kawasan (tanpa) rokok - badan eksekutif mahasiswa...

19
KAJIAN REKOMENDASI KAWASAN (TANPA) ROKOK BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA Departemen Kajian dan Aksi Straategis Departemen Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa Depok, Juli 2015

Upload: duongnga

Post on 04-Mar-2018

220 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAWASAN (TANPA) ROKOK - Badan Eksekutif Mahasiswa …bemfebui.com/official/wp-content/uploads/2015/07/Kajian-KTR-Revisi.pdf · Hal tersebut akan melanggar pasal 17 dari SK Rektor

KAJIAN REKOMENDASI

KAWASAN (TANPA)

ROKOK

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS INDONESIA

Departemen Kajian dan Aksi Straategis

Departemen Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa

Depok, Juli 2015

Page 2: KAWASAN (TANPA) ROKOK - Badan Eksekutif Mahasiswa …bemfebui.com/official/wp-content/uploads/2015/07/Kajian-KTR-Revisi.pdf · Hal tersebut akan melanggar pasal 17 dari SK Rektor

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia 2

A. PENDAHULUAN

Meskipun merokok merupakan kegiatan yang membahayakan kesehatan diri sendiri dan

juga orang lain, namun masih banyak penduduk Indonesia yang melakukan hal tersebut. Logika

“Membayar untuk merusak diri sendiri” menggambarkan perokok oleh kalangan bukan perokok.

Sudah jadi pengetahuan umum bahwa asap rokok mempunyai dampak yang buruk bagi kesehatan

manusia. Tidak sedikit pula kampanye – kampanye anti rokok yang sudah digerakkan, namun

jumlah perokok di Indonesia terus meningkat. Menurut data, jumlah perokok di Indonesia

semenjak tahun 1995 sampai dengan 2013 meningkat dari 27,8% pada tahun 1995, 31,8% pada

tahun 2001, 34,2% pada tahun 2007, 34,7% pada tahun 2010, dan 36,3% pada tahun 2013 (Depkes,

2014).

Kondisi tersebut membuat Pemerintah Indonesia menerbitkan Peraturan Pemerintah

Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengendalian tembakau yang merupakan peraturan pelaksanaan

dari UU Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Dengan dasar Peraturan Pemerintah dan guna

mendukung kebijakan yang pro dengan kesehatan masyarakat, Universitas Indonesia

mengeluarkan SK Rektor UI Nomor 1805 tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok Universitas

Indonesia yang secara garis besar menjelaskan bahwa lingkungan Universitas Indonesia bebas

asap rokok dengan melarang untuk kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi dan/atau

penggunaan rokok. Untuk lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis sendiri yang seharusnya bebas

asap rokok dan termasuk dalam KTR UI, masih banyak mahasiswa, dosen, dan pegawai yang

merokok di tempat – tempat tertentu. Hal tersebut membuat larangan tanpa merokok tidak efektif.

Alasan utama mengapa KTR di lingkungan FEB UI tidak efektif adalah tidak adanya masa transisi

yang ditandai dengan tidak adanya Spot Merokok sebagaimana yang tertuang dalam pasal 9 dan

10 SK Rektor UI tentang KTR UI.

Tujuan penulisan kajian penerapan KTR UI di kawasan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Indonesia ini untuk memberikan saran kepada pihak Dekanat Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Indonesia untuk mempertimbangkan penerapan Spot Merokok di lingkungan

FEB UI dan kejelasan peraturan yang diwujudkan dalam SK Dekan.

Page 3: KAWASAN (TANPA) ROKOK - Badan Eksekutif Mahasiswa …bemfebui.com/official/wp-content/uploads/2015/07/Kajian-KTR-Revisi.pdf · Hal tersebut akan melanggar pasal 17 dari SK Rektor

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia 3

B. ISI

1. Analisa SK Rektor tentang Kawasan Tanpa Rokok

Dalam SK Rektor UI Nomor 1805 tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok Universitas

Indonesia (KTR UI), disebutkan bahwa keputusan ini ditujukan untuk:

