kasus

5
Nama : Rizkian Ancar Santoso Kelas : KS-1A NIM : 3.12.14.0.18 15 Persen Pelaku Kecurangan Pileg 2014 Adalah KPU [JAKARTA] Kecurangan pemilihan umum legislatif (pileg) yang terjadi secara sistematis dan massif menggambarkan buruknya sistem demokrasi di Indonesia. Kecurangan bahkan dilakukan oleh penyelenggara pemilu hampir di setiap tingkatan. Berdasarkan riset yang dilakukan Forum Akademisi IT (FAIT) terhadap hasil pileg, dari 200 sampel PPS (Kelurahan/Desa) yang diambil secara acak diperoleh 15 persen terjadi kecurangan. Kecurangan yang ditemukan berupa pemindahan suara antar caleg di internal satu partai dan pemindahan suara antar caleg antar partai. Demikian dikatakan Ketua Umum FAIT, Hotland Sitorus di Jakarta, Senin (9/5). “Kami telah melakukan riset dengan mengumpulkan Model

Upload: rizkian-ancar-santoso

Post on 11-Nov-2015

217 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

isahfnjksdf

TRANSCRIPT

Nama: Rizkian Ancar SantosoKelas: KS-1ANIM: 3.12.14.0.18

15 Persen Pelaku Kecurangan Pileg 2014 Adalah KPU[JAKARTA] Kecurangan pemilihan umum legislatif (pileg) yang terjadi secara sistematis dan massif menggambarkan buruknya sistem demokrasi di Indonesia. Kecurangan bahkan dilakukan oleh penyelenggara pemilu hampir di setiap tingkatan.

Berdasarkan riset yang dilakukan Forum Akademisi IT (FAIT) terhadap hasil pileg, dari 200 sampel PPS (Kelurahan/Desa) yang diambil secara acak diperoleh 15 persen terjadi kecurangan.

Kecurangan yang ditemukan berupa pemindahan suara antar caleg di internal satu partai dan pemindahan suara antar caleg antar partai. Demikian dikatakan Ketua Umum FAIT, Hotland Sitorus di Jakarta, Senin (9/5).

Kami telah melakukan riset dengan mengumpulkan Model C1 dan membandingkannya dengan penghitungan terhadap Model DC 1 dan hasilnya memang ada yang berbeda, kata Hotland Sitorus yang juga dosen diUniversitas Tanjungpura, Pontianak Kalimantan Barat.

Masih lanjut Hotland, KPU harus mengevaluasi kinerja para penyelenggara pemilu. Orang-orang yang tidak kompeten dan tidak berintegritas tidak boleh menjadi penyelenggara pemilu. Kalau tidak, potensi kecurangan saat Pilpres tanggal 9 Juli 2014 sangat besar.

Sementara itu, Sekjen DPP FAIT, Janner Simarmata mengatakan, sampel yang diambil dalam riset ini adalah secara acak dan terdistribusi proporsinal menurut jumlah TPS di masing-masing daerah. Namun untuk memudahkan proses pengambilan sampel, wilayah dikelompokkan ke dalam 6 kelompok besar, yaitu; Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali-NTB-NTT dan Papua, kata Janner Simarmata.

Oleh karena itu, kami menyarankan agar KPU terbuka. FAIT siap membantu penyelenggara dan peserta Pilpres untuk mengawasi penggunaan perangkat IT KPU sebelum dan saat Pilpres nantinya, kata Janner Simarmata.

Dugaan kecurangan ini dilakukan melalui penggunaan Sistem IT di PPS. Oleh karena itu, FAIT menghimbau agar Sistem IT yang digunakan di setiap tingkatan harus divalidasi, katanya.Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/15-persen-pelaku-kecurangan-pileg-2014-adalah-kpu/57028A. Jenis KasusKasus 15 Persen Pelaku Kecurangan Pileg 2014 Adalah KPU merupakan kasus dengan tema demokrasi pancasila.B. Pendapat dan Faktaa. Pendapat : Kecurangan pemilihan umum legislatif (pileg) yang terjadi secara sistematis dan massif menggambarkan buruknya sistem demokrasi di Indonesia Kecurangan bahkan dilakukan oleh penyelenggara pemilu hampir di setiap tingkatan. KPU harus mengevaluasi kinerja para penyelenggara pemilu. Orang-orang yang tidak kompeten dan tidak berintegritas tidak boleh menjadi penyelenggara pemilu. Potensi kecurangan saat Pilpres tanggal 9 Juli 2014 sangat besar. Dugaan kecurangan ini dilakukan melalui penggunaan Sistem IT di PPS. Oleh karena itu, FAIT menghimbau agar Sistem IT yang digunakan di setiap tingkatan harus divalidasib. Fakta : Berdasarkan riset yang dilakukan Forum Akademisi IT (FAIT) terhadap hasil pileg, dari 200 sampel PPS (Kelurahan/Desa) yang diambil secara acak diperoleh 15 persen terjadi kecurangan. Kecurangan yang ditemukan berupa pemindahan suara antar caleg di internal satu partai dan pemindahan suara antar caleg antar partai. Sampel yang diambil dalam riset ini adalah secara acak dan terdistribusi proporsinal menurut jumlah TPS di masing-masing daerah. Namun untuk memudahkan proses pengambilan sampel, wilayah dikelompokkan ke dalam 6 kelompok besar, yaitu; Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali-NTB-NTT dan PapuaC. Pasal-pasal dalam Konstitusi/UU yang dilanggar :a. Undang-Undang No.10 tahun 2008 Bab XXI Pasal 298Setiap orang yang dengan sengaja mengubah berita acara hasil penghitungan suara dan/atau sertifikat hasil penghitungan suara, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 12 (dua belas) bulan dan paling lama 60 (enam puluh) bulan dan denda paling sedikit Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).Alasan: Karena pada kasus tersebut terdapat perbedaan hasil suara pada form C1 yang merupakan pelanggaran pasal 298 UU No. 10 tahun 2008 tentang mengubah berita acara hasil penghitungan suara dan/atau sertifikat hasil penghitungan suaraD. Penyelesaiaan :Setiap warga negara harus aktif mengawasi jalannya pemilu di TPS TPS yang paling dekat dengan tempat tinggalnya. Sehingga apabila terjadi kecurangan dapat dengan cepat diketahui dan ditindak lanjuti. Dan juga pada saat pemilihan penyelenggara pemilu perlu diperketat lagi agar penyelenggara pemilu merupakan orang yang berkompeten.