kasus veruka.docx

20
LAPORAN KASUS VERUKA VULGARIS disusun oleh: Arif Driyagusta Prabowo 01.210.6088 Pembimbing: dr. Puguh Santoso, Sp.KK dr. Susilowati, Sp.KK KEPANITERAAN KLINIK ILMU KULIT DAN KELAMIN RST DR. SOEDJONO MAGELANG

Upload: adityaedo

Post on 10-Sep-2015

36 views

Category:

Documents


20 download

TRANSCRIPT

LAPORAN KASUSVERUKA VULGARIS

disusun oleh:Arif Driyagusta Prabowo01.210.6088

Pembimbing:dr. Puguh Santoso, Sp.KKdr. Susilowati, Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KULIT DAN KELAMINRST DR. SOEDJONO MAGELANGUNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG2015

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUSVERUKA VULGARIS

Diajukan untuk memenuhi syarat Ujian Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kulit dan Kelamin RST Tingkat IIdr. Soedjono Magelang

Telah disetujui dan dipresentasikan pada tanggal: Juni 2015

Disusun oleh:Arif Driyagusta Prabowo01.210.6088

Pembimbing,

dr. Puguh Santoso, Sp.KKdr. Susilowati, Sp.KK

LAPORAN KASUS

ANAMNESISA. Identitas PasienNama: Tn. TJenis Kelamin: Laki-lakiUsia: 47 tahunAgama: IslamPekerjaan: TentaraAlamat: MagelangB. Keluhan utamaBenjolan pada telapak tangan kananC. Riwayat penyakit sekarangPasien datang dengan keluhan benjolan di telapak tangan kanan sejak 3 bulan ini. Awalnya benjolan muncul pada ibu jari kanan lalu sekarang muncul lagi di sekitar jari tengah. Benjolan tersebut padat dan tidak merasa sakit jika di tekan, gatal (-), diameter 3-4 mm. Selama 3 bulan ini pasien hanya mengobati sendiri dengan membeli air belerang lalu di oleskan pada benjolan tersebut tetapi benjolan tersebut tetap masih ada. Awalnya benjolan muncul pada lengan pasien pada 2 tahun lalu tapi menghilang sendiri, lalu muncul lagi pada tangan kiri dengan jumlah yang banyak. Benjolan tersebut di gunting pasien tiap kali keluar sampai akhirnya minggu lalu dilakukan elektrokauter pada tangan kirinya.D. Riwayat penyakit dahuluPasien pernah mengalami keluhan serupa sebelumnyaE. Riwayat penyakit keluargaAnaknya pernah menderita penyakit serupa.

PEMERIKSAAN FISIKA. Status generalisataKeadaan umum: Tampak sakit ringanKesadaran: Compos mentisTanda vitalNadi: 84 x/menitPernapasan: 20 x/menitSuhu: afebrisTD: tidak dilakukanKepala Leher: tak ada kelainanThorak: tak ada kelainanAbdomen: tak ada kelainanEkstremitas: tak ada kelainanB. Status Dermatologis

Lokasi: Telapak tangan kananEfloresensi: papul permukaan kasar, diameter 3-4mm.

USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG Biopsi Kulit

DIAGNOSIS KERJAVeruka Vulgaris

DIAGNOSIS BANDINGMoluskum Kontagiosum

TATALAKSANA1. Medikamentosa Cefadroxil 3x500 mg tab Salep Asam fusidat 2x1 oleskan pada luka saja.

2. Nonmedikamentosa Elektrocauter EdukasiPROGNOSIS Quo ad vitam: : ad bonam Quo ad fungsionam: ad bonam Quo ad sanasionam: dubia ad malam

TINJAUAN PUSTAKA

A. DefinisiVeruka vulgaris merupakan kelainan kulit berupa hiperplasi epidermis yang disebabkan oleh Human Papilloma Virus tipe tertentu. Virus ini bereplikasi padasel-sel epidermis dan ditularkan dari orang-orang. Penyakit ini juga menular dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh pasien yang sama dengan cara autoinokulasi. (Djuanda, 2006).Virus ini akan menular pada orang tertentu yang tidak memiliki imunitas spesifik terhadapvirus ini pada kulitnya. Imunitas pada kutil ini belum jelas dimengerti. Pada veruka vulgaris pemeriksaan histopatologi menunjukkan adanya hiperplasia dari semua lapisanepidermis. Perubahan seluler yang disebut koilocytosis, merupakan karakteristik infeksi HPV (Djuanda, 2006).

