kasus post op

47
Kasus post op LAPORAN STUDI KASUS PENATALAKSANAAN DIET PADA PASIEN MODERATE CHOLANGITIS POST.OP EKSTERNA DRAINASE DI BAGIAN BEDAH RUANG 19 RSU Dr. SAIFUL ANWAR BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kandung empedu merupakan organ berbentuk buah pir kecil yang terletak di perut sebelah kanan, dan tersembunyi di bawah hati. Kandung empedu menyimpan cairan empedu yang dihasilkan oleh hati. Selama makan, kandung empedu akan berkontraksi (menciut) sehingga mengeluarkan sedikit cairan empedu yang berwarna hijau kecoklatan ke dalam usus halus. Cairan empedu berguna dalam penyerapan lemak dan beberapa vitamin, seperti vitamin A, D, E, dan K. Empedu merupakan campuran dari asam empedu, protein, garam-garam kalsium, pigmen dan unsur lemak yang disebut kolesterol. Sebagian dari empedu yang memasuki usus halus akan diteruskan dan dikeluarkan melalui feses. Kelainan utama yang dapat timbul pada kandung empedu adalah terbentuknya batu. Hal ini juga dapat terjadi pada saluran empedu. Batu empedu disebabkan oleh perubahan secara kimiawi pada empedu seseorang. Batu empedu terbentuk dari endapan kolesterol, pigmen bilirubin dan garam kalsium yang mengeras, namun kebanyakan batu kandung empedu terbentuk dari kolesterol.

Upload: sri-maryani

Post on 23-Oct-2015

416 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

MSPM

TRANSCRIPT

Page 1: Kasus Post Op

Kasus post op

LAPORAN STUDI KASUSPENATALAKSANAAN DIET

PADA PASIEN MODERATE CHOLANGITIS POST.OP EKSTERNA DRAINASEDI BAGIAN BEDAH RUANG 19 RSU Dr. SAIFUL ANWAR

BAB I

PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG

Kandung empedu merupakan organ berbentuk buah pir kecil yang terletak di perut sebelah

kanan, dan tersembunyi di bawah hati. Kandung empedu menyimpan cairan empedu yang

dihasilkan oleh hati. Selama makan, kandung empedu akan berkontraksi (menciut) sehingga

mengeluarkan sedikit cairan empedu yang berwarna hijau kecoklatan ke dalam usus halus.

Cairan empedu berguna dalam penyerapan lemak dan beberapa vitamin, seperti vitamin A, D, E,

dan K. Empedu merupakan campuran dari asam empedu, protein, garam-garam kalsium, pigmen

dan unsur lemak yang disebut kolesterol. Sebagian dari empedu yang memasuki usus halus akan

diteruskan dan dikeluarkan melalui feses.

Kelainan utama yang dapat timbul pada kandung empedu adalah terbentuknya batu. Hal ini

juga dapat terjadi pada saluran empedu. Batu empedu disebabkan oleh perubahan secara kimiawi

pada empedu seseorang. Batu empedu terbentuk dari endapan kolesterol, pigmen bilirubin dan

garam kalsium yang mengeras, namun kebanyakan batu kandung empedu terbentuk dari

kolesterol.

Cholangitis adalah peradangan akut dinding saluran empedu, hampir selalu disebabkan

infeksi bakteri pada lumen steril. Cholangitis sklerotik Primer adalah peradangan saluran empedu

di dalam dan di luar hati,   yang pada akhirnya membentuk jaringan parut dan menyebabkan

penyumbatan. Empedu diperlukan dalam memecah makanan yang berlemak sehingga dapat

diserap oleh usus ke dalam tubuh. Ketika kita makan makanan berlemak, kantung empedu akan

mengeluarkan empedu yang dibutuhkan untuk mencerna makanan tersebut dalam jumlah yang

sesuai. Semakin banyak makanan berlemak yang dimakan, semakin banyak pula empedu yang

dibutuhkan.

Page 2: Kasus Post Op

Kantung empedu yang sudah diangkat ( Eksterna Drainase ), tetap akan dikeluarkan ke dalam

usus namun dalam jumlah yang tetap (konstan) secara berkesinambungan, sehingga lebih sulit

dalam mencerna makanan berlemak yang dimakan (kurang efektif). Adanya perubahan

konsentrasi empedu yang dikeluarkan ketika makan makanan yang tinggi kadar lemaknya dapat

menyebabkan diare atau kembung, karena kelebihan lemak yang tidak tercerna akan menarik

lebih banyak air ke dalam usus, dan karena bakteri mencerna lemat tersebut sehingga

menghasilkan gas. Pada beberapa penelitian, ditemukan bahwa setelah kantung empedu diangkat

kelebihan empedu di sela-sela jam makan dapat menyebabkan diare. Namun, diare ini hanya

berlangsung sementara.

Untuk itu pada pasien dengan diagnosa moderate cholangitis atau peradangan kandung

empedu yang telah menjalani pengangkatan kantung empedu diberikan diet rendah lemak.

Dengan menghindari atau mengurangi makanan yang digoreng, daging-dagingan (terutama yang

berlemak), keju, kacang-kacangan, es krim, dan lain - lain. Selain itu juga harus menghindari

makanan cepat saji karena biasanya mengandung banyak lemak dan makan secara teratur, karena

empedu yang dikeluarkan jumlahnya konstan. Makanan yang dimakan juga perlu memiliki

komposisis lemak protein, dan karbohidrat yang sama. Untuk itu perlu pengaturan makanan yang

tepat agar tidak menimbulkan komplikasi dan memperburuk kondisi pasien cholangitis.

B.     Tujuan

1.         Tujuan Umum

Mahasiswa mampu merencanakan dan melakukan manajemen asuhan gizi klinik pada

pasien secara individual di rumah sakit.

2.      Tujuan Khusus

a.       Mahasiswa mampu menginventarisasi data subyektif dan obyektif pasien.

b.      Mahasiswa mampu mengkaji data dasar, menganalisis tingkat resiko gizi dan menentukan

permasalahan gizi.

c.       Mahasiswa mampu merencanakan asuhan gizi pasien.

d.      Mahasiswa mampu mengimplementasikan rencana asuhan gizi yang telah disusun pada

pasien.

e.       Mahasiswa mampu melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan asuhan gizi.

Page 3: Kasus Post Op

f.       Mahasiswa mampu melakukan motivasi terhadap pasien melalui konseling gizi.

g.      Mahasiswa mampu menyusun laporan asuhan gizi pasien.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.   Gambaran Umum Moderate Cholangitis

Definisi

Kolangitis akut adalah infeksi bakterial yang akut dari saluran empedu yang tersumbat baik

secara parsiil atau total; sumbatan dapat disebabkan oleh penyebab dari dalam lumen saluran

empedu misalnya batu koledokus, askaris yang memasuki duktus koledokus atau dari luar lumen

misalnya karsinoma caput pankreas yang menekan duktus koledokus, atau dari dinding saluran

empedu misalnya kolangio-karsinoma atau striktur saluran empedu.

Etiologi

Cholangitis dapat disebabkan oleh berbagai keadaan patologis yang semuanya akan berakhir

dengan stasis aliran cairan empedu dan akhirnya terjadi infeksi oleh bakteri akibat adanya

multiplikasi yang meningkat pada sistem bilier. Berbagai jenis etiologi dapat dilihat pada tabel

berikut ini :

Tabel 1. : Etiologi Kholangitis

CholedocholithiasisStriktur sistem bilierNeoplasma pada sistem bilierKomplikasi iatrogenik akibat manipulasi "CBD" (Common Bile Duct)Parasit : cacing Ascaris, Clonorchis sinensisPankreatitis kronisPseudokista atau tumor pankreas Stenosis ampulla Kista Choledochus kongenital atau penyakit CaroliSindroma Mirizzi atau Varian Sindroma Mirizzi Diverticulum Duodenum

Page 4: Kasus Post Op

Batu saluran empedu adalah penyebab terbanyak (hampir 90%), yang kemudian disusul

oleh striktur sistem bilier dan tumor pada sistem bilier. Di negara-negara Asia Tenggara dan

Cina cacing tidak jarang ditemukan sebagai penyebab, walaupun jenis cacing yang ditemukan

berbeda-beda.

