investasi bagian bc

85
PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS : Rangkuman Kebutuhan Investasi AGRO INOVASI I. PENDAHULUAN Program Revitalisasi Pertanian yang dicanangkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal Juni 2005 dilatarbelakangi oleh fakta empiris bahwa sektor pertanian, perikanan dan perkebunan masih tetap berperan vital dalam mewujudkan tujuan nasional untuk memajukan kesejahteraan umum, namun vitalitas kinerjanya kini cenderung mengalami degradasi sehingga perlu segera direvitalisasi secara sungguh-sungguh. Revitalisasi pertanian merupakan pernyataan politik pemerintah untuk menjadikan sektor pertanian sebagai prioritas pembangunan nasional. Agenda pokok Revitalisasi Pertanian ialah membalik tren penurunan dan mengakselerasi peningkatan produksi dan nilai tambah usaha pertanian. Faktor kunci untuk itu ialah peningkatan dan perluasan kapasitas produksi melalui renovasi, penumbuhkembangan dan restrukturisasi agribisnis, kelembagaan maupun infrastruktur penunjang. Peningkatan dan perluasan kapasitas produksi diwujudkan melalui investasi bisnis maupun investasi infrastruktur. Pada intinya, investasi adalah modal yang digunakan untuk meningkatkan atau memfasilitasi peningkatan kapasitas produksi. Pemerintah bukanlah pelaku usaha. Usaha ekonomi sebesar- besarnya dilaksanakan oleh swasta, baik perorangan (masyarakat) maupun perusahaan. Oleh karena itu, investasi usaha sepenuhnya dilakukan oleh swasta. Peran pemerintah terutama adalah dalam pembangunan infrastruktur publik, insentif dan regulasi yang esen- sial untuk pertumbuh-kembangan perusahaan swasta. Investasi in- frastruktur yang dilaksanakan pemerintah merupakan komplementer dan fasilitator bagi investasi usaha yang dilaksanakan pengusaha. Tujuan swasta melakukan investasi ialah untuk memperoleh laba sebesar-besarnya. Informasi mengenai peluang bidang usaha dan lokasi yang prospektif untuk meraih laba amatlah esensial bagi investor swasta. Termasuk dalam hal ini adalah arah kebijakan peme- rintah yang akan menentukan ketersediaan fasilitasi pendukung, utamanya infrastruktur publik dan insentif berusaha.

Upload: pelita-hidup

Post on 06-Aug-2015

30 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Investasi Bagian Bc

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi AGRO INOVASI

I. PENDAHULUAN

Program Revitalisasi Pertanian yang dicanangkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal �� Juni 2005 dilatarbelakangi oleh fakta empiris bahwa sektor pertanian, perikanan dan perkebunan masih tetap berperan vital dalam mewujudkan tujuan nasional untuk memajukan kesejahteraan umum, namun vitalita s kinerjanya kini cenderung mengalami degradasi sehingga perlu segera direvitalisasi secara sungguh-sungguh. Revitalisasi pertanian merupakan pernyataan politik pemerintah untuk menjadikan sektor pertanian sebagai prioritas pembangunan nasional.

Agenda pokok Revitalisasi Pertanian ialah membalik tren penurunan dan mengakselerasi peningkatan produksi dan nilai tambah usaha pertanian. Faktor kunci untuk itu ialah peningkatan dan perluasan kapasitas produksi melalui renovasi, penumbuhkembangan dan restrukturisasi agribisnis, kelembagaan maupun infrastruktur penunjang. Peningkatan dan perluasan kapasitas produksi diwujudkan melalui investasi bisnis maupun investasi infrastruktur. Pada intinya, investasi adalah modal yang digunakan untuk meningkatkan atau memfasilitasi peningkatan kapasitas produksi.

Pemerintah bukanlah pelaku usaha. Usaha ekonomi sebesar-besarnya dilaksanakan oleh swasta, baik perorangan (masyarakat) maupun perusahaan. Oleh karena itu, investasi usaha sepenuhnya dilakukan oleh swasta. Peran pemerintah terutama adalah dalam pembangunan infrastruktur publik, insentif dan regulasi yang esen-sial untuk pertumbuh-kembangan perusahaan swasta. Investasi in-frastruktur yang dilaksanakan pemerintah merupakan komplementer dan fasilitator bagi investasi usaha yang dilaksanakan pengusaha.

Tujuan swasta melakukan investasi ialah untuk memperoleh laba sebesar-besarnya. Informasi mengenai peluang bidang usaha dan lokasi yang prospektif untuk meraih laba amatlah esensial bagi investor swasta. Termasuk dalam hal ini adalah arah kebijakan peme-rintah yang akan menentukan ketersediaan fasilitasi pendukung, utamanya infrastruktur publik dan insentif berusaha.

Page 2: Investasi Bagian Bc

AGRO INOVASI

2

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi

Sehubungan dengan itu, sebagai salah satu agenda operasio-nalisasi Revitalisasi Pertanian, Departemen Pertanian melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian mengambil tindakan proaktif menerbitkan buku tentang arah kebijakan dan prospek investasi untuk �7 komoditas pertanian, usaha jasa alat dan mesin pertanian, serta potensi pengembangan lahan pertanian yang dipandang diperlukan oleh swasta dalam merencanakan investasinya. Buku ini merupakan ringkasan dari 20 buku tersebut. Investor yang berminat memperoleh informasi lebih rinci tentang komoditas tertentu dapat membaca buku tentang komoditas tersebut.

Page 3: Investasi Bagian Bc

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi AGRO INOVASI

II. VISI, ARAH DAN PETA JALAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

Visi pembangunan pertanian jangka panjang dirumuskan sebagai berikut: “Terwujudnya sistem pertanian industrial berdaya saing, berkeadilan dan berkelanjutan guna menjamin ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat pertanian”.

Tujuan akhir pembangunan pertanian adalah mewujudkan masyarakat pertanian sejahtera. Oleh karena itu, pembangunan jang-ka panjang sektor pertanian diorientasikan pada peningkatan kualitas hidup masyarakat pertanian dengan sasaran sebagai berikut:

�). Terwujudnya sistem pertanian industrial yang berdayasaing

Sistem pertanian industrial dicirikan oleh usaha pertanian ber-nilai tambah tinggi dan terintegrasi dalam satu rantai pasok (supply chain) berdasarkan relasi kemitraan sinergis dan adil dengan ber-tumpu pada sumberdaya nasional, kearifan lokal serta ilmu pengeta-huan dan teknologi berwawasan lingkungan. Sistem pertanian indus-trial adalah sosok pertanian ideal yang merupakan keharusan agar usaha pertanian dapat bertahan hidup dan tumbuh berkembang se-cara berkelanjutan dalam tatanan lingkungan persaingan global yang makin ketat.

2). Mantapnya ketahanan pangan secara mandiri

Mantapnya ketahanan pangan secara mandiri berarti terpe-nuhinya pasokan pangan dan terjaminnya akses pangan sesuai kebu-tuhan bagi seluruh masyarakat dengan mengandalkan produksi dalam negeri dan kemampuan daya beli masyarakat. Upaya pemantapan ke-tahanan pangan tidak boleh merugikan, malah harus didasarkan se-bagai bagian integral dari upaya peningkatan kesejahteraan petani.

�). Terciptanya kesempatan kerja penuh bagi masyarakat pertanian

Dalam jangka panjang diharapkan seluruh angkatan kerja per-tanian mendapatkan pekerjaan penuh sehingga pengangguran ter-buka maupun terselubung tidak lagi terjadi secara permanen. Faktor

Page 4: Investasi Bagian Bc

AGRO INOVASI

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi

kunci untuk itu ialah meningkatnya kesempatan kerja di pedesaan dan berkembangnya tekanan penyerapan tenaga kerja di pertanian.

�). Terhapusnya masyarakat pertanian dari kemiskinan dan tercapai-nya pendapatan petani US$ 2500/kapita/tahun.

Berkurangnya jumlah masyarakat tani miskin dan meningkatnya pendapatan petani merupakan prasyarat terwujudnya kesejahteraan masyarakat tani yang menjadi sasaran akhir pembangunan pertani-an. Ini hanya dapat diwujudkan melalui peningkatan skala usahatani, peningkatan produktivitas dan pengurangan tekanan penduduk pada usaha pertanian.

Garis-garis besar kebijakan yang akan dilakukan adalah:

�). Membangun basis bagi partisipasi petani

Basis partisipasi petani perlu dibangun dengan kuat agar mere-ka mampu berpartisipasi aktif dalam pembangunan sehingga mampu memperoleh hasil sebesar-besarnya dan terdistribusi secara adil dan merata. Basis partisipasi petani untuk mengakses modal, faktor-faktor produksi serta insentif dan fasilitasi kebijakan pemerintah dibangun agar petani mampu mengaktualisasikan kegiatan usahataninya se-cara optimal untuk menunjang peningkatan pendapatannya. Untuk itu, peraturan keagrariaan akan digunakan, individu petani akan diberdayakan dan organisasi petani akan ditumbuh-kembangkan.

2). Meningkatkan potensi basis produksi dan skala usaha pertanian

Basis usaha pertanian ditingkatkan melalui revitalisasi, eksten-sifikasi dan diversifikasi utamanya pembukaan areal baru khususnya di Luar Jawa, dengan memacu investasi swasta baik usaha pertanian rakyat maupun perusahaan besar pertanian yang bermitra dengan usaha pertanian rakyat dengan dukungan fasilitasi komplementer dan insentif dari pemerintah. Peningkatan potensi basis produksi dikem-bangkan dengan sasaran peningkatan skala usaha, peningkatan dan perluasan kapasitas produksi agregat dan penyeimbangan peman-faatan lahan antar wilayah di Indonesia. Peningkatan skala usaha pertanian juga dilakukan melalui pengembangan usaha kooperatif,

Page 5: Investasi Bagian Bc

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi AGRO INOVASI

5

serta penyediaan lapangan kerja non-pertanian guna mengurangi tekanan tenaga kerja terhadap pertanian utamanya melalui pengem-bangan industri di pedesaan.

�). Mewujudkan pemenuhan kebutuhan sumberdaya insani pertanian yang berkualitas

Peningkatan kualitas sumberdaya manusia ini difokuskan pada peningkatan kemampuan penguasaan teknologi, kewirausahaan dan manajemen usaha tani melalui pengembangan sistem pendidikan dan penyuluhan pertanian. Kebijakan ini diimplementasikan dalam bentuk revitalisasi sistem pendidikan dan penyuluhan pertanian guna menciptakan insan pertanian berkualitas yang mampu menguasai dan menerapkan teknologi serta mengelola usahataninya secara efisien.

�). Mewujudkan pemenuhan kebutuhan infrastruktur pertanian

Kebutuhan infrastruktur pertanian utamanya sarana irigasi, ja-lan pertanian dan pedesaan, kelistrikan dan telekomunikasi pede-saan serta pasar pertanian yang bersifat publik dibangun selengkap mungkin oleh pemerintah dengan memberikan kesempatan kepada swasta untuk turut berpartisipasi pada bidang-bidang tertentu yang mungkin diusahakan secara komersial.

5). Mewujudkan sistem pembiayaan pertanian tepat guna

Sistem pembiayaan pertanian yang sesuai dengan karakteristik petani dibangun dengan menumbuh kembangkan lembaga keuangan khusus yang melayani pertanian, baik berupa bank pertanian maupun lembaga keuangan mikro. Pemerintah akan memberikan dukungan dan insentif mencakup perlakuan khusus dan berbeda, penjaminan kredit dana talangan dan subsidi harga.

6). Mewujudkan sistem inovasi pertanian

Sistem inovasi pertanian dibangun dengan lembaga peneli-tian pemerintah sebagai penggerak utamanya dan lembaga pene-litian swasta sebagai komplementaritasnya. Sistem inovasi perta-nian mengintegrasikan lembaga penelitian penghasil IPTEK dasar,

Page 6: Investasi Bagian Bc

AGRO INOVASI

6

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi

lembaga pemerintah atau swasta sebagai pengganda dan penyalur IPTEK, lembaga penyuluhan sebagai fasilitator penerimaan IPTEK tersebut oleh petani. Penguasaan bioteknologi diperlukan dalam rangka membangun sistem produksi yang mampu merespon prefe-rensi konsumen untuk meningkatkan daya saing produk yang ber-sangkutan. Pada akhir tahun 2025, bioteknologi akan menjadi peng-gerak utama sistem pertanian industrial.

7). Penyediaan sistem insentif dan perlindungan bagi petani

Penyediaan insentif dan perlindungan bagi petani dilakukan un-tuk merangsang peningkatan produksi, investasi dan efisiensi usaha pertanian melalui kebijakan mikro maupun makro meliputi kebija-kan insentif subsidi dan perlindungan harga input dan output, fiskal, moneter dan perdagangan. Kebijakan insentif mencakup pemberian jaminan harga, subsidi dan keringan pajak. Perlindungan bagi petani mencakup pengamanan dari praktek perdagangan yang tidak adil, resiko pasar dan gagal panen akibat anomali iklim.

8).vMewujudkan sistem usahatani bernilai tinggi melalui inten-sifikasi diversifikasi dan pewilayahan pengembangan komoditas unggulan

Usaha pertanian rumah tangga diarahkan untuk mengembang-kan sistem usaha intensifikasi – diversifikasi atau multi usaha intensif. Regionalisasi pengembangan komoditas unggulan diarahkan untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumberdaya pertanian dan men-dorong investasi baru berdasarkan keunggulan komparatif wilayah.

Dalam kaitan dengan efisiensi pemanfaatan sumberdaya pertanian. Sesuai dengan perubahan struktur perekonomian maka pertanian di Jawa diarahkan untuk pengembangan komoditas ber-nilai tinggi (high value commodities) seperti hortikultura, sedangkan pengembangan komoditas pangan diarahkan ke Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera. Pengembangan komoditas perkebunan diarahkan ke Papua dan Maluku. Pengembangan komoditas peternakan berbasis lahan diarahkan ke Bali dan Nusa Tenggara

Page 7: Investasi Bagian Bc

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi AGRO INOVASI

7

9). Mewujudkan agroindustri berbasis pertanian domestik di pedesaan

Kebijakan ini diarahkan untuk meningkatkan nilai tambah di-sepanjang alur vertikal sistem komoditas pertanian melalui pengem-bangan produk agroindustri berbasis sumberdaya domestik dan ilmu pengetahuan dan teknologi inovasi serta berlokasi di pedesaan. Dengan terwujudnya agroindustri, maka kontribusi sektor pertanian terhadap nilai tambah dan kesempatan kerja terhadap perekonomian pedesaan makin meningkat. Agroindustri akan menjadi satu pilar sistem pertanian industrial yang akan menjadi pondasi struktur ekonomi nasional pada akhir tahun 2025.

�0). Mewujudkan sistem rantai pasok terpadu berbasis kelembagaan pertanian yang kokoh

Pengembangan rantai pasok terpadu komoditas pertanian secara vertikal dibangun berdasarkan sistem kemitraan yang sehat dan adil. Pemerintah bertindak sebagai fasilitator dan regulator yang kredibel dan adil untuk mewujudkan pertumbuhan sektor pertanian yang berke-lanjutan. Pengembangan rantai pasok tersebut harus berbasis kelem-bagaan pertanian yang kokoh sebagai perekat relasi semua komponen di dalam sistem pertanian industrial. Kelembagaan pertanian dibangun berdasarkan prinsip kemitraan setara, sehat dan berkeadilan.

��). Menerapkan praktek pertanian dan manufaktur yang baik

Praktek pertanian yang baik merupakan salah satu prasyarat untuk mewujudkan sistem pertanian industrial berdaya saing dan berwawasan lingkungan. Mutu produk pertanian harus dapat dijamin dan ditelusuri sesuai dengan standar persyaratan internasional. Un-tuk itu pemerintah akan menyusun protokol teknis dan insentif untuk merangsang penerapannya.

�2). Mewujudkan pemerintahan yang baik, bersih dan berpihak kepada petani dan pertanian

Pemerintahan yang baik dan bersih mutlak perlu untuk mewu-judkan visi pertanian di atas. Cara penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance) sangat diperlukan dalam pelaksanaan

Page 8: Investasi Bagian Bc

AGRO INOVASI

8

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi

pembangunan pertanian, yaitu : bersih (clean), berkemampuan (com-petent), terpercaya (credible) dan secara publik dapat dipertanggung-jawabkan (accountable). Faktor kunci untuk itu ialah penghayatan dan pengamalan ruh pembangunan pertanian yakni “bersih dan peduli”.

Berdasarkan visi, sasaran dan arah kebijakan di atas maka peta jalan (road map) transformasi usaha menuju sistim pertanian industri dapat digambarkan seperti pada gambar �. Sasaran akhir adalah terwujudnya sistem pertanian industrial yang dapat dibedakan menjadi tiga bentuk:

a. Perusahaan besar pertanian terintegrasi (konglomerat pertanian terpadu)

b. Perusahaan besar pertanian terkoordinasic. Rantai pasok terpadu berbasis usaha pertanian kecil/mikro.

Pendorong kunci (key driving forces), proses dan lintasan menuju sasaran akhir tersebut tergantung pada kondisi awal dan tahapan.

Page 9: Investasi Bagian Bc

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi AGRO INOVASI

9

Gam

bar �

. Pet

a ja

lan

pros

es tr

ansf

orm

asi “

men

uju

sist

em p

erta

nian

indu

stria

l”

Peng

usah

a B

esar

Pert

ania

n

Pen

gusa

ha A

gro

Indu

stri

Pri

mer

Per

oran

gan

Pen

gusa

ha A

gro

Indu

stri

Sek

unde

rTe

rpad

u

Kon

glom

erat

Agr

ibis

nis

Terp

adu

Inte

gras

iO

rgan

isas

i

2025

Skal

a

Peru

saha

an

Pert

ania

n Sk

ala

Men

enga

h

Peng

usah

a A

gro

Indu

stri

Prim

er

Terk

oord

inas

i

Peru

saha

an A

gro

Indu

stri

Seku

nder

Te

rkoo

rdin

asi

Peru

saha

an

Agr

ibis

nis

Terk

oord

inas

i

Usa

hata

ni S

kala

K

ecil

/ Mik

ro

Peru

saha

an A

gro

Indu

stri

Prim

er

Skal

a K

ecil

/ Mik

ro

Peru

saha

an A

gro

Indu

stri

Skal

a K

ecil/

M

ikro

Ran

tai P

asok

K

omod

itas

Ola

h Te

rpad

u

Pend

oron

g ku

nci:

~

Mig

rasi

ke

luar

~

Inov

asi T

ekno

logi

~

Tran

sfor

mas

i eko

nom

iPr

oses

/ m

ekan

ism

e

~ Pe

rluas

an b

asis

pro

duks

i

~ O

ptim

alis

asi s

kala

usa

ha

Peni

ngka

tan

nial

i ta

mba

h/pe

ndal

aman

in

dust

ri

Usa

hata

ni M

ulti

Kom

odita

s

Usa

hata

ni

Koo

pera

tif M

ulti

Kom

odita

s

Ran

tai P

asok

K

omod

itas

Prim

er

Terp

adu

Pend

oron

g ku

nci:

~ In

ovas

i ipt

ek~

Rev

olus

i “su

per-

hipp

er m

arke

t”~

Rev

olus

i IC

T~

Glo

balis

asi

Pros

es:

~ D

iver

sifik

asi

~ In

dust

rialis

asi

~ O

rgan

isas

i~

Koo

rdin

asi i

nteg

rasi

Page 10: Investasi Bagian Bc

AGRO INOVASI

�0

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi

III. POTENSI SUMBER DAYA ALAM

A. Potensi Lahan Basah dan Lahan Kering

Potensi sumberdaya lahan yang akan dibahas berikut ini adalah hasil analisis terhadap dua peta/data yaitu (�) peta arahan tata ruang pertanian nasional pada skala �:�.000.000, dan (2) peta arahan tata ruang pertanian provinsi pada skala �:250.000. Provinsi yang telah tersedia peta arahan tata ruang pertaniannya pada skala �:250.000 mencakup 20 provinsi, yaitu seluruh Sumatera (9 provinsi), Jawa dan Bali (7 provinsi), Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Selatan, sedangkan provinsi lainnya masih dalam skala �:�.000.000. Dengan demikian data potensi sumber-daya lahan di Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Selatan dapat dipakai un-tuk perencanaan tingkat regional/provinsi, sedangkan pada provinsi lainnya hanya dapat dipakai untuk perencanaan tingkat nasional.

Analisis potensi sumberdaya lahan menggunakan beberapa ka-rakteristik lahan seperti tanah, bahan induk, bentuk wilayah, iklim, dan ketinggian tempat. Lahan yang sesuai untuk budidaya pertanian dikelompokkan berdasarkan jenis tanaman yaitu untuk lahan basah dan lahan kering adalah tanaman semusim dan tanaman tahunan atau tanaman perkebunan. Pengelompokkan lahan secara garis besar ditentukan oleh bentuk wilayah dan kelas lereng. Tanaman pangan diarahkan pengembangannya pada lahan dengan bentuk wilayah datar-bergelombang (lereng <�5%) dan tanaman tahunan/perkebunan pada lahan bergelombang-berbukit (lereng �5-�0%). Namun kenyataannya, banyak lahan datar-bergelombang digunakan untuk tanaman tahunan atau tanaman perkebunan, sehingga ta-naman pangan (tegalan) tersisihkan. Oleh karena itu banyak tanaman pangan diusahakan di lahan berbukit hingga bergunung, bahkan di kawasan hutan (kawasan lindung).

