laporan bc

32
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan merupakan salah satu industri yang berkembang di Indonesia. Sebagai industri yang padat modal dan berteknologi tinggi, disamping itu terkait dengan masalah transportasi maka diperlukan sinergi antara jumlah dan jenis alat yang sesuai dalam penanganannya diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Hal ini dimaksudkan agar industri pertambangan diIndonesia dapat berjalan seefektif dan seefisien mungkin, selain itu pula industri pertambangan merupakan industri yang mimiliki kebutuhan yang cukup besar salah satu kebutuhan yang cukup besar adalah dari segi alat dan dengan jumlah alat yang besar membutuhkan pengaturan yang cukup terampil agar semua alat dapat aktif bekerja mulai dari proses penambangan sampai dengan proses pengolahan dan pengapalan. Oleh karena itu Kuliah Lapangan Tambang (KLT) merupakan salah satu kegiatan praktek lapangan, Mahasiswa Fakultas 1

Upload: amhy-chipiitt

Post on 24-Oct-2015

23 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

jgfghfgjfjfj

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri pertambangan merupakan salah satu industri yang berkembang di

Indonesia. Sebagai industri yang padat modal dan berteknologi tinggi, disamping itu terkait

dengan masalah transportasi maka diperlukan sinergi antara jumlah dan jenis alat yang sesuai

dalam penanganannya diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Hal ini

dimaksudkan agar industri pertambangan diIndonesia dapat berjalan seefektif dan seefisien

mungkin, selain itu pula industri pertambangan merupakan industri yang mimiliki kebutuhan

yang cukup besar salah satu kebutuhan yang cukup besar adalah dari segi alat dan dengan

jumlah alat yang besar membutuhkan pengaturan yang cukup terampil agar semua alat dapat

aktif bekerja mulai dari proses penambangan sampai dengan proses pengolahan dan

pengapalan.

Oleh karena itu Kuliah Lapangan Tambang (KLT) merupakan salah satu kegiatan

praktek lapangan, Mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Teknik Pertambangan Universitas

Veteran Republik Indonesia-Makassar. Dengan adanya kegiatan ini kami dari kelompok II

mengambil tema pengamatan “ Sistem Transportasai Pada Front Penambangan

Pengolahan Dan Pengapalan Pada PT Berau Coal Kecamatan Tanjung Reddep

Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan Timur.

1.2 Identifikasi Lingkup Pengamatan

adapun hal-hal terhadap lingkup pengamatan antara lain adalah :

a. Banyaknya jumlah alat muat dan alat angkut yang beroperasi pada site Binungan.

b. Adanya target pemasaran batubara yang spesifik pada site Binungan di tahun 2011.

1

1.3 Rumusan Tahap Lingkup Pengamatan

1.3.1 Penelitian

berdasarkan identifikasi lingkup pengamatan, maka perlu di lakukan rumusan sebagai

berikut

a. Berapa jumlah alat muat dan alat angkut pada site Binungan.

b. Berapa jumlah perton batubara yang dipasarkan tahun 2011 pada site Binungan.

1.3.2 Tujuan Pengamatan

Adapun Tujuan Pengamatan yang ingin dicapai adalah :

a. Untuk mengetahui jumlah alat muat dan alat angkut pada site binungan

b. Untuk mengetahui jumlah pemasaran batubara pada thun 2011 di site Binungan

1.3.3 Batasan Masalah

Permasalahan yang dihadapi dalam suatu kegiatan penambangan cukup kompleks,

agar penulisan laporan tidak keluar dari pokok permasalahan serta hasil penelitian dilapangan

dengan waktu yang minimal untuk dimanfaatkan, maka penulis membatasi pada jumlah alat

muat dan alat angkut di site Binungan pada proses penambangan, pengolahan, dan

pengapalan.

1.4 Metode Penelitian dan Pemecahan Masalah

1.4.1 Metode Penelitian

metode penelitian yang digunakan terdiri dari pengambilan data, pengolahan data, dan

analisis data. Adapun teknisnya adalah :

a. Teknik pengambilan data

pengambilan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara serta pengumpulan

data-data perusahaan.

b. Teknik Pengolahan data

2

Data dari hasil penelitian diolah dengan cara menggabungkan seluruh data yang yang

diperoleh untuk mendapatkan data yang akurat, hingga hasil penelitian dapat dirumuskan

untuk penyelesaian masalah.

c. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan melakukan dialog terhadap pihak perusahaan.

1.4.2. Pemecahan Masalah

Dari perumusan masalah yang telah teridentifikasi, data-data kemudian disatukan dan

diurutkan secara sistematis sesuai prosedur kegiatan penelitian. Setelah dilakukan

pembahasan, maka akan diperoleh beberapa solusi terhadap masalah yang terjadi dilapangan.