Patofisiologi

Faktor utama dalam patogenesis dari cholangitis akut adalah obstruksi saluran bilier,

peningkatan tekanan intraluminal, dan infeksi saluran empedu. Saluran bilier yang terkolonisasi

oleh bakteri namun tidak mengalami pada umumnya tidak akan menimbulkan cholangitis. Saat

ini dipercaya bahwa obstruksi saluran bilier menurunkan pertahanan antibakteri dari inang.

Walaupun mekanisme sejatinya masih belum jelas, dipercaya bahwa bakteria memperoleh akses

menuju saluran bilier secara retrograd melalui duodenum atau melalui darah dari vena porta.

Sebagai hasilnya, infeksi akan naik menuju ductus hepaticus, menimbulkan infeksi yang serius.

Peningkatan tekanan bilier akan mendorong infeksi menuju kanalikuli bilier, vena hepatica, dan

saluran limfatik perihepatik, yang akan menimbulkan bacteriemia (25%-40%). Infeksi dapat

bersifat supuratif pada saluran bilier.

Saluran bilier pada keadaan normal bersifat steril. Keberadaan batu pada kandung

empedu (cholecystolithiasis) atau pada ductus choledochus (choledocholithiasis) meningkatkan

insidensi bactibilia. Organisme paling umum yang dapat diisolasi dalam empedu adalah

Escherischia coli (27%), Spesies Klebsiella (16%), Spesies Enterococcus (15%), Spesies

Streptococcus (8%), Spesies Enterobacter (7%), dan spesies Pseudomonas aeruginosa (7%).

Organisme yang ditemukan pada kultur darah sama dengan yang ditemukan dalam empedu.

Patogen tersering yang dapat diisolasi dalam kultur darah adalah E coli (59%), spesies Klebsiella

(16%), Pseudomonas aeruginosa (5%) dan spesies Enterococcus (4%). Sebagai tambahan,

infeksi polimikrobial sering ditemukan pada kultur empedu (30-87%) namun lebih jarang

terdapat pada kultur darah (6-16%).

Saluran empedu hepatik bersifat steril, dan empedu pada saluran empedu tetap steril

karena terdapat aliran empedu yang kontinu dan keberadaan substansi antibakteri seberti

immunoglobulin. Hambatan mekanik terhadap aliran empedu memfasilitasi kontaminasi bakteri.

Kontaminasi bakteri dari saluran bilier saja tidak menimbulkan cholangitis secara klinis;

kombinasi dari kontaminasi bakteri signifikan dan obstruksi bilier diperlukan bagi terbentuknya

cholangitis.

Page 5: Kasus Post Op

Tekanan bilier normal berkisar antara 7 sampai 14 cm. Pada keadaan bactibilia dan

tekanan bilier yang normal, darah vena hepatica dan nodus limfatikus perihepatik bersifat steril,

namun apabila terdapat obstruksi parsial atau total, tekanan intrabilier akan meningkat sampai

18-29 cm H2O, dan organisme akan muncul secara cepat pada darah dan limfa. Demam dan

menggigil yang timbul pada cholangitis merupakan hasil dari bacteremia sistemik yang

ditimbulkan oleh refluks cholangiovenososus dan cholangiolimfatik.

Penyebab tersering dari obstruksi bilier adalah choledocholithiasis, striktur jinak, striktur

anastomosis bilier-enterik, dan cholangiocarcinoma atau karsinoma periampuler. Sebelum tahun

1980-an batu choledocholithiasis merupakan 80% penyebab kasus cholangitis yang tercatat.

B.   Penatalaksanaan diet sesuai permasalahan gizi

1.    Jenis diet : Diet rendah lemak dan tinggi protein, diberikan kepada pasien moderate

cholangitis yang telah menjalani operasi pengangkatan kandung empedu. dimana jumlah lemak

yang diberikan rendah untuk mengurangi kontraksi kandung empedu,serta tinggi protein untuk

mempercepat proses penyembuhan luka operasi, Protein yang diberikan mempunyai nilai

biologis tinggi sehingga lebih mudah untuk diserap. Ada tiga jenis diet rendah lemak yang

diberikan yaitu :

a.       Diet Rendah Lemak I

Diberikan kepada pasien cholecystitis (radang kantong empedu) akut dan cholelithiasis (batu

empedu) dengan kolik akut.

b.      Diet Rendah Lemak II

Diberikan secara berangsur bila keadaan akut sudah dapat diatasi dan perasaan mual sudah

berkurang atau kepada pasien penyakit kantong empedu kronis yang terlalu gemuk.

c.       Diet Rendah Lemak III

Diberikan kepada pasien penyakit kantong empedu yang tidak gemuk dan cukup mempunyai

nafsu makan. Menurut keadaan penderita, makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa.

2.      Tujuan Diet :

1)      Memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi pasien

2)      Mempercepat proses penyembuhan luka pasca operasi.

3)      Meningkatkan status gizi kurang menjadi normal.

3.      Syarat diet :

1)   Energi diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien.

Page 6: Kasus Post Op

2)   Protein yag diberikan tinggi yaitu 15% gr/kg BB untuk membantu proses

penyembuhan luka pasca operasi.

3)   Lemak diberikan rendah yaitu 20% dari total kebutuhan energi digunakan sebagai

sumber energi.

4)   Karbohidrat diberikan cukup yaitu 65% dari total energi dan digunakan sebagai

sumber energi.

5)   Vitamin dan Mineral cukup sesuai kebutuhan normal.

6)   Serat tinggi terutama dalam bentuk pektin yang dapat mengikat kelebihan asam

empedu didalam saluran cerna seperti jeruk, pepaya, pisang, apel dan lain – lain.

7)   Menghindari makanan yang terlalu berlemak, gorengan, dan makanan yang

menimbulkan gas.

8)   Bentuk makanan lunak.

9)   Di berikan dalam porsi kecil

BAB V

PEMBAHASAN

A.    Rencana Terapi

Hasil diagnosa menunjukkan bahwa pasien menderita Moderat Cholangitis. Untuk itu

diberikan diet rendah lemak dengan bentuk makanan lunak atau yang mudah dicerna pasien. Diet

rendah lemak diberikan kepada pasien moderate cholangitis, dimana jumlah lemak yang

diberikan rendah untuk mengurangi kontraksi kandung empedu serta mengurangi rasa mual yang

dialami pasien, tinggi protein untuk mempercepat proses penyembuhan luka operasi, protein

yang diberikan mempunyai nilai biologis tinggi sehingga lebih mudah untuk diserap.

Energy yang diberikan : 1894,2 Kkal/hr, Protein: 15 % (71,0 gr/hr), Lemak: 20% (42,09

gr/hr), Kh: 65% (307,8075 gr/hr) yang telah disesuaikan dengan keadaan pasien. Pasien berusia

62 tahun dengan tinggi badan 156 cm. Status gizi pasien menurut LLA adalah status gizi kurang.

Dari anamnesa yang dilakukan, Pasien mengeluh Sakit pada bagian abdomen, mual, pusing dan

Page 7: Kasus Post Op

badan lemas. Sebelum masuk rumah sakit pasien sering mengkonsumsi mie dan kopi. Pasien

kurang menyukai lauk hewani dan lauk nabati. Diet yang diberikan diharapkan dapat memenuhi

kebutuhan energi dan zat gizi sehingga kebutuhan zat gizi pasien dapat memenuhi standar,

mempercepat proses penyembuhan luka pasca operasi dan meningkatkan status gizi kurang

menjadi normal.

Dari hal diatas maka perlu dilakukan terapi gizi, seperti edukasi dan konsultasi gizi kepada

pasien dan keluarga pasien dalam hal ini adalah keponakan pasien. Dimana pemberian edukasi

ini bertujuan agar pasien dapat merubah pola dan kebiasaan makan yang salah, mengerti tentang

makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi dan menjalani diet yang dianjurkan dengan

benar. Hal ini dilakukan dengan memberikan penyuluhan individu kepada pasien dan

keluarganya. Setelah itu dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap rencana terapi gizi yang

dianjurkan, meliputi antropometri, biokimia, fisik-klinis dan dietery pasien selama 3 hari

berturut-turut untuk mengetahui apakah pasien dapat mematuhi diet yang dianjurkan atau

sebaliknya.

B.     Hasil Monitoring Skrining Gizi

Studi kasus berlangsung mulai tanggal 25 Januari 2012 – 27 Januari 2012, yang meliputi

monitoring terhadap asupan makan pasien (mengenai konsumsi energi dan zat gizi pasien,

perkembangan antropometri, perkembangan pemeriksaan laboratorium, perkembangan fisik

klinis dan dietery pasien).

