kasus 4

69
1 Kasus 4 Video 14 Years Old Girl Prenant Step I 1. Kehamilan Remaja = kehamilan pada seorang wanita 14-19 tahun baik nikah maupun pranikah Step II 1. Apa saja faktor risiko pada usia remaja ? 2. Bagaimana tahap tumbuh kembang remaja ? 3. Permasalahan apa saja yang dapat timbul pada remaja ? 4. Bagaimana dampak kehamilan pada remaja ? 5. Apa sajakah pencegahan dan penanggulangan kehamilan remaja ? Step III 1. a. Lingkungan b. Pendidikan c. Ekonomi d. Agama e. Adat istiadat f. Menarche terlalu dini 2. - Remaja awal - Remaja menengah

Upload: gusti-ayu-nita

Post on 02-Feb-2016

1 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

free

TRANSCRIPT

Page 1: kasus 4

1

Kasus 4

Video

14 Years Old Girl Prenant

Step I

1. Kehamilan Remaja = kehamilan pada seorang wanita 14-19 tahun baik

nikah maupun pranikah

Step II

1. Apa saja faktor risiko pada usia remaja ?

2. Bagaimana tahap tumbuh kembang remaja ?

3. Permasalahan apa saja yang dapat timbul pada remaja ?

4. Bagaimana dampak kehamilan pada remaja ?

5. Apa sajakah pencegahan dan penanggulangan kehamilan remaja ?

Step III

1. a. Lingkungan

b. Pendidikan

c. Ekonomi

d. Agama

e. Adat istiadat

f. Menarche terlalu dini

2. - Remaja awal

- Remaja menengah

- Remaja akhir

3. Kematian ibu dan janin

4. - Dampak reproduksi

- Dampak psikologis

- Konsultasi dan pengobatan

Page 2: kasus 4

2

5. - Penyuluhan pendidikan seks pada remaja

- Meningkatkan pendidikan agama

- Konsultasi dan pengobatan

Step IV

1. a. Lingkungan : terpengaruh oleh teman sebaya

b. Pendidikan : pendidikan seks→ bahaya hamil di usia remaja

c. Agama : kurangnya pengetahuan agama mengenai hamil di luar nikah

d. Adat istiadat : di daerah →usia 15 tahun sudah menikah

e. Ekonomi : mendapatkan uang untuk meringankan beban hidup

Faktor internal : - Adanya rasa penasaran

- Jati diri sendiri

Faktor eksternal : - Kurang perhatian dari keluarga

Prilaku berisiko :

o Berpacaran : : pegangan tangan ciuman kering ciuman

basah petting coitus

o Masturbasi dini

o Alkohol dan nafza

o Gangguan hasrat seksual

2. Ciri perubahan fisik

Wanita Pria

Menarche Mimpi basah

Pertumbuhan payudara Tumbuh kumis, jenggot

Pertumbuhan rambut pubis Perubahan suara

Pertumbuhan rambut ketiak

Bertambah besarnya panggul

Page 3: kasus 4

3

3. a. kematian ibu da anak

b. keluarga : aib keluarga

c. diri sendiri : depresi

e. pendidikan

f. sosial

Persalinan

o Prematur

o BBBLR

o Anemia

o Kelainan kongenital

o Perdarahan

4. Dampak ibu dan bayi

Ibu Bayi

Keguguran BBLR

Depresi Prematur

5. Penyuluhan pendidikan kesehatan reproduksi

Page 4: kasus 4

4

Faktor risiko

Permasalahan Maturitas

- Ibu & anak

- Keluarga Reproduksi Psikologis

- Masyarakat

- Unsaf abortion

Penyimpangan gangguan seksual

Step V

Melengkapi step 2

1. Apa saja faktor risiko kehamilan pada usia remaja ?

2. Bagaimana tahap tumbuh kembang remaja dan perilaku beresiko pada

remaja?

3. Bagaimana dampak kehamilan pada remaja ?

Kesehatan Reproduksi Remaja

Kehamilan dini

Tumbuh- kembang

reproduksi remaja secara

fisiologis

Prilaku berisiko remaja

Program pemerintah

untuk menanggggulangi kes. Reproduksi

remaja

Risiko/permasalahan kesehatan remaja

PKPR

Page 5: kasus 4

5

4. Permasalahan apa saja yang terjadi di kehamilan pada remaja

5. Bagaimana perawatan pada remaja hamil dan melahirkan ?

6. Bagaimana cara pencegahan dan penanggulangan kehamilan remaja ?

7. Apa saja program pemerintah pada kesehatan reproduksi remaja ?

Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja

8. Apa sajakah hak kesehatan seksual dan hak kesehatan reproduksi pada

kesehatan reproduksi remaja ?

Step VI

Step VII

1. Faktor risiko

Sebab terjadinya kehamilan pada remaja:

a. Faktor agama dan iman

Kurangnya penanaman nila-nilai agama berdampak pada pergalulan

bebas dan berakibat remmaja dengan gampang melakukan hubungan

suami istri di luar nikah sehingga terjadi kehamilan, pada kondisi

ketidaksiapan berumah tangga dan untuk bertanggung jawab.

(Dekovic, 2000)

b. Faktor lingkungan

1) Orang tua

Kurangnya perhatian khusus dari orang rua remaja untuk dapat

memberikan pendidikan seks yang baik dan benar. Dimana

dalam hal ini orang tua besikap tidak terbuka terhadap anak

bahkan cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah

seksual. (Dekovic, 2000)

2) Teman, tetangga, dan media

Pergaulan yang salah, serta penyampaian dan penyalahgunaan

media elektronik yang salah, dapat menyebabkan para remaja

berpikir bahwa seks bukanlah hal yang tabu lagi tapi

merupakan sesuatu yang lazim. (Dekovic, 2000)

Page 6: kasus 4

6

c. Pengetahuan yang minim

Pengetahuan remaja yang minim ditambah rasa ingin tahu yang

berlebihan, pengetahuan seksual yang setengah-setengah, mendorong

gairah seksual sehingga tidak bisa dikendalikan. Hal ini akan

meningkatkan resiko dampak negatif seksual, ramaka akan mencari

informasi tersebut dari sumber lain, teman-teman sebayanya, buku,

majalah, internet, video atau blue film. Mereka sendiri belum dapat

memilih mana yang baik dan perlu dilihat atau mana yang harus

dihindari. (Dekovic, 2000)

d. Perubahan zaman

Pada zaman modern sekarang ini, remaja sedang dihadapkan pada

kondisi sistem nilai dan kemudin sistem nilai tersebut terkikis oleh

sistem yang lain yang bertentangan dengan nilai moral dan agama,

seperti fashion dam fil yang begitu intensif, sehingga remaja

dihadapkan ke dalam gaya pergaulan hidup bebas, termasuk masalah

hubungan seks diluar nikah.

e. Semakin cepatnya usia pubertas.

Semakin cepatnya suai pubertas (berhubungan dengan tumbuh-

kembang remaja), sedangkan pernikahan semakin tertunda akibat

tuntutan kehidupan saat ini menyebabkan “masa-masa tunda hubungan

seksual” menjadi semakin panjang. Jika tidak diberikan pengarahan

yang tepat maka penyaluran seksual yang dipilih beresiko tinggi.

(Dekovic, 2000)

2. Tumbuh kembang remaja

a. Perubahan pada masa remaja

Perubahan fisik

Yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja

adalah:

1. Pertumbuhan tumbuh

Page 7: kasus 4

7

2. Mulai berfungsinya organ-prgan reproduksi (ditandai dengan

terjadinya haid yang pertama pada remaja putri dan mimpi

basah pada remaja pria). (Behrman, 2000)

3. Tumbuhnya tanda seks sekunder.

Perubahan-perubahan fisik tersebut dapat menyebabkan

kecanggungan bagi remaja, karena ia harus menyesuaikan diri

dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya.

(Behrman, 2000)

Perubahan emosi

Proses perubahan kejiwaan berlangsung lebih lanjut dibanding

perubahan fisik, perubahan jiwa pada manusia dibagi 2, yaitu:

1. Perubahan emosi

Sensitif dan mudah menangis

Agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar yang

berpengaruh sehingga mudah berkelahi.

2. Perubahan intelegensi remaja menjadi:

Mampu berfikir abstrak, senang memberi kritik

Ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku

ingin mencoba

Perubahan sosial

Untuk mengetahui tujuan pola sosialisasi dewasa, remaja harus

membuat penyesuaian baru yang terpenting dan sulit:

1. Kuatnya pengaruh golongan sebaya

2. Perubahan dalam sikap dan perilaku realis

3. Pengelompokan realis baru

4. Nilai varu dalam memilih teman

5. Nilai baru dalam penerimaan realis

6. Nilai baru dalam memilih pemimpin

Perubahan moral

Perubahan moral yang terjadi pada masa remaja meliputi:

1. Perubahan konsep moral. Ada 2 pengganti konsep moral:

Page 8: kasus 4

8

Kurangnya bimbingan dalam memperlajari bagaimana

membuat konsep khusus berlaku umum

Jenis disiplin yang diterapkan dirumah dan disekolah

2. Pembentukan moral

3. Peran suara hati dalam pengendaliaan prilaku dalam diri

seseorang yang mempunyai moral yang matang, selalu ada rasa

bersalah dan malu. (Behrman, 2000)

Perubahan kepribadian

Konsep usaha adalah memperbaiki kepribadian fakta yang

mempengaruhi keberhasilan remaja adalah meperbaiki kepribadian

1. Ia harus menemukan ide yang realistik dan dapat mencapainya

2. Remaja harus membuat penialian yang realistik mengenai

kekuatan dan kelemahannya

3. Remaja harus merasa cukup puas dengan apa yang mereka

capai dan berusaha memperbaiki prestasi di bidang yang

mereka anggap kurang. (Behrman, 2000)

b. Proses perkembangan remaja

I. Perkembangan fisik

a) Perubahan fisik pada permulaan masa remaja

Setiap remaja selalu mengalami perubahan-perubahan fisik

seperti penambahan tinggi badan, berat bdana, perkembangan

seksualitas primer dan tanda-tanda seksualitas sekunder.