Berdasarkan kondisi biofisik lahan (bentuk wilayah, lereng, iklim), dari total daratan Indonesia seluas �88,2 juta ha, lahan yang

Page 11: Investasi Bagian Bc

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi AGRO INOVASI

��

sesuai untuk pertanian adalah seluas 9� juta ha, yaitu 25,� juta ha untuk pertanian lahan basah (sawah) dan 68,6 juta ha untuk perta-nian lahan kering (Tabel �). Dari 9� juta ha lahan yang sesuai untuk pertanian, �0,7 juta ha berpeluang untuk perluasan areal, 8,� juta ha untuk lahan sawah, 7,� juta ha untuk pertanian lahan kering tanaman semusim, dan �5,� juta ha untuk tanaman tahunan atau tanaman perkebunan (Tabel 2).

1. Lahan basah

Lahan basah adalah lahan yang secara biofisik sesuai untuk sawah, meliputi lahan sawah yang sudah ada, lahan rawa, dan lahan non-rawa yang memungkinkan untuk digenangi atau diirigasi. Luas lahan basah yang sesuai untuk sawah adalah 25,� juta ha, yang ter-luas terdapat di Papua (7,� juta ha), kemudian Kalimantan Tengah (2,� juta ha), Kalimantan Barat (�,8 juta ha), Jawa Tengah (�,6 juta ha), Jawa Timur (�,5 juta ha), Riau (�,� juta ha), dan provinsi lainnya di bawah � juta ha (Tabel �).

Dari total luas lahan 25,� juta ha yang sesuai untuk sawah, 7,79 juta ha telah digunakan untuk sawah dan 9,�� juta ha digu-nakan untuk keperluan lainnya (non-sawah, pemukiman, kawasan industri, infrastruktur), sehingga secara spasial masih tersisa lahan yang sesuai untuk perluasan areal sawah seluas 8,28 juta ha (Tabel 2). Di Jawa Tengah dan Jawa Timur terdapat lahan yang sesuai untuk sawah, tetapi sudah terpakai untuk perluasan sawah dan penggu-naan lainnya. Untuk perluasan sawah di Jawa terdapat lahan seluas ��.000 ha, sekitar 7.000 ha di antaranya terdapat di Jawa Barat. Melihat kondisi lahan yang demikian, praktis perluasan areal sawah di Jawa sulit untuk dilakukan.

Peluang terbesar perluasan lahan sawah terdapat di Papua, yaitu sekitar 5,2 juta ha, namun memerlukan investasi yang cukup tinggi mengingat masalah transportasi masih terbatas. Daerah lain yang berpeluang untuk perluasan sawah adalah Kalimantan seluas �,� juta ha, sekitar 7�0.000 ha di antaranya merupakan sawah rawa, baik sawah pasang surut maupun sawah lebak. Di Kalimantan, lahan

Page 12: Investasi Bagian Bc

AGRO INOVASI

�2

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi

yang terluas untuk perluasan sawah terdapat di Kalimantan Tengah, yaitu 6�6.000 ha, �69.000 ha di antaranya untuk sawah non-rawa dan �77.000 ha untuk sawah rawa.

Di Sumatera terdapat 960.000 ha lahan yang berpeluang untuk perluasan sawah, yang terluas terdapat di Sumatera Selatan (2�5.000 ha), kemudian Riau dan Jambi (masing-masing sekitar �90.000 ha). Di Sumatera Selatan peluang terbesar untuk perluasan sawah ter-dapat di lahan rawa (�95.000 ha). Di Sulawesi terdapat �2�.000 ha lahan yang berpeluang untuk perluasan sawah, semuanya merupa-kan lahan non-rawa.

Lahan basah tersebut selain sesuai untuk padi sawah juga se-suai untuk palawija (jagung, kedelai). Lahan sawah di daerah beriklim agak kering (curah hujan <�.500 mm/tahun) yang umumnya terdapat di dataran Aluvial dapat pula dikembangkan untuk budi daya bawang merah.

2. Lahan kering

Lahan kering didefinisikan sebagai hamparan lahan yang tidak pernah tergenang hampir sepanjang waktu. Terdapat 68,6� juta ha lahan kering yang sesuai untuk pertanian, 25,09 juta ha di antaranya untuk tanaman semusim dan ��,55 juta ha untuk tanaman tahunan. Namun karena keterbatasan data spasial, sampai saat ini belum diketahui secara pasti luas lahan kering yang telah digunakan untuk pertanian. Meskipun demikian, sebagai perkiraan telah digunakan peta penggunaan lahan skala �:�.000.000 untuk mengidentifikasi lahan yang saat ini masih ditumbuhi alang-alang atau dalam kondisi semak belukar. Peta tersebut ditumpangtepatkan (overlay) dengan peta arahan tata ruang pertanian, sehingga dapat diperkirakan lahan kering yang masih tersedia untuk perluasan areal pertanian, yaitu seluas 22,�9 juta ha, yang terdiri dari 7,08 juta ha untuk pertanian tanaman semusim dan �5,�� juta ha untuk pertanian tanaman tahunan (Tabel 2).

Page 13: Investasi Bagian Bc

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi AGRO INOVASI

��

Terdapat 25,09 juta ha lahan kering yang sesuai untuk tanam-an semusim, yang terluas terdapat di Kalimantan Timur (5,5 juta ha), kemudian di Papua (�,2 juta ha), Sumatera Utara (2,8 juta ha), Sumatera Selatan (�,6 juta ha), Kalimantan Barat (�,7 juta ha), Lampung (�,� juta ha), dan provinsi lainnya di bawah � juta ha.

Dari total luas lahan kering yang sesuai untuk tanaman se-musim (25,� juta ha), sebagian besar telah digunakan untuk lahan pertanian dan untuk keperluan lainnya (pemukiman, kawasan indus-tri, infrastruktur, dll), sehingga secara spasial masih tersisa lahan kering yang sesuai untuk perluasan areal tanaman semusim seluas 7,08 juta ha. Meskipun di Jawa ketersediaan lahan kering yang sesuai untuk pengembangan tanaman semusim cukup luas, namun untuk perluasan areal sangat terbatas karena sudah terpakai untuk keper-luan berbagai penggunaan. Di Jawa terdapat sekitar �0.000 ha la-han kering untuk perluasan areal tanaman semusim, sekitar 26.000 ha di antaranya terdapat di Jawa Timur. Berdasarkan data ini maka perluasan areal tanaman semusim pada lahan kering di Jawa sulit dilakukan. Peluang terbesar perluasan areal tanaman semusim pada lahan kering terdapat di Kalimantan, yaitu �,6 juta ha, yang terluas di Kalimantan Timur (�,88 juta ha) dan diikuti oleh Kalimantan Barat (856.000 ha). Peluang lain untuk perluasan areal tanaman semusim pada lahan kering adalah di Papua, yaitu �,69 juta ha, kemudian Sumatera Utara (�29.000 ha). Di provinsi lainnya, peluang perluasan areal di bawah �00.000 ha (Tabel 2).

Luas lahan kering yang sesuai untuk tanaman tahunan atau tanaman perkebunan mencapai ��,55 juta ha, yang terluas terdapat di Papua (5,76 juta ha), kemudian diikuti oleh Kalimantan Tengah (�,7 juta ha), Kalimantan Barat (�,5 juta ha), Riau (�,27 juta ha), Ka-limantan Timur (�,6 juta ha), Jambi (2,� juta ha), Sumatera Selatan (2,2 juta ha), dan provinsi lainnya di bawah �,5 juta ha (Tabel �).

Dari total luas lahan kering yang sesuai untuk tanaman tahun-an (��,55 juta ha), seperti halnya lahan untuk tanaman semusim, sebagian besar telah digunakan untuk lahan pertanian dan keper-

Page 14: Investasi Bagian Bc

AGRO INOVASI

��

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi

luan lainnya (pemukiman, kawasan industri, infra-struktur, dll), se-hingga secara spasial masih tersisa untuk perluasan areal tanaman tahunan atau tanaman perkebunan seluas �5,� juta ha (Tabel 2). Dibandingkan dengan di pulau lainnya, di Jawa terbatas lahan yang dapat digunakan untuk perluasan areal tanaman tahunan, yaitu seki-tar �58.000 ha, �00.000 ha di antaranya terdapat di Jawa Barat dan Banten. Peluang terbesar perluasan areal tanaman tahunan terdapat di Kalimantan, yaitu seluas 7,27 juta ha, yang terluas di Kalimantan Timur (2,�� juta ha), diikuti oleh Kalimantan Tengah (2,66 juta ha), dan Kalimantan Barat (�,77 juta ha). Wilayah lain yang memiliki pe-luang bagi perluasan areal tanaman tahunan adalah Papua dengan luasan 2,79 juta ha, kemudian Sumatera Selatan seluas 7�2.000 ha. Di provinsi lainnya, peluang perluasan areal di bawah 500.000 ha.

Page 15: Investasi Bagian Bc

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi AGRO INOVASI

�5

Tabel �. Total luas lahan yang sesuai untuk pertanian lahan basah, lahan kering tanaman semusim, dan lahan kering tanaman tahunan

Pulau/ Lahan Pertanian (ha) Total (ha) Provinsi LB-Semusim LK-Semusim*) LK-Tahunan**) �. NAD ��6.989 702.0�0 829.0�9 �.978.0682. Sumut 6�5.707 2.802.�25 920.6�9 �.�58.�8��. Riau �.��2.65� 5��.07� �.267.05� 5.9�2.777�. Sumbar 5��.�2� ��9.8�5 725.285 �.�79.25�5. Jambi 666.09� �2�.�0� 2.���.9�� �.�02.�2�6. Sumsel 986.997 �.589.526 2.�98.079 �.77�.6027. Babel �20.5�� 79�.�05 9��.6�98. Bengkulu �78.8�2 �6�.5�� 6�2.725 �.�5�.�0�9. Lampung 505.982 �.��5.09� 52�.�89 2.��5.�65Sumatera 5.187.909 7.747.637 13.182.265 26.117.811�0. DKI Jakarta ��.267 7.��� 0 �8.698��. Banten �9�.659 �.9�8 �97.06� 592.67��2. Jabar 982.76� 265.0�5 8�8.�8� 2.066.�57��. Jateng �.59�.��6 79�.067 �95.��7 2.879.660��. DI Yogyakarta �0�.��0 8.286 75.568 �85.26��5. Jatim �.�88.�9� 886.�56 988.0�8 �.�62.887Jawa 4.366.736 1.964.103 2.774.498 9.105.337�6. Bali �26.7�8 �07.59� �60.69� �95.0�2�7. NTB �5�.879 ��5.��6 269.856 758.87��8. NTT �99.202 786.798 �.200.��2 2.�86.��2Bali dan NT 479.829 1.229.525 1.630.891 3.340.245�9. Kalbar �.8�5.6�6 �.682.959 �.507.898 8.006.�9�20. Kalteng 2.25�.595 77�.�89 �.7��.52� 7.770.�072�. Kalsel 902.270 98�.5�� 8�7.060 2.70�.8��22. Kaltim ��7.0�2 5.5��.57� �.598.562 9.557.�78Kalimantan 5.416.543 8.953.235 13.668.043 28.037.8212�. Sulut �27.�92 �2.0�2 759.762 9�8.9862�. Gorontalo 8�.069 98.�05 2�0.980 �92.�5�25. Sulteng 6��.565 ��9.�26 �.��7.�5� 2.080.0��26. Sulsel 9�7.2�6 �22.�75 826.669 2.086.29027. Sultra �69.��5 2�9.��5 6�2.�8� �.0�0.8��Sulawesi 1.930.187 790.983 3.787.147 6.508.31728. Papua 7.��0.�07 �.�8�.87� 5.758.�80 �7.�5�.76029. Maluku ��2.�22 7�.565 �.258.2�� �.6�5.��8�0. Maluku Utara ��7.605 ���.97� �.500.079 �.96�.658Maluku dan Papua 8.040.334 4.403.412 8.516.790 20.960.536Indonesia 25.421.538 25.088.895 43.559.634 94.070.067Keterangan : *) LK-Semusim juga sesuai untuk tanaman tahunan

**) LK-Tahunan pada lahan kering dan sebagian gambut

Page 16: Investasi Bagian Bc

AGRO INOVASI

�6

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi

Tabel 2. Luas lahan yang sesuai untuk perluasan areal pertanian lahan basah, lahan kering tanaman semusim, dan lahan kering tanaman tahunan

Pulau/ Provinsi LB-semusim (ha) LK-Semusim*) LK-Tahunan**) Total (ha) Rawa Non rawa Total (ha) (ha) (ha) NAD �.660 6�.60� 68.26� 282.�09 ���.29� 78�.66�Sumut 6.700 68.800 75.500 �29.75� ���.972 6�7.22�Riau �6.�00 ��9.700 �86.000 252.980 896.2�5 �.��5.225Sumbar �9.�52 70.695 ��0.0�7 55.��8 ��0.6�� �75.776Jambi �0.500 �56.600 �97.000 �77.��� 258.997 6��.��8Sumsel �95.7�2 �9.650 2�5.�9� �07.225 �2�.8�6 967.�6�Babel 0 25.807 25.807 - 225.�70 25�.277Bengkulu 0 22.8�0 22.8�0 88.078 209.�05 �20.02�Lampung 22.500 �7.500 �0.000 26.�98 2�.02� 87.��9Sumatera 354.854 606.193 960.847 1.311.776 3.226.785 5.499.407DKI Jakarta 0 0 0 0 0Banten �.�88 �.�88 ��� 5�.757 56.557Jabar 7.��7 7.��7 �.87� �8.090 60.��0Jateng �.�02 �.�02 8.966 20.65� �0.922DI Yogyakarta - - - - -Jatim �.�56 �.�56 26.�9� �5.�5� 66.00�Jawa 0 14.393 14.393 40.544 158.953 213.890Bali 0 ��.09� ��.09� - - ��.09�NTB 0 6.2�7 6.2�7 ��7.659 80.628 22�.5��NTT 0 28.58� 28.58� - 529.5�7 558.��9Bali dan NT 0 48.922 48.922 137.659 610.165 796.746Kalbar �7�.279 8.8�9 �8�.098 856.�68 �.770.�09 2.809.575Kalteng �77.�9� �69.20� 6�6.�97 �0�.980 2.66�.5�0 �.709.888Kalsel 2��.��0 �2�.27� ���.68� �9�.79� �09.�0� �.2�8.57�Kaltim �67.276 6�.�87 2��.76� �.886.26� 2.���.�29 �.5�9.�55Kalimantan 730.160 665.779 1.395.939 3.639.403 7.272.049 12.307.390Sulut 0 26.�67 26.�67 5.09� ���.��5 �6�.592Gorontalo 0 20.257 20.257 - - 20.257Sulteng 0 �9�.825 �9�.825 �7.2�9 95.�8� ���.527Sulsel 0 6�.�0� 6�.�0� 69.725 266.0�5 �99.�72Sultra 0 �2�.�22 �2�.�22 9�.��7 �06.5�8 �2�.056Sulawesi 0 422.972 422.972 215.452 601.180 1.239.604Papua �.89�.�66 �.29�.6�� 5.�87.000 �.688.587 2.790.��2 9.665.699Maluku 0 �2�.680 �2�.680 - ��0.�8� 562.06�Maluku Utara 0 �2�.020 �2�.020 50.�9� 2�0.�80 �8�.890Maluku+Papua 1.893.366 3.539.334 5.432.700 1.738.978 3.440.973 10.612.651Indonesia 2.978.380 5.297.593 8.275.773 7.083.811 15.310.104 30.669.688

Keterangan : *) LK-Semusim juga sesuai untuk tanaman tahunan **) LK-Tahunan pada lahan kering dan sebagian gambut

Page 17: Investasi Bagian Bc

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi AGRO INOVASI

�7

B. Potensi Lokasi Pengembangan Komoditas

Berikut diinformasikan luas lahan yang sesuai untuk perluasan areal pertanian berdasarkan permintaan dan arahan pengembangan ke depan (20�0-2025) dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Komoditas lingkup Badan Litbang Pertanian. Peluang perluasan areal hanya dihitung untuk �� komoditas pada provinsi prioritas (Tabel �). Ke �� komoditas tersebut, adalah: padi sawah, padi gogo, jagung, kedelai, bawang merah, pisang, jeruk, kelapa sawit, karet, kakao, tebu, kelapa, dan cengkeh. Pada provinsi lain, kemungkinan perluasan areal untuk komoditas-komoditas tersebut masih ada, namun tidak masuk ke dalam cakupan bahasan buku ini. Untuk rimpang (tanaman obat) tidak tersedia data potensi sumberdaya lahan. Ternak dan anggrek tidak berbasis lahan sehingga tidak dibahas dalam buku ini.

Page 18: Investasi Bagian Bc

AGRO INOVASI

�8

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi

Prov

insi

Luas

laha

n un

tuk

perlu

asan

are

al (H

a)

Pa

di S

awah

Pa

di G

ogo

Jagu

ng

Kede

lai

Bw M

erah

Pi

sang

Je

ruk

Klp

Sawi

t Ka

ret

Kaka

o Te

bu

Kela

pa

Cen

gkeh

Ju

mla

h

NAD

- -

- �0

.820

-

- -

�89.

��0

�89.

��0

�6.7

00

- -

9�.7

�5

5��.

095

Sum

ut

- -

200.

000

��.�

20

- ��

.�90

��

.�90

82

.780

82

.780

-

- -

��.�

90

50�.

�50

Sum

bar

- -

67.8

25

- -

5�.�

60

5�.�

6�

�08.

��6

�08.

�00

- -

- -

�92.

795

Riau

�8

6.00

0 ��

8.00

0 -

- -

- -

�9�.

�60

20�.

760

- -

�9�.

�60

- �.

520.

080

Jam

bi

- -

- -

- 59

.260

59

.26�

��

7.85

5 59

.260

-

- -

- 29

5.6�

9Su

mse

l 2�

5.�9

� �0

7.22

5 -

- -

- ��

9.6�

5 87

9.00

0 87

9.�6

0 -

- -

- 2.

7�0.

69�

Beng

kulu

-

- -

- -

- -

- �8

�.��

5 -

- -

- �8

�.��

5La

mpu

ng

- ��

.�98

��

.200

-

- 5.

000

- -

�0.0

00

- -

- 5.

02�

�6.�

�9Ba

bel

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

DKI

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

Jaba

r -

�.�6

9 -

�.��

7 -

20.0

00

- -

- -

- -

�2.8

�6

�7.�

22Ja

teng

-

- -

98�

- -

- -

- -

- -

��.�

90

��.�

7�DI

Y -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

-Ja

tim

- -

- 2�

.�8�

-

- -

- -

�6.�

�5

-

�8.6

8�

58.6

��Ba

nten

-

�.9�

8 -

- -

- -

- -

- -

- 52

.926

56

.87�

Bali

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

NTB

-

- 67

.000

70

.659

-

- -

- -

- -

- -

��7.

659

NTT

-

- -

- -

- 25

0.5�

7 -

- 27

9.00

0 -

- -

529.

5�7

Kalb

ar

- �0

0.�6

2 �5

6.00

0 -

- 25

2.87

0 25

2.87

� 50

5.7�

5 50

5.7�

5 -

- -

252.

870

2.62

6.�6

6Ka

lteng

6�

6.�9

7 -

�0�.

980

- -

�80.

2�5

�80.

2�5

760.

��0

760.

��0

- -

�80.

2�5

- �.

709.

882

Kals

el

���.

68�

- �9

�.79

� -

- �0

0.�0

� �0

9.00

0 -

200.

000

- -

- -

�.2�

8.57

�Ka

ltim

-

- 98

6.26

� -

- �0

�.9�

0 �0

�.9�

2 60

7.80

0 60

7.86

� �5

�.95

8 -

�0�.

9�6

�5�.

958

�.��

7.60

2Su

lut

- -

- -

- -

- -

- -

- -

���.

��5

���.

��5

Sulte

ng

- -

- -

�7.2

�9

-

��.8

20

- ��

.8�6

-

- ��

.828

��

2.70

�Su

lsel

-

- �0

.725

�9

.000

-

- 88

.680

-

- 88

.682

-

- 88

.68�

��

5.76

8Su

ltra

- -

- -

6�.0

00

- -

- -

75.0

00

- -

- ��

9.00

0Go

ront

alo

- -

28.�

05

- -

- -

- -

- -

- �0

.980

�9

.085

Mal

uku

- -

- -

2�.5

65

�00.

�00

- -

- �0

0.08

� �0

.000

-

200.

000

�6�.

9�6

Mal

uku

Uta

ra

- -

- -

25.�

9�

- -

- -

- -

- -

25.�

9�Pa

pua

5.�8

7.00

0 -

- -

�88.

587

558.

000

- �.

��6.

0�5

- 55

8.0�

� 55

8.02

2 -

- 8.

�65.

698

TOTA

L 6.

589.

�7�

876.

202

2.7�

5.89

0 �9

0.50

� ��

9.76

2 �.

875.

206

�.97

9.67

� �.

890.

���

�.79

�.�7

� �.

��7.

7�6

598.

022

�.�7

5.29

� �.

�08.

