refrat pneumothorax

25
BAB I PENDAHULUAN Paru paru merupakan organ elastik yang akan mengempis bila tidak ada yang mempertahankan pengembangannya. Paru-paru mengapung dalam rongga toraks dan dikelilingi oleh membran yang membentuk dua lapisan yaitu lapisan parietal dan visceral diantara kedua lapisan ini membentuk rongga pleura, didalamnya terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas bagi paru-paru supaya dapat mengembang dan mengempis. Pneumothorax adalah keadaan terdapatnya gas atau udara di dalam rongga pleura sehingga menyebabkan tekanan negatif rongga pleura berkurang. tanpa adanya tekanan negatif yang menjaga paru tetap mengembang maka paru akan kolaps oleh karena sifat elastisitasnya. Hal ini menyebabkan volume paru berkurang dan dapat menyebabkan gagal pernafasan. Pneumothoraks terbagi menjadi dua yaitu pneumothoraks spontan dan traumatik. Pneumothoraks spontan dapat dibagi menjadi primer atau sekunder. Pneumothoraks tramatik dapat dibagi menjadi iatrogenic atau non iatrogenic. Insidensi pneumothoraks sering sulit diketahui secara pasti oleh karena banyak episode yang muncul dan hilang tanpa diketahui. Secara epidemiologi ditemukan lebih sering muncul pada penderita berumur lebih dari 40 tahun dengan perbandingan laki-laki : perempuan adalah 5:1. Dalam perkembangan ilmu kedokteran terdapat kemajuan di bidang penatalaksanan kasus pneumothoraks. Pendekatan seperti VATS(video assisted thoracoscopy surgery) memberi banyak keuntungan pada 1

Upload: cathelinstella

Post on 12-Jan-2016

54 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pneumothorak

TRANSCRIPT

Page 1: Refrat Pneumothorax

BAB I

PENDAHULUAN

Paru paru merupakan organ elastik yang akan mengempis bila tidak ada yang

mempertahankan pengembangannya. Paru-paru mengapung dalam rongga toraks dan

dikelilingi oleh membran yang membentuk dua lapisan yaitu lapisan parietal dan visceral

diantara kedua lapisan ini membentuk rongga pleura, didalamnya terdapat cairan pleura yang

berfungsi sebagai pelumas bagi paru-paru supaya dapat mengembang dan mengempis.

Pneumothorax adalah keadaan terdapatnya gas atau udara di dalam rongga pleura

sehingga menyebabkan tekanan negatif rongga pleura berkurang. tanpa adanya tekanan

negatif yang menjaga paru tetap mengembang maka paru akan kolaps oleh karena sifat

elastisitasnya. Hal ini menyebabkan volume paru berkurang dan dapat menyebabkan gagal

pernafasan. Pneumothoraks terbagi menjadi dua yaitu pneumothoraks spontan dan traumatik.

Pneumothoraks spontan dapat dibagi menjadi primer atau sekunder. Pneumothoraks tramatik

dapat dibagi menjadi iatrogenic atau non iatrogenic.

Insidensi pneumothoraks sering sulit diketahui secara pasti oleh karena banyak

episode yang muncul dan hilang tanpa diketahui. Secara epidemiologi ditemukan lebih sering

muncul pada penderita berumur lebih dari 40 tahun dengan perbandingan laki-laki :

perempuan adalah 5:1.

Dalam perkembangan ilmu kedokteran terdapat kemajuan di bidang penatalaksanan

kasus pneumothoraks. Pendekatan seperti VATS(video assisted thoracoscopy surgery)

memberi banyak keuntungan pada pasien yang mengalami pneumothoraks relaps dan dapat

mengurangi lama rawat inap.1

1

Page 2: Refrat Pneumothorax

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Pneumotoraks adalah suatu keadaan terdapatnya udara atau gas di dalam pleura

yang menyebabkan kolapsnya paru yang terkena (3).

