karya tulis ilmiahblog.unnes.ac.id/dianemy/wp-content/uploads/sites/187/2015/11/smi… · 2. drs....

48
1 KARYA TULIS ILMIAH ANALISIS UNSUR-UNSUR INTRINSIK DARI NOVEL RINTIHAN DARI LEMBAH LEBANON KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Tugas Akhir Semester Genap Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Disusun oleh : 1. Dian Emy Mastura (06) 2. Febriani Nur Ramadani (26) 3. Neira Fatma Hanifah (31) 4. Windi Dwi Kuntari (32) KELAS XI IPA 2 Pembimbing : Heni Hastuti, M.Pd MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 PONOROGO Jalan Soekarno-Hatta No. 381 Ponorogo, Telp.(0352) 481168 Tahun Pelajaran 2013/2014

Upload: others

Post on 18-Oct-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KARYA TULIS ILMIAHblog.unnes.ac.id/dianemy/wp-content/uploads/sites/187/2015/11/smi… · 2. Drs. Dwi Hartanto, selaku wali kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo 3. Heni Hastuti, M.Pd. selaku

1

KARYA TULIS ILMIAH

ANALISIS UNSUR-UNSUR INTRINSIK DARI NOVEL RINTIHAN DARI

LEMBAH LEBANON KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZI

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Tugas Akhir Semester Genap

Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Disusun oleh :

1. Dian Emy Mastura (06)

2. Febriani Nur Ramadani (26)

3. Neira Fatma Hanifah (31)

4. Windi Dwi Kuntari (32)

KELAS XI IPA 2

Pembimbing : Heni Hastuti, M.Pd

MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 PONOROGO

Jalan Soekarno-Hatta No. 381 Ponorogo, Telp.(0352) 481168

Tahun Pelajaran 2013/2014

Page 2: KARYA TULIS ILMIAHblog.unnes.ac.id/dianemy/wp-content/uploads/sites/187/2015/11/smi… · 2. Drs. Dwi Hartanto, selaku wali kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo 3. Heni Hastuti, M.Pd. selaku

2

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini disahkan pada :

Hari :

Tanggal :

Tempat :

Oleh :

Wali Kelas Guru Pembimbing

(Drs.Dwi Hartanto) (Heni Hastuti M.Pd)

NIP.19650520 199403 1 004 NIP.19711226 200710 2 002

Mengetahui,

Kepala Madrasah

(Drs. H. Suhanto, MA)

NIP. 19570405 198303 1 002

Page 3: KARYA TULIS ILMIAHblog.unnes.ac.id/dianemy/wp-content/uploads/sites/187/2015/11/smi… · 2. Drs. Dwi Hartanto, selaku wali kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo 3. Heni Hastuti, M.Pd. selaku

3

HALAMAN MOTTO

1. “Tidak ada jalan yang mulus untuk sukses. Giat bekerja adalah kuncinya.”

2. “Kita ini sangat butuh kegagalan, untuk menyempurnakan sikap dan

mental kita.”

3. “Yang menghambat kesuksesan kita adalah keyakinan yang salah dan

sikap negative.”

4. “Tidak ada kesuksesan sejati tanpa kegagalan. Semakin banyak kegagalan

yang anda alami, anda semakin unggul, semakin banyak belajar, dan

semakin dekat dengan harapan anda.”

5. “Tak ada rahasia untuk sukses.Sukses itu terjadi karena persiapan, kerja

keras, dan mau belajar dari kesalahan.”

Page 4: KARYA TULIS ILMIAHblog.unnes.ac.id/dianemy/wp-content/uploads/sites/187/2015/11/smi… · 2. Drs. Dwi Hartanto, selaku wali kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo 3. Heni Hastuti, M.Pd. selaku

4

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini kami persembahkan kepada :

Allah SWT yang dengan limpahan rahmatnya akhirnya kami dapat

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan sebaik-baiknya.

