kcd.docx

9
`Mengapa Ada Pengulangan? Waktu kecil kita masing-masing pasti punya cerita bagaimana belajar naik sepeda roda dua. Ketrampilan ini memerlukan latihan yang berulang-ulang sampai bisa dan mahir. Bila diceritakan, ada saja keseruan yang kita alami saat-saat itu. Mulai dari berulang-ulang jatuh karena tidak bisa menjaga keseimbangan, kaki yang pegel-pegel, sampai mungkin tabrakan dengan sepeda teman. Namun semua kisah “tidak enak” tersebut menjadi cerita yang lucu kala diceritakan kembali. Sekarang setelah sebagian besar dari kita mahir mengendarai sepeda roda dua, kegiatan bersepeda bisa kita lakukan begitu saja seperti sebuah refleks. Bahkan aktifitas bersepeda atau kerennya disebut “gowes” sekarang sudah menjadi “trend” bagi banyak orang. Di kelas Kumon seringkali ada pertanyaan : “Mengapa harus ada pengulangan?” Nah, hampir sama seperti proses belajar naik sepeda roda dua, pengulangan di Kumon berguna untuk membentuk kemampuan yang kuat atau bisa disebut sebagai mahir. Karena tanpa pengulangan yang cukup, sampai lancar di step tertentu, siswa mungkin saja akan kesulitan memahami materi selanjutnya yang berkaitan dengan bahan pelajaran sebelumnya. Bisa dibayangkan, bila kita belum bisa menjaga keseimbangan saat bersepeda di jalan yang rata dan lurus. Bagaimana sulitnya bila kita melakukannya di jalan yang naik dan turun, berkelok-kelok atau di tengah keramaian lalu lintas. Seluruh tenaga dan pikiran terkuras, tetapi tetap saja kita tidak dapat maju dengan lancar. Begitupun saat siswa belajar. Bila belum cukup lancar pada satu step dan kemudian diberikan kesulitan yang lebih lagi, akan terjadi kesulitan yang bertumpuk. Misalnya siswa membutuhkan waktu yang lama untuk menjawab soal “ 8 + 6 “ , tentu akan bertambah sulit saat diberikan soal “ 18 + 6 “ dan lebih lama lagi berpikirnya ketika menghitung “ 28 + 16 “. Tentu saja belajar menjadi hal tidak menyenangkan baginya. Namun bila soal yang mudah bisa dikerjakannya dengan lancar, kesulitan di materi berikutnya pasti bisa diselesaikannya dengan hanya sedikit berpikir. Inilah yang disebut sebagai

Upload: lya-anggriani-sixoo

Post on 18-Jan-2016

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KCD.docx

`Mengapa Ada Pengulangan?

Waktu kecil kita masing-masing pasti punya cerita bagaimana belajar naik sepeda roda dua. Ketrampilan ini memerlukan latihan yang berulang-ulang sampai bisa dan mahir. Bila diceritakan, ada saja keseruan yang kita alami saat-saat itu. Mulai dari berulang-ulang jatuh karena tidak bisa menjaga keseimbangan, kaki yang pegel-pegel, sampai mungkin tabrakan dengan sepeda teman. Namun semua kisah “tidak enak” tersebut menjadi cerita yang lucu kala diceritakan kembali. Sekarang setelah sebagian besar dari kita mahir mengendarai sepeda roda dua, kegiatan bersepeda bisa kita lakukan begitu saja seperti sebuah refleks. Bahkan aktifitas bersepeda atau kerennya disebut “gowes” sekarang sudah menjadi “trend” bagi banyak orang.

Di kelas Kumon seringkali ada pertanyaan : “Mengapa harus ada pengulangan?”Nah, hampir sama seperti proses belajar naik sepeda roda dua, pengulangan di Kumon berguna untuk membentuk kemampuan yang kuat atau bisa disebut sebagai mahir. Karena tanpa pengulangan yang cukup, sampai lancar di step tertentu, siswa mungkin saja akan kesulitan memahami materi selanjutnya yang berkaitan dengan bahan pelajaran sebelumnya.

Bisa dibayangkan, bila kita belum bisa menjaga keseimbangan saat bersepeda di jalan yang rata dan lurus. Bagaimana sulitnya bila kita melakukannya di jalan yang naik dan turun, berkelok-kelok atau di tengah keramaian lalu lintas. Seluruh tenaga dan pikiran terkuras, tetapi tetap saja kita tidak dapat maju dengan lancar.