Pneumotoraks merupakan suatu kondisi dimana terdapat udara pada kavum

pleura. Pada kondisi normal, rongga pleura tidak terisi udara sehingga paru-paru dapat leluasa

mengembang terhadap rongga dada. Udara dalam kavum pleura ini dapat ditimbulkan oleh :

1. Robeknya pleura viseralis sehingga saat inspirasi udara yang berasal dari alveolus

akan memasuki kavum pleura. Pneumotoraks jenis ini disebut sebagai closed

pneumotoraks. Apabila kebocoran pleura viseralis berfungsi sebagai katup, maka

udara yang masuk saat inspirasi tak akan dapat keluar dari kavum pleura pada

saat ekspirasi. Akibatnya, udara semakin lama semakin banyak sehingga

mendorong mediastinum kearah kontralateral dan menyebabkan terjadinya

tension pneumotoraks.

2. Robeknya dinding dada dan pleura parietalis sehingga terdapat hubungan antara

kavum pleura dengan dunia luar. Apabila lubang yang terjadi lebih besar dari 2/3

diameter trakea, maka udara cenderung lebih melewati lubang tersebut dibanding

traktus respiratorius yang seharusnya. Pada saat inspirasi, tekanan dalam rongga

dada menurun sehingga udara dari luar masuk ke kavum pleura lewat lubang tadi

2

Page 3: Refrat Pneumothorax

dan menyebabkan kolaps pada paru ipsilateral. Saat ekspirasi, tekanan rongga

dada meningkat, akibatnya udara dari kavum pleura keluar melalui lubang

tersebut. Kondisi ini disebut sebagai open pneumotoraks

B. Klasifikasi

Menurut penyebabnya, pneumotoraks dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu (2), (3) :

1. Pneumotoraks spontan

Yaitu setiap pneumotoraks yang terjadi secara tiba-tiba. Pneumotoraks tipe ini

dapat diklasifikasikan lagi ke dalam dua jenis, yaitu :

a. Pneumotoraks spontan primer, yaitu pneumotoraks yang terjadi secara tiba-tiba

tanpa diketahui sebabnya.

b. Pneumotoraks spontan sekunder, yaitu pneumotoraks yang terjadi dengan

didasari oleh riwayat penyakit paru yang telah dimiliki sebelumnya, misalnya

fibrosis kistik, penyakit paru obstruktik kronis (PPOK), kanker paru-paru, asma,

dan infeksi paru.

2. Pneumotoraks traumatik,

Yaitu pneumotoraks yang terjadi akibat adanya suatu trauma, baik trauma

penetrasi maupun bukan, yang menyebabkan robeknya pleura, dinding dada maupun

paru.

Pneumotoraks tipe ini juga dapat diklasifikasikan lagi ke dalam dua jenis, yaitu :

a. Pneumotoraks traumatik non-iatrogenik, yaitu pneumotoraks yang terjadi karena

jejas kecelakaan, misalnya jejas pada dinding dada, barotrauma.

b. Pneumotoraks traumatik iatrogenik, yaitu pneumotoraks yang terjadi akibat

komplikasi dari tindakan medis. Pneumotoraks jenis inipun masih dibedakan

menjadi dua, yaitu :

1) Pneumotoraks traumatik iatrogenik aksidental

Adalah suatu pneumotoraks yang terjadi akibat tindakan medis

karena kesalahan atau komplikasi dari tindakan tersebut, misalnya pada

parasentesis dada, biopsi pleura.

2) Pneumotoraks traumatik iatrogenik artifisial (deliberate)

Adalah suatu pneumotoraks yang sengaja dilakukan dengan cara

mengisikan udara ke dalam rongga pleura. Biasanya tindakan ini

dilakukan untuk tujuan pengobatan, misalnya pada pengobatan

tuberkulosis sebelum era antibiotik, maupun untuk menilai permukaan

paru.

3

Page 4: Refrat Pneumothorax

Dan berdasarkan jenis fistulanya, maka pneumotoraks dapat diklasifikasikan ke

dalam tiga jenis, yaitu (4) :

1. Pneumotoraks Tertutup (Closed Pneumothorax)

Pada tipe ini, pleura dalam keadaan tertutup (tidak ada jejas terbuka pada

dinding dada), sehingga tidak ada hubungan dengan dunia luar. Tekanan di dalam

rongga pleura awalnya mungkin positif, namun lambat laun berubah menjadi negatif

karena diserap oleh jaringan paru disekitarnya. Pada kondisi tersebut paru belum

mengalami re-ekspansi, sehingga masih ada rongga pleura, meskipun tekanan di

dalamnya sudah kembali negatif. Pada waktu terjadi gerakan pernapasan, tekanan

udara di rongga pleura tetap negatif.