3

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1. Sejarah Singkat PT Berau Coal

PT Berau Coal adalah perusahaan tambang batubara yang berlokasi di Berau,

Kalimantan Timur dan termasuk salah satu produsen batubara lima besar di Indonesia. PT

Berau Coal berdiri sejak 5 April 1983, melalui Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan

Batubara (PKP2B). Saat ini luas area konsesi PT Berau Coal adalah 118,400 hektar.  . Berau

coal adalah perusahaan joint venture antara PT. Armadian Tritunggal (51 %), Aries

Investment Ltd. (Matta) (39%), soljitz corporation (10 %).

PT. Berau Coal mempunyai 3(tiga) daerah operasi, adapun area tersebut adalah sebagai

berikut : 

 Area Lati.     

Mulai berproduksi sejak 1995, dengan kualitas batubara Agathis dan Sungkai.

Tambang ini memiliki kapasitas produksi sebesar 11,6 juta MT setiap tahunnya,

dengan cadangan sebesar 144 juta MT. Karakter endapan batubara Lati adalah sin klin. 

 Area Binungan.

Untuk Mulai produksi sejak 1996 dengan kualitas batubara yang dihasilkan adalah 

Mahoni B dan Sungkai. Tambang ini terbagi pada Blok 1-4, Blok 5-6 dan Blok 7. 

Tambang ini memiliki kapasitas produksi sebesar 4,8 juta MT per tahun, dengan 

cadangan sebesar 281 juta MT. 

Area Sambarata 

4

Mulai produksi sejak 2001 dengan kualitas batubara yang dihasilkan adalah Mahoni A dan

Mahoni B. Area tambang Sambarata terbagi pada blok A, B dan B1.

Tambang ini memiliki kapasitas produksi sebesar 4,3 juta MT per tahun, dengan total

cadangan diperkirakan mencapai 117 juta MT. 

untuk kegiatan “ Kuliah Lapangan Tambang (KLT)“ kami mengunjungi site binungan.

5

2.2. Keadaan Geografis

6

2.2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah

Daerah penambangan PT. Berau Coal secara administratif PKP2B BC terletak diKec

GunungTabur, Segah, Teluk Bayur, Tanjung Redeb, dan Sambaliung di Kab Berau, Provinsi

Kalimantan Timur dan secara Geografis terletak pada koordinat 117 7’48” -117 38’18”

Bujur Timur (BT) dan 1 52’24” -2 25’6”LS. Untuk mencapai lokasi penambangan dapat di

tempuh melalui rute : Makassar – Tarakan dengan menggunakan pesawat Lion Air yang

dapat ditempuh dengan waktu kurang lebih 3 jam. Kemudian dilanjutkan dari Tarakan ke

Bulungan dengan menggunakan kapal dengan waktu tempuh kurang lebih 2 jam. Selanjutnya

dari Bulungan – Berau Kota dengan menggunakan kendaraan roda empat dapat ditempuh

dengan waktu kurang lebih 2 jam.

2.2.2 Iklim dan Curah Hujan

Daerah praktek beriklim tropis dengan dua misim, yaitu musim kemaraudan musim hujan.

2.3 Demografi Penduduk

2.3.1 Jumlah penduduk

Kabupaten Berau adalah salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur,

Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Tanjung Redeb. Kabupaten ini memiliki luas

wilayah 34.127,47 km² dan berpenduduk sebesar kurang lebih 179.444 jiwa Kabupaten Berau

berasal dari Kesultanan Berau yang didirikan sekitar abad ke-14. Menurut sejarah Berau,

Raja pertama yang memerintah bernama Baddit Dipattung dengan gelar Aji Raden Surya

Nata Kesuma dan Isterinya bernama Baddit Kurindan dengan gelar Aji Permaisuri. Pusat

pemerintahan kerajaan pada awalnya berkedudukan di Sungai Lati (sekarang menjadi lokasi

pertambangan Batu Bara PT. Berau Coal).

2.3.2 Sosial Penduduk

7

Masyarakat di Berau cukup beranekaragam, bagian terbesarnya adalah pendatang

yang berasal dari Jawa maupun Sulawesi. Sedangkan suku aslinya adalah masyarakat Suku

Tidung, dengan komposisi Suku Jawa 26,85 %, Bugis 25,11 %, Tidung 11,29 %, Banjar

9,97 % dan suku lainnya 26,78 %.

Berdasarkan agama yang dianut masyarakatnya pun juga beragam, meliputi: islam

87,67%, Kristen Protestan/Katolik 12,13%, Hindu 0,03%, serta Budha 0,17%. Dengan Sarana

ibadah yang ada di wilayah ini terdiri dari mesjid 14 buah, langgar/mushalla 4 buah dan

gereja 5 buah serta vihara 1 buah. Dengan keanekaragaman tersebut, maka secara budaya dan

adat istiadat pun juga beragama. Masing-masing suku yang ada secara khas menampilkan

budayanya masing-masing, seperti Jawa, Bugis, Banjar, Tidung maupun lainnya.