1.    Konsumsi Energi dan zat gizi

Asupan makan pasien merupakan factor yang sangat menentukan dalam proses penyembuhan

penyakit dan salah satu indikator dalam menentukkan diet yag diberikan. Asupan makan ini

antara lain dipengaruhi oleh kondisi pasien, nafsu makan, penampilan makanan, faktor fisiologi,

faktor kebosanan, rasa makanan dan lain-lain.

a.    Konsumsi Energi

Menunjukkan bahwa asupan energi pasien pada pra pengamatan Sangat rendah yaitu

138,2 kal (7%), karena kondisi pasien saat itu sedang menjalani puasa paska operasi kandung

empedu hari pertama. Pada pengamatan hari ke-1 Asupan energi pasien sudah mengalami

peningkatan dibandingkan hari pertama tapi masih di bawah standar kebutuhan yaitu 960,05 gr

(58,095%) sebab pasien tidak menghabiskan makanan rumah sakit karena kondisi pasien yang

masih lemah serta mual dan hanya mengkonsumsi makanan pokok ( nasi ) dan buah ( pisang ).

Page 8: Kasus Post Op

Begitu juga pada pengamatan hari ke-2 jumlah asupan energi pasien yaitu 1006,05 gr (58,095%)

dimana asupan energi mengalami peningkatan karena kondisi pasien yang mulai stabil. Tetapi

pasien masih belum bisa mengkonsumsi makanan yang disajikan rumah sakit karena cenderung

lebih memilih makanan pokok berupa nasi dan buah.

b.      Konsumsi Protein

Menunjukkan bahwa asupan protein pasien pada pra pengamatan mengalami penurunan

yaitu 4,92 gr (7%) karena pasien sedang dalam kondisi puasa paska operasi kandung empedu

hari pertama sedangkan pada pengamatan ke-1, dan pengamatan ke-2 walaupun sudah

mengalami peningkatan karena kondisi pasien yang berangsur – angsur membaik, akan tetapi

belum memenuhi kebutuhan gizi pasien sebab pasien hanya mengkonsumsi makanan pokok

(nasi) dan buah (pisang). Asupan protein pada pengamatan hari ke-1 yaitu 17,98 gr (26%) dan

pada pengamatan hari ke-2 yaitu 26,35 gr (58%) .

c.       Konsumsi Lemak

menunjukan bahwa asupan lemak pasien pada pra pengamatan yaitu 6 gr (14%). karena pasien sedang dalam kondisi puasa paska operasi kandung empedu hari pertama, sedangkan pada pengamatan hari ke-1, dan ke-2 walaupun sudah mengalami peningkatan karena kondisi pasien yang berangsur – angsur membaik, akan tetapi belum memenuhi kebutuhan gizi pasien sebab pasien hanya mengkonsumsi makanan pokok (nasi) dan buah (pisang). Hasil asupan lemak pada pangamatan hari ke-1 yaitu 8,96 gr (21%) dan pada pangamatan hari ke-2 yaitu 15,4 gr (40,1%). d.   Konsumsi Karbohidrat

menunjukkan bahwa pada pra pengamatan sampai pada pengamatan hari ke-2 mengalami peningkatan, karena kondisi pasien yang berangsur membaik dan pasien hanya mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat seperti nasi dan pisang ambon. Hasil asupan karbohidrat pada pra pengamatan yaitu 16,6 gr (5%), pengamatan hari ke-1 yaitu 312,54 gr (66%), dan pada pengamatan hari ke-2 yaitu 18,7 gr (61,7%). 2.      Perkembangan Pengukuran Antropometri 

Tabel 1. Perkembangan Pengukuran Antropometri Pasien

Jenis pemeriksaanHasil pemeriksaan

Pra Pengamatan Pengamatan ke-1

BBI 56 kg 56 kg

TB 156 cm 156 cm

LILA 26 kg/m² 26 kg/m²

Page 9: Kasus Post Op

Status Gizi Kurang Kurang

Dari tabel di atas terlihat bahwa pengukuran antropometri pasien pada pra pengamatan dan

selama pengamatan adalah sama. Hal ini disebabkan karena khususnya pada pengukuran dengan

menggunakan LLA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka

pendek.

3.      Perkembangan Pemeriksaan Biokimia/Laboratorium

Tabel 2. Pemeriksaan Laboratorium

Jenis Pemeriksaan Nilai normal Hasil Lab

Bilirubin Total <1,10 mg/dl 22,87 mg/dl

Albumin 3,5 – 5,5 gr/dl 2,21 gr/dl

Leukosit 3.500 – 10000 µ/l 31.711 µ/l

GDP sesaat <200 mg/dl 78 mg/dl

Hematokrit 35,0 – 50,0 % 27,8 %

Hemoglobin = (N :) ↓ 11,0 – 16,5 gr/dl 9,5 gr/dl

Dari table di atas terlihat bahwa hasil Laboratorium untuk bilirubin tinggi, Albumin rendah,

leukosit tinggi, GDP sesaat rendah, hematokrit rendah dan hemoglobin rendah. Tidak terlihat

perkembangan pemeriksaan hasil laboratorium karena pemeriksaan hanya dilakukan satu kali

saat pasien hendak menjalani operasi pengangkatan kandung empedu.

4.    Perkembangan Pemeriksaan Fisik/Klinis

Tabel 3. Data perkembangan pemeriksaan fisik/klinis

Jenis Pemeriksaan Nilai normal Pra pengamatan

TD 120-140 mmHg 120/86 mmHg

Suhu 36- 37 ˚C 38˚C

Nadi 80-84x/mnt 88x/mnt

RR 20-22 x/mnt 20x/mnt

Pemeriksaan fisik atau klinis pasien, hanya didapatkan data pada saat pasien baru masuk rumah

sakit. Setelah itu tidak dilakukan lagi karena kondisi pasien yang sangat lemah paska operasi.

Page 10: Kasus Post Op

C.    Hasil Motivasi Diet melalui Konseling Gizi

Berdasarkan hasil pengamatan studi kasus selama 3 hari diketahui, sebelum diberikan terapi

edukasi, nafsu makan pasien belum baik, karena setiap makanan di sajikan oleh rumah sakit

tidak bisa di habiskan. Hal ini di sebabkan karena kondisi pasien yang lemah paska operasi.

Setelah melakukan konsultasi dan penyuluhan tentang diit pasien, pasien dan keluarganya mulai

paham tapi kemudian dilakukan monitoring evaluasi, pasien masih belum mampu menjalani diit

yang telah ditentukan oleh pihak rumah sakit.

Pasien tak mampu menghabiskan makanan karena kondisi pasien yang masih mual, pusing

dan masih merasa sakit pada bagian abdomen yang di operasi. Sehingga pasien cenderung hanya

makan makanan pokok seperti nasi tim dan buah – buahan seperti pisang, sehingga asupan yang

masuk tidak sesuai dengan kebutuhan.

D.    Evaluasi Asuhan Gizi

1.      Indicator keberhasilan

Indikator yang digunakan untuk menilai keberhasilan diit yang dijalankan yaitu dengan

melihat hasil total asupan dalam sehari, apakah pasien menghabiskan makanan atau tidak

sehingga menjadi penilaian dalam menentukan tingkat keberhasilan pasien dalam menjalani diit

yang diberikan.

2.      Rencana Tindak lanjut

Tetap memberikan konsultasi individu kepada pasien dan keluarga pasien sehingga pasien

benar-benar mau menjalankan diit yang diberikan dan memberikan motivasi untuk

menghabiskan asupan makanan sehingga membantu pasien dalam menangani masalah gizi yang

dihadapi.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A.      Kesimpulan

Dari studi kasus diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :

Page 11: Kasus Post Op

Dari studi kasus diatas berdasarkan data subyektif dan obyektif dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1.      Diagnosa penyakit pasien adalah moderate cholangitis yang telah menjalani operasi

pengangkatan kandung empedu, dengan keluhan masih merasakan sakit pada bagian tubuh

yang dioperasi (abdomen), mual serta pusing.

2.      Permasalahan gizi (N1-55.1) yaitu kekurangan intake mineral yang disebabkan oleh faktor

fisiologi seperti peningkatan kebutuhan zat gizi karena penyakit katabolik yang lama yang

ditandai dengan penurunan hemoglobin yaitu 9,5 gr/dl, dan (N1-2.1) yaitu kekurangan intake

makanan dan minuman oral yang disebabkan oleh nafsu makan yang menurun serta pasien

dalam kondisi puasa karna post op. Hari pertama. yang ditandai dengan hasil recall dibawah

standar kebutuhan.

