kasus
TRANSCRIPT
Laporan Kasus
Keratitis Punctata SuperfisialisDiajukan guna memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Kesehatan Mata
Rumah Sakit Daerah Swadana Kudus
Disusun oleh :
Daria Putri Roman406117011
Pembimbing :
dr. Rosalia S., Sp.M
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
TARUMANAGARA
JAKARTA
2013
STATUS PASIEN
Daria Putri Roman 406117011
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. R
Umur : 48 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Alamat : Wonorejo 3/1
No. CM : 653633
II. ANAMNESIS
Anamnesis secara : autoanamnesis pada tanggal 11 April 2013 pukul 10.30.
Keluhan utama : pasien mengeluh mata kanan merah, nyeri, nganjel, pandangan
kabur
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poliklinik mata RSUD Kudus pada tanggal 11 April 2013 dengan
keluhan mata kanan mata kanan merah, nyeri, nganjel, pandangan kabur sejak 1
minggu yang lalu. Pasien mengaku 1 minggu yang lalu ketika sedang mencangkul di
sawah mata kanan pasien kecipratan lumpur, setelah itu mata kanannya menjadi merah,
nyeri, terasa nganjel. Nyeri dan nganjel dirasakan sepanjang hari dan terus menerus
sehingga mengganggu aktivitas, bertambah berat saat beraktivitas di bawah sinar
matahari di siang hari, lebih ringan saat istirahat di malam hari. Pasien juga mengaku
matanya silau dan berair bila terkena sinar matahari. Pasien juga merasakan penglihatan
sebelah kanan kabur. Pasien mengaku matanya sering merah, cekot-cekot dan membaik
bila ditetesi tetes mata, namun kali ini nyerinya tidak menghilang sehingga pasien
berobat ke RSUD KUDUS. Pasien tidak mengeluh mata belekan, pasien juga tidak
mengeluh pusing, pasien tidak pernah memakai kacamata sebelumnya.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Page 2Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara-RSUD KUDUS
Daria Putri Roman 406117011
- Riwayat mata sering merah diakui
- Riwayat kemasukan benda asing diakui
- Riwayat operasi disangkal
- Riwayat Hipertensi disangkal,
- Riwayat Diabetes Melitus disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga yang menderita sakit seperti ini.
Riwayat sosial ekonomi:
Biaya pengobatan ditanggung sendiri.
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. VITAL SIGN
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Status Gizi : Cukup
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 80 kali/ menit
Suhu : 36 º C
Respiration Rate : 24 x / menit
B. STATUS OFTALMOLOGI
Gambar :
1 2
Keterangan :
1. Infiltrate berupa titik-titik pada permukaan kornea
2. Injeksi siliar
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Page 3Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara-RSUD KUDUS
Daria Putri Roman 406117011
OCULI DEXTRA(OD)PEMERIKSAA
NOCULI SINISTRA(OS)
6/12 F1 Visus 6/7,5
Tidak dilakukan Pinhole Tidak dilakukan
Tidak dikoreksi Koreksi Tidak dikoreksi
Gerak bola mata normal, enoftalmus (-), eksoftalmus(-), strabismus (-)
Bulbus okuliGerak bola mata normal, enoftalmus (-), eksoftalmus(-), strabismus (-)
Edema (-), hiperemis(-), blefarospasme (+), lagoftalmus (-),
ektropion (-), entropion (-)Palpebra
Edema (-), hiperemis(-), blefarospasme (+), lagoftalmus (-),
ektropion (-), entropion (-)
edem (-), injeksi konjungtiva(-), injeksi siliar (+), infiltrat (-), hiperemis (-), pinguekula (+)
KonjungtivaEdema(-), injeksi konjungtiva(-),
injeksi siliar (-), infiltrat (-), hiperemis (-), pinguekula (+)
Merah Sklera Putih
Bulat, edema (-), ulkus (-), keratik presipitat (-), infiltrat (+) bulat kecil,
sikatriks (-), sensibilitas normalKornea
Bulat, edema (-), ulkus (-), keratik presipitat(-), infiltrat (-), sikatriks (-),
sensibilitas normal
Jernih, cukup, Arkus senilis (-), hipopion (-), hifema (-),
Camera Oculi Anterior (COA)
Jernih, cukup, Arkus senilis (-), hipopion (-), hifema (-),
Kripta(+), warna coklat (-), edema(-), synekia (-)
IrisKripta(+), warna coklat(-), edema(-),
synekia (-)
bulat, diameter ± 3mm, letak sentral, refleks pupil langsung (+), refleks
pupil tak langsung (+)Pupil
bulat, diameter ± 3mm, letak sentral, refleks pupil langsung (+), refleks
