kasus
DESCRIPTION
tugasTRANSCRIPT
![Page 1: Kasus](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081806/55cf9696550346d0338c82c8/html5/thumbnails/1.jpg)
LAPORAN KASUS
BLOK SISTEM REPRODUKSI
KEPUTIHAN PATOLOGIS PADA KEHAMILAN
Disusun Oleh :
Nama : Widya Putri Syafta (09711308)
Tiara Setyoning Arum (09711055)
Kelompok : 19
Tutor : dr. Bayu Utami
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2011
![Page 2: Kasus](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081806/55cf9696550346d0338c82c8/html5/thumbnails/2.jpg)
LAPORAN KASUS
I. Identitas
Nama : Ny. R
Umur : 31 tahun
Alamat : Jl. Kaliurang km 14,4 No.11
Agama : Islam
Pekerjaan : wiraswasta
Pendidikan : S-1
Nama Suami : Tn. A
Pekerjaan suami : wiraswasta
Pendidikan suami : S-1
Anamnesis
Diberikan oleh : Ny. R
Tempat/ tanggal/ pukul : Rumah Ny. R, Jl. Kaliurang km 14,4 No. 1/ Rabu, 14
Maret 2012/ 20.00 WIB
Keluhan utama
Keputihan
Riwayat penyakit sekarang
Pasien saat ini sedang hamil anak kedua, dan kehamilannya sudah
berumur 35 minggu. Pasien mengeluh sejak awal kehamilan keluar cairan dari
vaginanya. Cairan yang keluar banyak, terkadang berwana putih, terkadang
berwarna kuning. Namun, warna putih lebih dominan dan cairan bergumpal-
gumpal seperti plak pada sariawan. Cairan sedikit berbau dan disertai rasa gatal.
Sudah pernah diperiksakan ke dokter saat hamil. Dokter mengatakan bahwa
keputihannya masih normal karena pengaruh hormon saat hamil.
Riwayat antenatal care pada trimester kedua, Hb pasien 9 gr/dL. Pasien
juga mengalami otitis media akut non-supuratif saat usia kehamilannya 7 bulan
dan diberi terapi oleh dokter berupa amoksisilin selama satu minggu. Setelah
menjalankan terapi, penyakit telinga yang diderita pasien telah sembuh. Tidak
ada nyeri saat miksi (disuria) maupun nyeri saat bersenggama (disparenia).
![Page 3: Kasus](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081806/55cf9696550346d0338c82c8/html5/thumbnails/3.jpg)
Riwayat penyakit dahulu
Keluhan serupa pernah dirasakan pasien saat menggunakan kontrasepsi IUD
Riwayat diabetes (-)
Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat penggunaan obat jangka panjang (-)
Riwayat penyakit keluarga
Ayah dan nenek pasien menderita penyakit kencing manis
Riwayat perkawinan
Kawin : Kawin
Umur waktu kawin : 26 tahun
Umur suami waktu kawin : 29 tahun
Lama perkawinan : 6 tahun
Riwayat menstruasi
Menarche : 12 tahun
Menstruasi : teratur
Jumlah darah menstruasi : normal
Rasa sakit saat menstruasi : tidak ada keluhan
Riwayat fertilitas
Jumlah anak : 1 orang
Usia saat pertama melahirkan : 26 tahun
Riwayat kehamilan, kelahiran dan usia masing-masing anak
Anak ke-1 : persalinan sesar, cukup bulan, riwayat perdarahan
antepartum, persalinan lama, dan usia anak sekarang 4
tahun
Riwayat kehamilan sekarang
HPM : 1 Juli 2011
HPL : 8 April 2012
Mual- muntah : Trimester 1
Sesak nafas : -
Gangguan BAK/BAB : Normal, tidak ada gangguan
![Page 4: Kasus](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081806/55cf9696550346d0338c82c8/html5/thumbnails/4.jpg)
Hipertensi : -
Kejang : -
Riwayat keluarga berencana
- Memakai IUD sejak 2,5 tahun yang lalu dan mengalami keputihan.
Kontrasepsi dikeluarkan saat kehamilan kedua berusia sekitar 4 minggu.
