya, dalam pikiran, hati dan jiwanya. Ia mengelola pengharapan itu agar terwujud kebaikan sebagaimana diinginkannya.

Tanyakan pada diri sendiri dan rekan Anda, “Apa pengharapan Anda terhadap perusahaan tempat kerja Anda sekarang? Bagaimana pengharapan itu terkomunikasikan?”

Menjadi The Dancing Leader berarti menyadari pengharapan sebagai ramalan, yang berdampak pada keseluruhan tarian dalam organisasinya.

InspirasiPemimpin

yang Menari

THE

DAN

CIN

G L

EAD

ER, K

AD

O M

ERD

EKA

17 A

gus

tus

2011

Mengelola Ramalan Diri

Page 46: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

46 The Dancing Leader - http://Bukik.com

Bagaimana bisa ada banyak koruptor di Indonesia padahal tidak ada pelatihan bagaimana menjadi koruptor yang hebat? Bagaimana sebuah TV menayangkan kisah seorang anak SD bunuh diri kemudian disusul dengan bunuh diri serupa di tempat lain? Bagaimana munculnya sebuah video porno buatan sendiri kemudian beberapa waktu disusul dengan ratusan bahkan ribuan video porno lainnya?

Malcolm Gladwell menjelaskan berbagai fenomena itu dengan pendekatan wabah. Sebuah kejadian, kejadian kedua, tipping point, dan terciptalah sebuah wabah. Apa sajakah unsur wabah? Pertama, virus yang kuat dan mudah menular, penyebar virus yang dinamis, dan konteks yang kondusif. Berjumpanya virus, penyebar, dan konteks akan melahirkan gelombang wabah yang begitu ganas.

Virus adalah sebentuk tindakan yang memikat dan mudah ditiru sehingga cepat tersebar. Perubahan budaya organisasi semisal, perlu diciptakan sebentuk tindakan yang sederhana. Jangan biarkan bawahan Anda kesulitan mencerna slogan-slogan budaya rumit yang sulit dipahami. Ciptakan tindakan simpel sehingga orang bisa mempelajari dan menyebarluaskannya.

Penyebar virus adalah mereka yang menjadi pengikut pertama dari sebuah perubahan. Kenali, ajari dan puji para pengikut pertama dalam organisasi anda. Jadilah rendah hati dan meleburlah bersama mereka karena semua ini bukan tentang diri Anda, tetapi tentang gelombang perubahan bersama. Pengikut pertama ini yang akan menjadikan Anda sebagai pemimpin. Tanpa pengikut pertama,

tak ada pemimpin, yang ada hanyalah orang-orang tolol.

Konteks adalah situasi yang memungkinkannya terjadi interaksi antara penyebar dengan orang lain. Interaksi adalah medium penyebaran suatu wabah. Oleh karena itulah, Meksiko melarang orang keluar rumah selama seminggu untuk menghentikan wabah flu babi. Jadi ciptakan interaksi yang luwes. Keluwesan ini lebih mudah tercipta dalam pertemuan-pertemuan informal. Tak perlu berpidato karena virus itu akan menyebar dengan sendirinya.

Menjadi The Dancing Leader berarti sadar akan keterbatasan energi diri sehingga menyelaraskan dengan ritme semesta. The Dancing Leader tidak melakukan tindakan besar diluar kemampuannya, tetapi melakukan tindakan kecil yang berdampak besar. Ia yakin bahwa apabila virus kebaikannya itu luar biasa maka akan menjadi wabah yang hebat.

Tanyakan pada diri sendiri dan rekan Anda, “Apa tindakan kecil berdampak besar yang dapat Anda lakukan untuk membuat keadaan organisasi menjadi lebih baik?”

Menjadi The Dancing Leader berarti sadar akan keterbatasan energi diri sehingga menyelaraskan dengan ritme semesta.