1. Meningkatkan produktivitas kerja dan pelayanan umum yang optimal di Universitas

Indonesia

2. Mewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih di lingkungan Universitas Indonesia

3. Menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula bagi warga Universitas

Indonesia

4. Mewujudkan mahasiswa Universitas Indonesia menjadi generasi muda yang sehat dan

cerdas

5. Mengurangi kerugian material dalam hal ini mengurangi risiko bahaya kebakaran di

lingkungan UI

Sanksi yang kurang tegas merupakan salah satu alasan mengapa masih banyak Sivitas

akademi yang merokok di KTR UI. Berdasarkan SK Rektor, prosedur penindaklanjutan terhadap

pelanggaran hanya berupa teguran lisan, dan apabila peneguran lisan sudah tercatat selama tiga

kali maka diberikan teguran tertulis sebanyak tiga kali dan himbauan untuk mendapatkan bantuan

dari klinik stop merokok. Jika teguran tertulis masih tidak diindahkan maka pelaku diminta untuk

mendapat bantuan dari Klinik Bantuan Stop Merokok. Prosedur tersebut tidak terlalu efektif

karena tidak adanya pihak yang menegur dan kurang menimbulkan efek jera terhadap pelaku.

Walaupun sivitas akademi UI lainnya berhak menegur, namun tidak ada yang berani menegur

pelanggar tersebut.

Page 4: KAWASAN (TANPA) ROKOK - Badan Eksekutif Mahasiswa …bemfebui.com/official/wp-content/uploads/2015/07/Kajian-KTR-Revisi.pdf · Hal tersebut akan melanggar pasal 17 dari SK Rektor

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia 4

Sejak diberlakukannya SK Rektor ini, FEUI (saat ini FEB UI) belum pernah menerapkan

masa transisi KTR. Padahal, pada Bab VI Aturan Peralihan bagian kesatu tentang masa transisi

KTR UI, disebutkan bahwa rektor telah menetapkan adanya masa transisi KTR UI yang berakhir

pada 31 Desember 2012. Disebutkan pula bahwa spot merokok seharusnya diberlakukan pada

masa transisi ini. Belum diberlakukannya spot merokok di FEB UI bisa jadi merujuk pada tidak

diberlakukannya masa transisi KTR di FEB UI.

Pasal 10 pada bab yang sama mengatur tentang pemberlakuan spot merokok. Dalam ayat

1, disebutkan bahwa pimpinan dan/atau penanggung jawab unit kerja wajib menetapkan spot

merokok yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada pasal 7 ayat (1) di lingkungan

kerja masing-masing. Jelas disebutkan bahwa penetapan spot merokok ini diwajibkan, dengan

ketentuan yang telah dijabarkan pada pasal 9. Tidak diberlakukannya spot merokok di FEB UI

menandakan bahwa FEB UI telah melanggar pasal 10 dari SK Rektor ini. Tidak adanya spot

merokok dapat berdampak pada para perokok yang tetap merokok di KTR UI. Hal tersebut akan

membuat peraturan mengenai KTR UI ini menjadi tidak efektif, dan membuat “Hak untuk

mendapatkan udara bersih” yang diangkat pada SK Rektor kali ini pun tidak tercapai.

Selain itu Bab V pasal 7 yang membahas tentang sponsor kegiatan dan penerima beasiswa

dapat dikatakan mengundang pro dan kontra. Pada pasal 1 dan 2, disebutkan pihak sponsor yang

dikategigorikan sebagai “Perusahaan rokok atau institusi yang citranya terkait dengan rokok”.

Citra yang terkait dengan rokok adalah frase yang mengundang multipersepsi dikarenakan bahwa

lembaga yang memiliki gerakan anti rokok pun dapat dikatakan memiliki citra yang berkaitan

dengan rokok, yang mana akan berbeda ketika frase tersebut diganti dengan citra yang pro rokok

ataupun frase sejenisnya. Di luar itu, ayat 1 dapat dengan mudah disetujui karena ketika sebuah

instansi mensponsori suatu kegiatan, dapat dipastikan akan ada kontraprestasi yang harus diberikan

kepada instansi tersebut. Hal tersebut akan melanggar pasal 17 dari SK Rektor ini yang mana

menyebutkan bahwa tidak diperbolehkan untuk melakukan promosi produk rokok di KTR UI.

Page 5: KAWASAN (TANPA) ROKOK - Badan Eksekutif Mahasiswa …bemfebui.com/official/wp-content/uploads/2015/07/Kajian-KTR-Revisi.pdf · Hal tersebut akan melanggar pasal 17 dari SK Rektor

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia 5

Umumnya, kontraprestasi tersebut berbentuk publikasi mengenai instansi, ataupun produk

dari instansi tersebut, atau dapat pula berbentuk pendirian stand di mana instansi tersebut dapat

melakukan aktivitas jual beli produk mereka ataupun mempromosikan instansinya. Dengan

demikian, membiarkan produsen rokok ataupun institusi yang citranya berkaitan dengan rokok

sama saja dengan mendukung publikasi mereka yang mana dapat berdampak pada bertambahnya

perokok pemula yang kontras dengan poin ketiga pada tujuan diberlakukannya keputusan ini.