Hasil pemeriksaan fisik
Keadaan umum : baik, compos mentis, sehat
Nadi : 89x/menit
Frekuensi pernapasan : 20x/menit
Tekanan darah : 110/70
Suhu : 36,7 OC
II. Diagnosis Banding
Leukorea suspect et causa Candida albicans pada kehamilan
Leukorea akibat pemakaian IUD suspect et causa Gardnerella
vaginalis pada kehamilan
III. Rencana Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Vital sign
Dalam batas normal
Inspeksi genitalia eksterna
Inspeksi daerah vulva ada tanda-tanda peradangan seperti
eritem, juga terdapat adanya membran putih seperti plak pada
sariawan.
Inspeksi introitus vagina terdapat discharge putih, bergumpal,
dan banyak.
IV. Rencana Pemeriksaan Penunjang
Identifikasi secara mikroskopik
Whiff test
Pemeriksaan pH discharge vagina dengan kertas indikator
Biakan
![Page 5: Kasus](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081806/55cf9696550346d0338c82c8/html5/thumbnails/5.jpg)
V. Rencana Penatalaksanaan
Penatalaksaan didasarkan atas penyebab patogen yang menyebabkan
leukorea atau keputihan.
- Farmakologi
Infeksi yang disebabkan oleh jamur dapat diberikan antibiotik
golongan azol. Klotrimazole dengan dosis 200 mg tablet vaginal tiap
malam selama 3 hari, atau 500 mg tablet vagina selama 1 hari, atau bisa
juga diberikan Klotrimazole krim 1% sebanyak 5 gram tiap malam selama
7-14 hari. merupakan salah satu golongan azol yang aman bagi ibu hamil.
Selain golongan azol, dapat juga diberikan antijamur seperti Nystatin tablet
vagina 100.000 unit selama 2 minggu.
- Non-farmakologi
o Edukasi
Menjaga kebersihan dan kelembaban daerah kewanitaan
dengan cara mengganti celana dalam secara rutin.
Menjaga asupan gizi yang adekuat untuk meningkatkan daya
tahan tubuh serta menjaga asupan karbohidrat agar tidak
berlebih
Mengenakan pakaian dalam yang tidak ketat dan menyerap
keringat
Bila terjadi infeksi berulang segera kembali ke dokter
![Page 6: Kasus](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081806/55cf9696550346d0338c82c8/html5/thumbnails/6.jpg)
PEMBAHASAN
I. Analisis Anamnesis
Dari data yang didapatkan, diketahui bahwa keluhan keputihan yang
pasien derita berwarna putih (lebih dominan) yang terkadang kuning dan
bergumpal yang mengindikasikan adanya infeksi Candida albicans. Keluhan juga
disertai dengan bau kurang sedap, gatal, dan rasa terbakar pada daerah
kemaluan. Gejala ini tidak spesifik dan tidak selalu ada. Begitu juga dengan
infeksi yang disebabkan oleh bakteri, pruritus maupun rasa terbakar didaerah
kemaluan sangat jarang dikeluhkan oleh pasien.
Selain itu juga didapatkan data bahwa pemeriksaan Hb terakhir adalah 9
gr/dL. Pada beberapa literatur menyebutkan bahwa bila kadar Hb ibu hamil
dibawah 11 gr/dL mengindikasikan pasien mengalami anemia. Kemungkinan
asupan gizi pasien tidak adekuat sehingga memungkin terjadinya penurunan
daya tahan tubuh. Penurunan daya tahan tubuh merupakan salah satu faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi Candida albican (pertumbuhan yang
patologis) yang merupakan flora normal pada vagina. Pasien juga memiliki
riwayat penggunaan kontrasepsi IUD (intra uteina devices). Ini merupakan salah
satu faktor resiko terjadinya infeksi vagina oleh karena bakteri (vaginosis
bacterial).
Pasien juga merupakan ibu hamil, dimana merupakan salah satu faktor
resiko terjadinya infeksi jamur (umumnya Candida albican) yang disebabkan
karena terjadinya peningkatan sintesis glikogen yang merupakan tempat yang
baik bagi pertumbuhan jamur Candida albican.