InspirasiPemimpin

yang Menari

THE

DAN

CIN

G L

EAD

ER, K

AD

O M

ERD

EKA

17 A

gus

tus

2011

Menyebarkan Wabah Kebaikan

Page 47: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

47 The Dancing Leader - http://Bukik.com

Kita seringkali meyakini bahwa orang mempunyai persepsi yang sama terhadap organisasi tempat kita bekerja. Karena keyakinan ini maka kita memperlakukan semua orang sama. Sampai suatu ketika akan dilakukan perubahan organisasi maka akan tampak perbedaan cara pandang antar satu orang dengan orang lain. Ternyata kita punya persepsi yang berbeda terhadap organisasi ini.

Dalam sebuah workshop di sebuah perusahaan, saya meminta para peserta untuk menggambarkan sebuah benda yang melukiskan organisasi mereka. Luar biasa! Mereka menggambar berbagai macam benda. Ada yang menggambar sebuah perahu, ada pohon, ada dasi, ada becak dan ada pula sebuah kedondong.Tanya saya, "Apa pak artinya kedondong itu?""Yah namanya organisasi Mas, awalnya kelihatan mulus tetapi begitu kita masuk kerja kerasa ada yang menusuk-nusuk kita, seperti buah kedondong."Sebuah analogi yang mempesona. Setiap orang kemudian menceritakan gambarnya masing-masing.

Setiap benda yang digambarkan memberikan kejutan pada semua orang. Rasanya tidak menyangka bahwa rekannya sendiri punya persepsi terdalam sebagaimana gambar yang diceritakan rekannya. Mulailah tercipta komunikasi yang dalam (deep communication); bukan sekadar pertukaran informasi, tetapi saling memahami makna terdalam yang ada dalam persepsi setiap orang. Kemudian, orang saling memahami dan mencoba mencari persamaan makna terhadap organisasinya. Pemaknaan bersama ini memudahkan setiap

orang dalam melakukan komunikasi dan kerja sehari-hari.

Menjadi The Dancing Leader adalah memahami makna terdalam, tak sekadar memahami kata dan tindakan yang eksplisit semata. Ia tidak sekadar melakukan sebuah gerakan tari, tetapi menghayati makna dari gerakan tersebut. The Dancing Leader memfasilitasi semua penari untuk saling memahami sehingga bisa menarikan bersama, sebuah tarian perubahan.

Tanyakan pada diri sendiri dan rekan Anda, “Apa benda yang melukiskan organisasi anda? Apa artinya? Apa pula benda yang akan digambar oleh rekan kerja tentang organisasi Anda?”

Menjadi The Dancing Leader adalah memahami makna terdalam, tak sekadar memahami kata dan tindakan yang eksplisit semata.

InspirasiPemimpin

yang Menari

THE

DAN

CIN

G L

EAD

ER, K

AD

O M

ERD

EKA

17 A

gus

tus

2011

Organisasi itu Ibarat Kedondong

Page 48: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

48 The Dancing Leader - http://Bukik.com

Setiap orang mempunyai cara pandangnya sendiri. Bagi sebagian orang, sesuatu bisa dianggap berharga, bagi sebagian yang lain itu dianggap sampah. Apa yang penting bagi seseorang bisa jadi sama sekali tidak penting bagi banyak orang. Ini adalah tantangan dalam inisiatif perubahan.

Orang lebih menyukai sampah yang mudah dari pada bijih emas yang sulit. Sampah ada bertebaran di permukaan tanah, tinggal memungut dan mengunyahnya. Sementara, bijih emas begitu jauh dari permukaan tanah. Diperlukan usaha keras menggali begitu dalam untuk menemukan keindahannya. Ketika ada perubahan, orang akan lebih memilih sampah dari pada bijih emas. Sampah itu sudah ada. Toh bijih emas pun belum tentu didapat. Sebagaimana dikatakan Heraclitus, keledai lebih menyukai sampah daripada emas.

Dalam setiap perubahan, akan ada perbedaan pandangan itu. Sebagian memilih sampah, segelintir kecil akan memilih emas. The Dancing Leader akan menghadapi keragaman pandangan dan kenyataan dalam organisasi. Ia akan mengajukan serangkaian pertanyaan pada diri sendiri. Apakah orang lain memandang persoalan sebagaimana pandangannya? Bagaimana cara mendidik orang lain tentang cara pandangnya? Atau justru sebaliknya. Bagaimana aku mendidik diriku agar memahami pandangan orang lain? Perlu usaha keras memang, untuk menemukan sebongkah emas.

