kasus pneumothorax

28
BAB I PENDAHULUAN Pneumothorax adalah penumpukan dari udara yang bebas dalam dada diluar paru yang menyebabkan paru untuk mengempis. Spontaneous pneumothorax, juga dirujuk sebagai primary pneumothorax, terjadi pada ketidakhadiran dari luka trauma pada dada atau penyakit paru yang diketahui. Secondary (juga diistilahkan yang menyulitkan) pneumothorax terjadi sebagai akibat dari kondisi yang mendasarinya.Spontaneous pneumothorax mempengaruhi kira-kira 9,000 orang-orang setiap tahun di Amerika yang tidak mempunyai sejarah dari penyakit paru. Tipe dari pneumothorax ini adalah paling umum pada pria-pria yang berumur antara 20 dan 40 tahun, terutama pada pria-pria yang tinggi dan kurus. Merokok telah ditunjukan meningkatkan risiko untuk spontaneous pneumothorax.Spontaneous pneumothorax akan umumnya hilang dengan sendirinya tanpa perawatan. Secondary pneumothorax yang berhubungan dengan penyakit yang mendasarinya, bahkan ketika kecil, adalah jauh lebih serius dan membawa angka kematian sebesar 15%Angka kekambuhan untuk keduanya primary dan secondary pneumothorax adalah kira-kira 40%; kebanyakan kekambuhan terjadi dalam waktu 1.5 sampai dua tahun.

Upload: tiara-rahmawati

Post on 04-Aug-2015

748 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

modul TMK

TRANSCRIPT

Page 1: Kasus Pneumothorax

BAB I

PENDAHULUAN

Pneumothorax adalah penumpukan dari udara yang bebas dalam dada diluar paru

yang menyebabkan paru untuk mengempis. Spontaneous pneumothorax, juga dirujuk

sebagai primary pneumothorax, terjadi pada ketidakhadiran dari luka trauma pada dada

atau penyakit paru yang diketahui. Secondary (juga diistilahkan yang menyulitkan)

pneumothorax terjadi sebagai akibat dari kondisi yang mendasarinya.Spontaneous

pneumothorax mempengaruhi kira-kira 9,000 orang-orang setiap tahun di Amerika yang

tidak mempunyai sejarah dari penyakit paru. Tipe dari pneumothorax ini adalah paling

umum pada pria-pria yang berumur antara 20 dan 40 tahun, terutama pada pria-pria yang

tinggi dan kurus. Merokok telah ditunjukan meningkatkan risiko untuk spontaneous

pneumothorax.Spontaneous pneumothorax akan umumnya hilang dengan sendirinya

tanpa perawatan. Secondary pneumothorax yang berhubungan dengan penyakit yang

mendasarinya, bahkan ketika kecil, adalah jauh lebih serius dan membawa angka

kematian sebesar 15%Angka kekambuhan untuk keduanya primary dan secondary

pneumothorax adalah kira-kira 40%; kebanyakan kekambuhan terjadi dalam waktu 1.5

sampai dua tahun.

Page 2: Kasus Pneumothorax

Laporan Kasus

Seorang bayi usia 4 hari mengalami ikterus sejak usia 2 hari, lahir spontan

ditolong bidan, dengan berat lahir 2200gram dan tidak langsung menangis. Pada

pemeriksaan fisik didapatkan berat 2100 gram, sadar, tidak panas, ikterus di wajah

sampai thoraks dan abdomen. Hasil pemeriksaan bilirubin total 16,5 mg/dl.

Identitas:

Nama : bayi X

Umur : 4 hari

Alamat : -

Identitas orang tua:

Nama Ayah : -

Alamat Ayah : -

Pekerjaan : -

Nama ibu : -

Pekerjaan ibu : -

Pekerjaan : -

Anamnesis:

Riwayat penyakit sekarang

- Ikterus sejak kapan?

- Demam?

-

Riwayat keluarga

- Riwayat DM ibu?

- Kelainan darah pada keluarga?

-

Riwayat pengobatan

- Ibu konsumsi obat selama kehamilan?

-

Page 3: Kasus Pneumothorax

Riwayat penyakit ibu

Riwayat persalinan

Riwayat kelahiran

Riwayat ASI

- Kesulitan dalam pemberian asi?

- Rutin?