Perkembangan seksualitas primer adalah peralatan kelamin

dalam yang menunjukan jenis kelamin laki-laki atau perempuan.

Sedangkan, tanda seksualitas sekunder adalah tanda sifat lak-

laki atau wanita yang tampak dari luar. Perubahan fisik timbul

pada tahun-tahun permulaan masa remaja yang sering sidebut

pubertas. Perkemangan fisik pada masa pubertas sangan

menyolok. Akan tetapi masih diragukan apakah perkembangan

osikisnya sudah pula mengalami perkembangan yang sesuai

seperti kemampuan berpikir kritis. (Behrman, 2000)

Page 9: kasus 4

9

b) Percepatan pertumbuhan

Pada permulaan masa remaja, perkembangan fisik meliputi

penambahan panjang lengan, tungkai dan sebagainya.

Penambahan ini tidak terjadi serentak, secara menyeluruh pada

semua bagian tubuh. Pertumbuhan seluruh bagian tubuh

membutuhkan lebih, hal ini berarti para remaja dan orang tua

harus memperhatikan penambahan makanan. Ada perbedaan

percepatan pertumbuhan pada remaja pria dan wanita. Pada

remaja pria permulaan percepatan pertumbuhan berkisar antara

10-16 tahun. Sedangkan, pada remaja wanita percepatan

pertumbuhan sudah dimulai atara umur 7-10 tahun, dengan

umru rata-rata 10 tahun. (Behrman, 2000)

II. Perkembangan psikoseksual

a) Proses kematangan seksual

Pada proses kematangan seksual pada remaja ada perbedaan

pada wanita antara remaja wanita dan remaja pria. Pada wanita

sekitar umur 9-11 tahun sudah mulai tanda-tanda pertama

kematangan seksual yakni pembesaran payudara. Sesudah itu

baru dimulai dengan pertumbuhan rambut di daerah kemaluan

bagian luar dan ketiak. Menarche oada umunya akan timbul

detelah memuncaknya percepatan pertumbuhan. Sedangkan

pada pria proses kematangan seksual mulai timbul antara 11-15

tahun, dengan umur rata-rata 13-14 tahun. Proses ini dimulai

dengan pertumbuhan testis, dan pernumbuhan rambut di daerah

kemaluan luar dan ketiak, munculnya jakun dan perubahan

suara. (Behrman, 2000)

b) Hubungan antara kematangan fisik dan perubahan kepribadian

Setiap kebudayaan memiliki nilai dan norma mengenai tanda

atau persyaratan fisik yang diinginkan. Pada beberapa

kebudayaan tertentu bagi remaja pria diutamakan syarat fisik,

berupa tinggi dan kekuatan badan. Sedangkan, bagi remaja

Page 10: kasus 4

10

putri penialain diutamakjan terhadap kehalusan wajah dan

kelangsingan tubuh. Tanda tersebut sangat penying untuk

penilaian oleh remaja sebaya dan orang dewasa lainnya.

Mereka memiliki tanda-tanda yang mendekati tanda-tanda yang

diinginkan masyarakat, akan lebih diterima bahkan terpandang

di lingkungannya. Penilaian terpandang oleh lingkungan akan

turut berperan dalam pembentukan gambaran mengenai dirinya

sendiri dan juga pembentukan perkembangan kepribadian.

(Behrman, 2000)

III. Perkembangan intelek

a) Pengertian intelengensi

Intelegensi merupakan suatu kumpulan kemapuan seseorang

yang memungkinkan memperoleh ilmu pengetahuan dan

mengamalkan ilmu tersebut dalam hubungan dengan

lingkungan dan masalah-masalah yang timbul. (Behrman,

2000)

b) Intelegensi pada masa remaja

Intelegensi pada masa remaja tidak mudah diukur, karena tidak

mudah terlihat perubahan kecepatan perkembangan

kemampuan tersebut. Pada umunya, 3-4 tahun pertama

menunjukan perkembangan kemampuan yang hebat,

selanjutnya akan terjadi perkembangan yang teratur. Seorang

remaja dengan kemampuan intelegensi dibawah rata-rata, tidak

akan mencapai taraf berpikir yang abstrak. Berpikir abstrak

merupakan cara berpikir yang bertalian dengan hal-hal yang

tidak dilihat dan kejadian-kejadian yang tidak langsung

dihayati. (Behrman, 2000)

c) Perkembangan intelek dan kepribadian

Kemapuan berpikir abstrak menyebakan remaja menunjukan

perhatian besar kepada kejadian dan peristiwa yang tidak

konkrit seperti pilihan pekerjaan, corak hidup bermasyarakat,

memilih pasangan hidup dan sebagainya. Kemampuan

Page 11: kasus 4

11

abstraksi menimbulkan kemampuan mepermasalahkan

kenyataan dan peristiwa-peristiwa dengan keadaan bagaimana

semestinya sesuai dengan alam pikirnya. Akibatnya timbulah

perasaan tidak puas dan putus asa. (Behrman, 2000)

Egosentrisitas inilah menyebakan kekauan para remaja

dalam berpikir maupun tingkah lakunya. Egosentris dapat

menimbulakn reaksi lain, dimana remaja justru melebih-

lebihkan diri dalam penilaian diri. Melalui banyak pengalaman

dan penghayatan kenyataan dan menghadapi pendapat orang

lain, maka egosentirs akan berkurang. Pada akhir masa remaja

pengaruh egosentirs sudah demikian kecil, sehingga remaja

sudah dapat berpikir abstrak dengan mengikutsertakan

pendapat dan pandangan orang lain. (Behrman, 2000)

IV. Perkembangan psikoseksual

Kematangan seksual dan terjadinya perubahan bentuk

tubuh sangat berpengaruh pada kehidupan kejiawaan ramaja.

Datangnya menarche dapat menimbulkan reakdi yang positif

maupun negatif bagi remaja tersebut. Apabila mereka duah

dipersiapkan dan mendapat informasi tentang akan datangnya

mestruasi maka mereka tidak akan mengalami kecemasa dan reaksi

negatif lainnya, tetapi bila mereka kurang memperoleh infomasi

makan akan merasakan pengalaman yang negatif. Kematangan

seksual yang terlalu cepat atau lambat juga dapat mempengaruhi

kehidupan psikosisosialnya yaitu status mereka di dalam kelompok

sebayanya. (Sadock, 2013)

Akibat terjadinya kematangan seksual, akan terjadi

percepatan pertumbuhan badan dimana pertumbuhan anggota

badan lebih cepat daripada badannya sehingga untuk sementara

waktu proporsi tubuh tidak seimbang. Tangan dan kakinya lebih

panjang dalam perbandingan dengan badannya. Sementara itu

perhatian remaja sangat besar terhadap penampilan dirinya, oleh

karena itu mereka sering merisaukan bentuk tubuhnya. pada

Page 12: kasus 4

12

umunya remaja perempuan mengkhawatirkan bila dirinya terlalu

gemuk atau terlalu tinggi. Sedangkan, remakja laki-lai bila terlalu

kurus atau terlalu pendek. Disamping itu mereka baik laki-laki

maupun perempuan mengkhawatirkan tentang kulitnya yaitu

tumbuhnya jerawat mauoun adanya bintik-bintik hitam. Selai itu,

kematangan seksual mengakibatkan remaja mulai tertarik terhadap

anatomi-fisiologi tubuhnya, mulai muncul kecemasan-kecemasa

dan pertanyaan-pertanyaan seputar menstruasi, mimpi basah,

masturbasi, ukuran buah dada, penis, dan lain sebaginnya. Pada

saat itu mereka mulai memperhatikan tubuhnya dan penampilan

dirinya dan sering membandingkan dirinya dengan orang lain.

Selain tertarik pada dirinya, juga mulai muncul perasaan tertarik

kepada teman sebaya yang berlawanan jenis. (Sadock, 2013)

Pertumbuhan badan remaja yang telah mecapai bentuk

yang sempurna seperti orang dewasa menimbulkan tanggapan

masyarakat yang berbeda. Remaja diharapkan daoat memenuhi

tanggung jawab orang dewasa, tetapi berhubungan antara

pertumbuhan fisik dan pematangan psikisnya masih ada jarak yang

cukup lebar, maka kegagalan yang sring dialami remaja dapat

memenuhi tuntutan sosial tersebut. Keadaan ini dapat menyebakan

frustasi dan konflik-konflik batin pada remaja terutama bila tidak

ada pengertian dari orang dewasa. Hal ini merupakan salah satu

sebab mengapa para remaja lebih dekat dengan teman sebaya

daripada dengan orag dewasa. (Sadock, 2013)

Perilaku beresiko pada remaja

Pada masa remaja, perubahan biologis, psikologis, dan sosial

terjadi dengan pesat. Hal ini menuntut perubahan perilaku remaja untuk

menyesuaikan diri dengan kondisi mereka saat ini. Pada beberapa remaja,

proses penyesuaian ini bisa berlangsung tanpa masalah berarti karena

mereka berhasil mengenali identitas diri dan mendapat dukungan sosial

yang cukup. Kedua hal tersebut penting berperan dalam penyesuaian diri

Page 13: kasus 4

13

remaja. Namun sebagian remaja yang lain dapat mengalami persoalan

penyesuaian diri. Kesulitan penyesuaian diri remaja biasanya diawali

dengan munculnya perilaku-perilaku yang beresiko menimbulkan

persoalan psikososial remaja baik pada level personal maupun sosial. Di

Indonesia diketahui sebagian remaja terlibat dalam perilaku-perilaku

beresiko terhadap kesehatan mentalnya, seperti: mengebut dan berakibat

kecelakaan; kekerasan/tawuran/bullying; kekerasan dalam pacaran;

kehamilan yang tidak direncanakan; perilaku seks beresiko; terkena

penyakit menular seksual seperti hepatitis dan HIV-AIDS; merokok dan

penyalahgunaan alkohol pada usia dini; penggunaan ganja dan zat-zat

adiktif lainnya (untuk lebih detail lihat tabel 1). Perilaku beresiko remaja

membuat mereka sering dicap sebagai anak-remaja bermasalah dan

akhirnya mereka diperlakukan secara negatif dari lingkungan sosialnya.