�9�

27.�

87.7

�2

Cata

tan:

Pel

uang

per

luas

an a

real

pad

a pr

ovin

si la

in d

iluar

pro

vins

i prio

ritas

, tid

ak d

ibah

as d

alam

buk

u in

i

Tabe

l �.

Luas

laha

n ya

ng s

esua

i unt

uk p

erlu

asan

are

al p

erta

nam

an �

� ko

mod

itas

pert

ania

n pa

da p

rovi

nsi p

riorit

as

Page 19: Investasi Bagian Bc

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi AGRO INOVASI

�9

IV. PROSPEK BISNIS ALAT DAN MESIN PERTANIAN

Mekanisasi pertanian sebagai supporting systems mempunyai peranan penting dalam mendukung revitalisasi pertanian. Alat dan mesin pertanian (alsintan) sangat diperlukan dalam upaya mendukung peningkatan produktivitas dan kualitas hasil pertanian. Implementa-si mekanisasi pertanian di Indonesia dapat dikatakan sangat lamban dan jauh tertinggal dari negara-negara penghasil produk pertanian lainnya. Penyebab lambannya implementasi mekanisasi pertanian di Indonesia, antara lain : (a) skala kepemilikan lahan yang relatif kecil, (b) relatif rendahnya insentif harga produk pertanian olahan, dan (c) melimpahnya tenaga kerja di sektor pertanian, sehingga penerapan teknologi mekanisasi pertanian seringkali mendapat tentangan dari masyarakat. Namun dengan semakin terbukanya pasar dalam negeri terhadap impor produk pertanian dari negara lain, ke depan dalam rangka meningkatkan dayasaing produk pertanian dalam negeri, me-kanisasi pertanian mutlak diperlukan. Dengan demikian, ke depan bisnis alsintan di Indonesia mempunyai prospek yang sangat baik un-tuk berkembang. Untuk membuktikan hal ini, berikut akan diuraikan kondisi penggunaan alsintan dan perkiraan kebutuhan ke depan.

A. Kondisi Saat Ini

1. Mekanisasi tanaman pangan

Berdasarkan Tabel � terlihat bahwa peluang pengembangan mekanisasi pertanian di subsektor tanaman pangan, khususnya tanaman padi, masih terbuka cukup lebar. Dari alur aktivitas kegiat-an usahatani padi mulai dari pengolahan lahan hingga penggilingan, hanya ada dua kegiatan yang penerapan mekanisasinya sudah men-capai �00 persen, yaitu pengendalian hama-penyakit dan penggiling-an padi, sementara penerapan mekanisasi untuk kegiatan yang lain-nya masih relatif rendah, bahkan untuk kegiatan tanam, penyiangan dan panen masih �00 persen menggunakan alat tradisional.

Page 20: Investasi Bagian Bc

AGRO INOVASI

20

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi

Tabel � . Status penggunaan alat dan mesin pertanian (padi) dalam beberapa spektrum kegiatan usahatani di Indonesia (%)

No Aktifitas Tradisional Mekanisasi Keterangan� Pengolahan lahan 62 �8 Kapasitas traktor roda 2 = �0 ha /unit/th2 Tanam �00 0 Masih tradisional menggunakan tandur jajar, tugal� Penyiangan �00 0 Masih tradisional menggunakan landak manual� Pengendalian hama 0 �00 Menggunakan hand sprayer dan dan penyakit power sprayer5 Pengairan 50 50 Kapasitas Pompa air =�0 ha/ unit/th6 Panen �00 �0 Masih tradisional menggunakan sabit dan ani-ani7 Perontokan 79 2� Kapasitas Power thresher = 60 ha/unit/th8 Pengeringan 85-90 �0-�5 Kapasitas dryer = �60 ton/unit/th9 Penggilingan 0 �00 Kapasitas industri penggilingan padi sudah lebih dari 97% pada tahun �996. Diperkirakan saat sekarang sudah melebihi �00% di �00% di beberapa tempat.

Sumber : Diolah berdasarkan data jumlah mesin tahun 200� dan survey pasca panen berbagai sumber.

2. Mekanisasi tanaman perkebunan

Berbeda dengan subsektor tanaman pangan, data penggunaan alat dan mesin pertanian untuk subsektor perkebunan masih sangat terbatas. Namun dari berbagai hasil studi mengenai kegiatan usahatani tanaman perkebunan menunjukkan bahwa hingga saat ini penggunaan alat dan mesin pertanian untuk kegiatan budidaya tanaman di perkebunan rakyat masih relatif terbatas. Alat pertanian yang digunakan umumnya hasil modifikasi dari peralatan rumah tangga, khususnya yang digunakan untuk panen, penyimpanan dan pengangkutan hasil perkebunan. Penggunaan alat pertanian yang masih tradisional tersebut, selain kurang efisien juga menurunkan kualitas hasil panen. Peluang pengembangan penggunaan alat dan mesin pertanian di subsektor tanaman perkebunan masih sangat

Page 21: Investasi Bagian Bc

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi AGRO INOVASI

2�

terbuka untuk hampir semua komoditas, seperti kelapa, kelapa sawit, kakao, karet, tebu dan lain-lain.

Di samping peluang pengembangan alsintan budidaya, prospek cerah juga terjadi pada pengembangan alsintan pengolahan tanaman perkebunan. Dari Tabel 5 terlihat bahwa ketersediaan alsin pengolahan komoditi perkebunan saat ini masih belum mampu menyerap seluruh bahan baku yang tersedia, kecuali untuk alsin pengolah karet crumb rubber dan pengolah kelapa sawit yang sudah mampu menyerap bahan baku sekitar 90 persen. Alsin lain yang mempunyai prospek baik untuk berkembang adalah alsin prosesing untuk komoditi cengkeh dan tanaman obat, seperti alsin pembersih dan pencuci, perajang, pengering, penepung dan lain-lain.Tabel 5. Perbandingan ketersediaan alsin perkebunan dengan ketersediaan

bahan baku yang dapat diolah, tahun 200� Jenis Alsin Alsin tersedia Kapasitas olah Bahan yang % (unit) yang dapat tidak dapat diserap (ton) diserap (ton)Pengolahan Minyak Kelapa �.0�0 769.9�� �.92�.7�2 7�Pengolahan Arang Batok Kelapa 55 ��6.68� 2.��6.�56 9�Pengolah Kelapa (Kopra) 9�2 66�.�26 �.�56.�88 5�Pengolah Karet Crumb rubber (SIR) ��9 �.552970 287.87� �8Pengolah Karet Slab/ Bokar/ SIT 6.�0� 252.�60 �.�0�.5�8 85Pengolahan Karet SIT (RSS) �9� �.2�6.587 �.07�.6�6 67Pengolahan Kelapa Sawit 206 8.��8.985 8.��� �0Pengolah Kakao ��9 2�0.952 285.098 67Pengolah Kopi Hummermill 2.�28 2�8.520 �5�.8�9 67Pengolah Kopi UPH Mini �5 ��.500 5�2.07� 97Pengolah Kopi UPH Lengkap 672 98.2�� �76.��� 9�

Sumber : Ditjen BSP, Deptan (200�)

3. Mekanisasi peternakan

Setelah mengalami keterpurukan akibat krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun �997, subsektor peternakan saat ini telah kembali menunjukkan perkembangan yang sangat positif. Ber-dasarkan data terakhir (Tabel 6), kebutuhan alsin peternakan yang belum terpenuhi masih cukup besar, dan kebutuhan alsin tersebut ke

Page 22: Investasi Bagian Bc

AGRO INOVASI

22

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi

depan akan semakin meningkat seiring dengan perkembangan sub-sektor peternakan.Tabel 6. Jumlah dan kebutuhan alat dan mesin peternakan, tahun 200�

No. Jenis Alat dan Mesin Ketersediaan Kebutuhan saat ini (unit) (unit)�. Inseminasi Buatan : a. Container (�0-20 liter) 8�7 �.966 b. Container (2-�0 liter) �.088 2.959 c. Mikroskop �� �072. Alat dan Mesin Ternak Unggas a. Giling Pakan �08 8.��� b. Pencampur Pakan 90 8.�50 c. Mesin Tetas <�000 butir/unit 9.990 �29.758 d. Mesin Tetas >�000 butir/unit 9� ��8 e. Mesin Pembersih Bulu Unggas ��0 - f. Kulkas 62 �0.768 g. Pemanas 987 �2.782 h. Pelet �� �02 �. Alat dan Mesin Ternak Potong a. Mesin Pencacah Rumput 265 6.598 b. Mesin Pengepres Rumput �27 6.56� c. Timbangan kpst 500-�000 kg ��� 6.588

Sumber : Ditjen BSP, Deptan (200�)

4. Mekanisasi tanaman hortikultura

Perhatian terhadap aplikasi alsin untuk budidaya dan pengolahan tanaman hortikultura hingga saat ini masih relatif rendah. Untuk mendukung pengembangan agribisnis hortikultura agar didapatkan keuntungan usaha yang layak dan mampu bersaing dengan produk impor, diperlukan mekanisasi mulai dari budidaya, pasca panen dan pengolahannya. Alat dan mesin pertanian yang berkembang di tingkat pengguna selama ini yang tercatat adalah: alsin grader (jeruk, kentang), vacuum frying, alsin pengering dan perajang (pisang), dan perajang simplisia.

Page 23: Investasi Bagian Bc

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi AGRO INOVASI

2�

B. Prospek Bisnis dan Usaha Jasa Alsintan

1. Prospek bisnis

Seperti yang telah disinggung sebelumnya bahwa prospek bisnis alat dan mesin pertanian di Indonesia selama kurun waktu 5 tahun ke depan cukup cerah. Berdasarkan Tabel 7 terlihat bahwa kebutuhan alsintan untuk kegiatan usahatani/budidaya dan pengolahan hasil pertanian cukup besar. Sebagai contoh, kebutuhan hand sprayer untuk

budidaya tanaman pangan diperkirakan mencapai 2,� juta unit, alat pengolah hasil perkebunan bervariasi antara 500–�5 ribu unit, alsin peter-nakan berkisar antara �00–�20 ribu unit, dan alsin untuk budidaya dan pengolahan produk hortikultura berkisar antara 850–�9.500 unit.

2. Usaha jasa alsintan

Prospek usaha jasa penyewaan alsintan ke depan cukup baik. Perspektif ini didasarkan pada kondisi penggunaan alsintan yang masih relatif minim di tingkat petani. Berdasarkan hasil analisis ekonomi, usaha jasa penyewaan alsintan mempunyai tingkat keuntungan usaha yang cukup baik seperti terlihat pada Tabel 8. Untuk mencapai break even Point (BEP), cakupan luas lahan yang harus dipenuhi umumnya berkisar antara �5-�0 hektar, kecuali untuk alsin reaper (5� ha), dryer (�29 ha) dan penggilingan padi (RMU) (�0� ha). Tingkat pengembalian modalnya (IRR) juga cukup tinggi, yaitu di atas �0%.

Page 24: Investasi Bagian Bc

AGRO INOVASI

2�

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi

Tabel 7. Kebutuhan alat dan mesin pertanian, 2005-20�0

Jenis Alsintan Kebutuhan (unit)

Tanaman Pangan hand sprayer 2.�72.2��Tanaman Perkebunan Alsin Pengolahan Minyak Kelapa 2.525Alsin Pengolahan Arang Batok Kelapa 985Alsin Pengolah Kelapa (Kopra) �.927 Alsin Pengolah Karet Slab/ Bokar/ SIT �5.087Alsin Pengolahan Karet SIT (RSS) 500Alsin Pengolah Kakao 500Alsin Pengolah Kopi hummermill �.9�2Alsin Pengolah Kopi UPH Mini �.707Alsin Pengolah Kopi UPH Lengkap �.26�Tanaman Hortikulturahand sprayer �9.��5Power sprayer 8.�8�Perajang Multiguna (pisang) 8��Vacuum Frying �.�66grader Jeruk �5.69�Pemeras Jeruk 6.�79PeternakanInseminasi Buatan :a. Container (�0-20 liter) �.��9b. Container (2-�0 liter) �.87�c. Mikroskop �00alat dan mesin Ternak Unggasa. Giling Pakan 8.��6b. Pencampur Pakan 8.�60c. Mesin Tetas <�000 butir/unit ��9.768d. Mesin Tetas >�000 butir/unit �00e. Kulkas �0.706f. Pemanas ��.295g. Pelet �00alat dan mesin Ternak Potong a. Mesin Pencacah Rumput 6.��� b. Mesin Pengepres Rumput 6.��7 c. Timbangan kpst 500-�000 kg 6.��7

Sumber: Ditjen BSP (200�) (diolah)

Page 25: Investasi Bagian Bc

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi AGRO INOVASI

25

Tabel 8. Analisis profil usaha jasa penyewaan alsintan No. Nama Alsin BEP �) B/C Ratio IRR (ha/th) �0% % �. Traktor Tangan, Bajak singkal ��,0� �,�� ��,9� 2. Traktor Tangan, Bajak singkal dan rotary �7,96 �,�� �0,8� �. Transplanter �5,02 �,2� 52,2� �. Power weeder 20,89 �,20 68,88 5. Pompa �6,�� �,09 59,�9 6. reaper 52,�9 �,25 85,�9 7. Thresher ��,�� �,�7 85,�7 8. dryer �28,2� �,29 5�,89 9. RMU �0�,�7 �,�2 52,05 �0. Pemipil Jagung �5,66 �,�� 69,08

Keterangan: �) Luas cakupan minimum yang memberikan keuntungan

Page 26: Investasi Bagian Bc

AGRO INOVASI

26

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi

V. PROSPEK BISNIS KOMODITAS UNGGULAN

A. Komoditas Pangan

1. Padi

Beras merupakan komoditas strategis, primadona dan utama dalam mendukung pembangunan sektor ekonomi dan ketahanan pangan nasional, serta menjadi basis utama dalam revitalisasi per-tanian di masa mendatang. Hingga saat ini dan puluhan tahun yang akan datang, beras masih tetap menjadi sumber utama gizi dan energi lebih dari 90% penduduk Indonesia.

Selain untuk konsumsi langsung, berbagai alternatif potensi untuk meningkatkan nilai tambah beras dapat dilakukan dengan pe-manfaatan teknologi pasca panen termasuk produk sampingannya. Demikian halnya dengan limbah dari tanaman ini yaitu jerami sangat potensi digunakan terutama sebagai pakan/silase terutama pad MK I dan MK II. Berbagai alternatif dan potensi dari produk turunan dan sampingan dari padi/beras seperti disajikan pada Gambar 2.

Prospek pengembangan beras dalam negeri cukup cerah ter-utama untuk mengisi pasar domestik, mengingat produksi padi/beras dalam negeri sampai saat ini belum mampu memenuhi kebutuhannya secara baik, sehingga kekurangannya sekitar 5% harus diimpor. Pe-luang pasar ini akan terus meningkat seiring meningkatnya permintaan beras dalam negeri baik untuk konsumsi langsung maupun untuk me-menuhi industri olahan. Karena Indonesia juga memiliki keunggulan komparatif untuk memproduksi padi/beras, maka selain untuk me-menuhi kebutuhan dalam negeri, pengembangan beras/padi juga ber-peluang untuk mengisi pasar ekspor, apalagi kondisi pasar beras dunia selama ini bersifat tipis, hanya 5-6% dari produksi beras dunia.

Untuk memanfaatkan peluang yang ada, tantangan yang diha-dapi dalam pengembangan padi/beras ke depan adalah bagaimana padi/beras produksi dalam negeri bisa bersaing dengan pasar ekspor. Negara utama yang menjadi pesaing Indonesia dalam memproduksi padi/beras adalah Thailand dan Vietnam.

Page 27: Investasi Bagian Bc

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi AGRO INOVASI

27

Gambar 2. Pohon industri beras

Selain prospek yang cukup baik dari sisi permintaan, usaha pengembangan padi/beras di Indonesia juga cukup menguntungkan. Usahatani padi yang dikelola petani mampu memberikan keuntungan sekitar Rp 2,�-2,8 juta/ha pada tingkat B/C= �,77 – 2,0� (Tabel 9). Usahatani ini akan memberikan keuntungan yang semakin menarik jika dikelola secara lebih baik lagi. Tabel 9. Penerimaan, biaya dan keuntungan usahatani padi (Rp jt/ha)

Uraian MH MKI MKII�. Penerimaan 5,5 5,� 5,�2. Biaya 2,7 2,9 ��. Keuntungan 2,8 2,5 2,��. B/C 2,0� �,86 �,77

PADI

JERAMI(+ 50%)

- Kompos- Pakan/Silase- Bahan Bakar- Media Jamur- Kertas- Papan Partikel

BERAS PECAHKULIT

(+ 80%)

GABAH(+ 50%)

PANGAN POKOK

- Arang Sekam- Abu Gosok- Bahan Bakar- Silikat- Karbon Aktif

SEKAM(+ 20%)

DEDAK(+ 9%)

- BERAS (+ 61%)- MENIR (+ 10%)

- Beras Kepala- Beras Giling Berkualitas- Beras Arimatik- Beras Instan- Beras Kristal

PANGAN FUNGSIONAL

PANGANAN

BAHANBAKUINDUSTRI

TEPUNG

PATI

BIHUN,EKSTRUDAT

INDUSTRITEKSTIL

- Beras Yodium- Beras IG Rendah- Beras Nutrisi Tinggi- Beras Bertembaga- Beras Fe Tinggi

- Kue Basah- Kue Kering

- Tepung BKP- Tepung Instan- Industri Tekstil- Pangan Olahan

- Pangan Olahan- Modified Starch- Gum/Perekat

- Pakan- Pangan Serat- Minyak

Page 28: Investasi Bagian Bc

AGRO INOVASI

28

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi

Beberapa usaha seperti traktor, thresher, dan penggilingan padi (RMU) yang terkait langsung mendukung pengembangan padi/beras, juga memberikan keuntungan yang cukup menarik bagi para pelakunya (Tabel �0).Tabel �0. Penerimaan, biaya dan keuntungan usaha traktor, thresher dan

RMU (Rp jt)Uraian Traktor Thresher RMU�. Penerimaan ��,25 9,26 �2,792. Biaya (Tetap + Variabel) 7,88 6,00 �0,82�. Keuntungan �,�7 �,26 ��,97�. B/C �,�� �,5� �,�95. Pay back Period (th) �,�� 2,�� 2,65

Peta jalan (road map) program pengembangan industri beras di Indonesia baik dalam program jangka pendek (2005-20�0), jangka menengah (20��-20�5) maupun jangka panjang (20�6-2025) di-sajikan pada Gambar �. Tampak bahwa baik dalam program jang-ka pendek, menengah dan panjang, pengembangan industri beras masih tetap dikonsentrasikan pada peningkatan produksi beras un-tuk kebutuhan konsumsi langsung, baik melalui program intensifikasi maupun ekstensifikasi. Namun demikian mulai pada program jangka menengah dan panjang selain tetap dikonsentrasikan pada pening-katan produksi beras nasional juga diikuti dengan program perbaikan kualitas beras agar mampu bersaing dengan beras dunia.

Gambar �. Peta jalan (road map) program pengembangan industri beras

BerasBerkualitas

BerasBerkualitas

Beras

2005 20�0 20�5 2025

Beras

Page 29: Investasi Bagian Bc

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi AGRO INOVASI

29

Sejak lebih dari satu dekade, yang lalu laju peningkatan produksi padi nasional cenderung melandai. Penyebabnya antara lain adalah belum ditemukannya inovasi teknologi yang mampu memecahkan masalah peningkatan produksi. Varietas unggul yang ada tidak mampu berproduksi lebih tinggi karena keterbatasan genetik. Pada tahun-tahun tertentu, di saat kemarau panjang atau terjadinya ledakan hama dan penyakit, produksi padi umumnya turun. Menurunnya produktivitas lahan, terutama di sebagian lahan sawah irigasi, juga merupakan kendala produksi padi dewasa ini.

Sesuai dengan keinginan banyak pihak untuk mewujudkan “swasembada beras berkelanjutan”, berbagai upaya dan strategi perlu ditempuh. Dalam mewujudkan swasembada beras yang merupakan salah satu sasaran dari Revitalisasi Pertanian, ada dua pendekatan yang dapat ditempuh, yaitu peningkatan produktivitas 0,5-�,0% per tahun dan perluasan areal tanam 0,�-0,8% per tahun. Salah satu terobosan dalam peningkatan produktivitas adalah melalui perakitan dan pengembangan padi hibrida dengan memanfaatkan gejala heterosis yang umumnya muncul pada turunan pertama (F�) dari suatu persilangan antar varietas yang berbeda.

Di Indonesia, hasil padi hibrida di tingkat penelitian berkisar antara 8-�0 ton/ha atau �0-25% lebih tinggi dibanding hasil padi in-brida yang berkembang saat ini, seperti IR6�, Ciherang, dan Way Apo Buru. Di lokasi tertentu dengan penerapan teknologi budidaya yang tepat, hasil padi hibrida mencapai lebih dari 9 ton/ha, tetapi di be-berapa lokasi lain hasilnya lebih rendah, terutama karena serangan hama penyakit dan ketidaktepatan penerapan teknologi budidaya. Di Bali, penanaman padi hibrida Maro dan Rokan di lahan petani mem-berikan hasil lebih tinggi �,7-2,� ton/ha atau 29-��% dari IR6� yang hanya mampu berproduksi 6,�5 ton/ha, atau lebih tinggi 0,5-�,2 ton/ha dari varietas unggul Cimelati dan Ciherang. Agar mampu mem-berikan produktivitas yang tinggi, padi hibrida harus dibudidayakan dengan pendekatan PTT (Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu) atau SIPT (Sistem Integrasi Padi dan Ternak).