Pemeriksaan Fisik:

o Sesak pada saat inspirasi

o TB: 170 cm

o Tensi 150/90

o Nadi :100x/menit

o Suhu: 37,2 C

o RR: 32x/menit

o JVP: meningkat

o Trachea deviasi kekanan

Fisik Paru:

Nampak Asimetri

Kiri lebih cembung daripada yang kanan dan tertinggal saat pergerakan

nafas

Fremitus melemah

ICS melebar

Hipersonor dan suara nafas menghilang

Tidak terdengar rales atau mengi

Pemeriksaan Penunjang:

1. EKG:

QRS axis dan precordial gelombang T mirip IMA

Page 4: Kasus Pneumothorax

2. Foto Thorax:

Trachea deviasi kearah kanan akibat dari desakan dari udara paru kiri

Gambaran lusen mengisi seluruh ruang paru kiri bahkan terdapat herniasi

kearah kontralateral sehingga gambaran jantung juga menghilang

Lengkungan diafragma kiri hamper menghilang dan letak rendah.

3. Pemeriksaan Penujang Tambahan:

Analisa Gas darah

CT-Scan

Endoskopi

BAB II

PEMBAHASAN

Pasien datang dengan keluhan utama sesak napas (dispnea) tiba-tiba terutama saat

tarik napas yang dirasakan makin lama makin berat, nyeri dada kiri yang seperti ditusuk,

dan rasa nyerinya tidak menjalar. Dari data ini, harus selalu diingat bahwa penanganan

yang baik selalu mempertahankan prinsip ABCDE selayaknya pada setiap kasus

kegawatdaruratan. Makah hal pertama yang dilakukan melakukan primary survey.

Page 5: Kasus Pneumothorax

Primary survey secara berurutan adalah Airway, Breathing, Circulation, Pada

tahap airway diperhatikan jalan napasnya. Pada pasien ini yang mengalami sesak napas

tidak didapatkan adanya sumbatan jalan napas (airway). Ini dibuktikan dengan adanya

anamnesis dari dokter yang dapat dijawab dengan baik ditambah pasien masih sadar. Bila

mungkin tanyakan kembali pada pasien bila dia tersedak sesuatu atau tidak.

Kemudian dilakukan pemeriksaan tanda vital. Dari hasil didapat bahwa tekanan

darah dan nadi pasien tinggi. Tidak terdapat demam yang dapat menyingkirkan adanya

kemungkinan infeksi. Sedangkan dari RR yang tinggi hanya membuktikan bahwa ada

dispnea yang terjadi. Kesimpulannya pasien membutuhkan evaluasi dan penanganan

segera.

Dari anamnesis pasien mengaku sesak napas yang makin berat disertai nyeri dada

yang tajam dan tidak menjalar. Dari sini didapat kesimpulan :

1. Pasien mengalami hipoksemia berat

2. Nyeri dada yang dialami pasien bukanlah nyeri dada akibat penyakit

jantung namun kemungkinan akibat gangguan pada pleura.

Pada pasien, airwaynya aman, maka dokter harus memikirkan adanya gangguan

pada tahap breathing yakni gangguan ventilasi. Gangguan ventilasi harus dikelola dengan

benar. Namun sebelum itu keadaan fisik paru harus diperiksa. yang pertama inspeksi.

Inspeksi pada pasien ditemukan mulut pasien bernapas seperti ikan koi, artinya

pasien berusaha mengalami kesulitan pada pernapasannya dan berusaha memenuhi

kebutuhan oksigen pada tubuhnya. Yang kedua diperhatikan bahwa paru asimetri, dan

dada kiri lebih cembung dan tertinggal pada pergerakan napas. Karena tidak ada trauma,

maka kemungkinan pada pasien adalah pneumotoraks ataupun efusi pada paru kiri

dimana pergerakan napas tertinggal. Bila setiap inspirasi dada makin membesar artinya

terjadi tension peneumothorax. Perhatikan pula adanya deviasi trakea ke sisi kanan yang

menandakan adanya dorongan dari dalam rongga dada bagian kiri. Kemudian gerakan

otot-otot dada juga diperhatikan.

Pada palpasi didapat fremitus melemah dan ICS melebar. Ini menandakan bahwa

pada pasien kemungkinan pada paru parunya mengalami pengisian udara, konsolidasi

ataupun cairan pada rongga dada yang memperkuat adanya dugaan pneumotoraks

maupun efusi.

