kasus+bc

Upload: bayooe0118

Post on 09-Apr-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/7/2019 KASUS+BC

    1/22

    BERBAGAI KELEMAHAN PENANGANAN PT BANK CENTURY

    TAHUN 2004-2008

    Anwar Nasution1

    1. Pendahuluan

    Hampir tidak ada kaitan antara kebangkrutan PT Bank Century (BC) dengankrisis keuangan global yang terjadi sejak Agustus 2007. BC adalah merupakan bankpapan bawah dan bukan pemain penting baik di pasar uang antar bank maupun dibursa valuta asing nasional maupun global. Kesulitan keuangan suatu bank ditularkankepada bank ataupun lembaga keuangan lainnya (contagious) melalui pasar uangantar bank dan pasar devisa devisa tersebut.

    Kolapsnya BC adalah merupakan akibat buruknya reputasi bank tersebut

    karena rangkaian tindakan pelanggaran aturan perbankan yang sudah bertahun-tahundilakukan oleh pemilik serta pengurusnya sendiri yang luput dari pemantauan BankIndonesia (BI), Bapepam dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Reputasi BC yang

    buruk itu telah semakin mempercepat kejatuhannya karena para deposan besarmenarik tabungannya dari bank tersebut. Selain menghadapi reputation risk yangtinggi BC sekaligus menghadapi gearing atau leverage riskyang sangat tinggi pulakarena tingginya ketergantungan dananya pada sekelompok nasabah besar tertentu.

    P bil lih BC l h LPS l l i ik P M d l

  • 8/7/2019 KASUS+BC

    2/22

    P bil lih BC l h LPS l l i ik P M d l

    BI dalam menegakkan aturan perbankan, sejak pendirian BC hingga sepanjangusianya yang singkat selama periode Desember 2004-Nopember 2008. LPS hanya

    berfungsi sebagai kasir juru bayar tanpa memantau dan dan menganalisis kondisikeuangan bank-bank yang dijaminnya. Sebagai satu-satunya pemeriksa bank, BI tidakmemiliki data lengkap, akurat dan terkini atas informasi mengenai BC walaupunsudah menempatkan on-site supervisor pada bank itu. BC adalah merjer tiga bankyang sudah masuk bursa (Tbk), yakni Bank Pikko, Tbk, Bank CIC, Tbk dan BankDanpac, Tbk yang seharusnya diawasi oleh Bapepam. Kalau kualitas perusahaan Tbkdi bursa efek-efek Jakarta seperti ini, saham yang diperdagangkan di Bursa Efek

    Indonesia tidak jelas kualitasnya yang menjurus ke penipuan.

    BI tidak memantau pelaksanaan persyaratan akuisisi Chinkara Capital atasketiga bank tersebut, membiarkan perusahaan asing itu terus menerus melanggar

    berbagai aturan prudensial perbankan serta komitmen yang telah dibuatnya dengan BIdan merongrong kas negara. Stress test sebagai early warning indicators yangdigunakan oleh BI dalam melakukan analisa dampak sistemik BC memberikangambaran yang salah. Kesimpulan yang salah tersebut terjadi karena modelstress test

    yang dipergunakan itu tidak sesuai dengan struktur usaha BC, yang banyak terkaitdengan usaha terafliasi, maupun dengan infrastruktur pasar keuangan di Indonesiayang masih lemah dan tidak menggunakan data yang lengkap, akurat dan terkini.

    2. BC Yang Catat Sejak Lahir

    BC berdiri setelah BI, pada tanggal 6 Desember 2004, memberikan ijin merjeratas ketiga bank yang sudah masuk bursa diatas. BC dimiliki oleh 3 orang pemegang

    h d li k i RAR (R f Ali Ri i I i

  • 8/7/2019 KASUS+BC

    3/22

    karena tidak memenuhi CAR, memiliki manajemen yang buruk dan sering melanggaraturan prudensial perbankan, termasuk dugaan kriminal. Namun, pejabat BI yang

    memeriksa ketiga bank itu percaya bahwa RAR pemilik Chinkara Capital yang akanmengakuisisi Pikko dan CIC memiliki kemampuan untuk menambah modal dankemauan untuk memperbaiki manajemen kedua bank itu dan berjanji untuk tidak lagimelakukan pelanggaran hukum. Atas dasar itulah Dewan Gubernur BI memberikankesempatan bersyarat kepada Chinkara Capital untuk memperbaiki ketiga banktersebut.

    Pada hakikatnya, keputusan rapat tanggal 16 April 2004 tersebut adalah samadengan keputusan Rapat Dewan Gubernur BI tanggal 27 Nopember 2001. Bedanyaadalah bahwa keputusan rapat tanggal 16 April 2004 lebih tegas baik dalam

    persyaratan modal yang harus dipenuhi oleh Chinkara untuk (i) dapat melakukanakuisisi maupun (2) ketegasan mengenai jadwal waktu penambahan modal yang harusdipenuhi. Dalam rapat tanggal 16 April 20042, pemilik dan pengurus BC telah berjanjiuntuk melakukan tiga hal. Komitmen pertama adalah bahwa BC mencukupikekurangan modal Pikko dan CIC sekitar Rp300-400 miliar sehingga CAR mencapai

    minimal 8 persen. Dalam kaitan ini, pemilik bank berjanji untuk mengganti MTN(Medium Term Notes) senilai US$32 juta yang dikeluarkan oleh Bank Dresnersebagai setoran modal yang ternyata macet dan tidak punya peringkat (rating). Untukmenyelesaikan MTN bermasalah itu, RAR diwajibkan menempatkan uang tunai (cashcollateral) dalam escrow account di bank di Jakarta sebagai jaminan selambat-lambatnya dalam 7 hari kerja sejak tanggal rapat tersebut. Komitmen kedua adalahagar ketiga bank itu memperbaiki manajemennya. Komitmen ketiga adalah agar

    pemilik ketiga bank itu untuk tidak lagi melakukan perbuatan yang melawan hukum.