2.3.3 Perekonomian Penduduk

Sebagian masyarakatnya bekerja sebagai tenaga kerja/karyawan di PT Berau Coal,

PNS, petani kebun dan sebagian lainnya menjadi nelayan.

2.4. Keadaan Geologi

2.4.1. Geomorfologi

Geomorfologi Regional

Geomorfologi regional terdiri dari Satuan Perbukitan Bergelombang Lemah, Satuan Tubuh

sungai, dan Satuan Rawa.

Geomorfologi Lokal

Stadia geomorfologi daerah penelitian secara umum adalah stadia dewasa.

2.4.2. Stratigrafi

8

stratigrafi daerah penelitian termasuk dalam Formasi Lati, yang terdiri dari tiga satuan

batuan, dari tua ke muda yaitu Satuan batulempung Lati, Satuan batupasir Lati, dan Endapan

Aluvial

BAB III

PEMBAHASAN

9

3.1 Aspek Kegiatan Transportasi Pada Proses Penambangan

Cadangan batubara ditambang secara berlipat ganda dengan menggunakan teknik

penggalian konvensional menggunakan alat-alat seperti truk, ekskavator dan bulldozer yang

diangkut dan disalurkan dengan tongkang dari 3 (tiga) terminal menuju lokasi pra-

pengapalan. Setiap situs tambang dikerjakan oleh kontraktor yang berbeda dengan

pengawasan kualitas yang ketat oleh perusahaan.

Site tambang Lati

Dari site Lati, batubara diproduksi dan diracik menjadi merek Agathis dan Sungkai.

Jumlah cadangan batubara yang dimaksud senilai lebih dari 745 juta ton. Batubara digali

dengan ekskavator ( penggaruk) hidrolik dan dimuat pada truk tumpah. Dari situs tambang,

batubara diangkut ke instalasi proses melalui poros jalan yang mapan pada segala cuaca.

Batubara kemudian dihancurkan hingga ukuran yang telah dirancang dan ditetapkan

kemudian ditempatkan pada penimbunan lalu dimuat ke tongkang.

Site Binungan

Dari lokasi tambang di Binungan, batubara diracik menjadi jenis dan merk Eboy dan

Mahoni/Mahoni B Pada lokasi ini keseluruhan cadangan batubara yang layak ditambang pada

Blok 1-4, Blok 5, 6 dan 7 lebih dari 300 juta ton. Proses penambangan mirip seperti yang

dilakukan di Lati. Dari lokasi penambangan, batubara diangkut instalasi pemecahan batubara

yang berjarak kira-kira 2.5 km. Batubara tersebut kemudian di hancurkan, diaduk dan dimuat

ke dalam truk. Dari sana, batubara yang siap dipasarkan ini diangkut sejauh 28 km menuju

terminal batubara Suaran untuk diaduk menjadi stok produk dan selanjutnya dimuat ke

tongkang.

Site Sambarata

10

Pada lokasi ini diproduksi batubara jenis dan merek Eboni. Situs ini memiliki

cadangan sekitar 190 juta ton. Proses penambangan hingga dimuat di tongkang sama dengan

Lati dan Binungan namun jarak dari lokasi penambangan ke instalasi pemecahan batubara

lebih pendek yaitu 2 km.

Pada kegiatan “ Kuliah Lapangan Tambang (KLT) “ kami mengunjungi lokasi

kegiatan penambangan disite binungan pada pit E terdapat 6 unit alat penggangkutan dengan

jenis HD volvo dengan kapasitas 60 ton untuk alat pemuatan yang digunakan adalah

eksafator yang berjenis HT sebanyak ±16 unit sedangkan jenis cobelco sebanyak ±2 unitdan

bul doser sebanyak ±14 unit .pada tahap milling alat angkut yang berjenis DT volvo

berkapasitas 60 ton melalui penimbangan sebelim ditempatkan pada lokasi crusher pada

tahap crusher di CPP km 1.

adapun aspek kegiatan transportasi pada tahap penambangan adalah :

Kegiatan land clearing dilakukan sesuai dengan rencana kerja yang telah ditetapkan

adapun jnis alat yang digunakan adalah exavator.

Lahanyang sudah dilakukan land clearing akan segera dilanjutkan dengan kegiatan

soil removal dan OB removal kegiatan ini menggunakan BullDozer.

Kegiatan topsoiling dilakukan sesuai dengan rencana kerja dan kemajuan kegiatan

penambangan kegiatan ini menggunakan alat dump truck dan exvator.

