makalah kasus 2 cnp 4

46
MAKALAH KASUS 2 COMMUNITY NURSING PROGRAM IV (CNP) Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas IV Disusun Oleh: Tutor 4 Sarita Saraswati 220110100004 Sisca Pertiwi 220110100010 Tsaalits Muharroroh 220110100016 Yuniar 220110100022 Tri Ayu Lestari 220110100028 Hanna Khoirotun Nisa 220110100034 Nur Asiyah 220110100040 Sinta Dwi Oktaviani 220110100046 Desy Mayangsari 220110100053 Amartiwi 220110100065 Sherly Marsella 220110100059

Upload: desymayangsari

Post on 01-May-2017

282 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Kasus 2 CNP 4

MAKALAH KASUS 2

COMMUNITY NURSING PROGRAM IV (CNP)

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas IV

Disusun Oleh: Tutor 4

Sarita Saraswati 220110100004

Sisca Pertiwi 220110100010

Tsaalits Muharroroh 220110100016

Yuniar 220110100022

Tri Ayu Lestari 220110100028

Hanna Khoirotun Nisa 220110100034

Nur Asiyah 220110100040

Sinta Dwi Oktaviani 220110100046

Desy Mayangsari 220110100053

Amartiwi 220110100065

Sherly Marsella 220110100059

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2014

Page 2: Makalah Kasus 2 CNP 4

Kasus 2

Perawat B adalah perawat komunitas yang bertanggung jawab program kerja di wilayah

kerja puskesmasnya. Perawat B melakukan pengkajian di home industri milik bapa C

meubeul kayu jati. Perawat B ingin melihat potensial hazard di home industri bapa C. di home

industri terdapat 5 karyawan, memotong kayu, amplas, karnis, cat pada body meubel, saat

dilakukan pengkajian pada 5 karyawan semua aktif merokok tidak menggunakan APD salah

satu karyawan mengeluh low back pain karena tidak ergonomis dalam menjalankan

pekerjaannya. Dari hasil observasi dari 5 karyawan ada riwayat batuk dan terasa saat mulai

bekerja di home industri. Menurut bapa C belum ada dari pihak puskesmas yang memeriksa.

Step 1

1. Potensial hazard (tsalits) : factor kemungkinan terjadinya suatu masalah (hana)

2. Ergonomik (sinta) : sesuai dengan anatomi tubuh (sarita)

Step 2

1. Bagaimana peran perawat dalam menangani kasus ini ? (sisca)

2. Indicator home industri, berapa karyawan yang membutuhkan kesehatan kerja ? (tsalits)

3. Pengkajian usaha kerja ? (Yuniar)

4. Potensial hazard yang mungkin terjadi ? (sarita)

5. Indicator healthy home industri ? (sinta)

6. Bagaimana cara bekerja yang baik untuk karyawan ? (sherly)

7. APD yang seharusnya dipakai ? (tsalits)

8. Bagaimana proses terjadinya batuk ? (Asiah)

9. Diagnose keperawatan ? (hana)

10. Keluhan, efek dari bekerja ? (sarita)

Step 3

1. Preventif, promotif, kuratif dan rehabilitative <penkes tentang home industry> (sinta)

2. LO

3. LO

Page 3: Makalah Kasus 2 CNP 4

4. Dilihat dari pekerja : resiko injuri, ISPA (hana)

Biologis : cat ; fisik : debu, dll (tsalits)

5. LO

6. Ergonomis : ada waktu untuk istirahat (sarita)

Memakai APD (Asiah)

7. Masker, sarung tangan, kacamata, sepatu boat, helm, dan tergantung kebutuhan dari

meubeul (sisca, yuniar, hana, sinta)

8. Riwayat kesehatan masa lalu

TB > kambuh > imun menurun > TB pada karyawan lain (hana)

Rokok : factor pemicu (ayu)

Cat dan serbuk (sherly)

9. Ketidaktahuan karyawan b/d health industry

Peningkatan pengetahuan karyawan tentang home industri yang sehat

10. Efek dari faktor kerja berdasarkan dari faktor awal (tsalits).

Step 4

Fokus pada kesehatan kerja :

Konsep

Model

Ruang lingkup

Step 5

Learning Objective (LO)

1. Indicator home industri, berapa karyawan yang membutuhkan kesehatan kerja ? (tsalits)

2. Pengkajian usaha kerja ? (Yuniar)

3. Indicator healthy home industri ? (sinta)

Step 7 (reporting)

A. Definisi

Kesehatan Kerja : upaya kapasitas kerja dan lingkungan sehat tanpa membahayakan

pekerja (hana)

Page 4: Makalah Kasus 2 CNP 4

Kesehatan kerja menurut WHO : promosi pemeliharaan kesejahteraan, fisik, mental atau

social (amartiwi)

K3 : usaha untuk menyalin keutuhan dan kesempurnaan pekerja (yuniar)

Keperawatan kesehatan kerja : pelayanan tenaga kerja perseorangan focus pada

pencegahan dan penanganan (tsalits)

B. Ruang Lingkup

- Kondisi menjaga dan memelihara kesehatan kerja untuk memberikan kesejahteraan

sosialnya, mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat kerja yang di akibatkan

oleh keadaan / kondisi lingkungan kerja (Ayu)

- Pemeriksaan sebelum kerja, pemeriksaan secara berkala, pemeriksaan secara khusus,

penyesuaian pekerja dengan beban kerja, sanitasi lingkungan, APD, pertolongan pertama

pada kecelakaan, rehabilitasi, perencanaan, Pembina dan pengawasan, lapor berkala,

penkes (tsalits)

C. Faktor-Faktor Kesehatan Kerja

- Faktor fisik, mekanis, kimiawi, psikologis, mental psikologis, biologis (sinta)