Begitupun saat siswa belajar. Bila belum cukup lancar pada satu step dan kemudian diberikan kesulitan yang lebih lagi, akan terjadi kesulitan yang bertumpuk. Misalnya siswa membutuhkan waktu yang lama untuk menjawab soal “ 8 + 6 “ , tentu akan bertambah sulit saat diberikan soal “ 18 + 6 “ dan lebih lama lagi berpikirnya ketika menghitung “ 28 + 16 “. Tentu saja belajar menjadi hal tidak menyenangkan baginya. Namun bila soal yang mudah bisa dikerjakannya dengan lancar, kesulitan di materi berikutnya pasti bisa diselesaikannya dengan hanya sedikit berpikir. Inilah yang disebut sebagai “just right level”. Tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit, tetapi pas.

Sebenarnya banyak hal di dalam kehidupan kita belajar dari pengulangan. Kita mahir karena berulang kali melakukannya dan menjadi biasa. Saya sering terkagum-kagum pada para ibu yang pandai memasak. Saat menakar jumlah garam atau bumbu untuk masakannya, mereka bisa melakukannya hanya dengan “kira-kira” namun “tepat”. Istilah dalam resep “garam secukupmya”. Nah, cukupnya seberapa ya? Itulah kepekaan yang ada pada ahli-ahli masak itu karena mereka sering melakukannya. Ketrampilan yang didapat karena latihan berulang-ulang.Yuk, kita ikut berlatih seperti anak-anak…tidak mudah menyerah bila memang perlu diulang

LATIHAN SETIAP HARI, APA "IMBALAN"NYA?

Page 2: KCD.docx

Kita sering mendengar slogan yang berakata “Do the best!” Pimpinan atau atasan juga kerap mengatakan hal yang sama pada kita,”Lakukanlah yang terbaik!”Meski demikian, tidak semua dari kita mau melakukan yang terbaik, sebaliknya kita melakukan pekerjaan dengan kualitas “biasa-biasa” saja, yang penting beres, atau bahkan cenderung “asal-asalan”.

Apa sebabnya kita memiliki mentalitas seperti itu? Kemungkinan besar karena kita tidak selalu yakin apa “imbalan” yang kita dapatkan atas upaya kita. Maka kita memilih bersikap “buat apa susah-susah”.Kita tidak pernah tahu bahwa bila kita melakukan yang terbaik, kita akan tetap mendapat “imbalan” meski datangnya seingkali dari sumber yang tak terduga. Ada suatu kisah menarik sebagai contoh.

Seorang tukang kayu yang sangat rajin, teliti, rapih dan cakap dalam pekerjaannya memutuskan untuk pensiun. Sang kontraktor tentu saja merasa sedih karena tukang kayu tersebut adalah salah satu pegawai terbaiknya. Untuk terakhir kalinya sang kontraktor meminta tukang kayu tersebut membangun satu rumah lagi. Tukang kayu itu setuju, namun karena ia pikir toh sebentar lagi ia pensiun, ia bekerja tidak dengan sungguh-sungguh seperti biasanya. Ia bekerja secara sembarangan, tidak rapih dan terlihat asal-asalan. Ketika tukang kayu tersebut selesai dengan pekerjaannya, sang kontraktor menyerahkan kunci pintu rumah yang selesai dibangun itu kepada si tukang kayu dan berkata,”Ini rumahmu. Ini hadian untukmu.”Bisa dibayangkan betapa menyesalnya si tukang kayu karena ia tidak mengerjakan yang terbaik.

Anak-anak kita pun perlu belajar melakukan yang terbaik untuk membangun masa depannya. Mungkin saat ini mereka tidak menyadari atau memahami “imbalan” dari belajar sungguh-sungguh, berlatih sebaik-baiknya dan bersusah payah belajar setiap hari. Meski sulit membuat mereka yakin dengan hasilnya kelak, kita sebagai orangtua tetap harus bersikap bijak menanamkan mentalitas “do the best”. Bukan sekedar hasil akhirnya, namun “usaha”nya. Lakukan yang terbaik sebagai usaha untuk membangun “rumah” masa depan mereka.