Page 6: Kasus Pneumothorax

Pada auskultasi ditemukan suara napas menghilang dan hipersonor pada perkusi.

Hipersonor artinya ada penambahan udara pada rongga dada dan suara napas yang

menghilang juga sesuai pada pneumotoraks. Dari sisni disimpulkan bahwa ada udara

dengan jumlah melebihi normal yang mengisi rongga dada, dan kemungkinan rongga

dada isi cairan dapat dihindarkan. Kemudian tidak terdengar rales atau mengi. Yang

berarti ini bukan obstruksi pada jalan napas seperti pada asma. Pada tahap ini maka

primary survey sudah dilakukan tanpa adanya tahap D, E karena tidak ada masalah. Yang

mengalami masalah hanyalah A, B, dan C.

Setelah dilakukan pemeriksaan secara cepat maka selanjutnya didapat

kemungkinan terbesar bahwa pasien mengalami pneumothoraks. Untuk memperkuat

dilakukan EKG. Dari hasil EKG didapatkan QRS axis dan precordial T-wavenya berubah

mirip IMA yang khas pada pneumothoraks primer paru kiri. Satu hal yang lebih

memperkuat dugaan pneumotoraks pada paru kiri adalah pemeriksaan penunjang rontgen

thoraks AP.

Pada hasil rontgen didapatkan gambar dibawah ini :

Dari sini digambarkan bahwa ada :

Trachea deviasi kearah kanan akibat dari desakan dari udara paru kiri

Gambaran lusen mengisi seluruh ruang paru kiri bahkan terdapat herniasi

kearah kontralateral sehingga gambaran jantung juga menghilang

Lengkungan diafragma kiri hampir menghilang dan letak rendah.

Dari hasil pemeriksaan fisik, penunjang, di tambah anamnesis maka dapat

disimpulkan bahwa diagnosis pasien adalah pneumotoraks spontan primer sinistra .

Page 7: Kasus Pneumothorax

Pneumothoraks pada kasus ini membutuhkan penanganan yang efisien dan segera

dengan prinsip sebagai berikut :

1. Observasi dan pemberian oksigen

2. Aspirasi sederhana dengan jarum dan pemasangan tube torakostomi (WSD)

3. Pleurodesis bila perlu

4. Torakoskopi

5. Torakotomi

Dibawah ini adalah penatalaksanaan pada pasien yang disertai dengan urutan tindakan

dan alat-alat yang diperlukan :

A.Terapi oksigen

Terapi Oksigen dilakukan bila pasien mengalami hipoksemia berat seperti pada

pasien ini. Tujuannya adalah mempertahankan saturasi oksigen pada darah pasien. Atau

mempertahankan PaO2 sebesar 0-70mmhg dengan kenaikan minimal pada PaCO2.

B. Aspirasi sederhana dengan jarum dan pemasangan tube torakostomi (termasuk

didalamnya WSD)

Tindakan ini bertujuan untuk mengeluarkan dada dari rongga pleura

(dekompresi). Dalam tokakostomi terlebih dahulu dilakukan insisi kulit pada ruang antar

iga ke 6 pada linea aksilaris media kemudian dilakukan prosedur Water Seal Drainage

( WSD) Venocath. Penjelasannya adalah sebagai berikut:

WSD dengan venocath digunakan dalam keadaan emergency pada pneumothorax

dan efusi leura massif. Bila dalam waktu 24 jam paru tidak mengembang atau venocath

terlipat maka harus diganti dengan WSD mini atau WDS besar.Adapun komplikasi WSD:

a. Perdarahan

b. Syok Neurogenik

c. Infeksi pasca tindakan bedah

d. Emfisema Subkutis

Persiapan:

1. Pasien

Penjelasan kepada pasien tentang tindakan yang akan

dilakukan(inform consent)

Page 8: Kasus Pneumothorax

Foto Thorax PA/L

2. Alat

Venocath no.14 + bloodset

Cystofix atau kateter lain yang tidak mudah terlipat

Trocard + klateter sesuai ukuran trocard

Sarung tangan 1-2 buah

1. Pinset anatomis

2. Jarum jahit

3. Pisau

4. Benang

5. Klem arteri tumpul

6. Kain kasa

Semprit 5cc,1-2 buah

Injeksi Lidokain 2% untuk anastesi

Betadine dan alcohol

Plaster dan gunting

Botol WSD

Cara kerja:

1. WSD dengan venocath

a. Prosedurtindakan sama seperti dengan punksi pleura

b. Venocath dihubungkan dengan blood set lalu ujung

bloodset dimasukkan ke dalam botol WSD

c. Klem bloodset dibukia perhatikan undulasi pada

bloodset,lalu venocath difiksasi dengan kasa dan plaster.

