kasus denda paksa pembeli zona merah

3
Bagi Pembeli PKL Bukan Dikenakan Denda Tapi Biaya Paksa BANDUNGJUARA – Pengenaan denda bagi pembeli Pedagang Kaki Lima (PKL) di Jalan Merdeka, Kepatihan, Dalem Kaum, Alun-alun dikoreksi Pemkot Bandung. Kata “denda” diperbaiki menjadi “biaya paksa”. Prosesnya pun tidak melibatkan pengadilan. Soalnya pengenaan biaya paksa ini bukan termasuk tindak pidana ringan (tipiring) “Ini bukan tipiring, kalau tipiring itu, didenda. Kalau tidak bayar denda akan ada kurungan badan. Maka membutuhkan pengadilan. Kalau ini, penegakan aturan yang sifatnya biaya paksa. Istilahnya salah, bukan denda tetapi biaya paksa,” kata Wali Kota Bandung Ridwan Kamil saat ditemui di Balai Kota, Jalan Wastukencana, Kota Bandung, Rabu (29/1/2014). Dana yang diperoleh dari biaya paksa ini, tidak masuk ke pemerintah pusat, melainkan ke kas Pemkot Bandung. Sehingga dalam penegakkannya, bisa langsung ditegakkan oleh penyidik pegawai negeri sipil (PPNS). Rekeningnya pun sudah disiapkan dinas pengelolaan keuangan dan aset daerah (DPKAD). “Jadi tidak melibatkan pengadilan. Ini ada bahasanya di Perda. Kami selalu akan ikuti aturan. Kalau tipiring ada dua pilihan bayar atau kurungan. Ini tidak ada. Asumsi dari tim kami setelah baca perda, tidak melibatkan pengadilan,” katanya. Dengan begitu, sidang pada warga yang kedapatan membeli juga tidak memakai hakim. Namun, cukup ditangani PPNS saja. Sementara itu, jumlah biaya paksa satu juta juga akan fleksibel karena akan melihat aspek sosial warga. “Jadi, sebelumnya memang rancu. Kami mengira semua yang istilahnya menarik duit dari pelanggaran disebut denda, ternyata ada istilah biaya paksa. Dari saya tidak ingin ada yang terlanggar, ada tujuan dan cara. Jangan sampai tujuan, tetapi kita ributkan masalah cara,” kata Ridwan.

Upload: musa-oktavianus

Post on 12-Dec-2015

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

nkk,lk

TRANSCRIPT

Page 1: Kasus Denda Paksa Pembeli Zona Merah

Bagi Pembeli PKL Bukan Dikenakan Denda Tapi Biaya PaksaBANDUNGJUARA – Pengenaan denda bagi pembeli Pedagang Kaki Lima (PKL) di Jalan Merdeka, Kepatihan, Dalem Kaum, Alun-alun dikoreksi Pemkot Bandung. Kata “denda” diperbaiki menjadi “biaya paksa”. Prosesnya pun tidak melibatkan pengadilan. Soalnya pengenaan biaya paksa ini bukan termasuk tindak pidana ringan (tipiring)

“Ini bukan tipiring, kalau tipiring itu, didenda. Kalau tidak bayar denda akan ada kurungan badan. Maka membutuhkan pengadilan. Kalau ini, penegakan aturan yang sifatnya biaya paksa. Istilahnya salah, bukan denda tetapi biaya paksa,” kata Wali Kota Bandung Ridwan Kamil saat ditemui di Balai Kota, Jalan Wastukencana, Kota Bandung, Rabu (29/1/2014).

Dana yang diperoleh dari biaya paksa ini, tidak masuk ke pemerintah pusat, melainkan ke kas Pemkot Bandung. Sehingga dalam penegakkannya, bisa langsung ditegakkan oleh penyidik pegawai negeri sipil (PPNS). Rekeningnya pun sudah disiapkan dinas pengelolaan keuangan dan aset daerah (DPKAD).

“Jadi tidak melibatkan pengadilan. Ini ada bahasanya di Perda. Kami selalu akan ikuti aturan. Kalau tipiring ada dua pilihan bayar atau kurungan. Ini tidak ada. Asumsi dari tim kami setelah baca perda, tidak melibatkan pengadilan,” katanya.

Dengan begitu, sidang pada warga yang kedapatan membeli juga tidak memakai hakim. Namun, cukup ditangani PPNS saja. Sementara itu, jumlah biaya paksa satu juta juga akan fleksibel karena akan melihat aspek sosial warga.

“Jadi, sebelumnya memang rancu. Kami mengira semua yang istilahnya menarik duit dari pelanggaran disebut denda, ternyata ada istilah biaya paksa. Dari saya tidak ingin ada yang terlanggar, ada tujuan dan cara. Jangan sampai tujuan, tetapi kita ributkan masalah cara,” kata Ridwan.

Terkait sosialisasi, kata Ridwan, pemkot akan memperbaiki penjelasan lewat baliho dan spanduk. Soalnya memang banyak warga yang tidak mengerti kata “zona merah” atau “kawasan tujuh titik”. Sehingga pemerintah akan kembali menjelaskannya.

Sumber: bandungjuara.com/berita/bagi-pembeli-pkl-bukan-dikenakan-denda-tapi-biaya-paksa.html

Page 2: Kasus Denda Paksa Pembeli Zona Merah

Jajan Cuanki Bayar Rp 200.000, Karena di Zona Merah PKLBANDUNG RAYA4 Februari, 2014 - 14:58

BANDUNG, (PRLM).- Seorang pemuda yang membeli cuanki (sejenis bakso berkuah) tertangkap Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) pukul 12.30 di halaman Alun-Alun, Kota Bandung, Selasa (4/2/2014).

Hal ini disampaikan Kepala Seksi Penyidik Pegawai negeri Sipil (PPNS) Nono Sumarno. Pembeli itu mengaku tidak tahu adanya peraturan larangan membeli di zona merah. Pemuda asal Sumedang yang membeli semangkuk cuanki ini dikenakan biaya paksa Rp 200 ribu.

"Sayangnya, karena dia tidak punya uang, jadinya cuma didenda Rp200 ribu. Nah, penjualnya tadi akan dikenakan tindak pidana ringan di persidangan dan gerobaknya dibongkar," katanya saat ditemui di Alun-Alun, Kota Bandung, Selasa (4/2/2014).

Nono mengakui bahwa hingga saat ini masih ada PKL yang melanggar di halaman Alun-Alun dan Jalan Dalem Kaum. Besok, pos PPNS akan ditempatkan di Jalan Dalem Kaum karena banyak PKL yang nekat berjualan.

Sementara itu, kalangan PKL menilai Gedebage sebagai tempat alternatif berjualan yang disediakan pemerintah untuk Pedagang Kaki Lima (PKL) hingga kini tidak sesuai dengan kebutuhan pedagang. Hal ini diungkapkan salah satu pedagang kaus kaki, Aldy (33). Ia mengaku nekat sembunyi-sembunyi berjualan di atas trotoar Jalan Dalem Kaum Bandung walaupun sudah ditertibkan petugas.

"Kalau pindah ke Gedebage jauh banget, tidak sesuai dengan kebutuhan juga. Ke sana saja sudah macet, makan waktu dua jam. Tolong pemerintah mengerti," kata Aldy (33) yang ditemui di lapaknya. (A-199/gita-job/A-88)***

Sumber: http://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/2014/02/04/268658/jajan-cuanki-bayar-rp-200000-karena-di-zona-merah-pkl