2. Pneumotoraks Terbuka (Open Pneumothorax),

Yaitu pneumotoraks dimana terdapat hubungan antara rongga pleura dengan

bronkus yang merupakan bagian dari dunia luar (terdapat luka terbuka pada dada).

Dalam keadaan ini tekanan intrapleura sama dengan tekanan udara luar. Pada

pneumotoraks terbuka tekanan intrapleura sekitar nol. Perubahan tekanan ini sesuai

dengan perubahan tekanan yang disebabkan oleh gerakan pernapasan (4).

Pada saat inspirasi tekanan menjadi negatif dan pada waktu ekspirasi tekanan

menjadi positif (4). Selain itu, pada saat inspirasi mediastinum dalam keadaan normal,

tetapi pada saat ekspirasi mediastinum bergeser ke arah sisi dinding dada yang

terluka (sucking wound) (2).

3. Pneumotoraks Ventil (Tension Pneumothorax)

Adalah pneumotoraks dengan tekanan intrapleura yang positif dan makin lama

makin bertambah besar karena ada fistel di pleura viseralis yang bersifat ventil. Pada

waktu inspirasi udara masuk melalui trakea, bronkus serta percabangannya dan

selanjutnya terus menuju pleura melalui fistel yang terbuka. Waktu ekspirasi udara di

dalam rongga pleura tidak dapat keluar (4). Akibatnya tekanan di dalam rongga pleura

makin lama makin tinggi dan melebihi tekanan atmosfer. Udara yang terkumpul

dalam rongga pleura ini dapat menekan paru sehingga sering menimbulkan gagal

napas (2).

Sedangkan menurut luasnya paru yang mengalami kolaps, maka pneumotoraks dapat

diklasifikasikan menjadi dua, yaitu (4) :

1. Pneumotoraks parsialis, yaitu pneumotoraks yang menekan pada sebagian kecil paru

(< 50% volume paru).

4

Page 5: Refrat Pneumothorax

2. Pneumotoraks totalis, yaitu pneumotoraks yang mengenai sebagian besar paru (>

50% volume paru).

C. Penghitungan Luas Pneumotoraks

Penghitungan luas pneumotoraks ini berguna terutama dalam penentuan jenis

kolaps, apakah bersifat parsialis ataukah totalis. Ada beberapa cara yang bisa dipakai

dalam menentukan luasnya kolaps paru, antara lain :

1. Rasio antara volume paru yang tersisa dengan volume hemitoraks, dimana masing-

masing volume paru dan hemitoraks diukur sebagai volume kubus (2).

Misalnya : diameter kubus rata-rata hemitoraks adalah 10cm dan diameter kubus rata-

rata paru-paru yang kolaps adalah 8cm, maka rasio diameter kubus

adalah :

83 512______ = ________ = ± 50 % 103 1000

2. Menjumlahkan jarak terjauh antara celah pleura pada garis vertikal, ditambah dengan

jarak terjauh antara celah pleura pada garis horizontal, ditambah dengan jarak terdekat

antara celah pleura pada garis horizontal, kemudian dibagi tiga, dan dikalikan sepuluh (2).

3. Rasio antara selisih luas hemitoraks dan luas paru yang kolaps dengan luas

hemitoraks (4).

5

% luas pneumotoraks

A + B + C (cm) = __________________ x 10

3

Page 6: Refrat Pneumothorax

D. PATOFISIOLOGI

Paru-paru dibungkus oleh dua lapisan yang terdiri dari satu membran yang

membentuk pleura viceralis dan pleura parietalis. Diantara pleura viceralis dan parietalis

terdapat cavum pleura. Dalam cavum pleura terdapat sekitar 1cc cairan pleura yang berguna

sebagai pelumas paru saat mengembang. Tekanan intra pleura selalu negatif dalam keadaan

normal.Tekanan negatif pada intrapleura membantu dalam proses respirasi. Secara garis

besar, semua jenis pneumotorak mempunyai dasar patofisiologi yang hampir sama.