pupil tak langsung (+)
Jernih, letak sentral Lensa Jernih, letak sentral
Jernih Vitreus Jernih
Papil N.II bulat, batas tegas, ablation (-), mikroaneurisma(-), eksudat (-), cotton wool spot (-), perdarahan (-),
CD ratio (0,3)
Retina
Papil N.II bulat, batas tegas, ablation (-), mikroaneurisma(-), eksudat(-),
cotton wool spot (-), perdarahan (-), CD ratio (0,3)
(+) Persepsi warna (+)
(+) Light projection (+)
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Page 4Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara-RSUD KUDUS
Daria Putri Roman 406117011
(+), cemerlang Fundus Refleks (+), cemerlang
Dalam batas normal TIO Dalam batas normal
Epifora (+)Sistem
LakrimasiEpifora (-)
(-) Shadow test (-)
Normal Lapang pandang Normal
OD Fluoresin test (+) tampak infiltrate bulat kecil di permukaan kornea
IV. R ESUME
Subyektif
Seorang laki-laki berumur 48 tahun datang ke poliklinik mata RSUD
Kudus dengan keluhan mata kanan mata kanan merah, nyeri, nganjel,
pandangan kabur sejak 1 minggu yang lalu. Nyeri dan nganjel dirasakan
sepanjang hari dan terus menerus sehingga mengganggu aktivitas, bertambah berat
saat beraktivitas di bawah sinar matahari di siang hari, lebih ringan saat istirahat di
malam hari. Pasien juga mengaku matanya silau dan berair bila terkena sinar
matahari. Pasien sudah menetesi matanya dengan tetes mata namun tidak ada
perbaikan. Riwayat mata sering merah diakui, riwayat kemasukan benda asing
diakui. Riwayat hipertensi dan DM disangkal.
Objektif
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 80 kali/ menit
Suhu : 36 ºC
Respiration Rate : 24 x / menit
OCULI DEXTRA(OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA(OS)6/12 F1 Visus 6/7,5
Tidak dikoreksi Koreksi Tidak dikoreksi injeksi siliar (+), pinguekula
(+)Konjungtiva
injeksi siliar (-), pinguekula (+)
Blefarospasme (+) Palpebra Blefarospasme (+)Merah Sklera Putih
infiltrat (+) bulat kecil, Kornea infiltrat (-), sensibilitas
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Page 5Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara-RSUD KUDUS
Daria Putri Roman 406117011
sensibilitas normal normalEpifora (+) Sistem Lakrimasi Epifora (-)
V. DIAGNOSIS BANDING
OD :
1. Keratitis pungtata superficialis
2. Keratitis virus
3. Keratokunjungtivitis
VI. DIAGNOSIS KERJA
OD Keratitis pungtata superficialis
Dasar Diagnosis :
Anamnesis : Mata kanan nyeri, nganjel , merah, pandangan kabur, matanya menjadi
sensitif terhadap cahaya atau silau serta semakin berair jika terkena cahaya
Pemeriksaan ophtalmologi (OD)
VOD 6/12 f1
Conjungtiva : injeksi siliar (+), pinguekula (+)
Kornea : infiltrat (+) bulat kecil, sensibilitas normal
Sistem lakrimasi : epifora (+)
Pemeriksaan fluoresin test : tampak infiltrate bulat kecil di permukaan kornea
VII. PENATALAKSANAAN
- Antibiotik topical, contohnya : ofloxacin 0,3 % 5 ml 4 dd gtt 2 OD
- Vitamin B complex tab 100 mg 3 dd 1
VIII. PROGNOSIS
OKULI DEKSTRA
(OD)
OKULI SINISTRA
(OS)
Quo Ad Visam Ad bonam Ad bonam
Quo ad sanam Ad bonam Ad bonam
Quo ad kosmetikam Ad bonam Ad bonam
Quo ad Vitam Ad bonam Ad bonam
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Page 6Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara-RSUD KUDUS
Daria Putri Roman 406117011
IX. USUL DAN SARAN
USUL
- Keratometri
Keratometri tujuannya untuk mengetahui kelengkungan kornea, tear lake juga
dapat dilihat dengan cara focus kita alihkan kearah lateral bawah, secara subjektif
dapat dilihat tear lake yang kering atau yang terisi air mata.
- Tes schirmer.bila resapan air mata pada kertas schirmer kurang dari 10 mm dalam
5 menit dianggap abnormal
- Uji dry eye
Pemeriksaan mata kering atau dry eye termasuk penilaian terhadap lapis film
air mata ( tear film ), danau air mata ( teak lake ), dilakukan uji break up time
tujuannya yaitu untuk melihat fungsi fisiologik film air mata yang melindungi
kornea. Penilaiannya dalam keadaan normal film air mata mempunyai waktu
pembasahan kornea lebih dari 25 detik. Pembasahan kornea kurang dari 15 detik
menunjukkan film air mata tidak stabil.