Page 30: Investasi Bagian Bc

AGRO INOVASI

�0

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi

Beberapa faktor pendukung pengembangan padi hibrida di Indonesia adalah: (�) Kebijakan dan program pemerintah untuk me-nuju swasembada beras lestari, (2) Luas baku lahan sawah lebih dari �-5 juta ha dengan berbagai tipe agroekosistem, (�) Apresiasi dan tingkat adopsi teknologi oleh petani pada agroekosistem lahan sa-wah cukup tinggi dengan produktivitas padi �,7� ton/ha, (�) Terse-dianya 29 varietas unggul padi hibrida (VUH) sebagai starting point pengembangan, (5) Program dan strategi Badan Litbang Pertanian dalam perakitan VUH hasil persilangan sendiri dari plasma nutfah nasional dan/atau dengan galur introduksi, (6) Ketersediaan inovasi teknologi budidaya, terutama melalui pendekatan PTT, dan (7) Du-kungan dunia usaha, khususnya dalam penyediaan benih F� dan pengujian/pelepasan varietas.

Keunggulan heterosis padi hibrida hanya muncul pada generasi F�, tidak muncul pada generasi berikutnya, sehingga penanaman harus selalu menggunakan benih F�. Secara teknis, dalam pengem-bangan padi hibrida terdapat lima faktor kunci, yaitu: (a) varietas yang cocok, (b) benih F� bermutu, (c) teknologi budidaya yang tepat (pen-dekatan PTT), (d) kesesuaian wilayah, dan (e) respon petani. Kemam-puan varietas padi hibrida dalam berproduksi tidak terlepas dari kera-gaan biologis dan sifat umum yang dimiliki. Varietas padi hibrida yang berpenampilan baik di suatu wilayah belum tentu baik di wilayah yang lain (spesifik lokasi). Seperti halnya padi inbrida, ketahanan terhadap hama penyakit dan mutu beras varietas padi hibrida juga beragam.

Cina dinilai sebagai negara terkemuka dalam pengembangan padi hibrida dengan dukungan program perakitan yang sangat inten-sif dan memiliki cukup banyak varietas hibrida unggul. Namun karena Cina termasuk negara beriklim subtropik yang kondisi iklimnya berbeda dengan Indonesia, maka tidak semua varietas padi hibrida Cina cocok dikembangkan di Indonesia dan/atau keragaannya tidak sama dengan di Cina. Oleh sebab itu, arah pengembangan padi hibrida di Indonesia harus ditujukan untuk merakit sendiri varietas padi hibrida dengan me-manfaatkan plasma nutfah nasional. Dalam jangka pendek dan mene-ngah dapat ditempuh beberapa pendekatan, yaitu: (�) merakit VUH dari

Page 31: Investasi Bagian Bc

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi AGRO INOVASI

��

galur-galur tetua introduksi, (2) merakit VUH dengan mengombinasikan galur-galur introduksi dengan galur nasional, (�) menguji varietas hib-rida introduksi untuk mengetahui daya adaptasi dan keragaannya di berbagai lokasi sebelum diusulkan untuk dilepas. Pendekatan yang ter-akhir memungkinkan untuk mengimpor benih F� langsung dari negara asal, namun cara ini memiliki kelemahan dan risiko, baik dalam aspek kekarantinaan maupun aspek sosial, ekonomi, dan ketergantungan.

Dengan produktivitas sekitar 8–�0 ton GKG/ha, pada tingkat harga gabah yang pesimis hanya Rp �000/kg, usahatani padi hibrida cukup menguntungkan. Dengan biaya produksi sekitar Rp �-5 juta/ha, usahatani hibrida mampu memberikan penerimaan dan keuntungan bersih berturut-turut Rp 8,0 – �0,0 juta/ha dan Rp 5,0 – 7,0 juta/ha pada tingkat R/C = 2,0 – 2,5.

2. Jagung

Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai peranan strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian Indonesia, mengingat komoditas ini mempunyai fungsi multiguna, baik untuk konsumsi langsung maupun sebagai bahan baku utama industri pakan serta industri pangan. Selain itu, pentingnya peranan jagung terhadap perekonomian nasional telah menempatkan jagung sebagai kontributor terbesar kedua terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) setelah padi dalam subsektor tanaman pangan.

Hampir seluruh bagian dari tanaman jagung mempunyai potensi nilai ekonomis (Gambar �.). Buah jagung pipilan, sebagai produk uta-manya merupakan bahan baku utama (50%) industri pakan, selain dapat dikonsumsi langsung dan sebagai bahan baku industri pangan. Daun, batang, kelobot, tongkolnya dapat dipakai sebagai pakan ter-nak dan pemanfaatan lainnya. Demikian juga dengan bagian lainnya jika dikelola dengan baik berpotensi mempunyai nilai ekonomi yang cukup menarik.

Prospek pasar jagung baik di pasar domestik maupun pasar dunia sangat cerah. Pasar jagung domestik masih terbuka lebar,

Page 32: Investasi Bagian Bc

AGRO INOVASI

�2

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi

mengingat sampai saat ini produksi jagung Indonesia belum mampu secara baik memenuhi kebutuhannya, yaitu baru sekitar 90%. Me-ningkatnya permintaan jagung dunia terutama dari negara-negara Asia akibat berkembang pesatnya industri peternakan di negara terse-but dan relatif tipisnya pasar jagung dunia (��% dari total produksi jagung dunia) menunjukkan bahwa pasar jagung dunia sangat ter-buka lebar bagi para ekspotir baru. Negara pesaing utama Indonesia dalam merebut pasar ekspor adalah Amerika Serikat dan Argentina.

Sekalipun semua biaya diperhitungkan, ternyata usahatani jagung terutama yang menggunakan varietas hibrida tetap memberikan keuntungan yang cukup menarik bagi petani (88� ribu–Rp. 2,� juta per ha pada tingkat B/C berkisar �,2�–�,50 (Tabel ��). Selain menguntungkan, memproduksi jagung di Indonsia juga mampu bersaing dengan jagung impor, ditunjukkan oleh nilai Nilai DRCR (domestic resource Cost ratio) < �, yaitu berkisar 0,66-0,89.

Page 33: Investasi Bagian Bc

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi AGRO INOVASI

��

Gambar �. Pohon industri jagung

Tabel ��. Kelayakan usahatani jagung hibrida per hektarUraian Sumatera Utara Lampung Jawa Timur Lahan Lahan Lahan Lahan Lahan Sawah Kering Sawah Kering SawahA. Produksi �. Produksi (kg) 6.508 6.957 �.966 �.685 6.755 2. Nilai (Rp000) 5.987 5.572 �.569 �.��0 6.2�5B. Total Biaya (Rp) �.�00 �.�9� �.685 �.�00 5.�95C. Keuntungan �.887 2.08� 88� �.2�0 �.020 B/C �,�6 �,60 �,2� �,�9 �,20 TIP (Kg/ha) �.�56,8 �.�58,7 �.005,2 �.�69.7 5.6�6,� TIH (Rp/kg) 6�0,0 50�,8 7�2,0 66�,7 769,�Toleransi penurunan (%) ��,52 �7,�5 �9,�5 28,07 �6,��

Keterangan : TIP = Titik Impas Produksi dan TIH = Titik Impas Harga

Daun Pakan kompos

Buah jagung

Kulit kelobot- Pakan- Kompos- Industri rokok

Grit - Pakan- Pangan

Jagung pipilan

Tepung

Jagu

ng

- Pakan- Pangan- Bahan baku industri

Pati- Pakan- Pangan- Bahan baku industri

Lembaga Minyak

Kulit ari Bahan baku industri

Tongkol

- Pakan- Kompos- Pulp- Bahan bakar

Rambut

Batang- Pakan- Pulp - Kertas- Bahan bakar

- Pakan- Kompos- Industri Rokok

Grit

Tepung

Pati

Lembaga

Kulit ari

- Pakan- Kompos- Pulp- Bahan bakar

- Pakan- Pulp- Kertas- Bahan bakar

Rambut

Tongkol

Jagung pipilan

Kulit kelobot

Pakan kompos

- Pakan- Pangan

- Pakan- Pangan- Bahan baku industri

- Pakan- Pangan- Bahan baku industri

Minyak

Bahan baku industri

Daun

Buah Jagung

Batang

Jagu

ng

Page 34: Investasi Bagian Bc

AGRO INOVASI

��

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi

Pengembangan usaha pada industri hulu (penangkaran benih) dan industri hilir (pabrik pakan) untuk mendukung pengembangan ja-gung di Indonesia juga cukup menguntungkan. Contoh usaha penang-karan benih jagung yang dilakukan petani plasma PT. Sang Hyang Sri di Sulawesi Selatan mampu memberikan keuntungan Rp 6,6 juta/ha pada tingkat B/C = 2,8�. Kinerja industri pakan di tiga lokasi (Lam-pung, Bogor dan Bandung) menunjukkan bahwa usaha industri pakan ayam baik untuk pakan ayam petelur (starter, grower, dan layer) mau-pun pakan ayam pedaging (starter dan finisher) cukup menguntungkan pada tingkat B/C = �,08–�,�0. Usaha ini diperkirakan akan semakin menguntungkan jika kapasitas terpakai bisa mendekati kapasitas ter-pasang melalui penyediaan jagung dalam negeri secara berkelanjutan.

Kini, jumlah penggunaan jagung untuk pakan lebih dari 50%, dan sisanya untuk industri pangan, konsumsi langsung, dan penggu-naan lainnya. Dalam program jangka pendek, pengembangan industri jagung melalui intensifikasi (dengan memperluas penggunaan benih hibrida) dan ekstensifikasi diharapkan mampu untuk swasembada terutama untuk memenuhi industri pakan dan pangan (Gambar 5). Sementara dalam program jangka menengah, selain swasembada jagung, Indonesia juga diharapkan sebagai eksportir serta sekaligus mengembangkan industri pati jagung, dan dalam program jangka panjang juga mengembangkan industri yang berbasis pati jagung.

Gambar 5. Peta jalan (road map) program pengembangan industri jagung

PakanPangan

2005 20�0 20�5 2025

PakanPangan

Pati Jagung

ProdukOlahan Pati

Page 35: Investasi Bagian Bc

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi AGRO INOVASI

�5

3. Kedelai

Kedelai merupakan komoditas tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Selain itu, kedelai juga merupakan tanaman palawija yang kaya akan protein yang memiliki arti penting dalam industri pangan dan pakan. Kedelai berperan sebagai sumber protein nabati yang sangat penting dalam rangka peningkatan gizi masyarakat karena aman bagi kesehatan dan murah harganya.

Sama halnya dengan dua tanaman pangan sebelumnya, ber-bagai alternatif potensi untuk meningkatkan nilai tambah kedelai termasuk produk sampingannya dapat dilakukan melalui pemanfaat-an teknologi pasca panen. Kedelai dapat diolah untuk menghasilkan berbagai produk yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan manusia, baik sebagai produk pangan, farmasi (obat-obatan), aplikasi dalam bidang teknik (industri) dan sebagai pakan (Gambar 6). Bahkan, bung-kil kedelai, salah satu produk samping kedelai yang pemanfaatannya sebagai bahan baku pembuatan pakan, hampir �00% masih diimpor.

Prospek pengembangan kedelai di Indonesia terutama untuk mengisi pasar domestik masih sangat terbuka luas, mengingat produksi kedelai dalam negeri masih jauh dibawah jumlah permintaan domestik. Pada tahun �990, produksi dalam negeri mampu mengisi pasar dalam negeri sekitar 8�,�2%, dan sisanya 26,68% di impor. Kemampuan produksi dalam negeri untuk mengisi pasar dalam negeri semakin menurun, setelah tahun 2000 lebih dari 50% kebutuhan domestik dipenuhi dari impor. Bahkan pada tahun 200�, sudah mencapai 65%. Peluang pasar domestik diperkirakan terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan kedelai dan produk turunannya.

Page 36: Investasi Bagian Bc

AGRO INOVASI

�6

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi

Gambar 6. Pohon industri kedelai

Walaupun produktivitasnya masih rendah, pada tingkat harga yang relatif stabil (Rp �.000/kg) secara finansial usahatani kedelai cukup menguntungkan, yaitu Rp 2,05 juta/ha pada tingkat B/C=2,�� (Tabel �2). Namun demikian, usaha ini belum mampu bersaing dalam upaya meningkatkan substitusi kedelai impor. Perbaikan produk-tivitas merupakan salah satu cara untuk meningkatkan daya saing komoditas ini.

Tabel �2. Penerimaan, biaya dan keuntungan usahatani kedelai (Rp jt/ha)

Uraian Jumlah�. Produksi (kg) �.28�2. Penerimaan �,85�. Biaya �,80�. Keuntungan 2,055. B/C 2,��

Kedelai

Pangan Fermentasi

Pangan Non Fermentasi

MinyakKasar

Lesitin

Bungkil PakanTernak

KonsentratProtein

Tempe, kecap, natto, dll

Tahu, susu, dll

Farmasi(obat-obatan, kecantikan)

Pangan(rerotian, eskrim, yoghurt, makanan bayi infant formula, kembang gula)

Teknik/Industri(wetting, pelarut, pengemulsi

penstabil, pelumas, dll

Pangan(minyak, salad, minyak goreng,

mentega putih, margarine)

Page 37: Investasi Bagian Bc

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi AGRO INOVASI

�7

Industri berbasis kedelai yang telah berkembang adalah tempe, tauco, kecap, tahu dan susu. Namun demikian produksi kedelai Indone-sia baru mampu memenuhi sekitar �5%, dan sebanyak 65% masih di-impor. Sehingga program pengembangan kedelai dalam jangka pendek adalah meningkatkan produksi dalam negeri dalam upaya mengurangi impor untuk memenuhi kebutuhan dari industri yang telah berkembang selama ini. Baik dalam jangka menengah maupun panjang program pengembangan kedelai tetap diarahkan pada peningkatan substitusi impor untuk memenuhi industri minyak goreng, mentega putih dan margarin yang diharapkan mulai berkembang dalam program jangka menengah. Industri obat-obatan dan kecantikan yang berbasis kedelai diharapkan tumbuh dalam program jangka panjang (Gambar 7).

Gambar 7. Peta jalan (road map) program pengembangan industri kedelai

B. Komoditas Hortikultura

1. Jeruk

Jeruk merupakan komoditas buah yang cukup menguntung-kan untuk diusahakan dan telah terbukti mampu meningkatkan ke-sejahteraan petani, menumbuhkembangkan perekonomian regio-nal dan jika digarap serius agribisnis jeruk berpotensi besar dalam menyumbang secara nyata pertumbuhan perekonomian nasional. Tanaman Jeruk dapat tumbuh dan diusahakan petani di dataran ren-dah hingga dataran tinggi dengan varietas/spesies komersial yang

2005 20�0 20�5 2025

Obat-obatankecantikan

Minyak GorengMentega Putih

MargarinTempeTaucoKecapTahuSusu

TempeTaucoKecapTahuSusu

Page 38: Investasi Bagian Bc

AGRO INOVASI

�8

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi

berbeda, dan berpotensi untuk dikonsumsi oleh semua masyarakat termasuk yang berpendapatan rendah.

Potensi nilai ekonomi yang dapat dimanfaatkan dari tanaman jeruk relatif banyak (Gambar 8). Buah jeruk selain dikonsumsi dalam bentuk buah segar, juga berpotensi diolah menjadi berbagai macam produk yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Hasil olah buah jeruk yang sudah umum dilakukan adalah dalam bentuk sari murni, sari buah siap saji, jam, jelly, dan mamalade.

Saat ini, Indonesia termasuk negara pengimpor jeruk terbesar kedua di ASEAN setelah Malaysia sebesar 9�.696 ton; sedangkan ekspornya hanya sebesar �.26� ton dengan tujuan ke Malaysia, Brunei Darusalam, dan Timur Tengah. Ekspor jeruk nasional masih sangat kecil dibanding dengan negara produsen jeruk lainnya seperti Spanyol, Afsel, Yunani, Maroko, Belanda, Turki dan Mesir. Sehingga pengembangan jeruk dalam negeri masih sangat prospektif untuk mengisi pasar domestik. Pengembangan jeruk untuk meningkatkan penerimaan devisa juga dapat dilakukan dengan mengisi pasar eks-por yang masih terbuka luas.

Nilai ekonomis jeruk dapat dilihat dari tingkat kesejahteraan petaninya yang relatif tinggi. Keuntungan usahatani jeruk biasanya mu-lai diperoleh pada tahun ke �, dengan besar yang bervariasi tergantung jenis maupun lokasi. Analisis usahatani je-ruk di lahan pasang surut di Lampung dan Kalimantan Selatan memberikan nilai B/C sebesar �,6–2,92, dengan nilai NPV sebesar Rp.6.676.8�2 – Rp.9.982.250 dan IRR sekitar �9,�%. Secara umum, hasil analisis terha-dap rataan biaya produksi usahatani jeruk per hektar, diperoleh tingkat keuntungan sebesar Rp �69,58 juta/ha/siklus tanaman atau Rp ��,60 juta/ha/tahun (Tabel ��).

Page 39: Investasi Bagian Bc

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi AGRO INOVASI

�9

Gambar 8. Pohon industri jeruk

Untuk jeruk jenis pamelo atau jeruk besar yang merupakan tanaman jeruk asli Indonesia dengan sentra produksi di Kabupaten Magetan-Jatim, Pangkep-Sulsel, dan Sumedang-Jabar, mulai digemari pasar domestik maupun internasional. Usahatani jeruk pamelo di Ma-getan-Jatim selama �5 tahun memberikan NPV = Rp. 2��.688.000, net B/C = 6,0 dan IRR = 59,8% pada DF ��%.

Olahan

Segmen tanpa biji

Biji

Ampas

Buah cacat/busuk

- Teknik pemanenan- Teknologi bangsal pengemasan & OC (pencucian , ortasi/grading, precooling , pre-treatment , pengemasan , penyimpanan , transporatasi/distribusi)- Supply Chain Management

Segar

JER

UK

Buah Sehat

- Pupuk organik- Makanan ternak- Gula tetes

Kulit

- Minyak lemonene- Pektin- Kulit kering untuk pabrik jamu- Dietary fiber (serat pangan )

- Makanan ternak

- Minyak- Makanan ternak- Pektin

1. Sari murni (pure single strngth juice )2. Konsentrat , 50 – 70 o Brix3. Sari buah siap saji (5 – 100% kandungan sari)4. Jam, jelly , dan marmalade5. Cuka & cider6. Fruit leather dari puree7. Canning & bottling (pengalengan dan pembotolan )8. Bioessence

Segmen tanpa Biji

Biji

Ampas

Kulit

Buah Sehat

Buah cacat/busuk

Olahan

Segar

1. Sari murni (pure single strength)2. Konsentrat, 50 - 70 o Brix3. Sari buah siap saji (5-100% kandungan sari)4. Jam, jelly, marmalade5. Cuka dan Cider6. Fruit leather dari puree7. Canning & bottling (pengalengan dan pembotolan)8. Bioessence

- Minyak- Makanan Ternak- Pektin

- Makanan Ternak

- Minyak lemonene- Pektin- Kulit kering untuk pabrik jamu- Dietary fiber (serat pangan)

- Teknik pemanenan

- Teknologi bangsal pengemasan & OC

(pencucian, ortasi/grading, precooling,

pre-treatment, pengemasan, penyimanan

- Supply Chain Management - Kulit kering untuk pabrik jamu

- Dietary fiber (serat pangan)

- Pupuk organik- Makanan ternak- Gula tetes

JER

UK

Page 40: Investasi Bagian Bc

AGRO INOVASI

�0

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi

Tabel ��. Penerimaan, biaya dan keuntungan usahatani jeruk selama �� tahun (Rp jt/ha)

Uraian Jumlah

�. Produksi (ton) �292. Penerimaan 608,65�. Biaya 2�9,07�. Keuntungan �69,585. B/C 2,55

Produksi jeruk selama ini lebih banyak dikonsumsi dalam bentuk jeruk segar. Sementara produksi jeruk domestik belum mampu memenuhi secara baik permintaannya. Sehingga pengem-bangan industri jeruk baik dalam program jangka pendek maupun menengah adalah meningkatkan produksi dan kualitas jeruk dalam negeri terutama untuk memenuhi pasar domestik dan kelebihannya untuk mengisi pasar ekspor (Gambar 9). Dalam program jangka panjang selain memperkuat produksi dan kualitas jeruk domestik, juga adanya pengembangan industri-industri yang berbasis jeruk, seperti industri jam dan jelly.

Gambar 9. Peta jalan (road map) program pengembangan industri jeruk

2. Pisang

Pisang merupakan salah satu komoditas buah unggulan Indone-sia. Luas panen dan produksi pisang selalu menempati posisi perta-ma. Produksi pisang sebagian besar dipanen dari pertanaman kebun rakyat. Disamping untuk konsumsi segar, beberapa kultivar pisang di

2005 20�0 20�5 2025

JerukSegar

JamJelly

JerukSegar

JerukSegar

Page 41: Investasi Bagian Bc

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi AGRO INOVASI

��

Indonesia juga dimanfaatkan sebagai bahan baku industri olahan pi-sang misalnya industri kripik, sale dan tepung pisang. Pisang banyak mengandung vitamin dan mineral esensial yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Bahkan di beberapa daerah di Papua pisang merupa-kan subsitusi makanan pokok, seperti di beberapa negara di Afrika.