Adapun ayat 2 dari pasal ini dapat pula disetujui dengan cukup mudah karena industri

rokok yang tergolong dalam harmful industries yang memiliki pandangan umum tidak

berkewajiban untuk melakukan CSR atau Corporate Social Responsibility. Meskipun beasiswa

oleh perusahaan yang terkait dengan rokok sudah menjamur dan mencetak banyak lulusan-lulusan

berkualitas, CSR rokok dinilai sebagai salah satu bentuk pemasaran dan branding dari perusahaan

rokok tersebut yang mana dampaknya dapat seperti yang telah dijabarkan pada analisis ayat 1 di

atas. Sementara itu, ayat 3 dapat dikatakan sebagai poin yang paling banyak diperdebatkan dalam

pasal ini. Pertama, tidak dielaborasikan pada petunjuk teknis mengenai apa itu perokok aktif.

Seharusnya, petunjuk teknis memperjelas mengenai kriteria perokok aktif, seperti lama ia

merokok, intensitas ia merokok, dan lain sebagainya. Kedua, banyak pihak, khususnya mahasiswa

yang beranggapan bahwa diperbolehkan atau tidaknya perokok aktif untuk mendapatkan beasiswa

seharusnya ditentukan oleh pemberi beasiswa tersebut, bukan universitas. Hal ini merujuk pada

kegiatan merokok yang bukan merupakan kegiatan ilegal bagi mahasiswa secara umum (asumsi:

Mahasiswa berusia 18 tahun ke atas).

2. Urgensi SK Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Isu tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) merupakan bahasan lama yang belum memiliki

penyelesaian di kalangan sivitas akademika Universitas Indonesia. Kebijakan Universitas

Indonesia terkait KTR telah ditetapkan dalam Surat Keputusan Rektor Nomor

1805/SK/R/UI/2011. Adapun dalam SK tersebut setiap sivitas UI memiliki tugas untuk

mensosialisasikan KTR dan menyelenggarakan kegiatan-kegitan terkait. Berdasarkan hal tersebut

dan membandingkan dengan aktivitas di fakultas lain, kami melihat bahwa pihak dekanat Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) kurang serius dalam usaha menyelesaikan

Page 6: KAWASAN (TANPA) ROKOK - Badan Eksekutif Mahasiswa …bemfebui.com/official/wp-content/uploads/2015/07/Kajian-KTR-Revisi.pdf · Hal tersebut akan melanggar pasal 17 dari SK Rektor

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia 6

isu ini. Hal ini dapat dilihat dari kurangnya sosialisasi SK Rektor tentang KTR dan regulasi-

regulasi turunan yang belum ditetapkan seperti SK Dekan. Keadaan ini berefek pada pelaksanaan

kebijakan KTR di kawasan FEB UI yang belum terlaksana.

Melihat hal ini, kami berupaya untuk menghimpun pendapat mahasiswa FEB UI terkait

dengan kebijakan KTR. Dalam aktivitas pengumpulan aspirasi melalui diksusi dan survei,

didapatkan kesimpulan bahwa mahasiswa FEB UI membutuhkan regulasi yang lebih jelas terkait

KTR. Lingkungan dan budaya FEB UI tidak dapat disamakan dengan lingkungan dan budaya

fakultas lain sehingga membutuhkan beberapa kebijakan khusus yang hanya diterapkan dalam

lingkungan FEB UI. Dalam menanggapi respon mahasiswa FEB UI tersebut, diharapkan pihak

dekanat segera mengeluarkan Surat Keputusan (SK) Dekan. Hal ini dirasa penting dan mendesak

mengingat penerapan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di kawsan FEB UI belum berjalan dengan

efektif. Dengan dibuatnya Surat Keputusan Dekan, diharapkan regulasi terkait Kawasan Tanpa

Rokok semakin jelas sehingga pelaksanaan kebijakan KTR ini pun akan semakin efektif. Selain

itu, layaknya Peraturan Menteri yang merupakan turunan pelaksanaan teknis dari sebuah Undang-

Undang, SK Dekan juga merupakan turunan dari dari SK Rektor yang mengatur tentang

pelaksanaan teknisnya agar implementasi Kawasan Tanpa Rokok dapat berjalan dengan efektif.

