kasus

23
OLEH KELOMPOK 3 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAAN

Upload: nadiaedwardevans

Post on 15-Jan-2016

18 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

qwr

TRANSCRIPT

Page 1: kasus

OLEH KELOMPOK 3

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAAN

Page 2: kasus

RULE OF LAW

Rule of law merupakan suatu doktrin dalam hukum yang mulai muncul pada abad ke 19 bersamaan dengan kelahiran negara konstitusi dan demokrasi, kehadirannya boleh disebut dengan reaksi dan koreksi terhadap negara absolut.

Page 3: kasus

PENDAHULUAN

KODE ETIK KEDOKTERAN GIGI INDONESIA

Etika Kedokteran GigiEtika berprofesi prinsip dalam dunia kedokteran gigi berdasarkan undang-undang.

Page 4: kasus

Tentu bisa pahami bahwa pendidikan etika belum tentu dapat mengubah perilaku etis seseorang, terutama apabila teladan yang diberikan para seniornya bertolak belakang dengan situasi ideal dalam pendidikan.

Page 5: kasus

Tujuan Etik Profesi

Tujuan etik profesi antara lain:1. Menjaga kehormatan dan profesi.2. Merupakan tata tertib, hubungan baik antara teman sejawat dan profesi.3. Mencegah orang tidak baik masuk ke lingkungan profesi.4. Mencegah pihak luar campur tangan dalam intern profesi.

Page 6: kasus

Prinsip-Prinsip Etika Kedokteran gigi

Prinsip Beneficence (berbuat baik).

Prinsip Non-maleficence (melarang untuk tidak berbuat buruk).

Prinsip Otonomi (menghormati hak pasien). Justice (moral, keadilan). Fairness (tidak boleh membedakan status)

Page 7: kasus

PERMASALAHAN

Dewasa ini telah banyak kasus-kasus yang terjadi akibat kurangnya ketelitian dokter dalam menjalankan tugas profesinya, sehingga memperburuk keadaan pasien. Salah satu contohnya adalah kasus pencabutan gigi yang dilakukan tanpa persetujuan, seperti dibawah ini.

NOVI, 9 tahun, berangsur-angsur sembuh. Mulutnya yang mencong mulai kembali ke posisi semula. Kelopak matanya yang terbuka sedikit ketika tidur sudah bisa mengatup. Sebelumnya membelalak terus. Tapi Machfud, orangtua Novi, tetap mengajukan tuntutan. Kasus ini pekan lalu dilaporkan ke Polres Cianjur, Jawa Barat. Menurut ayahnya yang pegawai PLN Cianjur itu, Novi mengalami gangguan saraf setelah giginya dicabut. Peristiwanya terjadi November tahun silam. Ketika itu 27 dokter gigi yang baru lulus dari Universitas Trisakti, Jakarta, mengadakan aksi sosial di Cianjur. Seminggu mereka buka praktek memeriksa gigi cuma-cuma di Balai Desa Cibeber. Termasuk anak yang terpikat memeriksakan giginya adalah Novi, pelajar SD Negeri Hanjawar, Cibeber. Atas inisiatifnya sendiri, hari itu Novi datang tidak bersama orangtuanya — dan inilah yang kemudian menimbulkan masalah. Menurut Ida Sofiah, Kepala SD Hanjawar, Novi bukan satu satunya pelajar yang tertarik. “Mereka mau memeriksakan giginya karena dijanjikan ada hadiah, pasta dan sikat gigi. Namanya juga anak-anak, mereka tertarik pada hadiah gratis itu,” kata Ida.