Dari WSD ini diharapkan udara yang terdapt dirongga pleura dapat dikeluarkan dan paru

paru dapat mengembang kembali. Bila paru sudah mengembang WSD dapat

dicabut,untuk memastikannya dilakukan foto Rotgen seri selama 1-3 hari.Bila dirasa

belum cukup dapat dilakukan Pleurodosis yakni melekatkan kembali pleura sehingga

Page 9: Kasus Pneumothorax

mengurangi kekambuhan dan pada Pleurodosis dapat ditambahkan derivate Tetrasiklin

untuk mengurangi kekambuhan 25% dari Pleurodosis biasa.

Prognosis

Ad sanationam : dubia ad bonam

Ad fungsionam : ad bonam

Ad vitam : ad bonam

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pneumotoraks

Pneumathoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau gas didalam pleura

diantara lapisa pleura visceral dan parietal. Pada keadaan normal rongga antara pleura

tidak berisi udara, supaya paru-paru leluasa mengembang terhadap rongga dada.

Pneumotoraks terbagi menjadi :

Page 10: Kasus Pneumothorax

A. Pneumotoraks Spontan :

Pneumotoraks spontan primer : adalah pneumotoraks yang terjadi tiba-tiba

tanpa adanya riwayat penyakit paru yang mendasari sebelumnya

Pneumotoraks spontan sekunder: pneumotoraks terjadi karena suatu

penyakit paru yang mendasarinya ( TBC,PPOK,Pneumonia)

B. Pneumotoraks Traumatik

Pneumotoraks traumatic adalah pneumotoraks yang terjadi akibat suatu

trauma, baik trauma penetrasi maupun bukan yang menyebabkan

robeknya pleura,dinding dada maupun paru.

Terbagi menjadi dua lagi yaitu Pneumotoraks traumatic bukan

iatrogenik dan Pneumotoraks traumatic iatrogenic.

Manifestasi Klinis :

Gejalanya sangat bervariasi, tergantung kepada jumlah udara yang masuk ke

dalam rongga pleura dan luasnya paru-paru yang mengalami kolaps (mengempis).

Gejalanya bisa berupa:

Nyeri dada tajam yang timbul secara tiba-tiba, dan semakin nyeri jika

penderita menarik nafas dalam atau terbatuk

Sesak nafas

Dada terasa sempit

Mudah lelah

Pasien Merasa cemas,tegang,stress (gelisah karena kurangnya oksigen

yang masuk)

Warna kulit menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen.

Gejala-gejala tersebut mungkin timbul pada saat istirahat atau tidur.

Pemeriksaan Fisik pada pasien :

Inspeksi: statis:Asimetris, bagian paru yang sakit tampak cembung. Dinamis :

bagian paru yang sakit tertinggal waktu inspirasi

Palpasi : sela iga melebar, femitus melemah

Perkusi : pada bagian paru yang terkena Hipersonor

Page 11: Kasus Pneumothorax

Auskultasi : suara napas melemah atau kadang bisa sampai hilang

Pemeriksaan laboratorium yang biasa dilakukan pada pasien Pneumotoraks:

Foto Rontgen Thoraks PA dan lateral menunjukan gambaran :

- gambaran penguncupan paru yang halus

- bayangan radiolusen/avaskuler

- pendorongan mediastinum

- Air fluid Level

Analisis gas darah tapi jarang dilakukan

B. Tindakan Medik dan Keperawatan Pada Pneumotoraks

Pada kasus kegawatdaruratan pneumotoraks dapat dilakukan penatalaksanaan dengan

tujuan untuk live saving :

1. Mengeluarkan udara dari rongga pleura

2. Mengurangi kecendrungan untuk kambuh

Kemudian british thoracic society dan American College of Chest physicians

memberikan rekomendasi pengangan pneumotoraks :