- Uji fistel
Untuk melihat kebocoran kornea akibat adanya perforasi kornea.
SARAN
Gunakan tetes mata secara teratur
Konsumsi obat secara teratur
Edukasi pasien untuk mengistirahatkan mata untuk beberapa hari.
Edukasi untuk menjaga kebersihan mata setiap hari dan tidak mengucek-mengucek
mata
Gunakan pelindung mata untuk melindungi mata dari debu dan angin
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Page 7Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara-RSUD KUDUS
Daria Putri Roman 406117011
TINJAUAN PUSTAKA
KERATITIS
I. ANATOMI KORNEA
Kornea (Latin Cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian mata
yang tembus cahaya. Kornea disisipkan ke dalam sklera pada limbus, lekukan melingkar
pada sambungan ini disebut sulcus scleralis.
Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar ke dalam :1
1. Epitel
Terdiri dari sel epitel squamos yang bertingkat, terdiri atas 5 lapis sel epitel
tidak bertanduk yang saling tumpang tindih; sel poligonal dan sel gepeng. Tebal
lapisan epitel kira-kira 5 % (0,05 mm) dari total seluruh lapisan kornea. Epitel dan
film air mata merupakan lapisan permukaan dari media penglihatan. Pada sel basal
sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap
dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel
basal di sampingnya dan sel poligonal di sampingnya melalui desmosom dan makula
okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa melalui barrier.
Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi
gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren. Sedangkan epitel berasal dari ektoderem
permukaan. Epitel memiliki daya regenerasi.
2. Membran bowman
Membran yang jernih dan aselular, Terletak di bawah membran basal dari
epitel. Merupakan lapisan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan
berasal dari epitel bagian depan stroma. Lapisan ini tidak mempunyai daya generasi.
3. Stroma
Lapisan ini mencakup sekitar 90% dari ketebalan kornea. Merupakan lapisan
tengah pada kornea. Bagian ini terdiri atas lamel fibril-fibril kolagen dengan lebar
sekitar 1 µm yang saling menjalin yang hampir mencakup seluruh diameter kornea,
pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian perifer serta kolagen
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Page 8Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara-RSUD KUDUS
Daria Putri Roman 406117011
ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama, dan kadang
sampai 15 bulan.
4. Membran Descemet
Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea
yang dihasilkan oleh endotel. Bersifat sangat elastis dan jernih yang tampak amorf
pada pemeriksaan mikroskop elektron, membran ini berkembang terus seumur hidup
dan mempunyai tebal +40 mm.
5. Endotel
Berasal dari mesotelium, terdiri atas satu lapis sel berbentuk heksagonal, tebal
antara 20-40 mm melekat erat pada membran descemet melalui taut. Endotel dari
kornea ini dibasahi oleh aqueous humor. Lapisan endotel berbeda dengan lapisan
epitel karena tidak mempunyai daya regenerasi, sebaliknya endotel mengkompensasi
sel-sel yang mati dengan mengurangi kepadatan seluruh endotel dan memberikan
dampak pada regulasi cairan,jika endotel tidak lagi dapat menjaga keseimbangan
cairan yang tepat akibat gangguan sistem pompa endotel, stroma bengkak karena
kelebihan cairan (edema kornea) dan kemudian hilangnya transparansi (kekeruhan)
akan terjadi. Permeabilitas dari kornea ditentukan oleh epitel dan endotel yang
merupakan membrane semipermeabel, kedua lapisan ini mempertahankan kejernihan
daripada kornea, jika terdapat kerusakan pada lapisan ini maka akan terjadi edema
kornea dan kekeruhan pada kornea.
Kornea dipersarafi oleh saraf sensoris yang terutama berasal dari n.siliaris longus,
cabang n.nasosiliaris (n.V/1). Kornea tidak mengandung pembuluh darah oleh karena
sebagai media refrakta, akan tetapi di limbus kornea terdapat arteri ciliaris anterior yang
membawa nutrisi untuk kornea. Nutrisi yang lain didapat dari humor aquos di camera
okuli anterior dengan cara difusi dari endotel. Fungsi dari kornea adalah sebagai media
refrakta dan sebagai bagian mata dengan pembiasan sinar terkuat. 40 dioptri dari 50
dioptri pembiasan sinar yang masuk dibiaskan oleh kornea.1
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Page 9Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara-RSUD KUDUS
Daria Putri Roman 406117011
II. FISIOLOGI KORNEA
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang dilalui berkas
cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan strukturnya yang uniform,
avaskuler dan deturgenes. Deturgenes, atau keadaan dehidrasi relative jaringan kornea
dipertahankan oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan
endotel. Endotel lebih penting daripada epitel dalam mekanisme dehidrasi dan cidera
kimiawi atau fisik pada endotel jauh lebih berat daripada cedera pada epitel. Kerusakan
sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya
cedera pada epitel hanya menyebabkan edema lokal sesaat stroma kornea yang akan
menghilang bila sel-sel epitel itu telah beregenerasi. Penguapan air dari film air mata
prakornea akan mengkibatkan film air mata akan menjadi hipertonik; proses itu dan
penguapan langsung adalah faktor-faktor yang yang menarik air dari stroma kornea
superfisialis untuk mempertahankan keadaan dehidrasi.1
Penetrasi kornea utuh oleh obat bersifat bifasik. Substansi larut lemak dapat
melalui epitel utuh, dan substansi larut air dapat melalui stroma yang utuh. Karenanya
agar dapat melalui kornea, obat harus larut lemak dan larut air sekaligus.1
III. DEFINISI KERATITIS
Keratitis adalah kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada kornea yang
akan mengakibatkan kornea menjadi keruh. Keratitis dapat terjadi pada anak-anak
maupun orang dewasa. Bakteri umumnya tidak dapat menyerang kornea yang sehat,
namun beberapa kondisi dapat menyebabkan kornea terinfeksi. Mata yang sangat kering
juga dapat menurunkan mekanisme pertahanan kornea.