- Faktor lingkungan kerja, beban kerja, kapasitas kerja (sherly)

- Faktor alat kerja (tsalits)

D. Potensial Hazard

- Dipahami, identifikasi

- Di assessment

- Di evaluasi dan control potensial hazard (sarita)

- Healthy hazard : ergonomic

- Selfty hazard : bahan-bahan elektrik : bersifat urgent (yuniar)

E. Pencegahan Lingkungan Kerja

- Pengendalian lingkungan kerja : desain & tata letak yang adekuat

- Pengendalian perorangan : menggunakan APD (sisca)

Page 5: Makalah Kasus 2 CNP 4

- Substitusi : mengganti bahan berbahaya menjadi tidak berbahaya (tsalits)

- Ventilasi secara umum : menyerap debu

- Ventilasi keluar setempat

- Isolasi : alat pengontrol suara lebih dari 16dB

- Pendidikan kesehatan

- Penggunaan APD : menyiapkan APD secara benar, mengganti APD / membersihkan

APD, contoh APD : kacamata, topi pengaman, masker, pelindung telinga (Asiah)

F. Pelayanan Kesehatan Kerja

- Promosi : memberitahu tentang kesehatan kerja, menghindari dari potensial hazard

- Preventif : imunisasi, pelindung diri, konseling

- Kuratif : untuk yang mempunyai riwayat sakit sebelumnya

- Rehabilitatif : penyuluhan (amartiwi)

G. Jumlah Tenaga Kerja

Jumlah 200-500 orang > rendah > klinik sendiri > paramedic setiap hari, dokter 2x sehari

Jumlah 200-500 orang > tinggi > klinik sendiri > dokter tiap hari

Jumlah 100-200 orang > rendah > dokter 3x sehari

Jumlah 100-200 orang > Tinggi > dokter 2x sehari

Jumlah <100 orang > tidak harus memiliki klinik sendiri (hana)

H. Pengkajian

Individu

1. Anamnesis

2. Riwayat pekerjaan

penyakit ada sebelum / sejak kerja

kapan terjadi & bagaimana terjadinya

bahan apa yang digunakan saat bekerja

kebiasaan perilaku

3. Membandingkan timbulnya penyakit

4. Lingkungan tempat kerja

Page 6: Makalah Kasus 2 CNP 4

5. Pemeriksaan fisik, lab

6. Pemeriksaan pengkajian kerja <limbah>

7. Evaluasi factor fisik

8. Konsultasi dengan ahli medis (sinta)

Pengkajian perdimensi

1. Biologis manusia : usia, jenis kelamin

2. Lingkungan : potensial hazard

3. Gaya hidup : pola makan, olah raga

4. Sistem kesehatan : pelayanan rujukan

5. Psikologis : tingkat konflik, manajemen stress

6. Fisik : keamanan area parkir

Page 7: Makalah Kasus 2 CNP 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap orang akan melakukan kegiatan dalam berbagai jenis pekerjaan yang ada untuk

pemenuhan kebutuhan ekonominya. Lahan pekerjaan sebagai sumber ekonomi masyarakat

dewasa ini, terutama di kota-kota besar dipenuhi sektor-sektor industri baik formal maupun

informal yang pertumbuhannya semakin pesat. Hal ini memicu perkembangan teknologi yang

juga semakin canggih. Perkembangan teknologi ini tentunya diharapkan agar dapat

meningkatkan jumlah lapangan kerja dan sumber devisa negara. Walaupun perkembangan

teknologi semakin meningkat, tidak menutup kemungkinan menimbulkan dampak negatif

terhadap masyarakat dan resiko bahaya yang beragam bentuk dan jenisnya. Oleh karenanya perlu

diadakan upaya untuk mengendalikan berbagai dampak negatif tersebut (Susilawati, 1993).

Menurut Rusman Heriawan selaku Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) di Jakarta,

angkatan kerja Indonesia pada Februari 2009 bertambah 1,79 juta menjadi 113,74 juta orang,

terjadi penambahan 1,79 juta orang dibanding jumlah angkatan kerja Agustus 2008 sebesar

111,95 juta orang atau 2,26 juta orang dibandingkan dengan Februari 2008 sebesar 111,48 orang.

Menurut perkiraan International Labour Organization (ILO), setiap tahun di seluruh

dunia 2 juta orang meninggal karena masalah-masalah akibat kerja. Dari jumlah ini, 354.000

orang mengalami kecelakaan fatal. Tingkat kecelakaan-kecelakaan fatal di negaranegara

berkembang empat kali lebih tinggi dibanding negara-negara industri. Menurut World Health

Organization (WHO), diperkirakan hanya 5-10% pekerja di negara berkembang dan 20-50%

pekerja di negara industri (dengan hanya beberapa pengecualian) mempunyai akses terhadap

pelayanan kesehatan yang memadai.

Undang-Undang RI No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 86 ayat (2)

menyebutkan bahwa tenaga kerja sebagai sumber daya manusia perlu terus dikembangkan,

diberikan perlindungan terhadap pengaruh teknologi kerja dan lingkungan kerja. Untuk

Page 8: Makalah Kasus 2 CNP 4

melindungi keselamatan pekerja/ buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal

diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja

sekaligus meningkatkan produktivitas kerja. Hal ini tercermin dalam pokok-pokok pikiran dan

pertimbangan dikeluarkannya UU nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja yaitu bahwa

tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dalam melakukan pekerjaan dan

setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya. Hak atas

jaminan keselamatan ini membutuhkan prasyarat adanya lingkungan kerja yang sehat dan aman

bagi tenaga kerja dan masyarakat di sekitarnya.

Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan jaminan

keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/ buruh dengan cara pencegahan

kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan,

pengobatan dan rehabilitasi.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu hak dasar bagi pekerja yang

merupakan komponen dari hak asasi manusia. Keselamatan dan Kesehatan Kerja bertujuan

melindungi pekerja atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan demi kesejahteraan hidup

dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional, menjamin keselamatan setiap orang lain

yang berada di tempat kerja, dan memelihara serta menggunakan sumber-sumber produksi secara

aman dan efisien.

Kebijakan perlindungan tenaga kerja bertujuan untuk mewujudkan ketenangan bekerja

dan berusaha, sehingga tercipta hubungan industrial yang serasi antara pekerja dan pengusaha,

yang pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya (Silalahi, 1991).

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan mesin, pesawat, alat

kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara

melakukan pekerjaan. Tujuan keselamatan kerja adalah melindungi tenaga kerja atas hak

keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup, meningkatkan produksi

serta produktivitas perusahaan, memelihara dan menggunakan sumber produksi secara aman dan

efisien, serta menjamin keselamatan setiap tenaga kerja lain yang ada di tempat kerja (Suardi,

2005).

Page 9: Makalah Kasus 2 CNP 4

Pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat meningkatkan

pengetahuan karyawan tentang keselamatan kerja yang tinggi dan pengalaman kerja bahaya-

bahaya kecelakaan mendapat perhatian dari tenaga kerja yang bersangkutan. Pelaksanaan

program Keselamatan dan Kesehatan Kerja sangat perlu dan penting, karena membantu

terwujudnya pemeliharaan karyawan yang baik, sehingga mereka menyadari arti penting dari

pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja bagi dirinya maupun perusahaan

(Mangkunegara, 2001)

1.2 Tujuan Pelaksanaan K3

        Usaha keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mempunyai tujuan umum dan tujuan

khusus.

Tujuan umum yaitu :

Perlindungan terhadap tenaga kerja yang berada ditempat kerja agar selalu terjamin

keselamatan dan kesehatannya sehingga dapat diwujudkan peningkatkan produksi dan

produktivitas kerja.

Perlindungan setiap orang lainnya yang berada ditempat kerja agar selalu dalam keadaan

selamat dan sehat.

Perlindungan terhadap bahan dan peralatan produksi agar dapat dipakai dan digunakan

secara aman dan efisien.

Sedangkan secara khusus antara lain :

Mencegah dan atau mengurangi kecelakaan, kebakaran, peledakan dan penyakit akibat

kerja.

Mengamankan mesin, instalasi, pesawat, alat kerja, bahan baku dan bahan hasil produksi.

Menciptakan lingkungan dan tempat kerja yang aman, nyaman, sehat dan penyesuaian

antara pekerja dengan manuasi atau manusia dengan pekerjaan.

Page 10: Makalah Kasus 2 CNP 4

BAB 2

PEMBAHASAN

A. Definisi

Menurut Undang-Undang Kesehatan Tahun 1992, upaya kesehatan kerja adalah

upaya penyerasian antara kapasitas, beban, dan lingkungan kerja agar setiap pekerja

dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di

sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal. Konsep dasar dari upaya

kesehatan kerja ini adalah mengidentifikasi permasalahan, mengevaluasi, dan dilanjutkan

dengan tindakan pengendalian. Sasaran kesehatan kerja ini adalah manusia dan meliputi

aspek kesehatan dari pekerja itu sendiri.

Menurut Mangkunegara, keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran

dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah

tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk

menuju masyarakat adil dan makmur.

Menurut Suma’mur (1981: 2), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha

untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang

bekerja di perusahaan yang bersangkutan.

Menurut Simanjuntak (1994), keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan

yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup

tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja

Mathis dan Jackson, menyatakan bahwa keselamatan adalah merujuk pada

perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cidera yang terkait dengan

pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas

emosi secara umum.

Menurut Ridley, John (1983), mengartikan kesehatan dan keselamatan kerja

adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya,

perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja

tersebut.

Page 11: Makalah Kasus 2 CNP 4

Jackson, menjelaskan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja menunjukkan

kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan

oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan.

Ditinjau dari sudut keilmuan, kesehatan dan keselamatan kerja adalah ilmu

pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya

kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja. (Lalu Husni, 2003: 138).

Dari beberapa pengertian kesehatan keselamatan kerja tersebut dapat ditarik

kesimpulan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk

menciptakan perindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik,

mental maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan.

Sedangkan pengertian keperawatan kesehatan kerja adalah : Praktik keperawatan

spesialis yang memberi pelayanan kesehatan kepada pekerja atau populasi pekerja yang

berfokus pada promosi, proteksi dan perbaikan kesehatan pekerja dalam konteks

kesehatan lingkungan kerja (Asosiasi Perawatan Kesehatan Kerja Amerika).

B. Tujuan

a. Tujuan umum :

Meningkatnya kemampuan tenaga kerja untuk menolong dirinya sendiri sehingga

terjadi peningkatan status kesehatan dan akhirnya peningkatan produktivitas kerja

melalui Upaya Kesehatan Kerja.

b. Tujuan khusus :

1) Meningkatnya kemampuan masyarakat pekerja dalam upaya pencegahan dan

pemberantasan penyakit dan kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan dan

lingkungan kerja

2) Meningkatnya pelayanan kesehatan bagi tenaga kerja informal dan keluarganya

yang belum terjangkau selama ini.

3) Meningkatnya keselamatan kerja dengan mencegah penggunaan bahan-bahan

yang dapat membahayakan lingkungan kerja dan masyarakat serta penerapan

prinsip ergonomik.