Mekanisme pada saat inspirasi oleh karena tekanan negatif pleura maka bila ada hubungan

antara dunia luar dengan cavum pleura maka udara akan masuk ke dalam pleura dan paru

tidak akan mengembang. Pada pneumothoraks, tekanan dalam cavum pleura menjadi

semakin positif oleh karena terdapatnya udara di dalam rongga pleura. Pada keadaan tersebut

paru akan mengganggu ekspansi paru oleh karena tekanan di rongga pleura yang negatif

diperlukan untuk menjaga supaya paru mengikuti gerak dinding dada. Bila jumlah udara

cukup banyak maka pada saat inspirasi terjadi hiperekspansi cavum pleura yang dapat

mengakibatkan penekanan pada mediastinum yang kemudian menekan sisi dada yang

sehat. Pada saat ekspirasi, mediastinal kembali lagi ke posisi semula. Proses  yang  terjadi ini

dikenal dengan mediastinal flutter. Pneumotorak  ini  terjadi  biasanya  pada  satu  sisi,

sehingga respirasi  paru  sisi  sebaliknya  masih bisa menerima udara secara maksimal dan

bekerja dengan sempurna. Bila karena luka yang bersifat ventil, udara akan masuk ke rongga

pleura setiap kali inspirasi dan terperangkap saat ekspirasi, hiperekspansi  cavum  pleura

pada  saat inspirasi menekan mediastinal ke sisi yang sehat dan saat ekspirasi udara terjebak

pada paru dan cavum pleura terjadilah penekanan vena cava, shunting udara ke paru yang

6

(L) hemitorak – (L) kolaps paru

(AxB) - (axb)_______________ x 100 % AxB

Page 7: Refrat Pneumothorax

sehat, dan obstruksi jalan napas. Akibatnya dapat timbulah gejala pre-shock atau shock oleh

karena penekanan vena cava. Kejadian ini dikenal dengan tension pneumotorak.

E. EPIDEMIOLOGI

Data epidemiologi berbeda-beda berdasarkan jenis pneumothorax.

1. Pneumothoraks spontan primer, sekunder dan rekuring:

Sangat mungkin bahwa insidensi pneumothorax spontan primer dibawah

perkiraan. Lebih dari 10% pasien asimtomatik, dan yang memiliki gejala ringan

sering tidak berobat. Sering muncul pada grup usia 20-30 tahun, dengan insidensi

tertinggi pada umur 20-an awal. Jarang ditemukan pada individu diatas umur 40

tahun. Pria memiliki insidensi 7,4-18 kasus per 100.000 orang per tahun dan pada

wanita1,2-6 kasus per 100.000 orang per tahun. Perbandingan antara pria dan

wanita adalah 6,2:1.

Pada pneumothoraks spontan sekunder muncul lebih sering pada usai 60-65

tahun. Insidensi antara 6,3 kasus per 100.000 orang per tahun untuk wanita dan

2per100.000 pada wanita. Perbandingan antara pria dan wanita adalah 3,2:1.

Penyakit paru obstruktif kronis adalah penyebab yang sering pada pneumothoraks

spontan sekunder dengan insidensi 26:100.000 kasus per tahun.

Hal-hal yang dapat meningkatkan insidensi pneumothorax: merokok

meningkatkan resiko 20 kali lipat pada pria dan 10 kali lipat pada wanita,

meningkat setara dengan jumlah rokok yang dikonsumsi per hari. Habitus tubuh

pria kurus tinggi antara umur 20-40 memiliki tingkat insidensi tertinggi.

2. Pneumothorax traumatik

Tension dan traumatik pneumothorax muncul lebih sering dari pada

pneumothorax spontan, dan meningkat oleh karena meningkatnya jumlah fasilitas

perawatan intensif yang semakin menambah jumlah penggunaan modalitas

ventilator tekanan positif dan penempatan kateter vena sentral yang meningkatkan

potensial terjadinya pneumothorax iatrogenic.

Insidensi pneumothorax iatrogenic adalah antara 5-7:10.000 pasien rawat inap,

dengan pasien bedah thorax dieksklusikan karena merupakan outcome yang sering

terjadi.