Di lingkungan sivitas akademika Universitas Indonesia, terdapat berbagai fakultas yang

telah mengimplementasikan SK Rektor Nomor 1805/SK/R/UI/2011 tentang Kawasan Tanpa

Rokok lebih lanjut dengan membuat SK Dekan. Fakultas tersebut diantaranya Fakultas Teknik,

Fakultas Kesehatan Masyarakat, dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Fakultas Kesehatan

Masyarakat (FKM) UI menjadi pelopor dengan membuat SK Dekan di tahun 2007. SK ini bahkan

dibuat sebelum adanya SK Rektor di tahun 2011. SK Dekan No. 156/SK/FKMUI/2007 tersebut

menetapkan bahwa:

1. Dilarang merokok dalam gedung FKMUI dan di daerah beratap seperti koridor, kantin dan

3 (tiga) meter dari dinding gedung dan daerah beratap

2. Denda Rp 100.000,- (seratus ribu rupiah) setiap kedapatan merokok di daerah terlarang

3. Denda bagi karyawan atau dosen FKMUI akan diambil langsung dari gaji karyawan atau

dosen setiap bulannya

Page 7: KAWASAN (TANPA) ROKOK - Badan Eksekutif Mahasiswa …bemfebui.com/official/wp-content/uploads/2015/07/Kajian-KTR-Revisi.pdf · Hal tersebut akan melanggar pasal 17 dari SK Rektor

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia 7

4. Denda bagi mahasiswa akan diakumulasi dan harus dibayar oleh mahasiswa pada saat

pembayaran BOP semester berikutnya secara penuh

Fakultas Teknik telah mengikuti langkah FKM UI untuk membuat SK Dekan di tahun

2013. SK Dekan Fakultas Teknik No. 1604/D/SK/FTUI/XI/2013 tentang Kebijakan Kawasan

Tanpa Rokok menetapkan bahwa:

1. Dilarang menghisap atau menikmati rokok, kecuali di tempat yang telah disediakan untuk

merkok

2. Perusahaan rokok atau institusi yang citranya terkait dengan rokok dilarang menjadi

sponsor yang terkait dengan kegiatan civitas akademika

3. Fakultas Teknik Universitas Indonesia tidak menerima beasiswa yang berasal dari

Perusahaan

Rokok atau institusi yang citranya terkait dengan rokok

4. Penerima Beasiswa di lingkungan FTUI bukan perokok aktif

5. Petugas Satuan Pengamanan dilarang merokok saat melaksanakan tugas

6. Petugas Satuan Pengamanan berhak menegur warga FTUI yang merokok di area FT UI

7. Sanksi bagi yang merokok di lingkungan FTUI dikenakan denda RP. 100,000 dan fotonya

akan dipajang di lingkungan FT UI

Dengan melihat referensi dari surat-surat keputusan Dekan diatas, dapat dicermati

beberapa poin penting yang dapat dimasukan ke dalam SK Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

UI nantinya, yaitu:

1. Penegasan kembali bahwa Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI merupakan area yang bebas

dari asap rokok, kecuali di tempat-tempat yang ditentukan

2. Penentuan tempat spot merokok yang sesuai dengan aturan SK Rektor Nomor

1805/SK/R/UI/2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok.

Page 8: KAWASAN (TANPA) ROKOK - Badan Eksekutif Mahasiswa …bemfebui.com/official/wp-content/uploads/2015/07/Kajian-KTR-Revisi.pdf · Hal tersebut akan melanggar pasal 17 dari SK Rektor

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia 8

3. Pelaksaan pengawasan KTR yang terdiri atas sanksi yang tegas terhadap pelanggar dan

proses monitoring pelaksanaan aturan. Sanksi dapat berupa sanksi materi dengan

pembayaran denda. Selama ini, lemahnya penerapan aturan KTR di fakultas lain bukan

karena berat atau ringannya saksi yang diterima oleh pelanggar, namun karena lemahnya

pengawasan dan ketegasan dalam pelaksanaan dari pihak dekanat. Pihak dekanat

diharapkan dapat berkoordinasi dengan pihak keamanan fakultas dalam pelaksaan

monitoring di lapangan dengan memberikan mereka hak untuk menegur. Di SK Dekan

Fakultas Teknik UI, terdapat poin aturan yang memberikan wewenang kepada satuan

pengamanan fakultas untuk menjadi penegak aturan KTR.