Page 12: Makalah Kasus 2 CNP 4

C. Model Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

1. Plan (Perencanaan)

Menetapkan sasaran dan proses yang diperlukan untuk mencapai hasil sesuai

dengan kebijakan K3 organisasi.

2. Do (Pelaksanaan)

Melaksanakan proses yang sudah dirancang.

3. Check (Pemeriksaan)

Memantau dan mengukur kegiatan proses terhadap kebijakan, sasaran, peraturan

perundang-undangan dan persyaratan K3 Iainnya serta melaporkan hasilnya.

4. Act (Tindakan)

Mengambil tindakan untuk perbaikan kinerja K3 secara berkelanjutan.

Pada tahun 1990, silabus keperawatan kesehatan kerja dikembangkan dengan

menggunakan kerangka model ‘Hanasaari’, Finlandia. Model ini dibuat untuk

memungkinkan keluwesan praktik keperawatan kesehatan kerja. Model ini disajikan

dalam uraian berikut :

1. Konsep lingkungan total

Sistem lingkungan umjum yang mencapai aspek kesehatan dan keselamatan di tamoilkan

oleh lingkaran luar besar atau satu konsep global. Didalam lingkaran luar tersebut,

pengaruh yang memberikan efek global, yang selanjutnya memberikan efek pada

kesehatan, mucul dalam bentuk faktor ekonomi, politik, sosial, ekologi, dan organisasi.

2. Konsep manusia, kerja, dan kesehatan

Diwakili oleh segitiga manusia, kerja dan kesehatan, dan berlangsung didalam

lingkungan total, aspek- aspek lingkungan total yang mempunyai efek nyata pada

kesehatan ditempat kerja. Sebagai contoh, kebijakan politik dan sosial akan memperluas

atau mempersempit pengembangan kesehatan kerja. Budaya dan strategi organisasi dapat

dipengaruhi segitiga manusia, pekerja, dan kesehatan secara langsung dan lebih kuat.

Page 13: Makalah Kasus 2 CNP 4

3. Interaksi keperawatan kesehatan kerja

Perawatan kesehatan kerja, disajikan di tengah- tengah model tersebut. Interaksi dipakai

untuk menggambarkan bidang- bidang yang dikenal oleh kelompok- kelompok sebagai

peranan perawat kesehatan kerja.

D. Ruang Lingkup Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan

pekerjaan dan lingkungan kerjana baik fisik maupun psikis dalam hal cara atau metode,

proses, dan kondisi pekerjaan yang bertujan untuk:

Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di semua

lapangan kaerja setinggi-tingginya baik fisik, mental, maupun kesejahteraan sosialnya

Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekarja yang diakibatkan

oleh keadaan atau kondisi lingkungan kerjanya

Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerjan di dalam ekerjaanya dari

kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan

kesehatan

Menempatlkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang sesuai

dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya (Efendi, 2009).

Page 14: Makalah Kasus 2 CNP 4

Ruang lingkup hyperkes dapat dijelaskan sebagai berikut (Rachman, 1990) :

a. Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat kerja yang di dalamnya

melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja, bahaya akibat kerja dan usaha yang

dikerjakan.

b. Aspek perlindungan dalam kesehatan kerja meliputi :

1. Tenaga kerja dari semua jenis dan jenjang keahlian

2. Peralatan dan bahan yang dipergunakan

3. Faktor-faktor lingkungan fisik, biologi, kimiawi, maupun sosial.

4. Proses produksi

5. Karakteristik dan sifat pekerjaan

6. Teknologi dan metodologi kerja

c. Penerapan penkes dilaksanakan secara holistik sejak perencanaan hingga perolehan

hasil dari kegiatan industri barang maupun jasa.

d. Semua pihak yang terlibat dalam proses industri/perusahaan ikut bertanggung jawab

atas keberhasilan usaha kesehatan kerja.

E. Penyakit yang disebabkan oleh Kesehatan, Keselamatan, Kerja

Penyakit Yang Timbul Akibat hubungan Kerja antara lain:

Pnemokoniosis yang disebabkan debu mineral pembentuk jaringan parut

(silikosis, antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberkulosis yang silikosisnya

merupakan faktor utama penyebab cacat atau kematian.

Penyakit paru dan saluran pernapasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan oleh

debu logam keras.

Penyakit paru dan saluran pernapasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan oleh

debu kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis).

Page 15: Makalah Kasus 2 CNP 4

Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat perangsang

yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.

Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat

penghirupan debu organik.

Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau persenyawaannya yang beracun.

Penyakit yang disebabkan kadmium atau persenyawaannya yang beracun.

Penyakit yang disebabkan fosfor atau persenyawaannya yang beracun.

Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun.

Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya yang beracun.

Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya yang beracun.

Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaannya yang beracun.

Penyakit yang disebabkan oleh timbul atau persenyawaannya yang beracun.

Penyakit yang disebabkan oleh fluor atau persenyawaannya yang beracun.

Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.

Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan hidrokarbon

alifatik atau aromatik yang beracun.

Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun.

Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau

homolognya yang beracun.

Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.

Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.

Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan

seperti karbon monoksida, hidrogensianida, hidrogen sulfida, atau derivatnya

yang beracun, amoniak seng, braso dan nikel.

Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.

Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot, urat,

tulang persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi).

Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan lebih.

Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektro magnetik dan radiasi yang

mengion.

Page 16: Makalah Kasus 2 CNP 4

Penyakit kulit (dermatoses) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi atau

biologik.

Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen, minyak

mineral, antrasena atau persenyawaan, produk atau residu dari zat tersebut.

Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.

Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang didapat

dalam suatu pekerjaan yang memiliki risiko kontaminasi khusus.

Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi atau

kelembaban udara tinggi.

Penyakit yang disebabkan bahan kimia lainnya termasuk bahan obat.