  • 8/7/2019 KASUS+BC

    4/22

    baru. Toleransi ini diberikan berdasarkan keputusan Rapat KEP di Bali tanggal 3-4Juli 2003. KEP dalah Komite Evaluasi Perbankan yang beranggotakan para Direktur

    yang membidangi perbankan di BI. KEP merupakan forum komunikasi untuk salingtukar menukar informasi sesama anggotanya dan menyiapkan rekomendasi bagi

    penyempurnaan kebijakan serta peraturan perbankan kepada RDG. Toleransi yangkedua yang diajukan oleh DPwB1 dalam catatannya No. 6 itu dalah berupa

    penundaan sanksifit and proper testatas RAR. Menurut keterangan pembuat Cacatanitu, tujuan penundaan tersebut adalah untuk menggiring RAR sebagai pemegangsaham pengendali agar dapat memenuhi kecukupan modal Pikko dan CIC.

    Penulis tidak menyatakan pendapat atas isi kedua Catatan DPwB1 tanggal 22Juli 2004 termasuk pada disposisi yang ternyata salah kutip itu. Alasannya adalahkarena Anwar Nasution berpendapat bahwa perubahan persyaratan akuisisi yangditetapkan dalam RDG 27 Nopember 2001 dan keputusan rapat tanggal 16 April 2004hanya dapat dilakukan oleh RDG sebagai forum tertinggi pengambilan keputusan diBI. Pendapat Anwar Nasution tidak berubah dari keputusan RDG tahun 2001 danrapat bulan April 2004. Menjelang dua hari sebelum berakhirnya masa tugasnya di

    Bank Indonesia, ia tidak lagi akan mengikuti RDG yang membahas topik tersebut.

    DPwB1 ditugaskan untuk memantau implementasi komitmen Mr. Rafat dalamrapat tanggal 16 April 2004 agar tidak hanya merupakan janji kosong belaka. Alat

    pemaksa yang dipergunakan untuk memenuhi komitmen setoran modal adalah denganmengharuskan pemilik menempatkan jaminan uang tunai (cash collateral) pada BankCIC di Jakarta sebagai pemegang wali amanat (bank custodian). Dana pada escrowaccount tersebut hanya dapat dicairkan dengan persetujuan BI dan hanya dapatdi k k b h d l B k Pikk M l DP B1 l

  • 8/7/2019 KASUS+BC

    5/22

    Ternyata bahwa BI memberikan toleransi yang lebih luas daripada usulDPwB1 tanggal 22 Juli 2004 untuk memungkinkan ketiga bank tersebut melakukan

    merjer. Tolerasi yang pertama adalah mengenai permodalan. SSB bermasalah tetapdigolongkan sebagai lancar hingga tanggal jatuh temponya sehingga dapatdiperhitungkan sebagai setoran modal bank berdasarkan harga bukunya. Toleransi inisekaligus membebaskan BC dari kewajiban untuk memupuk cadangan PPAP(Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktip) atas SSB bermasalah tersebut. Ternyata

    bahwa selain SSB bermasalah Pikko sebesar $32 juta juta diatas, CIC juga memilikiSSB bermasalah yang tidak punya peringkat ataupun jaminan sebesar $127 juta.

    Toleransi yang kedua adalah untuk menangguhkan pemeriksaan atas ketiga banktersebut hingga proses merjer selesai. Toleransi ketiga adalah menunda penelitianriwayat hidup (track record) pemegang saham pengendali dan pengurus ketiga bankitu serta menunda pengenaan sanksi fit and proper terhadap RAR. Padahal sudahdiketahui bahwa selain tidak punya modal, pemegang saham pengendali ketiga bankitu (dua diantaranya adalah warga negara asing) juga memiliki reputasi yang buruk.Seperti ternyata sekarang ini, merjer ketiga bank itu justru menimbulkan malapetaka

    bagi perekonomian nasional Indonesia dan bukan menciptakan manfaat.

    3. BC Terus Menerus Melanggar Aturan Prudensial Perbankan

    Sejak mulai lahir pada tanggal 6 Desember 2004 hingga diambil alih oleh LPS pada tanggal 23 Nopember 2008, BC terus menerus melakukan rangkaianpelanggaran aturan tanpa tindakan apa-apa dari BI, Bapepam maupun LPS. Padahal,selain melakukan pengawasan secara tidak langsung melalui pemeriksaan laporan(off-site supervision) Bank Indonesia menempatkan pengawas tetap (on-site

    i i ) di BC j k h 2005 D l i h h i

  • 8/7/2019 KASUS+BC

    6/22

    maupun kesalahan BC. Menurut aturan yang dibuat oleh BI sendiri, BC seharusnyamasuk dalam pengawasan khusus karena ketidak cukupan modal karena perubahan

    status SSB yang telah disebut diatas. Namun, BI hanya memasukkannya dalamkelompok pengawasan intensip yang lebih ringan. BI pun tidak menerapkan aturanyang mewajibkan BC membuat PPAP sebesar 100 persen. Sementara itu, karenamelanggar aturan PDN, seharusnya BC dikenakan denda hukuman sebesar Rp22milyar namun diringankan oleh BI menjadi setengahnya sebesar Rp11 milyar.

    BI tidak mampu mendeteksi atau dengan sengaja membiarkan pemilik BC

    terus menerus melakukan rangkaian pelanggaran aturan dan kejahatan perbankan.Secara formal, RT bukan merupakan pengurus BC apakah sebagai Komisaris, Direksiataupun karyawan. Namun demikian, ia sangat berperan dalam menjalankan operasiBC seperti pemberian kredit serta keterkaitan erat usaha BC dengan setidaknya 10

    perusahaan miliknya maupun 23 orang anggota keluarganya. Salah satu perusahaanmilik Anton Tantular (adiknya RT) yang kegiatannya sangat terikat dengan BC adalahPT Antaboga Delta Sekuritas Indonesia (ADS). Didirikan pada tahun 1999, ADSadalah merupakan stock brokerdan investment manager(reksa dana). BC bertindak

    sebagai sub-agen penjualan investasi dana tetap ADS dan memberikan kesan padainvestor bahwa investasi ADS itu adalah dijamin oleh BC.