4. Pemberlakuan sanksi untuk karyawan dan dosen. Di lingkungan kampus, perokok aktif

bukan hanya mahasiswa tetapi juga karyawan dan dosen. Padahal, seharusnya sebagai figur

teladan, terutama untuk mahasiswa baru, dosen dan karyawan merupakan contoh bagi

pelaksanaan aturan KTR. Oleh karena itu, dalam SK Dekan, perlu diatur pula mengenai

sanksi bagi karyawan dan dosen, seperti denda yang diambil langsung dari gaji dosen atau

karyawan setiap bulannya.

5. Sosialisasi yang mendalam secara berkala. KTR adalah isu yang harus diketahui setiap

sivitas akademika FE UI dan harus dipertahankan sebagai budaya. Oleh karena isu KTR

yang masih baru dan belum dikenal banyak orang, diperlukan edukasi pada publik FEB UI

secara berkala. Sosialisasi ini juga merupakan usaha untuk mempertahankan dan

mengingatkan aturan-aturan KTR terhadap khalayak banyak.

6. Pelibatan mahasiswa dalam pembuatan SK Dekan. Agar terbentuknya aturan yang efektif

dan efisien tentang KTR, pihak dekanat sebaiknya melakukan koordinasi-koordinasi

dengan mahasiswa suntuk mendapatkan masukan bahan pertimbangan pembuatan

kebijakan SK Dekan. Mahasiswa sebagai mitra kritis dan pihak yang menerima efek dari

SK Dekan akan dapat memberikan masukan agar peraturan yang dibuat sesuai dengan

kondisi budaya Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI.

Dengan memperhatikan hal –hal tersebut, kami mengusulkan beberapa poin penting dalam

mekanisme pelaksanaan KTR UI di kawasan FEB UI, yaitu:

Page 9: KAWASAN (TANPA) ROKOK - Badan Eksekutif Mahasiswa …bemfebui.com/official/wp-content/uploads/2015/07/Kajian-KTR-Revisi.pdf · Hal tersebut akan melanggar pasal 17 dari SK Rektor

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia 9

1. Penentuan Spot Merokok di kawasan FEB UI sesuai dengan pasal 9 dalam SK Rektor

Nomor 1805/SK/R/UI/2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok

2. Penandaan KTR UI dan Spot Merokok di kawasan FEB sesuai dengan pasal 5 dan 6 dalam

SK Rektor Nomor 1805/SK/R/UI/2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok

3. Melakukan Sosialisasi secara berkala kepada Mahasiswa FEB UI mengenai KTR UI di

lingkungan FEB UI, Spot Merokok, Sanksi, dan Peran mahasiswa yang berhak menegur

dan melaporkan jika terjadi pelanggaran

4. Sosialisasi dalam poin (3) diselenggarakan oleh pihak Dekanat selaku penanggung jawab

Unit Kerja KTR UI di FEB UI

5. Pelanggaran KTR UI berupa menyalakan, menikmati, dan menjual rokok di Kawasan

Tanpa Rokok, Pengertian rokok sendiri sesuai dengan SK Rektor Nomor

1805/SK/R/UI/2011 pasal 1 ayat 3 dan UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

6. Jika terjadi pelanggaran kedua kali dan seterusnya untuk mahasiswa dikenakan sanksi

akademis, sedangkan untuk dosen dan karyawan akan dikenakan pengurangan gaji.

7. Menjadikan Pos Satuan Pengamanan di FEB UI sebagai Pos Pelaporan jika terjadi

pelanggaran untuk memudahkan pelapor

8. Adanya insentif untuk pelapor berupa setengah dari uang denda yang dibayarkan dan

identitas pelapor harus dirahasiakan.

9. Pihak Dekanat menerbitkan surat edaran kepada Dosen dan Tenaga Kerja di FEB UI yang

berisi penegasan ulang KTR UI di FEB UI dan himbauan untuk Dosen dan Tenaga Kerja

agar turut berpartisipasi dalam proses pengawasan, seperti menegur dan melaporkan jika

melihat ada pelanggaran

10. Adanya Patroli Rutin oleh Satuan Pengamanan FEB UI di lingkungan Fakultas jika ada

pelanggaran KTR UI

Mekanisme Sanksi

Sebelum masuk ke bagian penerapan sanksi, kami membagi pelanggar menjadi tiga

kategori. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perokok adalah orang yang suka

Page 10: KAWASAN (TANPA) ROKOK - Badan Eksekutif Mahasiswa …bemfebui.com/official/wp-content/uploads/2015/07/Kajian-KTR-Revisi.pdf · Hal tersebut akan melanggar pasal 17 dari SK Rektor

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia 10

merokok; -aktif orang yang merokok secara aktif; -pasif orang yang menerima asap rokok

saja, bukan perokoknya sendiri. Dari pengertian tersebut, terlihat bahwa yang menjadi

permasalahan dari rokok itu sendiri ialah asapnya karena bisa menyebabkan orang yang

tidak merokok bisa dikategorikan sebagai perokok pasif yang tentunya merugikan dirinya.

