perawatan luka post op novi
DESCRIPTION
obsTRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Luka adalah gangguan dari kondisi normal pada kulit. Luka yang sering di temukan
adalah luka yang bersih tanpa kontaminasi,misal luka insisi yang tertutup pada operasi. Luka
operasi adalah luka yang disebabkan karena tindakan operasi misalnya pada operasi
saesar. Sayatan pada dinding uterus dan dinding depan abdomen menimbulkan luka bekas
operasi seksio sesarea. Hal ini menyebabkan terputusnya jaringan dan kerusakan sel. Luka
sembuh karena degenerasi jaringan atau oleh pembentukan granulasi.
Biasanya luka tipe ini lebih kecil hanya berupa sayatan dan sudah dilakukan
penjahitan jaringan, sehingga luka tidak dalam kondisi terbuka. Luka operasi secara normal
akan mengalami penyembuhan luka setidaknya dalam waktu 3 minggu. Prinsip utama dalam
manajemen perawatan luka adalah pengendalian infeksi karena infeksi menghambat proses
penyembuhan luka sehingga menyebabkan angka morbiditas dan mortalitas bertambah besar.
Infeksi luka post operasi merupakan salah satu masalah utama dalam praktek pembedahan.
Dengan berkembangnya era asepsis, teknik operasi serta perawatan bedah maka komplikasi
luka pasca operasi cenderung menurun. Jika luka pasien mengalami infeksi menyebabkan
masa perawatan lebih lama, sehingga biaya perawatan di rumah sakit menjadi lebih tinggi
PERAWATAN LUKA POST OPERATIF
Luka adalah keadaan di mana kontinuitas jaringan rusak bisa karena akibat dari trauma,
kimiawi, listrik, radiasi.
Klasifikasi luka dibedakan berdasarkan derajat kontaminasinya:
1. Luka bersih
Luka sayat elektif
Steril, potensial terinfeksi
Tidak ada kontak dengan orofaring, traktus respiratorius, traktus alimentarius,
traktus genitourinarius.
2. Luka bersih tercemar
Luka sayat elektif
Potensi teinfeksi: spillage minimal, flora normal
Kontak dengan orofaring, traktus respiratorius, traktus alimentarius, traktus
genitourinarius.
Proses penyembuhan lebih lama
Contoh: apendektomi, operasi vaginal, dsb
3. Luka tercemar
Potensi terinfeksi: spillage dari traktus respiratorius, traktus alimentarius,
traktus genitourinarius, urin
Luka trauma baru: laserasi, fraktur terbuka, luka penetrasi
4. Luka kotor
Akibat pembedahan yang sangat terkontaminasi
Perforasi visera, abses, trauma lama.
Berdasarkan kedalaman dan luas luka
a. Stadium I : luka superfisial “non-blanching erithema, yaitu luka yang terjadi pada
lapisan epidermis kulit
b. Stadium II : luka “partiall thickness”, yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan
epidermis dan bagian atas dari dermis
c. Stadum III : luka “full thickness” yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan
atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati
jaringan yang mendasarinya.
d. Stadium IV : luka “full thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang
dengan adanya destruksi / kerusakan yang luas.
Luka insisi yang bersih melalui epidermis, dermis dan jaringan subkutis akan sembuh dengan
serangkaian tahapan yang timbul bergantian selama waktu tertentu. Segera setelah itu, timbul
peradangan akut dan epitelium menutupi luka. Jaringan parut akan terbentuk lebih lambat dan
diremodeling untuk menghubungkan erat sisi-sisi luka.
Penyembuhan luka dapat terjadi secara:
1. Per primam yaitu penyembuhan yang terjadi setelah segera diusahakan bertaut tepi
lukanya biasanya dengan jahitan
2. Per sekundam yaitu luka yang tidak mengalami penyembuhan per primam. Proses
penyembuhan terjadi lebih kompleks dan lebih lama. Luka jenis ini biasanya tetap
terbuka. Biasanya dijumpai pada luka-luka dengan kehilangan jaringan,
terkontaminasi/terinfeksi. Penyembuhan dimulai dari lapisan dalam dengan
pembentukkan jaringan granulasi
3. Per tertiam atau per prinam tertunda yaitu luka yang dibiarkan terbuka selama
beberapa hari setelah tindakan debridemen. Setelah diyakini bersih, tepi luka
dipertautkan.