Meninjau Siswa setelah Pengulangan Pertama

Salah satu keistimewaan Metode KUMON adalah belajar dengan pengulangan. Berusaha mencapai nilai dan SWP, jika belum menguasai maka worksheets diulang sekali lagi. Keadaan ini sering ditemui di kelas KUMON.Pada umumnya, jika kita mengulang worksheets pada bagian yang sama, pada pengerjaan yang kedua, kita akan melihat peningkatan dalam waktu dan nilai. Namun, ada kalanya waktu penyelesaian untuk pengerjaan yang ke-2 lebih lama dari yang pertama. Atau, bisa juga waktu penyelesaian untuk kedua pengerjaan tersebut tidak jauh berbeda. Jika hal ini yang terjadi, bagaimanakah cara kita membimbing? Dilihat dari pengulangan, tidak ada kemajuan,

Page 3: KCD.docx

sebaliknya mungkin kemunduran dalam waktu penyelesaian dan nilai.Karena waktu penyelesaian untuk pengerjaan kedua lebih lama dibanding pengerjaan yang pertama, maka diperlukan pengerjaan yang ketiga. Tetapi, jika pada pengerjaan yang ketiga belum ada perubahan, apa yang harus kita lakukan? Memberi pengulangan ketiga (pengerjaan keempat )?Jika pada pengulangan pertama (pengerjaan kedua) tidak ada kemajuan, maka kita seharusnya tidak dengan mudah memberikan pengulangan. Mengapa kita tidak berpikir mengenai hal-hal yang mungkin menjadi penyebabnya? Apakah ada kemampuan dalam berkonsentrasi? Apakah ada kesulitan dalam menghitung? Apakah ada konsep yang belum dimengerti? Karena, bagaimanapun juga dengan diberi pengulangan seharusnya ada peningkatan dalam waktu penyelesaian dan nilai pada pengerjaan yang ketiga (pengulangan kedua).

Blaise Pascal (1623 - 1662)

Blaise Pascal membuat sumbangan-sumbangan untuk kalkulus, pada usia 19 tahun ia menciptakan mesin penambahan yang pertama. Alat ini, dengan roda yang diputar tangan, adalah leluhur primitif dari kalkulator elektronika dan komputer sekarang. Pacsal lahir di Clermont, Perancis, seorang anak yang sakit-sakitan yang diganggu oleh kesehatan buruk selama hidupnya yang singkat. Pada usia 12 tahun ia mempelajari geometri; di bidang inilah ia membuat sumbangan matematisnya yang terbesar. Bersama Pierre Fermat, ia diberi penghargaan atas perintisan dan pengkajian serius teori probabilitas. Nama Segitiga Pascal diberikan kepada susunan bilangan yang terdiri dari koefisien-koefisien binomial. Gagasannya ini mempengaruhi Leibniz dan, melalui dia, penemuan kalkulus.Bahkan lebih daripada prestasi ilmiahnya, Pascal diabadikan oleh tulisan-tulisan keagamaannya. Pensees-nya adalah kesusastraan klasik yang amat besar. Sementara ia berpikir bahwa hanya penalar-an merupakan dasar untuk pengetahuan dalam ilmu dan matematika, ia mengatakan bahwa misteri dari keyakinan tersembunyi dari penalaran dan seharusnya diterima pada kewenangan Injil. Dan dalam analisis akhir, Pascal akan meminta dengan tegas bahwa keyakinan lebih tinggi daripada penalaran.

Perkembangan Otak Anak

Hubungan antar sel-sel otak dibentuk dengan adanya saling kirim dan terima signal. Signal yang berupa getaran aliran listrik ini mengalir dari sel yang satu ke sel yang lainnya, dan dengan bantuan zat kimia seperti serotonin, terbentuklah hubungan antara sel-sel otak tersebut. Rangsangan yang terus-menerus, yang anda berikan melalui bentuk kegiatan yang berulang-ulang, akan semakin memperkuat hubungan antar sel-sel otak. Satu sel otak mampu membuat 15.000 hubungan dengan sel otak yang lain. Hubungan yang sangat rumit inilah yang membentuk jaringan antar sel-sel otak.Pengalaman yang diterima oleh bayilah yang akan menentukan bentuk jaringan di dalam otak. Sejak bayi lahir, jaringan ini akan dibentuk dengan cepat sekali, dan pada usia anak mencapai 3 tahun, otak anak anda akan membuat kira-kira 1000 trilyun hubungan, dimana jumlah ini adalah 2 kali lipat dari jumlah hubungan jaringan otak pada orang dewasa. Hubungan otak yang densitas/kerapatannya sangat tinggi ini akan tetap dipertahankan sampai dengan umur 10 tahun.Setelah itu, apa yang akan terjadi ?