1. Observasi dan pemberian tambahan Oksigen

2. Aspirasi sederhana dengan jarum dan pemasangan tube torakostomi dengan atau

tanpa pleurodesis

3. Torakoskopi dengan pleurodesis dan penanganan terhadap adanya bleb atau bulla

4. Torakotomi

A. Strategi Penanganan Kegawatdaruratan

Dibawah ini adalah tindakan medis yang berfokus pada pneumotoraks :

1. Lihat pasien : apa tampak distress ? Sakit ? Hampir kehilangan kesadaran?

Apakah ada dispnea ? Apakah dapat menjawab pertanyaan?

Page 12: Kasus Pneumothorax

2. Observasi toraksnya : apakah ada kealainan (abrasi, luka, ekimosis, dll),

Apakah gerakan dinding dada simetris ? Apakah ada luka pada punggung?

3. Auskultasi suara napas : Dengarkan di garis midaksilaris di bawah aksila,

Apakah suara napasnya seimbang ? Apakah suara napasnya menghilang ?

Pada bagian mana?

4. Palpasi toraks pasien. Rasakan adanya abnormalitas. Bila mungk8in

perkusi dada pasien

Yang penting pada diagnosis dari pneumiotoraks adalah dengan asestment yang

baik. Jangan lupakan tanda khas pada pneumotoraks seperti adanya deviasi

trachea pada arah yang berlawanan dengan bagian paru yang terkena.

B. Pemeriksaan yang berkaitan

1. Dispnea

2. Nyeri dada

3. Luka terbuka / ekimosis / kontusio

4. Takikardia

5. Hipersonor pada bagian yang terkena

6. Suara paru yang menghilang pada bagian yang terkena

C. Bila penanganan hampir terlambat

1. Status mental terganggu

2. Hipotensi

3. Takikardia

4. Sianosis

Page 13: Kasus Pneumothorax

5. Deviasi trachea kontralateral

6. Distensi vena leher

D. Diagnosis banding dengan pneumothoraks

1. Cedra paru : suara paru hilang, dispnea, dan hipoksia

2. Patah tulang rusuk multiple : Suara napas hilang, dispnea, nyeri dada

3. Pasca pneumonektomi : suara napas hilang

Penanganan Umum

Penanganan pada pasien yang datang dengan sesak napas dan suspek

pneumotoraks harus selalu dimulai dengan prinsip ABC. Mengamankan Airway,

breathing, dan circulation dari pasien adalah mutlak pada kasus kegawatdaruratan

sebelum tindakan lebih lanjut. Maka dari itu hal pertama yang kita lakukan adalah

melihat airway atau jalan napasnya, pastikan adanya obstruksi atau tidak. Bila jalan napas

baik dan suspek pneumotoraks segera lakukan pemberian Oksigen 100% dengan mask.

Namun bila dalam keadaan : GCS <8/ tidak mampu memproteksi jalan napasnya;

hipoksia, distress respirasi, dispnea, hipoventilasi; dan instabilitas multisistem; maka

dapat dipikirkan untuk dilakukan intubasi. Selama melakukan tindakan penganganan

selalu pertahankan airway dan breathing.

Penanganan Spesifik

1. Simpel pneumotoraks/ hematoraks

Penanganan berupa supportive care dimana observasi dan monitoring selalu

dilakukan secara berulang. Pantau juga oksigenasi

2. Open pneumotoraks

Page 14: Kasus Pneumothorax

Penanganannya langsung dan suportif. Observasi luka secara teliti. Lihat bila ada

gelembung udara ataupun emfisema disekitar luka. Luka harus ditutup dengan sesuatu

yang padat, fleksibel dan tidak berpori. Penutup harus segiempat dan dapat dilekatkan

dengan membiarkan salalh satu sudutnya tetap terbuka. Sehingga udara dapat keluar

tanpa ada arus masuk kembali.

3. Tension Pneumotoraks

Membuat diagnosis nya lebih sulit dari penanganannya. Tujuan penangananya

harus bertujuan dan berfokus pada pengeluaran yudara yang tertimbun berlebihan pada

rongga pleura. Hal yang terbaik yang dilakukan adalah dengan torakostomi dengan

mengguanakan chest tube. Namun torakostomi dengan jarum memiliki keunggulan yakni

lebih cepat dan efisien. Ada juga cara WSD yakni dengan menggunakan prinsip tekanan

H20 dan udara dimana udara yang tertimbun secara perlahan dibuang ke dalam botol

berisi air dengan tekanan tertentu.