3.      Diet yang diberikan pada pasien adalah diet rendah lemak dengan total energi 1841,5 kkal/kg

BB dan protein tinggi yaitu 71,92 gr/kg BB. Diet yang diberikan dalam bentuk makanan

lunak.

4.      Asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat kurang dari kebutuhan karena pasien dalam

kondisi puasa post. operasi hari pertama.

5.      Hasil monitoring dan evaluasi terdiri atas :

                      - Pemeriksaan fisik/klinis dengan keadaan umum pasien tampak lemah.

b                   - Pengukuran antropometri pasien tidak ada perubahan selama pengamatan.

c       - Pemeriksaan laboratorium menunjukan bilirubin tinggi, Albumin rendah,leukosit tinggi,

GDP  sesaat rendah, hematokrit rendah dan hemoglobin rendah.

6.      Edukasi melalui pendekatan konsultasi penyuluhan gizi dan pendekatan motivasi pada

keluarga pasien tidak ada perubahan karena pasien sama sekali tidak menjalani diet yang

diberikan.

A.   Saran

1.      Bagi pasien :

Disarankan agar pasien mematuhi diet yang telah diberikan oleh rumah sakit, dan

menjalankan diet yang telah diberikan.

2.      Bagi Ahli gizi :

Page 12: Kasus Post Op

Disarankan agar ahli gizi semakin meningkatkan kontrol diet bagi pasien serta lebih

melakukan pendekatan dengan pasien agar pasien lebih terbuka, baik bagi pasien yang

sedang menjalankan rawat inap maupun rawat jalan.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier Sunita, 2007. Penuntun Diet, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III jilid I. fakultas Kedokteran UI. Jakarta.

2001

Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III jilid II. fakultas Kedokteran UI.

Jakarta. 2001

Halim, Prof, 2001. Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam Diagnosis Dan Terapi, Buku

Kedokteran, Jakarta.

Rosnelly, dkk, 2008. Buku Pedoman Praktis Diagnosa Gizi Dalam Proses Asuhan Gizi

Terstandar, Instalasi Gizi RSU Dr. Saiful Anwar, Malang.

Sulistyorini dkk. Buku Pedoman Diet Rumah Sakit Umur Dr. Saiful Anwar Malang. Instalasi

Gizi. Malang. 2007.

SATUAN ACARA PENYULUHAN DIET NUTRISI PASCA OPERASI

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Page 13: Kasus Post Op

Masalah : Nutrisi untuk pasien pasca operasi

Pokok bahasan : Diet Nutrisi pasca operasi

Sub Pokok Bahasan : Kebutuhan nutrisi pasca operasi

Sasaran : keluarga pasien pasca operasi

Waktu : 20 menit

Tempat : diruang bedah umum, Kemuning lantai 4

Penyuluh : Mahasiswa/i F. Kep Unpad

Tanggal : 2 Januari 2012

A.           Tujuan Instruksional Umum

Setelah dilakukan penyuluhan klien dan keluarga mampu mengetahui kebutuhan nutrisi

pasca operasi.

B.            Tujuan Instruksional Khusus

Setelah dilakukan penyuluhan selama 20 menit, klien dan keluarga dapat :

a.      Menyebutkan pengertian nutrisi

b.      Menyebutkan tujuan pemenuhan nutrisi

c.      Menyebutkan nutrisi yang baik untuk pasien pasca operasi

C.            Metode dan Media

-          Metode yang digunakan adalah diskusi, tanya jawab dan demonstrasi

-          Media yang digunakan leaflet

D.           Materi Penyuluhan

a.      Pengertian nurtisi

b.      Tujuan memenuhi kebutuhan nutrisi pasca operasi

c.      Jenis nurtisi yang baik untuk pasien pasca operasi

Page 14: Kasus Post Op

E.            Proses Belajar Mengajar

No Komunikator Komunikan waktu

1.

2.

Pre Interaksi

Memberi salam dan

memperkenalkan diri

Menjelaskan tujuan penyuluhan

dan tema penyuluhan

Menjawab salam

Mendengarkan

5 menit

3.

4.

Isi

Menjelaskan materi penyuluhan

mengenai pengertian, manfaat,

tujuan, jenis nutrisi bagi pasien

pasca operasi

Memberikan kesempatan kepada

komunikan untuk bertanya

tentang materi yang disampaikan

Mendengarkan

Mengajukan pertanyaan

10 menit

5.

6.

7.

Penutup

Memberikan pertanyaan akhir

sebagai evaluasi

Menyimpulkan bersama-sama

hasil kegiatan penyuluhan

Menutup penyuluhan dan

mengucapkan salam

Menjawab

Mendengarkan

Menjawab salam

5 menit

F.             Evaluasi

Prosedur

Setelah diberikan penyuluhan, pemateri mengajukan beberapa pertanyaan yang harus

dijawab oleh klien (post test)

Jenis test

Test yang dilakukan adalah test secara lisan dan demonstrasi ulang

Soal :

Page 15: Kasus Post Op

1.    Sebutkan pengertian nutrisi?

2.    Sebutkan tujuan pemberian nutrisi?

3.    Sebutkan jenis nurtisi yang baik bagi pasien pasca operasi?

Page 16: Kasus Post Op

G.           Lampiran Materi

Pengertian

Nutrisi adalah makanan yang mengandung cukup nilai gizi dan tenaga untuk perkembangan, dan

pemeliharaan kesehatan secara optimal.

Diet Pasca-operasi adalah makanan yang diberikan kepada pasien setelah menjalani

pembedahan. Pengaturan makanan sesudah pembedahan tergantung pada macam pembedahan

dan jenis penyakit penyerta.

Alasan nutrisi dibutuhkan untuk pasien pascaoperasi

Karena tujuan diet pasca-operasi adalah untuk mengupayakan agar status gizi pasien segera

kembali normal untuk mempercepat proses penyembuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh

pasien, dengan cara sebagai berikut :

1. Memberikan kebutuhan dasar (cairan, energi, protein)

2. Mengganti kehilangan protein, glikogen, zat besi, dan zat gizi lain

3. Memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan cairan

4. Mencegah dan menghentikan perdarahan

Tahapan diet pasca bedah

a.       Diet Pasca-Bedah I (DPB I)

Diet ini diberikan kepada semua pasien pascabedah :

1. Pasca-bedah kecil : setelah sadar dan rasa mual hilang

2. Pasca-bedah besar : setelah sadar dan rasa mual hilang serta ada tanda-tanda usus mulai

bekerja

Cara Memberikan Makanan

Selama 6 jam sesudah operasi, makanan yang diberikan berupa air putih, the manis, atau

cairan lain seperti pada makanan cair jernih. Makanan ini diberikan dalam waktu sesingkat

mungkin, karena kurang dalam semua zat gizi. Selain itu diberikan makanan parenteral

sesuai kebutuhan.

b.      Diet Pasca-Bedah II (PDB II)

Diet pasca-bedah II diberikan kepada pasien pascabedah besar saluran cerna atau sebagai

perpindahan dari Diet Pasca Bedah I

Page 17: Kasus Post Op

Cara Memberikan Makanan

Makanan diberikan dalam bentuk cair kental, berupa kaldu jernih, sirup, sari buah, sup,

susu, dan puding rata-rata 8-10 kali sehari selama pasien tidak tidur. Jumlah cairan yang

diberikan tergantung keadaan dan kondisi pasien. Selain itu dapat diberikan makanan

parenteral bila diperlukan. DPB II diberikan untuk waktu sesingkat mungkin karena zat

gizinya kurang. Makanan yang tidak boleh diberikan pada diet pasca-bedah II adalah air

jeruk dan minuman yang mengandung karbondioksida.

c.       Diet Pasca-Bedah III

Diet Pasca-Bedah III diberikan kepada pasien pascabedah besar saluran cerna atau sebagai

perpindahan dari diet pasca-bedah II.

Cara Memberikan Makanan

Makanan yang diberikan berupa makanan saring ditambah susu dan biscuit. Cairan

hendaknya tidak melebihi 2000 ml sehari. Selain itu dapat memberikan makanan parenteral

bila diperlukan. Makanan yang tidak dianjurkan adalah makanan dengan bumbu tajam dan

minuman yang mengandung karbondioksida.

d.      Diet Pasca-Bedah IV

Diet Pasca-Bedah IV diberikan kepada :

1. Pasien pasca bedah kecil, setelah diet pasca-bedah

2. Pasien pascabedah besar, setelah diet Pasca-Bedah III

Cara Memberikan Makanan

Makanan diberikan berupa makanan lunak yang dibagi dalam 3 kali makanan lengkap dan 1

kali makanan selingan.