Tanaman pisang adalah tanaman yang multiguna dan mempu-nyai potensi nilai ekonomi yang cukup tinggi. Selain dimanfaatkan buahnya baik untuk konsumsi langsung dalam bentuk segar dan ba-han baku industri yang berbasis pisang (keripik, ledre, getuk, sale, jus, tepung, puree, sirup glukose), daunnya dapat digunakan sebagai pem-bungkus, jantungnya bisa dijadikan sayur, pelepah daunnya bisa digu-nakan sebagai bahan kerajinan (tas, topi, tikar, dll), dari bonggol dan batang pisang yang telah dipanen bisa diambil patinya (5-�0%), kulit dan seresah batang pisang dapat digunakan sebagai bahan makanan ternak (Gambar �0). Daun pisang telah menjadi salah satu produk ekspor Thailand ke luar negeri antara lain ke Amerika Serikat.

Pengembangan komoditas pisang di Indonesia cukup cerah, baik untuk memenuhi permintaan pasar domestik maupun pasar dunia. Dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta, dan dengan asumsi pesemis 50% saja yang mengkonsumsi satu buah pisang segar per hari, maka akan dibutuhkan pisang segar sebanyak �,5 juta ton per tahun. Permintaan pisang di pasar domestik tidak hanya sebatas pisang segar, banyak juga permintaan dalam bentuk olahan (keripik, sale, puree, pasta pisang). Pengembangan komoditas ini untuk mengisi pasar ekspor juga terbuka lebar, terbukti Indonesia termasuk salah satu negara eksportir pisang. Negara pesaing utama Indonesia dalam mengekspor pisang adalah Ekuador, Philipina, dan Kolombia.

Usahatani pisang baik pisang segar (kelompok cavendish) mau-pun pisang olah (Kepok, Tanduk, dan Agung Talun) kalau dikelola secara baik mampu memberikan keuntungan yang menarik, yaitu masing-masing Rp ��,7 juta/ha dan Rp �7,� juta/ha pada tingkat B/C= �,�5 dan �,50 (Tabel ��).

Page 42: Investasi Bagian Bc

AGRO INOVASI

�2

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi

Gambar �0. Pohon industri pisang

Tabel ��. Penerimaan, biaya dan keuntungan usahatani pisang segar dan pisang olah (Rp jt/ha)

Uraian Jumlah Pisang Segar Pisang Olah

�. Produksi (ton) 75 752. Penerimaan ��2,5 ��2,5�. Biaya 77,8 75,��. Keuntungan ��,7 �7,�5. B/C �,�5 �,50

Empulur

Olahan

PISA

NG

Pohon Pisang

Bonggol

Daun

Batang

Tandan & Buah Pisang

Limbah

Edible portion

Off Grade

Batang Luar

- Pakan Ternak- Pupuk Organik- Serat untuk pakaian - Handicraff

- Tepung- Acar- Kertas - Dye (warna)

- Pembungkus- Kertas- Dye (warna)

- Chip- Dendeng- Acar- Tepung- Kertas- Obat- Dye (warna)

Tandan

Jantung Pisang

Kulit

- Etil alkohol- Biogas- Dye- Wax lantai- Semir sepatu

- Pupuk Organik- Makanan Ternak

- Sayuran- Penyedap rasa

- Ketchup- Vinegar- Sari/cider

- Teknologi Packaging House operation & QC (penyisiran , pencucian , pengeringan , grading dan pengemasan ), untuk ekspor dibutuhkan cooking cham pada penyimpanan & transportasi

Segar

1. Kripik/chip2. Lendre3. Getuk (pasar DN)4. Sale5. Jus6. Tepung (MPASI)7. Puree (substitusi impor )8. Sirup Glukosa9. Etil alkohol10. Flakes11. Jam, jelly12. Cider/anggur

Pohon Pisang

Tandan &Buah Pisang

Edibleportion

Off Grade

Limbah

Bonggol

Daun

Batang

Batang Luar

Empulur

JantungPisang

Tandan

Kulit

Segar

Olahan

- Ketcup- Vinegar- Sari/cider

- Chip- Dendeng- Acar- Tepung - Kertas - Obat- Dye (warna)

- Pembungkus- Kertas- Dye (warna)

- Pakan Ternak- Pupuk Organik- Serat untuk pakaian- Handicraft

- Tepung- Acar- Kertas- Dye (warna)

- Sayuran- Penyedap rasa

- Etil alkohol- Biogas- Dye- Wax lantai- Semir sepatu

- Pupuk Organik- Makanan Ternak

- Teknologi Packaging House operation & QC (penyisiran, pencucian, pengeringan, grading dan pengemasan), untuk ekspor dibutuhkan cooking cham pada penyimpanan & transportasi

1. Kripik/chip2. Lendre3. Getuk (pasar DN)4. Sale5. Jus6. Tepung (MPASI)7. Puree (substitusi impor)8. Sirup Glukosa9. Etil Alkohol10.Flakes11.Jam, jelly12.Cider/anggur

PIS

AN

G

Page 43: Investasi Bagian Bc

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi AGRO INOVASI

��

Selain menguntungkan pada tingkat usahatani, industri yang berbasis pisang juga cukup menjanjikan bagi para pelakunya. Pada umumnya jenis-jenis industri ini mampu memberikan nilai tambah di atas �00% (Tabel �5).Tabel �5. Perkiraan besarnya nilai tambah dari beberapa bentuk peng-

olahan pisang

Produk Olahan Varietas yang digunakan Rendemen (%) Nilai Tambah

Kripik Ambon Hijau & Kuning, + 20 �00-�50 Kepok Kuning & Putih, Cavendish, dllLedre Raja Bulu �7-20 200-250Sale Ambon, Kepok Kuning, �2-�7 �00-�50 Lampung, Mas, Uli, dll Getuk Nangka 20-�0 50-�00Jus Raja Bulu 50-60 �50-500Tepung Siem, Nangka, Kepok 29-�2 �50-�50Tepung MPASI) Ambon 9-��,5 600-650Puree Ambon, Cavendish & Raja Bulu 20-�0 �50-200Jam Ambon, Cavendish & Raja Bulu 70-75 200-250

Dalam program jangka pendek, pengembangan industri pisang diarahkan untuk memperkuat penyediaan bahan baku bagi industri

pisang yang sudah berkembang saat ini termasuk permintaan buah pisang segar (Gambar ��). Na-mun demikian juga diikuti pengembangan industri tepung pisang. Sementara dalam program jangka menengah diharapkan tumbuhnya industri turun-an lainnya seperti industri jus, puree, jam, dan anggur. Selain untuk memenuhi kebutuhan indus-tri yang telah berkembang pada program-program sebelumnya, program pengembangan industri pisang dalam jangka panjang diharapkan juga mampu memasok industri sirup glukosa dan ethil alkohol yang diharapkan muncul pada saat itu.

Page 44: Investasi Bagian Bc

AGRO INOVASI

��

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi

Gambar ��. Peta jalan (road map) program pengembangan industri pisang

3. Bawang merah

Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran ung-gulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai bumbu penyedap makanan serta bahan obat tradisional. Komoditas ini juga merupakan sum-ber pendapatan dan kesempatan kerja yang memberikan kontribusi cukup tinggi terhadap perkembangan ekonomi wilayah.

Selain dijual dalam bentuk bawang segar, berbagai produk olah-an dapat dihasilkan dari komoditas bawang, seperti bawang goreng, minyak bawang goreng, tepung bawang goreng, dan lain sebagainya (Gambar �2). Sehingga jika dikelola dengan baik, komoditas bawang beserta produk turunannya mempunyai potensi nilai ekonomi yang cukup tinggi.

Data ekspor-impor selama periode �98�-200� menunjukkan bahwa Indonesia merupakan net importer bawang merah, karena volu-me ekspor untuk komoditas ini secara konsisten selalu lebih rendah dibandingkan dengan volume impornya. Fenomena ini menunjukkan

2005 20�0 20�5 2025

Jus, PureeJam

Anggur

Pisang SegarKeripikGetukLendre

Sale

Pisang SegarKeripikGetukLendre

Sale

Tepung

Sirup Glukosa

Ethil Alkohol

Page 45: Investasi Bagian Bc

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi AGRO INOVASI

�5

bahwa prospek pengembangan bawang merah di Indonesia cukup cerah jika dikaitkan dengan potensi pasar yang ada. Selain untuk memenuhi pasar domestik yang permintaannya terus meningkat seki-tar �,6%/th, peluang untuk meningkatkan ekspor sebenarnya masih terbuka lebar, terutama untuk mengisi pasar ekspor bawang me-rah super. Namun sampai saat ini ekspor dilakukan secara terbatas mengingat kebutuhan dalam negeri yang begitu besar. Negara pesa-ing Indonesia untuk mengisi pasar ekspor adalah Malaysia, Thailand, Philipina, dan Taiwan.

Gambar �2. Pohon industri bawang merah

Selain cukup prospek dari potensi pasar yang ada, usahatani bawang merah di tiga lokasi kajian (Brebes, Cirebon dan Nganjuk) menurut varietas cukup menguntungkan. Bahkan di Nganjuk bawang merah varietas Bauji dan Philipina mampu memberikan keuntungan mencapai Rp �� - �8 juta/ha, mengingat produktivitas bawang di lokasi ini bisa mencapai ��-�5 ton/ha (Tabel �6).

UmbiKonsum

BibitBawang

Merah

Segar(Ikat/Protolan)

Olahan

n Teknik pemanenan (umur, cara, alat)n Sortasi/gradingn Curing/pelayuann Pengeringann Pengemasann Pengangkutann Penyimpanan

n Irisan Kering (15%)n Irisan Basah/utuh (80%)n Pickles/acar (80%)n Bawang Goreng (20%)n Bubuk Bawang Merah (12.5%)n Tepung Bawang Merah (10%) n Oleoresinn Minyak bawang merahn Pastan Anti Trombolik

Page 46: Investasi Bagian Bc

AGRO INOVASI

�6

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi

Tabel �6. Penerimaan, biaya dan keuntungan usahatani bawang merah per hektar varietas lokal dan impor (Rp juta/ha)

Uraian Brebes Cirebon Nganjuk Philipina Timur Philipina Bauji PhilipinaProduksi (ton) 9,�� 7,85 �0,80 �5,22 ��,77Peneriman 26, 8� 2�, 02 26, 98 �5, �2 �5, 5�Biaya 2�, �9 20, 25 2�, �� 27, 2� 2�, 07Keuntungan 2, �5 0,77 5, 55 �7, 89 ��, �6B/C �,�0 �,0� �,26 �,66 �,�8

Usaha industri yang berbahan baku bawang merah, seperti industri bawang merah goreng tampaknya juga cukup menguntungkan. Pada kapasitas 600 kg/hari, usaha ini mampu memberikan keuntungan Rp 5 jt/hari pada tingkat B/C=�,2 (Tabel �7).Tabel �7. Penerimaan, biaya dan keuntungan industri bawang merah goreng

(kapasitas 600 kg /hari)

Uraian Jumlah

�. Produksi (rendemen 20%) (kg) 6002. Penerimaan (Rp jt) �0,00�. Biaya (Rp jt) 25,0��. Keuntungan (Rp jt) �,995. B/C �,2

Peta jalan (road map) program pengembangan industri bawang merah di Indonesia disajikan pada Gambar ��. Dalam perdagangan bawang merah, status Indonesia adalah sebagai net importir, sehingga program pengembangan bawang merah dalam jangka pendek adalah memperkuat penyediaan bahan baku bagi industri bawang merah yang sudah berkembang saat ini. Program pengembangan industri bawang merah dalam jangka menengah diharapkan munculnya industri bubuk bawang merah dan industri tepung bawang merah, dan dalam jangka panjang munculnya industri pasta dan industri anti trombolik yang berbasis bawang merah.

Page 47: Investasi Bagian Bc

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi AGRO INOVASI

�7

Gambar ��. Peta jalan (road map) program pengembangan industri bawang merah

4. Anggrek

Anggrek merupakan jenis bunga yang cukup populer dan biasa-nya banyak digunakan untuk berbagai keperluan seperti upacara keagamaan, hiasan dan dekorasi ruangan, ucapan selamat serta untuk ungkapan duka cita. Hongkong, Singapura dan Amerika Seri-kat merupakan contoh beberapa negara yang cukup gencar meminta anggrek asal Indonesia karena memiliki keragaman serta ciri khas tersendiri sebagai bunga tropis. Hal ini menyebabkan peningkatan minat untuk memelihara tanaman anggrek secara komersial, meng-ingat kondisi pasar yang cukup cerah.

Tanaman anggrek mempunyai potensi nilai ekonomi tinggi jika pengelolaanya dikaitkan dengan selera pasar. Beberapa alternatif bentuk produk yang bisa dihasilkan dari tanaman anggrek disajikan pada Gambar ��. Khusus usaha produk bunga potong dan bunga pot, permintaan yang terbentuk dari selera konsumen sangat menentukan laku tidaknya produk yang ditawarkan. Pengusaha, petani produsen bunga potong dan pot maupun bibit anggrek harus mengikuti perkem-bangan pasar terbuka dengan mencari terobosan-terobosan dalam penawaran ke luar negeri diikuti dengan peningkatan produksi, pem-binaan peningkatan kualitas dan profesionalisme pengusaha, petani produsen anggrek.

2005 20�0 20�5 2025

Bawang GorengMinyak GorengUmbi Konsumsi

Bawang GorengMinyak GorengUmbi Konsumsi

PastaAnti

Trombolik

Bubuk Bawang MerahTepung Bawang Merah

Page 48: Investasi Bagian Bc

AGRO INOVASI

�8

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi

Prospek pengembangan aggrek di Indonesia cukup cerah baik untuk memenuhi pasar domestik maupun pasar dunia. Konsumen anggrek untuk pasar dalam negeri adalah penggemar dan pecinta anggrek, pedagang keliling, pedagang pada kios di tempat-tempat tertentu dalam kota, perhotelan, perkantoran, gedung-gedung per-temuan, pengusaha pertamanan, toko bunga, florist, pesta-pesta dan perkawinan. Jenis-jenis anggrek yang banyak diminta pasar domestik adalah Vanda douglas, dendrobium dan golden shower. Permintaan anggrek dalam negeri, selain dipenuhi oleh produksi dalam negeri juga dari produk impor untuk jenis-jenis tertentu, seperti Phalaenopsis, dan dendrobium. Dalam pasar dunia, negara-negara pengekspor bunga potong anggrek yang menjadi pesaing Indonesia adalah Taiwan, Cina, Singapura, Malaysia, Vietnam, India, Mali, Australia, New Zealand, Belanda, Albania dan Rusia.

Gambar ��. Pohon industri anggrek

Anggrek dapat dipasarkan dalam bentuk compot, tanaman individu/tanaman remaja, tanaman dewasa dan bunga potong.

ANGGREK

Plantet Compot/seedlingRemaja

Pot Plant BungaPotong

- Pengadaan laboraturium perbenihan- Pemilihan pohon induk anggrek hasil hibridisasi (varietas unggul)- Jenis anggrek (bunga potong, pot plant

Pengadaan/penggunaan bibit unggul

* Teknologi budidaya: - pemilihan media tumbuh (jenis media) - pemupukan (jenis pupuk) - pengendalian hama & penyakit (pestisida)

* Sarana dan prasarana - naungan (paranet) untuk rumah sere - rak - springkle - pengatur kelembaban

Teknologi budidaya:- Kriteria tanaman pot bermutu & tahan lama di wismasari (indoors)- Transportasi- Teknik memperpanjang umur peragaan di dalam ruangan (ambient & AC)- Teknik pemeliharaan keragaan di pengecer & di konsumen

Sarana dan prasarana- naungan (paranet) untuk rumah sere- rak- springkle- pengatur kelembaban

Teknik Perlakuan Segar:- Teknologi pemanenan- Sortasi/grading- Pra Pendinginan- Larutan pendinginan (holding & pulsing solution)- Pengemasan*- Transportasi*- Penyimpanan*

Sarana dan prasarana- Ruang Pendingin

Page 49: Investasi Bagian Bc

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi AGRO INOVASI

�9

Untuk menghasilkan produk-produk ini diperlukan biaya yang ber-beda. Hasil analisis usahatani yang dilakukan untuk luasan �000 m2, menunjukkan bahwa semua jenis usaha ini jika dikelola secara baik cukup menjanjikan (Tabel �8). Tabel �8. Penerimaan, biaya, dan keuntungan usahatani anggrek dendro-

bium berdasarkan jenis usaha (Rp juta/�000 m2).Uraian Jenis usaha Compot Individu/tan Tan. dewasa Bunga remaja PotongPenerimaan �9�,�� �29,65 2�6,09 �80,08Total Biaya ��7,9� 8�,5� �6�,�0 �62,77Keuntungan 56,50 �5,�2 52,9� �7,�0B/C �,�� �,5� �,�2 �,��

Program pengembangan industri anggrek baik dalam jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang lebih difokuskan pada peningkatan produksi baik yang diproduksi lewat industri bunga po-tong maupun tanaman pot dalam upaya memenuhi permintaan do-mestik maupun pasar ekspor. Kedua industri ini juga harus ditopang oleh industri perbenihan yang handal. Namun demikian, dalam prog-ram jangka menengah juga difokuskan pada peningkatan kualitas, sementara program jangka panjang selain kualitas juga memperba-nyak ragam dari komoditas ini sesuai selera pasar (Gambar �5).

Gambar �5. Peta jalan (road map) program pengembangan industri anggrek2005 20�0 20�5 2025

BenihAnggrekBungaPotongTanaman Pot

Benih AnggrekBunga PotongTanamanPot

Benih AnggrekBerkualitasBunga PotongBerkualitasTanaman PotBerkualitas

Benih Anggrek Berkualitas& BeragamBunga Potong Berkualitas& Beragam Tanaman Pot Berkualitas & Beragam

Page 50: Investasi Bagian Bc

AGRO INOVASI

50

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi

C. Komoditas Perkebunan

1. Kakao

Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khusus-nya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan de-visa negara. Disamping itu kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri. Pada tahun 2002, perkebunan kakao telah menyediakan lapangan kerja dan sum-ber pendapatan bagi sekitar 900 ribu kepala keluarga petani yang sebagian besar berada di Kawasan Timur Indonesia (KTI) serta mem-berikan sumbangan devisa terbesar ke tiga sub sektor perkebunan setelah karet dan kelapa sawit dengan nilai sebesar US $ 70� juta.

Indonesia berpotensi untuk menjadi produsen utama kakao dunia, apabila berbagai permasalahan utama (mengganasnya serang-an hama PBK. mutu produk yang masih rendah dan masih belum optimalnya pengembangan produk hilir kakao) dapat diatasi dan agribisnis kakao dikembangkan dan dikelola secara baik. Indonesia masih memiliki lahan potensial yang cukup besar untuk pengem-bangan kakao. Disamping itu kebun yang telah di bangun masih berpeluang untuk ditingkatkan produktivitasnya karena produktivi-tas rata-rata saat ini kurang dari 50% potensinya. Di sisi lain, situasi perkakaoan dunia beberapa tahun terakhir sering mengalami defisit, sehingga harga kakao dunia stabil pada tingkat yang tinggi. Kondisi ini merupakan suatu peluang yang baik untuk segera dimanfaatkan. Upaya peningkatan produksi kakao mempunyai arti yang strategis karena pasar ekspor biji kakao Indonesia masih sangat terbuka dan pasar domestik masih belum tergarap.

Investasi rehabilitasi, peremajaan dan perluasan areal perke-bunan kakao cukup menguntungkan (Tabel �9). Rehabilitasi meng-habiskan dana investasi sebesar Rp �0 juta/ha dan menghasilkan NPV sebesar Rp �5,�7 juta dan B/C sebesar �,52 pada tingkat dis-konto �5% serta IRR sebesar 29,92%. Peremajaan membutuhkan biaya investasi sebesar Rp �7,5 juta/ha kebun kakao dan dengan

Page 51: Investasi Bagian Bc

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi AGRO INOVASI

5�

investasi tersebut akan dihasilkan NPV sebesar Rp 9,58 juta dan B/C sebesar �,27 pada tingkat diskonto �5% serta IRR sebesar 2�,62%. Sementara untuk perluasan dibutuhkan dana investasi sebesar Rp 20 juta/ha kebun kakao dan dihasilkan NPV sebesar Rp 7,5 juta dan B/C sebesar �,20 pada tingkat diskonto �5% serta IRR sebesar �9,7�%. Tabel �9. Kelayakan rehabilitasi, peremajaan dan perluasan kebun kakao (ha)

Uraian Rehabilitasi Peremajaan Perluasan

Biaya Investasi (Rp jt) �0,0 �7,5 20,0NPV (Rp/jt) �5,�7 9,58 7,50B/C �,52 �,27 �,20IRR (%) 29,92 2�,62 �9,7�

2. Karet

Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan penting, baik sebagai sumber pendapatan, kesempatan kerja dan devisa, pendo-rong pertumbuhan ekonomi sentra-sentra baru di wilayah sekitar perke-bunan karet maupun pelestarian lingkungan dan sumberdaya hayati. Namun sebagai negara dengan luas areal terbesar dan produksi ke-dua terbesar dunia, Indonesia masih menghadapi beberapa kendala, yaitu rendahnya produktivitas, terutama karet rakyat yang merupakan mayoritas (9�%) areal karet nasional dan ragam produk olahan yang masih terbatas, yang didominasi oleh karet remah (crumb rubber). Rendahnya produktivitas kebun karet rakyat disebabkan oleh ba-nyaknya areal tua, rusak dan tidak produktif, penggunaan bibit bukan klon unggul serta kondisi kebun yang menyerupai hutan.

