kasus diskusi

8
Kasus Pemicu Diskusi 1 Altruisme dalam Profesi Medis Seorang pasien laki-laki usia 60 tahun adalah salah satu pasien yang dirawat di bangsal penyakit jantung karena keluhan sesak nafas selama hampir 1 minggu. Selama ini ia dirawat oleh ahli jantung sebagai konsultan, sedang dokter ruangan adalah dokter umum. Pasien ini memang pasien lama, ia telah menjalani rawat jalan maupun rawat inap beberapa kali karena sesak maupun nyeri dada sehingga ia sudah akrab dengan para dokter maupun perawat. Begitu pun para dokter yang merawatnya pun sudah kenal dengan keluarga pasien, dokter telah berterus terang pada pasien dan keluarga mengenai penyakit yang diderita oleh pasien. Dalam pengobatannya, dokter ahli jantung telah memberikan berbagai macam obat, baik generik maupun paten, untuk penyembuhan penyakit pasien, namun karena banyak komplikasinya, seperti darah tinggi dan gula, sehingga penyembuhan menjadi sulit, belum lagi posturnya gemuk, sulit untuk melakukan diet sedang serta olah raga ringan yang dianjurkan oleh dokter ahli malas dikerjakan oleh pasien. Namun begitu dengan senda gurau dokter selalu memberikan anjuran dan nasehat kepada pasien untuk tetap menjaga kondisi, minum obat, agar selalu tinggi semangat hidup, begitu pun kepada keluarga agar selalu mendukungnya. Pada hari ke 10 perawatan, saat jam bezoek, pasien banyak menerima tamu, dokter telah memberitahukan kepada pasien dan keluarga karena kondisinya berangsur membaik direncanakan untuk pulang dalam beberapa hari. Rasa bahagia sangat dirasakan oleh pasien maupun keluarga, sebagian keluarga telah berkemas-kemas, dan oleh pasien diminta untuk tidak

Upload: asnan-azis-fatoni

Post on 28-Nov-2015

30 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

cc

TRANSCRIPT

Page 1: kasus diskusi

Kasus Pemicu Diskusi 1Altruisme dalam Profesi Medis

Seorang pasien laki-laki usia 60 tahun adalah salah satu pasien yang dirawat di bangsal

penyakit jantung karena keluhan sesak nafas selama hampir 1 minggu. Selama ini ia

dirawat oleh ahli jantung sebagai konsultan, sedang dokter ruangan adalah dokter umum.

Pasien ini memang pasien lama, ia telah menjalani rawat jalan maupun rawat inap

beberapa kali karena sesak maupun nyeri dada sehingga ia sudah akrab dengan para dokter

maupun perawat. Begitu pun para dokter yang merawatnya pun sudah kenal dengan

keluarga pasien, dokter telah berterus terang pada pasien dan keluarga mengenai penyakit

yang diderita oleh pasien. Dalam pengobatannya, dokter ahli jantung telah memberikan

berbagai macam obat, baik generik maupun paten, untuk penyembuhan penyakit pasien,

namun karena banyak komplikasinya, seperti darah tinggi dan gula, sehingga

penyembuhan menjadi sulit, belum lagi posturnya gemuk, sulit untuk melakukan diet

sedang serta olah raga ringan yang dianjurkan oleh dokter ahli malas dikerjakan oleh

pasien. Namun begitu dengan senda gurau dokter selalu memberikan anjuran dan nasehat

kepada pasien untuk tetap menjaga kondisi, minum obat, agar selalu tinggi semangat

hidup, begitu pun kepada keluarga agar selalu mendukungnya.

Pada hari ke 10 perawatan, saat jam bezoek, pasien banyak menerima tamu, dokter telah

memberitahukan kepada pasien dan keluarga karena kondisinya berangsur membaik

direncanakan untuk pulang dalam beberapa hari. Rasa bahagia sangat dirasakan oleh

pasien maupun keluarga, sebagian keluarga telah berkemas-kemas, dan oleh pasien diminta

untuk tidak perlu lagi ia ditemani di RS. Setelah jam bezoek selesai, pasien merasa capek

sehingga memberitahu kepada keluarga yang menemaninya bahwa ia hendak istirahat.

Tiba-tiba pasien merasakan nyeri dada dan tidak sadarkan diri, saat melihat kondisi itu

keluarga yang menemani menjadi histeris, dan segera memanggil perawat. Perawat segera

memanggil dokter jaga ruangan. Dalam 5 menit, dokter jaga datang, segera menilai

keadaan pasien: tidak sadar, tidak terasa hembusan nafas dari hidung dan mulut, nadi

pergelangan tangan dan leher tidak teraba. Dokter segera melompat ke atas tempat tidur

pasien dan melalukan resusitasi jantung dan paru, membuat denyut jantung buatan dengan

memberikan tekanan pada dada dan dan memberikan nafas buatan melalui ambubag secara

simultan. RJP baru dilakukan selama 5 menit dan belum ada respon, namun pihak keluarga

semakin histeris. Keluarga bersepakat merelakan kepergian pasien dan meminta dokter

jaga untuk menghentikan RJP saat itu juga.