Menjadi The Dancing Leader itu mengapresiasi keragaman dalam semesta. Bahkan ombak di pantai pun beragam. Ia belajar memahami

perbedaan. Ia mendidik orang yang berbeda pandangan untuk memahaminya sekaligus mendidik diri sendiri untuk memahami orang lain. Ia akan berusaha keras untuk menemukan emas, tidak hanya sekedar menikmati sampah.

Tanyakan pada diri sendiri dan rekan Anda, “Apa perbedaan pandangan yang tampak begitu menonjol di organisasi Anda? Bagaimana Anda mendidik orang lain untuk saling memahami perbedaan pandangan itu?“

Menjadi The Dancing Leader itu mengapresiasi keragaman dalam semesta.

InspirasiPemimpin

yang Menari

THE

DAN

CIN

G L

EAD

ER, K

AD

O M

ERD

EKA

17 A

gus

tus

2011

Perubahan itu Alami

Page 49: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

49 The Dancing Leader - http://Bukik.com

Seorang fasilitator handal, Mas Ken, sapaan akrabnya, memberi pelajaran pada saya tentang perubahan. Ia bercerita bahwa perubahan itu ibarat sebuah musik. Bagaimana kita bisa menikmati musik? Dengar, nikmati dan tenggelamlah dalam alunan nadanya.

Mas Ken mengajak saya membayangkan perubahan sebagai musik. Setiap perubahan itu ibarat musik yang merdu apabila kita mainkan sepenuh hati. Akan tetapi apabila kita mainkan setengah hati, suara sumbang yang merusak pendengaran dan mengacaukan suasana hati jadinya.

Bahkan Mas Ken menantang saya menciptakan perubahan dengan menggunakan metafor musik. Pilih jenis musik yang akan dimainkan, yang sesuai misi dan value organisasi. Pilihan jenis musik ini, jazz atau orkestra misalnya, akan menentukan keseluruhan permainan musiknya. Jazz mengandaikan setiap pemain bisa kreatif berimprovisasi. Orkestra menuntut seluruh pemain bergelora sesuai alunan konduktor.

Awalnya, ciptakan intro, bagaimana awal perubahan didengar oleh anggota organisasi. Awalan tak biasa yang tetap memikat akan mencuri perhatian pendengar. Tentukan refrain, poin perubahan yang perlu penekanan dan pengulangan. Hingga, bagaimana mengakhiri sebuah inisiatif perubahan yang berkesan.

Selama penciptaan musik itu, bayangkan pula siapa yang akan memainkan musik apa. Bagaimana perannya dan kapan setiap pihak memainkan alat musiknya. Pada akhirnya, penciptaan lagu perubahan itu membayangkan secara utuh, bukan bagian per bagian.

Menjadi The Dancing Leader adalah merasakan nada-nada di sekitarnya dan mengubahnya menjadi sebuah lagu perubahan yang ritmis. Ia melepaskan diri dari jebakan persepsi yang cenderung reaktif memandang realitas yang ada dihadapan. Ia menggunakan metafor sebagai cermin untuk menyatukan keping-keping realitas. Dalam metafor musik itu, ia memainkan imajinasinya untuk mensinergikan seluruh kekuatan dan harapan.

Tanyakan pada diri sendiri dan rekan Anda, “Apabila perubahan di organisasi Anda ibarat musik, jenis musik apa yang anda dengarkan? Bagaimana mencipta musik baru yang Anda inginkan?

Menjadi The Dancing Leader adalah merasakan nada-nada di sekitarnya dan mengubahnya menjadi sebuah lagu perubahan yang ritmis.