7

Page 8: Refrat Pneumothorax

Pneumothorax muncul pada 1-2% dari semua neonatus, dengan insidensi lebih

tinggi pada bayi dengan neonatal respiratory distres syndrome. Terdapat penelitian

yang melaporkan insidensi setinggi 19%.

3. Pneumothoraks ventil

Pneumothorax ventil adalah komplikasi pada 1-2% pasien pneumothorax

spontan. Sampai akhir abad ke-19 tuberkulosis merupakan etiologi terbanyak dari

pneumothorax spontan, 1,4% penderita tuberkulosis mengalami pneumothorax.

Insidensi pneumothoraks venitl sulit ditentukan, 10-30% pasien trauma di US

menerima thorachostomi, namun tidak semua benar-benar memiliki

pneumothoraks ventil. Angka tersebut tinggi oleh karena resiko misdiagnosa dapat

mengakibatkan kematian.

4. Katamenial pneumothorax

Insidensi catamenial pneumothorax sangat jarang yang muncul pada wanita

umur 30-50 tahun. Secara tipikal muncul 1-3 hari setelah onset menstruasi.

F. MANIFESTASI KLINIS

Berdasarkan anamnesis, gejala dan keluhan yang sering muncul adalah (2), (4), (5)

:

1. Sesak napas, didapatkan pada hampir 80-100% pasien. Seringkali sesak

dirasakan mendadak dan dapat bertambah makin berat.

2. Nyeri dada, yang didapatkan pada 75-90% pasien. Nyeri dirasakan tajam pada

sisi yang sakit, terasa berat, tertekan dan terasa lebih nyeri pada gerak

pernapasan.

3. Batuk-batuk, yang didapatkan pada 25-35% pasien.

4. Denyut jantung dan frekuensi nafas meningkat.

5. Kulit mungkin tampak sianosis karena kadar oksigen darah yang kurang.

6. Tidak menunjukkan gejala (silent) yang terdapat pada 5-10% pasien, biasanya

pada jenis pneumotoraks spontan primer.

Berat ringannya keadaan penderita tergantung pada tipe pneumotoraks tersebut, (2):

1. Pneumotoraks tertutup atau terbuka, sering tidak berat

2. Pneumotoraks ventil dengan tekanan positif tinggi, sering dirasakan lebih berat

8

Page 9: Refrat Pneumothorax

3. Berat ringannya pneumotoraks tergantung juga pada keadaan paru yang lain serta ada

tidaknya jalan napas.

4. Nadi cepat dan pengisian masih cukup baik bila sesak masih ringan, tetapi bila

penderita mengalami sesak napas berat, nadi menjadi cepat dan kecil disebabkan

pengisian yang kurang.

Pada pemeriksaan fisik torak didapatkan (3), (4):

1. Inspeksi :

a. Dapat terjadi pencembungan pada sisi yang sakit (hiper ekspansi dinding

dada)

b. Pada waktu respirasi, bagian yang sakit gerakannya tertinggal

c. Trakea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat

2. Palpasi :

a. Pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat normal atau melebar

b. Iktus jantung terdorong ke sisi toraks yang sehat

c. Fremitus suara melemah atau menghilang pada sisi yang sakit

3. Perkusi :

a. Suara ketok pada sisi sakit, hipersonor sampai timpani dan tidak menggetar

b. Batas jantung terdorong ke arah toraks yang sehat, apabila tekanan intrapleura

tinggi

4. Auskultasi :

a. Pada bagian yang sakit, suara napas melemah sampai menghilang

b. Suara vokal melemah dan tidak menggetar serta bronkofoni negative

Pemeriksaan Penunjang

1. Foto Röntgen

Gambaran radiologis yang tampak pada foto röntgen kasus pneumotoraks antara

lain (6):

a. Bagian pneumotoraks akan tampak lusen, rata dan paru yang kolaps akan

tampak garis yang merupakan tepi paru. Kadang-kadang paru yang kolaps tidak

membentuk garis, akan tetapi berbentuk lobuler sesuai dengan lobus paru.

b. Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massa radio opaque yang

berada di daerah hilus. Keadaan ini menunjukkan kolaps paru yang luas sekali.