Adapun akibat yang muncul atas kecelakaan kerja atau penyakit yang ditimbulkan leh

hubungan kerja dapat berupa :

Tidak mampu bekerja untuk sementara

cacat sebagian untuk selama-lamanya

cacat total untuk selama-lamanya

cacat kekurangan fungsi organ

meninggal dunia

Faktor-faktor yang berpengaruh pada kesehatan kerja meliputi:

1. Penyakit umum (penyakit infeksi yang di derita tenaga kerja seperti ISPA, Diarchea,

menyebabkan tingginya absenteisme tenaga kerja dan menurunkan produktivitas).

2. Penyakit akibat kerja (akibat hygiene perusahaan yang kurang baik, akibat gangguan

mental psikologi akibat kerja)

3. Status gizi tenaga kerja yang kurang baik (disebabkan karena penyakit endemis, parasit

atau intake makanan yang kurang, beban kerja, sehingga dapat berpengaruh pada

produktivitas)

4. Lingkungan kerja yang kurang nyaman (seperti faktor fisik, fisiologis, mental

psikologis, faktor kimia dan biologis, kondisi tersebut bila tidak optimal bisa

Page 17: Makalah Kasus 2 CNP 4

mengganggu kesehatan mulai dari yang ringan seperti mengganggu kenyamanan kerja

hingga yang berat yang dapat menyebabkan penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja)

5. Perencanaan ergonomi (perencanaan penserasian manusia dan mesin/alat, termasuk

perbaikan cara kerja, perencanaan ergonomi yang baik diperoleh hasil kerja optimal dan

produktivitas tinggi)

6. Faktor mental psikologi (kegairahan dan kenyamanan kerja akan sangat meningkatkan

dedikasi dan motivasi kerja.

7. Kesejahteraan tenaga kerja yang rendah (akibat pengupahan yang rendah, keluarga

berencana yang kurang terlaksana)

8. Kurang pemahaman (kurangnya pemahaman baik pengusaha maupun tenaga kerja

bahwa ada hubungan antara kondisi kesehatan dengan produktivitas).

F. Potensial Hazard

Hazard adalah sumber bahaya potensialyang dapat menyebabkan kecelakaan atau

kerusakan. Hazard dapat berupa : bahan-bahan, bagian-bagian mesin, bentuk energi,

metode kerja atau situasi kerja.

Jenis-jenis potensi hazard :

1. Physical hazard

Meliputi penerangan, suhu udara, kelembaban, cepat rambat udara, suara, vibrasi

mekanis, radiasi, tekanan udara dan lain-lain.

2. Chemical hazard

Berupa gas, uap, debu, kabut, asap, awan, cairan dan benda-benda padat.

3. Electrical hazard

Semua potensi bahaya yang berhubungan dengan listrik (pembebanan lebih,

kebocoran isolasi, dan lain-lain)

4. Mechanical hazard

Bahaya timbul dari konstruksi, alat-alat bergerak, mesin dan instalasi

5. Physiological hazard

Bahaya yang timbul karena waktu kerja yang lama, tekanan atasan, hubungan yang

kurang baik dengan rekan kerja, trauma.

Page 18: Makalah Kasus 2 CNP 4

6. Biological hazard

Bahaya dari jazad renik, virus, bakteri, jamur, parasit, serangga atau hewan lain di

tempat kerja, berbagai macam penyakit yang timbul seperti, infeksi, alergi dan

sengatan atau gigitan binatang yang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit.

7. Ergonomic

Gangguan yang bersifat faal karena beban kerja yang terlalu berat, peralatan kerja

yang tidak sesuai dan tidak serasi dengan tenaga kerja, ruangan sempit, mengangkat,

mendorong, dsb. sebenarnya ergonomi tidak hanya melingkupi hal-hal ini karena

ergonomi sebenarnya adalah prinsip atau azas K3 secara keseluruhan, namun karena

istilah ergonomi mulai dikenal dari ranah postur kerja, beban kerja, MSD dan

sejenisnya maka bisa dimaklumi jika hal-hal seperti ini lebih erat dengan istilah

ergonomi.

8. Behavioral hazard

Tidak mematuhi peraturan, kurangnya keterampilan kerja

9. Environmental hazard

Cuaca buruk, api, bekerja di tempat tidak rata.

Segala macam potensial hazard tersebut harus diidentifikasi. Untuk

mempermudah pengidentifikasian, ada beberapa macam metode yang dapat digunakan

seperti What-If Analysis, Energy Barrier Analysis, dan lainnya. Setelah hazard

teridentifikasi, langkah selanjutnya adalah menilai sejauh mana pengaruhnya terhadap

keselamatan karyawan dan keseluruhan operasi. Penilaian ini umumnya menggunakan

dua parameter, yaitu : konsekuensi dari suatu hazard dan kemungkinan frekuensi

kejadian.

Bahaya-bahaya (hazard) di tempat kerja tersebut harus ditangani dengan prinsip

ergonomi yakni menyesuaikan kerja dengan keterbatasan atau kapasitas manusia (fit the

task to the worker). Misalnya kebisingan harus dikontrol karena manusia mempunyai

batasan paparan, zat-zat kimia korosif harus dikontrol karena tubuh manusia tidak

mampu kontak dengan zat tersebut.desain control dan display mesin harus disesuaikan

dengan karakteristik kognitif manusia sehingga mengurangi eror, shift kerja disesuaikan

Page 19: Makalah Kasus 2 CNP 4

dengan kapasitas beban kerja manusia. semua itu dilakukan melalui tiga cara yakni :

engineering control, work practice control dan alat pelindung diri (APD).

G. Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja

sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di

sekelilingnya. Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui Departement Tenaga

Kerja Republik Indonesia. Adapun bentuk dari alat tersebut adalah:

Safety helmet

Berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang mengenai kepala secara langsung.

Sabuk keselamatan

Berfungsi sebagai alat pengaman ketika mengunakan alat transportasi ataupun peralatan

lain yang serupa (mobil, pesawat, alat berat, dan lain-lain).

Sepatu karet

Berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di tempat yang becek ataupun berlumpur.

Kebanyakan di lapisi dengan metal untuk melindungi kaki dari benda tajam atau berat,

benda panas, cairan kimia, dsb.

Sepatu pelindung

Seperti sepatu biasa, tapi dari bahan kulit dilapisi metal dengan sol dari karet tebal dan

kuat. Berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena tertimpa

benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb.

Sarung tangan

Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau situasi yang

dapat mengakibatkan cedera tangan bahan dan bentuk sarung tangan di sesuaikan dengan

fungsi masing-masing pekerjaan.

Tali pengaman

berfungsi sebagai pengaman saat bekerja di ketinggian. Diwajibkan menggunakan alat ini

di ketinggian lebih dari 1,8 meter.

Penutup telinga

Berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang bising.

Kacamata pengaman

Page 20: Makalah Kasus 2 CNP 4

Berfungsi sebagai peindung mata ketika bekerja.

Masker

Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan kualitas

udara buruk.

Pelindung wajah

Berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda asing saat bekerja.

Jas hujan

Berfungsi melindungi dari percikan air saat bekerja

Semua APD harus digunakan sebagaimana mestinya, gunakan pedoman yang benar-

benar sesuai dengan standar keselamatan kerja

H. Penerapan Konsep Lima Tingkatan Pencegahan Penyakit Akibat Kerja

Berikut ini adalah penerapan konsep lima tingkatan pencegahan penyakit (five level of

prevention diseases) pada penyakit akibat kerja:

1. Peningkatan kesehatan (health promotion) misalnya pendidikan kesehatan, meningkatkan

gizi yang baik, pengembangan kepribadian, perusahaan yang sehat dan memadai,

rekreasi, lingkungan kerja yang memadai, penyuluhan perkawinan dan pendidikan

seksual, konsultasi tentang keturunan dan pemeriksaan kesehatan periodik.

2. Perlindungan khusus (specific protection), misalnya imunisasi, higiene perorangan,

sanitasi lingkungan, serta proteksi terhadap bahaya dan kecelakaan kerja.

3. Diagnosis dini dan pengobatan tepat (early diagnosis and prompt treatment), misalnya

diagnosis dini setiap keluhan dan pengobatan segera serta pembatasan titik-titik lemah

untuk mencegah terjadinya komplikasi.

4. Membatasi kemungkinan cacat (disability limitation), misalnya: memeriksa dan

mengobati tenaga kerja secara komprehensif, mengobati tenaga kerja secara sempurna,

dan pendidikan kesehatan.

5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation). Misalnya: rehabilitasi dan mempekerjakan kembali

para pekerja yang menderita cacat. Sedapat mungkin perusahaan mencoba menempatkan

karyawan-karyawan cacat di jabatan-jabatan yang sesuai.

Page 21: Makalah Kasus 2 CNP 4

I. Fungsi dan Tugas Perawat dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Fungsi dan tugas perawat dalam usaha keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di

industri adalah sebagai berikut (Nasrul Effendy, 1998)

a. Fungsi perawat

- Mengkaji masalah kesehatan.

- Menyusun rencana asuhan keperawatan pekerja.

- Melaksanakan pelayanan kesehatan dan keperawatan terhadap pekerja.

- Melakukan penilaian terhadap asuhan keperawatan yang telah dilakukan.

b. Tugas perawat

- Mengawasi lingkungan pekerja.

- Memelihara fasilitas kesehatan perusahaan.

- Berkolaborasi dengan dokter dalam pemeriksaan kesehatan pekerja.

- Melakukan penilaian terhadap keadaan kesehatan pekerja.

- Merencanakan dan melaksanakan kunjungan rumah dan perawatan di rumah

kepada pekerja dan keluarga pekerja yang mempunyai masalah kesehatan.

- Ikut berperan dalam penyelenggaraan pendidikan K3 terhadap pekerja.

- Ikut berperan dalam usaha keselamatan kerja.

- Memberikan pendidikan kesehatan mengenai KB terhadap pekerja dan

keluarganya.

- Membantu usaha penyelidikan kesehatan pekerja.

- Mengoordinasi dan mengawasi pelaksanaan K3.

J. Peraturan Hukum Tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan bagian yang sangat penting dalam

ketenagakerjaan. Oleh karena itu, dibuatlah berbagai ketentuan yang mengatur tentang

kesehatan dan keselamatan kerja. Berawal dari adanya Undang-Undang Nomor 14 Tahun

1969 tentang Pokok-Pokok Ketenagakerjaan yang dinyatakan dalam Pasal 9 bahwa

“setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan, kesehatan dan

Page 22: Makalah Kasus 2 CNP 4

pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan harkat, martabat, manusia,

moral dan agama”. Undang-Undang tersebut kemudian diperbaharui dengan Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 ini ada beberapa hal yang diatur antara lain:

a.    Ruang lingkup keselamatan kerja, adalah segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah,

di permukaan air, di dalam air, maupun di udara yang berada dalam wilayah hukum

kekuasaan RI. (Pasal 2).

b.    Syarat-syarat keselamatan kerja adalah untuk:

           Mencegah dan mengurangi kecelakaan

           Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran

           Mencegah dan mengurangi peledakan

           Memberi pertolongan pada kecelakaan

           Memberi alat-alat perlindungan diri pada pekerja

           Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai

           Memelihara kesehatan dan ketertiban

           dll (Pasal 3 dan 4).

c.   Pengawasan Undang-Undang Keselamatan Kerja, “direktur melakukan pelaksanaan umum

terhadap undang-undang ini, sedangkan para pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja

ditugaskan menjalankan pengawasan langsung terhadap ditaatinya undang-undang ini dan

membantu pelaksanaannya. (Pasal 5).

d.   Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk Panitia Pembinaan Kesehatan dan

Keselamatan Kerja untuk mengembangkan kerja sama, saling pengertian dan partisipasi

yang efektif dari pengusaha atau pengurus tenaga kerja untuk melaksanakan tugas bersama

dalam rangka keselamatan dan kesehatan kerja untuk melancarkan produksi. (Pasal 10).