Jenis makanan yang harus diperhatikan untuk penyembuhan luka

Diantara makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air yang

cukup, maka yang paling penting untuk penyembuhan luka adalah protein dan vitamin C.

Alasannya: Protein dan vitamin C sangat penting peranannya dalam proses penyembuhan luka.

Selain itu vitamin C punya peranan penting untuk mencegah terjadinya infeksi dan perdarahan

luka.

Contoh makanan yang perlu diperhatikan untuk penyembuhan luka

Page 18: Kasus Post Op

1.      Protein; terbagi menjadi: nabati dan hewani. Contoh nabati yaitu tempe, tahu, kacang-kacangan

dll. Contoh protein hewani, hati, telur, ayam, udang dll.

2.      Vitamin C adalah kacang-kacangan, jeruk, jambu, daun papaya, bayam, tomat, daun singkong

dll

Tata cara pelaksanaan untuk memenuhi nutrisi yang perlu diperhatikan untuk

penyembuhan luka

1. Tingkatkan konsumsi makanan yang mengandung protein dan vitamin C

2. Bila mual:

a. Makannlah dengan porsi sedikit tapi sering

b. Sajikan ketika masih hangat

c. Sebelum makan, minum air hangat

d. Hindari makanan dengan berbumbu tajam

TIPS PERAWATAN PASCAOPERASI

Secara umum, untuk mempercepat proses penyembuhan dan pemulihan kondisi pasien pasca

operasi, perlu kita perhatikan tips di bawah ini:

• Makan makanan bergizi, misalnya: nasi, lauk pauk, sayur, susu, buah.

• Konsumsi makanan (lauk-pauk) berprotein tinggi, seperti: daging, ayam, ikan, telor dan

sejenisnya.

• Minum sedikitnya 8-10 gelas per hari.

• Usahakan cukup istirahat.

• Mobilisasi bertahap hingga dapat beraktivitas seperti biasa. Makin cepat makin bagus.

• Mandi seperti biasa, yakni 2 kali dalam sehari.

• Kontrol secara teratur untuk evaluasi luka operasi dan pemeriksaan kondisi tubuh.

• Minum obat sesuai anjuran dokter.

Contoh diet pada macam-macam tindakan pembedahan

a. Diet Untuk Bedah Kantung Empedu dan Kombinasi dengan Abdomino-Perineal

Bedah pada kantung empedu yang dikombinasikan dengan Abdomino-Perineal, oral feeding

Page 19: Kasus Post Op

biasanya diberikan di awal. Berikut adalah sebuah contoh jadwal diet yang sederhana:

Hari pertama (hari saat operasi): dipenuhi kebutuhan transfusi dan formula infus yang cukup.

Hari kedua : ditambah sejumlah kecil cairan (teh, gelatin, dan air jahe) tanpa susu atau jus buah.

Hari ketiga : cairan, termasuk susu skim dan jus buah boleh diberikan. Pemberian makanan

pembuluh darah melalui infus dilanjutkan, kecuali glukosa dalam air, ditambah vitamin dapat

digantikan dengan bagian dari larutan garam.

Hari keempat : sejumlah kecil campuran cairan yang mengandung tinggi protein boleh

ditambahkan. Pada hari ini 1 liter protein hidrolisat dapat dihilangkan dari pemberian makanan

bagi pembuluh darah.

Hari kelima : jumlah makanan boleh ditingkatkan, setidaknya 70-100 gram. Protein harus

tersedia dalam oral feeding. Pemberian vitamin secara oral sudah bisa diberikan. Pemberian

makan pembuluh darah melalui infus dapat dihentikan.

Hari keenam : Diet makanan biasa sudah bisa diberikan kepada pasien.

Beberapa pasien yang kantung empedunya dioperasi, mungkin lebih merasa nyaman dengan diet

rendah lemak untuk beberapa minggu atau bahkan beberapa bulan setelah operasi.

b. Diet Pasca Operasi Anus/Dubur

Operasi dubur hampir sama dengan hemorrhoidectomy, pemberian makan biasanya dilakukan

dalam waktu 24 jam atau sesegera mungkin, bergantung pada anastesi yang telah diatur.

Pengaturan pasca operasi beragam. Beberapa pembedah lebih suka memberi diet rendah serat,

dengan sisa yang terbatas untuk mengurangi pergerakan isi perut. Hal lain yang diperbolehkan

diet normal dan menambah defekasi yang dibantu dengan minyak mineral. Penggunaan jangka

panjang minyak mineral dapat mengurangi karena menganggu penyerapan beberapa mineral dan

vitamin.

c. Diet Pasca Operasi Umum

Diet yang ditentukan untuk pasien yang mempunyai riwayat bedah tulang atau gigi, atau yang

telah mengalami kecelakaan kecil, dapat diberi lebih dulu program diet yang lebih cepat

dibandingkan dengan program diet pasca operasi gastrointestinal. Secara bertahap, pasien dapat

mengkonsumsi diet berupa cairan penuh pada hari kedua setelah operasi, diet makanan lunak

pada hari ketiga, dan diet makanan biasa pada hari keempat. Kondisi pasien menentukan diet

yang akan dikonsumsi. Yang perlu diperhatikan adalah diet tersebut harus dapat memenuhi

kebutuhan kalori dan protein. Vitamin secara bertahap diberikan sebagai suplemen.

Page 20: Kasus Post Op

d. Diet Pasca Operasi Mulut dan atau Esofagus

Setelah operasi mulut atau esofagus, pemberian makanan secara parenteral yang biasanya

diberikan pada pasien di awal, dengan pemberian makan dengan menggunakan tabung. Sejak

pasien tinggal di rumah sakit untuk jangka waktu yang cukup lama, yang paling utama adalah

formula diet yang akan diberikan harus memenuhi kebutuhan semua zat gizi. Kebutuhan cairan

dapat dipenuhi secara oral, jenisnya dapat diperoleh dengan mengencerkan makanan padat,

seperti kentang, daging cincang, sayuran dan buah dengan cara diblender atau disaring dan

ditambahkan cairan.

e. Diet Pasca Patah Tulang dan Trauma Lainnya

Pasien yang patah tulang memerlukan peningkatan pemecahan protein dalam pemberian asupan

gizi yang baik bagi individu, yang dapat diperburuk kondisinya hingga menjadi tidak dapat

bergerak, hanya mampu beraktivitas di atas kasur saja. Kehilangan protein (kehilangan nitrogen)

dibarengi dengan kehilangan kalium, fosfor dan sulfur. Perkembangan osteoporosis bertepatan

dengan kehilangan kalsium yang dapat menyebabkan si penderita tidak dapat bergerak.

Pengaturan diet patah tulang: Protein, kalori dan semua zat gizi yang dibutuhkan diperoleh dalam

jumlah bebas. Dibutuhkan sekitar 50 gram protein ditambah 3000 kalori kalori non protein.

Pemindahan cairan dan elektrolit juga dibutuhkan. Jika pasien tidak mampu makan tetapi

membutuhkan sejumlah makanan yang tinggi protein dan tinggi kalori, maka minuman bisa

diberikan diantara waktu makan.

Penyembuhan patah tulang yang kurang baik ketika jaringan telah habis. Protein bebas dalam

diet menyokong kalsium dalam tulang dan membentuk tulang yang baik.

Page 22: Kasus Post Op

 

 

 

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DIII

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES ) MUHAMMADIYAH

GOMBONG

2011

BAB I

PENDAHULUAN

 

1. A.    Latar Belakang

Dari setiap tubuh manusia menjadi hal yang menarik untuk dipelajari. Salah satunya mengenai penyakit, patofisiologi, manifestasi klinis hingga bagaimana menangani masalah. Perkembangan kemajuan teknologi muncul berbagai macam penyakit yang mungkin sudah ada yang bisa diketahui penyebabnya ataupun dalam penyelidikan ahli termasuk penyakit, penangananya serta pola gizi melalui diet yang tepat.