    Peranan langsung RT pada operasional BC tercermin dari empat ilustrasi berikut. Pertama, dalam transaksi ADS dengan seorang pengusaha terkenal dariSurabaya, sebut saja namanya BS, melalui Kantor Cabang BC Kertajaya, Surabaya,RT menggeser kewajiban ADS atas discretionary fundyang jatuh tempo kepada BC.Ilustrasi kedua adalah bahwa pada tanggal 14 Nopember 2008, RT memerintahkanl K l B i O i l BC C b K j S b d Di k

  • 8/7/2019 KASUS+BC

    7/22

    dalam status pengawasan khusus, mulai tanggal 6 Nopember 2008 hingga 10 Agustus2009. Menurut aturan yang ditetapkan oleh BI sendiri, dalam status seperti itu, pihak

    terkait dengan bank maupun pihak lain yang ditetapkan oleh BI dilarang untukmelakukan penarikan dana dari rekening simpanan (giro, tabungan dan deposito) nyayang ada di BC. Dalam kenyataan, ketentuan ini telah dilanggar dengan adanya

    penarikan dana oleh pihak terkait sebesar Rp938.654 juta yang terdiri dari Rp628.162,USD29.394.984, AUD166.857, SGD66.768 dan EUR4.465. Sebesar Rp71,7 milyardari dana Rupiah itu ditarik secara tuniai dan sisanya sebesar 556,4 milyar dipidah

    bukukan ke bank lain.

    Ringkasan berbagai pelanggaran yang dilakukan secara terus mernerus olehBC sejak mulai berdiri bulan Desember 2004 hingga diambil alih oleh LPS tanggal 24

    Nopember 2008 dimuat dalam Grafik-2.

    4. Badan Usaha Yang Terafiliasi Dengan Bank Century

    Persoalan yang dihadapi oleh BC adalah masalah klasik yang dihadapi oleh

    bank nasional. Selama ini, bank swasta didirikan dan dipergunakan oleh pemiliknyauntuk memobilisir dana masyarakat, termasuk meminjam dari bank sentral serta luarnegeri, guna membelanjai kegiatan usaha perusahaan terkait miliknya sendiri. Praktekseperti ini telah menjadi salah satu pemicu krisis pada tahun 1997. Sebagaimana telahdiuraikan diatas, pemegang saham pengendali serta pengurus bank memiliki berbagai

    perusahasan non-bank yang kegiatan operasional semuanya terkait erat dengan BC.Sebagaimana telah disebut dimuka, secara formal, tidak ada manajemen ganda BCdengan anak-anak perusahaan itu. Namun dalam realita, RT, misalnya, ikut campurd l k i i l h i h i b k b D iki j RAR d AHT

  • 8/7/2019 KASUS+BC

    8/22

    Sementara) dari LPS. BC adalah merupakan bank kecil yang kurang modal denganreputasi yang sangat buruk dan dananya sangat tergantung pada sekelompok nasabah

    besar serta pada pinjaman antar bank.

    Kecuali penjelasan normatip dan hasilstress testBI yang mengambang, tidak pernah Pemerintah memberikan penjelasan kenapa BC perlu diselamatkan.Pemerintah tidak pernah menjelaskan secara rinci bagaimana persisnya kesulitanekonomi global mempengaruhi posisi keuangan BC dan bagaimana mekanismenya.Juga tidak ada penjelasan bagaimana caranya kondisi keuangan BC itu ditularkan

    pada puluhan bank lainnya sehingga menimbulkan dampak sistemik yang disebut olehPemerintah itu. Padahal, sebagaimana telah disebut dimuka, BC adalah hanyamerupakan bank kecil papan bawah dan bukan merupakan pemain besar dalamtransaksi devisa maupun dalam transaksi pasar uang antar bank. Oleh karenanya, jikaditangani dengan baik, dampak sistemik kegagalan BC yang sangat kecil padaindustri perbankan nasional dapat diisolir.

    Peranan BC dalam transaksi devisa adalah juga sangat kecil karena tidak

    memiliki nasabah eksportir maupun importir besar. Sementara itu, kecuali SSB nyasendiri yang terus menerus bermasalah, BC bukan merupakan bank yang aktip dalam

    penempatan portepel di luar negeri. Satu sen pun tidak ada uangnya sendiri ataupunuang nasabahnya yang diinvestasikan dalam bentuk subprime mortgages yangmenjadi masalah di Amerika Serikat. Aset BC hanya merupakan 0,72 persen dari asetseluruh perbankan, dana pihak ketiga yang dikumpulkannya hanya merupakan 0,68

    persen dari dana seluruh bank dan kreditnya merupakan 0,42 dari seluruh kredit bank.Majoritas kredit BC adalah untuk modal kerja dunia usaha kelas menengah kebawahdi k j j d i d i l h K b k

  • 8/7/2019 KASUS+BC

    9/22

    juga FPJP langsung diberikan pada BC sebesar Rp689.394 juta. Jumlah FPJP inidiberikan kepada BC berdasarkan informasi posisi CAR nya sebesar 2,35 persen pada

    bulan September 2008. Ternyata kemudian bahwa CAR BC pada tanggal 31 Oktober2008 sudah menjadi minus 3,53 persen. Ini menggambarkan bahwa BI tidak memilikiinformasi BC yang terkini walaupun sudah BI menempatkan on-site supervisor di

    bank itu dan keduanya memiliki sistem teknologi informasi yang canggih. Keputusanpemberian FPJP dan PMS kepada BC didasarkan atas stress testyang digunakansebagai early warning indicators yang akan diulas dalam bagian berikut.