Potensi nilai tambah produk karet dapat diperoleh melalui pengembangan industri hilir dan pemanfaatan kayu karet sebagai bahan baku industri kayu (Gambar �6). Terlihat bahwa cukup banyak ragam produk yang dapat dihasilkan dari lateks, utamanya non ban, sedangkan ragam produk dari kayu karet tidak sebanyak dari lateks. Namun sampai saat ini potensi kayu karet tua belum dimanfaatkan secara optimal.

Page 52: Investasi Bagian Bc

AGRO INOVASI

52

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi

Agribisnis karet alam di masa datang mempunyai prospek yang semakin cerah, karena adanya kesadaran akan kelestarian lingkung-an dan sumberdaya alam, kecenderungan penggunaan green tyres, meningkatnya industri polimer pengguna karet serta semakin lang-kanya sumber-sumber minyak bumi dan semakin mahalnya harga mi-nyak bumi sebagai bahan pembuatan karet sintetis. Pada tahun 2002, jumlah konsumsi karet dunia lebih tinggi dari produksi. Indonesia akan mempunyai peluang untuk menjadi produsen terbesar dunia karena negara pesaing utama seperti Thailand dan Malaysia makin kekurangan lahan dan makin sulit mendapatkan tenaga kerja yang murah sehingga keunggulan komparatif dan kompetitif Indonesia akan makin baik.

Gambar �6. Pohon industri karet

Sebagian besar produk karet Indonesia diolah menjadi karet re-mah (crumb rubber) dengan kodifikasi “standard indonesian rubber”

PohonKaret

LatekssheetBokar

Crumb rubber

KayuArang, kayu gergajian, pulp

Furniture Barang lain Kondom, pelampung, dll

Perlengkapanrumah tangga

Perlengkapananak dan bayi

Perlengkapanteknik industrii

Perlengkapanpakaian

Alat olah raga

Perlengkapankendaraan

Alat kesehatandan laboratorium

Bola sepak, volley,basket, pakaian selam, dll

Karpet,perlengkapan lain

Balon karet, dot susu, perlak, mainan anak, dll

air house, oil seal, rubber bushing, dll

Sepatu, sandal, karet dll

Ban kendaraan, pedal sepeda dan motor, ban of the road, karet kaca

Pipet, Slang stetoskop, dll

Page 53: Investasi Bagian Bc

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi AGRO INOVASI

5�

(SIR) dan lainnya diolah dalam bentuk RSS dan lateks pekat. Untuk meningkatkan nilai tambah komoditas karet, program jangka pendek akan difokuskan pada memperkuat pengembangan industri ban dan peralatan rumah tangga. Sementara dalam jangka menengah mem-perkuat dan memperbanyak munculnya industri alat olah raga dan perlengkapan anak yang berbasis karet, serta dalam program jangka panjang memperkuat dan memperbanyak industri perlengkapan tek-nik yang berbasis karet (Gambar �7). Program ini tentunya akan ber-hasil jika juga diikuti dengan peningkatan produksi dan kualitas karet dalam negeri.

Gambar �7. Peta jalan (road map) program pengembangan industri karet

3. Kelapa sawit

Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang mempunyai peran penting bagi subsektor perkebunan. Pengembangan kelapa sawit antara lain memberi manfaat dalam peningkatan pen-dapatan petani. Sebagai bahan baku industri pengolahan yang men-ciptakan nilai tambah, menyediakan kesempatan kerja bagi le bih dari 2 juta tenaga kerja di berbagai sub sistem. Dari sisi upaya pelestarian lingkungan hidup, tanaman kelapa sawit yang merupakan tanaman tahunan berbentuk pohon (tree crops) dapat berperan dalam pe-nyerapan efek gas rumah kaca seperti (CO2) dan mampu menghasil-kan O2 atau jasa lingkungan lainnya seperti konservasi biodiversity atau eko-wisata.

2005 20�0 20�5 2025

Crumbrubber

Ban Perlengkapan RT

Alat Olah RagaPerlengkapan Anak

Perlengkapan Teknik

Page 54: Investasi Bagian Bc

AGRO INOVASI

5�

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi

Beraneka ragam produk dan potensi nilai ekonomi yang dapat dihasilkan dari kelapa sawit seperti terlihat pada pohon industri ke-lapa sawit (Gambar �8). Produk utama yang diperoleh adalah minyak kelapa sawit dan minyak inti sawit, dan produk sampingan yang be-rasal dari limbah. Beberapa produk yang dihasilkan dari pengemban-gan minyak sawit diantaranya adalah minyak goreng, produk-produk oleokimia, seperti fatty acid, fatty alkohol, glycerine, metalic soap, stearic acid, methyl ester, dan stearin. Berkembangnya industri ole-okimia dasar merangsang tumbuhnya industri barang konsumen se-perti deterjen, sabun dan kosmetika. Sedangkan jenis produk yang dihasilkan dari pemanfaatan limbah adalah pupuk organik, kompos dan kalium, serat yang berasal dari tandan kosong kelapa sawit, arang aktif dari tempurung buah, pulp kertas yang berasal dari ba-tang dan tandan sawit, perabot dan papan partikel dari batang, dan pakan ternak dari batang pelepah, serta pupuk organik dari limbah cair dari proses produksi minyak sawit.

Gambar �8. Pohon industri kelapa sawit

Kelapa Sawit

Proses

BlendingBlending

Hidrogen.

Ref+Frac

CrushingRef+Frac

PK S

Confectionary

Krim Biskuit

Susu isian

Hyd Olein Fatty amines

Fatty alkohol

Blending

TBS

Inti

PKORationing

Pakanternak

Stearin

Olein

Margarin

Splitting

Hyd. PKO

Es krim

Fatty amida

CPO

Bungkil

Ref.

Margarin

RefRBDPO

RBDolein

RBDstearin

Ref+Frac

Blending

M.goreng

Shortening

Es krim

Vanaspati

Margarin

Blending

Shortening

M.masak

M.goreng

Margarin

Blending

Shortening

Margarin

Penyabunan

Sabun

PenyabunanSabun

SplittingFatty acids

Kegunaanteknis,sabun dll

Confectionary

Limbah padat

PulpingPulp

Limbah cairRANUT

Biogas

PupukKompos

Kompos

ProsesFurnitur

PelepahK ayu

Ref=RafinasiFrac=Fraksinasi,Hidrog=hidrogenasi

Ref=RafinasiFrac=Fraksinasi,Hidrog=hidrogenasi

Pengurai

Serat

Rayon

Serat

Proses...Emulsifier

Cocoa butterequivalent

Fattyacids

RBDPKO

PulpingPulp

Super olein

Page 55: Investasi Bagian Bc

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi AGRO INOVASI

55

Secara umum kinerja pasar domestik dan dunia memberi sig-nal bahwa pengembangan agribisnis kelapa sawit masih mempunyai prospek yang cukup cerah, mengingat permintaan terhadap komodi-tas ini dan turunannya baik di pasar domestik maupun pasar dunia terus meningkat seiring dengan meningkat jumlah penduduk dan adanya perbaikan daya beli masyarakat. Dalam perdagangan CPO, Indonesia tercatat sebagai negara eksporter terbesar setelah Malay-sia. Pangsa ekspor Indonesia pada tahun �969 sebesar 20,�9% dan pada tahun 2002 tumbuh menjadi �2,6�% terhadap ekspor dunia.

Seiring dengan meningkatnya permintaan akan minyak sawit dan produk turunannya, maka diperkirakan kinerja berbagai industri yang berbasis minyak sawit juga cukup memberikan insentif yang me-narik bagi para pelakunya. Keragaan perkiraan biaya dan nilai tam-bah menurut jenis industri yang berbasis minyak sawit disajikan pada Tabel 20.

Tabel 20. Jenis Industri, perkiraan biaya investasi dan nilai tambah industri berbasis minyak sawit.

Produk Bahan Baku Tingkat Perkiraan Pertambahan Teknologi Investasi Nilai

olein & stearin CPO Menengah 20%

Fatty acids CPO, PKO, Tinggi 200 – 700 50% Katalis Miliar

ester Palmitat, Tinggi �00 – 500 �50% miristat

surfactant/ stearat, oleat, Tinggi 200 - 700 Miliar 200%emulsifier sorbitol, gliserol

Sabun mandi CPO, PKO, NaOh, Sederhana Mulai dari �00% pewarna, parfum kurang � miliar

Lilin stearat Sederhana Mulai dari �00% kurang � miliar

Kosmetik, surfaktan, Sederhana � – 200 Miliar 600%(lotion, cream, ester, amidabedak, shampo)

Page 56: Investasi Bagian Bc

AGRO INOVASI

56

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi

Peta jalan (road map) pengembangan industri sawit ke depan disajikan pada Gambar �9. Kebanyakan produk olahan dan eskpor Indonesia dari kelapa sawit baru pada tahap CPO saja, sehingga ni-lai tambahnya lebih banyak dinikmati oleh negera pengimpor yang melakukan pengolahan lebih lanjut. Untuk meraih dan meningkatkan nilai tambah sawit dalam negeri, program pengembangan industri sa-wit dalam jangka pendek difokuskan pada pengembangan industri minyak goreng dan margarin, dan dalam jangka menengah adalah pengembangan industri oleokimia yang berbasis sawit. Untuk meng-antisipasi terjadinya kelangkaan sumber energi (minyak tanah) maka pengembangan industri biodeisel yang berbasis sawit dalam program jangka panjang sangat prospektif dan strategis.

Gambar �9. Peta jalan (road map) program pengembangan industri sawit

4. Tanaman obat

Indonesia memiliki ketergantungan yang besar terhadap obat dan bahan baku obat konvensional impor yang nilainya mencapai �60 juta USD per tahun, sehingga perlu dicarikan substitusinya dengan produk industri di dalam negeri. Sementara itu, trend masyarakat konsumen dunia yang menuntut pangan dan produk kesehatan yang aman dengan slogan “back to nature” dan meninggalkan rokok, juga menunjukkan pertumbuhan pesat, termasuk di Indonesia. Berdasar-kan klaim khasiat yang dimilikinya, jumlah serapan oleh industri obat tradisional (IOT), jumlah petani dan tenaga yang terlibat, prospek pengembangan dan trend investasi ke depan, lima komoditas tanaman

2005 20�0 20�5 2025

Oleokimia

CPO

Biodeisel

Minyak GorengMargarin

Page 57: Investasi Bagian Bc

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi AGRO INOVASI

57

obat yang potensial untuk dikembangkan adalah temulawak, kunyit, kencur, jahe dan purwoceng.

Temulawak, kunyit, kencur dan jahe merupakan kelompok tanaman rimpang-rimpangan (Zingiberaceae) mempunyai potensi yang sangat besar untuk digunakan dalam hampir semua produk obat tradisional (jamu) karena paling banyak diklaim sebagai penyembuh berbagai penyakit masyarakat moderen (degeneratif, penurunan imunitas, penurunan vitalitas). Sedangkan purwoceng sangat potensial untuk dikembangkan sebagai komplemen dan substitusi ginseng impor sehingga dapat menghemat devisa negara (Gambar 20 dan 2�).

Produk yang dihasilkan dari tanaman temulawak, kunyit, kencur dan jahe adalah produk setengah jadi (simplisia, pati, minyak, ekstrak), produk industri (makanan/minuman, kosmetika, farmasi, IKOT dan IOT), produk jadi (sirup, instan, bedak, tablet dan kapsul). Sedangkan untuk purwoceng, produk setengah jadi berupa simplisia dan ekstrak, produk industri dalam bentuk jamu seduh, minuman kesehatan (IKOT/IOT), pil atau tablet/kapsul (farmasi).

Page 58: Investasi Bagian Bc

AGRO INOVASI

58

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi

Keterangan : * : Teknologi tersedia, dapat dilakukan ditingkat IKOT & IOT ** : Potensial & prospektif, fitofarmaka, memerlukan investasi alih

teknologi & biaya riset

Gambar 20. Pohon industri temulawak, kunyit, kencur dan jahe

Peluang pasar masih cukup luas baik untuk memenuhi kebutuh-an dalam negeri maupun ekspor. Komoditas jahe, temulawak, kunyit, kencur dan purwoceng, sampai saat ini kontribusinya terhadap eks-por simplisia masih kecil, mengingat kebutuhan dalam negeri atas komoditas tersebut masih cukup tinggi. Sebagian IOT bahkan masih mengimpor bahan baku dari luar negeri, terutama temulawak, kunyit,

Page 59: Investasi Bagian Bc

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi AGRO INOVASI

59

kencur dan jahe. Padahal peluang untuk berproduksi di dalam negeri cukup besar mengingat potensi lahan dan sumberdaya manusia yang ada di dalam negeri cukup memadai untuk membangun industri hulu sampai hilir (pengembangan produk) untuk ke empat komoditas tersebut. Hal ini terjadi karena nilai jual bahan baku tanpa olah di tingkat petani sangat rendah sehingga kurang menarik minat untuk mengusahakan komoditas tersebut secara intensif. Tantangan pada saat ini adalah mengusahakan pencapaian nilai jual yang memadai. Harga rimpang temulawak yang wajar di tingkat petani adalah Rp.�.500/kg, kunyit Rp. �000/kg, kencur Rp. 5.000/kg dan jahe Rp.2.500/kg. Investasi di sektor hulu akan menarik minat apabila nilai jual hasil produk pertanian tanaman obat bisa ditingkatkan, de-ngan mengoptimalkan industri hilir melalui diversifikasi produk.

Tanaman Kencur (kaempferia galanga)

Page 60: Investasi Bagian Bc

AGRO INOVASI

60

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi

Gambar 2�. Pohon industri purwoceng

Keterangan :* : Teknologi tersedia, dapat dilakukan ditingkat IKOT & IOT ** : Potensial & prospektif, fitofarmaka, memerlukan investasi

alih teknologi & biaya riset

Pada tahun 200� luas lahan pertanian tanaman obat di Indonesia mencapai ��.��� ha dan luas tanam temulawak, kunyit, kencur dan jahe mencapai �8.�5% dari luas total areal tersebut de-ngan sentra produksi di Pulau Jawa. Untuk nilai tambah tanaman obat di sektor usaha industri hulu, ditentukan oleh faktor produksi dalam pembudidayaannya. Faktor pendukung yang mempunyai nilai tambah adalah penyediaan bibit unggul. Rendahnya produktivitas

Page 61: Investasi Bagian Bc

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi AGRO INOVASI

6�

tanaman obat di sebagian besar sentra produksi disebabkan peta-ni belum mengikuti teknik budidaya anjuran berdasarkan SPO yang dibakukan, serta belum menggunakan bibit unggul. Sedangkan pe-ningkatan nilai tambah melalui diversifikasi produk primer (rimpang) menjadi produk sekunder (simplisia, ekstrak) oleh usaha agroindustri primer (pengirisan, pengeringan rimpang dan ekstraksi), merupakan salah satu upaya pemenuhan kebutuhan industri serta peningkatan pendapatan petani yang kini dilakukan.

Arah pengembangan tanaman obat sampai tahun 20�0 masih diarahkan ke lokasi dimana industri obat tradisional berkembang yaitu di Pulau Jawa dengan target luas areal �.276 ha untuk temu-lawak, �.527 ha kunyit, �.270 ha kencur, 7.�2� ha jahe dan �5� ha purwoceng. Target produksi sampai tahun 20�0 dengan asumsi produktivitas per tahun rata-rata 7-8 ton/ha, maka produksi temu-lawak diperkirakan mencapai ��.020 ton, kunyit �5.�26 ton, kencur 26.290 ton dan purwoceng 850 ton. Kecuali ada permintaan khusus, setelah 20�0 areal pengembangan temulawak, kunyit, kencur, jahe dan purwoceng dapat diperluas ke luar Pulau Jawa yang ketersediaan lahannya lebih luas.

Untuk teknologi budidaya dan pasca panen, arah pengembang-an difokuskan pada pemanfaatan varietas/klon unggul, sosialisasi dan pelatihan teknologi serta bantuan investasi permodalan. Rata-rata produktivitas varietas unggul yang ada saat ini adalah untuk tem-ulawak 20-�0 ton/ha (kadar minyak atsiri 6,2-�0,6%, kadar kurkumin 2,0-�,�%); kunyit 7-20 ton/ha (kadar kurkumin 8-��%); kencur �2-�6 ton/ha (kadar minyak atsiri 2,6-6,2%, kadar sari larut dalam air �6-2�%, kadar sari larut dalam etanol 5-9,5%); dan potensi produksi jahe putih besar 20-�0 ton/ha. Pengembangan agribisnis hilir komoditas tanaman obat diarahkan untuk pengembangan produk turunan berupa produk jadi, pengembangan industri hilir temulawak, kunyit, kencur, jahe dan purwoceng yang dilakukan dengan diversifikasi produk dalam bentuk yang lebih sederhana yaitu simplisia atau ekstrak.

Page 62: Investasi Bagian Bc

AGRO INOVASI

62

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi

5. Tebu

Tebu/gula merupakan salah satu komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia. Dengan luas areal sekitar �50 ribu ha pada periode 2000-2005, industri gula berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu petani dengan jumlah tenaga kerja yang terlibat mencapai sekitar �,� juta orang. Gula juga merupa-kan salah satu kebutuhan pokok masyarakat dan sumber kalori yang relatif murah. Karena merupakan kebutuhan pokok, maka dinamika harga gula akan mempunyai pengaruh langsung terhadap laju inflasi.

Di samping sebagai bahan baku utama industri gula, banyak produk turunan dari tebu yang mempunyai potensi nilai ekonomi yang bisa untuk dikembangkan karena mempunyai peluang pasar yang masih terbuka baik di pasar domestik maupun internasional (Gambar 22). Beberapa produk turunan dari tebu adalah ethanol (asam asetat, ethyl asetat), ragi roti, PST (inactive yeast), Ca-sitrat dan listrik berpe-luang besar untuk mengisi pasar domestik, sementara produk turunan tebu yang memiliki peluang pasar luar negeri antara lain wafer pucuk tebu, papan partikel, papan serat, pulp, kertas, asam sitrat, Ca-sitrat, jamur. Produk turunan lainnya yang memiliki pasar yang besar adalah asam sitrat. Pasar terbesar adalah industri minuman dan deterjen.

Page 63: Investasi Bagian Bc

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi AGRO INOVASI

6�

Gambar 22. Pohon industri tebu

Dengan masih terbuka lebarnya peluang pasar, maka prospek pengembangan tebu di Indonesia masih sangat baik. Demikian juga prospek pengembangan industri gula dan industri turunan lainnya yang berbasis tebu. Dari sisi pasar, permintaan gula dari dalam negeri masih terbuka sekitar �,� juta ton per tahun. Pemerintah dengan berbagai kebijakan promotif dan protektifnya telah menciptakan iklim investasi

Flue Gasses

Fertiliser

Animal Feed

Wax and Fats

Filter mud

Cane TopsAnd Leaves

Bagasse

SugarCane

Sugar

Molasses

Protein fromCane Juice

FurnaceAsh

Utilization as fuel

Fibrous products

Miscellaneous

Direct Utiazation

Distilling

Other fermentationindustries

ElectricityCharcoal BriguettesMethane & Producer Gas

Miscellaneous

PulpPaper board & card boardFiber boardParticle boardMoulded board

Furfural & DerivatesAlpha CelluloseCarboxymethyl CelluloseXylitolDiacetylPlasticsEthanolAmoniaPoutry liter & mulchBagasse concretSoil amendmentAnimal feed

ExportationFertilizerDehydrated molasesAnimal feed

RumEthyl AlcoholRectified spiritsAnhydrous alcoholAlcohol derivatives

VinegarAcetone - ButanolCitric acidLactic acidGlycerolYeastSingle Cell Protein

Aconitic acidMonosodium glutamateDextranL-lysineXantham GumItaconic acidLinolenic acid

Page 64: Investasi Bagian Bc

AGRO INOVASI

6�

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi

yang kondusif untuk pengembangan industri gula berbasis tebu. Pasar internasional yang dalam tiga tahun terakhir mengalami defisit sebagai akibat tekanan yang dihadapi oleh produsen utama gula dunia juga mengindikasikan investasi pada bidang ini cukup prospektif.

Selain prospektif dari sisi permintaan, usahatani tebu dan be-berapa industri turunannya juga cukup menguntungkan bagi para pelakunya, seperti berturut-turut disajikan pada Tabel 2� dan 22. Tabel 2�. Analisis usahatani tanaman PC, teknologi standar PTPN (Rp jt/ha).