InspirasiPemimpin

yang Menari

THE

DAN

CIN

G L

EAD

ER, K

AD

O M

ERD

EKA

17 A

gus

tus

2011

Menciptakan Musik Perubahan

Page 50: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

50 The Dancing Leader - http://Bukik.com

Penting bagi kita untuk merayakan dan mensyukuri setiap keberhasilan, kecil sekalipun. Merayakan keberhasilan itu menandai tindakan-tindakan yang patut dihargai sekaligus melahirkan energi positif yang menyembuhkan luka dan kelelahan kita semua. Tak perlu berlebihan, tapi harus luar biasa dan mengesankan semua pihak yang terlibat dalam keberhasilan itu.

Perayaan keberhasilan bukan sekadar pemberian reward. Lebih dalam dari itu, perayaan keberhasilan itu menghargai diri sendiri sekaligus menghargai orang lain. Perayaan keberhasilan tidak boleh egois karena dalam keberhasilan apapun ada kontribusi banyak pihak. Perayaan keberhasilan itu membahagiakan diri sendiri juga orang lain.

Banyak organisasi yang merayakan keberhasilan dengan pemberian bonus akhir tahun atau reward tertentu pada mereka yang berprestasi. Bonus itu sudah sewajarnya, tetapi tak memadai untuk menyembuhkan kelelahan organisasi. Bonus itu permen yang menghilangkan rasa pedih dari kelelahan tapi tak menyembuhkan kelelahan itu sendiri.

Perayaan keberhasilan itu mengukuhkan diri kita bersama-sama sebagai mahkluk yang bebas. Reward itu justru menundukkan diri kita mengikuti stimulus dari luar. Pemaknaan reward yang berlebihan akan membuat diri kita menjadi makhluk reaksioner. Kita hanya bertindak hanya saat ada reward. Kita tak lagi melakukan suatu tindakan karena kita senang akan tindakan itu.

Daya pengaruh seorang pemimpin akan menurun seiiring dengan pemaknaan akan

reward yang meningkat. Kewibawaan akan berpindah dari diri seorang pemimpin ke reward. Reward-lah yang menjadi pimpinan. Bahkan, pemimpin yang berorientasi pada reward akan membawa organisasi pada pengejaran target jangka pendek dan mengabaikan kepentingan jangka panjang.

Menjadi The Dancing Leader adalah mengapresiasi apa yang baik di masa lalu, merayakannya di masa kini, sambil menjaga keseimbangan di masa depan. Ia sadar bahwa sikap berlebihan di suatu masa akan mengiritasi keseimbangan di masa yang lain. Ia merayakan keberhasilan sebagai apresiasi atas perjuangan diri sekaligus mengapresiasi orang lain.

Tanyakan pada diri sendiri dan rekan Anda, “Kapan terakhir kali Anda merayakan keberhasilan? Apa yang Anda rayakan? Bagaimana dampak perayaan itu terhadap diri Anda dan rekan kerja Anda di kemudian hari?”

Menjadi The Dancing Leader adalah mengapresiasi apa yang baik di masa lalu, merayakannya di masa kini, sambil menjaga keseimbangan di masa depan.

InspirasiPemimpin

yang Menari

THE

DAN

CIN

G L

EAD

ER, K

AD

O M

ERD

EKA

17 A

gus

tus

2011

Merayakan Keberhasilan

Page 51: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

51 The Dancing Leader - http://Bukik.com

Hampir sepanjang tahun kita bekerja keras mewujudkan apa yang menjadi kebutuhan dan impian kita. Sampai akhir tahun kita akan tahu apakah kita telah berhasil atau masih jalan di tempat. Ketika berhasil kita rayakan, ketika gagal kita ratapi, seolah-olah itu adalah akhir dari segalanya.

Gagal atau berhasil mungkin adalah akhir dari perjuangan kita. Tetapi akhir itu sekaligus awal dari sebuah perjuangan baru. Kehidupan bukanlah garis putus-putus, melainkan gelombang yang berkelanjutan. Setiap momen adalah akhir sekaligus awal. Semua hanya ada dalam persepsi kita.