IV. EPIDEMIOLOGI
Secara global, insidensi keratitis bakteri bervariasi secara luas, di mana negara
dengan industrialisasi yang rendah menunjukkan angka pemakaian softlens yang
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Page 10Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara-RSUD KUDUS
Daria Putri Roman 406117011
rendahm sehingga bila dihubungkan dengan pemakai softlens dan terjadinya infeksi
menunjukkan hasil penderita yang rendah juga.
V. KLASIFIKASI
Menurut lapisan kornea yang terkena; yaitu keratitis superfisialis apabila mengenal
lapisan epitel atau bowman dan keratitis profunda atau interstisialis (atau disebut juga
keratitis parenkimatosa) yang mengenai lapisan stroma.2
Keratitis Superfisial, dapat dibagi menjadi:
a. Keratitis epitelial, tes fluoresin (+), misalnya:
i. Keratitis pungtata
merupakan keratitis yang terkumpul di daerah membran Bowman dengan
infiltrat berbentuk bercak-bercak halus. Keratitis pungtata disebabkan oleh
hal yang tidak spesifik dan dapat terjadi pada moluskum kontagiosum, akne
rosasea, herpes zoster, herpes simpleks, blefaritis, keratitis neuroparalitik,
infeksi virus, dry eyes, vaksinia, trakoma dan trauma radiasi, trauma,
lagoftalmus, keracunan obat seperti neomisin, tobramisin dan bahan
pengawet lain.2 Mata biasanya terasa nyeri, berair, merah, peka terhadap
cahaya (fotofobia) dan penglihatan menjadi sedikit kabur.2
ii. Keratitis herpetik
Disebabkan oleh herpes simplek dan herpes zoster.Yang disebabkam herpes
simplek dibagi dalam 2 bentuk yaitu epitelial dan stroma.Yang murni
epitelial adalah dendritik sedangkan stromal adalah diskiformis. Pada yang
epitelial kerusakan terjadi aibat pembelahan virus di dalam sel epitel yang
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Page 11Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara-RSUD KUDUS
KERATITIS
Superfisial
Profunda
epitel
subepitel
stroma
Herpes zoster, herpes simplek, punctataNumularis, disiform
neuroparalitik
interstitial
disiformis
sklerotikan
Daria Putri Roman 406117011
akan mengakibatkan kerusakan sel dan membentuk tukak kornea
superficial.2
iii. Infeksi Herpes zoster
Bila telah terdapat vesikel di ujung hidung, berarti N.Nasosiliaris terkena,
maka biasanya timbul kelainan di kornea, di mana sensibilitasnya menurun
tetapi penderita menderita sakit. Keadaan ini disebut anestesia dolorosa.
Pada kornea tampak infiltrat yang bulat, letak subepitel, disertai injeksi
perikornea.Infiltrat ini dapat mengalami ulserasi yang sukar sembuh.
Kadang-kadang infiltrat ini dapat bersatu membentuk keratitis disiformis.
Kadang juga tampak edema kornea disertai lipatan-lipatan dari membran
Descement.2
b. Keratitis subepitelial, tes fluoresin (-), misalnya:
i. Keratitis numularis, dari Dimmer
Keratitis ini diduga oleh virus. Klinis tanda-tanda radang tidak jelas, di
kornea terdapt infiltrat bulat-bulat subepitelial, dimana ditengahnya lebih
jernih, disebut halo. Keratitis ini bila sembuh akan meninggalkan sikatrik
yang ringan.
ii. Keratitis disiformis dari Westhoff
Keratitis ini awalnya banyak ditemukan pada petani di pulau jawa.