Perilaku beresiko remaja adalah bentuk perilaku yang dapat

membahayakan kesehatan dan kesejahteraan (well-being) remaja, bahkan

beberapa bentuk perilaku beresiko dapat merugikan orang lain. (Dekovic,

2000)

Tabel 1. Masalah yang banyak dihadapi remaja Indonesia

Masalah-masalah remaja

1. Perokok aktif: Perempuan: 0,7%; sedangkan lelaki: 47,0%

2. Peminum alkohol aktif: perempuan: 3,7%; lelaki: 15,5 %

3. Lelaki pengguna zat adiksi dihisap: 2,3%; dihirup: 0,3 %; ditelan 1,3%

4. Pengalaman seksual pada perempuan: 1,3%; lelaki: 3,7%

5. Lelaki yang memiliki pengalaman seks untuk pertama kali pada usia: <15

tahun: 1,0%; usia 16 tahun : 0,8%; usia 17 tahun: 1,2%; usia 18 tahun: 0,5%;

usia 19 tahun: 0,1%

6. Alasan melakukan hubungan seksual pertama kali sebelum menikah pada

remaja berusia 15-24 tahun ialah: Untuk perempuan alasan tertinggi adalah

Page 14: kasus 4

14

karena terjadi begitu saja (38,4%); dipaksa oleh pasangannya (21,2%).

Sedangkan pada lelaki, alasan tertinggi ialah karena ingin tahu (51,3%); karena

terjadi begitu saja (25,8%)

7. Delapan puluh empat orang (1%) dari responden pernah mengalami kehamilan

yang tidak direncanakan, 60% di antaranya mengalami atau melakukan aborsi

8. Persentase kasus AIDS pada pengguna napza suntik di Indonesia berdasarkan

jenis kelamin, yaitu: lelaki: 91,8%; perempuan: 7,5%; tidak diketahui: 0,7%

9. Prevalensi kecenderungan gangguan mental-emosional remaja usia 15-24 tahun

ke atas (berdasarkan self-report questionnaire) menurut karakteristik responden

adalah: 8,7%

Sumber: Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007 pada remaja

perempuan dan laki-laki berusia 15-19 tahun yang tidak menikah.

Resiko kesehatan remaja

Permasalahan remaja

Menurut Dekovic, timbulnya permasalah remaja disebabkan oleh berbagai

faktor yang sangat kompleks. Secara garis besar dikelompokan sebagai berikut:

a. Adanya perubahan-perubahan biologis dan psikologis yang sangnat

pesat pada masa remaja yang akan memberikan dorongan tertentu yang

sangat kompleks.

b. Orang tua dan pendidik kurang siap untuk memberikan informasi yang

benar dan tepat waktu karena ketidaktauannya

c. Perbaikan gizi yang menyebabkan menars menjadi lebih dini

d. Kejadian kawin muda masih banyak terutama di pedesaan. Sebaliknya,

di perkotaan kesempatan untuk bersekolah dan bekerja menjadi lebih

terbuka bagi wanita sehingga usia kawin muda bertambah.

Kesenjangan antara menars dan usia kawin yang makin panjang dan

disertai pergaulan yang makin bebas tidak jarang menilbulkan

masalah.

Page 15: kasus 4

15

e. Membaiknya sarana komunikasi dan transportasi akibat kemajuan

teknologi sehingga sulit melakukan seleksi terhadap informasi dari luar

f. Pembangunan ke arah indutrialisasi disertai penambahan penduduk

yang menyebabkan peningkatan urbanisasi, berkurangnya sumber daya

alam dan terjadi perubahan tata nilai. Ketimpangan sosial dan

individualisme sering memicu terjadinya konflik perorangan maupun

kelompok. Lapangan kerja yang kurang memadai sapat memebrikan

dampak yang kurang baik sehingga remaja menderita frustasi dan

depresi yang menyebabkan mereka mengambil jalan pintas dengan

melakukan tidakan negatif.

g. Kurangnya pemanfaatan penggunaan sarana untuk menyalurkan

gejolak remaja. Perlu adanya penyaluran sebagai substitusi yang

positif ke arah pengembangan ketrampilan yang mengandung unsur

kecepatan dan kekuatan misalnya olahraga.

Secara garis besar masalah kesehatan remaja dapat dibagi ke dalam dua

golongan masalah, yaitu masalah kesehatan fisik dan masalah kesehatan perilaku

yang menimbulkan kelainan fisis. (Dekovic, 2000)

A. Masalah Kesehatan Fisik

Penyakit-penyakit ringan yang terjadi ppada remaja tetap merupakan

masalah yan harus mendapat perhatian, sebab bila tidak ditanggulangi

dapat menurunkan kualitas remaja sebagai sumber daya manusia.

Beberapa penyakit yang sering dijumpai antara lain:

- Akne

- Gangguan pada mata

- Gangguan pendengaran

- Karies dentis

- Masalah gizi

B. Masalah Perilaku

Berikut beberapa karakteristik remaja yang dapat menimbulkan

berbagai permasalahan pada diri remaja, yaiut:

- Kecangguangan dalam pergaulan dan kekauan dalam gerakan

Page 16: kasus 4

16

- Ketidakstabilan emosi

- Adanya perasaan kosong akibat perombakan padangan dan

petunjuk hidup

- Adanya sikap menentang dan menentang orang tua

- Pertentangan didalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab

pertentanga-pertentangan dengan orang tua.

- Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak

sanggup memenuhi semuanya

- Sering bereksperimen

- Sering bereksplorasi

- Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan

- Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan

kegiatan berkelompok.

Beberapa perilaku menyimpang yang terjadi pada remaja, antara lain:

a. Alkohol dan obat-obatan terlarang

b. Kecelakaan

c. Merokok

d. Hubungan seksual pra-nikah

Perilaku negatif pada anak-remaja bermasalah dapat terjadi karena

disebabkan pemahaman yang kurang tepat atas perilaku beresiko. Sering perilaku

beresiko hanya dilihat sebagai akibat kenakalan remaja semata, akibatnya orang

segera mengambil keputusan untuk ”memperbaiki” si remaja bermasalah. Perilaku

beresiko remaja yang disebabkan oleh gangguan penyesuaian diri muncul karena

dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri remaja (internal) maupun faktor dari luar

diri (eksternal). (Dekovic, 2000)

Faktor internal meliputi:

1) Problem psikologis dan sosial yang sedang dihadapi.

Menghadapi masa remaja yang penuh tantangan membuat

remaja rentan menghadapi tekanan, akibatnya dapat muncul

Page 17: kasus 4

17

persoalan psikologis seperti stress dan depresi. Belum lagi jika

ditambah remaja dengan kebutuhan khusus dan gangguan

psikopatologis. (Dekovic, 2000)

2) Kontrol diri yang lemah.

Remaja yang tidak terbiasa mengendalikan diri dan

mempertahankan usaha untuk mencapai tujuan yang lebih

tinggi, cenderung mudah terlena untuk mendapatkan

kenikmatan instant dengan melakukan perilaku beresiko, yang

justru pada akhirnya malah menambah persoalan baru.

(Dekovic, 2000)

Beberapa faktor eksternal diantaranya adalah:

3) Persoalan keluarga. Pendidikan nilai yang salah di keluarga,

problem komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan

keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Hubungan

orang tua-anak yang kurang harmonis dan otoriter membuat

remaja sulit terbuka menyampaikan persoalan yang

dihadapinya pada orang tua, akibatnya anak kesulitan

menyelesaikan persoalannya dan terjerumus dalam perilaku

beresiko. (Dekovic, 2000)

4) Pengaruh negatif teman sebaya. Sikap dan perilaku teman

sebaya yang negatif juga dapat mempengaruhi perilaku remaja.

Upaya remaja untuk dapat diterima di kelompok sebayanya

membuat mereka mudah terpengaruh dan sulit menolak ajakan

teman, bahkan untuk hal yang dapat merugikan diri atau orang

di sekitarnya. (Dekovic, 2000)

5) Pengaruh negatif komunitas. Kemiskinan, kurangnya akses

pendidikan, komunitas yang acuh dan permisif pada

pelanggaran dapat membuat remaja lebih rentan terjerumus

dalam perilaku beresiko dan menghambat perkembangan diri

remaja. (Dekovic, 2000)

Page 18: kasus 4

18

Contoh penjelasan perilaku beresiko pada remaja:

a. Penyalahgunaan obat pada remaja

Penyalahgunaan zat atau obat-obatan seperti alkohol, temabakau, heroin,

morfin, dan lain-lain dikalangan remaja harus mendapat perhatian serius

mengingat luasnya penggunaan zat atau obat-obatan tersebut pada remaja,

baik yang dikaitkan pada kebudayaan maupin akibat pergaulan sehari-

hari. Meskipun berakibat buruk terhadap individu pengguna maupun

orang lain, namun pengguna zat atau obat-obatan tersebut sulit dihentikan

karena mempunyai efek ketergantungan dan sindrom putus obat apabila

pemakaian dihentikan.(SKRRI, 2007)

b. Merokok pada remaja

Merokok adalah sebuah kebiasaan yang sulit dihentikan, serta

memberikan dampak buruk bagi si perokok maupun orang-orang

disekitarnya. Terdapat banyak faktor resiko untuk merokok seperti faktor

psikologi, biologi, lingkungan dan peraturan penjualan rokok. Asap rokok

adalah sebuah karsinogen kelas A, terpapar dengannya mempunyai

dampak terutamma pada kesehatan anak. Merokok pada anak-anak dan

kaum muda dihubungkan dengan masalah-masalah medik krinis dan

kekambuhan serta kematian dini pada dewasa.(SKRRI, 2007)

c. Bunuh diri pada remaja

Bunuh diri pada remaja tidak terjadi secara acak dan bahwa tidak ada

unsur universal potensial untuk itu. Korban bunur diri cenderung dari

kelompok berseiko seperti penyalahgunaan NAPZA, individu dengan

gangguan jiwa atau mental tertentu seperti deprsei. Selain itu perilaku

bunuh diri pada mereka yang mengalami stress, dipengaruhi oleh:

Tersedianya alat-alat atau sarana untuk melakukan bunuh diri.