Tugas Mandiri Blok I dr.Humaryanto (PSPD Universitas Jambi)

Page 2: kasus diskusi

Kasus Pemicu Diskusi 2Prinsip Do No Harm dalam situasi emergensi dan praktek medis

Dokter Prima adalah seorang Spesialis Bedah di kota Manokat, sebuah Ibu Kota

Kabupaten. Selain berpraktek di RS Kabupaten, ia juga membuka praktek pribadi di

rumhanya pada pagi hari sebelum ke RS dan sore setelah dinas di RS. Suatu pagi ditempat

praktek pribadinya, ia kedatangan seorang pasien dari desa. Pasien itu korban tabrak lari, ia

mengeluh nyeri perut kiri atas akibat benturan dengan sepeda motor yang menabraknya.

Keadaan pasien saat datang masih sadar. Setelah diperiksa,  dokter Prima segera

menganjurkan pasien  untuk masuk Rumah Sakit karena harus menjalani pengawasan

lanjut yang ketat (observasi trauma tumpul abdomen), namun pasien menolak.

Karena ia adalah pasien terakhir, dokter Prima kemudian mengajak pasien untuk ke RS

bersama-sama, disertai alasan perlu pemeriksaan darah untuk melihat parah tidaknya

penyakit pasien. Pasien setuju. Dokter Prima berpesan agar hasil pemeriksaan segera

disampaikan padanya.

Hasil pemeriksaan menunjukkan penurunan Hb dan pada pemeriksaan fisik ulang, dr

Prima menemukan perut mulai membesar dan kencang serta abdominal tap positif

(terdapat cairan bebas/darah dalam rongga perut). Dokter Prima menyimpulkan sang

pasien mengalami perdarahan  dalam rongga perut yang kemungkinan diakibatkan oleh

ruptur atau robeknya limpa. Dokter Prima langsung menjelaskan keadaan sakit penderita

dan rencana untuk operasi laparatomi. Tapi walaupun sudah dijelaskan bahwa jika tidak

dioperasi maka perdarahan dalam rongga perut akan berlangsung terus dan akan

mengakibatkan kematian, pasien tetap menolak operasi namun bersedia masuk untuk

perawatan.

Beberapa jam kemudian kesadaran pasien makin menurun dan jatuh dalam keadaan tidak

sadar. Tindakan yang harus segera diambil satu-satunya adalah operasi untuk

menghentikan perdarahan. Dokter Prima akhirnya melakukan tindakan operasi. Pasca

operasi pasien membaik dan pulang dalam keadaan sehat.

Tugas Mandiri Blok I dr.James Siwu (FK UnSrat)

Page 3: kasus diskusi

Kasus Pemicu Diskusi 3Autonomi Pasien dalam berbagai Situasi

Kanker paru adalah salah satu penyakit yang sampai saat ini sulit untuk diobati, apalagi

jika pasien datang pada stadium lanjut. Biasanya pada stadium lanjut paru banyak masalah

yang sulit diatasi seperti misalnya efusi pleura masif.

Dr Pras yang praktek di RS Rujukan Nasional, mendapat pasien yang dirujuk oleh dokter

spesialis pulmonologi dari Sumatera. Pasien adalah seorang laki–laki, usia 60–an dengan

masalah efusi pleura masif pada salah satu parunya. Dokter tersebut telah melakukan

tindakan diagnostik dan beberapa kali tindakan untuk mengeluarkan cairan pleura tersebut,

tetapi hasil pemeriksaan diagnostik tidak memberikan kepastian penyakitnya.

Saat pertama kali bertemu pasien dan keluarga, dr Pras melakukan anamnesis, pemeriksaan

ulang dan menganalisis seluruh hasil yang di bawa. Ia menjelaskan bahwa akan dilakukan

pemeriksaan lanjutan untuk memastikan diagnostis, terutama penyebab efusi pleura masif.

Selain itu ia akan melakukan evakuasi cairan pleura yang masih ada. Kepada keluarga Ia

menjelaskan hasil pemeriksaannya, dan menyarankan agar pasien dirawat karena keadaan

umumnya lemah dan ada keluhan sesak napas. Keluarga menerima.

Di bangsal, direncanakan pengambilan cairan pleura dan biopsi untuk pemeriksaan.

Sebelum tindakan, dr Pras menjelaskan tujuan dan akibat dari tindakan tersebut. Keluarga

dan pasien beberapa kali meminta penjelasan tentang akibat, efek samping yang mungkin

timbul, serta manfaat pengeluaran cairan pleura dan biopsi pleura. Setelah semuanya

cukup jelas, pasien beserta keluarga setuju, tindakan pun dilakukan. Hasil analisis dan

sitologi cairan pleura yang didapat adalah suatu keganasan, sedangkan hasil biopsi pleura

tidak ditemukan keganasan.