Proses penyembuhan luka alami:
1. Fase inflamasi atau lag phase. Berlangsung sampai hari ke-5. Akibat luka terjadi
perdarahan. Ikut keluar trombosit dan sel-sel radang. Trombosit mengeluarkan
prostaglandin, tromboksan, bahan kimia tertentu dan asam amino tertentu yang
mempengaruhi pembekuan darah, mengatur tonus dinding pembuluh darah dan
kemotaksis terhadap leukosit.
Terjadi vasokonstriksi dan proses penghentian perdarahan. Sel radang keluar dari
pembuluh darah secara diapedesis dan menuju daerah luka secara kemotaksis. Sel
mast mengeluarkan serotonin dan histamin yang meninggikan permeabilitas kapiler,
terjadi eksudasi cairan edema. Dengan demikian timbul tanda-tanda radang. Leukosit,
limfosit, dan monosit menghancurkan dan memakan kotoran dan kuman.
2. Fase proliferasi atau fibroplasi. Berlangsung dari hari ke-6 sampai 3 minggu. Terjadi
proses proliferasi dan pembentukkan fibrolas yang berasal dari sel-sel mesenkim.
Fibroblas menghasilkan mukopolisakarida dan serat kolagen yang terdiri dari asam-
asam amino glisin, prolin dan hidroksiprolin. Mukopolisakarid mengatur deposisi
serat-serat kolagen yang akan mempertautkan tepi luka.
Serat-serat baru dibentuk, diatur, mengkerut, yang tak diperlukan dihancurkan dengan
demikian luka mengkerut atau mengecil. Pada fase ini luka diisi oleh sel-sel radang,
fibroblas, serat-serat kolagen, kapiler-kapiler baru, membentuk jaringan kemerahan
dengan permukaan tidak rata disebut juga jaringan granulasi.
Epitel sel basal di tepi luka lepas dari dasarnya dan pindah menutupi dasar luka,
tempatnya diisi hasil mitosis sel lain. Proses migrasi epitel hanya berjalan ke
permukaan yang rata atau lebih rendah, tak dapat naik. Pembentukkan arignan
granulasi berhenti setelah seluruh permukaan luka tertutup epitel dan mulailah proses
penyembuhan luka: pengaturan kembali, penyerapan yang berlebih.
3. Fase remodeling atau fase resorpsi. Dapat berlangsung berbulan-bulan dan berakhir
bila tanda radang sudah hilang. Parut dan sekitarnya berwarna pucat, tipis, lemas, tak
ada rasa sakit maupun gatal.
Tujuan merawata luka
Mencegah infeksi dari masuknya mikroorganisme ke dalam kulit dan membran
mukosa.
Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan
Mempercepat penyembuhan
Membersihkan luka dari benda asing atau febris
Drainase untuk memudahkan pengeluaran eksudat
Mencegah perdarahan
Penutupan dan Pembalutan Luka
Penutup/pembalut luka berfungsi sebagai penghalang dan pelindung terhadap infeksi
selama proses penyembuhan yang dikenal dengan reepitalisasi. Pertahankan penutup luka
selama hari pertama setelah pembedahan untuk mencegah infeksi selama proses reepitalisasi
berlangsung. Prinsip dalam menutup luka adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang
baik pada luka sehingga proses penyembuhan berlangsung optimal. Fungsi kulit adalah
sebagai sarana pengatur penguapan cairan tubuh dan sebagai barier terhadap invasi bakteri
patogen. Pada luka fungsi ini menurun oleh karena proses inflamasi atau bahkan hilang sama
sekali sehingga untuk membantu mengembalikan fungsi ini, perlu dilakukan penutupan luka.
Pembalutan luka paskaoperasi bertujuan untuk melindungi daerah operasi dari kotoran.