B. Etiologi Kutil adalah pertumbuhan jinak yang disebabkan human papiloma virus (HPV), ini terjadi di berbagai permukaan kulit yang dilapisi epitel. Semua genom HPV tersusun dari 8000 pasang basa nukleotida, yang ditampilkan sebagai suatusekuens linear tetapi sebenarnya merupakan lingkaran tertutup dari DNA untai ganda. Kotak-kotak tersebut menggambarkan gen-gen virus, masing-masingnya mengkode suatu protein. Regio regulasinya ialah segmen DNA yang tidak mengkode protein, tetapi berpartisipasi dalam meregulasi ekspresi gen virus dan replikasi dari DNA virus (Androphy et al.,2008).Veruka vulgaris adalah jenis kutil yang banyak ditemukan dan disebabkan terbanyak oleh HPV serotip 2 dan 4. HPV sulit untuk dipahami karena tidak dapat dibiakkan pada kultur jaringan. Namun kemajuan dalam biologi moleculer telah memungkinkan karakterisasi dari genom HPV dan identifikasi beberapa fungsi gen HPV. Infeksi HPV tidak hanya umum ditemukan tetapi juga sulit untuk mengobati dan mencegah. Sering ada periode laten yang panjang dan infeksi subklinis, dan HPV DNA dapat ditemukan pada jaringan normal orang dewasa (Handoko, 2010).C. PatofisiologiInfeksi HPV terjadi melalui inokulasi virus pada epidermis yang viable melalui defek pada epitel. Maserasi kulit mungkin merupakan faktor predisposisi yang penting, seperti yang ditunjukkan dengan meningkatnya insidens kutil plantar pada perenang yang sering menggunakan kolam renang umum. Meskipun reseptor seluler untuk HPV belum diidentifikasi, permukaan sel heparan sulfat, yang dikode oleh proteoglikan dan berikatan dengan partikel HPV dengan afinitas tinggi,dibutuhkan sebagai jalan masuknya. Untuk mendapat infeksi yang persisten,mungkin penting untuk memasuki sel basal epidermis yang juga sel punca (sel stem) atau diubah oleh virus menjadi sesuatu dengan properti (kemampuan / karakter) seperti selpunca. Dipercayai bahwa single copy atau sebagian besar sedikit copy genom virusdipertahankan sebagai suatu plasmid ekstra kromosom dalam sel basal epitel yang terinfeksi. Ketika sel-sel ini membelah, genom virus juga bereplikasi dan berpartisi menjadi tiap sel progeni, kemudian ditransportasikan dalam sel yang bereplikasi saat mereka bermigrasi ke atasuntuk membentuk lapisan yang berdifferensias (Androphy et al.,2008).Setelah eksperimen inokulasi HPV, veruka biasanya muncul dalam 2 sampai 9 bulan. Observasi ini mengimplikasikan bahwa periode infeksi subklinis yang relatifpanjang dan dapat merupakan sumber yang tidak terlihat dari virus infeksius. Permukaan yang kasar dari kutil dapat merusak kulit yang berdekatan dan memungkinkan inokulasi virus ke lokasi yang berdekatan, dengan perkembangan kutil yang baru dalam periode minggu sampai bulan. Tiap lesi yang baru diakibatkan paparan insial atau penyebaran dari kutil yang lain. Tidak ada bukti yang meyakinkan untukDisseminasi melalui darah. Autoinokulasi virus pada kulit yang berlawanan sering kali terlihat pada jari-jariyang berdekatan dan di regio anogenital (Androphy et al.,2008).Ekspresi virus (transkripsi) sangat rendah sampai lapisan Malpigi bagian atas, persis sebelum lapisan granulosum, dimana sintesis DNA virus menghasilkan ratusan kopi genom virus tiap sel. Protein kapsid virus disintesis menjadi virion di sel nukleus. DNA virus yang baru disintesis ini dikemas menjadi virion dalam nukleu sdari sel-sel Malpigi yang berdifferensiasi ini. Protein virus yang dikenal denganE1-E4 (produk RNA yang membelah dari gen-gen E1 dan E4) dapat menginduksi terjadinya kolaps dari jaring-jaring filamen keratin sitoplasma ini. Hal ini dipostulasikan untuk memfasilitasi pelepasan virion dari sitoskeleton yang saling berikatan silang dari keratinosit sehingga virus dapat diinokulasikan ke lokasi lain atau berdeskuamasi ke lingkungan (Androphy et al.,2008). HPV tidak bertunas darinukleus atau membran plasma, seperti halnya banyakvirus seperti virus herpes simpleks atau human immnodeficiency virus (HIV). Oleh karena itu, mereka tidak memiliki selubung lipoprotein yang menyebabkan kerentanan terhadap inaktivasi yang cepat oleh kondisi lingkungan seperti pembekuan, pemanasan, atau dehidrasi dengan alkohol. Berlainan dengan itu, virion HPV resisten terhadap desikasi dan deterjen nonoksinol-9, meskipun paparan viriondengan formalin, deterjen yang kuat seperti sodium dodesil sulfat, atau temperature tinggi berkepanjangan mengurangi infektivitasnya. HPV dapat tetap infeksius selama bertahun-tahun ketika disimpan di gliserol dalam temperatur ruangan. Memang, bentuk L1 dan L2 membentuk kapsid protein yang sangat stabil dan terbungkus rapat (Androphy et al.,2008).Karena replikasi virus terjadi pada tingkatan yang lebih tinggi dari epitel dan yang terdiri dari keratinosit yang tidak bereplikasi, HPV harus memblok differensiasi akhir dan menstimulasi pembelahan sel untuk memungkinkan enzim-enzim dan kofaktor yang penting untuk replikasi DNA virus. HVPmemilikikebutuhanyang tinggi akansel-selepidermis manusiapada tingkat diferensiasi tertentu. Halini menyebabkan proliferasi keratinosit yang sebagian mengalami keratonisasi danakhirnya melindungi virus ini dari eliminasi oleh sistem imun. Lesi ini bisa sporadik, rekuren, atau persisten (Androphy et al.,2008 dan Davey et al., 2008).