Penyebabnya adalah virus yang berasal dari sayuran dan binatang. Di
kornea tampak infiltrat bulat-bulat, yang ditengahnya lebih padat dari pada
dipinggir. Umumnya menyarang usia 15-30 tahun.
c. Keratitis stromal, tes fluresin (+), misalnya:
i. Keratitis neuroparalitik
ii. Keratitis et lagoftalmus
Terjadi akibat mata tidak menutup sempurna yang dapat terjadi pada
ektropion palpebra, protrusio bola mata atau pada penderita koma di mana
mata tidak terdapat reflek mengedip. Umumnya bagian yang terkena adalah
kornea bagian bawah
Keratitis profunda, tes fluoresin (-), misalnya:
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Page 12Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara-RSUD KUDUS
Daria Putri Roman 406117011
a. Keratitis interstisial
Penyebab paling sering adalah lues kongenital dan sebagian kecil TBC.
Patogenesisnya belum jelas, disangka merupakan reaksi alergi. Biasanya
mengenai umur 5-15 tahun jarang ditemukan pada waktu lahir atau usia tua.
Merupakan manifestasi lambat dari lues kongenital. Biasanya didahului trauma.
Pada umumnya 2 mata atau 1 mata terkena lebh dahulu kemudian mata yang lain
mengikuti. Tanda klinis : injeksi silier, infiltrat di stroma bagian dalam.
Kekeruhan bertambah dengan cepat disertai pembentukan pembuluh darah di
lapisan dalam yang berjalan dari limbus ke sentral.
b. Keratitis sklerotikans
Merupakan penyulit dari skleritis yang letaknya biasanya di bagian temporal,
berwarna merah sedikit menonjol disertai nyeri tekan. Keluhan dari kertatitis ini :
mata sakit, fotofobia dan di mata timbul skleritis. Di kornea kemudian timbul
infiltrat berbentuk segitiga di stroma bagian dalam yang berhubungan dengan
benjolan yang terdapat di sklera.
c. Keratitis disiformis
Penyebabnya herpes simplek, banyak yang menduga dasarnya adalah reaksi
alergi terhadap virusnya. Biasanya unilateral. Berlangsung beberapa bulan.
Biasanya timbul bila pada kerusakan primer yang diberikan pengobatan dengan
Iodium atau dalam pengobatan dahulu pernah diberi kortikosteroid. Kekeruhan
kornea tampak di lapisan dalam kornea, di pinggirnya lebih tipis daripada bagian
tengah. Sensibilitas kornea menurun. Hampir tidak pernah disertai
neovasklarisasi. Kadang-kadang sembuh dengan meninnggalkan kekeruhan yang
tetap.
VI. FAKTOR RESIKO
1. Blefaritis
2. Infeksi pada organ asesoria bulbi (seperti infeksi pada aparatus lakrimalis)
3. Perubahan pada barrier epitel kornea (seperti dry eyes syndrom)
4. Pemakaian contact lens
5. Lagoftalmos
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Page 13Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara-RSUD KUDUS
Daria Putri Roman 406117011
6. Gangguan Neuroparalitik
7. Trauma
8. Pemakaian imunosupresan topikal maupun sistemik
VII. ETIOLOGI KERATITIS
Bakteri
- Diplokok pneumonia
- Streptokok hemolotikus
- Pseudomonas aerogenosa
- Moraxella liquefaciens
- Klebsiela pneumoniae
Virus
- Herpes simpleks
- Herpes zoster
- Adenovirus
Jamur
Biasanya dimulai dengan suatu rudapaksa pada kornea oleh ranting pohon, daun dan
bagian-bagian tumbuhan. Setelah 5 hari rudapaksa atau 3 minggu kemudian pasien
akan merasa sakit hebat pada mata dan silau. Pada kornea terdapat lesi gambaran
satelit dan lipatan Descement disertai hipopion. Jamur penyebab biasanya Candida,
Aspergilin dan nocardia.
Alergi
- Alergi terhadap stafilokokus
- Terhadap tuberkuloprotein
- Toksin yang tak diketahui penyebab tepatnya
Defisiensi Vitamin, misalnya : avitaminosis A
Idiopatik, misalnya : ulkus Moorens
VIII. PATOFISIOLOGI
Permukaan mata secara regular terpajan lingkungan luar dan mudah mengalami
trauma, infeksi, dan reaksi alergi yang merupakan sebagian besar penyakit pada jaringan
ini. Kelainan kornea sering menjadi penyebab timbulnya gejala pada mata. Keratitis
merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrat sel radang pada kornea yang akan
mengakibatkan kornea menjadi keruh.
