kasus farkoter

7
Kasus Farmakokinetika Terapan Seorang pasien memeriksaan dirinya di sebuah rumah sakit besar akibat sakit yang diderita. Setelah melalui serangkaian pemeriksaan, pasien mendapatkan resep seperti yang tertera di bawah ini : R/ Furosemid XXV S 1-1 /2-0 KSR XV S1dd 1 Meftormin 500 XLV S 3 dd 1 Glibenklamid 5 XV S 1-0-0 Diazepam 2 XXX S 3 dd 1 Aspilet XV S 1 dd 1 ISDN 5 XV S 1 dd 1 SL bila nyeri dada Simvastatin XV S 0-0-1 Gemfibrozil 300 XV S 0-0-1 Antasida FI. I S 4 dd 1 Pro : Ny. Laly ( 54 Th) a. Anamnesa

Upload: dike-novalia-anggraini

Post on 11-Feb-2016

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Kasus

TRANSCRIPT

Page 1: Kasus Farkoter

Kasus Farmakokinetika Terapan

Seorang pasien memeriksaan dirinya di sebuah rumah sakit besar akibat

sakit yang diderita. Setelah melalui serangkaian pemeriksaan, pasien mendapatkan

resep seperti yang tertera di bawah ini :

R/ Furosemid XXVS 1-1 /2-0

KSR XVS1dd 1

Meftormin 500 XLVS 3 dd 1

Glibenklamid 5 XVS 1-0-0

Diazepam 2 XXXS 3 dd 1

Aspilet XVS 1 dd 1

ISDN 5 XVS 1 dd 1 SL bila nyeri dada

Simvastatin XVS 0-0-1

Gemfibrozil 300 XVS 0-0-1

Antasida FI. IS 4 dd 1

Pro : Ny. Laly ( 54 Th)

a. Anamnesa

Pasien menyatakan telah lama menderita hiperlipidema, sakit tekanan

jantung, diabetes mellitus dan hipertensi (150/90 mmHg).

b. Analisa Kasus

Page 2: Kasus Farkoter

Dalam kasus ini pasien Ny. Laly menerima 10 item obat dalam sekali

pengobatan. Pasien mengalami diabetes mellitus dengan diagnosa penyakit

penyerta hiperlipidemia, hipertensi dan gangguan jantung. Obat-obatan yang

dikonsumsi tersebut antara lain :

Furosemid, sebagai antihipertensi golongan diuretik.

Kalium klorida /KSR 600 mg, sebagai suplemen kalium untuk mencegah

hipokalimia akibat penggunaan golongan diuretik.

Metformin dan glibenklamid sebagai antidiabetes oral.

Diazepam, merupakan sedativum golongan benzodiazepin.

Aspilet, sebagai antiplatelet.

Isosorbid dinitrat (ISDN), sebaga antiangina.

Simvastatin dan gemfibrozil, sebagai antihiperlipidemia.

Antasida, untuk menetralkan asam lambung.

Furesemid digunakan sebagai agen antihipertensi tunggal, karena

hipertensi yang dialami pasien masih berada pada stage 1 (tekanan diastolik antara

140-159 mmHg). Sehingga penggunaan agen tunggal umumnya cukup efektif.

Penggunaan furosemid pada pasien yang memiliki diagnosa penyerta berupa

diabetes mellitus dan gagal jantung seperti pada kasus pasien pada kasus ini,

diperbolehkan. Sehingga pemilihan furosemid dapat dianggap rasional.

Dari segi dosis, umumnya furosemid diberikan sekali sehari (40 mg/hari),

yaitu pada pagi hari. Namun dalam kasus ini, pasien menerima furosemid 40 mg

pada pagi hari dan 20 mg pada siang hari (60 mg/hari). Dosis tersebut masih

berada pada dosis yang dianjurkan, terlebih pasien juga menderita gangguan

jantung, sehingga dosis lebih tinggi diperbolehkan. Waktu pemberian furosemid

juga masih aman, yaitu pada pagi dan siang hari, sehingga resiko terjadinya

diuresis nokturnal masih dapat dihindarkan.

Pemberian kalium klorida/KSR, sebagai suplemen kalium dapat

dibenarkan, mengingat furosemid merupakan diuretik yang boros kalium,

sehingga dapat memicu terjadinya hipokalemia.

Disamping kemungkinan terjadinya hipokalemia, pengguna furosemid

juga berpeluang mengalami kekurangan kadar ion-ion lainnya, akibat peningkatan

Page 3: Kasus Farkoter

urinasi, seperti natrium (hiponatrimia), magnesium (hipomagnesia) serta

kemungkinan terjadinya gout.