    Penurunan kepercayaan antar sesama lembaga keuangan dalam krisiskeuangan global sekarang ini telah menyebabkan segmentasi dan kekeringanlikuiditas serta peningkatan tingkat suku bunga di pasar uang antar bank maupun di

    bursa valuta asing di seluruh dunia. Untuk mengatasi keadaan itu, negara-negara majumenggunakan kebijakan quantitave easing(QE)7 dengan membanjiri likuiditas danmenurunkan tingkat suku bunga kebijakan bank sentral hingga mendekati nol persen.Kebijakan QE seperti ini sudah dilakukan di Jepang sejak dasawarsa 1990 an.Sementara itu, untuk mengatasi kelangkaan mata uang US dollar, bank sentral

    Amerika Serikat memberikan fasilitas currency swap kepada 14 bank sentral negara-negara terkemuka8. Dibalik berbagai kemudahan tersebut, prinsip ke hati-hatian tetapdijaga dan dipertahankan sebagaimana tercermin pada persyaratan untuk memperoleh

    pinjaman dari bank sentral maupun dalam jenis kolateral yang dapat digunakansebagai agunan. Suntikan dana dari anggaran negara untuk menambah modal lembagakeuangan lain (termasuk bank) pun dipertimbangkan dengan cermat akan untungruginya bagi kepentingan perekonomian nasional.

    Di I d i P i h d h i d i k i k bij k k

  • 8/7/2019 KASUS+BC

    10/22

    6. Penggunaan Penyertaan Modal Sementara

    Sebelum diambil alih oleh LPS, baik BI maupun LPS tidak mengetahuibagaimana persisnya kondisi keuangan BC. Ketidak tahuan ini lah yang menjadipenyebab kenapa biaya penyelamatan BC yang semula diperkirakan hanya sebesarRp630 milyar terus membubung lebih dari 10 kali lipat menjadi Rp6,76 triliun.Jumlah biaya penyelaman BC ini adalah setara dengan 583 persen dari modaldasarnya yang disetor pada tahun 2007. Suntikan PMS (Penyertaan ModalSementara) oleh LPS dilakukan selama empat tahap, yakni: 23 Nopember 2008(Rp2.776 milyar), 5 Desember 20048 Rp2.201 milyar), 3 Pebruari 2009 (Rp1.155milyar) dan 21 Juli 2009 (Rp630 milyar). Sebesar Rp1.550.250 juta dari PMS tersebutdiberikan dalam bentuk SUN dan sisanya sebesar Rp5.212.111 juta dalam bentukuang tunai. Sisanya, sebesar Rp6.762,36 milyar, digunakan untuk memperbaiki CARBC sehingga mencapai minimum 8 persen. Menurut keterangan DPR, Perpu No. 4Tahun 2008 tentang JPSK (Jaring Pengaman Sistem Keuangan) yang digunakan olehPemerintah sebagai dasar bagi pemberian PMS kepada BC sebenarnya tidak berlakulagi karena sudah ditolak oleh DPR.

    Suntikan FPJP dari BI serta PMS dari LPS adalah terutama dinikmati olehketiga saham pengendali BC. Sebesar Rp3.185,89 milyar dari Rp5.869,49 milyar danaPMS yang digunakan untuk memperbaiki CAR. Sebesar Rp3.185,89 milyardaripadanya adalah dinikmati oleh RAR dan AHT karena LPS telah membeli SSBmereka yang bermasalah dengan harga buku tanpa dinilai oleh perusahaan appraisal.Sisanya sebesar Rp2.753,59 milyar dinikmati oleh keluarga RT, termasuk

    penggelapan valas sebesar $18 juta oleh TDT maupun penyimpangan-penyimpanganl i ik BC P k k i j FPJP b R 689 39 il d

  • 8/7/2019 KASUS+BC

    11/22

    Adalah sangat naif untuk menyamakan pengambil alihan BC oleh LPS dengan

    penyelamatan the Northern Rock(NR) bank yang dilanda krisis di Inggris pada tahun2008. NR adalah mortgage bankyang bergerak dalam penyediaan kredit perumahan

    bagi golongan menengah ke bawah. NR kolaps karena turunnya nilai asetnya dalam sub-prime mortgages Amerika Serikat. Deposannya pun adalah dari kalangan itu.Kredit pemilikan rumah merupakan prioritas di semua negara maju termasuk diInggris. Dilain pihak, deposan utama BC adalah sekelompok nasabah besar. Arah

    penggunaan kredit BC pun bukan untuk kelompok masyarakat kecil dan menengahserta bukan untuk sektor yang di prioritaskan oleh Pemerintah. Struktur NR pun

    berbeda dengan BC. NR merupakan entitas yang berdiri sendiri sedangan BCdikelilingi oleh puluhan anak perusahaan milik pemegang saham pengendali yangterus menerus merongrongnya. Governance NR bukanlah bandingangovernance BC.Gabungan antara perilaku pemegang saham pengendali BC yang menggelapkan danadeposannya sendiri dan penyimpangan hukum lainnya telah semakin menurunkanreputasi BC yang kemudian memicu penarikan dana nasabah besar dari bank tersebut.Rumor yang ditiupkan oleh analis PT Danareksa pada awal Nopember 2008 hanya

    merupakan sekedar penyebab tambahan.

    Sebagaimana dengan bank-bank BUMN lainnya, dengan pengambil alihanoleh LPS, kini BC tersebut adalah sepenuhnya menjadi tanggungan Pemerintahmelalui LPS. Pengucuran dana penyelamatan BC sebesar Rp6,76 triliun itu adalah

    bagaikan selebaran yang ditaburkan dari helikopter karena tidak jelas status hukumagunan dana talangan itu maupun cara penilaiannya. Di negara-negara lain, kolateraluntuk mendapatkan kredit dari bank sentral hanya dibatasi pada surat berharga yangdik l k l h P i h iliki i k i T j

  • 8/7/2019 KASUS+BC

    12/22

    dananya pada bank-bank negara serta BPD yang secara implisit dijamin olehPemerintah.