Page 23: Makalah Kasus 2 CNP 4

e.    Setiap kecelakan kerja juga harus dilaporkan pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri

Tenaga Kerja di dinas yang terkait. (Pasal 11 ayat 1). (Suma’mur. 1981: 29-34).

Dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 86 ayat 1 UU Nomor 13 Tahun 2003 diatur pula bahwa

setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas:

a. Keselamatan kerja

b. Moral dan kesusilaan

c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.

Selain diwujudkan dalam bentuk undang-undang, kesehatan dan keselamatan kerja juga

diatur dalam berbagai Peraturan Menteri. Diantaranya Peraturan Menteri Tenaga Kerja

Nomor Per-01/MEN/1979 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja. Tujuan pelayanan kesehatan

kerja adalah:

a. Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri dengan

pekerjaanya.

b. Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang

timbul dari pekerjaan atau lingkungan kerja.

c. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental, dan kemapuan fisik

tenaga kerja.

d. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga

kerja yang menderita sakit.

Selanjutnya Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-02/MEN/1979 tentang

Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja meliputi:

pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan kesehatan berkala, pemeriksaan

kesehatan khusus. Aturan yang lain diantaranya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1981

tentang Wajib Lapor Ketenagaan dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 03/MEN/1984

tentang Mekanisme Pengawasan Ketenagakerjaan.

Page 24: Makalah Kasus 2 CNP 4

K. PELAYANAN KESEHATAN KERJA

Mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko gangguan kesehatan di tempat kerja.

Mengadakan surveillans faktor yang mempengaruhi kesehatan pekerja akibat lingkungan

kerja dan pekerjaan, seperti: sanitasi, kantin dan perumahan yang disediakan oleh

pengusaha.

Memberikan nasihat perencanaan dan organisasi kerja, seperti: desain tempat kerja,

pemilihan, pemeliharaan dan pengevaluasian kondisi mesin dan alat lainnya serta

evaluasi bahan yang dipakai di tempat kerja.

Ikut serta mengembangkan program untuk membina tata cara bekerja, termasuk

pengujian dan pengevaluasian aspek kesehatan alat baru.

Memberikan nasihat kesehatan kerja, keselamatan, higiene, ergonomi dan alat pelindung

perorangan atau kolektif.

Mengadakan surveilans kesehatan pekerja dalam kaitannya dengan pekerjaan.

Melakukan penyesuaian pekerjaan sesuai tingkat kesehatan pekerja.

Menyumbang upaya rehabilitasi kerja.

Mengadakan kerja sama dalam memberikan informasi, pelatihan, dan pendidikan dalam

bidang kesehatan kerja, higiene dan ergonomi.

Menatalaksanakan tindakan pertolongan pertama dan gawat darurat.

Ikut serta dalam menganalisis kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Program Pelayanan Kesehatan Kerja menurut Dinkes

1. Pelayanan Preventif kesehatan kerja

Pelayanan ini diberikan sebagai perlindungan pada tenaga kerja sebelum adanya proses

gangguan akibat kerja.Kegiatannya antara lain meliputi :

a. Pemeriksaan kesehatan, terdiri dari pemeriksaan :

- Awal/ sebelum kerja

- Berkala

- Khusus

Page 25: Makalah Kasus 2 CNP 4

b. Imunisasi

c. Kesehatan Lingkungan Kerja

d. Perlindungan diri terhadap bahaya-bahaya dari pekerja

e. Penyelarasian manusia dengan mesin dan alat-alat kerjaf. Pengendalian bahaya

lingkungan kerja agar ada dalam keadaan aman (pengenalan, pengukuran dan evaluasi).

2. Pelayanan Promotif Kesehatan Kerja

Pelayanan ini diberikan kepada tenaga kerja yang sehat dengan tujuan untuk meningkatkan

kegairahan kerja,mempertinggi efesiensi dan daya produktifitas tenaga kerja.Kegiatannya

antara lain meliputi :

a. Pendidikan dan penerangan tentang kesehatan kerja.

b. Pemeliharaan berat badan ideal.

c. Perbaikan gizi : menu seimbang dan pemilihan makanan yang aman.

d. Pemeliharaan tempat, cara dan lingkungan kerja yang sehat.

e. Konsultasi (counseling) untuk perkembangan kejiwaan yang sehat nasehat perkawinan

dan keluargaberencana.Olah raga dan rekreasi.

3. Pelayanan Kuratif

Pelayanan ini diberikan kepada tenaga kerja yang sudah memperhatikan gangguan

kesehatan/gejala dini dengan mengobati penyakitnya supaya cepat sembuh dan mencegah

komplikasi atau penularan terhadap keluarganya ataupun teman sekerjanya. Pada tenaga

kerja yang sudah menderita sakit, pelayanan ini diberikan untuk menghentikan proses

penyakit sehingga dapat sembuh, mempercepat masa istirahat kerja dan mencegah terjadinya

cacat atau kematian.