Selanjutnya, berdasarkan SK Rektor UI nomor 1805 tahun 2011 tentang KTR UI disebutkan

bahwa salah satu tujuan dibuatnya keputusan ini ialah untuk menurunkan angka perokok

dan mencegah perokok pemula bagi warga UI. Oleh karena itu, kami mengkategorikan

kegiatan transaksi jual beli di lingkungan FEB UI sebagai tindakan pelanggaran karena

diindikasikan dapat mendorong jumlah perokok dan kegiatan merokok di FEB UI sehingga

dapat kita tarik kesimpulan bahwa hal-hal yang bisa dikategorikan sebagai pelanggaran

KTR adalah sebagai berikut:

1. Merokok.

2. Menyalakan rokok.

3. Transaksi jual beli rokok.

Sanksi atas pelanggaran KTR tentunya mendapat perlakuan yang berbeda-beda

tergantung dari apakah pelanggar tersebut seorang mahasiswa, staff atau karyawan,

pedagang, pengunjung yang bukan warga FEB UI, maupun dosen itu sendiri. Dalam

pelaksanaannya sendiri bisa digunakan sistem Surat Peringatan (SP) dengan rincian sebagai

berikut:

Mahasiswa

SP 1: Peringatan

SP 2: Denda sebesar Rp 100.000,- (seratus ribu rupiah)

SP 3: Sanksi akademis

Staff atau Karyawan dan Dosen

SP 1: Peringatan

SP 2: Denda sebesar Rp 100.000,- (seratus ribu rupiah)

SP 3: Pengurangan atau telat gaji

Page 11: KAWASAN (TANPA) ROKOK - Badan Eksekutif Mahasiswa …bemfebui.com/official/wp-content/uploads/2015/07/Kajian-KTR-Revisi.pdf · Hal tersebut akan melanggar pasal 17 dari SK Rektor

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia 11

Pedagang

Untuk pedagang tidak memakai sistem SP seperti yang lainnya karena diharapkan dengan

tindakan tegas seperti penyitaan langsung rokok di tokonya dapat mengurangi angka

perokok di FEB UI.

Pengunjung

Untuk pelanggar yang bukan warga FEB UI sanksi hanya berupa denda sebesar Rp

100.000,- (seratus ribu rupiah) dikarenakan keberadaannya di lingkungan FEB UI tidak

secara berkala atau terus-menerus.

3. Rekomendasi Spot Merokok di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Berdasarkan Surat Keputusan Rektor Nomor 1805/SK/R/UI/2011, UI mulai menetapkan

Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di setiap fakultas. Untuk mewujudkan lingkungan UI yang bebas

dari asap rokok, tentu pula harus mengubah secara kultural, tidak hanya berupa aturan dan

struktural. Oleh karena itu, diperlukan tempat-tempat khusus yang dapat digunakan oleh para

perokok untuk “menikmati” asap rokok. Maka, spot merokok diperlukan untuk hadir di lingkungan

FEB UI. Spot merokok adalah area yang diperkenankan untuk merokok (Pasal 1 Ayat (8) SK

Rektor Nomor 1805/SK/R/UI/2011). Persyaratan spot merokok tercantum dalam Pasal 9 SK

Rektor Nomor 1805/SK/R/UI/2011 sebagai berikut.

Pasal 9

Spot Merokok harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

(1) Area terpisah atau secara fisik berada di luar gedung yang berjarak sekurang-kurangnya 7

meter dari dinding bangunan di lingkungan Universitas;

(2) Jarak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disesuaikan dengan kondisi dan keadaan unit

kerja yang menetapkan KTR UI;

Page 12: KAWASAN (TANPA) ROKOK - Badan Eksekutif Mahasiswa …bemfebui.com/official/wp-content/uploads/2015/07/Kajian-KTR-Revisi.pdf · Hal tersebut akan melanggar pasal 17 dari SK Rektor

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia 12

(3) Penandaan atau petunjuk spot merokok dapat berupa tulisan dan/atau gambar di tempat

khusus merokok sesuai dengan contoh sebagaimana tercantum dalam lampiran III

Keputusan Rektor ini.