TORAKOSTOMI

Indikasi dari Torakostomi Jarum

Hilangnya suara napas dengan disertai :

1. Dispnea yang signifikan

2. Saturasi oksigen <90%

3. Mental status yang terganggu

4. Tanda-tanda shock

Prosedur Torakostomi Jarum

1. Lengkapi peralatan yang dibutuhkan

Angiocath ukuran 14

Page 15: Kasus Pneumothorax

Jarum ukuran 2-2 ¼"

Agar procedure menjadi efektif jarum ditusukan tepat pada rongga pleura.

Kira kira ketebalan tusukan sampai 2-3 cm dari dinding dada.

Flutter valve : untuk mengeluarkan udara satu arah dan mencegah udara

kembali masuk ke rongga pleura

Chest tube

2. Identifikasi tempat torakostomi

Carilah ICS 2 pada garis midklavikula atau ICS 5-6 pada faris midaksilaris

untuk melakukan tindakan. Letak ICS 5 hampir sama dengan putting.

Kemudian bila lokasi sudah sesuai bersihkan dengan alcohol atau betadine

3. Insersi

Tusukan jarum pada bagian superior rusuk. Karena pada bagian inferior dari

tulang rusuk terdapat vena dan artery.

Bila tusukan tepat mengenai rongga pleura maka akan terdengar udara yang

keluar seperti suara sesuatu yang mengempis.

Amankan jarum pada dinding dada dan bila ada tambahkan dengan

pemasangan flutter valve.

4. Pemantauan lanjut

Lanjutkan untuk mengawasi keadaan pasien dari dispnea atau gejala

pernapasan lain yang lebih buruk

WSD

WSD dengan venocath digunakan dalam keadaan emergency pada pneumothorax

dan efusi leura massif. Bila dalam waktu 24 jam paru tidak mengembang atau venocath

terlipat maka harus diganti dengan WSD mini atau WDS besar.Adapun komplikasi WSD:

Page 16: Kasus Pneumothorax

e. Perdarahan

f. Syok Neurogenik

g. Infeksi pasca tindakan bedah

h. Emfisema Subkutis

Persiapan:

3. Pasien

Penjelasan kepada pasien tentang tindakan yang akan

dilakukan(inform consent)

Foto Thorax PA/L

4. Alat

Venocath no.14 + bloodset

Cystofix atau kateter lain yang tidak mudah terlipat

Trocard + klateter sesuai ukuran trocard

Sarung tangan 1-2 buah

1. Pinset anatomis

2. Jarum jahit

3. Pisau

4. Benang

5. Klem arteri tumpul

6. Kain kasa

Semprit 5cc,1-2 buah

Injeksi Lidokain 2% untuk anastesi

Betadine dan alcohol

Plaster dan gunting

Botol WSD

Cara kerja:

2. WSD dengan venocath

a. Prosedurtindakan sama seperti dengan punksi pleura

Page 17: Kasus Pneumothorax

b. Venocath dihubungkan dengan blood set lalu ujung

bloodset dimasukkan ke dalam botol WSD

c. Klem bloodset dibukia perhatikan undulasi pada

bloodset,lalu venocath difiksasi dengan kasa dan plaster.

3. WSD Mini

a. Pasien dalam posisi duduk dengan bagian yang

sakitmenghadap kearah dokter,tangan sisi paru yang sakit

diatas kepala.

b. Lakukan desinfeksi dengan betadine lalu alcohol 70%

c. Lakukan anastesi local dengan lidokain didaerah yang akan

dipasang WSD (kira kira sela iga 5-6 pada linea aksilaris

posterior) dari kutissubkutis sampai pleura parietalis.

d. Lakukan punksi percobaan dengan semprit nastesi tersebut

lalu semprit dicabut.

e. Lakukan sayatan kulit memanjang sejajar iga lalu buka

secara tumpul sampai ke pleura.