Kemungkinana faktor keluarga atau teman individu yang

memandang bunuh diri sebagai suatu hal yang sah, dapat

dimengerti, atau tingkah laku yang benar atau sebagai suatu yang

kurang dapat dimengerti.(SKRRI, 2007)

Page 19: kasus 4

19

d. Gangguan tingkah laku, kenakalan, dan tindak kekerasan remaja

Masa remaja adalah periode kehidupan yang penuh dengan dinamika,

diamna pada masa ini terjadi perkembangan dan perubahan yang sangat

pesat. Berbagai macam kekerasan dapat terjadi pada remaja. Kekerasan

ini sangat berdampak pada remaja yaitu dapat menyebabkan kematian,

kecerdasan, trauma, emosi yang dalam, dan cenderung menjadi pelaku

kekerasan tersebut. Banyak faktor terjadinya kekerasan pada remaja.

Intervendi pencegahan perlu dilakukan sehingga dapat mengurangi angka

kejadian dan meminimalkan dampak yang terjadi.(SKRRI, 2007)

3. Bagaimana dampak kehamilan pada remaja ?

Resiko tinggi kehamilan usia dibawah 20 tahun antara lain:

a. Resiko bagi ibunya :

(1) Mengalami perdarahan.

Perdarahan pada saat melahirkan antara lain disebabkan karena

otot rahim yang terlalu lemah dalam proses involusi. selain itu

juga disebabkan selaput ketuban stosel (bekuan darah yang

tertinggal didalam rahim).kemudian proses pembekuan darah yang

lambat dan juga dipengaruhi oleh adanya sobekan pada jalan lahir.

(Timmreck, 2005)

(2) Kemungkinan keguguran / abortus.

Pada saat hamil seorang ibu sangat memungkinkan terjadi

keguguran. hal ini disebabkan oleh faktor-faktor alamiah dan juga

abortus yang disengaja, baik dengan obat-obatan maupun

memakai alat. (Timmreck, 2005)

(3) Persalinan yang lama dan sulit.

Page 20: kasus 4

20

Adalah persalinan yang disertai komplikasi ibu maupun

janin.penyebab dari persalinan lama sendiri dipengaruhi oleh

kelainan letak janin, kelainan panggul, kelaina kekuatan his dan

mengejan serta pimpinan persalinan yang salah. (Timmreck, 2005)

(4) Kematian ibu.

Kematian pada saat melahirkan yang disebabkan oleh perdarahan

dan infeksi. (Timmreck, 2005)

b. Dari bayinya :

(1) Kemungkinan lahir belum cukup usia kehamilan.

Adalah kelahiran prematur yang kurang dari 37 minggu (259 hari).

hal ini terjadi karena pada saat pertumbuhan janin zat yang

diperlukan berkurang. (Timmreck, 2005)

(2) Berat badan lahir rendah (BBLR).

Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan yang kurang dari 2.500

gram. kebanyakan hal ini dipengaruhi kurangnya gizi saat hamil,

umur ibu saat hamil kurang dari 20 tahun. dapat juga dipengaruhi

penyakit menahun yang diderita oleh ibu hamil. (Timmreck, 2005)

(3) Cacat bawaan.

Merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat

pertumbuhan.hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya

kelainan genetik dan kromosom, infeksi, virus rubela serta faktor

gizi dan kelainan hormon. (Timmreck, 2005)

4. Permasalahan kehamilan pada remaja

A. Bahaya ibu dan janin

a) Keguguran.

Page 21: kasus 4

21

Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak disengaja.

misalnya: karena terkejut, cemas, stres. Tetapi ada juga keguguran

yang sengaja dilakukan oleh tenaga non profesional sehingga dapat

menimbulkan akibat efek samping yang serius seperti tingginya angka

kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat

menimbulkan kemandulan. (Timmreck, 2005)

b) Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan

kelainan bawaan.

Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi

terutama rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat

badan lahir rendah (BBLR) juga dipengaruhi gizi saat hamil kurang

dan juga umur ibu yang belum menginjak 20 tahun. cacat bawaan

dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilan,

pengetahuan akan asupan gizi rendah, pemeriksaan kehamilan (ANC)

kurang, keadaan psikologi ibu kurang stabil. selain itu cacat bawaan

juga di sebabkan karena keturunan (genetik) proses pengguguran

sendiri yang gagal, seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit

sytotec) atau dengan loncat-loncat dan memijat perutnya sendiri.

(Timmreck, 2005)

Ibu yang hamil pada usia muda biasanya pengetahuannya akan

gizi masih kurang, sehingga akan berakibat kekurangan berbagai zat

yang diperlukan saat pertumbuhan dengan demikian akan

mengakibatkan makin tingginya kelahiran prematur, berat badan lahir

rendah dan cacat bawaan. (Timmreck, 2005)

c) Mudah terjadi infeksi.

Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress

memudahkan terjadi infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas.

(Timmreck, 2005)

Page 22: kasus 4

22

d) Anemia kehamilan / kekurangan zat besi.

Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan

kurang pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat hamil di usia

muda.karena pada saat hamil mayoritas seorang ibu mengalami

anemia. tambahan zat besi dalam tubuh fungsinya untuk

meningkatkan jumlah sel darah merah, membentuk sel darah merah

janin dan plasenta.lama kelamaan seorang yang kehilangan sel darah

merah akan menjadi anemis. (Timmreck, 2005)

e) Keracunan Kehamilan (Gestosis).

Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan

anemia makin meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam bentuk

pre-eklampsia atau eklampsia. Pre-eklampsia dan eklampsia

memerlukan perhatian serius karena dapat menyebabkan kematian.

(Timmreck, 2005)

f) Kematian ibu yang tinggi.

Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena

perdarahan dan infeksi. Selain itu angka kematian ibu karena

kebanyakan dilakukan oleh tenaga non profesional (dukun).

(Timmreck, 2005)

B. Penerimaan masyarakat dan dukungan keluarga

Remaja banyak yang telah melakukan hubungan seks pranikah

sehingga mengakibatkan kehamilan yang tidak diinginkan. Situasi ini

tentu saja sangat menyulitkan orang tua dan remaja yang bersangkutan.

Mengalami kehamilan pada masa remaja, bagaimana pun, pasti

menimbulkan konsekuensi yang sulit tidak saja bagi remaja yang

bersangkutan, tetapi juga bagi seluruh anggota keluarga yang lain.

Beberapa remaja yang hamil di luar nikah terpaksa diungsikan jauh dari

Page 23: kasus 4

23

keluarga untuk menutupi rasa malu keluarga. Meskipun tindakan tersebut

tidak menyelesaikan masalah, namun cara ini dipandang lebih bijaksana

dan memadai dibandingkan membiarkannya menjadi cemoohan tetangga

dan lingkungan. (Timmreck, 2005)

Kehamilan di luar nikah membuktikan bahwa seorang remaja tidak

dapat mengambil keputusan yang baik dalam pergaulannya. Salah satu

dampak negatif dari remaja yang hamil di luar nikah adalah putus sekolah.

Umumnya, remaja tersebut tidak memperoleh penerimaan sosial dari

lembaga pendidikannya, sehingga harus dikeluarkan dari sekolah. Selain

itu, masyarakat akan mencemooh, mengisolasi atau mengusir terhadap

remaja yang hamil di luar nikah. Resiko psikologis dan sosial antara lain

meliputi pengucilan, stigma, diskriminasi sosial, trauma, kehilangan

berbagai hak, depresi, dan sebagainya. (Timmreck, 2005)

Banyak sekali remaja yang hamil di luar nikah mengalami depresi.

Depresi pada remaja putri yang hamil di luar nikah dapat terjadi karena

rasa malu, tidak diterima dalam lingkungan masyarakat sekitar, dikucilkan

dan akhirnya merasa putus asa serta menganggap bahwa dirinya tidak

pantas untuk hidup. Menurut Lumongga (2009), depresi adalah gangguan

perasaan (afek) yang ditandai dengan afek disforik (kehilangan

kegembiraan atau gairah) disertai dengan gejala-gejala lain, seperti

gangguan tidur dan menurunnya selera makan. (Timmreck, 2005)

Depresi merupakan suatu bentuk gangguan afektif yang gejala

pokoknya adalah timbulnya perasaan sedih yang berlebihan. Gangguan ini

tidak hanya dapat termanifestasikan pada aspek sosial, tetapi juga pada

fisik, kognisi dan motivasional. Depresi juga dapat terjadi pada siapa saja.

Depresi yang banyak terjadi pada usia remaja, di mana pada usia ini

merupakan periode “badai dan stres” yang ditandai dengan kemurungan,

kekacauan di dalam diri dan pemberontakan. Percobaan bunuh diri pada

Page 24: kasus 4

24

usia remaja saat ini, merupakan salah satu bukti bahwa mereka tidak dapat

menahan depresi atau kecemasan yang berlarut-larut. (Timmreck, 2005)

Di lain pihak, sebagian remaja yang mengalami depresi menjadi

tertekan karena suatu keadaan yang berbeda dari kesedihan dan sering kali

menyertai masalah-masalah keperilakuan. Para remaja ini benar-benar

tidak bahagia dengan kehidupan mereka dan cenderung terlibat dalam

masalah. Untuk itu remaja hanya mengurung diri di kamar, memandang

hidupnya, seakan hilang harapan, tidak ada yang bisa memahami dirinya.