Banyak macam dan jenis balutan, mulai yang paling konvensional seperti kasa, sampai
balutan yang menyerap eksudat. Fungsi balutan antara lain:
1. Sebagai pelindung terhadap penguapan, infeksi
2. Mengupayakan lingkungan yang baik bagi luka dalam proses penyembuhan:
menciptakan kelembaban, sebagai kompres, menyerap eksudat/produk lisis jaringan
3. Sebagai fiksasi, mengurangi pergerakan tepi-tepi luka sampai pertautan terjadi
4. Efek penekanan mencegah berkumpulnya rembesan darah yang menyebabkan
hematom
Pertimbangkan dalam menutup dan membalut luka sangat tergantung pada penilaian
kondisi luka. Luka sayat, bersih, ukuran kecil yang dapat mengalami proses penyembuhan
perprimam tidak memerlukan penutup/pembalut. Sebaliknya pada luka luas dengan
kehilangan kulit atau disertai eksudasi dan produk lisis jaringan memerlukan penggantian
balutan sampai 5-6 kali sehari.
Jika pada pembalut luka terdapat perdarahan sedikit atau keluar cairan tidak terlalu
banyak, jangan mengganti pembalut, perkuat pembalut, pantau keluarnya cairan dan darah.
Jika perdarahan tetap bertambah atau sudah membasahi setengah atau lebih dari
pembalutnya, buka pembalut, inspeksi luka, atasi penyebabnya, dan ganti dengan pembalut
baru. Jika pembalut agak kendor, jangan ganti pembalut tetapi diplester untuk
mengencangkan. Ganti pembalut dengan cara steril. Luka harus dijaga tetap kering dan
bersih, tidak boleh terdapat bukti infeksi atau seroma sampai ibu diperbolehkan pulang dari
rumah sakit. Jika ada tanda infeksi atau pasien demam, berikan antibiotik sampai bebas
demam selama 48 jam.
Tahap-tahap perawatan luka bersih adalah :
Menyiapkan alat-alat dalam baki/trolley. Alat Steril dalam bak instrumen ukuran sedang
tertutup:
a) Pinset anatomis (2 buah)
b) Pinset chirurgis (2 buah)
c) Handscoon steril
d) Kom steril (2 buah)
e) Kassa dan kapas steril secukupnya
f) Gunting jaringan/ Gunting Up Hecting (jika diperlukan)
Alat Lain:
a) Gunting Verband/plester
b) Plester
c) Nierbekken (Bengkok)
d) Lidi kapas
e) Was bensin
f) Alas / Perlak
g) Selimut Mandi
h) Kapas Alkohol dalam tempatnya
i) Betadine dalam tempatnya
j) Larutan dalam botolnya (NaCL 0,9%)
k) Lembar catatan klien
Setelah lengkap bawa peralatan ke dekat klien. Melakukan perawatan luka
1) Mencuci tangan
2) Lakukan inform consent lisan pada klien/keluarga dan intruksikan klien untuk tidak
menyentuh area luka atau peralatan steril
3) Menjaga privacy dan kenyamanan klien dan mengatur kenyamanan klien
4) Atur posisi yang nyaman bagi klien dan tutupi bagian tubuh selain bagian luka dengan
selimut mandi
5) Siapkan plester untuk fiksasi (bila perlu)
6) Pasang alas/perlak
7) Dekatkan nierbekken
8) Paket steril dibuka dengan benar
9) Kenakan sarung tangan sekali pakai
10) Membuka balutan lama dengan cara :
a) Basahi plester yang melekat dengan was bensin dengan lidi kapas.
b) Lepaskan plester menggunakan pinset anatomis ke 1 dengan melepaskan
ujungnya dan menarik secara perlahan, sejajar dengan kulit ke arah balutan.
c) Kemudian buang balutan ke nierbekken.
d) Simpan pinset on steril ke nierbekken yang sudah terisi larutan chlorin 0,5%
11) Kaji Luka: Jenis, tipe luka, luas/kedalaman luka, grade luka, warna dasar luka, fase
proses penyembuhan, tanda-tanda infeksi perhatikan kondisinya, letak drain, kondisi
jahitan, bila perlu palpasi luka denga tangan non dominan untuk mengkaji ada
tidaknya puss.