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Page 14Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara-RSUD KUDUS
Daria Putri Roman 406117011
Kornea disarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar
longus dan saraf nasosiliar. Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan
mengakibatkan sistem pompa endotel terganggu sehingga dekompensasi endotel dan
terjadi edema kornea. Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup
bola mata di sebelah depan. Karena kornea avaskular, maka pertahanan sewaktu
peradangan tak dapat segera datang. Maka badan kornea, sel-sel yang terdapat di dalam
stroma segera bekerja sebagai makrofag baru kemudian disusul oleh pembuluh darah
yang terdapat di limbus dan tampak sebagi injeksi perikornea.Sesudahnya baru terjadi
infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh, dan permukaan yang licin.
Kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbul ulkus kornea yang dapat menyebar
ke permukaan dalam stroma.
Pada peradangan yang hebat, toksin dari kornea dapat menyebar ke iris dan badan
siliar dengan melalui membran descement dan endotel kornea.Dengan demikian iris dan
badan siliar meradang dan timbulah kekeruhan di cairan COA, disusul dnegan
terbentuknya hipopion. Bila peradangan terus mendalam, tetapi tidak mengenai membran
descement dapat timbul tonjolan membran descement yang disebut mata lalat atau
descementocele. peradangan yang dipermukaan penyembuhan dapat berlangsung tanpa
pembentukan jaringan parut.Pada peradangan yang dalam penyembuhan berakhir dengan
terbentuknya jaringan parut yang dapat berupa nebula, makula, atau leukoma. Bila
ulkusnya lebih mendalam lagi dapat timbul perforasi yang dapat mengakibatkan
endophtalmitis, panophtalmitis, dan berakhir dengan ptisis bulbi.
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Page 15Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara-RSUD KUDUS
Daria Putri Roman 406117011
TINJAUAN PUSTAKA
KERATITIS PUNCTATA SUPERFISIALIS THYGESON
Keratitis punctata superfisialis adalah penyakit bilateral recurens menahun yang
jarang ditemukan, tanpa pandang jenis kelamin maupun umur. Penyakit ini ditandai
kekerutan epitel yang meninggi berbentuk lonjong dan jelas, yang menampakkan bintik-
bintik pada pemulasan dengan flurescien, terutama di daerah pupil. Kekeruhan ini tidak
tampak dengan mata telanjang, namun mudah dilihat dengan slit-lamp atau kaca pembesar.
Kekeruhan subepitelial dibawah lesi epitel (lesi hantu) sering terlihat semasa penyembuhan
penyakit epitel ini.1,4
Etiologi
Belum ditemukan organisme penyebabnya, namun dicurigai virus. Pada satu kasus
berhasil diisolasi virus varicella-zoster dari kerokan kornea (1,3). Penyebab lainnya dapat
terjadi pada moluskulum kontangiosum, acne roasea, blefaritis neuroparalitik, trachoma,
trauma radiasi, lagoftalmos, keracunan obat seperti neomisin, tobramisin dan bahan pengawet
lainnya.2
GEJALA KLINIK
Pasien dengan keratitis pungtata superfisial biasanya datang dengan keluhan iritasi
ringan, adanya sensasi benda asing, mata berair, penglihatan yang sedikit kabur, dan silau
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Page 16Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara-RSUD KUDUS
Daria Putri Roman 406117011
(fotofobia) . Lesi pungtata pada kornea dapat dimana saja tapi biasanya pada daerah sentral.
Daerah lesi biasanya meninggi dan berisi titik-titik abu-abu yang kecil. Keratitis epitelial
sekunder terhadap blefarokonjungtivitis stafilokokus dapat dibedakan dari keratitis pungtata
superfisial karena mengenai sepertiga kornea bagian bawah. Keratitis epitelial pada trakoma
dapat disingkirkan karena lokasinya dibagian sepertiga kornea bagian atas dan ada pannus.
Banyak diantara keratitis yang mengenai kornea bagian superfisial bersifat unilateral atau
dapat disingkirkan berdasarkan riwayatnya.1
Penderita akan mengeluh sakit pada mata karena kornea memiliki banyak serabut nyeri,
sehingga amat sensitif. Kebanyakan lesi kornea superfisialis maupun yang sudah dalam
menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit diperberat oleh kuman kornea bergesekan
dengan palpebra. Karena kornea berfungsi sebagai media untuk refraksi sinar dan merupakan
media pembiasan terhadap sinar yang masuk ke mata maka lesi pada kornea umumnya akan
mengaburkan penglihatan terutama apabila lesi terletak sentral pada kornea.
Fotofobia yang terjadi biasanya terutama disebabkan oleh kontraksi iris yang meradang.
Dilatasi pembuluh darah iris adalah fenomena refleks yang disebabkan iritasi pada ujung
serabut saraf pada kornea. Pasien biasanya juga berair mata namun tidak disertai dengan
pembentukan kotoran mata yang banyak kecuali pada ulkus kornea yang purulen. KPS ini
juga akan memberikan gejala mata merah, silau, merasa kelilipan, penglihatan kabur.