9

Page 10: Refrat Pneumothorax

Besar kolaps paru tidak selalu berkaitan dengan berat ringan sesak napas yang

dikeluhkan.

c. Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat, spatium intercostals

melebar, diafragma mendatar dan tertekan ke bawah. Apabila ada pendorongan

jantung atau trakea ke arah paru yang sehat, kemungkinan besar telah terjadi

pneumotoraks ventil dengan tekanan intra pleura yang tinggi.

d. Pada pneumotoraks perlu diperhatikan kemungkinan terjadi keadaan sebagai

berikut (3):

1) Pneumomediastinum, terdapat ruang atau celah hitam pada tepi jantung,

mulai dari basis sampai ke apeks. Hal ini terjadi apabila pecahnya fistel

mengarah mendekati hilus, sehingga udara yang dihasilkan akan terjebak di

mediastinum.

2) Emfisema subkutan, dapat diketahui bila ada rongga hitam dibawah kulit.

Hal ini biasanya merupakan kelanjutan dari pneumomediastinum. Udara

yang tadinya terjebak di mediastinum lambat laun akan bergerak menuju

daerah yang lebih tinggi, yaitu daerah leher. Di sekitar leher terdapat

banyak jaringan ikat yang mudah ditembus oleh udara, sehingga bila

jumlah udara yang terjebak cukup banyak maka dapat mendesak jaringan

ikat tersebut, bahkan sampai ke daerah dada depan dan belakang.

3) Bila disertai adanya cairan di dalam rongga pleura, maka akan tampak

permukaan cairan sebagai garis datar di atas diafragma

Foto Rö pneumotoraks (PA), bagian yang ditunjukkan dengan anak panah

merupakan bagian paru yang kolaps

10

Page 11: Refrat Pneumothorax

1. Analisa Gas Darah

Analisis gas darah arteri dapat memberikan gambaran hipoksemi meskipun pada

kebanyakan pasien sering tidak diperlukan. Pada pasien dengan gagal napas yang

berat secara signifikan meningkatkan mortalitas sebesar 10%.

2. CT-scan thorax

CT-scan toraks lebih spesifik untuk membedakan antara emfisema bullosa

dengan pneumotoraks, batas antara udara dengan cairan intra dan ekstrapulmoner dan

untuk membedakan antara pneumotoraks spontan primer dan sekunder.

G. PENATALAKSANAAN

Tujuan utama penatalaksanaan pneumotoraks adalah untuk mengeluarkan udara dari

rongga pleura dan menurunkan kecenderungan untuk kambuh lagi. Pada prinsipnya,

penatalaksanaan pneumotoraks adalah sebagai berikut :

1. Observasi dan Pemberian O2

Apabila fistula yang menghubungkan alveoli dan rongga pleura telah menutup,

maka udara yang berada didalam rongga pleura tersebut akan diresorbsi. Laju resorbsi

tersebut akan meningkat apabila diberikan tambahan O2. Observasi dilakukan dalam

beberapa hari dengan foto toraks serial tiap 12-24 jam pertama selama 2 hari (2).

Tindakan ini terutama ditujukan untuk pneumotoraks tertutup dan terbuka (4).

2. Tindakan dekompresi

Hal ini sebaiknya dilakukan seawal mungkin pada kasus pneumotoraks yang

luasnya >15%. Pada intinya, tindakan ini bertujuan untuk mengurangi tekanan intra

pleura dengan membuat hubungan antara rongga pleura dengan udara luar dengan

cara (2) :

11

Page 12: Refrat Pneumothorax

a. Menusukkan jarum melalui dinding dada terus masuk rongga pleura, dengan

demikian tekanan udara yang positif di rongga pleura akan berubah menjadi

negatif karena mengalir ke luar melalui jarum tersebut (2), (4).

b. Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontra ventil :

1) Dapat memakai infus set

Jarum ditusukkan ke dinding dada sampai ke dalam rongga pleura,

kemudian infus set yang telah dipotong pada pangkal saringan tetesan

dimasukkan ke botol yang berisi air. Setelah klem penyumbat dibuka,

akan tampak gelembung udara yang keluar dari ujung infus set yang

berada di dalam botol (4).