    Para nasabah besar seyogyanya dapat memilih bank penempatan dananyasecara rasional, memilih portepel dan bank yang aman serta yang dapat memberikan

    pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan usahanya. Apalagi para nasabah besar itumemiliki konsultan keuangan yang dibayar sangat mahal untuk melakukan analisis

    penempatan portepel. Dalam kaitan ini, tidak jelas apa alasannya kenapa 40 nasabahbesar besar itu menyimpan tabungannya di BC yang kecil. Jenis produk ataupunpelayanan serta jaringan kantor cabang BC pun sangat terbatas. Modal dan kekayaanBC tidak akan mungkin dapat membayar kembali tabungan mereka itu jika terjadiapa-apa. Menurut neracanya, modal bersih BC pada tahun 2007 hanya sebesarRp768.553 juta atau kurang dari setengah dari nilai tabungan BS di bank itu pada

    bulan September 2008. Produk serta pelayanan BC pun tidak ada yang istimewa danbahkan tidak memadai bagi kebutuhan perusahaan besar. BC pun tidak memilikijaringan kantor di daerah operasi berbagai perusahaan besar itu. Yang dapat diketahuiadalah bahwa BC memberikan tingkat suku bunga yang lebih tinggi (hingga 3-4

    persen) daripada tingkat suku bunga penjaminan yang ditetapkan oleh Pemerintah.Disamping itu, BS memberikan balas jasa lain diluar tingkat suku bunga, apakahmelalui kedua konsultan dan penghubung yang telah disewanya ataukah langsungdiberikan kepada pemilik rekening. Pejabat BC yang memegang administrasi

    pembukuan biaya tidak tersangka adalah TDT. Juga tidak diketahui apakahpenerimaan diluar bunga (resmi) tersebut masuk dalam buku perusahaan deposanataukah ke kantong pribadi pejabatnya.

    P ik b b (b k ) d d b d i BC

  • 8/7/2019 KASUS+BC

    13/22

    antara lain, menekankan pengaturan yang ketat atas seluruh industri keuangan danpeningkatan integritas pengatur dan pemeriksanya.

    Perombakan sistem pengaturan, pengawasan dan pemeriksaan bank, termasukpembentukan on-site supervisor BI, dimulai pada era program IMF tahun 1997-200312. Perombakan tersebut dimaksudkan untuk merubah sistem yang berlaku padaera financial repression masa lalu ke era penetapan modal bank berdasarkan risikoyang dihadapinya (risk-based supervision) menurut standar Basel yang berlakudewasa ini. Perombakan yang dilakukan selama program IMF tahun 1997-2003adalah mengacu kepada 20 prinsip dasar Perjanjian Basel 1 (Basel Core Principles)dan tiga pilar Perjanjian Basel 2. Tujuan pendirian on-site supervisor yang terusmenerus melakukan pengawasan pada suatu bank tertentu adalah dimaksudkan untukdapat mengumpulkan informasi mengenai bank itu lebih cepat dan lebih lengkap agar

    persoalan dapat diketahui dan diatasi secara dini.

    Perjanjian Basel 1 (1988) dapat dibagi dalam empat kelompok. Kelompokpertama adalah tentang kondisi awal yang harus dimiliki oleh pemeriksa bank agar

    dapat melakukan tugasnya secara efektip. Kondisi awal itu mencakup tujuan pemeriksaan, kemandirian, kewenangan serta dukungan dana maupun SDMprofessional yang tersedia melakukan tugasnya. Dalam rangka kemandirian pengaturdan pemeriksa bank itu, BI diberikan kedudukan independen dalam UU No. 23 Tahun1999. Kelompok kedua adalah mengenai masalah perijinan dan struktur usaha bank.Dalam kelompok ini dibahas tentang (i) kegiatan usaha, (ii) syarat-syarat perijinan,(iii) kepemilikan dan (iv) investasi serta akuisisi. Kelompok ketiga adalah mengenaimasalah aturan prudensial termasuk standar professional maupun etika bankir untuk

    h k l k i i l d l i d i b k B i k li

  • 8/7/2019 KASUS+BC

    14/22

    9. Pemeriksaan Bank dan Lembaga-Lembaga Keuangan

    Dewasa ini, Indonesia menganut sistem terpisah atas perijinan, pengawasandan pemeriksaan untuk setiap jenis industri keuangan. BI dalam bidang perbankan,Depkeu dalam industri asuransi serta dana pensiun dan Bapepam mengenai pasarmodal serta obligasi. Setiap lembaga pengatur dan pengawas menggunakan prosedur,metoda dan standar pengaturan dan pemeriksaannya sendiri-sendiri yang saling

    berbeda, tidak terkoordinir dan tidak harmonis. Setiap lembaga memiliki egonyasendiri-sendiri sehingga koordinasi antar lembaga jarang terjadi. Krisis BC sekaligusmemberikan pertanda akan kurangnya koordinasi antar lembaga-lembaga pengawaskeuangan tersebut. Kalaupun ada, pertukaran informasi antara BI dengan Bapepammengenai keterkaitan kegiatan ADS dengan BC berlangsung sangat lambat.

    Cihak dan Podpiera (2006) mengidentifikasikan berbagai pro-kontrapenyatuan pengaturan dan pengawasan seluruh lembaga keuangan dalam satu tangansebagai berikut:

    Tabel 1. Pro dan Kontra Integrasi Supervisi Lembaga Keuangan

    Pro Kontra

    1. Efisiensi karena besarnya skala organisasi Jika tujuan pendiriannya tidak jelas, lembagaini kurang efektip dibandingkan denganlembaga supervisi terpisah yang berdiri sendiri.

    2. Menekan biaya dengan memanfaatkan skala

    k i

    Biaya justru meningkat jika organisasi menjadi

    l l b

  • 8/7/2019 KASUS+BC

    15/22

    tanda-tanda kearah penyatuan semua lembaga pengatur dan pengawas lembagakeuangan tersebut.

