makalah pneumothorax

24
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMOTHORAX Disusun Oleh : Dewi Astuti (1002.14021.0 ) Dewi Rusdiani (1002.14021.0 ) Dian Widiastutik (1002.14021.0 ) Diana Tulaili (1002.14021.0 ) Puput Eka Retnani (1002.14021.0 ) Rika Heridayana (1002.14021.0 ) Zaenudin Ahmad (1002.14021.0 ) Thaariq syahrir damanggassi(1002.14021.072)

Upload: vidyare-dhyenatha

Post on 16-Dec-2015

268 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

hjhjjhh

TRANSCRIPT

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

PNEUMOTHORAX

Disusun Oleh :

Dewi Astuti (1002.14021.0 ) Dewi Rusdiani (1002.14021.0 )

Dian Widiastutik (1002.14021.0 )

Diana Tulaili (1002.14021.0 )

Puput Eka Retnani (1002.14021.0 )

Rika Heridayana (1002.14021.0 )

Zaenudin Ahmad (1002.14021.0 ) Thaariq syahrir damanggassi(1002.14021.072)PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYAGAMA HUSADA

MALANG

2011

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pneumothorax ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen matakuliah Medical Surgical Nursing (Respiratory System),Ns.Nurma Afiani,S.Kep.Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh dari buku panduan yang berkaitan dengan Asuan Keperawatan Gangguan Sistem Pernapasan, serta infomasi dari media massa yang berhubungan dengan Pneumothorax, tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada pengajar matakuliah MSN (Respiratory System) atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.Malang, April 2011

PenulisDaftar isi

Kata pengantar

Daftar isi

Bab I

pendahuluan

1.1 latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

Bab II

Pembahasan

2.1 Definisi pancasila sebagai falsafah

2.2 Jenisjenis falsafah dan manfaatnya

2.3 Langkahlangkah dasar dalam falsafah

2.4 Pandangan pancasila dalam falsafah

Bab III

Penutup

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

Daftar Pustaka

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 RUMUSAN MASALAH1. Apa yang dimaksud dengan pneumothorax?2. Apa etiologi dan patologi terjadinya pneumothorax?3. Bagaimana patofisiologi dari pneumothorax?4. Bagaimana asuhan keperawatan yang akan diberikan pada klien pneumothorax?1.3 TUJUAN PERMASALAHANTujuan dari makalah ini antara lain:

1. Untuk mengetahui definisi pneumothorax.2. Untuk mengetahui etiologi dan patologi pneumothorax terjadi.

3. Mengetahui patofisiologi pneumothorax.

4. Mengetahui asuhan keperawatan oneumothorax.Bab II

Pembahasan

2.1 PengertianPneumothoraks merupakan keadaan terdapatnya udara di dalam rongga pleura.(askep gangguan pernapasan,2010)Pneumotorax adalah terdapatnya udara dalam rongga pleura, sehingga paru-paru dapat terjadi kolaps.Pneumothoraks terbagi menjadi beberapa jenis:

a. Pneumothoraks terbuka

Pneumothoraks yang terjadi akibat adanya hubungan antara rongga pleura dan bronkus dengan lingkungan luar.

b. Pneumothoraks tertutup

Rongga pleura tertutup tidak berhubungan dengan lingkungan luar.Udara yang dulunya ada di rongga pleura(tekanan positif) karena di rearbsobsi dan tidak ad hubungan dengan dunia luar maka tekanan udara menjadi negative.Tapi paru belum berkembang penuh.Sehingga masih da rongga pleura yang tampak meskipun kelihatannya normal.

c. Pneumothoraks ventil

Udara melalui bronkus terus ke percbangnnya dan menuju kea rah pleura yang terbuka.Pada saat inspirasi,udara masuk ke rongga pleura

Pada waktu ekspirasi,udara yang masuk ke dalama rongga pleura tidak mau keluar melalui lubang yang terbuka sebelumnya,bahkan udara ekspirasi yang semestinya yang di hembuskan keluar dapat masuk kedalam rongga pleura.2.2 Etiologi dan patogenesis pneumothorax

2.2.1 Etiologi Saat inspirasi,tekanan intrapleura lebih negative daripada tekanan intrabronkhial,sehingga paru lebih brekembang mengikuti dinding thoraks dan udara di luar tekanannya nol(0) akan masuk ke bronkus hingga ke alveoli.