Ayah dan Ibu kami tercinta yang senantiasa memberikan dorongan dan

semangat demi terselesaikannya karya tulis ilmiah ini.

Bapak Kepala Sekolah serta Bapak dan Ibu Guru MAN 2 Ponorogo.

Ibu Heni Hastuti selaku pembimbing kami yang dengan kesabaran dan

bimbingannya karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan sebaik-

baiknya.

Taman-teman satu tim yang telah bekerja sama.

Dan teman-teman kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo yang telah mendukung

terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah kami.

Serta kepada jiwa-jiwa yang hatinya telah tertambat pada Tuhannya, hati

yang dipenuhi cinta kepada Rabbinya, semoga Karya Tulis Ilmiah ini

bermanfaat.

Page 5: KARYA TULIS ILMIAHblog.unnes.ac.id/dianemy/wp-content/uploads/sites/187/2015/11/smi… · 2. Drs. Dwi Hartanto, selaku wali kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo 3. Heni Hastuti, M.Pd. selaku

5

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq,

serta hidayahnya kepada kita sehingga kita masih diberi kesempatan untuk

melaksanakan kegiatan seperti biasanya. Sholawat serta salam semoga tetap

tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari

jaman jahiliyah menuju jaman islamiah seperti yang kita rasakan sekarang ini.

Karya tulis ilmiah ini kami susun untuk memenuhi sebagian tugas semester

genap mata pelajaran Bahasa Indonesia MAN 2 Ponorogo. Karya Tulis Ilmiah ini

membahas tentang unsur-unsur intrinsik sebuah novel bergenre romantisme karya

Taufiqurrahman Al-Azizy yang berjudul RINTIHAN DARI LEMBAH

LEBANON.

Dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini, kami banyak mendapat dukungan

serta bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini kami

mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bpk. Drs. H. Suhanto, selaku kepala sekolah MAN 2 Ponorogo

2. Drs. Dwi Hartanto, selaku wali kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo

3. Heni Hastuti, M.Pd. selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dan

Guru Pembimbing dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Orang tua, yang telah memberikan dukungan moral dan material

5. Teman-teman yang telah bekerja sama serta Teman-teman XI IPA 2,

yang telah memberikan motivasinya.

Kami menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami

butuhkan demi kebaikan Karya Tulis Ilmiah ini ke depannya. Akhirnya, semoga

Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat untuk kita semua, amin.

Ponorogo, Mei 2014

Penulis

Page 6: KARYA TULIS ILMIAHblog.unnes.ac.id/dianemy/wp-content/uploads/sites/187/2015/11/smi… · 2. Drs. Dwi Hartanto, selaku wali kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo 3. Heni Hastuti, M.Pd. selaku

6

DAFTAR LAMPIRAN

A. LAMPIRAN I

Cover Novel Rintihan dari Lembah Lebanon Karya Taufiqurrahman Al-

Azizy

B. LAMPIRAN 11

Biografi Penulis Novel Rintihan dari Lembah Lebanon (Taufiqurrahman Al-

Azizy)

C. LAMPIRAN III

Sinopsis Novel Rintihan dari Lembah Lebanon

Page 7: KARYA TULIS ILMIAHblog.unnes.ac.id/dianemy/wp-content/uploads/sites/187/2015/11/smi… · 2. Drs. Dwi Hartanto, selaku wali kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo 3. Heni Hastuti, M.Pd. selaku

7

DAFTAR ISI

Halaman Judul…….…………………………………………………………….… i

Halaman Pengesahan……………………………………………………….......... ii

Halaman Motto………………………………………………………………….. iii

Halaman Persembahan…………………………………………………………... iv

Kata Pengantar…………………………………………………………………… v

Daftar Lampiran…………………………………………………………………. vi

Daftar Isi……………………………………………………………………....... vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………………..….. 1

B. Rumusan Masalah ………………………...…………………………... 2

C. Tujuan ……………………………...……………………………….… 2

D. Metode …………………...…………………………………………… 2

E. Teknik Pengumpulan Data …………...……………………………..... 3

F. Sistematika Pembahasan ……………………..………………………. 3

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengertian Sastra ……………………………………………………........ 4