    Pengintegrasian pengaturan dan pengawasan semua industri keuangan di satutangan dapat membentuk lembaga independen baru, seperti Inggris (1997), Korea(1997) atau Jepang (2001) atau berada ditangan bank sentral seperti Monetary

    Authority of Singapore (1984). Dewasa ini hingga masa dekat mendatang, industriperbankan masih akan tetap menjadi tulang punggung industri keuangan di Indonesiasehingga pengaturan dan pengawasan industri perbankan masih akan tetap menonjol.Keperluan pembelanjaan dunia usaha dan sektor rumah tangga masih akan sangattergantung pada industri perbankan itu. Mobilisasi modal melalui pasar modal masihterbatas dan masih memerlukan waktu karena sangat tergantung kepada kemajuan

    perbaikan insfrastruktur industri keuangan itu. Pasar obligasi juga demikian halnyakarena tidak mudah membangun infrastruktur pasar maupun industri asuransi, dana

    pensiun serta reksa dana sebagai pembeli utama saham serta obligasi tersebut.

    Berbeda dengan di berbagai negara-negara lain13 LPS hanya tergantung pada

    BI untuk memperoleh informasi mengenai bank-bank yang diasuransikannya. Bank- bank peserta asuransi memang wajib untuk menyampaikan laporan bulanan dantahunan kepada LPS14, tapi tidak jelas apakah ada yang melakukan verifikasikebenaran laporan itu dan menganalisisnya. Sementara itu, LPS tidak punya akseslangsung pada sistem komputer bank-bank yang diasuransikannya itu dan tidakmemiliki informasi mengenai struktur deposito mereka. Dengan demikian, jika adalahmasalah pada satu bank, LPS tidak dapat bertindak cepat untuk melokalisir masalahitu dan mentransfer dana yang diasuransikannya tersebut ke bank ataupun lembaga

    k l i K id k iliki i f i LPS id k h i k di i

  • 8/7/2019 KASUS+BC

    16/22

    seluruh dunia dan (ii) Memorandum of Understanding on Cooperation between the Financial Supervisory Authorities, Central Banks and Finance Ministers of the

    European Union-on Cross Border Financial Stability. Disamping itu, BI jugamemperhatikan Bank Survivability Criteria dari perusahaan peringkatStandard&Poors serta publikasi Bank Dunia mengenai masalah yang sama.

    EWI diciptakan di negara-negara maju yang sudah memiliki infrastrukturpasar yang sudah mapan. Sebaliknya, infrastruktur pasar keuangan kita masih lemahakibat dari kelemahan sistem hukum maupun sistem akuntansi Indonesia. Akibatnya,

    baik perlindungan hak milik individu maupun transmisi informasi pasar keuanganmasih belum baik di Indonesia. Dalam Bahasa Indonesia, pasar seperti itu disebutsebagai: beli kucing dalam karung. Dari suaranya, pembeli tahu bahwa isi karungitu adalah benar kucing. Tapi, ia tidak tahu bagaimana kualitasnya, kucing Anggoraatau kucing kurap. Risko kredit maupun counterparty risksangat tinggi di Indonesiakarena jaminan surat-surat kredit belum tentu jelas status hukumnya dan sulit untukdisita guna mengurangi risiko kerugian bank. Prosedur kepailitan kita memerlukanwaktu panjang dan biaya yang sangat mahal. Di negara-negara maju, bank dipailitkan

    pada hari Jumat malam dan hari Senin berikutnya nasabahnya sudah pindah bankbaru tanpa mengalami kerugian ataupun hambatan apapun juga.

    EWI diciptakan di negara-negara maju yang sudah memiliki corporategovernance yang sudah baik. Transparansi dan akuntabilitas sudah menjadi budayasemua pihak: pemilik dan pengurus bank, kantor akuntan publik, analis, lembaga

    pembuat standar, investor maupun regulator dan pemeriksa bank. Di Indonesia,termasuk di BI, corporate governance masih berupa semboyan dan belum ada yang

    ih k b j b k l k k i i f i dik lk

  • 8/7/2019 KASUS+BC

    17/22

    EWI diciptakan di negara yang sudah penuh menggunakan mekanisme pasar.Stndargovernance perusahaan milik negara di Singapura dan Swedia, adalah setara

    dengan perusahaan swasta dan tidak kegiatan operasionalnya tidak dicampuri olehPemerintah. Sebaliknya, sistem ekonomi Indonesia masih belum sepenuhnyamenggunakan mekanisme pasar, antara lain, karena masih besarnya perananPemerintah dalam pengendalian operasi BUMN dan BUMD, termasuk bank-banknegara serta BPD. Itulah salah satu faktor penyebab kenapa bank-bank negara danBPD kita tidak mampu bersaing dengan DBS Singapura, apakah di dalam negeriapalagi di luar negeri. Secara implicit, deposan maupun bank-bank negara adalahdijamin penuh oleh negara.

    EWI diciptakan di dunia lain yang memiliki struktur dunia usaha yang berbedadengan di Indonesia. Di negara lain itu, boleh saja bank dengan lembaga keuanganlainnya membentuk konglomerasi untuk memanfaatkan skala ekonomi (economies of

    scale) terutama dalam informasi tentang nasabah maupun jaringan kantor cabang. Namun, di negara-negara industri maju itu, neraca gabungan perusahaankonglomerasi tersebut dikonsolidasikan (one-bank holding campanies) supaya

    transparan dan akuntabel. Di negara lain itu, industri keuangan tidak boleh punyaperusahaan afiliasi di luar industri keuangan. Walaupun lebih kaya dari konglomeratIndonesia, seperti Robert Tantular, tidak pernah kita dengar Bill Gates, pemilikMicrosoft, punya bank. Tujuan utama dari penciptaan aturan BMPK (BatasMaksimum Pemberian Kredit) adalah untuk membatasi pemberian kredit kepada

    pihak terkait: pemilik, pengurus serta karyawan bank. Salah satu pelajaran yang kitatimba dari BLBI dan BC adalah bahwa syarat-syarat pertimbangan pemberikan kreditkepada orang dalam adalah lebih ringan daripada yang berlaku bagi nasabah yang

    b k fili i D l b h k i k k i i i i k i id

  • 8/7/2019 KASUS+BC

    18/22

    quality, earnings performance dan liquidity) yang awalnya dikembangkan olehAmerika Serikat dan kini sudah menyebar seluruh dunia17. Namun, model apa pun

    yang digunakan, tetap memerlukan data yang lengkap, akurat dan terkini. Jika tidak,hasilnya tidak akan memberikan, seperti yang disebut oleh pemeo dalam ilmuekonometri: Garbage in, garbage out.