Saat ekspirasi dinding dada menekan rongga dada,sehingga tekanan intrapleura lebih tinggi daripada tekanan alveolus,sehingga udara di tekan keluar dari bronkus.

Apabila dibagian perifer dari bronkus atau alveolus ada bagian yang lemah,bronkus atau alveolus itu akan pecah atau robek.2.2.2 PatogenesisPneumothoraks terjadi karena adanya kebocoran di bagian paru yang berisi udara melalui robekan atau pecahnya pleura.Robekan ini berhubungan dengan bronkus.Pelebaran alveoli kemudian membentuk suatu bullae yang disebut granulamatous fibrosis.Granulamatous fibrosis adalah salah satu penyebab yang sering terjadi pneumothoraks,karena bullae tersebut berhubungan dengan adanya obstruksi empiema.

2.3Patofisiologi

Mengenai rongga toraks sampai

rongga pleura, udara bisa masuk (pneumothorax)Terjadi robekan Pembuluh Darah intercostal, pembuluh darah jaringan paru-paru.

Karena tekanan negative intrapleuraMaka udara luar akan terhisap masuk kerongga pleura (sucking wound)Terjadi perdarahan :

(perdarahan jaringan intersititium, perarahan intraalveolar diikuti kolaps kapiler kecil-kecil dan atelektasi)

Tahanan perifer pembuluh paru naik

(aliran darah turun)

Oper penumothorax

Close pneumotoraks

Tension pneumotoraks Ringan kurang 300 cc ---- di punksi

Sedang 300 - 800 cc ------ di pasang drain

Berat lebih 800 cc ------ torakotomi

Tek. Pleura meningkat terusMendesak paru-paru

(kompresi dan dekompresi),

pertukaran gas berkurang

Sesak napas yang progresif

(sukar bernapas/bernapas berat)

Bising napas berkurang/hilang

Bunyi napas sonor/hipersonor

Foto toraks gambaran udara lebih 1/4 dari rongga torak

Sesak napas yang progresif

Nyeri bernapas / pernafsan asimetris / adanya jejas atau trauma

Nyeri bernapas

Pekak dengan batas jelas/tak jelas.

Bising napas tak terdenga

Nadi cepat/lemah

Anemis / pucat

Poto toraks 15 - 35 % tertutup bayangan

WSD/Bullow Drainage

Terdapat luka pada WSD

Nyeri pada luka bila untuk bergerak

Ketidak efektifan pola pernapasan

Inefektif bersihan jalan napas Kerusakan integritas kulit

Resiko terhadap infeksi

Perubahan kenyamanan : Nyeri perawatan WSD harus diperhatikan. Gangguan mobilitas fisik

Potensial Kolaboratif : Atelektasis dan Pergeseran mediatinum

2.4 Manifestasi Klinis dan Pemeriksaan Penunjang2.4.1 Manifestasi Klinis :a. Sesak napas yang progresif

b. Nyeri bernapas / pernafsan asimetris / adanya jejas atau trauma

c. Pekak dengan batas jelas/tak jelas.

d. Bising napas tak terdengare. Nadi cepat/lemahf. Anemis / pucat

g. Poto toraks 15 - 35 % tertutup bayanganh. Nyeri pada luka bila untuk bergeraki. Ketidak efektifan pola pernapasanj. Kerusakan integritas kulit

k. Inefektif bersihan jalan nafas

2.4.2 Pemeriksaan Penunjang :a. Photo toraks (pengembangan paru-paru) Pada foto dada PA, terlihat pinggir paru yang kollaps berupa garis pada pneumothoraks parsialis yang lokalisasinya di anterior atau porterior batas pinggir paru ini mungkin tidak terlihat.

Mediastinal ships dapat dilihat pada foto PA atau fluoroskopi pada saat penderita inspirasi atau ekspirasi, terutama dapat terjadi pada tension pneumothoraksb. Diagnosis fisik :

> Bila pneumotoraks > 30% atau hematotorax sedang (300cc) drainase cavum pleura dengan WSD, dianjurkan untuk melakukan drainase dengan continues suction unit.> Pada keadaan pneumotoraks yang residif lebih dari dua kali harus dipertimbangkan thorakotomi> Pada hematotoraks yang massif (terdapat perdarahan melalui drain lebih dari 800 cc segera thorakotomi.

c. Laboratorium (Darah Lengkap dan Astrup)2.4.3 Terapi :

a. Antibiotika.

b. Analgetika.

c. Expectorant.