(Timmreck, 2005)

Remaja tidak mau berbicara dengan orang-orang, tidak berani

berjumpa dengan orangorang, berpikir yang negatif tentang diri sendiri

dan tentang orang lain, sehingga hidup terasa sangat berat dan melihat

masalah lebih besar dari dirinya. Remaja menjadi pesimis kehilangan rasa

percaya diri, semangat hidup, kreativitas, dan antusiasme serta optimisme.

(Timmreck, 2005)

C. Unsafe abortion

Pengertian Aborsi

Aborsi merupakan upaya penghentian kehamilan ketika janin

belum dapat hidup di luar kandungan. Aborsi menurut KUHP :

Pengeluaran hasil konsepsi pada setiap stadium perkembangannya

sebelum masa kehamilan yang lengkap tercapai (37-42 minggu).

Pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan

(berat kurang dari 500 gram atau kurang dari 20 minggu). (Depkes, 2002)

Jenis Aborsi Berikut ini terdapat beberapa jenis aborsi :

1. Abortus Spontanea : Abortus yang berlangsung tanpa tindakan,

sepertikecelakaan.

2. Abortus Imminens : Peristiwa terjadinya pendarahan dari uterus pada

kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam

uterus, tanpa adanya dilatasi serviks.

Page 25: kasus 4

25

3. Abortus Insipiens : Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan

sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang

meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.

4. Abortus Inkompletus : Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada

kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam

uterus.

5. Abortus Kompletus : Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.

6. Abortus Provokatus/Induced abortion atau procured abortion :

Abortus yang sengaja dibuat atau disengaja.Abortus provokatus dibagi

menjadi beberapa bagian :

- Therapeutic Abortion : Pengguguran yang dilakukan karena

kehamilan tersebut mengancam kesehatan jasmani atau rohani sang

ibu, terkadang dilakukan sesudah pemerkosaan.

- Eugenic Abortion : Pengguguran yang dilakukan terhadap janin

yang cacat. (Depkes, 2002)

Pengertian Unsafe Abortion

Aborsi tidak aman (Unsafe Abortion) adalah penghentian

kehamilan yang dilakukan oleh orang yang tidak terlatih / kompeten dan

menggunakan sarana yang tidak memadai, sehingga menimbulkan banyak

komplikasi bahkan menyebabkan kematian. (Depkes, 2002)

Unsafe abortion adalah upaya untuk terminasi kehamilan muda

dimana pelaksanaan tindakan tersebut tidak mempunyai cukup keahlian

dan prosedur standar yang aman sehingga dapat membahayakan

keselamatan jiwa pasien.(WHO, 1998)

Umumnya aborsi yang tidak aman terjadi karena tidak tersedianya

pelayanan kesehatan yang memadai. Apalagi bila aborsi dikategorikan

tanpa indikasi medis, seperti korban perkosaan, hamil diluar nikah,

kegagalan alat kontrasepsi dan lain-lain. Ketakutan dari calon ibu dan

pandangan negatif dari keluarga atau masyarakat akhirnya menuntut calon

ibu untuk melakukan pengguguran kandungan secara diam-diam tanpa

memperhatikan resikonya.

Metode Unsafe Abortion :

Page 26: kasus 4

26

1. Kuretase tidak steril

2. Menkonsumsi obat-obatan

3. Memasukan benda asing ke dalam vagina

4. Pijat

Ciri-ciri Unsafe Abortion

1. Dilakukan oleh tenaga medis atau non medis

2. Kurangnya pengetahuan baik pelaku ataupun tenaga pelaksana

3. Kurangnyafasilitasdansarana

4. Status ilegal

Pencegahan Unsafe Abortion

1. Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah.

2. Memanfaatkan waktu luang dengan melakukan kegiatan positif seperti

berolahraga, seni, dan keagamaan.

3. Menghindari perbuatan-perbuatan yang akan menimbulkan dorongan

seksual, seperti meraba-raba tubuh pasangannya dan menonton video

porno.

4. Sex education.

5. Peningkatan Sumber DayaManusia.

6. Penyuluhan tentang aborsi dan bahayanya.

7. Kerja sama dengan pemuka agam dan tokoh adat.

Akibat Unsafe Abortion

Di Indonesia sering dilakukan aborsi yang tidak aman bahkan tidak

lazim dan oleh dukun aborsi bisa mengakibatkan dampak negatif secara

fisik, psikis, sosial terutama bila dilakukan secara tidak aman. Berikut ini

adalah akibat dari aborsi yang tidak aman. (Depkes, 2002)

a. Risiko Fisik

Perdarahan dan komplikasi merupakan salah satu resiko aborsi, aborsi

yang berulang mengakibatkan komplikasi dan kemandulan. Selain itu

mengakibatkan perlukaan dan infeksi Aborsi yang dilakukan secara

tidak aman bisa berakibat fatal yaitu kematian. (Depkes, 2002)

b. Risiko Psikis

Page 27: kasus 4

27

Penderita aborsi sering mengalami perasaan takut, panik, stress, trauma.

Kecemasan karena rasa bersalah, atau dosa akibat aborsi bisa

berlangsung lama. Pelaku aborsi juga sering kehilangan kepercayaan

diri. (Depkes, 2002)

c. Risiko Sosial

Resiko lain adalah pendidikan menjadi terputus dan masa depan

terganggu.

d. Risiko Ekonomi

Biaya aborsi cukup tinggi. Bila terjadi komplikasi maka biaya akan

semakin tinggi. (Depkes, 2002)

Undang- Undang Aborsi dalam KUHP No 36 Tahun 2009

Pasal 346 : Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau

mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk

itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

Pasal 347 : (1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau

mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya,

diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita

tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh

tahun.

Pasal 348 : (1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau

mematikan kandungan seorang wanita dengan

persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama

lima tahun enam bulan.

(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita

tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh

tahun.

Pasal 349 : Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu

melakukan kejahatan berdasarkan pasal 346, ataupun

melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan

yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana

yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan

Page 28: kasus 4

28

sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian

dalam mana kejahatan dilakukan.

Pasal 350 : Dalam hal pemidanaan karena pembunuhan, karena

pembunuhan dengan rencana, atau karena salah satu

kejahatan berdasarkanP asal 344, 347 dan 348, dapat

dijatuhkan pencabutan hak berdasarkan pasal 35 No. 1- 5.

Pasal 194 : Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak

sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

75 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10

(sepuluh) tahun dan denda paling banyak

Rp1.000.000.000,00 (satumiliar rupiah).

75 ayat (2): Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

dikecualikan berdasarkan:

a. Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia

dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan /

atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan /

atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki

sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar

kandungan; atau

b. Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan

trauma psikologis bagi korban perkosaan. (Depkes,

2002)

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan :

1. Aborsi adalah penghentian kehamilan sebelum usia janin 20

minggu atau berat janin 500 mg (WHO). (Depkes, 2002)

2. Pelayanan Aborsi yang bermutu, aman dan bertanggung jawab

adalah pelayanan aborsi yang dilakukan oleh tenaga medis terlatih,

ditempat / klinik terdaftar, menggunakan metode dan peralatan

yang memenuhi standar WHO, tidak diskriminatif dan tidak

mengutamakan imbalan materi daripada indikasi medis. (Depkes,

2002)

Page 29: kasus 4

29

3. Yang dimaksud dengan praktik aborsi yang tidak bermutu, tidak

aman, dan tidak bertanggung jawab adalah aborsi yang dilakukan

dengan paksaan dan tanpa persetujuan perempuan yang

bersangkutan, yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang tidak

profesional, tanpa mengikuti standar profesi dan pelayanan yang

berlaku, diskriminatif, atau lebih mengutamakan imbalan materi

dari pada indikasi medis (diambil dari UU No36/2009). (Depkes,

2002)

4. Indikasi Kedaruratan medis adalah kondisi kehamilan yang

menurut pendapat dokter dapat membahayakan kesehatan ibu atau

janinnya. (Depkes, 2002)

5. Perkosaan adalah pemaksaan fisik dan non fisik dalam hubungan

seksual atau perusakan organ reproduksi yang dilakukan dengan

berbagai cara terhadap seseorang oleh siapapun baik dalam ikatan

keluarga maupun diluar ikatan keluarga. (Depkes, 2002)

6. Konseling kesehatan reproduksi adalah proses memberdayakan

klien yang dilakukan oleh konselor kesehatan reproduksi agar klien

dapat mengambil keputusan yang bertanggung jawab. (Depkes,

2002)

7. Konselor kesehatan reproduksi adalah setiap orang yang telah

mendapatkan pelatihan konseling kesehatan reproduksi dan telah

bersertifikat. (Depkes, 2002)

Indikasi kedarutan medis bagi kehamilan, meliputi:

1. Penyakit-penyakit fisik pada perempuan yang secara kesehatan

akan semakin parah apabila kehamilan dilanjutkan

2. Kehamilan yang disertai dan akan menyebabkan gangguan

kejiwaan berdasarkan pendapat dokter atau psikolog.

3. Kehamilan akibat perkosaan, yakni pemaksaan secara fisik dan

non fisik secara seksual, baik dalam ikatan keluarga maupun diluar

ikatan keluarga. (Depkes, 2002)

Indikasi kedarutan medis bagi janin, meliputi:

Page 30: kasus 4

30

Kelainan pada janin jika diketahui janin karena menderita penyakit-

penyakit atau cacat bawaan, yang tidak dapat diperbaiki sehingga

menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan. (Depkes, 2002)

Indikasi Korban perkosaan

1. Setiap korban perkosaan akan mengalami trauma yaitu goncangan

emosional yang mendalam pada korban yang bisa merusak seluruh

hari depannya, sehingga berhak mendapatkan layanan konseling

yang memadai.