II. Analisis Diagnosis Banding
Dari data-data pasien, serta dari anamnesis dan pemeriksaan fisik (belum
dilakukan pemeriksaan penunjang) yang kami lakukan, kami menyimpulkan
beberapa diagnosis banding yang sesuai maupun yang mendekati dari segala
gejala yang dirasakan oleh pasien yaitu berupa
- Leukorea suspect et causa Candida albican pada kehamilan
- Leukorea akibat pemakaian IUD suspect et causa Gardnerella vaginalis
pada kehamilan.
Leukorea suspect et causa Candida albican pada kehamilan dipilih
sebagai diagnosis kerja karena terdapat beberapa tanda khas dari infeksi
![Page 7: Kasus](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081806/55cf9696550346d0338c82c8/html5/thumbnails/7.jpg)
Candida albican, yaitu keputihan berwarna putih kekuningan seperti keju serta
bergumpal seperti plak. Sedangkan pada infeksi Gardnerella vaginalis, keputihan
biasanya berwarna putih keabuan. Selain itu, pada 55% kasus Candida albican
ini banyak ditemukan pada wanita hamil. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya vulvovagina candidiasi selain kehamilan adalah
pengguna antibiotik jangka panjang, penderita diabetes, penggunaan kontrasepsi
oral atau pil, serta kebiasan menggunakan pakaian dalam yang ketat dan tidak
menyerap keringat. Selain itu, juga terdapat adanya kemungkinan penurunan
daya tahan tubuh pasien yang menyebabkan pertumbuhan patogen dari Candida
albican yang merupakan flora normal di vagina. Gejala lain yang ditemukan
adalah terdapatnya pruritus atau rasa gatal pada daerah kemaluan yang
biasanya tidak terdapat pada infeksi bakteri Gardnerella vaginalis.
Leukorea akibat pemakaian IUD suspect et causa Gardnerella vaginalis
pada kehamilan juga dipilih sebagai diagnosis banding disebabkan karena
terdapatnya riwayat penggunaan IUD, yang mana merupakan salah satu faktor
penyebab tersering dari infeksi bakteri Gardnerella vaginalis. Biasanya,
penyebab terjadinya Vaginosis Bakteri ini adalah bakteri anaerobik Gardnerella
vaginalis. Mulanya, dulu diduga penyebabnya dari Gardnerella vaginalis tapi
sekarang ada yang mengatakan bahwa terjadi peningkatan G.vaginalis ini
disertai dengan penurunan Lactobacillus sehingga terjadi pergeseran komposisi
flora vagina normal.
Pada pasien juga tidak didapatkan adanya keluhan miksi (disuria
eksternal) yang merupakan salah satu pembeda antara infeksi Gardnerella
vaginalis dengan infeksi lainnya. Vaginosis bacterial juga merupakan penyakit
vagina yang paling umum terjadi di masyarakat yang sering terjadi pada umur
produktif. Selain itu, untuk menegakkan diagnosis infeksi bakteri, kami
menggunakan kriteria Amsel, yaitu terdapat tiga gejala dari empat gejala berikut:
1. Adanya sel clue pada pemeriksaan mikroskopik dari sediaan basah
2. Adanya bau amis setelah penetesan KOH 10% pada cairan vagina
3. Duh yang homogeny, kental, tipis, dan berwarna seperti susu
4. pH vagina >4.5 yang diperiksa menggunakan phenaphthazine paper
Pada pasien, hanya ditemukan adanya bau yang kurang sedap dari
discharge. Kami juga tidak dapat menilai poin yang lain disebabkan karena tidak
adanya data tentang pemeriksaan pasien. Suryawidjaja dan Muliawan, 2001,
![Page 8: Kasus](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081806/55cf9696550346d0338c82c8/html5/thumbnails/8.jpg)
juga mengemukakan bahwa penegakan diagnosis infeksi bakteri Gardnerella
vaginalis sudah bisa ditegakkan jika sudah terdapat sel clue saja.
III. Analisis dan kemungkinan hasil Pemeriksaan Fisik
- Pemeriksaan vital sign
Dilakukan pemeriksaan vital sign untuk mengetahui keadaan umum
pasien seperti apa. Apakah terdapat tanda-tanda infeksi, yaitu adanya
peningkatan suhu badan. Pada pasien tanda vital masih dalam batas
normal.