2.4.4 Komplikasi

a. Tension Penumototrax

b. Penumotoraks Bilateral

c. Emfiema

2.5 PenatalaksanaanPenatalaksanaan pneumothoraks tergantung dari jenis pneumothoraks, derajat kolaps berat ringan gejala, penyakit dasar dan penyulit yang terjadi untuk melaksanakan pengobatan tersebut dapat dilakukan tindakan medis atau tindakan bedah.1. Penatalaksanaan Medis

Tindakan observasi, yaitu dengan mengukur tekanan intra pleural menghisap udara dan mengembangkan paru. Tindakan ini terutama di tujukan pada penderta pneumothoraks tertutup atau terbuka sedangkan untuk pneumothoraks ventil tindakan utama yang harus dilakukan dekompresi terhadap tekanan intra plura yang tinggi tersebut yaitu dengan membuat hubungan dengan udara luar.2. Tindakan dekompresi Membuat hubungan rongga pleura dengan dunia luar dengan cara :

a. Menusukkan jarum melalui dinding dada terus masuk kerongga pleura dengan demikian tekanan udara yang positif di rongga pleura akan berubah menjadi negatif karena udara yang positif di rongga pleura akan berubah menjadi negatif karena udara keluar melalui jarum tersebut.

b. Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontra ventil :

1. Dapat memakai infus set

2. Jarum abbocath

3. Pipa Water Sealed Drainage (WSD)

Pipa khusus (thoraks kateter) steril, dimasukkan ke rongga pleura dengan perantara troakar atau dengan bantuan klem penjepit (pean) pemasukan pipa plastik (thoraks kateter) dapat juga dilakukan me;lalui celah yang telah dibuat dengan bantuan insisi kulit dari sela iga ke 4 pada garis aksila tengah atau pada garis aksila belakang. Selain itu dapat pula melalui sela iga ke 2 dari garis klavikula tengah. Selanjutnya ujung selang plastik didada dan pipa kaca WSD dihubungkan melalui pipa plastik di dada dan pipa kaca WSD di hubungkan melalui pipa plastik lainnya posisi ujung pipa kaca yang berada di botol sebaiknya berada 2 cm dibawah permukkaan air supaya gelembung udara dapat dengan mudah keluar melalui perbedaan tekanan tersebut.

Penghisapan dilakukan terus menerus apabila tekanan intra pleura tetap positif penghisapan ini dilakukan dengan memberi tekanan negatif sebesar sebesar 10 20 cm H2O dengan tujuan agar paru cepat mengembang dan segera terjadi perlekatan antara pleura viseralis dan pleura parietalis.

Pencabutan drain.

Apabila paru telah mengembang maksimal dan tekanan intra pleura sudah negatif kembali, drain drain dapat dicabut, sebelum dicabut drain di tutup dengan cara drain dicabut.3. Penatalaksanaan Keperawatan

a.Pemeriksaan FisikB1 (Breathing)Inspeksi

Peningkatan usaha dan frekuensi pernafasan, serta penggunaan otot bantu pernapasan.Gerakan ekspansi dada yang asimetris,iga melebar,rongga dada asimetris.Pengkajian batuk yang produktif dengan sputum purulen.Trakhea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat.Palpasi

Taktil fremitus menurun pada sisi yang sakit.Di samping itu,pada palpasi juga di temukan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit.Iga bias saja normal atau melebar di sisi yang sakit.Perkusi

Suara ketok pada sisi yang sakit,hipersonor sampai dengan timpani,dan tidak bergetar.Batas jantung terdorong kea rah thoraks yang sehat apabila tekanan Intrapleura tinggi.Auskultasi

Suara napas menurun sampai hilang di sisi yang sakit.Pada posisi duduk,semakin ke atas letak cairan maka semakin tipis,sehingga suara napas terdengar amforis.B2 (Blood)Perawat perlu memonoyor dampak pneumothoraks pada status kardiovaskular yang meliputi keadaan hemodinamik seperti nadi,tekanan darah,dan pengikisan kapiler (capillary refill time-CRT)B3(Brain)