Pindah rumah baru, wisuda, bekerja, pernikahan, promosi jabatan, usaha baru, semuanya menjadi akhir sekaligus awal. Ketika menjadi karyawan kita bermimpi dan berjuang untuk mendirikan bisnis baru. Begitu bisnis itu berdiri maka itu menjadi akhir sekaligus awal. Akhir dari peran kita sebagai karyawan dan awal dari peran kita sebagai pengusaha. Akhiri apa yang sudah sepatutnya diakhiri, awali apa yang kita impikan.

Kita seringkali terjebak dalam kehebatan sebuah momen, momen gagal ataupun berhasil. Momen gagal akan membuat semangat kita merosot. Tetapi lebih bahaya lagi adalah momen keberhasilan. Keberhasilan adalah perangkap yang melenakan kita untuk puas dengan keadaan saat ini. Kegagalan adalah obat pahit yang kita tolak, keberhasilan adalah candu yang sangat kita sukai. Menolak minum obat pahit membuat semangat kita terbaring sakit. Keterusan menggunakan candu akan membuat kita berkhayal dalam keindahan semu.

Menjadi The Dancing Leader itu memusatkan perhatian pada diri dalam relasinya dengan semesta secara keseluruhan. Ia membebaskan diri dari jebakan persepsi dan waktu dunia. The Dancing Leader sadar bahwa setiap momentum itu akhir dan awal karena begitulah kehidupan, sebuah gelombang perubahan yang berkelanjutan.

Tanyakan pada diri sendiri dan rekan Anda, “Kapan terakhir kali Anda mengalami kegagalan atau keberhasilan? Dari kejadian itu, apa yang harus dibawa ke masa depan dan apa yang harus ditinggalkan di masa lalu?”

The Dancing Leader sadar bahwa setiap momentum itu akhir dan awal karena begitulah kehidupan, sebuah gelombang perubahan yang berkelanjutan.

InspirasiPemimpin

yang Menari

THE

DAN

CIN

G L

EAD

ER, K

AD

O M

ERD

EKA

17 A

gus

tus

2011

Perubahan itu Alami

Page 52: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

52 The Dancing Leader - http://Bukik.com

Apa yang berubah dari diri Anda pada hari ini dibandingkan kemarin?Pertanyaan simpel ini seringkali membuat saya merasa tolol. Ternyata, banyak yang berubah dari diri saya pada hari ini dibandingkan kemarin, atau dibandingkan satu jam yang lalu.

Kenyataan yang saya sadari adalah, mau tidak mau tubuh saya secara alami mengalami perubahan. Kulit, isi perut, rambut, dan banyak lagi. Walau tak saya sadari, namun perubahan itu terjadi. Mungkin setelah beberapa waktu, kita akan menyadari dampak perubahan itu, tapi senyatanya perubahan itu terjadi sepanjang waktu.

Begitu juga dengan bisnis atau organisasi saya. Tambahan debu di pojok kantor, keluarnya rekan kerja, respon berbeda dari customer, cash flow yang beda dan banyak lagi; dari hari ke hari mengalami perubahan. Biasanya saya mengabaikan gejala-gejala kecil dan baru

tersadar ketika ada kejadian besar yang menghantam bisnis saya.

Mau tidak mau, perubahan itu terjadi secara alami. Hanya saja, kita seringkali terjebak dalam persepsi indera kita. Karena perubahan itu alamiah, maka tak ada pilihan bagi kita selain menerima dan menari di tengah alunan ritme perubahan.

Kesadaran terhadap perubahan sekecil apapun akan membantu kita berseluncur di atas gelombang perubahan. Kesadaran itu akan mempengaruhi tindakan kita sehari-hari, menjadi lebih luwes terhadap gelombang perubahan.

Tanyakan pada diri sendiri dan rekan Anda, “Apa perubahan alami yang baru Anda sadari saat ini?”

Kesadaran terhadap perubahan sekecil apapun akan membantu kita berseluncur di atas gelombang perubahan.