Uraian NilaiTotal Biaya �5,8Nilai Produksi Gula 28,5Penerimaan Petani (66%) �8,8Keuntungan Petani �,0B/C Ratio �.�9

Keterangan: Asumsi :�000 kw tebu, rendemen 7.5%, harga Rp �800/kg

Tabel 22. Analisis usaha beberapa industri berbasis tebu Biaya (Rp Miliar)Jenis Usaha Kapasitas Investasi Operasional Perkiraan B/CPabrik Gula �-�0 ribu TCD 900 -�000 �5 - 50 �.� – �.�Ethanol 60 kl/hari ��� – 200 �9 �.�7Particle board (Ex 72 m� per jam 95 – �57 25 - �� �.8�Eropa atau China) Cogenaration (listrik) 6000 kWh �5 9 �.8�

Program pengembangan industri gula dalam jangka pendek ditujukan untuk melakukan rehabillitasi Pabrik Gula (PG) yang ada di Jawa sehingga mampu menghasilkan gula hablur dengan harga pokok yang bersaing dan termasuk juga memproduksi refined white sugar (Gambar 2�). Dalam jangka menengah ditujukan pada pengem-bangan PG di luar Jawa dengan beberapa bentuk produk yang bisa di-hasilkan seperti gula putih, raw sugar dan refined white sugar. Dalam jangka panjang merupakan program pengembangan industri berba-sis tebu, seperti ethanol, alkohol dan bahan campuran bensin.

Page 65: Investasi Bagian Bc

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi AGRO INOVASI

65

Gambar 2�. Peta jalan (road map) program pengembangan industri tebu

6. Cengkeh

Cengkeh merupakan tanaman asli Indonesia, yang semulanya merupakan komoditas ekspor berubah menjadi komoditas yang ha-rus diimpor karena pesatnya perkembangan industri rokok kretek. Cengkeh merupakan salah satu bahan baku utama rokok kretek yang mencakup 80% produk rokok nasional. Sehingga peranan komodi-tas cengkeh melalui industri rokok kretek sangat signifikan dalam memacu pertumbuhan perekonomian nasional. Sumbangan industri rokok kretek terhadap PDB nasional mencapai Rp 2�,2 triliun dari perkiraan Rp 29 triliun penerimaan cukai rokok. Tenaga kerja yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan industri rokok kretek mencapai sekitar 6 juta.

Kegunaan produk tanaman cengkeh selain untuk rokok kretek, belum banyak dimanfaatkan. Padahal banyak produk turunan yang bernilai ekonomi dapat dihasilkan dari tanaman cengkeh (Gambar 2�). Salah satu produk turunan cengkeh yang sudah berkembang adalah minyak cengkeh. Dari minyak cengkeh sendiri dapat diproduksi ber-bagai jenis produk lanjutan seperti eugenol yang banyak dimanfaatkan untuk fungisida dan industri makanan dan farmasi, metyl eugenol un-tuk pembuatan insektisida, dan beberapa produk lainnya (iso eugenol, eugenol asetat dan vanilin) yang banyak digunakan industri flavor.

RefinedWhiteSugar

2005 20�0 20�5 2025

GulaHablur

GulaHablur

Gula PutihRaw Sugar

Refined White Sugar

Ethanol, AlkoholBahan Campuran

Bensin

Page 66: Investasi Bagian Bc

AGRO INOVASI

66

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi

Gambar 2�. Pohon industri cengkeh

Prospek pengembangan komoditas cengkeh di Indonesia sa-ngat cerah, terutama untuk mengisi pasar dalam negeri mengingat sampai saat ini status Indonesia dalam perdagangan cengkeh dunia adalah sebagai net importer. Selain sebagai bahan baku utama industri rokok, pengembangan komoditas cengkeh juga sangat prospek untuk memenuhi industri minyak cengkeh. Ekspor minyak cengkeh Indonesia cukup besar, yaitu lebih dari 60% dari kebutuhan dunia. Madagaskar dan Tanzania merupakan dua negara yang cukup potensial menjadi pesaing Indonesia dalam memproduksi cengkeh.

Batang

Tua dan Mati

Dahan dan Ranting

Bahan bangunan

Kayu bakarArang

Arang aktif

Daun

Minyak daun cengkeh

Industri farmasiPestisida nabati

Isolat dan turunannya

- Eugenol : industri makanan dan farmasi- Isoeugenol : industri flavor / fragrance- Eugenol asetat : industri flavor / fragrance- Vanillin : industri flavor / fragrance

Tepung daun kering Pestisida nabati

Bunga cengkeh Bunga kering

- Industri rokok- Rempah- Bahan baku pembuatan oleoresin cengkeh- Industri kerajinan

Tangkai bunga cengkeh

Minyak gagang cengkeh

- Industri farmasi- Industri makanan- Industri flavor/fragrance

CEN

GKEH

- Eugenol : industri makanan dan farmasi- Isoeugenol : industri flavor / fragrance- Eugenol asetat : industri flavor / fragrance- Vanillin : industri flavor / fragrance

Minyak daun cengkeh

- Eugenol : industri makanan dan farmasi- Isoeugenol : industri flavor / fragrance- Eugenol asetat : industri flavor / fragrance- Vanillin : industri flavor / fragrance

Batang

Daun

Bunga cengkeh

Tangkaibunga cengkeh

Minyakgagang cengkeh

Bunga kering

Tepung daun kering

Minyakdaun cengkeh

Dahan dan ranting

Tua dan Mati Bahan bangunan

Kayu bakarArang

Arang Aktif

Industri farmasiPestisida Nabati

Isolat dan turunannya

Pestisida Nabati

- Industri rokok- Rempah- Bahan Baku pembuatan oleoresin cengkeh- Industri kerajinan

Minyak daun cengkeh

- Eugenol: industri makanan dan farmasi- Isoeugenol: industri flavor/ fragrance- Eugenol asetat: industri flavor/ fragrance- Vanillin: industri flavor/ fragrance

- Industri farmasi- Industri makanan- Industri flavor/fragrance

- Eugenol: industri makanan dan farmasi- Isoeugenol: industri flavor/ fragrance- Eugenol asetat: industri flavor/ fragrance- Vanillin: industri flavor/ fragrance

- Eugenol: industri makanan dan farmasi- Isoeugenol: industri flavor/ fragrance- Eugenol asetat: industri flavor/ fragrance- Vanillin: industri flavor/ fragrance

CE

NG

KE

H

Page 67: Investasi Bagian Bc

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi AGRO INOVASI

67

Pengembangan komoditas cengkeh dan beberapa produk tu-runnya juga cukup menguntungkan bagi para pelakunya, seperti disa-jikan berturut-turut pada Tabel 2� – 25.Tabel 2�. Analisis kelayakan investasi tanaman cengkeh (�000 ha)Uraian NilaiNPV pada discoun faktor �8% (Rp Miliar) 5,�8IRR (%) 2�,20B/C �,5�Harga minimum cengkeh kering (Rp/kg) 25.625,0

Tabel 2�. Analisis kelayakan investasi usaha penyulingan daun cengkeh kapasitas 5000 liter

Uraian NilaiNPV pada discoun faktor �8% (Rp Juta) �0,�7IRR (%) 2�,00B/C �,26Harga maksimum daun cengkeh (Rp/kg) �72,0Harga minimum minyak cengkeh (Rp/kg 22.650,0

Tabel 25. Kelayakan investasi pada beberapa industri yang berbasis cengkeh.Produk Bahan Baku Perkiraan Investasi Jumlah Pertambahan B/C Unit Usaha nilaiEugenol Minyak Rp 85 juta, kapasitas 2 unit Rp �5 jt/ 000 lt �,�5 Cengkeh lt/produksi (�2000lt/th)

Balsem Minyak Rp �5 juta, Kapasitas �00 unit Rp �00/kemasan �,�0Cengkeh Cengkeh alat �00 kemasan @ �5 ml @ �5 ml produksi (�60000kemasan/th)

Fungsisida Minyak Rp �55 juta �0 unit Rp 20000/lt �,27Nabati Cengkeh Kapasitas lat �000 lt/

produksi (600000lt/th)

Sebagian besar produksi cengkeh digunakan oleh industri rokok kretek, dan sebagian kecil untuk industri minyak cengkeh dan in-dsutri balsem. Indonesia masih tercatat sebagai pengimpor cengkeh,

Page 68: Investasi Bagian Bc

AGRO INOVASI

68

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi

sehingga program pengembangan industri cengkeh ke dalam jangka pendek masih difokuskan indsutri yang telah berkembang saat ini melalui peningkatan pasokan bahan baku dalam negeri. Sementara pengembangan industri cengkeh dalam jangka menengah selain memperkuat industri yang telah berkembang juga diarahkan pada pengembangan industri eugenol yang berbasis cengkeh, sedangkan dalam program jangka panjang adalah mengembangkan industri fungsida nabati yang ramah lingkungan (Gambar 25).

Gambar 25. Peta jalan (road map) program pengembangan industri cengkeh

7. Kelapa

Kelapa merupakan bagian dari kehidupan bagi masyarakat Indonesia, karena hampir semua bagian tanaman ini dapat diman-faatkan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, sosial dan budaya. Arti penting tanaman ini bagi masyarakat yaitu tercermin dari luas areal perkebunan rakyat yang mencapai 98% dari total perkebunan yang ada dan melibatkan lebih dari � juta rumah tangga petani, dan itu pun belum termasuk tenaga kerja yang terlibat pada kegiatan pengolahan produk turunan dan hasil sampingannya yang sangat beragam.

Selama ini produk olahan kelapa masih terbatas. Padahal jika dikelola dengan baik, hampir semua bagian dari tanaman kelapa mem-punyai potensi nilai ekonomi (Gambar 26). Produk-produk yang dapat dihasilkan dari buah kelapa dan banyak diminati karena terbukti telah mempunyai nilai ekonomi tinggi adalah VCO, AC, CF, CP, CC serta oleo-

2005 20�0 20�5 2025

RokokKretekMinyak

CengkehBalsem

Cengkeh

RokokKretekMinyak

CengkehBalsem

Cengkeh

FungisidaNabati

Eugenol

Page 69: Investasi Bagian Bc

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi AGRO INOVASI

69

kimia yang dapat menghasilkan asam lemak, metil ester, fatty alkohol, fatty amine, fatty nitrogen, glyserol, dan lain sebagainya. Batang kelapa merupakan bahan baku industri furnitur dan bangunan.

Gambar 26. Pohon industri kelapa

KE

LA

PA

Daun

Pucuk Daun

Manggar Kelapa

Batang Kelapa

Pelepah Kering

Buah Kelapa

Akar

Sabut Kelapa

Tempurung

Kelapa Tua

Kelapa Muda

Air Kelapa

- Bingkai Lemari- Janur- Keranjang Sampah- Sapu Lidi- Sarang Ketupat- Tatakan- Tempat Buah

- Asinan- Bongol / Kelapa Muda- Lumpia

- Jenewer / Gin / Lambaneg- Ragi- Tuba

- Kipas- Sandal- Tas Tangan- Topi - Minuman Segar

- Cuka Kelapa- Kecap Kelapa- Nata de Coco- Minuman Isotonik- Minuman vinegar

- Buko Segar- Kue Kelapa- Manisan Serutan Kelapa- Salad Kelapa

- Perabot- Bahan Bangunan

- Bahan Obat-obatan- Bahan Pewarna- Bost beer

Produk Oleo-kimia- Metil ester- Fatty acid- Fatty alkohol sulfates- Fatty alkohol ethoxylates- Fatty amines- Gliserol- Medium Chain Triglyceride- Coco-monoglyceride- dan lain-lain

Minyak KelapaRBDKopra

Desicated Coconut

Minyak Kelapa Tradisional

Bungkil Kelapa

Pakan Ternak

Virgin Coconut Oil

- Arang Tempurung- Arang Aktif- Bahan Baku Industri Kerajinan- Obat Nyamuk- Tepung Batok Kelapa

- Serat Sabut Kelapa- Bahan Baku Industri Kerajinan- Pewarna Batik- Pektin

Page 70: Investasi Bagian Bc

AGRO INOVASI

70

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi

Peluang pengembangan agribisnis kelapa dengan produk ber-nilai ekonomi tinggi sangat besar dan mempunyai pasar yang cukup prospek, terutama untuk mengisi pasar ekspor. Produk kelapa na-sional sebagian besar (75%) merupakan komoditi ekspor, dan sisanya sekitar 25% untuk memenuhi permintaan pasar domestik. Selain di pasar domestik, permintaan pasar ekspor terhadap produk olahan ke-lapa pada umumnya menunjukkan kecenderungan yang meningkat.

Kontribusi usahatani kelapa terhadap pendapatan rumah tang-ga tani relatif masih sedikit, yaitu hanya sekitar sekitar Rp �,7 juta/ha/th atau Rp ��2 ribu/ha/bln, mengingat usaha ini pada umumnya masih merupakan usaha sambilan. Namun demikian, kinerja usaha beberapa industri berbasis kelapa yang sudah berkembang cukup menjanjikan (Tabel 26).

Tabel 26. Profil usaha beberapa produk yang berbasis kelapaJenis Produk Skala NPV B/C IRR PBP (Rp jt) (%) (th) nata de Coco Kecil 95� �,�2 �2,0 �Coconut Fiber Menengah 2.�62 2,�0 52,� 2activated Carbon Menengah 22.92� �,�2 2�,0 �brown sugar Kecil �.�96 2,�5 7�,0 �desicated Coconut Besar 8.670 �,5� 22,0 �

Seperti halnya sawit, sebagian besar hasil olahan dari komodi-tas kelapa adalah dalam bentuk CCO, sehingga nilai tambah dari komoditas ini belum banyak bisa nikmati, padahal kelapa dan CCO kalau diolah lebih lanjut mampu memberikan nilai tambah dan de-visa negara yang cukup besar. Untuk meraih nilai tambah tersebut, maka dalam jangka pendek program pengembangan industri kelapa difokuskan pada pengembangan industri minyak goreng dan industri VCO disertai dengan pasokan bahan baku yang semakin meningkat. Dalam jangka menengah, diharapkan sudah muncul industri-industri oleokimia tidak hanya berbasis bahan baku sawit/CPO saja, tetapi juga berbasis bahan baku kelapa/CCO. Agar nilai tambah dapat diraih

Page 71: Investasi Bagian Bc

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi AGRO INOVASI

7�

lebih secara maksimal lagi, maka program pengembangan industri kelapa dalam jangka panjang diarahkan pada industri-industri yang berbasis oleokimia (Gambar 27).

Gambar 27. Peta jalan (road map) program pengembangan industri kelapa

D. Komoditas Peternakan1. Unggas

Komoditas unggas (lebih dari 90% adalah kontribusi dari ayam ras) menduduki komoditas pertama untuk konsumsi daging di Indo-nesia yakni sebesar 56%. Meskipun demikian, sampai dengan akhir tahun 200�, konsumsi daging ayam ras dan telur di Indonesia juga masih rendah dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN lainnya. Kenyataan bahwa telah terjadi pertambahan penduduk, peningkatan pendapatan, urbanisasi, perubahan gaya hidup, serta peningkatan kesadaran akan gizi seimbang dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, memicu terjadinya lonjakan permintaan produk daging ayam dan telur setiap tahun.

Agribisnis hulu perunggasan berpotensi besar pada industri pa-kan, obat dan vaksin, dan pembibitan (Gambar 28). Komponen biaya produksi industri terbesar perunggasan adalah biaya pakan yang mencapai 60-80%. Sementara itu, impor jagung sebagai bahan baku

2005 20�0 20�5 2025

CCO

ProdukOlahan

Oleokimia

Oleokimia

MinyakGoreng

VCO

Page 72: Investasi Bagian Bc

AGRO INOVASI

72

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi

utama pakan terus meningkat dari tahun ke tahun. Jika industri ung-gas tumbuh dengan baik, maka kebutuhan akan jagung juga terus meningkat. Pengembangan komoditas jagung perlu mendapatkan perhatian baik oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat petani. Sementara itu Indonesia mempunyai potensi bahan pakan lain yang berasal dari limbah agroindustri. Kajian awal menunjukkan bahwa bahan-bahan tersebut berpotensi untuk digunakan sebagai salah satu komponen sumber energi bagi ayam dan itik.

Gambar 28. Pohon industri ternak unggas

Pada agribisnis hilir, peningkatan populasi ayam juga akan mengakibatkan melimpahnya hasil samping dari tindakan pemotong-an yaitu berupa cakar ayam dan jeroan. Hasil samping ini belum di-

KONSUMSIRUMAH TANGGA

PRODUKPeralatan RT

Peralatan Olah RagaBahan Baku Makanan Ternak

INDUSTRI PENGOLAHAN NON

MAKANAN

INDUSTRI PENGOLAHAN

MAKANAN

INDUSTRI PENGOLAHAN NON

MAKANAN

UNGGAS PETELUR

INDUSTRI PENGOLAHAN

MAKANAN

UNGGAS PEDAGING

INDUSTRI RPA

HILIR

HULU1. Industri Pakan2. Industri Obat dan Vaksin Hewan3. Industri Pembibitan4. Industri Peralatan Peternakan

BUDIDAYA UNGGAS1. Ayam ras pedaging2. Ayam ras petelur3. Ayam Buras4. Itik

1. Komersial Terintegrasi2. Usaha Rakyat Bermitra3. Usaha Mandiri (Komersial dan Usaha Rakyat).

DAGING SEGAR TELUR SEGAR

PRODUKOLAHAN

1. Bakso2. Sosis3. Corned4. Abon5. Nugget6. Burger

PRODUKOLAHAN

Tepung TelurTelur Asin

Page 73: Investasi Bagian Bc

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi AGRO INOVASI

7�

manfaatkan secara optimal, dimana melalui teknologi yang seder-hana, hal ini dapat menjadi peluang usaha untuk investasi di bidang pengolahan industri pangan (keripik cakar dan jeroan). Bulu itik juga masih sangat berpotensi untuk diolah. Hal ini ditunjukkan masih banyak bulu itik yang belum dimanfaatkan untuk diolah sebagai ko-moditas ekspor yang bernilai. Dengan adanya teknologi separasi bulu diharapkan bulu itik yang dihasilkan dapat meningkatkan mutu dan harga menjadi relatif lebih tinggi.

Unggas memiliki prospek pasar yang sangat baik dan merupa-kan pendorong utama penyediaan protein hewani nasional. Salah satu prospek pasar yang menarik dan perlu dikembangkan adalah industri pakan unggas. Daya saing produk perunggasan dinilai merupakan tantangan yang cukup kuat bagi perkembangan industri perunggasan, terlebih jika dikaitkan dengan pasar global. Komponen terbesar untuk memperoleh produk yang berdayasaing terletak pada aspek pakan, dimana biaya pakan ini merupakan komponen tertinggi dalam komposisi biaya produksi industri perunggasan. Bukti empiris menunjukkan bahwa lemahnya kinerja penyediaan bahan baku pakan menjadi salah satu kendala dalam menghasilkan produk unggas yang berdayasaing. Apalagi jika hal ini dikaitkan dengan bahan baku utama pakan unggas yang sebagian besar terdiri dari jagung, dimana impor jagung untuk kebutuhan pakan unggas terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada akhir tahun 200� hal tersebut mencapai �,7 juta ton. Jika konsumsi pakan unggas mencapai 7,2 juta ton, maka diperlukan jagung sebesar �,5 juta ton. Diproyeksikan masing-masing pada tahun 20�0 dan tahun 2020, impor jagung dapat mencapai � juta ton dan 8 juta ton jika produksi jagung nasional tidak tumbuh. Jagung untuk pakan unggas memiliki prospek pasar yang sangat baik, dimana dinyatakan bahwa jika industri unggas tumbuh dengan baik, maka kebutuhan akan jagung juga terus meningkat.

Arah pengembangan agribisnis unggas difokuskan untuk me-mantapkan dan memperluas industri perunggasan dalam rangka merespon peningkatan permintaan di dalam negeri. Mengingat popu-lasi unggas yang rata-rata meningkat cukup tinggi (sekitar 5-�0%)

Page 74: Investasi Bagian Bc

AGRO INOVASI

7�

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi

setiap tahunnya maka pengembangan unggas ke depan harus mulai dipikirkan di luar Jawa, dengan pertimbangan ketersediaan pasokan bahan pakan masih memungkinkan dan prospek pemasaran yang baik. Sampai dengan 20�0 pengembangan unggas di sektor budidaya diarahkan untuk penyediaan daging dan telur ayam dan resistensi terhadap penyakit. Di sektor industri hulu, pengembangan diarahkan pada optimalisasi pemanfaatan bahan baku lokal, terutama jagung, untuk menjamin kontinuitas suplai yang dibutuhkan oleh pabrik pa-kan. Program ekstensifikasi berupa pembukaan perkebunan jagung dengan sistem PIR dapat dilakukan guna meningkatkan produksi ja-gung nasional. Untuk industri hilir, produksi daging dan telur selain untuk memenuhi permintaan nasional, juga diarahkan untuk pening-katan nilai tambah melalui industri pengolahan makanan. Produk olahan seperti bakso, sosis, corned, tepung telur atau telur asin nantinya akan mampu memenuhi kebutuhan protein masyarakat.