(4) Area terpisah sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) diusahakan tidak mengganggu

keindahan tempat di lingkungan Universitas Indonesia.

(5) Spot Merokok ditentukan tempat dan bentuknya oleh Koordinator Pelaksana Tugas Harian.

Dengan pertimbangan dibutuhkannya spot merokok di FEB UI untuk mengefektifkan

Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di lingkungan fakultas, terdapat beberapa rekomendasi untuk spot

merokok di FEB UI berdasarkan pasal 9 SK Rektor Nomor 1805/SK/R/UI/2011. Pria yang berdiri

pada gambar menjadi penanda jarak 7 meter dari bangunan yang dapat digunakan untuk spot

merokok (baik berupa bangunan atau wilayah terbuka).

1. Halaman Kantin FEB UI bagian bawah di samping danau

Gambar 1. Spot Merokok di halaman kantin bawah

Halaman Kantin FEB bagian bawah yang berada di dekat danau menjadi salah satu

alternatif untuk spot merokok. Dengan wilayah yang cukup luas, pihak kemahasiswaan dapat

membangun spot merokok di area ini. Selain itu, spot ini dapat dikatakan menjadi spot favorit bagi

Page 13: KAWASAN (TANPA) ROKOK - Badan Eksekutif Mahasiswa …bemfebui.com/official/wp-content/uploads/2015/07/Kajian-KTR-Revisi.pdf · Hal tersebut akan melanggar pasal 17 dari SK Rektor

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia 13

para perokok di malam hari. Sesudah melepaskan rasa lapar di kantin, para perokok dapat

“menikmati” asap rokok di area ini.

Apabila pihak kemahasiswaan tidak membangun spot merokok di area ini, akan menjadi

kekurangan tersendiri. Terik matahari di siang hari dan hujan yang dapat turun kapan saja dapat

menjadi penghalang bagi perokok untuk merokok di area ini.

2. Halaman Restoran AH di antara Kantin FEB dan Pertamina Hall

Gambar 2. Spot merokok di dekat Restoran AH

Rekomendasi spot merokok yang satu ini sebaiknya dibuat bangunan khusus. Spot

merokok ini dapat digunakan bagi mahasiswa yang ingin merokok setelah berolahraga di

Pertamina Hall atau yang menuju parkiran gedung B. Namun, untuk spot merokok ini perlu adanya

tindak lanjut dengan pihak Restoran AH yang menggunakan jasanya di wilayah FEB demi

kenyamanan bersama.

Page 14: KAWASAN (TANPA) ROKOK - Badan Eksekutif Mahasiswa …bemfebui.com/official/wp-content/uploads/2015/07/Kajian-KTR-Revisi.pdf · Hal tersebut akan melanggar pasal 17 dari SK Rektor

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia 14

3. Halaman samping Gedung B di depan Pertamina Hall

Gambar 3. Spot merokok di samping Gedung B

Halaman yang cukup luas di samping Gedung B depan Pertamina Hall menjadi

rekomendasi spot merokok yang potensial. Spot merokok yang satu ini dapat menjadi sasaran

perokok yang berasal dari Gedung B, koridor Gedung A, Pertamina Hall, dan juga kantin. Namun,

kekosongan di halaman ini tentunya perlu dibuat bangunan khusus untuk spot merokok.

4. Tempat parkir di antara bangunan BSO Band dan Katin FEB

Gambar 4. Spot merokok di dekat BSO Band

Page 15: KAWASAN (TANPA) ROKOK - Badan Eksekutif Mahasiswa …bemfebui.com/official/wp-content/uploads/2015/07/Kajian-KTR-Revisi.pdf · Hal tersebut akan melanggar pasal 17 dari SK Rektor

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia 15

Rekomendasi spot merokok yang satu ini dapat menjadi salah satu tempat yang

digandrungi beberapa mahasiswa. Kawasan yang hampir tidak terlihat dengan pemandangan

danau, dapat menjadi nilai tambah tersendiri. Namun, kawasan ini juga merupakan tempat sampah

yang berasal dari Kantin FEB UI. Ketidaknyamanan akan bau yang kurang sedap pun dapat

menjadi nilai minus dari tempat ini untuk dijadikan spot merokok.