Makanan bukanlah hal sepele yang bisa kita singkirkan, justru ini menjadi hal yang penting baik pada klien sakit biasa ataupun pada pembedahan. Anggapan masyarakat mengenai sistem diet selama ini masih banyak sekali kekurangan untuk itu kita perlu memberi kesadaran yang komprehensif dari cara, macam diet, tujuan diet, dll.

 

1. B.     Rumusan Masalah

    Apa yang diet pre operasi ?

    Apa macam makanan untuk diet?

    Apa tujuan diet post operasi ?

    Bagaimana pemberian makanan pada klien ?

    Bagaimana contoh kasus diet dalam masyarakat ?

Page 23: Kasus Post Op

 

1. C.    Tujuan

Dengan membaca makalah ini, mahasiswa mampu mengenal apa yang dimaksud dalam diet pre dan post operasi.

 

1. D.    Sistematika Penulisan

Makalah ini tersusun atas BAB I PENDAHULUAN yang terdiri dari latar belakang, Rumusan Masalah, Tujuan dan sistematika Penulisan; BAB II PEMBAHASAN Terdiri dari pengertian diet pre dan post operasi, tujuan, jenis makanan, contoh kasus; BAB III PENUTUP terdiri dari Kesimpulan dan daftar Pustaka.

BAB II

PEMBAHASAN

1. A.       Mengenal Jenis Makanan 1. 1.    Diet Makanan Biasa

Makanan biasa sama dengan makanan sehari-hari yang beraneka ragam, bervariasi dengan bentuk, tekstur dan aroma yang normal. Susunan makanan mengacu pada Pola Menu Seimbang dan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan bagi orang dewasa sehat. Makanan biasa diberikan kepada pasien yang berdasarkan penyakitnya tidak memerlukan makanan khusus (diet). Walau tidak ada pantangan secara khusus, makanan sebaiknya diberikan dalam bentuk yang mudah dicerna dan tidak merangsang pada saluran cerna.

Tujuan diet makanan biasa adalah memberikan makanan sesuai kebutuhan gizi untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh.

Syarat-syarat diet makanan biasa adalah:

    energi sesuai kebutuhan normal orang dewasa sehat dalam keadaan istirahat;

    protein 10-15% dari kebutuhan energi total;

    lemak 10-25% dari kebutuhan energi total;

    karbohidrat 60-75% dari kebutuhan energi total;

    cukup mineral, vitamin dan kaya serat;

    makanan tidak merangsang saluran cerna;

Page 24: Kasus Post Op

    makanan sehari-hari beraneka ragam dan bervariasi.

    Makanan yang tidak dianjurkan untuk diet makanan biasa adalah makanan yang merangsang, seperti makanan yang berlemak tinggi, terlalu manis, terlalu berbumbu, dan minuman yang mengandung alkohol.

1. 2.    Diet Makanan Lunak

Makanan lunak adalah makanan yang memiliki tekstur yang mudah dikunyah, ditelan, dan dicerna dibandingkan makanan biasa. Menurut keadaan penyakit, makanan lunak dapat diberikan langsung kepada pasien atau sebagai perpindahan dari makanan saring ke makanan biasa.

Tujuan diet makanan lunak adalah memberikan makanan dalam bentuk lunak yang mudah ditelan dan dicerna sesuai kebutuhan gizi dan keadaan penyakit.

Syarat-syarat diet makanan lunak adalah sebagai berikut:

    energi, protein, dan zat gizi lain cukup;

    makanan diberikan dalam bentuk cincang atau lunak, sesuai dengan keadaan penyakit dan kemampuan makan pasien;

    makanan diberikan dalam porsi sedang, yaitu tiga kali makan lengkap dan dua kali selingan;

    makanan mudah cerna, rendah serat, dan tidak mengandung bumbu yang tajam.

1. 3.    Diet Makanan Saring

Makanan saring adalah makanan semi padat yang mempunyai tekstur lebih halus daripada makanan lunak, sehingga lebih mudah ditelan dan dicerna. Menurut keadaan penyakit, makanan saring dapat diberikan langsung kepada pasien atau merupakan perpindahan dari makanan cair kental ke makanan lunak.

Tujuan diet untuk makanan saring adalah memberikan makanan dalam bentuk semi padat sejumlah yang mendekati kebutuhan gizi pasien untuk jangka waktu pendek sebagai proses adaptasi terhadap bentuk makanan yang lebih padat.

Syarat-syarat diet makanan saring adalah:

    hanya diberikan untuk jangka waktu singkat selama 1-3 hari, karena kurang memenuhi kebutuhan gizi terutama energi dan tiamin;

    rendah serat, diberikan dalam bentuk disaring atau diblender;

    diberikan dalam porsi kecil dan sering yaitu 6-8 kali sehari.

Page 25: Kasus Post Op

Makanan saring diberikan kepada pasien sesudah mengalami operasi tertentu, pada infeksi akut termasuk infeksi saluran cerna, serta kepada pasien dengan kesulitan mengunyah dan menelan, atau sebagai perpindahan dari makanan cair ke makanan lunak. Karena makanan ini kurang serat dan vitamin C, maka sebaiknya diberikan untuk jangka waktu pendek, yaitu selama 1-3 hari saja.

1. 4.    Diet Makanan Cair

Makanan cair adalah makanan yang mempunyai konsistensi cair hingga kental.

Makanan ini diberikan kepada pasien yang mengalami gangguan mengunyah, menelan, dan mencernakan makanan yang disebabkan oleh menurunnya kesadaran, suhu tinggi, rasa mual, muntah, pasca perdarahan saluran cerna, serta pra dan pasca bedah. Makanan dapat diberikan secara oral atau parental.

Menurut konsistensi makanan, makanan cair terdiri atas tiga jenis, yaitu: makanan cair jernih, makanan cair penuh, dan makanan cair kental. Makanan cair jernih adalah makanan yang disajikan dalam bentuk cairan jernih pada suhu ruang dengan kandungan sisa (residu) minimal dan tembus pandang bila diletakkan dalam wadah bening. Jenis cairan yang diberikan tergantung pada keadaan penyakit atau jenis operasi yang dijalani.

Tujuan diet makanan cair jernih adalah untuk:

memberikan makanan dalam bentuk cair, yang memenuhi kebutuhan cairan tubuh yang mudah diserap dan hanya sedikit meninggalkan sisa, mencegah dehidrasi yang menghilangkan rasa haus.

Syarat diet makanan cair adalah:

    makanan diberikan dalam bentuk cair jernih;

    bahan makanan hanya terdiri dari sumber karbohidrat;

    tidak merangsang saluran cerna dan mudah diserap;

    sangat rendah sisa;

    diberikan hanya selama 1-2 hari;

    porsi kecil dan diberikan sering.

Makanan cair jernih diberikan kepada pasien sebelum dan sesudah operasi tertentu, keadaan mual, muntah dan sebagai makanan tahap awal pasca pendarahan saluran cerna. Bahan makanan yang boleh diberikan antara lain teh, sari buah, kaldu, air gula, serta cairan mudah cerna. Makanan dapat ditambah dengan suplemen energi tinggi dan rendah sisa.

 

Page 26: Kasus Post Op

Diet pre operasi

1. A.      Teoritis Diet pre operasi menurut ahli dunia

London, Lebih dari 100 tahun protokol medis, pasien biasanya tidak diperbolehkan makan setidaknya 12 jam sebelum menjalani operasi. Namun ada pendekatan baru yang mengubah kebiasaan tersebut, makan sebelum operasi justru dapat mempercepat masa pemulihan.

Dilansir dari Dailymail, Sabtu (2/10/2010), pendekatan baru ini dipelopori di akhir tahun sembilan puluhan oleh ahli bedah Denmark, Profesor Henrik Kehlet.

Menurutnya, protokol medis lama tidak memperbolehkan pasien makan 12 jam sebelum operasi. Selain itu, bila pasien menjalani operasi perut, maka ia pun tidak boleh makan sampai seminggu setelah operasi dan hanya boleh bergerak di tempat tidur selama berminggu-minggu.

Dengan demikian, tidak mengherankan bila pasien sering mengalami penurunan berat badan yang dramatis, khususnya bagi orang yang lemah dan usia lanjut. Bila dibiarkan seperti ini, pasca operasi pasien justru lebih lemah dan rentan terhadap infeksi, sehingga akan memakan waktu laama untuk pemulihan.

Bertentangan dengan tradisi konvensional, Prof Kehlet justru merekomendasikan pasien untuk diberi makanan yang kaya karbohidrat seperti kentang dan pasta sampai 6 jam sebelum operasi, serta minuman berenergi tinggi sampai 2 jam sebelum operasi.