D. Gambaran KlinisGambaran klinis veruka vulgaris berupa papul, nodul berbentuk kubah sewarna dengan kulit dengan permukaan kasar, berbatas tegas, dapat tunggal ataupun berkelompok. Predileksi terutama di daerah tangan, siku, lutut, kaki dan jari-jari. Biasanya asimtomatik, tetapi dapat mengganggu secara kosmetik.

E. Penegakkan Diagnosisa. AnamnesisVeruka vulgaris biasanya tidak langsung menimbulkan gejala klinis, terdapat periode infeksi subklinik yang panjang. Benjolan biasa muncul 2-9 bulan setelah inokulasi. Biasanya pasien mengeluhkan terdapat benjolan kecil yang padat di daerah tangan dan kaki, terutama pada jari dan telapak. Veruka vulgaris biasanya tidak disertai dengan gejala-gejala prodromal. Gambaran klinis, riwayat penyakit, papul yang membesar secara perlahan biasanya sudah sangat membantu untuk menegakan diagnosis veruka vulgaris (Janik, 2008).Infeksi yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini terbatas pada epitel dan tidak menyebabkan gangguan sistemik. Veruka vulgaris sering menyerang anak usia sekolah, prevalensinya sekitar 10-20%. Veruka vulgaris jarang terjadi pada bayi dan anak usia dini, peningkatan kejadian di antara anak usia sekolah, dan puncaknya pada 12-16 tahun (Shenefelt, 2011).b. Pemeriksaan fisikDari hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien dengan veruka vulgaris biasanya didapatkan papula berbentuk bulat berwarna abu-abu, besarnya lentikular atau apabila berkonfluensi berbentuk plakat, permukaan kasar (verikurosa). Veruka vulgaris dapat timbul di berbagai bagian tubuh terutama di kaki dan tangan. Apabila dilakukan goresan, akan timbul inokulasi di sepanjang goresan atau disebut juga dengan fenomena koebner (Handoko, 2010).Dikenal pula induk kutil yang pada suatu saat akan menimbulkan anak kutil dalam jumlah banyak. Ada pendapat yang menggolongkan sebagai penyakit yang dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. Varian veruka vulgaris yang terdapat di daerah muka dan kulit kepala berbentuk seperti penonjolan yang tegak lurus pada permukaan kulit, dan permukaannya verukosa, disebut juga sebagai verukosa filiformis (Handoko, 2010).Menurut sifat progresinya, ujud kelainan kulit pada verika vulgaris adalah mula-mula papula kecil seukuran kepala jarum, warna kulit seperti biasa, jernih, kemudian tumbuh menonjol, permukaan papilar berwarna lebih gelap dan hiperkeratotik (Siregar, 2005).