5. Taman Kolam Makara Gedung B

Gambar 5. Spot merokok Taman Kolam Makara Gedung B

Seringkali menjumpai beberapa mahasiswa dan dosen merokok di kursi-kursi yang menghadap

makara Gedung B. Namun, kursi kursi tersebut belum memenuhi kriteria yang tepat digunakan

untuk menjadi spot merokok karena masih berada di bawah atap Gedung B dan juga masih berjarak

kurang dari 7 meter dari bangunan. Oleh karena itu, kursi-kursi tersebut dapat dipindahkan ke titik

pria yang berbaju hitam berdiri (penanda jarak 7 meter dari bangunan) yang dapat digunakan

sebagai salah satu spot merokok.

Page 16: KAWASAN (TANPA) ROKOK - Badan Eksekutif Mahasiswa …bemfebui.com/official/wp-content/uploads/2015/07/Kajian-KTR-Revisi.pdf · Hal tersebut akan melanggar pasal 17 dari SK Rektor

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia 16

Contoh Spot Merokok di Fakultas Lain

1. Spot Merokok di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UI

Gambar 6. Spot merokok di FISIP UI (1)

Gambar 7. Beberapa Spot merokok di FISIP UI (2)

Page 17: KAWASAN (TANPA) ROKOK - Badan Eksekutif Mahasiswa …bemfebui.com/official/wp-content/uploads/2015/07/Kajian-KTR-Revisi.pdf · Hal tersebut akan melanggar pasal 17 dari SK Rektor

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia 17

2. Spot Merokok di Fakultas Teknik UI

Gambar 8. Spot merokok di FT UI

3. Spot Merokok di Fakultas Hukum UI

Gambar 9. Spot merokok di FH UI

Page 18: KAWASAN (TANPA) ROKOK - Badan Eksekutif Mahasiswa …bemfebui.com/official/wp-content/uploads/2015/07/Kajian-KTR-Revisi.pdf · Hal tersebut akan melanggar pasal 17 dari SK Rektor

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia 18

C. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kesimpulan

Penerapan SK Rektor mengenai KTR UI masih belum efektif di lingkungan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis di Indonesia karena tidak adanya masa transisi yang ditandai dengan adanya

Spot Merokok, sedikitnya pihak yang mau menegur pelanggar, dan sanksi yang hanya teguran

lisan sebanyak 3 kali, tertulis 3 kali, hingga akhirnya di minta untuk datang ke Klinik Bantuan

Stop Merokok yang membuat para perokok tidak takut untuk merokok di lingkungan FEB UI.

Perlunya Surat Keputusan Dekan yang berisi penegasan kembali bahwa lingkungan FEB UI bebas

asap rokok, pelaksanaan spot merokok di satu atau lebih tempat yang sudah direkomendasikan,

pengawasan terhadap KTR di FEB UI, sosialisasi yang mendalam secara berkala, sanksi yang

tegas bisa berupa denda terhadap pelanggar, baik mahasiswa, dosen, maupun karyawan, dan

mahasiswa tentunya juga berharap dilibatkan dalam pembuatan SK Dekan tersebut.

Rekomendasi

1. Memperjelas SK Rektor mengenai KTR UI melalui pembentukan SK Dekan dengan konten

yang sudah dijelaskan pada bagian isi,

2. Penerapan Spot Merokok di kawasan FEB UI,

3. Pengawasan KTR dan pemberian sanksi terhadap Mahasiswa, Dosen, dan Karyawan yang

melanggar dengan mekanisme yang sudah dijelaskan dibagian isi,

4. Sosialisasi mendalam secara berkala oleh Badan Pengurus Harian KTR mengenai KTR dan Spot

Merokok.

Page 19: KAWASAN (TANPA) ROKOK - Badan Eksekutif Mahasiswa …bemfebui.com/official/wp-content/uploads/2015/07/Kajian-KTR-Revisi.pdf · Hal tersebut akan melanggar pasal 17 dari SK Rektor

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia 19

SUMBER DAN REFERENSI

1. Data Rokok Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia (http://www.litbang.depkes.go.id/berita-data-rokok ) Diakses Tanggal 14 Juni 2015

pukul 16:17 WIB

2. Keputusan Rektor Nomor 1805/SK/UI/2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok Universitas

Indonesia

3. SK Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat No. 156/SK/FKMUI/2007 tentang Kawasan Tanpa

Rokok

4. SK Dekan Fakultas Teknik No. 1604/D/SK/FTUI/XI/2013 tentang Kebijakan Kawasan Tanpa

Rokok

5. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta :

Balai Pustaka.