2) Jarum abbocath

Jarum abbocath merupakan alat yang terdiri dari gabungan jarum

dan kanula. Setelah jarum ditusukkan pada posisi yang tetap di dinding

toraks sampai menembus ke rongga pleura, jarum dicabut dan kanula

tetap ditinggal. Kanula ini kemudian dihubungkan dengan pipa plastik

infus set. Pipa infuse ini selanjutnya dimasukkan ke botol yang berisi air.

Setelah klem penyumbat dibuka, akan tampak gelembung udara yang

keluar dari ujung infuse set yang berada di dalam botol (4).

3) Pipa water sealed drainage (WSD)

Pipa khusus (toraks kateter) steril, dimasukkan ke rongga pleura

dengan perantaraan troakar atau dengan bantuan klem penjepit.

Pemasukan troakar dapat dilakukan melalui celah yang telah dibuat

dengan bantuan insisi kulit di sela iga ke-4 pada linea mid aksilaris atau

pada linea aksilaris posterior. Selain itu dapat pula melalui sela iga ke-2

di garis mid klavikula.

Setelah troakar masuk, maka toraks kateter segera dimasukkan ke

rongga pleura dan kemudian troakar dicabut, sehingga hanya kateter

toraks yang masih tertinggal di rongga pleura. Selanjutnya ujung kateter

toraks yang ada di dada dan pipa kaca WSD dihubungkan melalui pipa

plastik lainnya. Posisi ujung pipa kaca yang berada di botol sebaiknya

berada 2 cm di bawah permukaan air supaya gelembung udara dapat

dengan mudah keluar melalui perbedaan tekanan tersebut (3), (4).

Penghisapan dilakukan terus-menerus apabila tekanan intrapleura

tetap positif. Penghisapan ini dilakukan dengan memberi tekanan negatif

12

Page 13: Refrat Pneumothorax

sebesar 10-20 cm H2O, dengan tujuan agar paru cepat mengembang.

Apabila paru telah mengembang maksimal dan tekanan intra pleura

sudah negatif kembali, maka sebelum dicabut dapat dilakukuan uji coba

terlebih dahulu dengan cara pipa dijepit atau ditekuk selama 24 jam.

Apabila tekanan dalam rongga pleura kembali menjadi positif maka pipa

belum bisa dicabut. Pencabutan WSD dilakukan pada saat pasien dalam

keadaan ekspirasi maksimal (2).

3. Torakoskopi

Yaitu suatu tindakan untuk melihat langsung ke dalam rongga toraks dengan

alat bantu torakoskop. Toraskoskopi yang dipandu dengan video ((Video Assisted

Thoracoscopy Surgery=VATS) memberikan kenyamanan dan keamanan lebih baik

bagi operator maupun bagi pasiennya karena akan diperoleh lapang pandang yang

lebih luas dan gambar yang lebih bagus. Tindakan ini sangat efektif untuk

penanganan PSP dan mencegah berulangnya kembali. Tindakan ini dilakukan bila :

› Tindakan aspirasi maupun WSD gagal

› Paru tidak mengembang setelah 3 hari pemasangan tube torakostomi

› Terjadinya fistula bronkopleura

› Timbulya kembali pneumotoraks setelah tindakan pleurodosis

4. Torakotomi

13

Page 14: Refrat Pneumothorax

Tindakan pembedahan ini indikasinya hamper sama dengan torakoskopi.

Tindakan ini dilakukan jika dengan torakoskopi gagal atau jika bleb atau bulla

terdapat di apeks paru.