12) Membersihkan luka:
a) Larutan NaCl/normal salin (NS) di tuang ke kom kecil ke 1
b) Ambil pinset, tangan kanan memegang pinset chirurgis dan tangan kiri memegang
pinset anatomis ke-2
c Membuat kassa lembab secukupnya untuk membersihkan luka (dengan cara
memasukkan kapas/kassa ke dalam kom berisi NaCL 0,9% dan memerasnya
dengan menggunakan pinset)
d) Lalu mengambil kapas basah dengan pinset anatomis dan dipindahkan ke pinset
chirurgis
e) Luka dibersihkan menggunakan kasa lembab dengan kassa terpisah untuk sekali
usapan. Gunakan teknik dari area kurang terkontaminasi ke area terkontaminasi.
13) Menutup Luka
a) Bila sudah bersih, luka dikeringkan dengan kassa steril kering yang diambil
dengan pinset anatomis kemudian dipindahkan ke pinset chirurgis di tangan
kanan.
b) Beri topikal terapi bila diperlukan/sesuai indikasi
c) Kompres dengan kasa lembab (bila kondisi luka basah) atau langsung ditutup
dengan kassa kering (kurang lebih 2 lapis)
d) Kemudian pasang bantalan kasa yang lebih tebal
e) Luka diberi plester secukupnya atau dibalut dengan pembalut dengan balutan
yang tidak terlalu ketat.
14) Alat-alat dibereskan
15) Lepaskan sarung tangan dan buang ke tong sampah
16) Bantu klien untuk berada dalam posisi yang nyaman
17) Buang seluruh perlengkapan dan cuci tangan
Cara mengangkat dan mengambil jahitan
Persiapkan Alat
1). Set perawatan luka dan angkat jahitan dalam bak instrument steril:
a) Sarung tangan steril
b) Pinset 4 (2 anatomis, 2 sirurgis)
c) Gunting hatting up
d) Lidi waten
e) Kom 2 buah
f) Kasa steril
2). Plester
3). Gunting perban
4). Bengkok 2 buah
5). Larutan Nacl
6). Perlak alas
7). Betadin
8). Korentang
9). Alkohol 70%
10). Kapas bulat dan sarung tangan bersih
Prosedur pelaksanaan
1) Jelaskan prosedur pada pasien dengan menggambarkan langkah-langkah perawatan
luka
2) Dekatkan semua peralatan yang diperlukan
3) Dekatkan bengkok didekat pasien
4) Tutup ruangan dengan tirai disekitar tempat tidur
5) Bantu klien pada posisi nyaman
6) Cuci tangan secara menyeluruh
7) Pasang perlak dan alas
8) Gunakan sarung tangan bersih sekali pakai dan lepaskan plester, angkat balutan
dengan pinset
9) Lepaskan plester dengan melepaskan ujung dan menariknya dengan perlahan, sejajar
dengan kulit yang mengarah pada balutan
10) Dengan sarung tangan/pinset, angkat balutan
11) Bila balutan lengket pada luka, lepaskan dengan menggunakan NaCl
12) Observasi karakter dan jumlah drainase
13) Buang balutan kotor pada bengkok, lepaskan sarung tangan dan buang pada
bengkok yang berisi clorin 5%
14) Buka bak instrument, siapkan betadin dan larutan NaCl pada kom, siapkan plester,
15) Kenakan sarung tangan steril
16) Inspeksi luka, perhatikan kondisinya, letak drain, integritas jahitan dan karakter
drainase serta palpasi luka (kalau perlu)
17) Bersihkan luka dengan NaCl dan betadin dengan memggunakan pinset. Gunakan
satu kasa untuk sekali usapan. Bersihkan dari area yang kurang terkontaminasi.
Gunakan dalam tekanan progresif menjauh dari insisi/ tepi luka
18) Gunakan kasa baru untuk mengeringkan luka, usap dengan cara bersihkan dari area
yang kurang terkontaminasi
19) Melepaskan jahitan satu persatu selang seling dengan cara: menjepit simpul jahitan
dengan pinset sirurgis dan ditarik sedikit ke atas kemudian menggunting benang tepat
dibawah simpul yang berdekatan dengan kulit/ pada sisi lain yang tidak ada
simpulnya.