Dalam mengevaluasi peradangan kornea penting untuk membedakan apakah tanda
yang kita temukan merupakan proses yang masih aktif atau merupakan kerusakan dari
struktur kornea hasil dari proses di waktu yang lampau. Sejumlah tanda dan pemeriksaan
sangat membantu dalam mendiagnosis dan menentukan penyebab dari suatu peradangan
kornea seperti: pemeriksaan sensasi kornea, lokasi dan morfologi kelainan, pewarnaan
dengan fluoresin, neovaskularisasi, derajat defek pada epithel, lokasi dari infiltrat pada
kornea, edema kornea, keratik presipitat, dan keadaan di bilik mata depan. Tanda-tanda
yang ditemukan ini juga berguna dalam mengawasi perkembangan penyakit dan respon
terhadap pengobatan.
DIAGNOSIS
Subyektif : Anamnesis
Dari anamnesis biasanya didapatkan gejala seperti :
mata merah yang sakit injeksi perikorneal
fotofobia
Blefarospasme Karena rasa sakit yg diperhebat oleh gesekan palpebra superior
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Page 17Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara-RSUD KUDUS
Daria Putri Roman 406117011
penglihatan menurun karena kornea keruh akibat infiltrasi sel radang dan
mengganggu penglihatan apabila terletak di sentral
Mengganjal/terasa ada benda asing di kornea banyak saraf sensibel
kadang kotor
Nyrocos rangsang nyeri sehingga reflek air mata meningkat.
Gejala spesifik antara lain :
Pada ulkus karena bakteri biasanya keluar discharge purulent. Sedangkan pada ulkus
karena virus disharge serous
Keratitis punctata superficial : penyebab adenovirus, infiltrat punctata, letak superficial
sentral atau parasentral
Keratitis bakteri (stafilokokus) : Erosi kecil-kecil terpulas fluoresein terutama pada
sepertiga bawah kornea
Keratitis virus biasanya disebabkan oleh herpes simplek.
Gejala : mata merah (injeksi siliar), fotofobia, mata berair, gangguan penglihatan
Tanda :
- Vesikulosa, bentuk awal dans ering sulit ditemukan
- Laminaris, bentuk seperti benang
- ulkus dendritik (pola percabangan linier dengan tepian kabur)
- Ulkus geografik, lesi dendritik lebih lebar
- Disiformis
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Page 18Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara-RSUD KUDUS
Daria Putri Roman 406117011
Pemeriksaan Oftalmologi
a. Pemeriksaan dengan Slit Lamp
b. Tes Placido
Yang diperhatikan adalah gambaran sirkuler yang direfleksi pada permukaan kornea
penderita.Bila bayangan di kornea gambaran sirkulernya teratur, disebut Placido (-),
pertanda permukaan kornea baik. Kalau gambaran sirkulernya tidak teratur, Placido (+)
berarti permukaan kornea tidak baik, mungkin ada infiltrat.
c. Tes Fluoresin
Untuk melihat lebar dan dalamnya ulkus pada kornea, yaitu dengan memasukkan kertas
yang mengandung fluoresin steril ke dalam sakus konjungtiva inferior setelah terlebih
dahulu diberi anestesi lokal, kemudian penderita disuruh mengedip beberapa waktu dan
kertas fluoresinnya dicabut. Pemeriksaan ini dapat juga menggunakan fluoresin tetes.
Pada tempat ulkus tampak berwarna hijau.
d. Tes Fistel / Siedel Test
Pada pemeriksaan adanya fistel pada ulkus kornea, setelah pemberian fluoresin, bola mata
harus ditekan sedikit untuk melepaskan fibrinnya dari fistel, sehingga cairan COA dapat
mengalir keluar melalui fistel, seperti air mancur pada tempat ulkus dengan fistel
tersebut.
e. Pemeriksaan visus
f. Pemeriksaan bakteriologik, dari usapan pada ulkus kornea
Harus dilakukan pemeriksaan hapusan langsung, pembiakan, dan tes resistensi. Dari
pemeriksaan hapusan langsung dapat diketahui macam kuman penyebabnya.
g. Bila banyak monosit diduga akibat virus :
Leukosit PMN kemungkinan akibat bakteri
Eosinofil, menunjukkan radang akibat alergi
Limfosit, terdapat pada radang yang kronis
Dengan melakukan pembiakan dan tes resistensi, dapat diketahui kuman penyebab, juga
obatnya yang tepat guna, dengan demikian pengobatan menjadi lebih terarah.