f. Masuka cystofix sampai menembus masuk ke rongga

pleura,selongsong kateter dan “mindrain” dikeluarkan

g. Hubngkan kateter dengan botol WSD

h. Fiksasi kateter dengan jahitan “tabbac sac”,lalu tutup

dengan kasa steril

i. Pasien diistirahatkan sebentar lalu dibawa ke ruang

perawatan

4. WSD Besar:

a. Pasien dalam posisi duduk dengan bagian yang

sakitmenghadap kearah dokter,tangan sisi paru yang sakit

diatas kepala.

b. Lakukan desinfeksi dengan betadine lalu alcohol 70%

Page 18: Kasus Pneumothorax

c. Lakukan anastesi local dengan lidokain didaerah yang akan

dipasang WSD (kira kira sela iga 5-6 pada linea aksilaris

posterior) dari kutissubkutis sampai pleura parietalis.

d. Lakukan punksi percobaan dengan semprit nastesi tersebut

lalu semprit dicabut.

e. Lakukan sayatan kulit memanjang sejajar iga lalu buka

f. Masukan trocard menembus pleura sampai rongga pleura

g. Mindrain trocard ditarik lalu dimasukkan kateter sampai

kerongga pleura

h. Trocard ditarik hubungkan dengan botol WSD,perhatikan

undulasinya

i. Fiksasi kateter dengan jahitan tabbac sac,lalu tutup dengan

kasa steril

j. Passien diistirahatkan sebentar lalu dibawa keruang rawat.

Pleurodesis

Pleurodisis adalah memasukkan sebuah zat ke dalam rongga pleura yang akan

menyebabkan inflamasi yang bersifat aseptic sehingga terjadi perlengketan antara kedua

pleura. Pleurodesis biasanya dilakukan karena angka kekambuhan pada pneumothoraks

spontan primer tinggi sehingga dimasukkan zat yang bersifat sklerosan ke dalam rongga

pleura. Selama beberapa decade terakhir, banyak jenis sklerosan yang digunakan.

Tetrasiklin merupakan salah satu sklerosan yang di rekomendasikan pada

pneumothoraks. Akan tetapi kemudian tetrasiklin parenteral semakin sulit ditemukan oleh

karena proses produksi yang terganggu. Oleh karena itu sekarang yang lebih banyak

digunakan adalah minosiklin dan doksisiklin. Dosis anjuran tetrasiklin untuk pleurodesis

adalah 1500 mg. Walaupun efek samping nyeri lebih sering ditemukan pada dosis 1500

mg daripada dosis 500 mg. Analgetik yang adekuat perlu diberikan secara intrapleura

untuk mengurangi rasa sakit. Dosis standar 200 mg (20 ml) lignokain 1% lebih efektif

dari pada dosis yang lbeih besar (250 mg (25 ml) 1% lignokain).

Page 19: Kasus Pneumothorax

BAB III

KESIMPULAN

Pada pasien dengan Pneumothorax spontan yang mengalami sesak napas

merupakan tindakan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan segera Dengan

Pemasangan WSD (Water shield drainage) secara cepat dan cermat sehingga udara yang

membuat paru kolaps dapat segera dikeluarkan. Setelah dilakukan tindakan WSD

diperlukan juga tindakan pleurodesis untuk menekan angka kekambuhan yang terjadi

pada pneumothoraks spontan primer.

Page 20: Kasus Pneumothorax

DAFTAR PUSTAKA

1. Kasper, Braunwald, Fauci, Hauser, Longo, Jamson. Harrison’s Principle of

Internal Medicine Volume 2. United State of Americaa: McGraw-hill; 2005;

p.1565.

2. Kasper, Braunwald, Fauci, Hauser, Longo, Jamson. Harrison’s Principle of

Internal Medicine Volume 2. United State of Americaa: McGraw-hill; 2005;

p.953-965.

3. Wiradharma D. Etika Profesi Medis: Prinsip-prinsip Moral Dasar. Jakara:

Universitas Trisakti;2005; p.75-81.

4. Peraturan Perundang-undangan bidang Kedokteran: Persetujuan

Tindakan Medik. Jakarta: FKUI;1994; p.21.

5. Teknik Sirkumsisi. Available at: http://fkunissula.ac.id/index.php?

option=com_content&view=article&id=6:sunat&catid=1:latest-news

Accessed on 26th October 2009.

6. Prosedur Sirkumsisi. Available at:. http://wahanakedokteran.blogspot.com

Accessed on 26th October 2009.