4. Pelayanan Rehabilitatif

Pelayanan ini diberikan kepada pekerja yang karena penyakit parah atau kecelakaan parah

telah mengakibatkan cacat sehingga menyebabkan ketidak mampuan bekerja secara

permanen baik sebagian atau seluruh kemampuan bekerjanya yang biasanya mampu

dilakukan sehari-hari kegiatan ini meliputi antara lain :

a. Latihan dan pendidikan pekerja untuk dapat menggunakan kemampuannya yang masih

ada secara maksimal.

b. Penempatan kembali tenaga kerja yang cacat secara selektif sesuai kemampuannya.

Page 26: Makalah Kasus 2 CNP 4

c. Penyuluhan kepada masyarakat dan pengusaha agar mau menerima / menggunakan

tenaga kerja yang cacat.

L. JUMLAH KESEHATAN KERJA

penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja secara komprehensif dapat dipilih

alternative sebagai berikut:

a. Penyediaan satu dokter untuk sepuluh perusahaan kecil yang berkelompok

b. Menentukan dokter langganan

c. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan terdekat

d. Ikut serta dalam program asuransi kesehatan

Perlu diketahui bahwa penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja dapat dilakukan

sendiri oleh pengurus, diselenggarakan oleh pengurus bekerjasama dengan dokter atau

pelayanan kesehatan lain dan oleh pengurus beberapa perusahaan secara bersama.

Pengelompokkan perusahaan sebagai dasar kebutuhan tenaga dokter disarankan:

1) menyelenggarakan pelayanan kesehatan kerja berbentuk klinik dan

mempekerjakan seorang dokter yang praktek setiap hari.

2) Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 200-500 orang dengan tingkat bahaya

rendah harus melakukan pelayanan kesehatan kerja yang berbentuk klinik, dilayani

oleh para medis setiap hari dan dokter praktek tiap dua hari.

3) Sedang perusahaan dengan jumlah tenaga kerja 200-500 orang, dengan tingkat

bahaya tinggi, menyelenggarakan pelayanan kesehatan kerja sesuai poin 1.

4) Perusahaan dengan jumlah tenaga kerja 100-200 orang, dengan tingkat bahaya

rendah, menyediakan klinik yang dibuka setiap hari, dilayani oleh para medis,

dokter praktek tiap tiga hari.

Page 27: Makalah Kasus 2 CNP 4

5) Apabila perusahaan dengan jumlah tenaga kerja 100-200 orang tersebut mempunyai

tingkat bahaya tinggi, maka penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja

dilaksanakan seperti pada poin 2.

6) Perusahaan yang jumlah tenaga kerjanya kurang dari seratus orang, maka pelayanan

kesehatan kerja diselenggarakan bersama-sama dengan pengurus perusahaan lain.

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja dan dokter yang memimpin dan

melaksanakan pelayanan kesehatan kerja harus disahkan dan disetujui oleh Direktur

(pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja), dan telah memperoleh pelatihan

dibidang Hiperkes dan Keselamatan Kerja.

M. PENCEGAHAN

Berdasarkan teori domino effect penyebab kecelakaan kerja H.W. Heinrich, maka

terdapat berbagai upaya untuk mencegah kecelakaan kerja di tempat kerja, antara lain :

1. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Pengendalian Bahaya Di Tempat

Kerja :

o Pemantauan dan Pengendalian Kondisi Tidak Aman

o Pemantauan dan Pengendalian Tindakan Tidak Aman

2. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Pembinaan dan Pengawasan :

o Pelatihan dan Pendidikan

o Konseling dan Konsultasi

o Pengembangan Sumber Daya ataupun Teknologi

3. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Sistem Manajemen :

o Prosedur dan Aturan

o Penyediaan Sarana dan Prasarana

o Penghargaan dan Sanksi

N. ASUHAN KEPERAWATAN

Page 28: Makalah Kasus 2 CNP 4

LAMPIRAN

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagai upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan masalah kesehatan yang rentan

terjadi di lingkungan kerjanya. Ini dikarenakan kurangnya kesadaran dan pemahaman akan

keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang

kesehatan, Pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan secara hukum mengatur

kesehatan dan keselamatan kerja ini tertuang dalam pasal 164-166, antara lain sebagai berikut:

1.      Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan

terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan.

2.      Pengeloa tempat kerja wajib menaati standar kesehatan kerja yang diatur oleh ketentuan

yang berlaku dan menjamin lingkungan kerja yang sehat serta bertanggung jawab atas

terjadinya kecelakaan kerja.

3.      Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya

pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja.

4.      Dalam penyeleksian calon pegawai pada perusahaan/ instansi, hasil pemeriksaan

kesehatan secara fisik dan mental digunakan sebagai bahan pertimbangandalam

pengambilan keputusan.

5.      Pengusaha wajib menjamin kesehatan pekerja melalui upaya pencegahan, peningkatan,

pengobatan, dan pemulihan serta wajib menanggung seluruh biaya pemeliharaan

kesehatan.

6.      Pemerintah memberikan dorongan dan bantuan untuk perlindungan pekerja.

Page 29: Makalah Kasus 2 CNP 4

DAFTAR PUSTAKA

Husni, Lalu. 2003. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Markkanen, Pia K. 2004. Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Indonesia. Jakarta

: Internasional Labour Organisation Sub Regional South-East Asia and The Pacific Manila

Philippines

Suma’mur. 1981. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: Gunung Agung.

http://jurnalk3.com/pelaksanaan-pelayanan-kesehatan-kerja.html

Harrington, J. M. & Gill, F. S. 2003. Buku Saku Kesehatan Kerja. Edisi 3. Jakarta: EGC.