Selain itu, setelah operasi pun pasien sebaiknya makan sesegera mungkin. Pasien juga hendaknya bangun dan banyak bergerak di hari berikutnya, bukan hanya beristirahat di tempat tidur.

Bergerak juga merupakan hal yang penting. Tidak bergerak dan hanya tidur di tempat tidur dalam waktu yang lama akan meningkatkan risiko infeksi sehingga dapat memperpanjang penyakit,” jelas Prof Kehlet.

Prof Kehlet juga mempertanyakan semua prosedur standar dan menyingkirkan semua prosedur bila tidak mendukung penyembuhan dan pemulihan pasien.

Menurutnya, alasan utama untuk tidak memperbolehkan pasien makan sebelum operasi adalah risiko kesulitan bernapas karena makanan dari lambung masuk ke paru-paru. Tetapi risiko ini ternyata sangat minimal.

Pendekatan Prof Kehlet telah diikuti di Inggris sejak tahun 2002, dipelopori oleh seorang ahli bedah kolorektal di Yeovil District Hospital dan St Mark’s Hospital.

Cara baru yang dinamakan Enhanced Recovery (ER) ini telah diam-diam merevolusi perawatan pra dan pasca operasi untuk pasien.

Page 27: Kasus Post Op

ER jelas merupakan kisah sukses, namun baru ada 72 rumah sakit di Inggris menggunakan teknik ini,” ujar Ian Jenkins, dokter bedah di St Mark’s Hospital, London.

 

1. B.       Diet Pre operasi yang umum di indonesia

Jika operasi Anda akan berada di bagian dari sistem pencernaan Anda, memiliki makanan dalam sistem Anda bisa mempersulit operasi dan menyebabkan infeksi atau menyebabkan operasi dibatalkan.

Jika Anda memiliki makanan atau cairan di perut Anda selama operasi Anda, Anda bisa muntah sementara di bawah anestesi.

Janganlah makan makanan berat selama 8 – 12 ja, dan makanlah salad atau sup unuk makanan terakhir sebelum operasi.

 

Diet Post Operasi

1. A.      Pengertian diet post operasi

Diet pasca bedah atau post operasi adalah makanan yang diberikan kepada pasien setelah menjalani pembedahan. Pengaturan makanan sesudah pembedahan tergantung pada macam pembedahan dan jenis penyakit penyerta.

Waktu ketidakmampuan pasien setelah operasi atau pembedahan dapat diperpendek melalui pemberian zat gizi yang cukup. Hal yang juga harus diperhatikan dalam pemberian diet pasca operasi untuk mencapai hasil yang optimal adalah mengenai karakter individu pasien.

 

1. B.       Apa tujuan diet post operasi

Pengaruh operasi terhadap metabolism pasca-operasi tergantung berat ringannya operasi, keadaan gizi pasien pasca-operasi, dan pengaruh operasi terhadap kemampuan pasien untuk mencerna dan mengabsorpsi zat-zat gizi.

Setelah operasi sering terjadi peningkatan ekskresi nitrogen dan natrium yang dapat berlangsung selama 5-7 hari atau lebih pasca-operasi. Peningkatan ekskresi kalsium terjadi setelah operasi besar, trauma kerangka tubuh, atau setelah lama tidak bergerak (imobilisasi). Demam meningkatkan kebutuhan energi, sedangkan luka dan perdarahan meningkatkan kebutuhan protein, zat besi, dan vitamin C. Cairan yang hilang perlu diganti.

Page 28: Kasus Post Op

Tujuan diet pascabedah adalah untuk mengupayakan agar status gizi pasien segera kembali normal untuk mempercepat proses penyembuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh pasien, dengan cara sebagai berikut:

1. Memberikan kebutuhan dasar (cairan, energi, protein)2. Menggantikan kehilangan protein, glikogen, zat besi, dan zat gizi lain3. Memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan cairan

 

1. C.    Syarat Diet

Diet yang disarankan adalah :

1. Mengandung cukup energi, protein, lemak, dan zat-zat gizi2. Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan penderita3. Menghindari makanan yang merangsang (pedas, asam, dll)4. Suhu makanan lebih baik bersuhu dingin5. Pembagian porsi makanan sehari diberikan sesuai dengan kemampuan dan kebiasaan makan

penderita.6. Syarat diet pasca-operasi adalah memberikan makanan secara bertahap mulai dari bentuk cair,

saring, lunak, dan biasa. Pemberian makanan dari tahap ke tahap tergantung pada macam pembedahan dan keadaan pasien

 

1. D.    Jenis Diet dan Pemberian 1. Diet Pasca-Bedah I (DPB I)

Diet ini diberikan kepada semua pasien pascabedah :

Pasca-bedah kecil : setelah sadar dan rasa mual hilang

Pasca-bedah besar : setelah sadar dan rasa mual hilang serta ada tanda-tanda usus mulai bekerja

Cara Memberikan Makanan

Selama 6 jam sesudah operasi, makanan yang diberikan berupa air putih, teh manis, atau cairan lain seperti pada makanan cair jernih. Makanan ini diberikan dalam waktu sesingkat mungkin, karena kurang dalam semua zat gizi. Selain itu diberikan makanan parenteral sesuai kebutuhan.

1. Diet Pasca-Bedah II (PDB II)

Diet pasca-bedah II diberikan kepada pasien pascabedah besar saluran cerna atau sebagai perpindahan dari Diet Pasca Bedah I.

Cara Memberikan Makanan

Page 29: Kasus Post Op

Makanan diberikan dalam bentuk cair kental, berupa kaldu jernih, sirup, sari buah, sup, susu, dan puding rata-rata 8-10 kali sehari selama pasien tidak tidur. Jumlah cairan yang diberikan tergantung keadaan dan kondisi pasien. Selain itu dapat diberikan makanan parenteral bila diperlukan. DPB II diberikan untuk waktu sesingkat mungkin karena zat gizinya kurang. Makanan yang tidak boleh diberikan pada diet pasca-bedah II adalah air jeruk dan minuman yang mengandung karbondioksida.

1. Diet Pascabedah III (DPB III)

DPB III diberikan kepada pasien pascabedah besar saluran cerna atau sebagai perpindahan dari DPB II. Makanan yang diberikan berupa makanan saring ditambah susu dan biskuit. Cairan hendaknya tidak melebihi 2000 ml sehari. Selain dapat diberikan Makanan Parenteral bila diperlukan. Makanan yang tidak dianjurkan untuk DPB III adalah makanan dengan bumbu tajam dan minuman yang mengandung karbondioksida.

1. Diet pasca bedah IV

Berupa nasi Tim dan lauk Tinggi Kalori Tinggi Protein. Makanan tinggi kalori dan tinggi protein Berupa makanan seimbang.

Makanan yang dihindari :

Disesuaikan dengan kondisi klien”

Misalnya :

    Darah tinggi mengurangi konsumsi garam dan kolesterol

    Kencing manis mengurangi konsumsi gula

    Orang yang alergi terhadap makanan tertentu seperti telur, ikan asin, kacang harus dihindari

 

1. E.     Contoh Diet Post Operasi pada kasus 1. Diet Untuk Bedah Kantung Empedu dan Kombinasi dengan Abdomino-Perineal

Bedah pada kantung empedu yang dikombinasikan dengan Abdomino-Perineal, oral feeding biasanya diberikan di awal. Berikut adalah sebuah contoh jadwal diet yang sederhana:

Hari pertama (hari saat operasi): dipenuhi kebutuhan transfusi dan formula infus yang cukup.

Hari kedua : ditambah sejumlah kecil cairan (teh, gelatin, dan air jahe) tanpa susu atau jus buah.

Page 30: Kasus Post Op

Hari ketiga : cairan, termasuk susu skim dan jus buah boleh diberikan. Pemberian makanan pembuluh darah melalui infus dilanjutkan, kecuali glukosa dalam air, ditambah vitamin dapat digantikan dengan bagian dari larutan garam.

Hari keempat : sejumlah kecil campuran cairan yang mengandung tinggi protein boleh ditambahkan. Pada hari ini 1 liter protein hidrolisat dapat dihilangkan dari pemberian makanan bagi pembuluh darah.

Hari kelima : jumlah makanan boleh ditingkatkan, setidaknya 70-100 gram. Protein harus tersedia dalam oral feeding. Pemberian vitamin secara oral sudah bisa diberikan. Pemberian makan pembuluh darah melalui infus dapat dihentikan.