5. Tindakan bedah (4)

a. Dengan pembukaan dinding toraks melalui operasi, kemudian dicari lubang

yang menyebabkan pneumotoraks kemudian dijahit

b. Pada pembedahan, apabila ditemukan penebalan pleura yang menyebabkan

paru tidak bias mengembang, maka dapat dilakukan dekortikasi.

c. Dilakukan resesksi bila terdapat bagian paru yang mengalami robekan atau

terdapat fistel dari paru yang rusak

d. Pleurodesis. Masing-masing lapisan pleura yang tebal dibuang, kemudian

kedua pleura dilekatkan satu sama lain di tempat fistel

6. Non medikamentosa

a. Apabila terdapat proses lain di paru, maka pengobatan tambahan ditujukan

terhadap penyebabnya. Misalnya : terhadap proses TB paru diberi OAT,

terhadap bronkhitis dengan obstruksi saluran napas diberi antibiotik dan

bronkodilator (4).

b. Istirahat total untuk menghindari kerja paru yang berat (4).

c. Pemberian antibiotik profilaksis setelah setelah tindakan bedah dapat

dipertimbangkan, untuk mengurangi insidensi komplikasi, seperti emfisema (3).

7. Rehabilitasi(4)

a. Penderita yang telah sembuh dari pneumotoraks harus dilakukan pengobatan

secara tepat untuk penyakit dasarnya.

b. Untuk sementara waktu, penderita dilarang mengejan, batuk atau bersin terlalu

keras.

c. Bila mengalami kesulitan defekasi karena pemberian antitusif, berilah laksan

ringan.

d. Kontrol penderita pada waktu tertentu, terutama kalau ada keluhan batuk,

sesak napas.

BAB IV

14

Page 15: Refrat Pneumothorax

KESIMPULAN

Pneumotoraks merupakan suatu keadaan dimana rongga pleura terisi oleh udara,

sehingga menyebabkan pendesakan terhadap jaringan paru yang menimbulkan gangguan

dalam pengembangannya terhadap rongga dada saat proses respirasi. Oleh karena itu, pada

pasien sering mengeluhkan adanya sesak napas dan nyeri dada.

Berdasarkan penyebabnya, pneumotoraks dapat terjadi baik secara spontan maupun

traumatik. Pneumotoraks spontan itu sendiri dapat bersifat primer dan sekunder. Sedangkan

pneumotoraks traumatik dapat bersifat iatrogenik dan non iatrogenik. Dan menurut fistel

yang terbentuk, maka pneumotoraks dapat bersifat terbuka, tertutup dan ventil (tension).

Dalam menentukan diagnosa pneumotoraks seringkali didasarkan pada hasil foto

röntgen berupa gambaran translusen tanpa adanya corakan bronkovaskuler pada lapang paru

yang terkena, disertai adanya garis putih yang merupakan batas paru (colaps line). Dari hasil

röntgen juga dapat diketahui seberapa berat proses yang terjadi melalui luas area paru yang

terkena pendesakan serta kondisi jantung dan trakea.

Pada prinsipnya, penanganan pneumotoraks berupa observasi dan pemberian O2 yang

dilanjutkan dengan dekompresi. Untuk pneumotoraks yang berat dapat dilakukan tindakan

pembedahan. Sedangkan untuk proses medikasi disesuaikan dengan penyakit yang

mendasarinya. Tahap rehabilitasi juga perlu diperhatikan agar pneumotoraks tidak terjadi

lagi.

DAFTAR PUSTAKA

15

Page 16: Refrat Pneumothorax

1. Guyton, Arthur, C. Hall, John, E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta :

EGC; 1997. p. 598.

2. Sudoyo, Aru, W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. K, Marcellus, Simadibrata.

Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi IV. Jakarta : Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia; 2006. p. 1063.

3. Bowman, Jeffrey, Glenn. Pneumothorax, Tension and Traumatic. Updated: 2010 May

27; cited 2011 January 10. Available from

http://emedicine.medscape.com/article/827551

4. Alsagaff, Hood. Mukty, H. Abdul. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya :

Airlangga University Press; 2009. p. 162-179

5. Schiffman, George. Stoppler, Melissa, Conrad. Pneumothorax (Collapsed Lung). Cited

: 2011 January 10. Available from :

http://www.medicinenet.com/pneumothorax/article.htm

6. Malueka, Rusdy, Ghazali. Radiologi Diagnostik. Yogyakarta : Pustaka Cendekia

Press; 2007. p. 56

7. A Bobbio, R trisolini, D Damotte, M Alifano. Thoracic Endometriosis and Catamenial

Pneumothorax. Chapter 15. European Respiratory Monograph 54: Orphan Lung

Diseases. European Respiratory Surgery; 2011. P. 265-273.

16