Pasien dapat dipastikan mederita diabetes mellitus tipe II, karena dokter

hanya meresepkan antidiabetik oral, tanpa insulin. Pasien diberi kombinasi

metformin 500 mg tiga kali sehari, dan glibenklamid 5 mg satu kali sehari.

Metformin merupakan antidiabetik golongan biguanida yang bekerja

dengan cara meningkatkan sensitivitas insulin dan menurunkan resistensinya. Dan

metformin merupakan agen antidiabetik utama untuk terapi diabetes tidak

dikontraindikasikan pada pasien tersebut. Metformin yang dikombinasi

glibenklamid, sangat diperbolehkan. Dosis kombinasi kedua obat tersebut juga

masih dalam batas aman. Dimana dosis maksimum keduanya adalah 20 mg/hari

untuk gibenklamid dan 2000 mg/hari untuk metformin.

Baik metformin maupun glibenklamid dapat menyebabkan

ketidaknyamanan pada saluran cerna berupa mual, muntah dan diare.

Penggunaan ISDN, aspilet dan diazepam untuk memberikan efek

antiansiolitik dan sedasi yang menenangkan sehingga, sehingga mengurangi

beban kerja jantung. Kemungkinan juga untuk mengatasi insomnia yang dapat

disebabkan oleh gemfibrozil.

Aspilet diberikan sebagai antiplatelet yang dapat mengencerkan dan

memperlancar peredaran darah. ISDN digunakan sewaktu – waktu saat terjadinya

metabolisme lintas pertama di hati (first pass effect).

Kombinasi simvastatin 10mg/hari dan gemfibrozil 300 mg/hari dalam

dosis tunggal pada malam hari ditujukan sebagai terapi antihiperlipidemia. Studi

menunjukkan pemberian simvastatin mampu mengurangi resiko kejadian penyakit

jantung koroner pada penderita diabetes mellitus yang memiliki konsentrasi

kolesterol LDL (Low Density Lippoprotein) dalam darahnya tinggi. Diabetes

mellitus merupakan salah satu faktor resiko terjadinya penyakit jantung koroner.

Dalam studi tersebut simvastatin digunakan sebagai agen tunggal.

Penggunaan bersamaan simvastatin (golongan statin) dengan gemfibrozil

(golongan fibrat) meningkatkan resiko rhabdomyolisis, sehingga kombinasi

Page 4: Kasus Farkoter

tersebut tidak boleh digunakan. Penggunaan simvastatin lebih dari 10 mg/hari

harus disertai dengan pemantauan klirens kreatininnya (harus >30 mL/menit).

Penggunaan antasida sebagai penanganan efek samping obat yang dapat

mengiritasi lambung, sehingga meningkatkan sekresi asam lambung. Aspilet

dapat mengiritasi lambung, akibat adanya penghambatan pada pembentukan

prostaglandin. Diazepam dapat menyebabkan ketidaknyamanan lambung, begitu

juga dengan furosemid.

Interaksi obat yang mungkin terjadi pada kasus ini antara lain:

Jus anggur dapat meningkatkan konsentrasi plasma dalam simvastatin.

Gemfibrozil dapat meningkatkan efek diabetik dari dari sulfonilurea.

c. Saran

Berdasarkan penjelasan diatas, disarankan :

Sebaiknya antihiperlipidemia yang digunakan merupakan agen tunggal

yaitu simvastatin atau gemfibrozil saja, bukan kombinasi keduanya. Dan

penggunaan simvastatin tampaknya lebih aman dibandingkan dengan

gembfibrozil. Hal ini dikarenakan gembfibrozil berinteraksi dengan

golongan sulfonilurea.

Pasien diingatkan untuk tidak mengkonsumsi jus anggrur selama pasien

masih mengkonsumsi simvastatin.

Sarankan pasien untuk melakukan diet ketat karbohidrat dan lemak untuk

menjaga supaya kadar glukosa dan lipid dalam darah tetap berada pada

rentang yang aman.

Sarankan pasien untuk selalu menyediakan asupan glukosa cepat (permen

atau minuman manis) jika sewaktu-waktu terjadi hipoglikemia.

Pasien harus cukup istirahat dan menghindari kelelahan, untuk menjag

kerja jantung tetap normal. Pasien harus menghindari rokok dan alkohol.

Melakukan olah raga ringan masih diperbolehkan, selama tidak

menimbulkan kelelahan.

Page 5: Kasus Farkoter

Referensi :

BMJ Group. 2011. British National Formulatory (BNF) 61. London : BMJ Group and the Royal Pharmaceutical Society of Great Britain, pp.

Dipiro, J.T., et al. 2005. Pharmacotherapy Handbook. Sixth edition. USA : The Mc.Graw Hill Company.

Neal,M.J. 2005. At a Glance Farmakologi Medis. Edisi ke-5. Jakarta : Erlangga.