2. Setiap korban perkosaan berhak mendapatkan layanan pencegahan

kehamilan, pemeriksaan penularan IMS termasuk HIV ,aborsi

aman dan penanganan komplikasilainnya sesuai kehendak dan

kebutuhan korban. (Depkes, 2002)

5. Perawatan pada remaja hamil dan melahirkan

Perawatan kehamilan pada remaja

Proses keperawatan umtuk remaja yang hamil:

I. Temuan pengkajian

Manifestasi klinis yang mengindikasikan kehamilan antara lain

berhentinya periode menstruasi dan adanya pembesaran payudara. Pada

umunya remaja menyangkal kehamilannya sehingga pengenalan sejak

awal oleh orang tua atau tenaga kesehatan sangat penting untuk menetukan

waktu awal perawatan prenatal.

II. Diagnosis

Lakukan pemeriksaan untuk mengetahui adanya gangguan pertumbuhan

dan perkembangan.

III. Perencanaan dan identifikasi

Remaja akan memahami dan mengikuti rencana perawatan

IV. Implementasi

Page 31: kasus 4

31

a. Kaji kemungkinan adanya komplikasi akibat kehamilan

b. Implementasikan rencana keperawatan

Dalam berkolaborasi dengan remaja yang mengalami kehamilan dan

orang terdekatnya, meliputi:

- Asuhan keperawatan prenatal

- Asupan nutrisi yang tidak tepat

- Aktivitas fisik

- Menghindari alkohol, obat-obatan tanpa resep dokter, nikotin, dan

obat-obatan terlarang

- Dukungan emosional

- Rencana untuk melahirkan

- Rencana untuk merawat bayi

- Bimbingan antisipasi tetang pengendalian kelahiran dan perilaku

seksual selanjutnya

V. Evaluasi akhir

Remaja memahami dan mengikuti rencana asuhan yang meningkatkan

kesehatan secara optimal baik bagi remaja maupun bagi bayinya.

6. Pencegahan dan penanggulangan kehamilan pada remaja

Penanganan kasus kehamilan pada remaja

Saat menemukan kasus unwanted pregnancy pada remaja, sebagai

petugas kesehatan:

1. Bersikap bersahabatan dengan remaja.

2. Memberi konseling pada remaja dan keluarga.

3. Apabila ada masalah yang serius agar diberikan jalan keluar yang

terbaik dan apabila belum bisa terselesaikan supaya

dikonsultasikan kepada dokter ahli.

4. Memberikan alternative masalah apabila terjadi kehamilan pada

remaja yaitu:

a. Diselesaikan secara kekeluargaan.

b. Segera menikah.

Page 32: kasus 4

32

c. Konseling kehamilan, persalinan dan keluarga berencana.

d. Pemeriksaan kehamilan sesuai standar.

e. Bila ada gangguan kejiwaan, rujuk ke psikiater.

f. Bila ada risiko tinggi kehamilan, rujuk ke SpOG

g. Bila tidak terselesaikan dengan menikah, anjurkan pada

keluarga supaya menerima dengan baik.

Upaya pencegahan kehamilan remaja:

1. Pencegahan primer.

Pencegahan primer meliputi: tidak terbatas pada mengajarkan kaum

muda tentang seksualitas. Selain itu, masyarakat harus membahas

ketidakadilan dalam memberi kesempatan yang menempatkan wanita

dan etnik minoritas dalam kondisi dimana mereka beresiko lebih besar

untuk menjadi korban masalah social, seperti kehamilan remaja.

Pelayanan yang komperhensif bagi para remaja harus tersedia.

2. Pencegahan sekunder.

Pencegahan sekunder harus mencakup pelayanan kontasepsi bagi

remaja yang aktif seksual.

3. Pencegahan tersier.

Harus mencakup kemudahan untuk memperoleh perawatan prenatal,

keluarga berencana dan perawatan lebih lanjut untuk bayi dan anak-

anak para remaja ini.

7. Program pemerintah pada kesehatan reproduksi remaja ?

Selama kurun waktu satu dekade perkembangan program kesehatan

remaja di Indonesia sebagai berikut :

Tahun 1994/95 program kesehatan remaja diawali dengan penyediaan

materi konseling kesehatan remaja dan pelayanan konseling di puskesmas.

Program tersebut belum bersifat Youth Friendly, dan belum melibatkan

partisipasi remaja secara penuh didalam kegiatan program. Selanjutnya

program kesehatan remaja mulai diperkenalkan dan dilaksanakan antara lain

melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dengan meningkatkan pengetahuan

Page 33: kasus 4

33

dan kemampuan petugas kesehatan yang bertanggung jawab terhadap program

UKS, tenaga guru (guru BP/BK), kader kesehatan sekolah atau kader Palang

Merah Remaja (PMR), dan Saka Bhakti Husada (SBH). (Depkes, 2002)

Sebagai tindak lanjut Lokakarya Nasional tentang Kesehatan

Reproduksi yang diselenggarakan pada tahun 1996, maka pada tahun 1998

terbentuk Pokja Nasional Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) yang leading

sektornya adalah Depdiknas. Pokja KRR ini baru menyusun peran dan fungsi

masing-masing sektor/program terkait dan belum ada program spesifik yang

diimplemntasikan. Tahun 1997/98, dilanjutkan dengan pengembangan

pelayanan kesehatan remaja di puskesmas melalui pendekatan kemitraan

dengan sektor terkait (BKKBN, Depdiknas, Depag, Depsos) yang

dilaksanakan di propinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah. Dalam hal ini sektor

kesehatan sebagai supply side bertanggung jawab untuk menyediakan layanan

kesehatan remaja di puskesmas sedangkan sektor terkait lainnya sebagai

demand side yaitu pihak yang bertanggung jawab untuk mempersiapkan

remaja agar dapat memanfaatkan/memperoleh pelayanan di puskesmas.

Melalui program ini, mulai disusun materi-materi KIE tentang kesehatan

reproduksi remaja berupa Materi Inti KRR bagi petugas kesehatan dan modul

pelatihannya serta buku saku bagi remaja. (Depkes, 2002)

Kebijakan dan strategi yang mendukung program ini dikembangkan

dari kebijakan dan strategi yang ada dalam program pembinaan kesehatan

anak usia sekolah. Sektor terkaitpun dalam mendukung program tersebut

mengembangkan kebijakan dan melakukan sosialisasi serta advokasi di jajaran

masing-masing, tetapi nampaknya fungsi kemitraan masih belum saling

memperkuat sehingga akses remaja ke puskesmas maupun unit pelayanan

kesehatan lainnya seperti Rumah Sakit masih rendah. (Depkes, 2002)

Tahun 2000, pengembangan pelayanan kesehatan remaja dimantapkan

dengan pengenalan komponen Youth Friendly Health Services (YFHS) yang

titik masuknya melalui kesehatan reproduksi remaja. Selain itu mulai

terbentuk tim KRR diberbagai tingkatan (propinsi, kabupaten/kota, kecamatan

dan puskesmas). Karena kegiatan program lebih banyak pada peningkatan

Page 34: kasus 4

34

fungsi kemitraan sehingga operasionalisasi YFHS sendiri belum berjalan

dengan baik. Kemudian YFHS tersebut disosialisasikan ke propinsi lainnya

dan sampai dengan tahun 2001 telah tersosialisasi ke 10 propinsi di Indonesia.

Tahun 2002 pengembangan program kesehatan remaja lebih diperluas

dan dimantapkan dengan memperkenalkan Pelayanan Kesehatan Peduli

Remaja (PKPR) dengan pendekatan yang berbeda dimana puskesmas

diberikan keleluasan berinovasi/kreatif untuk meningkatkan akses remaja

melalui pendekatan UKS, kegiatan Karang Taruna dan Anak Jalanan serta

kegiatan-kegiatan remaja lainnya yang dianggap potensial. Dengan demikian

puskesmas berupaya juga dalam meningkatkan kualitas pelayanannya melalui

penyediaan layanan yang memenuhi kebutuhan remaja dan berdasarkan

kriterianya (bersifat privasi dan konfindensial). Selain itu keterlibatan remaja

sangat ditonjolkan dalam kegiatan program dari perencanan sampai dengan

evaluasi. Materi kesehatan tidak hanya KRR saja tapi meliputi semua materi

kesehatan remaja (ditambahkan dengan NAPZA, dan Pendidikan

Keterampilan Hidup Sehat). Pelatihan tenaga kesehatan lebih difokuskan pada

praktek konseling. (Depkes, 2002)

Pada akhir tahun 2003 telah ada 10 Puskesmas di Jawa Barat dengan

PKPR sebagai model yang selanjutnya akan direplikasikan secara bertahap

didaerah lainnya. Juga telah disusun strategi operasional PKPR dan buku

pedoman PKPR. Didalam strategi pelaksanaan PKPR dikembangkan jejaring

kerja (net working) dengan LSM, pihak swasta dan profesional, serta adanya

aktifitas peer edukator (pendidik sebaya). Selain itu, untuk memenuhi salah

satu hak remaja tehadap informasi kesehatan reproduksi yang diperlukan,

Departemen Kesehatan telah menyediakan buku saku remaja tentang KRR

namun distribusinya masih jauh dari target yang diharapkan, sehingga untuk

melengkapi hal tersebut pada tahun 2003 diluncurkan website: Lincah.com.

(A link with community to adolescent health) yang memuat informasi tentang

masalah kesehatan remaja. Dalam rangka menerapkan Kebijakan dan Strategi

Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja melalui jalur Pendidikan baik

formal maupun non formal, Depdiknas telah menyusun dan menerbitkan

Page 35: kasus 4

35

buku-buku Panduan, Pedoman dan Bacaan mengenai Kesehatan Reproduksi

Remaja dengan sasaran Guru, Pamong Belajar dan Peserta Didik. (Depkes,

2002)

Tahun 2004, akan dilakukan perluasan jangkauan dan pemantapan

program PKPR berupa : peningkatan keterampilan petugas dan ditambahkan

pula materi kekerasan terhadap anak (yang meliputi kekerasan seksual

terhadap remaja), pengembangan pedoman perencanaan PKPR tingkat

kabupaten/kota (Distric planning guideline) serta akan dilakukan

penyempurnaan kebijakan dan strategi menjadi suatu kebijakan dan strategi

nasional kesehatan remaja di Indonesia.