    11. Sumber Daya Manusia

    Industri perbankan dan lembaga-lembaga yang melakukan pengaturan,pemeriksaan dan pengawasan bank menurut standar Basel sekarang ini, memerlukansumber daya manusia dengan pengetahuan teknis yang sangat berbeda dengan padasistem financial repression dimasa lalu pada era Orde Baru. Untuk dapat memahamidan memantau berbagai risiko perbankan dalam standar Basel itu diperlukan orang-orang yang mengetahui teori ilmu keuangan, statistik dan matematika yang sangatlangka di BI, Bapepam, LPS dan Depkeu.

    Kebijakan financial repression telah dijalankan secara terus menerus di

    Indonesia sejak kemerdekaan dan menjadi lebih intensip selama masa 32 tahunpemerintahan Orde Baru. Dalam kebijakan represi finansil, alokasi kredit perbankandilakukan berdasarkan sistem kredit selektip yang ditetapkan oleh BI dan bukan

    berdasarkan pertimbangan kemampuan berusaha dan karakter pemohon kredit sertakesediaan modal maupun kolateral agunan kredit, seperti yang disebut dalam textbooknegara-negara Barat yang sudah maju. Sementara itu, tingkat suku bunga kredi bank

    juga disubsidi dan ditentukan oleh bank sentral, sedangkan risiko bagi penerima kredithampir tidak ada karena juga diambil alih oleh BI atau oleh Pemerintah.

  • 8/7/2019 KASUS+BC

    19/22

    Di negara yang sudah maju, SDM yang tidak cocok lagi dengan sistem barudapat diganti dengan mempensiunkannya secara dini atau mendidik serta melatihnya

    kembali. Dengan biaya mahal, konsultan asing sudah banyak didatangkan keIndonesia untuk melakukan perbaikan sistem pengelolaan, pemeriksaan dan

    pengawasan bank. Pendidikan dan pelatihan atas pengurus dan pemeriksa bank yangsudah ada pun telah dilakukan, baik di dalam maupun di luar negeri. Para komisaris

    bank juga sudah dikirim mengikuti kursus kilat ke mancanegara mengenai pengelolaan dan pemeriksaan bank berbasis risiko. Ternyata, bahwa pelatihan dan pendidikan kembali bankir serta pemeriksa bank yang sudah ada tidak banyakhasilnya karena dasar pendidikan maupun pengalaman karirnya memang sangat

    berbeda dengan tuntutan kebutuhan standar Basel. Integritas pelaksana dan pengawas bank adalah sangat penting karena mereka yang pembuat sekaligus yangmelaksanakan aturan prudensial perbankan yang dibuatnya itu. Kasus BCmenggambarkan bahwa integritas pengurus dan pemeriksa bank nasional masih

    belum memenuhi standar sehingga manipulasi pembukuan dan berbagai tindakankejahatan perbankan masih tetap marak.

    Perencanaan SDM dalam industri perbankan nasional dan BI belum diarahkanpada implementasi Basel. Penerimaan karyawan baru, isi silabus maupun instukturpelatihan pegawai belum disesuaikan dengan tuntutan jaman. Pelanggaran atas BMPKdan NOP masih saja terjadi karena pengawas dan pemeriksa bank belum memahamistruktur dunia usaha nasional yang terkait dengan bank yang diawasinya. Sementaraitu, pengurus serta karyawan bank maupun pemeriksa serta pengawas bank di BI yangsudah dilatih dan dididik mengenai risiko perbankan serta aturan Basel jugadipindahkan ke bidang pekerjaan lain yang tidak sesuai dengan bidang keahliannya.

    P SDM id k h i i i l h b bk i k

  • 8/7/2019 KASUS+BC

    20/22

    Grafik-1. PERANAN ANWAR NASUTION DALAM PROSES AKUISISI CHINKARACAPITAL ATAS BANK PIKKO, CIC DAN DANPAC, PERIODE 27 NOVEMBER 2001 -

    25 JULI 2004

    27 Nopember 2001 16 April 200430 April 30 Juni

    200422 Juli 2004 25 Juli 2004

    6 Desember2004

    Dipimpin olehGubernur Syahril

    Sabirin, Rapat DewanGubernur BI (RDG)menyetujui

    permohonan ChinkaraCapital utk

    mengakuisisi BankPikko, CIC dan Danpac

    dengan tigapersyaratan sbb:

    Deputi Gubernur Senior, AnwarNasution (AN), memanggil rapat

    pemegang saham pengendali(PSP) dan pengurus ketiga banktersebut untuk memperbaiki

    kondisi keuangannya (CAR danGWM) yang terus memburuk.Memburuknya CAR itu adalahkarena Medium Term Notes

    (MTN) Dresner Bank senilai $32juta yang disetorkan sebagai

    modal Pikko ternyata macet dantdk punya peringkat. Dalam rapat

    itu, PSP dan Chinkara Capitaldiwakili oleh Mr. Rafat Ali Rizvi

    (RAR) yang menemui AN untukpertama dan terakhir kalinya.

    Kepada Chinkara diberikan waktuseminggu untuk mulai

    menambah modal (sebesarRp300-400 miliar) dan

    menempatkan dana sebesar $30juta dalam escrow account bagipeyelesaian surat-surat berhargavalas berupa MTN bermasalah.