20) Olesi luka dengan betadin
21) Menutup luka dengan kasa steril dan di plester
22) Merapikan pasien
23) Membersihkan alat-alat dan mengembalikan ke tempatnya
24) Melepaskan sarung tangan
25) Mencuci tangan
Komplikasi Luka
Perdarahan
Perhatikan jika ada perdarahan aktif. Lakukan dep dengan kasa dalam beberapa
menit. Jika tidak dapat diatasi maka lakukan eksplorasi dengan membuka jahitan di
arah tempat sumber perdarahan.
Seroma
Cairan yang keluar dari luka atau bekas manipulasi tindakan yang bersumber dari
ekstravasasi pembuluh darah dan lymp. Jika aktif maka salah satu jahitan dibuka
untuk memberi jalannya cairan keluar. Dapat juga menggunakan balutan yang bersifat
absorben, misalnya yang mengandung agar-agar laut atau bio-ceramic.
Hematoma
Timbul dini akibat kegagalan pengendalian pembuluh darah yang berdarah dan dapat
timbul lanjut pada pasien hipertensi atau cacat koagulasi. Biasanya hematoma dapat
dibiarkan hilang spontan, tetapi hematoma yang meluas membutuhkan operasi ulang
dan pengendalian perdarahan.
Infeksi
Infeksi luka tetap merupakan komplikasi tersering dai tindakan operasi dan sering
mengikuti hematoma luka. Infeksi luka sering tidak fatal, tetapi dapat menimbulkan
cacat. Dua faktor penting yang jelas berperan pada patogenesis infeksi adalah dosis
kontaminasi bakteri dan ketahanan pasien.
Kontaminasi bakteri dibagi menjadi kontaminasi endogen dan eksogen. Kontaminasi
endogen adalah kontaminasi dari dalam pasien biasanya timbul dari tractus
gastrointestinal, gastrourinarius dan respiratorius. Kontaminasi eksogen adalah
kontaminasi dari lingkungan. Ritual kamar operasi dari menyikat, memakai baju
khusus, dan persiapan lapangan kerja dibuat untuk mengendalikan kontaminasi
eksogen.
Pada ketahanan pasien terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
infeksi diantaranya antibiotik profilaktif, penutupan luka primer, infeksi luka yang
sudah ada, dehisensi luka. Antibiotik profilaktif dapat meningkatkan kemampuan luka
menahan kontaminasi bakteri. Agar lebih efektif, antibiotik harus ada di dalam luka
dalam luka dalam waktu selambat-lambatnya 3 jam setelah kontaminasi dan harus ada
sebelum pasien dioperasi. Antibiotik profilaktik sangat bermanfaat untuk operasi pada
perut dan duodenum, saluran empedu, dan intestinal yang besar.
Agar lebih efektif antibiotik harus ada di dalam luka dalam waktu selambat-
lambatnya 3 jam setelah kontaminasi dan harus ada sebelum pasien dioperasi.
A. Faktor-faktor yang menghalangi penyembuhan luka.
FAKTOR LOKAL
Oksigenasi. Oksigenasi merupakan faktor terpenting yang berpengaruh pada
kecepatan penyembuhan. Hal ini tampak secara klinik pada daerah dengan
vaskularisasi yang baik seperti wajah dan lidah, luka cepat sembuh dengan cepat;
pada daerah vaskularisasi buruk seperti tendon dan kartilago luka sembuh dengan
lambat. Penyembuhan terhalang bila jahitan atau balutan terlalu ketat, pada pasien
diabetes atau pada usia lanjut dengan penyakit pembuluh kecil yang luas. Setelah
radiasi, fibrosis menghalangi vaskularisasi dan penyembuhan.