- Inspeksi genitalia eksterna
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat apakah adanya tanda-tanda
peradangan pada vulva (labia mayor, labia minor, perineum) yang
mengarah kepada diagnosis ke arah infeksi trikomonas. Pada infeksi
yang disebabkan oleh bakteri (gardnerella vaginitis, atau bekteri anaerob
lainnya) biasanya tidak terdapat adanya tanda-tanda peradangan baik
pada vulva maupun pada serviks (kalaupun ada biasanya sangat
minimal). Pada pemeriksaan ini, diharapkan adanya membran-membran
putih seperti plak (vaginal trash) yang menempel pada dinding vulva,
yang bila diangkat biasanya terdapat perdarahan dibawahnya.
- Inspeksi introitus vagina
Pada pemeriksaan inspeksi introitus vagina didapatkan adanya
discharge yang bergumpal dengan warna putih kekuningan, dan berbau
kurang sedap. Gejala ini mengindikasikan adanya infeksi yang
disebabkan oleh jamur Candida albican. Sedangkan pada infeksi yang
disebabkan oleh bakteri Gardnerella vaginalis, discharge umumnya
homogeny, berwarna putih keabuan, encer, dan berbau amis. Pada
infeksi bakteri ini juga jarang ditemukan adanya tanda peradangan.
IV. Analisis dan kemungkinan hasil Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis, yaitu:
Identifikasi secara mikroskopik
![Page 9: Kasus](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081806/55cf9696550346d0338c82c8/html5/thumbnails/9.jpg)
Pada pemeriksaan langsung dengan menggunakan KOH 10-20 % dari
kerokan kulit vagina atau dengan usap vagina, infeksi Candida
didapatkan gambaran blastospora atau hifa semu (pseudohyfa).
Pada permeriksaan mikroskopis untuk vaginosis bakteria didapatkan
gambaran sel-sel clue yang merupakan epitel vagina diantara
banyaknya bakteri yang menempel pada membran sel. Kemungkinan
ditemukan juga beberapa sel radang atau laktobasili.
Whiff test
Sampel discharge yang telah diambil ditetesi dengan larutan potasium
hidroksida (KOH) 10% sampai 20%. Leukorea yang disebabkan oleh
Candida albican tidak didapatkan adanya bau amis yang khas pada
infeksi bakteri.
Uji kadar pH
Dilihat kadar pH cairan vagina pasien apakah sama atau lebih dari
4,5. Pengukuran biasanya menggunakan kertas lakmus (intervalnya
4,0-7,0). Biasanya pH vagina pd kasus vaginosis bakterial pH >4,7.
Sedangkan pH pada infeksi kandida biasanya <4,5.
Biakan
Pada biakan dengan menggunakan agar dekstrosa Saboraud dengan
atau tanpa antibiotik (untuk menekan bakteri yang ada). Bila hasilnya
positif didapatkan koloni kandida berwarna putih kekuningan dan
mempunyai bau ragi yang khas.
V. Analisis penatalaksanaan
Pada dasarnya, tujuan pengobatan adalah untuk mengatasi penyebab
yang mendasari terjadinya infeksi dan mencegah kekambuhan. Berdasarkan dari
diagnosis kerja yang kami buat, maka dapat diberikan pengobatan sebagai
berikut:
- Farmakologi
Terapi yang diberikan kepada ibu hamil harus memperhatikan
efek samping terhadap janin dari obat yang ingin diberikan. Oleh
karena itu, terapi tidak bisa diberikan sama seperti pemberian terapi
![Page 10: Kasus](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081806/55cf9696550346d0338c82c8/html5/thumbnails/10.jpg)
untuk orang yang tidak hamil, baik dosis, bentuk sediaan, maupun
cara penggunaan obat. Kebanyakan literatur maupun textbook
menyarankan penggunaan obat secara pervaginam, dan sebisa
mungkin menghindari pemberian obat secara sistemik (oral,
intravena, intramuscular).