Soil yang di ambil akan di tata dan recounturing untuk segera dilakukan kegiatan

reklamasi dan revegetasi. Sistem drainase dibuat menuju settling pond sebagai titik

penaatan.

Dilakukan penimbunan berjenjang untuk meminimalkan tingkat erosi.

Penempatan soil di disposal yang telah final dengan ketebalan 1.25 meter.

11

Kegiatan OB removal dilakukan sesuai dengan rencana kerja dan kemajuan kegiatan

penambangan.

OB yang di ambil akan dibawa menuju lokasi disposal yang telah ditentukan untuk

didumping.

OB yang sudah didumping langsung dilakukan recounturing dengan menggunakan

dozer.

Sistem drainase dan air limpasan darilokasi disposal akan menuju kesettling pond

yang merupakan titik penaatan.

Dilakukan analisa batuan PAF/NAF untuk mengetahui jenis OB yang akan didumping

didisposal.

Tinggi maksimal 10 meter dan kemiringan disposal maksimal 25 I.

Kegiatan coal getting dilakukan sesuai dengan rencana kerja dan target produksi yang

telah ditetapkan.

PROSES PENAMBANGAN BATUBARA PADA AREA BINUNGAN PT. BERAU COAL

12

13

14

15

16

17

3.2 Aspek Kegiatan Transportasi Pada Proses Pengolahan

Untuk tahap pengolahan di CPP km 1 disini terdapat 2 unit dump truck

dengan kapasitas masing – masing 20 ton dan terdapat 2 unit Well Loader dengan

kapasitas masing-masing 6 ton diman dump truck mengangkut stocks pile untuk

melakukan proses crusher dan dibawa oleh belconveyor dan untuk belconveyor

terdapat 2 alat pendeteksi yaitu metal detector dan metal tracker setelah melalui

crusher diangkut kembali oleh double trailler sebanyak 14 unit dengan kapsitas

masing-masing 120 ton selanjutnya akan di bawa ke CPP km 28 kemudian akan di

bawa melalui belconveyor dan disimpan ke stopfile dan siap untuk dibawa ke

tongkang dengan kapasitas tongkang dari 1000-6000 ton .Setelah melalui proses

penimbangan batubara akan langsung

damping ke CPP km 1dimana merupakan stockpile 1 untuk melakukan proses

crusher dimana setelah melalui proses crusher batubara langsung dibawa ke CPP km

28 yang merupakan stockpile 2 tanpa melalui proses pencucian lagi, hal ini terjadi

karena setelah batubara telah melalui proses crusher mutu yang dihasilkan sudah

sesuai dengan permintaan pasar global.

18

PROSES PENGOLAHAN BATUBARA PADA AREA BINUNGAN PT. BERAU COAL

19

Batubara pada CPP km 1(Stockpile 1)

Proses dumping dan crusher batubara(Stockpile 1)

20

Hasil proses crusher

Proses pemuatan menuju CPP km 28

21

Proses hoper melalui beltconveyor

22

Stockpile 2 CPP km 28

Loading keBarge

3.3 Aspek Kegiatan Transportasi Pada Proses Pengapalan

Setelah proses loading ke tongkang maka selanjutnya tongkang akan langsung

membawa ke titik pertemuan dari tiga area yakni Lati, Binungan, dan Sambarata Dimana titik

tersebut merupakan tempat pemasaran luar dan dalam negeri.

23

Underland Conveyor

Barge Loading

BargingGeared Vessel

Gearless Vessel

Proses Kegiatan Pengapalan

24

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

a. Dari penjelasan diatas kami mengambil kesimpulan bahwa aspek kegiatan

transportasi pada penggunaan alat yang dimulai dari penambangan, pengolahan dan

pengapalan pada area Binungan memiliki jumlah alat sebanyak 61 unit alat dimana

masing-masing 8 unit alat dengan jenis alat HD volvo dengan kapasitas 60 ton untuk

alat pemuatan yang digunakan adalah eksafator yang berjenis HT sebanyak ±16 unit

sedangkan jenis cobelco sebanyak ±2 unit dan bull doser sebanyak ±14 unit dan 2 unit

dump truck dengan kapasitas masing –masing 20 ton dan terdapat 2 unit Well Loader

dengan kapasitas masing-masing 6 ton, double trailler sebanyak 14 unit dengan

kapsitas masing-masing 120 ton, dan 3 tongkang yang digunakan untuk mengangkut

batubara.

b. Dari 61 unit alat dapat memproduksi batubara dari13.000 ton – 15.000 ton per hari

4.1 Saran

Dari kesimpulan di atas penulis memberikan saran untuk produksi batu bara pada PT.

Berau coal kedepannya lebih ditingkatkan lagi.

25