Page 8: kasus

Dalam pemeriksaan, para dokter gigi muda itu menemukan, pada rahang bawah, salah satu gigi susu Novi sudah goyah. Selain membersihkan giginya yang kebanyakan keropos, mereka sekaligus mencabut gigi yang goyang tadi. Sesudah itu, tidak ada peristiwa luar biasa. Dua hari setelah pencabutan giginya, muncullah keluhan Novi. Dan yang mengejutkan orangtuanya, bibirnya kemudian mencong. Bahkan kelopak matanya tak bisa ditutup walaupun ketika tidur. Lalu Novi dibawa berobat pada dr. Arief di poliklinik PLN. Setelah memeriksanya, dokter ini menganjurkan agar Novi dibawa ke RS Hasan Sadikin Bandung untuk menjalani fisioterapi. Anak itu, menurut Arief, mengalami kontraksi otot. Dalam perawatan di RS Hasan Sadikin, tiga kali seminggu Novi mendapat pengurutan dan latihan fisioterapi. Kata dokter yang tak mau disebut namanya yang merawatnya di sana, Novi mengalami trauma. Cuma tak ada keterangan rinci jenis trauma apa, bahkan apakah itu berasal dari gigi yang dicabut. Perawatan sampai dua bulan.

Page 9: kasus

Bulan ketiga ayah Novi menghentikan perawatan anaknya. “Kami kehabisan dana. Perawatan sudah menghabiskan Rp 750 ribu,” kata Machfud. Dan muncul pula penyesalannya: mengapa pihak Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Trisakti lepas tangan. “Jangankan memberi bantuan, menengok anak saya pun tidak,” katanya. Menurut Machfud, pada 22 Februari ia hanya menerima surat dari drg. Hamilah D. Koesoemahardja, Dekan FKG Trisakti. Dalam surat itu, Hamilah menolak perkiraan bahwa gangguan saraf yang diderita Novi berpangkal dari pencabutan giginya. “Kesimpulan kami ini tidak terdapat kaitan antara pencabutan gigi susu itu dan kelainan pada mulut dan mata Novi,” tulis Hamilah. Juga dijelaskan oleh Hamilah, pada Februari telah diadakan pertemuan untuk membahas kasus Novi. Pertemuan dihadiri aparat Pemda dan Dinas Kesehatan Cianjur, dr. Arief, serta pihak FKG Trisakti. Dalam pertemuan tersebut dr. Arief mengutarakan hasil pemeriksaannya, yang menunjukkan pada bekas gigi yang dicabut itu telah tumbuh gigi baru. Dan di bagian itu juga tak terdapat pembengkakan. Karena itu, Hamilah menyimpulkan, pencabutan gigi tidak menimbulkan kelainan. Sewaktu dihubungi wartawan TEMPO, pihak FKG Trisakti menampik memberi keterangan resmi.,

Page 10: kasus

Mereka, kata seorang pejabat di sana, memilih bersikap diam. “Baik secara teknis maupun medis, kami tidak melakukan kesalahan,” kata seorang pengajar yang menolak namanya disebut. “Dan para dokter yang melakukan aksi sosial itu bisa dipertanggungjawabkan kemampuan profesionalnya. Mereka bukan mahasiswa.” Dari keterangan yang digali, kemudian terungkap, sebelum dan sesudah pertemuan FKG Trisakti dengan aparat Pemda dan Dinas Kesehatan Cianjur, sebenarnya pihak FKG Trisakti sudah berusaha mendatangi keluarga Machfud. Ikhtiar ini dicegah oleh aparat Pemda Cianjur, yang mengatakan “akan membereskan” persoalan tersebut. “Karena itu, kami merasa sudah tidak ada masalah lagi,” ujar sebuah sumber. Ada masalah atau tidak, sering terdengar bahwa pencabutan gigi bisa menimbulkan gangguan saraf dan kerusakannya permanen — seperti mulut mencong. “Dalam literatur memang ada,” kata drg. Ayu Astuti, ahli bedah rahang RS Hasan Sadikin. Akibatnya juga bisa berlangsung lama.