Menurut Aprillia, 2011, obat-obatan untuk ibu hamil dibagi
dalam beberapa golongan, yaitu kriteria A, B, C, D, dan X. Obat
kategori A merupakan golongan obat yang telah teruji tidak memiliki
resiko pada kehamilan. Jadi, obat golongan ini merupakan obat yang
direkomendasikan pertama kali untuk terapi pada ibu hamil. Obat
kategosi B adalah obat yang diketahui tidak memiliki resiko pada
kehamilan pada binatang percobaan dan belum terdapat studi
terkontrol yang menyebutkan terdapatnya resiko pada janin. Obat
kategori C adalah kelompok obat yang pada binatang
percobaandidapatkan adanya efek samping pada janin. Namun,
belum ada studi terkontrol untuk ibu hamil. Beliau juga mengatakan
bahwa penggunaan obat golongan ini hanya bila terdapat lebih
banyak manfaat daripada resiko yang didapatkan. Sedangkan obat
kategori X merupakan golongan obat yang pada binatang percobaan
maupun pada ibu hamil didapatkan adanya efek samping pada janin.
Obat-obatan golongan ini merupakan kontra indikasi untuk ibu hamil.
o Antijamur
Nystatin tablet vagina 100.000 unit selama 12-14 hari.
Nystatin merupakan obat yang termasuk dalam kategori A. Jadi,
obat ini merupakan rekomendasi yang utama untuk kasus ini.
o Antibiotik golongan azol
Klotrimazole dengan dosis 200 mg tablet vaginal tiap malam
selama 3 hari atau 500 mg tablet vagina selama 1 hari.
Klotrimazole merupakan salah satu golongan azol yang aman
bagi ibu hamil dan merupakan obat kategori B.
Penggunaan Flukonazole harus dihindari karena merupakan
kontraindikasi pada ibu hamil.
![Page 11: Kasus](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081806/55cf9696550346d0338c82c8/html5/thumbnails/11.jpg)
- Non-farmakologi
Umumnya, keputihan pada ibu hamil merupakan hal yang
wajar. Namun, bila keputihan yang dialami adalah keputihan yang
patologis sangat dianjurkan bagi ibu hamil untuk memeriksakan
keluhannya. Ini dikarenakan keputihan yang patologis dapat
menyebabkan komplikasi pada kehamilannya. Untuk menghindari
keadaan yang tidak diinginkan, ibu hamil harus memeriksakan diri ke
dokter.
o Edukasi
Insidensi infeksi Candida albican didaerah kewanitaan cukup
tinggi dan penyebabnya pun multifaktorial. Oleh sebab itu,
pemberian edukasi kepada pasien bertujuan untuk mencegah
kekambuhan maupun mengurangi faktor resiko terjadinya infeksi,
seperti :
Menjaga kebersihan dan kelembaban daerah kewanitaan
dengan cara mengganti celana dalam secara rutin. Jamur
tumbuh baik pada medium yang memiliki kelembaban
yang tinggi. Oleh karena itu, kelembaban daerah
kewanitaan harus menjaga sebaik mungkin.
Menjaga asupan gizi yang adekuat untuk meningkatkan
daya tahan tubuh serta menjaga asupan karbohidrat agar
tidak berlebih
Mengenakan pakaian dalam yang tidak ketat dan
menyerap keringat
Bila terjadi infeksi berulang segera kembali ke dokter
![Page 12: Kasus](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081806/55cf9696550346d0338c82c8/html5/thumbnails/12.jpg)
Daftar Pustaka
Aprillia, Yesie S. Si. T. M. Kes., 2011. Obat yang Aman dan Bahaya untuk
Kehamilan. http//: www.badankita.com/index.
Kasper, Dennis L. et al (Ed.).,2010. Harrison’s Infections Disease. McGraw-Hill
Companies
Mutriastutik, D., 2008. Buku Ajar Infeksi Menular Seksual. Airlangga University
Press, Surabaya
Shulman, Stanford T., M. D., et al., Dasar Biologis dan Klinis Penyakit Infeksi (4th
ed.). Fajahmada Universisty Press, Yogyakarta
Soedarmo, Sumarmo S. Poorwo, 2010. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis( 2nd
ed.). Badan Penerbit IDAI, Jakarta
Suryawidjaja, Julius E., Muliawan, Sylvia Y., 2001. Diagnosis Praktis Vaginosis
Bakterial pada Kehamilan, J Kedokter Trisakti ,20(2):74-8