Hematoma: Hematoma atau seroma menghalangi penyembuhan dengan menambah
jarak tepi-tepi luka dan jumlah debribemen yang diperlukan sebelum fibrosis
terbentuk. Produk darah adalah media subur untuk pertumbuhan bakteri dan infeksi
luka, sehingga pencegahan pembentukkan hematoma merupakan keharusan dari
teknik operasi yang baik.
FAKTOR UMUM
Nutrisi: Kekurangan vitamin C menghalangi hidroksilasi prolin dan lisin, sehingga
kolagen tidak dikeluarkan oleh fibroblast.
Seng: diperlukan dalam proses penyembuhan pada luka bakar yang parah, trauma,
sepsis, tetapi aksinya belum diketahui dengan jelas.
Steroid: menghalangi penyembuhan dengan menekan proses peradangan dan
menambahkan lisis kolagen. Efeknya sangat nyata selama 4 hari pertama. Setelah itu
efeknya berkurang hanya untuk menghambat ketahanan normal terhadap infeksi.
Sepsis: sepsis sistemik memperlambat penyembuhan. Mekanisme belum diketahui
tetapi mungkin berhubungan dengan kebutuhan asam amino untuk membentuk
kolagen. Jadi inilah penyebab pemberian makan parenteral dapat mempercepat
penyembuhan luka pada penderita dengan malnutrisi atau sepsis.
Iskemia: Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah
pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat
dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu
adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.
B. Faktor-faktor yang membantu dan perlu diperhatikan dalam penyembuhan luka
Jagalah kebersihan pada luka bekas operasi. Luka bekas operasi caesar ini pada
dasarnya tidak berbeda dengan luka bekas operasi yang lainnya. Yang paling penting
pada proses penyembukan luka bekas operasi yang cepat ialah tetap menjaga luka
tersebut dari bakteri yang dapat menyebabkan infeksi. Menjaga kebersihan pada luka
bekas operasi ini merupakan cara yang sangat penting. Seperti ketika selesai mandi
anda dapat membersihkan luka bekas operasi tersebut menggunakan cairan antiseptik
serta antibiotik yang telah dianjurkan oleh dokter.
Gunakan pakaian yang longgar dan juga nyaman. Seperti yang telah dikatakan
sebelumnya, anda diharuskan menggunakan perban yang tidak terlalu ketat supaya
luka bekas operasi tersebut tidak terkena iritasi.
Mobilisasi dini ialah untuk selekas mungkin membimbing penderita keluar dari
tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin untuk berjalan. Mobilisasi
dini merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat pemulihan pasca bedah
dan dapat mencegah komplikasi pasca bedah.
Mengkonsumsi makanan sehat yang mengandung banyak gizi serta nutrisi yang
seimbang. Diet yang diberikan untuk pasien pasca bedah adalah diet Tinggi Kalori
Tinggi Protein (TKTP). Konsumsilah pula makanan dengan kandungan vitamin A,
vitamin C serta konsumsi air putih yang cukup.
.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, editor. Ilmu Kebidanan. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008. hal: 444-7
2. Mansjoer Arif, Suprohaita, Warhani IW, Setiowulan Wiwiek, editor. Kapita Selekta
Kedokteran Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius; 2009. Hal396-40.
3. Sabiston DC, Buku Ajar Bedah Jilid I. Jakarta: EGC;1995.hal 146-50.
4. Reksoprodjo Soelarto, Kumpulan Kuliah Imu Bedah. Tangerang: Binarupa Aksara;
2009. Hal 387-9.
LEMBAR PENGESAHAN
Health Education dengan judul:
Perawatan Luka Post Operatif
Telah dikoreksi, dibacakan dan disetujui pada tanggal
Pembimbing
dr. Reza Adi Satria
Health Education
PERAWATAN LUKA POST OPERATIF
Oleh :
Novitasari Mangayun
14014101063
Pembimbing :
dr. Reza Adi Satria
BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2015
DAFTAR HADIR HEALTH EDUCATION
“PERAWATAN LUKA POST OPERATIF”
Nama : Novitasari Mangayun
NRI : 14014101063
Pembimbing : dr. Reza Adi Satria
Hari/Tanggal : , April 2015
Nama Alamat TTD
Pembimbing,
dr. Reza Adi Satria