Pada inspeksi,tingkat kesadaran perlu dikJI.Selain itu diperlukan juga pemeriksaan GCS.Apakah composmentis,somnolen,ataukah kokma.B4(Bladder)Pengukuran volume output urin berhubungan dengan intake airan.Oleh karena itu,perawat perlu memonitor adanya oliguria.Oliguria merupakan tanda awal dari syok.B5(Bowel)

Akibat sesak nafas,klien biasanya mengalami mual,muntah,penurunan nafsu makan,dan penurunan berat badan.B6(Bone)

Pada trauma di rusuk dada,sering di dapatkan adanya kerusakan otot dan jaringan lunak dada sehingga meningkatkan resiko infeksi. b.Diagnosa Keperawatan :1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekpansi paru yang tidak maksimal karena akumulasi udara/cairan.

2. Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi sekret dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.

3. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder.

4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan dan ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal.

5. Resiko Kolaboratif : Akteletasis dan Pergeseran Mediatinum.

6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang bullow drainage.

7. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme sekunder terhadap trauma.c.Intevensi Keperawatan :

1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak maksimal karena trauma.

Tujuan : Pola pernapasan efektif

Kriteria hasil :

Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektif.

Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru.

Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab.

INTERVENSIRASIONAL

a. Berikan posisi yang nyaman, biasanya dnegan peninggian kepala tempat tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.

b. Obsservasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau perubahan tanda-tanda vital.

c. Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan.

d. Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau kolaps paru-paru.

e. Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dengan menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam.

f. Perhatikan alat bullow drainase berfungsi baik, cek setiap 1 - 2 jam :

1) Periksa pengontrol penghisap untuk jumlah hisapan yang benar.

2) Periksa batas cairan pada botol penghisap, pertahankan pada batas yang ditentukan.

3) Observasi gelembung udara botol penampung

4) Posisikan sistem drainage slang untuk fungsi optimal, yakinkan slang tidak terlipat, atau menggantung di bawah saluran masuknya ke tempat drainage. Alirkan akumulasi dranase bela perlu.

5) Catat karakter/jumlah drainage selang dada.

g. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :

Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi.

Pemberian antibiotika.

Pemberian analgetika.

Fisioterapi dada.

Konsul photo toraks.b. Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekpsnsi paru dan ventilasi pada sisi yang tidak sakit.

Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebgai akibat stress fifiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syock sehubungan dengan hipoksia.

c. Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik

d. .

e. Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.

f. Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat dimanifestasikan sebagai ketakutan/ansietas.

Mempertahankan tekanan negatif intrapleural sesuai yang diberikan, yang meningkatkan ekspansi paru optimum/drainase cairan.

1) Air penampung/botol bertindak sebagai pelindung yang mencegah udara atmosfir masuk ke area pleural.

2) gelembung udara selama ekspirasi menunjukkan lubang angin dari penumotoraks/kerja yang diharapka. Gelembung biasanya menurun seiring dnegan ekspansi paru dimana area pleural menurun. Tak adanya gelembung dapat menunjukkan ekpsnsi paru lengkap/normal atau slang buntu.3) Posisi tak tepat, terlipat atau pengumpulan bekuan/cairan pada selang mengubah tekanan negative yang diinginkan.

4) Berguna untuk mengevaluasi perbaikan kondisi/terjasinya perdarahan yang memerlukan upaya intervensi.

Kolaborasi dengan tim kesehatan lain unutk engevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.

2. Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi sekret dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.

Tujuan : Jalan napas lancar/normal

Kriteria hasil :

Menunjukkan batuk yang efektif.

Tidak ada lagi penumpukan sekret di sal. pernapasan.

Klien nyaman.

INTERVENSIRASIONAL

a. Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat penumpukan sekret di sal. pernapasan.

b. Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.

c. Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.

d. Lakukan pernapasan diafragma.

e. Tahan napas selama 3 - 5 detik kemudian secara perlahan-lahan, keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut.

f. Lakukan napas ke dua, tahan dan batukkan dari dada dengan melakukan 2 batuk pendek dan kuat.

g. Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.

h. Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi : mempertahankan hidrasi yang adekuat; meningkatkan masukan cairan 1000 sampai 1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi.

i. Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk.

j. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :

Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi.

Pemberian expectoran.

Pemberian antibiotika.

Fisioterapi dada.