InspirasiPemimpin

yang Menari

THE

DAN

CIN

G L

EAD

ER, K

AD

O M

ERD

EKA

17 A

gus

tus

2011

Perubahan itu Alami

Page 53: Bukik Setyawan - The Dancing Leader

53 The Dancing Leader - http://Bukik.com

Tentang Penulis

Bukik itu orang yang unik, seorang pemikir kreatif dan strategis. Passionnya adalah memfasilitasi proses perubahan kreatif pada organisasi, perusahaan dan komunitas yang berpijak pada kekuatan terbaiknya. Misinya adalah menciptakan Indonesia idaman, Indonesia yang kita imajinasikan.

Saat ini, Bukik tengah mengembangkan Indonesia Bercerita, sebuah social entrepenuership dengan misi “Mendidik Melalui Cerita” yang terpilih sebagai The Most Inspiring Aksi KlikHati 2011. Terakhir, Indonesia Bercerita meraih Bubu Awards v.7 untuk kategori web pendidikan dan Best of The Best Web 2011.

Bukik meretas ide yang merupakan refleksi imajinasi dan pengalamannya menjadi The Dancing Leader. Ide tersebut sekarang berbentuk buku-e yang baru saja anda baca ini.

Simak terus dengan klik untuk Langganan Bukik.com Melalui Email Follow @Bukik di TwitterEmail : [email protected]

Sumber BacaanBoyatzis, R & McKee, A (2005). Resonant Leadeship.

Havard Business School PressCapra, Fritjof (2001). The Tao of Physic. Jalasutra Capra, Fritjof (2001). Jaring-jaring Kehidupan. Fajar

PustakaGladwell, Malcolm (2006). The Tipping Point. GramediaKotter, John P. (2008). The Heart of Change. Transmedia

PustakaPink, Daniel H. (2005). A Whole New Mind, Berpindah

dari Jaman Informasi menuju Jaman Konseptual. Abdi Tandur

Senge, Peter (1996). Disiplin Kelima. Binarupa AksarSutanto, Jusuf (2009). The Dance of Change:

Menemukan Kearifan Melalui Kisah-Kisah Kebijaksanaan Timur. Kompas

Zukaf, Gary (2003). The Dancing Wu Li Master: Makna Fisika Baru Dalam Kehidupan. Kreasi Wacana

THE

DAN

CIN

G L

EAD

ER, K

AD

O M

ERD

EKA

17 A

gus

tus

2011 Tentang Kontributor Foto

Titisari Raharjo, atau Titis(Cover depan luar & dalam, cover belakang)Karyawan swasta yang terus berusaha memiliki waktu luang, untuk mendengarkan musik, jalan-jalan, berolahraga air, memotret atau bertemu anak-anak kecil untuk berbagi cerita.Twitter: @this_is_tis | http://this-is-tis.blogpsot.comhttp://this-is-tis.deviantart.com

Imam Mutaqqin(Halaman 3, 9, 13, 17)BrandPR Strategist. Menekuni bidang komunikasi pemasaran dan media. Penulis lepas di beberapa situs online. Senang dengan segala hal yang beraroma kreativitas dan aktivitas sosial.Twitter: @imammtq

Heru Lesmana Syafei(halaman 5, 26, 30, 38)Penulis dan fotografer lepas sejak 2011. Lahir di Lhokseumawe, 13 Maret 1982Blog http://heruls.net/ | Galeri foto http://www.flickr.com/photos/heruls/ | Twitter: @HeruLS

Dita(Halaman 10, 12, 18, 19)Cewek kecil, mahasiswi psikologi Unair. Di JFC, saya bisa menyalurkan hobby saya. Saya adalah Traveller, pecinta kreatifitas, Photography, love Art, Organization and Design.Twitter : @dita_akw | ym : catatandhitaluthu

Sibair(halaman 21, 23Blogger, pecinta kota SurabayaBlog: http://Sibair.net | Twitter: @Sibair

JaliHalaman 15 & 16)Pehobi fotografi analog, desainer grafisWeb: http://www.flickr.com/photos/jalijalilagi/Twitter: @jalijalilagi

Josephine AntoniaMahasiswa psikologi UnairTwitter: @joche_coolcat

Page 54: Bukik Setyawan - The Dancing Leader