Page 11: kasus

Hanya, peristiwa semacam ini jarang terjadi. “Selama berpraktek, saya belum pernah menemukan kasus semacam itu,” ujar Astuti. Kemungkinan penyebab terjadinya gangguan saraf, tambah Astuti, adalah kesalahan menyuntik ketika melakukan pengebalan. Atau saat pencabutan dilakukan ada saraf yang terkena. Dan gangguan ini lazim terjadi langsung setelah penyuntikan atau pencabutan. Dari segi medis, memang banyak yang masih harus diperdebatkan. Sedangkan menurut Machfud, “Masalahnya bukan cuma itu saja.” Tuntutannya juga didasarkan karena gigi anaknya dicabut tanpa meminta izin padanya. “Izin itu memang diperlukan,” kata dr. Budi Sayuto, wakil direktur pelayanan medik RS Hasan Sadikin. Karena pencabutan itu termasuk tindakan invasif, orangtua Novi perlu mendapat penjelasan tentang akibatnya. Setelah menerima penjelasan, orangtuanya harus memberikan persetujuan dengan menandatangani surat pernyataan. Ini prosedur resminya. “Tapi kalau pencabutan gigi tidak diperlukan izin tertulis,” kata Budi Sayuto. 

Page 12: kasus

PEMBAHASAN

Seorang dokter maupun dokter gigi seharusnya meringankan beban yang diderita pasien, bukan malah memperburuk keadaan pasien. Dan sebelum melakukan tindakan medis, hendaknya dokter tersebut meminta persetujuan pasien atau keluarganya dengan cara diberikan pemahaman yang benar agar tidak terjadi kesalahpahaman. Hal ini terkait dengan prinsip bioetika beneficience (mengutamakan kepentingan pasien), non-maleficience (tidak memperburuk keadaan pasien), dan autonomy (menghormati hak pasien dalam memutuskan).

Page 13: kasus

Unsur-unsur untuk menilai perbuatan pidana yang dilakukan oleh dokter terhadap pasiennya

1). Harus ada perbuatan atau tindakan dokter ( handeling )     Bahwa kerugian atau penderitaan yang dialami oleh

pasien benar terjadi karena perbuatan dokter dan bukan karena sebab yang lain. Selanjutnya kerugian atau penderitaan yang dialami oleh pasien benar terjadi akibat perbuatan seorang dokter atau tim dokter yang secara nyata melakukan perbuatan yang memenuhi unsur pidana yang kepada dokter atau tim dokter tersebut dapat di ancam pidana. Menuntut  pidana seorang atau tim dokter harus secara tepat sasaran dan bukan asal sekedar main tunjuk saja tanpa bukti atau fakta bahwa dokter atau tim dokter tersebut terlibat dalam peristiwa pidana yang dialami oleh pasien

Page 14: kasus

2). Perbuatan dokter tersebut harus melawan hukum

    Perbuatan  pidana yang disangkakan pada seorang dokter haruslah haruslah oleh hukum dinyatakan sebagai perbuatan melawan hukum. disini harus berlaku asas legalitas. Dalam melakukan penuntutan pidana ini penyidik harus mampu membuktikan bahwa perbuatan tersebut telah memenuhi unsur-unsur perbuatan melawan hukum dalam hubungan profesional dokter-pasien.( pasal 1320 KUHPerdata)

Page 15: kasus

3). Perbuatan yang dilakukan seorang dokter diancam pidana oleh-undang-undang

     Untuk menuntut pertanggung jawaban pidana seorang dokter terhadap pasiennya ,maka perbuatan tersebut adalah perbuatan yang oleh hukum dianggap sebagai perbuatan pidana dan memiliki ancaman pidana

Page 16: kasus

4). Pebuatan tersebut dilakukan oleh seorang dokter yang mampu bertanggung jawab sebagai subjek hukum. Seorang dokter yang karena satu dan lain sebab yang oleh hukum dianggap hilang haknya sebagai subjek hukum, maka tindakan atau perbuatan atau tindakan  yang dilakukannya tidak dapat dimintai pertanggung jawaban hukum .

Page 17: kasus

5). Perbuatan dokter tersebut terjadi karena kesalahan.