Program-program kesehatan remaja meliputi:

A. Pendidikan kesehatan reproduksi remaja (KRR)

Pendidikan kesehatan reproduksi remaja (KRR) yang dilakukan oleh

sekolah merupakan salah satu upaya untuk membimbing remaja mengatasi

konflik seksualnya. Oleh berbagai pihak, sekolah dan guru dianggap sebagai

pihak yang layak memberikan pendidikan KRR ini. Pihak sekolah dan guru

melaksanakan pendidikan KRR ini dengan memasukkan materi KRR ke

dalam pelajaran Biologi, Penjaskes, dan Agama,sebagaimana kebijakan yang

ditetapkan Kemdiknas tentang strategi pendidikan KRR di sekolah.(BKKBN,

2001)

Penelitian yang dilakukan oleh Abidah Muflihati tentang Pelaksanaan

program pendidikan kesehatan reproduksi remaja berbasis sekolah. Proses

pelaksanaan program pendidikan KRR mengisyaratkan adanya berbagai

tahapan mulai dari program kerja sama dengan BKKBN sampai memasukkan

program tersebut datam layanan BK di kelas, dan dalam pelajaran Biologi,

Penjaskes, serta Agama.  Tahapan tersebut adalah tahap menerima informasi

tentang masalah seksualitas remaja, tahap menemukan program bimbingan

dan konseling adolescent reproductive health (BK-ARH) sebagai solusi, tahap

mengambil/ mengadopsi program BK-ARH, tahap menyiapkan pelaksanaan

kegiatan orientasi BK- ARH di sekolah, tahap petaksanaan kegiatan orientasi

Page 36: kasus 4

36

BK ARH, dan terakhir tahap pelembagaan program dengan memasukkan

program BK-ARH ke dalam salah situ layanan BK. Dalam proses pengajaran,

materi KRR disampaiIIn deb guru BK, Biologi, Penjaskes, dan Agama pada

waktu dan kelas yang berbeda-beda. Guru BK menggunakan kelas terpisah

pada saat menjelaskan tentang alat reproduksi, sedangkan tiga guru lainnya

menggunakan kelas campur.(BKKBN, 2001)

Materi yang disampaikan para guru mecakup aspek pengetahuan fisik,

aspek psikologis, dan aspek sosial/nilai.  Program penyuluhan dan Konseling

KRR yang dilakukan oleh guru BK bersama dengan guru Biologi, Penjaskes,

dan Agama merupakan upaya pelembagaan program pendidikan KRR.

Penyampaian materi KRR oleh keempat guru dalam pelajaran masing¬masing

membuat siswa dapat menjaga perilaku seksualnya agar tidak melakukan seks

pranikah dalam pacaran, meskipun sebenarnya para guru menekankan agar

tidak berpacaran. (BKKBN, 2001)

Upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan reproduksi

remaja 

Banyak hal yang dapat dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan

pengetahuan remaja tentang reproduksinya. Seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya upaya yang pertama bersifat preventif yakni melalui pendidikan.

Pihak sekolah dan guru berusaha mengintegrasikan pengetahuan-pengetahuan

tentang seksual atau reproduksi dalam mata pelajaran tertentu seperti Biologi,

Agama dan Pendidkan jasmani kesehatan. Diharapkan dengan adanya

integrasi ini siswa selain mengerti tentang materi pelajaran juga mampu

memunculkan sikap yang bias menjauhi perbuatan yang akan merusak

kesehatan mereka. (BKKBN, 2001)

Hal lain yang dapat dilakukan adalah memberikan layanan kepada

remaja seputar kesehatan reproduksi. Secara tradisional pelayanan kesehatan

khususnya hanya ada jika bidang tersebut sudah dianggap sebagai cabang

spesialis tersendiri. Sampai saat ini masalah kesehatan remaja belum menjadi

cabang spesialis tersendiri di dunia kedokteran sehingga pelayanan khusus

Page 37: kasus 4

37

untuk kesehatan remaja (adolescent health) juga belum ada. Mungkin karena

definisi remaja (adolesen) baru mulai di abad kedua puluh, dan itu pun pada

mulanya lebih dilihat dari aspek sosio-ekonomi. Mungkin pula pada usia

remaja adalah usia yang mengalami perubahan pesat dalam bidang kesehatan

fisik dan mental, dan banyak di antara perkembangan tersebut yang kemudian

menjadi determinan terhadap kesehatannya di kemudian hari. Dengan makin

banyaknya "drug and alcohol abuse" serta perilaku seks yang tidak sehat di

kalangan remaja sudah selayaknya jika masalah kesehatan remaja mendapat

perhatian penanganan secara khusus.  Bagi pemerintah, khusus nya

kementrian kesehatan telah membentuk semacam pusat kesehatan remaja yang

di sebut Pusat pelayanan kesehatan peduli remaja atau (PKPR). (BKKBN,

2001)

Puskesmas PKPR, memberikan layanan kesehatan bagi remaja

berbasis sekolah dan berbasis masyarakat. Pelayanan di puskesmas PKPR,

disesuaikan dengan kebutuhan remaja dengan peningkatan kualitas konseling

tenaga kesehatan dan pemberdayaan remaja sebagai ‘konselor’ sebaya. Materi

kesehatan yang menjadi prioritas adalah Tumbuh Kembang Remaja,

Kesehatan Reproduksi Remaja, HIV dan AIDS, Infeksi Menular Seksual

(IMS)/ Infeksi Saluran Reproduksi (ISR), Pengenalan Konsep Gender,

Pendidikan Kesehatan Hidup Sehat (PKHS), Penyalahgunaan NAPZA, Cara

Belajar Partisipatif dan Teknik Konseling. PKPR adalah pelayanan kesehatan

yang ditujukan dan dapat dijangkau oleh remaja, menyenangkan, menerima

remaja dengan tangan terbuka, menghargai remaja, menjaga kerahasiaan, peka

akan kebutuhan terkait dengan kesehatannya, serta efektif dan efisien dalam

memenuhi kebutuhan tersebut. (BKKBN, 2001)

Kriteria Puskemas mampu talaksana PKPR: 

1. Memberi pelayanan konseling pada semua remaja yang

memerlukan konseling

2. Melakukan pembinaan pada min. 1 sekolah dengan melakukan

kegiatan KIE kesehatan reproduksi min 2x setahaun.

Page 38: kasus 4

38

3. Melatih kader kesehatan remaja di sekolah minimal 10% dari

jumlah murid di sekolah binaan

Petugas PKPR adalah pengelola program pelayanan kesehatan remaja

di jajaran kesehatan dan organisasi profesi tingkat pusat, provinsi, kab/kota

serta pelaksana PKPR di puskesmas. Petugas PKPR tidak dapat bekerja

sendiri tetapi membentuk Jejaring dengan semua sektor pemerhati remaja baik

pemerintah dan lembaga sosial masyarakat (LSM). (BKKBN, 2001)

B. Program Kesehatan Reproduksi Remaja

Untuk meningkatkan status kesehatan khususnya remaja yang bersekolah

maupun tidak bersekolah, Kemeterian Kesehatan RI telah mengembangkan

Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) yang menekankan kepada petugas

yang peduli remaja, menerima remaja dengan tangan terbuka dan menyenangkan,

lokasi pelayanan mudah dijangkau, aman, menjaga kerahasiaan, kenyamanan dan

privasi, tidak ada stigma. (BKKBN, 2001)

Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) adalah Pelayanan Kesehatan

yang Peduli Remaja, melayani semua remaja dalam bentuk konseling dan

berbagai hal yang berhubungan dengan kesehatan remaja. Disini remaja tidak

perlu ragu dan khawatir untuk curhat/konseling, mendapatkan informasi yang

benar dan tepat untuk berbagai hal yang perlu diketahui remaja. (BKKBN, 2001)

Sasaran dari Pelayanan Kesehatan peduli Remaja (PKPR) ini adalah

Semua remaja dimana saja berada baik di sekolah atau di luar sekolah seperti

karang taruna, remaja mesjid/gereja/vihara/pura, pondok pesantren, asrama, dan

kelompok remaja lainnya. (BKKBN, 2001)

Jenis kegiatan dalam PKPR adalah pemberian informasi dan edukasi,

pelayanan klinis medis termasuk pemeriksaan penunjang, konseling, pendidikan

Keterampilan hidup sehat (PKHS), pelatihan Peer Counselor/ Konselor sebaya

dan pelayanan rujukan sosial dan medis. (BKKBN, 2001)

Pelayanan kesehatan sekolah ini meliputi pemeriksaan kesehatan,

pemeriksaan perkembangan kecerdasan, pemberian imunisasi, penemuan kasus-

kasus dini yang mungkin terjadi, pengobatan sederhana, pertolongan pertama serta

Page 39: kasus 4

39

rujukan bila menemukan kasus yang tidak dapat ditanggulangi di sekolah.

(BKKBN, 2001)

Pelayanan kesehatan sekolah ini meliputi pemeriksaan kesehatan,

pemeriksaan perkembangan kecerdasan, pemberian imunisasi, penemuan kasus-

kasus dini yang mungkin terjadi, pengobatan sederhana, pertolongan pertama serta

rujukan bila menemukan kasus yang tidak dapat ditanggulangi di sekolah.

(BKKBN, 2001)

Demi keberhasilan dalam pengembangan pelaksanaan Pelayanan

Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) digunakan strategi sebagai berikut :

1. Pemenuhan sarana dan prasarana dilaksanakan secara bertahap.

2. Penyertaan remaja secara aktif.

3. Penentuan biaya pelayanan serendah mungkin.

4. Dilaksanakan kegiatan minimal.Pemberian KIE, pelaksanaan

konseling serta pelayanan klinis medis termasuk rujukan. Tanpa

konseling pelayanan tidak akan disebut PKPR.