    Tanpa perbaikan kondisikeuangan Bank Pikko dan CIC,akusisi tidak dapat dilanjutkan

    dan kedua bank itu dapatdibubarkan. Oleh karena itu,

    Chinkara Capital diminta segeramembuat jadwal pelaksanaan

    akuisisi;

    Menurut laporanDPwB1, Chinkara

    Capital sudahmenyetorkan danapenyelesaian MTN

    bermasalah setara $30juta dengan perincian:(i) 30.4.04 ($15 juta);(ii) 6.5.04 ($3 juta);

    (iii) 25.5.04 ($2.5 juta);(iv) 22.6.04 ($3 juta);(v) 22.6.06 ($1 juta);(vi) 30.6.04 ($2juta)

    dan(vii) 30.6.04 (SIN$5

    juta).Dana itu ditempatkanpada escrow accountsdi Citibank dan BankNiaga di Jakarta dan

    langsung dapatdicairkan untuk

    menambah modalBank Pikko serta CIC

    jika ternyata ChinkaraCapital ingkar janji;

    Direktur DPwB1 menulis duaCacatan yang, antara lain, ditujukan

    kepada AN. Catatan pertama, No:6/29/DGS/DPwB1/Rahasia,melaporkan perkembangan terakhirakusisi Chinkara atas ketiga bank

    itu. Catatan kedua No:30/DGS/DPwB1/Rahasia

    melaporkan adanya temuan baruberupa rekayasa laporan keuangan

    Bank Pikko dan pelanggaranketentuan BMPK . Temuan ini

    dapat membatalkan kelulusan fitand proper test RAR. Menurut

    catatan itu, Gubernur memberikandisposisi bahwa merjer ketiga bank

    itu multak diperlukan. Untukmerealisir disposisi itu, Catatan No.

    6 tersebut mengusulkan agar BImemberikan dua bentuk toleransi

    kepada Chincara Capital. Toleransipertama adalah untuk tidak

    memacetkan MTN bermasalahhingga tanggal jatuh waktunya

    sehingga tetap dapat disetorkansebagai modal Pikko dan CIC.

    Toleransi kedua adalah agar sanksifit and proper test RAR dapatditunda. AN tidak memberikankomentar atas kedua catatan

    tersebut karena pendapatnya tidakberubah dari keputusan RDG

    tanggal 27.11.2001 maupun darirapat tanggal 16.4.2004. AN jugaberpendapat bahwa perubahan

    persyaratan akuisisi harusdiputuskan oleh RDG yang tidak

    lagi ia ikuti;

    Anwar Nasutionmengakhiri

    tugasnya diBank Indonesiasehingga tidak

    lagi mengetahuiimplementasipersyaratanakuisisi yangditetapkan

    dalam RDG17.11.2001 danrapat tanggal16.4.2004;

    Enam bulansetelah Anwar

    Nasutionmeninggalkan BI,Bank Indonesiamemberikan ijinmerjer Danpacdan Bank Pikko

    kedalam CICInternational.

    i) menambah modalminimum CAR 8%;

    (ii) memperbaikimanajemen bank dan

    (iii) tidak lagimengulangi

    pelanggaran aturanprudensial ;

    20

  • 8/7/2019 KASUS+BC

    21/22

    2. Ringkasan Pengawasan BI atas BC, 2004-2008

    21

  • 8/7/2019 KASUS+BC

    22/22

    6 Des 04 : BI menyetujui akuisisi Pikkodan Danpac oleh Bank CIC ygkemudian berubah menjadi BankCentury walaupun belum ada

    persyaratan merger yang diputuskandalam RDG tanggal 27 Okt 2001 danrapat tanggal 16 April 2004 yangdipenuhinya.

    TAHUN 2006 TAHUN 2007 TAHUN 2008

    30 Okt 08 : BC mengajukan repo aset Rp1 T namun syarat PBICAR minimal 8% tidak dapat dipenuhinya

    6 Nov 08:BC ditempatkan BI dalam pengawasan khusus tapipihak terkait masih menarik tabungannya dari BC

    14,17,18 Nov 08 :BC memperoleh FPJP Rp689 M dan tanggal15, RT memerintahkan konversi deposito milik BS sebesarUSD842 juta kedalam NCD masing-masing sebesar Rp2 Miliaratas nama 247 nominee, agar dapat dijamin oleh LPS.

    21 Nov 08 : BC diambil alih oleh LPS

    30 Okt 08 : SSB Valas USD11 juta dlm AMA tidak dapatdicairkan saat jatuh tempo

    3 Nov 08 : SSB Valas USD45 juta dlm AMA tidak dapatdicairkan saat jatuh tempo

    13 & 14 Nov 08 : RDG BI merubah PBI tentang FPJP denganmenurunkan CAR menjadi 0%

    TAHUN 2005TAHUN 2004

    28 Feb 05 : SSB BC USD203 juta ternyata macet dan tidak punyarating(no rating & low interest) sehingga hrs dibentuk PPA 100%dan karenanya CAR menjadi negatif 132,58%

    Sesuai ketentuan, BC seharusnya masuk Dalam PengawasanKhusus tetapi dimasukkan dalam pengawasan intesif.

    BI masih menempatkan Dalam Pengawasan Intensif karena adakomitmen PSP untuk menjual SSB.

    27 Jan 06 : PSP mengajukan cara penyelesaianSSB valas bermasalah melalui Skema AMAdengan mem pledge kan depositonya di bank diluar negeri

    21 Feb 06 : Deputi GBI menyetujui Skema AMAdengan cash collateralnya ditempatkan di luarnegeri atas nama pemegang saham

    3 Ags 06: AMA tdk dipenuhi PSP (SSB valastidak lancar) tetapi BI tidak melakukan tindakan &SSB masih digolongkan lancar.

    24 Sep 07: Komitmen AMA 3 Ags 06 tidak terlaksana. PSP membuat komitmenASPA utk menyelesaikan SSB Valas Bermasalah.

    10 Okt 07: BI menyetujui penyelesaian SSB melalui ASPA

    Persyaratan ASPA tidak dipenuhi PSP sd Nov 08, BI tidak melakukan tindakan.

    Seharusnya BI melakukan tindakan terhadap BC karena kondisi SSB valas yangtidak lancar.

    22