Page 4: KCD.docx

Setelah anak menginjak usia 11 tahun, hubung-an antar sel-sel otak tersebut akan diseleksi secara alami, dimana hubungan yang sering digunakan akan semakin diperkuat dan menjadi permanen, sedangkan hubungan yang tidak pernah digunakan akan diputus / dibuang. Disinilah pentingnya pengalaman pada usia awal/dini. Disinilah peran orang tua akan sangat menentukan. Stimulasi yang anda berikan kepada anak anda akan sangat menentukan apakah hubungan antar sel-sel otak anak akan diperkuat atau justru diputus dan dibuang.

Masalah 8 potong roti

Dalam acara Dinner Party perayaan 10 tahun KUMON di Indonesia, Jono, Arini dan Ambar duduk dalam satu meja. Pada acara tersebut Jono membawa 5 bungkus Roti Holland, Ambar membawa 3 roti Holland sedangkan Arini tidak membawa apa-apa. Namun Arini mempunyai uang Rp 8.000. Arini menawarkan akan membeli roti-roti tersebut. Mereka setuju untuk membagi 8 roti tersebut untuk mereka bertiga dan Arini akan membayar Rp 8.000 (harga 1 roti = Rp 1.000). Semua roti mempunyai bentuk dan ukuran yang sama. Ambar (yang membawa 3 roti) dibayar Rp 3.000 dan Jono (yang membawa 5 roti) dibayar Rp 5.000. Beberapa saat kemudian, kening Jono berkerut dan langsung memberikan pendapat bahwa pembayaran tersebut tidak adil. Dia seharusnya mendapat bayaran lebih dari Rp 5000. Apakah pendapat Jono benar ? Berapakah seharusnya uang yang diterima oleh Jono dan Ambar ?Jono benar ! Dia harus mendapat bayaran lebih besar dari Rp 5.000. Masing-masing akan mendapatkan bagian roti (8 roti dibagi bertiga). Sehingga Ambar (yang membawa 3 roti) telah memberikan 1/3 roti kepada Arini. Jono (yang membawa 5 roti) telah memberikan 2 1/3 (7/3)kepada Arini. Jono memberikan 7 kali lebih banyak dan seharusnya Jono mendapat bayaran Rp 7.000 sedangkan Ambar mendapat bayaran Rp 1.000 (karena hanya satu yang ia berikan kepada Arini).

BERLATIH DALAM SATUAN MENIT

Seorang penulis dan dosen bernama John Erskine (1879-1951) menyatakan bahwa ia mendapat pelajaran paling berharga dalam hidupnya ketika berusia 14 tahun. Guru pianonya bertanya, seberapa seing ia berlatih. Ia menjawab bahwa biasanya ia duduk di depan piano selama satu jam atau lebih.

“Jangan seperti itu,” sang guru memperingatkan. “Setelah dewasa nanti, kau tak punya waktu berlatih sebanyak itu. Berlatihlah dalam satuan menit, kapanpun kau sempat, 5 atau 10 menit sebelum berangkat sekolah, atau sesaat sebelum makan siang. Sisihkan waktu untuk latihan di antara tugas-tugas utamamu. Bagilah waktu latihan itu di sepanjang hari, barulah musik itu akan menjadi bagian dalam hidupmu.”

Selanjutnya Erskine menyatakan bahwa dengan mengikuti nasihat tersebut ia dapat menjadi penulis yang kreatif disamping tugas rutinnya. Ia menulis hampir seluruh buku Helen of

Page 5: KCD.docx

Troy, karyanya yang paling termasyur, dalam angkutan umum ketika ia melakukn perjalanan dari rumah menuju kampusnya.

Latihan di Kumon yang biasa dikenal anak-anak sebagai PR, pada prinsipnya hampir sama dengan latihan bermain musik. Kalau dikerjakan dalam porsi waktu yang kecil-kecil, bisa membentuk kebiasaan belajar yang baik. Latihan PR Kumon di sela-sela kegiatan sekolah dan rutinitas lain memberikan pengalaman memanfaatkan waktu dengan baik. Dan semua latihan yang tampaknya biasa-biasa saja, tanpa disadari memberikan hasil yang luar biasa.