     Terjadinya perbuatan pidana yang menimbulkan kerugian ataupun penderitaan bagi pasien harus terjadi karena adanya unsur kesalahan.  Kesalahan yang dimaksud adalah adanya unsur kesengajaan didalamnya atau karena kelalaiannya sebagai seorang profesional yang menimbulkan kerugian atau penderitaan bagi pasien. Jika kerugia atau penderitaan tersebut dilakukan dalam upaya darurat atau kritis untuk menolong menyelamatkan jiwa pasien yang bersangkutan , dokter tidak dapat dipersalahkan.

Page 18: kasus

Persetujuan dari keluarga terhadap pengobatan meliputi :

Diagnosis Terapi dengan kemungkinan slternatif

terapi cara kerja dan pengalaman dokter Resiko kemungkinan perasaan sakit Keuntungan terapi Prognosis

Page 19: kasus

hak pasien antara lain adalah

1. Hak informasi2. Hak untuk memberikan persetujuan

3. Hak atas rahasia kedokteran4. Hak untuk mendapat pendapat kedua

Page 20: kasus

Saat melakukan perawatan medis, seorang dokter harus memberikan informasi yang ia ketahui kepada pasien atau keluarganya tentang apa yang diderita pasien. Beberapa hal yang perlu diketahui mengenai informasi ini adalah :Informasi harus diberikan, baik diminta maupun tidakInformasi tidak boleh memakai istilah kedokteran karena tidak dapat dimengerti oleh orang awamInformasi harus diberikan sesuai dengan tingkat pendidikan, kondisi dan situasi pasien.Informasi harus diberikan secara lengkap dan jujur. 

Page 21: kasus

Pelanggaran pasal-pasal etika kedokteran Gigi

Perbuatan melanggar hukum (pasal 1365 KUHPerdata)Karena mengakibatkan pasien menjadi sakit dan

mengakibatkan kerugian  Melalaikan kewajiban (pasal 1367 KUHPerdata)Lalai terhadap kewajiaban karena tidak meminta izin

sebelum melakukan pengobatan kepada orang tua pasien

v Kelalaian yang mengakibatkan kerugian (pasal 1366 KUHPerdata)

Karena lalai terhadap pekerjaan yang merugikan pasien

Page 22: kasus

Langkah-langkah Penalaran Hukum dalam penyelesaian perkara

Mengidentifikasi sumber hukum yang mungkin, biasanya berupa peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan (identify the applicable sources of law);

2. Menganalisis sumber hukum tersebut untuk menetapkan aturan hukum yang mungkin dan kebijakan dalam aturan tersebut (analyze the sources of law);

3. Mensintesiskan aturan hukum tersebut ke dalam struktur yang koheren, yakni strukturmyang mengelompokkan aturan-aturan khusus di bawah aturan umum (synthesize the applicable rules of law into a coherent structure);

4. Menelaah fakta-fakta yang tersedia (research the available facts); 5. Menerapkan struktur aturan tersebut kepada fakta-fakta untuk

memastikan hak atau kewajiban yang timbul dari fakta-fakta itu, dengan menggunakan kebijakan yang terletak dalam aturan-aturan hukum dalam hal memecahkan kasus-kasus sulit (apply the structure of rules to the facts).[3]

Page 23: kasus

Langkah-langkah hakim dalam penyelesaian perkara

1. Meletakkan kasus dalam sebuah peta (memetakan kasus) atau memaparkan kasus dalam sebuah ikhtisar (peta), artinya memaparkan secara singkat duduk perkara dari sebuah kasus (menskematisasi);

2.  Menerjemahkan kasus itu ke dalam peristilahan yuridis (mengkualifikasi, pengkualifikasian);

3. Menyeleksi aturan-aturan hukum yang relevan;4. Menganalisis dan menafsirkan (interpretasi) terhadap

aturan-aturan hukum itu;5. Menerapkan aturan-aturan hukum pada kasus;6. Mengevaluasi dan menimbang (mengkaji) argumen-

argumen dan penyelesaian;7. Merumuskan (formulasi) penyelesaian