Dr Pras menyarankan dilakukan pemasangan water sealed drainage (WSD) agar produksi

cairan pleura yang banyak dapat keluar tanpa harus dilakukan punksi pleura percobaan

serta dapat dilakukan pleurodesis (pemberian kemoterapi yang dimasukan ke dalam rongga

pleura melalui selang WSD). Setelah berbagai penjelasan diberikan, pasien menolak

pemasangan WSD tapi setuju dengan punksi pleura percobaan, meskipun dilakukan secara

berulang. Pasien juga menolak kemoterapi..

Punksi percobaan sempat dilakukan beberapa kali dilakukan di poliklinik tetapi tindakan

tersebut tidak banyak membantu dan akhirnya pasien meninggal dunia.

Tugas Mandiri Blok I dr.Prasenohadi (FK UI)

Page 4: kasus diskusi

Kasus Pemicu Diskusi 4Prinsip Keadilan dalam Konteks Hubungan Dokter-Pasien

Seorang pasien wanita, 55 tahun datang ke Gawat Darurat RS A dengan keluhan kejang.

Pasien diterima oleh dokter jaga UGD dan kemudian dikonsulkan ke bagian neurologi.

Saat dilakukan pemeriksaan pasien dalam keadaan sadar, pemeriksaan fisik umum dalam

batas normal, pemeriksaan laboratorium dalam batas normal dan pemeriksaan CT Scan

tidak ditemukan adanya kelainan. Dokter neurologi memutuskan untuk merawat inap

pasien untuk diobservasi lebih lanjut. Saat dirawat di bangsal perawatan, tiba-tiba

kesadaran pasien tersebut menurun dan terjadi henti nafas dan henti jantung. Pada saat

dokter neurologi akan memberikan bantuan hidup dasar, ternyata peralatan yang

dibutuhkan tidak ada karena masih dipergunakan untuk menolong pasien kritis di ruangan

lain. Dokter neurologi segera mengkonsultasikan ke bagian anestesiologi. Lima menit

kemudian dokter anestesi datang ke bangsal perawatan tanpa membawa alat-alat yang

diperlukan untuk melakukan resusitasi karena dokter anestesi mengira bahwa di ruang

perawatan tersebut sudah terdapat alat-alat yang lengkap. Akhirnya dokter anestesi

menghubungi Ruang Tindakan untuk dibawakan alat-alat resusitasi, akan tetapi karena

terlalu lama tidak diberikan bantuan pasien akhirnya meninggal

Tugas Mandiri Blok I dr.Henky (FK UnUd)

Page 5: kasus diskusi

Kasus Pemicu Diskusi 5Dinamika Keputusan Klinis yang Etis (konsep Prima Facie)

Dokter Anton adalah seorang yang taat beragama, ia menjadi dokter keluarga Pak Budi

sejak mereka menikah. Budi dan istrinya telah menikah selama 12 tahun dan mereka telah

dikaruniai 2 orang anak, anak pertama berumur 10 tahun dan yang kedua berumur 5 tahun.

Ibu Budi sedang mengandung anak ketiga dan ia rutin memeriksakan diri kepada dokter

Anton. Pada waktu kehamilan 15 minggu, kedua anaknya terkena penyakit rubella.

Mengingat penyakit rubella dapat menyebabkan gangguan pada janin yang dikandung oleh

ibu Budi, dr Anton menganjurkan agar kedua anaknya dirawat di RS atau di rumah nenek

atau kerabat dan tidak tinggal bersama ibu Budi.

Ketika pak Budi menanyakan apakah ada hubungannya dengan kehamilan istrinya, dokter

Anton hanya menerangkan bahwa hal itu dianjurkan supaya ibu Budi tidak disibukkan

mengurus kedua anaknya yang sakit, sehingga tidak kecapekan. Namun dokter Anton sama

sekali tidak menyinggung tentang resiko penularan penyakit rubella yang sedang di derita

kedua anaknya terhadap istrinya yang sedang hamil dan dapat berakibat kecacatan pada

janin yang sedang di kandungnya. Ia tidak ingin menambah beban pikiran Bapak dan Ibu

Budi.

Sudah beberapa hari ini ibu Budi sakit meriang dan menunjukkan adanya gejala penyakit

yang mirip gajala penyakit kedua anaknya, sehingga oleh bapak Budi, istrinya tersebut

diajak periksa ke dokter Anton. Setelah diperiksa, dokter Anton sampai pada kesimpulan

diagnosis bahwa ibu Budi terkena penyakit rubella. Ia pun memberikan perawatan yang

semestinya pada ibu Budi. Namun ia tidak memberitahukan adanya kemungkinan

kecacatan pada janin karena ia khawatir pasangan suami istri tersebut akan melakukan

aborsi.

Tugas Mandiri Blok I dr.Arif Sadad (RS Karyadi)