Konsul photo toraks.a. Pengetahuan yang diharapkan akan membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.

b. Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif, menyebabkan frustasi.

c. Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.

d. Pernapasan diafragma menurunkan frek. napas dan meningkatkan ventilasi alveolar.

e. Meningkatkan volume udara dalam paru mempermudah pengeluaran sekresi sekret.

f. Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien.

g. Sekresi kental sulit untuk diencerkan dan dapat menyebabkan sumbatan mukus, yang mengarah pada atelektasis.

h. Untuk menghindari pengentalan dari sekret atau mosa pada saluran nafas bagian atas.

i. Oral hygiene yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan mencegah bau mulutj. Expextorant untuk memudahkan mengeluarkan lendir dan menevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.

3. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder.

Tujuan : Nyeri berkurang/hilang.

Kriteria hasil :

Nyeri berkurang/ dapat diadaptasi.

Dapat mengindentifikasi aktivitas yang meningkatkan/menurunkan nyeri.

Pasien tidak gelisah.

INTERVENSIRASIONAL

a. Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan non invasif.

b. Ajarkan Relaksasi : Tehnik-tehnik untuk menurunkan ketegangan otot rangka, yang dapat menurunkan intensitas nyeri dan juga tingkatkan relaksasi masase.

c. Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut.

d. Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi yang nyaman; misal waktu tidur, belakangnya dipasang bantal kecil.

e. Tingkatkan pengetahuan tentang: sebab-sebab nyeri, dan menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung.

f. Kolaborasi denmgan dokter, pemberian analgetik.

g. Observasi tingkat nyeri, dan respon motorik klien, 30 menit setelah pemberian obat analgetik untuk mengkaji efektivitasnya. Serta setiap 1 - 2 jam setelah tindakan perawatan selama 1 - 2 hari.a. Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri.

b. Akan melancarkan peredaran darah, sehingga kebutuhan O2 oleh jaringan akan terpenuhi, sehingga akan mengurangi nyerinya.

c. Mengalihkan perhatian nyerinya ke hal-hal yang menyenangkan.

d. Istirahat akan merelaksasi semua jaringan sehingga akan meningkatkan kenyamanan.

e. Pengetahuan yang akan dirasakan membantu mengurangi nyerinya. Dan dapat membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.

f. Analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri akan berkurang.

g. Pengkajian yang optimal akan memberikan perawat data yang obyektif untuk mencegah kemungkinan komplikasi dan melakukan intervensi yang tepat.

b. Bullow Drainage / WSD

Pada trauma toraks, WSD dapat berarti :

Diagnostik :

Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil, sehingga dapat ditentukan perlu operasi torakotomi atau tidak, sebelum penderita jatuh dalam shoks.

Terapi :

Mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul di rongga pleura. Mengembalikan tekanan rongga pleura sehingga "mechanis of breathing" dapat kembali seperti yang seharusnya.

a. Preventive :

Mengeluarkan udaran atau darah yang masuk ke rongga pleura sehingga "mechanis of breathing" tetap baik.

3.2 SaranWarganegara Indonesia merupakan sekumpulan orang yang hidup dan tinggal di negara Indonesia Oleh karena itu sebaiknya warga negara Indonesia harus lebih meyakini atau mempercayai, menghormati, menghargai menjaga, memahami dan melaksanakan segala hal yang telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya dalam pemahaman bahwa falsafah Pancasila adalah sebagai dasar falsafah negara Indonesia. Sehingga kekacauan yang sekarang terjadi ini dapat diatasi dan lebih memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia ini.

Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara IndonesiaDisusun oleh :

Dian Widiastuti (1002.14201.031) Mardhia(1002.14201.049) Munira Hi Ali(1002.14201.072) M. Syaiful Islam (1002.14201.061) M.Rasyidi(1002.14201.052) Zaenudin ahmad(1002.14201.069)Prodi S-1 KeperawatanSekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widyagama Husada Malang

2011Malang

Daftar Pustaka

1. Koentjaraningrat. 1980. Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia.2. Nopirin. 1980. Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila, Cet. 9. Jakarta: Pancoran Tujuh.

3. Notonagoro. 1980. Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila, Cet. 9. Jakarta: Pantjoran Tujuh.

4. Salam, H. Burhanuddin, 1998. Filsafat Pancasilaisme. Jakarta: Rineka Cipta