Profil usaha di sektor primer menunjukkan bahwa usaha peter-nakan ayam ras pedagang cukup memberikan peluang usaha yang baik, sepanjang manajemen pemeliharaan mengikuti prosedur dan ketetapan yang berlaku. Hal ini ditunjukkan dengan nilai B/C yang diperoleh secara berturut-turut sebesar �,�6; �,28 dan �,25 pada usaha mandiri, pola kemitraan inti-plasma dan pola kemitraan poul-try shop dengan skala usaha �5 ribu ekor (Tabel 27). Indikasi yang hampir sama juga terjadi pada ayam ras petelur pada skala usaha �0 ribu ekor, dengan nilai B/C adalah �,29 dan �,�� masing-masing untuk usaha mandiri dan pola kemitraan dengan poultry shop. Hal ini memberikan indikasi bahwa usaha pe-ternakan ayam ras petelur mempunyai keuntungan yang relatif baik bagi para peternak. Sedangkan hal tersebut untuk usaha ayam lokal dan ternak itik masing-masing nilai B/C adalah �,0� dan �,2.

Page 75: Investasi Bagian Bc

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi AGRO INOVASI

75

Tabel 27. Profil usaha ternak unggas (juta rupiah)Uraian Usaha Mandiri Pola Inti Plasma Pola Poultry shopAyam Ras PedagingSkala Usaha �5.000 �5.000 �5.000Investasi/Modal Kerja 256,0 �29,9 �28,5Total Biaya �62,2 �,� 2,9Penerimaan �89,9 �70,8 �6�,6Pendapatan 25,8 �7,6 ��,2B/C �,�6 �,28 �,25Ayam Ras PetelurSkala Usaha �0.000 �0.000Investasi/Modal Kerja 680,0 �.0�9,9Total Biaya �.�2�,7 70,5Penerimaan �.708,6 �.266,�Pendapatan �8�,9 ��5,6B/C �,29 �,��Ayam Lokal ItikSkala Usaha �.000 Skala Usaha �.000Investasi/Modal Kerja 5.0 Investasi/Modal Kerja ��,9Total Biaya �7,6 Total Biaya �09,8Penerimaan �8,� Penerimaan ���,7Pendapatan 0,8 Pendapatan 2�,9B/C �,0� B/C �,20

2. Sapi

Daging merupakan salah satu bahan pangan yang sangat penting dalam mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, serta merupakan komoditas ekonomi yang mempunyai nilai sangat strategis. Untuk memenuhi kebutuhan daging di Indonesia saat ini berasal dari (i) unggas (broiler, petelur jantan, ayam kampung dan itik), (ii) sapi (sapi potong, sapi perah dan kerbau), (iii) babi, serta (iv) kambing dan domba (kado). Dari keempat jenis daging tersebut, hanya konsumsi daging sapi (<2 kg/kapita/tahun) yang masih belum dapat dipenuhi dari pasokan dalam negeri, karena laju peningkatan permintaan tidak dapat diimbangi oleh pertambahan populasi.

Potensi komoditas sapi yang dapat dikembangkan untuk menunjang usaha sapi potong adalah bahan mentah utama yang

Page 76: Investasi Bagian Bc

AGRO INOVASI

76

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi

dihasilkan seperti daging, susu dan kulit (Gambar 29). Pengem-bangan ini dapat menghasilkan produk ikutan berupa kompos yang sangat dibutuhkan untuk menjaga kesuburan lahan. Potensi lainnya adalah produk turunan yang berupa kulit samak, terutama untuk pengembangan 5-20 tahun mendatang.

Total impor daging dan sapi potong pernah mencapai setara atau sekitar 600.000-700.000 ekor/tahun (2002), dan jumlah ini sepenuhnya akan dipenuhi dari dalam negeri, maka sedikitnya diper-lukan tambahan populasi induk sekitar � juta ekor, yang akan beraki-bat total populasi harus bertambah 2-2,5 juta ekor. Sementara itu bila dalam 5-�0 tahun mendatang rata-rata konsumsi daging mening-kat dan mencapai � kg/kapita/tahun, diperlukan tambahan populasi (induk, sapihan dan bakalan) sekitar �-�,5 juta ekor.

Gambar 29. Pohon industri agribisnis sapi

Page 77: Investasi Bagian Bc

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi AGRO INOVASI

77

Angka-angka tersebut memberi gambaran bahwa prospek industri sapi di Indonesia cukup menjanjikan. Bila dalam �0 tahun mendatang akan diarahkan untuk melakukan substitusi impor secara selektif, maka sedikitnya diperlukan ketersediaan lahan dan/atau pakan untuk mengakomodasi penambahan populasi sebesar 5-6 juta ekor. Saat ini masih tersedia kawasan perkebunan yang relatif kosong ternak seluas > �5 juta ha, lahan sawah dan tegalan yang belum optimal dimanfaatkan untuk pengembangan ternak > �0 juta ha, serta lahan lain yang belum dimanfaatkan secara optimal > 5 juta ha di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Setiap ha kawasan perkebunan atau pertanian sedikitnya mampu menyediakan bahan pakan untuk �-2 ekor sapi, sepanjang tahun. Inovasi teknologi memungkinkan untuk mengolah hasil samping dan limbah pertanian maupun agroindustri sebagai pakan murah.

Tantangan yang akan dihadapi adalah meningkatkan gairah peternak untuk bersaing karena kecenderungan peningkatan impor daging dan sapi bakalan maupun sapi potong bukan semata-mata disebabkan karena senjang permintaan dan penawaran, tetapi juga karena adanya kemudahan dalam pengadaan produk impor (volume, kredit, transportasi) serta harga produk yang memang relatif murah.

Dalam dasawarsa terakhir ini ada kecenderungan impor daging dan sapi hidup jumlahnya terus meningkat, kecuali sesaat setelah krisis tahun �997. Menurut laporan ACIAR (2002), pada tahun 2000 perbandingan impor daging, jerohan dan sapi hidup mendekati �:�:�. Sementara itu pada tahun 2002 impor sapi hidup telah mencapai > �20.000 ekor. Namun akhir-akhir ini telah terjadi perubahan (penu-runan impor) yang cukup signifikan. Kondisi ini telah menyebabkan harga daging di dalam negeri sangat baik dan merangsang usaha pe-ternak sapi di pedesaan. Secara nasional populasi sapi potong dari ta-hun �99�-2002 mengalami penurunan sebesar �,�% per tahun. Saat ini populasi sapi dan kerbau di Indonesia mencapai jumlah lebih dari ��,5 juta ekor. Oleh sebab itu, Arah pengembangan ternak sapi mela-lui peningkatan populasi ternak dapat dilakukan melalui beberapa cara, antara lain: (i) mempercepat umur beranak pertama, dari > �,5

Page 78: Investasi Bagian Bc

AGRO INOVASI

78

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi

tahun menjadi < �,5 tahun, (ii) memperpendek jarak beranak dari > 8 bulan menjadi sekitar �2-�� bulan sehingga akan ada tambahan jum-lah anak selama masa produksi sekitar 2 ekor/induk, (iii) menekan angka kematian anak dan induk, (iv) mengurangi pemotongan ternak produktif dan ternak kecil/muda, (v) mendorong perkembangan usaha pembibitan penghasil sapi bibit, serta (vi) menambah populasi ternak produktif, melalui impor sapi betina produktif.

Pada industri hulu, biaya terbesar untuk menghasilkan sapi baka-lan atau daging adalah pakan, yang dapat mencapai 70-80%. Ke de-pan, arah pengembangan industri hulu ini difokuskan untuk membuat pola integrasi yang berdampak pada pengurangan biaya pakan usaha cow calf operation secara signifikan, sehingga produk yang dihasil-kan mempunyai daya saing yang sangat tinggi. Namun untuk usaha penggemukkan diperlukan dukungan khusus berupa ransum rasional yang berkualitas namun tetap murah. Dalam hal ini yang terpenting adalah biaya ransum untuk meningkatkan pertambahan bobot badan masih ekonomis. Usaha agribisnis hulu lain yang perlu dikembangkan adalah penyediaan calon-calon induk; dan pejantan unggul, baik un-tuk keperluan IB maupun pejantan untuk kawin alam.

Industri hilir yang dapat dikembangkan untuk menunjang usa-ha sapi potong pada diagram pohon industri agribisnis sapi potong adalah pengolahan bahan mentah utama yang akan dihasilkan seper-ti daging, susu dan kulit. Fasilitas utama dan pertama yang diperlukan adalah Rumah Potong Hewan (RPH) dan tempat penyimpanan produk yang memadai.

Profil usaha penggemukkan sapi skala �000 ekor sapi bakalan se-tiap siklus dengan � siklus per tahun, akan diperoleh keuntungan bersih sebesar Rp. �,8� miliar dengan R/C rasio �,�8 (Tabel 28). Profil usaha cow-calf operation (pembibitan) sapi skala �500 ekor induk untuk meng-hasilkan �000 ekor sapi bakalan per

Page 79: Investasi Bagian Bc

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi AGRO INOVASI

79

tahun, akan diperoleh keuntungan sebesar Rp. 0,�2 miliar dengan R/C rasio �,2�. Sedangkan profil usaha pabrik pakan skala �0 ton per hari, akan diperoleh keuntungan sebesar Rp. 0,5 miliar per tahun dengan R/C rasio �,��.

Tabel 28. Profil usaha ternak sapi dan pabrik pakan (miliar rupiah)

Komponen Sapi Sapi Pembibitan Produksi Penggemukkan Pakan

Skala Usaha �.000 ekor �.500 ekor induk �0 ton/hariInvestasi yang diperlukan �,7� 0,6� �,��Modal Kerja �,00 6,00 0,50Penerimaan �2,5� 2,�2 2,�0Penjualan sapi �2,�8 �,8� -Penjualan Pupuk 0,��5 0,5�7 -Penjualan produk - - 2,�0Pengeluaran �0,75* �,99** �,60Pakan �,00 �,86 �,00***Obat-obatan 0,05 0.005 -Tenaga Kerja 0,25 0,05 0.50IB - 0,�0 -Lain-lain 0,�� 0,00� 0.�0Keuntungan �,78 0,�� 0,50R/C ratio �,�6 �,2� �,��

Keterangan: * termasuk pembelian sapi bakalan � X periode @ �000 ekor ** tidak termasuk pembelian sapi induk *** pembelian bahan dasar pakan

3. Kambing dan Domba

Kambing dan domba (Kado) mempunyai peran yang sangat strategis bagi kehidupan masyarakat pedesaan dan berkembang di hampir seluruh wilayah Indonesia. Kado mampu berkembang dan bertahan di semua zona agro-ekologi dan hampir tidak terpisahkan

Page 80: Investasi Bagian Bc

AGRO INOVASI

80

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi

dari sistem usahatani. Pemasaran produk kado sebagian besar un-tuk memenuhi kebutuhan warung sate kambing, dan hanya sebagian kecil dipasarkan untuk keperluan konsumsi rumah tangga. Namun hasil ikutannya berupa kulit sangat penting bagi industri kulit skala besar maupun rumah tangga (Gambar �0). Fungsi dan peran ter-penting lainnya dari ternak ini adalah untuk kepentingan dalam sis-tem usahatani, serta sosial budaya seperti: qurban dan akikah, seni ketangkasan domba, dan penghasil susu.

Dari populasi 22 juta ekor ternak kado yang tersebar di Indone-sia dapat dihasilkan sekitar �0-�� juta ekor anak per tahun. Produksi ini dapat mencukupi kebutuhan kado di dalam negeri. Dengan adanya tambahan permintaan untuk keperluan konsumsi di dalam negeri, kebutuhan hewan qurban serta untuk keperluan akikah, diperkirakan diperlukan tambahan ternak siap jual sekitar 5 juta ekor/tahun dalam �0 tahun ke depan. Ditinjau dari aspek pasar, pengembangan usa-ha ternak kado mempunyai prospek yang cukup baik untuk dikem-bangkan. Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi di dalam negeri saja diperlukan tidak kurang dari 5,6 juta ekor/tahun. Permintaan dari ne-gara tetangga seperti Malaysia, Brunei Darussalam dan Arab Saudi, mengakibatkan permintaan tersebut semakin sulit untuk dipenuhi. Guna mencukupi pasar Idul Adha saja, setiap tahun Arab Saudi me-merlukan 2,5 juta ekor kado dari Indonesia. Sementara itu, Malaysia dan Brunei Darussalam memerlukan 200 ribu ekor kado.

Arah pengembangan budi-daya ternak kado dapat dilaku-kan melalui peningkatan populasi dan kualitas ternak karena dalam �0 tahun mendatang diperkirakan ada tambahan permintaan sam-pai 5 juta ekor kado setiap tahun-nya, baik untuk tujuan konsumsi, qurban, akikah ataupun ekspor. Pengembangan ternak tipe perah atau dwiguna diharapkan dapat menjawab permintaan khusus

Page 81: Investasi Bagian Bc

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi AGRO INOVASI

8�

yang cukup potensil. Usaha untuk mendorong pengembangan ternak untuk tujuan ekspor merupakan salah satu alternatif yang harus di-lakukan, dengan resiko pasokan kulit di dalam negeri akan berkurang. Di lain pihak pengembangan usaha di hilir seperti industri penyamakan kulit sangat prospektif. Saat ini kapasitas terpasang pabrik industri penyamakan kulit baru terpenuhi �0%.

Keterangan: * potensial dan prospektif; ** potensial dan prospektif, teknologi masih perlu, memerlu

kan investasi pemerintah untuk riset

Gambar �0. Pohon industri kambing dan domba (kado)

Profil usaha ternak kambing dan domba komponennya meli-puti penyediaan lahan, kandang, peralatan dan ternak induk. Biaya produksi terdiri dari biaya operasional baik biaya tetap berupa biaya penyusutan dan biaya tidak tetap yang habis dalam satu periode produksi. Komponen penerimaan terdiri dari penjualan anak lepas sapih dan ternak afkir pada periode pembesaran serta ternak bakalan

KambingDomba

Hewan hidup

Daging segar/Susu

Kulit samak*

Kulit segar

Limbah

Kulit Domba*

Hewan qurban/akikah

Qurban/akikah

EKSPORPDB / DEVISA

Table food (Sate/steak), susu segar

Dendeng, abon, sosis, keju, yoghurt

Prod. Fashion

Prod. Fashion

Table food

Kalsium**

Pakan

Produk suplemen

Jerohan(hati, usus)

Kotoran/manure

Krupuk

Tulang

Kulit afkirKulit samak*

Sumber kalsiumdan phosphor

Pupuk organik/pengamanan lingkungan

Kerajinan Tangan/souvenier

Page 82: Investasi Bagian Bc

AGRO INOVASI

82

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi

umur satu tahun pada periode penggemukkan. Nilai B/C yang diper-oleh adalah �,�7 dan �,�9 masing-masing pada usaha pembesaran dan penggemukkan (Tabel 29). Hal ini menunjukkan bahwa usaha peternakan kado cukup memberikan prospek yang baik bagi usaha peternakan rakyat.

Tabel 29. Profil usaha ternak kambing dan domba (juta rupiah).

Uraian Pembesaran Kado Penggemukkan Kado

Jumlah Betina 90 Jumlah Jantan �0 Jumlah Ternak Bakalan �2�Investasi/Modal Kerja ��9,� �72,9Total Biaya 65,8 6�,0Penerimaan 77,� 8�,7Pendapatan ��,� 2�,7B/C �,�7 �,�9

Page 83: Investasi Bagian Bc

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi AGRO INOVASI

8�

VI. PERKIRAAN KEBUTUHAN INVESTASI

A. Kebutuhan Investasi Sektor Pertanian

Perkiraan kebutuhan investasi sektor pertanian selama periode 2005-2009 sebesar Rp 96,5 triliun dengan rincian sub sektor tanam-an pangan dan hortikultura Rp 2�,6 triliun, sub sektor perkebunan Rp ��,8 triliun dan sub sektor peternakan Rp 29,0 triliun (Tabel �0).Tabel �0. Perkiraan kebutuhan investasi total sektor pertanian, 2005-2009 (Rp miliar)

Tahun Pangan & Hortikultura Perkebunan Peternakan Pertanian2005 �.090 6.66� �.687 �5.��02006 �.�75 7.660 5.209 �7.2��2007 �.7�0 8.667 5.766 �9.���2008 5.057 9.778 6.�6� 2�.�992009 5.��5 ��.00� 7.007 2�.�26Total 2�.6�7 ��.772 29.0�� 96.�52

B. Kebutuhan Investasi Komoditas Unggulan

Kebutuhan investasi revitalisasi pertanian untuk �7 komoditi yang menjadi prioritas pembangunan pertanian lima tahun mendatang (periode 2005–20�0) diperkirakan mencapai Rp. ��5,8 triliun. Sebagian besar kebutuhan investasi tersebut berasal dari pihak swasta yang mencapai Rp. 79,5 triliun atau sebesar 5�,5 persen, diikuti kebutuhan investasi publik/masyarakat dan pemerintah masing-masing sebesar Rp. 52,9 triliun (�6,2 persen) dan Rp. ��,5 triliun (9,� %) (Tabel ��).

Kebutuhan investasi komoditas perkebunan merupakan yang terbesar yaitu mencapai Rp. 68,� triliun, diikuti peternakan Rp. 5�,� triliun, tanaman pangan Rp. �8,6 triliun dan hortikultura Rp. 7,8 triliun. Kebutuhan investasi komoditas perkebunan, peternakan dan hortikultura sebagian besar berasal dari kebutuhan investasi pihak swasta, sementara untuk komoditas tanaman pangan kebutuhan investasi terbesarnya berasal dari investasi publik.

Page 84: Investasi Bagian Bc

AGRO INOVASI

8�

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi

Tiga komoditas yang membutuhkan investasi terbesar adalah kelapa sawit, unggas dan tanaman obat masing-masing diperkirakan mencapai Rp. 27,� triliun, Rp. 2�,5 triliun dan Rp. 2�,7 triliun. Sementara untuk komoditas padi, jagung, kedelai dan tebu, total kebutuhan investasi masing-masing komoditas sebesar Rp. ��,7 triliun, Rp. �,0 triliun, Rp. 2,6 triliun dan Rp. 8,2 triliun.

Page 85: Investasi Bagian Bc

ProsPek dan arah Pengembangan agribisnis :rangkuman kebutuhan investasi AGRO INOVASI

85

Tabel ��. Nilai investasi pengembangan agribisnis komoditas pertanian 2005 – 20�0

Perkiraan Kebutuhan Investasi (Rp)Komoditas Sektor Tahun 2005 - 20�0 Investasi Publik Pemerintah Swasta Total ( � ) ( 2 ) ( � ) ( � ) + ( 2 ) + ( � )

Tanaman Pangan

Padi Primer - 6�6.600.000 9.��.000.000 �0.250.600.000 Olahan - - �.��0.000.000 �.��0.000.000 Infrastruktur - - 7�.600.000 7�.600.000 Total - 6�6.600.000 ��.��7.600.000 ��.76�.200.000 Jagung Primer 2�.22�.859 �20.000.000 5��.200.000 68�.�2�.859 Olahan - - �98.500.000 �98.500.000 Infrastruktur - - - - Total 2�.22�.859 �20.000.000 9�9.700.000 �.082.92�.859 Kedelai Primer - ��8.000.000 587.�90.000 905.�90.000 Olahan - - �,��0.000.000 �.��0.000.000 Infrastruktur - - �50.000.000 �50.000.000 Total - ��8.000.000 2.�77.�90.000 2.695.�90.000 Padi Hibirda Total 6.0�0.000 9.0�0.000 �5.�00.000.000 �0.200.000Gandum Total �.80�.000 5.706.000 9.5�0.000.000 �9.020.000Kc. Tanah Total �.0�0.000 6.0�5.000 �5.�00.000.000 20.050.000

Total Tanaman Pangan �7.078.859 �.075.�8�.000 �7.�99.�25.000 �8.6��.58�.859

Hortikultura

Pisang Primer 5.�2�.�50 - ��9.520.000 �2�.9��.�50 Olahan - - ��.500.000 ��.500.000 Infrastruktur - - - - Total 5.�2�.�50 - ���.020.000 ��8.���.�50 Jeruk Primer �.809.8��.�6� - ��5.998.502 �.955.809.866 Olahan 2�7.8�8 - �.086.829.558 �.087.0�7.�96 Infrastruktur �.�8�.720 �.82�.66� �.087.8�9.000 �.09�.825.�8� Total �,8��,2��,922 �.82�.66� �.�20.6�7.060 6.��7.682.6�6 Bawang Merah Primer 909.��2.000 �7�.000 ��.8��.000 9��.7�7.000 Olahan - - �.500.000 �.500.000 Infrastruktur - - - - Total 909.��2.000 �7�.000 �6.���.000 9�6.2�7.000 Anggrek Primer 2�.22�.859 �20.000.000 - ���.22�.859 Olahan - - �97.2��.000 �97.2��.000 Infrastruktur - �0.000.000 7.560.000 �7.560.000 Total 2�.22�.859 �50.000.000 �0�.79�.000 578.0�7.859

Total Hortikultura 2.75�.27�.9�� �5�.295.66� �.89�.79�.060 7.800.�60.655

Peternakan

Unggas Total 8.000.000.000 2.�50.000.000 ��.050.000.000 2�.500.000.000 Sapi Total ��.500.000.000 2.500.000.000 8.000.000.000 2�.000.000.000 Kado Total �.750.000.000 650.000.000 �00.000.000 2.800.000.000 Total Peternakan 2�.250.000.000 5.600.000.000.000 22.�50.000.000 5�.�00.000.000