Hari keenam : Diet makanan biasa sudah bisa diberikan kepada pasien.

Beberapa pasien yang kantung empedunya dioperasi, mungkin lebih merasa nyaman dengan diet rendah lemak untuk beberapa minggu atau bahkan beberapa bulan setelah operasi.

1. Diet Pasca Operasi Anus/Dubur

Operasi dubur hampir sama dengan hemorrhoidectomy, pemberian makan biasanya dilakukan dalam waktu 24 jam atau sesegera mungkin, bergantung pada anastesi yang telah diatur. Beberapa pembedah lebih suka memberi diet rendah serat, dengan sisa yang terbatas untuk mengurangi pergerakan isi perut. Hal lain yang diperbolehkan diet normal dan menambah defekasi yang dibantu dengan minyak mineral.

Penggunaan jangka panjang minyak mineral dapat mengurangi karena menganggu penyerapan beberapa mineral dan vitamin.

1. Diet Pasca Operasi Umum

Diet yang ditentukan untuk pasien yang mempunyai riwayat bedah tulang atau gigi, atau yang telah mengalami kecelakaan kecil, dapat diberi lebih dulu program diet yang lebih cepat dibandingkan dengan program diet pasca operasi gastrointestinal. Secara bertahap, pasien dapat mengkonsumsi diet berupa cairan penuh pada hari kedua setelah operasi, diet makanan lunak pada hari ketiga, dan diet makanan biasa pada hari keempat. Kondisi pasien menentukan diet yang akan dikonsumsi. Yang perlu diperhatikan adalah diet tersebut harus dapat memenuhi kebutuhan kalori dan protein. Vitamin secara bertahap diberikan sebagai suplemen.

1. Diet Pasca Operasi Mulut dan atau Esofagus

Setelah operasi mulut atau esofagus, pemberian makanan secara parenteral yang biasanya diberikan pada pasien di awal, dengan pemberian makan dengan menggunakan tabung. Sejak pasien tinggal di rumah sakit untuk jangka waktu yang cukup lama, yang paling utama adalah formula diet yang akan diberikan harus memenuhi kebutuhan semua zat gizi. Kebutuhan cairan dapat dipenuhi secara oral, jenisnya dapat diperoleh dengan mengencerkan makanan padat,

Page 31: Kasus Post Op

seperti kentang, daging cincang, sayuran dan buah dengan cara diblender atau disaring dan ditambahkan cairan.

 

 

 

1. F.     Tips Perawatan pasca Operasi

Secara umum, untuk mempercepat proses penyembuhan dan pemulihan kondisi pasien

pasca operasi, perlu kita perhatikan tips di bawah ini:

1. Makan makanan bergizi, misalnya: nasi, lauk pauk, sayur, susu, buah. 2. Konsumsi makanan (lauk-pauk) berprotein tinggi, seperti: daging, ayam, ikan, telor dan

sejenisnya. 3. Minum sedikitnya 8-10 gelas per hari. 4. Usahakan cukup istirahat. 5. Mobilisasi bertahap hingga dapat beraktivitas seperti biasa. Makin cepat makin bagus. 6. Mandi seperti biasa, yakni 2 kali dalam sehari. 7. Kontrol secara teratur untuk evaluasi luka operasi dan pemeriksaan kondisi tubuh. 8. Minum obat sesuai anjuran dokter.

 

1. G.    Cara pemberian Makanan selain Oral 1. 1.         Tube feeding

Tube Feeding merupakan metode yang paling sering digunakan dalam diet pasca bedah. Ketika pasien tidak mampu untuk makan melalui mulut setelah melewati operasi, kecelakaan, pingsan, kasrinoma pada esofagus, kebutuhan zat gizi harus disuplai.

Tube Feeding biasanya dilakukan melalui saluran hidung. Pipa dimasukkan cairan yang mengandung zat gizi ke dalam tubuh secara aman menuju dinding perut. Cairan tersebut mengalir ke dalam lambung melalui rongga. Pasien membutuhkan dukungan yang besar untuk mengatur kondisi ini.

1. 2.         Rectal Feeding

Pemberian makan kepada pasien melalui rektum akan membatasi kualitas dan kuantitas makanan yang diberikan. Makanan tidak dapat melewati katup ileocecal dengan diserap melalui usus besar.

 

Page 32: Kasus Post Op

1. H.    Contoh Kasus di masyarakat

Seorang ibu muda menjalani operasi cesar (sectio caesaria) untuk melahirkan bayinya. Ketika masih di Rumah Sakit, si ibu diberi makan yang enak-enak seperti daging, telor, sup, buah, snack dan lain-lain. Eh, begitu sampai di rumah, para kerabat melarang makan ikan, daging, sayur berkuah, dan banyak larangan lainnya. Ngenes deh.

Dalam praktek sehari-hari, kejadian semacam ini masih ada. Ketika ditanya mengapa para kerabat atau tetangga melarang makan makanan tertentu, jawabannya nyaris seragam, yakni: takut luka operasi lambat kering, takut gatal dan lain-lain.Kadang pasien atau pihak keluarga bertanya :

1. Bolehkah makan daging, ayam, ikan ?2. Bolehkan makan makanan yang digoreng (berminyak)3. Bolehkan makan sayuran bersantan ?

Jawab: Boleh !!! Bahkan sangat dianjurkan makan makanan bergizi agar mempercepat penyembuhan luka operasi dan kondisi tubuh segera pulih kembali.

 

1. I.       Contoh Menu Diet Post Operasi dalam 1 Hari ( Amandel )

Makanan cair dapat berupa susu, tatapi tidak boleh terlalu panas. Makanan dalam suhu dingin lebih baik karena dapat mempercepat berhentinya perdarahan. Setelah tahap makanan cair, dapat diberikan makanan dalam bentuk saring bertahap ke makanan lunak dan kembali seperti semasa sehat, sesuai dengan kemampuan pasien menerima makanan.

Contoh Menu

1. PAGI Bubur Sumsum

Orak-Arik Tahu

Telur Rebus Setengah Matang

1. Pukul 10.00

Puding caramel atau es krim

1. Siang

Bubur Saring

orak-arik tahu

Page 33: Kasus Post Op

Sup Makaroni

Jus Pepaya

1. Pukul 16.00

Puding

1. Sore : Bubur saring, ayam giling bumbu, tahu kukus, sup oyong.

BAB III

PENUTUP

 

1. A.    Kessimpulan

Pada diet pre operasi, Jika operasi Anda akan berada di bagian dari sistem pencernaan Anda, memiliki makanan dalam sistem Anda bisa mempersulit operasi dan menyebabkan infeksi atau menyebabkan operasi dibatalkan. Jika Anda memiliki makanan atau cairan di perut Anda selama operasi Anda, Anda bisa muntah sementara di bawah anestesi. Janganlah makan makanan berat selama 8 – 12 jam, dan makanlah salad atau sup unuk makanan terakhir sebelum operasi.

Diet pasca bedah atau post operasi adalah makanan yang diberikan kepada pasien setelah menjalani pembedahan. Pengaturan makanan sesudah pembedahan tergantung pada macam pembedahan dan jenis penyakit penyerta. Waktu ketidakmampuan pasien setelah operasi atau pembedahan dapat diperpendek melalui pemberian zat gizi yang cukup. Hal yang juga harus diperhatikan dalam pemberian diet pasca operasi untuk mencapai hasil yang optimal adalah mengenai karakter individu pasien.

Tujuan diet pascabedah adalah untuk mengupayakan agar status gizi pasien segera kembali normal untuk mempercepat proses penyembuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh pasien, dengan cara sebagai berikut:

    Memberikan kebutuhan dasar (cairan, energi, protein)

    Menggantikan kehilangan protein, glikogen, zat besi, dan zat gizi lain

    Memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan cairan

 

 

 

Page 34: Kasus Post Op

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

http://www.detikhealth.com/read/2010/10/02/110327/1453718/763/makan-sebelum-operasi-dapat-mempercepat-masa-pemulihan

http://www.smallcrab.com/makanan-dan-gizi/617-jenis-makanan-untuk-diet

blog : [email protected]

http://nuy2008.blogspot.com/2008/12/diet-pasca-operasi_19.html

http://cakmoki86.wordpress.com/2007/08/11/makan-bergizi-pasca-operasi/

http://tutorialkuliah.onsugar.com/Diet-Pasca-operasi-13748043

http://ritongadina.blogspot.com/