Tanamkan kebiasaan belajar yang baik dengan latihan dalam porsi kecil di antara kegiatan utama. Berlatihlah dalam satuan menit, setidaknya 30 menit setiap hari yang bisa dibagi-bagi dalam waktu lebih kecil di sepanjang hari itu. Rasakan hasilnya !

Just Right Level

Sewaktu kita masak dengan menggunakan panci presto, ada keterangan yang harus dicermati dalam menggunakannya. Waktu pemanasan dengan api besar dan api kecil disesuaikan dengan bahan makanan yang hendak diolah. Untuk melunakkan daging ayam dan daging sapi ada bedanya. Apalagi untuk membuat ikan duri lunak, diperlukan waktu yang lebih lama. Dengan pemakaian yang tepat, masakan kita akan matang sesuai yang diharapkan dan tentu enak dimakan.Dalam kehidupan, terutama mendidik anak, diperlukan keahlian menemukan “panas” yang tepat bagi masing-masing anak. Hampir seperti memasak, diperlukan besar api yang tepat supaya hasil akhirnya memuaskan. Tentu ini sangat tergantung pada kondisi setiap keluarga dan juga keinginan orangtua dan anak akan masa depannya.Di kelas Kumon, kami menyebutnya sebagai “just right level”, yaitu tingkatan yang tepat bagi masing-masing individu anak. Dalam proses menggali potensi mereka, Kumon melakukan bimbingan individual. Itulah mengapa terkadang ada perbedaan cara bimbingan dan kemajuan bagi tiap anak. Bahkan untuk titik pangkal yang sama sekalipun, akan ada perbedaan entah pada cara bimbingan atau pada program belajarnya.Just right level meliputi 3 aspek ketepatan yaitu: ketangkasan kerja, pemahaman dan sikap belajar. Dalam prosesnya aspek mana yang harus dikembangkan terlebih dahulu pada diri seorang anak, menjadi acuan bagi kami untuk merencanakan program belajar dan bimbingannya. Jadi seperti juga menentukan besar dan lamanya “api” untuk mematangkan masakan, di Kumon ketepatan bimbingan juga disesuaikan bagi setiap individu.Pembentukan seperti apa yang akan kita rencanakan bagi anak-anak? Menjadikan mereka calon penerus bangsa yang tangguh dan pintar? Ayo, berlatih menemukan “api” yang tepat bagi mereka supaya kelak anak-anak siap menghadapi masa depannya. Tentu jangan abaikan “kasih sayang’ dalam mengasuh dan membesarkannya karena hal tersebut turut memberi warna pada kedewasaannya kelak.

Page 6: KCD.docx

TIDAK ADA YANG INSTANT !

Dalam sebuah artikel di majalah Time, Sarah Vowell berkata bahwa ia telah mendaftar kursus 3 jam yang disebut “Piano Instant Bagi Orang Super Sibuk”. Menyesal karena tidak tekun belajar musik ketika masih kanak-kanak, ia bertekad untuk memainkan satu lagu dengan ingatannya. Ia menemukan bahwa meski tekadnya ini tampak sederhana, tetapi memerlukan waktu berjam-jam untuk latihan. Tidak ada yang namanya belajar piano “instant”.

Pengalaman tersebut adalah pengingat bahwa walaupun kita sering menginginkan hasil yang cepat, tetapi hal ini juga berkaitan dengan latihan kesabaran. Saat anak-anak belajar di Kumon, latihan-latiahan yang tampak menjemukan merupakan tahapan yang harus dilewati untuk mencapai hasil yang luar biasa. Bila melihat siswa yang sudah belajar jauh di atas tingkatan kelasnya, itu bukan sesuatu yang instant. Ada usaha yang keras dan latihan dalam ketekunan yang telah dilewatinya. Jadi bukan sesuatu yang instant.

Ketekunan harus dilatih. Untuk mendapatkanya butuh kesabaran. Umumnya di Kumon, anak-anak yang belajar secara kontinyu setidaknya dalam satu tahun akan mencapai kemajuan besar. Tidak hanya pada materi pelajaran saja, tetapi perubahan yang lebih baik dalam sikap dan kebiasaan belajarnya. Tidak instant, bagi siswa yang kemampuannya melaju dengan cepat pun mereka mencapainya tidak secara instant. Jadi, selain Kumon meningkatkan kemampuan akademik siswa, dalam prosesnya juga mengajarkan “bila kita tekun, kita bisa memang”.