Gambar 1. Gambaran Klinis Veruka Vulgaris

c. Pemeriksaan penunjangApabila terdapat gambaran klinis yang tidak jelas pada pasien veruka vulgaris, dapat dilakukan pemeriksaan histopatologik dengan cara biopsy kulit. Gambaran histopatologis dapat membedakan berbagai macam papiloma (Handoko, 2010).Gambaran histopatologis epidermis pada veruka vulgaris akan didapatkan hyperkeratosis, parakeratosis, pailomatosis, dan akantosis. Pada dermis akan didapatkan pelebaran pembuluh daraha dan sebukan sel-sel radang kronik (Siregar, 2005).

Gambar 2. Gambaran Histopatologi Veruka Vulgaris

d. Gold standardUntuk mendiagnosis veruka vulgaris, dari hasil anamnesis yang menunjukan gejala-gejala dan pemeriksaan fisik pada kulit untuk mengetahui ujud kelainan kulit yang khas pada verika vulgaris sudah cukup untuk menegakan diagnosis. Akan tetapi untuk lebih menegakan diagnosis alangkah lebih baik dilakukan pemeriksaan histopatologis.

F. Penatalaksanaana. MedikamentosaSebagian veruka dapat mengalam involusi (sembuh) spontan dalam masa 1 atau 2 tahun. Pengobatan dapat berupa tindakan bedah atau nonbedah. Tindakan bedah antara lain bedah beku N2 cair, bedah listrik dan bedah laser. Cara nonbedah antara lain dengan bahan keratolitik, misalnya asam salisilat, bahan kaustik misalnya asam trikorasetat, dan bahan lain misalnya kantaridin (Sjamsoe, 2005).

Farmakologis1) Asam salisilatObat ini mempunyai efek keratolitik. Cara pemakaiannya dioleskan 2 tetes, 2 kali sehari. Obat ini hanya dioleskan pada kulit yang terkena veruka vulgaris saja.2) Asam laktatObat ini mempunyai efek kaustik. Cara pemakaiannya dioleskan 1 tetes, 2 kali sehari hanya pada kulit yang terkena veruka vulgaris.3) Asam trikorasetat 50-80%Tindakan invasif1) Bedah beku2) Bedah scalpel3) Bedah listrik4) Bedah laser5) Kuret dan elektrodesikasi ringanb. Non medikamentosa1) Edukasi mengenai penyakit yang diderita oleh pasien2) Edukasi cara penularan veruka vulgaris3) Tidak diperbolehkan melakukan tindakan-tindakan yang akan menyebabkan timbulnya lesi pada area yang terdapat veruka vulgaris.4) Bila pasien anak-anak, ingatkan selalu untuk rajin mencuci tangan dan kulit secara teratur dan benar5) Bila terdapat luka kecil atau luka parut, bersihkan dengan sabun dan air hangat serta langsung dikeringkan6) Kenakan selalu alas kaki, bila perlu alas kaki yang tahan air atau anti selip terutama saat menggunakan fasilitas umum

G. Prognosis Prognosis penyakit ini adalah, 65% dapat sembuh spontan dalam 2 tahun. Literature lain menyebut kan bahwa penyakit ini sering residif, walaupun diberi pengobatan adekuat (Handoko, 2010).H. KomplikasiPada veruka jenis veruka vulgaris tidak terdapat literatur atau penelitian yang menunjukan komplikasi yang berarti. Tetapi hal ini tidak senada dengan veruka pada genital atau veruka genitalis. Risiko terbentuknya kanker serviks pada wanita yang menderita veruka genitalis tinggi, terlebih lagi pada wanita yang mempunyai kebiasaan merokok.