h. Sensibilitas kornea
PENATALAKSANAAN
Pengobatan diberikan tergantung organisme penyebab, misalnya antibiotik, antijamur,
dan anti virus. Antibiotik spektrum luas dapat digunakan secepatnya, tapi bila hasil
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Page 19Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara-RSUD KUDUS
Daria Putri Roman 406117011
laboratorium sudah menentukan organisme penyebab, pengobatan dapat diganti. Untuk virus
dapat diberikan idoxuridine, trifluridin atau acyclovir.Untuk bakteri gram positif pilihan
pertama adalah cafazolin, penisilin G atau vancomisin dan bakteri gram negatif dapat
diberikan tobramisin, gentamisin atau polimixin B.Pemberian antibiotik juga diindikasikan
jika terdapat secret mukopurulen, menunjukkan adanya infeksi campuran dengan
bakteri. Untuk jamur pilihan terapi yaitu : natamisin, amfoterisin atau fluconazol. Selain itu
obat yang dapat membantu epitelisasi dapat diberikan. Terkadang, diperlukan lebih dari satu
macam pengobatan. Terapi bedah laser terkadang dilakukan untuk menghancurkan sel yang
tidak sehat, dan infeksi berat membutuhkan transplantasi kornea. Obat tetes mata atau salep
mata antibiotik, anti jamur dan antivirus biasanya diberikan untuk menyembuhkan keratitis,
tapi obat-obat ini hanya boleh diberikan dengan resep dokter.
Medikamentosa lain diberikan dengan tujuan mengatasi gejala yang ditimbulkan oleh
penyulit misalnya, untuk melindungi mata dari cahaya terang, benda asing dan bahan iritatif
lainnya, maka pasien dapat menggunakan kacamata. Untuk megurangi inflamasi dapat
diberikan steroid ringan. Untuk mata kering diberikan air mata buatan. Pemberian air mata
buatan yang mengandung metilselulosa dan gelatin yang dipakai sebagai pelumas oftalmik,
meningkatkan viskositas, dan memperpanjang waktu kontak kornea dengan lingkungan luar.
Pemberian tetes kortikosteroid pada KPS ini bertujuan untuk mempercepat penyembuhan dan
mencegah terbentuknya jaringan parut pada kornea, dan juga menghilangkan keluhan
subjektif seperti fotobia namun pada umumnya pada pemeberian steroid dapat menyebabkan
kekambuhan karena steroid juga dapat memperpanjang infeksi dari virus jika memang
etiologi dari KPS tersebut adalah virus.
Dapat pula dianjurkan diet dengan gizi yang seimbang, suplementasi vitamin A,C,E,
serta antioksidan lainnya.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang paling ditakutkan adalah penipisan perforasi kornea yang dapat
mengakibatkan endopthalmitis dan hilangnya penglihatan.
PROGNOSIS
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Page 20Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara-RSUD KUDUS
Daria Putri Roman 406117011
Prognosis bergantung pada virulensi organisme, lokasi dan perluasan ulkus kornea,
vaskularisasi dan deposit kolagen, diagnosis awal dan terapi tepat dapat membantu
mengurangi komplikasi. Keratitis pungtata superficial penyembuhan biasanya berlangsung
baik meskipun tanpa pengobatan. Imunitas tubuh merupakan hal yang penting dalam kasus
ini karena diketahui reaksi imunologik tubuh pasien sendiri yang memberikan respon
terhadap virus ataupun bakteri.
PENCEGAHAN
Pemakaian lensa kontak harus menggunakan cairan desinfektan pembersih yang steril
untuk membersihkan lensa kontak. Air keran tidak steril dan tidak boleh digunakan untuk
membersihkan lensa kontak. Jangan terlalu sering memakai lensa kontak. Lepas lensa kontak
bila mata menjadi merah dan timbul iritasi. Ganti lensa kontak bila sudah waktunya diganti.
Cuci tempat lensa kontak dengan air panas, dan ganti tempat lensa kontak tiap 3 bulan karena
organisme dapat terbentuk di tempat kontak lensa itu.
Makan makanan bergizi dan memakai kacamata pelindung ketika bekerja atau bermain
di tempat yang potensial berbahaya bagi mata. Kacamata dengan lapisan anti ultraviolet dapat
membantu mengurangi pajanan.
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Page 21Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara-RSUD KUDUS
Daria Putri Roman 406117011
DAFTAR PUSTKA
1. Ilyas, Sidarta : ”Anatomi dan Fisiologi mata” dalam ”Ilmu Penyakit Mata”. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI, Edisi 3, 2008. Hal 1-12.
2. Ilyas, Sidarta : ”Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata”. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2009.
3. Riordan Paul – Eva, et al : ”Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum”. Jakarta : EGC, edisi
17, 2009 : hal 126-143.
4. Kanski JJ. Retinal Vascular Disorders in Clinical Ophthalmology: A Systematic
Approach. 3rd Edition. Oxford: Butterworth-Heinemann Ltd, 1994. Hal 152-200.
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Page 22Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara-RSUD KUDUS
Daria Putri Roman 406117011
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Page 23Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara-RSUD KUDUS