5. Ketepatan penentuan prioritas sasaran. Misalnya Pelayanan

Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) diperuntukkan bagi remaja yang

ada di sekolah.

6. Ketepatan pengembangan jenis kegiatan. Perluasan kegiatan

minimal PKPR ditentukan sesuai dengan masalah dan kebutuhan

setempat serta sesuai dengan kemampuan puskesmas.

7. Pelembagaan monitoring dan evaluasi internal. Monitoring dan

evaluasi secara berkala dilakukan oleh tim dari puskesmas dan tim

dari Dinas Kesehatan Kota/ Kabupaten. (BKKBN, 2001)

Persiapan dalam pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja adalah :

1. Sosialisasi internal Bertujuan untuk mendapatkan

kesepakatansemua staf puskesmas untuk menyelenggarakan PKPR

di Puskesmas.

Page 40: kasus 4

40

2. Penunjukan petugas pengelola Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja

(PKPR). 

3. Pembentukan Tim PKPR. Tim terdiri dari dokter puskesmas,

paramedis, petugas UKS, petugas penyuluh, petugas gizi dan

petugas lain yang dibutuhkan. 

4. Penentuan jenis kegiatan, pelayanan serta siapa yang menjadi

sasaran dalam pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR)

Pemenuhan sarana dan prasarana di puskesmas maupun di sekolah.

5. Baik di puskesmas maupun di sekolah harus disediakan ruangan

khusus pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR), karena dalam

kegiatannya ada konseling bagi remaja, tanpa disediakan ruangan

khusus dikuatirkan kerahasiaan masalah yang disampaikan oleh

remaja tidak akan terjamin.

6. Pelatihan Peer Counselor/ konselor sebaya  bagi remaja yang ada

di sekolah. (BKKBN, 2001)

Manfaat Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja ( PKPR) adalah :

Menambah wawasan dan teman melalui kegiatan-kegiatan

penyuluhan, dialog interaktif, Focus Group Discussion (FGD),

seminar, jambore, dll.

Konseling/curhat masalah kesehatan dan berbagai masalah remaja

lainnya (dan kerahasiaannya dijamin).

Remaja dapat menjadi peer counselor/kader kesehatan remaja agar

dapat ikut membantu teman yang sedang punya masalah.

(BKKBN, 2001)

Pendidikan kesehatan dapat berupa mata pelajaran ilmu kesehatan

atau upaya-upaya lain yang disisipkan dalam ilmu-ilmu lain seperti olah

raga dan kesehatan, ilmu pengetahuan alam dan sebagainya. Selain melalui

pelajaran, pendidikan kesehatan juga dapat diperkenalkan melalui

pendidikan kesehatan yang disisipkan pada kegiatan ekstrakurikuler untuk

menanamkan perilaku sehat peserta didik. Dengan adanya dukungan dari

Page 41: kasus 4

41

pihak sekolah atau pendidikan diharapkan dapat meminimalisir kejadian

atau masalah yang berhubungan dengan remaja. (BKKBN, 2001)

8. Hak kesehatan seksual dan hak kesehatan reproduksi pada keshatan

reproduksi remaja ?

Hak-Hak Reproduksi

Hak reproduksi perorangan adalah hak yang dimiliki oleh setiap orang,

baik laki-laki maupun perempuan (tanpa memandang perbedaan kelas sosial,

suku, umur, agama, dll) untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung

jawab (kepada diri, keluarga, dan masyarakat) mengenai jumlah anak, jarak

antar anak, serta penentuan waktu kelahiran anak dan akan melahirkan. Hak

reproduksi ini didasarkan pada pengakuan akan hak-hak asasi manusia yang

diakui di dunia internasional. (Depkes RI, 2002)

 

1. Menurut Depkes RI (2002) hak kesehatan reproduksi dapat dijabarkan

secara praktis, antara lain :

A. Setiap orang berhak memperoleh standar pelayanan kesehatan reproduksi

yang terbaik. Ini berarti penyedia pelayanan harus memberikan pelayanan

kesehatan reproduksi yang berkualitas dengan memperhatikan kebutuhan

klien, sehingga menjamin keselamatan dan keamanan klien.

B. Setiap orang, perempuan, dan laki-laki (sebagai pasangan atau sebagai

individu) berhak memperoleh informasi selengkap-lengkapnya tentang

seksualitas, reproduksi dan manfaat serta efek samping obat-obatan, alat dan

tindakan medis yang digunakan untuk pelayanan dan/atau mengatasi masalah

kesehtan reproduksi.

C. Setiap orang memiliki hak untuk memperoleh pelayanan KB yang aman,

efektif, terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan pilihan, tanpa paksaan dan

tak melawan hukum.

D. Setiap perempuan berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang

dibutuhkannya, yang memungkinkannya sehat dan selamat dalam menjalani

kehamilan dan persalinan, serta memperoleh bayi yang sehat.

Page 42: kasus 4

42

E. Setiap anggota pasangan suami-isteri berhak memilki hubungan yang didasari

penghargaan

F. Terhadap pasangan masing-masing dan dilakukan dalam situasi dan kondisi

yang diinginkan bersama tanpa unsure pemaksaan, ancaman, dan kekerasan.

G. Setiap remaja, lelaki maupun perempuan, berhak memperoleh informasi yang

tepat dan benar tentang reproduksi, sehingga dapat berperilaku sehat dalam

menjalani kehidupan seksual yang bertanggungjawab

H. Setiap laki-laki dan perempuan berhak mendapat informasi dengan mudah,

lengkap, dan akurat mengenai penyakit menular seksual, termasuk HIV/AIDS

Menurut ICPD (1994) hak-hak reproduksi antara lain :

A. Hak mendapat informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi.

B. Hak mendapat pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi

C. Hak kebebasan berpikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi

D. Hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan

E. Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kelahiran anak

F. Hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan

reproduksinya

G. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk

perlindungan dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan, dan pelecehan

seksual

H. Hak mendapatkan manfaat kemajuan, ilmu pengetahuan yang

berkaitan dengan kesehatan reproduksi

I. Hak atas kerahasiaan pribadi berkaitan dengan pilihan atas

pelayanan dan kehidupan reproduksinya

J. Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga

K. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan

berkeluarga dan kehidupan reproduksi

L. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik

yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi

C.     Menurut Piagam IPPF/PKBI Tentang Hak-hak reproduksi dan Seksual

adalah:

Page 43: kasus 4

43

A. Hak untuk hidup

B. Hak mendapatkan kebebasan dan keamanan

C. Hak atas kesetaraan dan terbebas dari segala bentuk diskriminasi

D. Hak privasi

E. Hak kebebasan berpikir

F. Hak atas informasi dan edukasi

G. Hak memilih untuk menikah atau tidak serta untuk membentuk dan

merencanakan sebuah keluarga

H. Hak untuk memutuskan apakah ingin dan kapan punya anak

I. Hak atas pelayanan dan proteksi kesehatan

J. Hak untuk menikmati kemajuan ilmu pengetahuan

K. Hak atas kebebasan berserikat dan berpartisipasi dalam arena politik

L. Hak untuk terbebas dari kesakitan dan kesalahan pengobatan 

 Bagaimana hak reproduksi dapat terjamin?

1. Pemerintah, lembaga donor dan masyarakat harus mengambil langkah-

langkah yang tepat untuk menjamin semua pasangan dan individu yang

menginginkan pelayanan kesehatan reproduksi dan kesehatan seksualnya

terpenuhi;

2. Hukum-hukum dan kebijakan-kebijakan harus dibuat dan dijalankan untuk

mencegah diskriminasi, pemaksaan dan kekerasan yang berhubungan

dengan sekualitas dan masalah reproduksi; dan

3. Perempuan dan laki-laki harus bekerja sama untuk mengetahui haknya,

mendorong agar pemerintah dapat melindungi hak-hak ini serta

membangun dukungan atas hak-hak tersebut melalui pendidikan dan

advokasi.

4. Konsep-konsep kesehatan reproduksi dan uraian hak-hak perempuan ini

diambil dari hasil kerja International Women’s Health Advocates

Worldwide.

5. Pelayanan kesehatan reproduksi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

perempuan sebagaimana mereka inginkan, serta mengetahui bahwa

kebutuhan-kebutuhan ini sangat beragam dan saling terkait satu dengan

yang lain.

Page 44: kasus 4

44

   Hak Reproduksi maupun akses untuk mendapatkan Pelayanan Kesehatan

Reproduksi  adalah penting, sehingga perempuan dapat:

1. Mempunyai pengalaman dalam kehidupan seksual yang sehat, terbebas

dari penyakit, kekerasan, ketidakmampuan, ketakutan, kesakitan, atau

kematian yang berhubungan dengan reproduksi dan seksualitas

2. Mengatur kehamilannya secara aman dan efektif sesuai dengan

keinginannya, menghentikan kehamilan yang tidak diinginkan, dan

menjaga kehamilan sampai waktu persalinan

3. Mendorong dan membesarkan anak-anak yang sehat seperti juga ketika

mereka menginginkan kesehatan bagi dirinya sendiri.

Page 45: kasus 4

45

Daftar Pustaka

Behrman, Kliegman & Arvin. 2000. Nelson, Ilmu Kesehatan Anak. EGC. Jakarta

Dekovic, M. (2000). Risk and protective factors in the development of problem

behavior during adolescence. Journal of Youth and Adolescence, 28, 667-685

Sadock, Benjamin. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2. EGC. Jakarta

Soetjiningsih. 2003. Perkembangan Anak dan Permasalahannya. EGC. Jakarta

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 2001. Kumpulan Pedoman

Pelaksanaan Program Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Perlindungan Hak-

Hak Reproduksi. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Jakarta.

Timmreck, Thomas. 2005. Epidemiologi: Suatu Pengantar Edisi 2. EGC. Jakarta