B. Jenis - Jenis Sastra ……………………………………………………...... 4

1. Sastra Berdasarkan Bentuknya ………………………………………. 5

2. Sastra Berdasarkan Isinya ...…………………………………………. 5

3. Sastra Berdasarkan Sejarahnya………………………………………..5

a. Kesusastraan Lama….……………………………………………..6

b. Kesusastraan Peralihan……….……………………………………6

c. Kesusastraan Baru…………….…………………………………...6

C. Pengertian Novel……………………….………………………………….6

Page 8: KARYA TULIS ILMIAHblog.unnes.ac.id/dianemy/wp-content/uploads/sites/187/2015/11/smi… · 2. Drs. Dwi Hartanto, selaku wali kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo 3. Heni Hastuti, M.Pd. selaku

8

D. Macam – Macam Novel……………….…………………………………. 7

1. Novel Romantis…………………….………………………………… 7

2. Novel Komedi……………………………………………………....... 7

3. Novel Religi………………………………………………………...... 7

4. Novel Horor………………………………………………………….. 8

5. Novel Misteri………………………………………………………… 8

6. Novel Inspiratif………………………………………………………. 8

E. Pengertian Unsur –Unsur Intrinsik Novel

1. Pengertian Tema……………………………….……………………... 8

2. Pengertian Tokoh dan Penokohan………….………………………... 9

3. Pengertian Alur……………………………….……………………… 9

4. Pengertian Setting/Latar……………………….………………..........10

5. Pengertian Sudut Pandang…………….……………….……………..11

6. Pengertian Gaya Bahasa……………………………………….……..11

7. Pengertian Amanat…………………………………………….……..12

BAB III PEMBAHASAN

A. Tema……………………………………………………………………...13

B. Tokoh dan Penokohan……………………………………………………13

C. Alur……………………………………………………………………... 24

D. Setting/Latar……………………………………………………….……..25

E. Sudut Pandang……………………………………………………………31

F. Gaya Bahasa……………………………………………………………...32

G. Amanat……………………………………………………………….......33

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………... 34

B. Saran……………………………………………………………………...35

Daftar Pustaka……………………………………………………………………36

Daftar Lampiran………………………………………………………………….37

Page 9: KARYA TULIS ILMIAHblog.unnes.ac.id/dianemy/wp-content/uploads/sites/187/2015/11/smi… · 2. Drs. Dwi Hartanto, selaku wali kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo 3. Heni Hastuti, M.Pd. selaku

9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sastra adalah ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran,

perasaan, gagasan, semangat, keyakinan, dalam suatu bentuk gambaran

kongkret yang membangkitkan pesona dengan alat-alat bahasa. Manusia

menggunakan karya sastra sebagai sarana untuk mengungkapkan gagasan,

pengalaman, pemikiran dan sebagainya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

karya sastra sangat bermanfaat bagi manusia dan pembacanya.

Karya sastra yang baik adalah karya sastra yang mampu meniggalkan

kesan yang mendalam bagi pembacanya. Pembaca dapat dengan bebas

melarutkan diri bersama karya itu, dan mendapatkan kepuasan oleh karenanya.

Menurut Aristoteles karya sastra dapat digolongkan dalam beberapa kriteria.

Ada tiga kriteria dipandang dari segi perwujudannya, diantara ketiga kriteria

tersebut adalah teks naratik (epik) yaitu novel, roman, dan cerpen.

Novel adalah salah satu karya sastra yang berbentuk prosa fiksi yang

banyak mengangkat permasalahan dari kehidupan seseorang yang sangat

menarik untuk dibaca. Pada masa kini, novel banyak digemari oleh para

remaja pada umumnya dan oleh pecinta sastra pada khususnya.

Dalam sebuah novel terdapat dua unsure penting yang selalu melingkupi

jalan ceritanya sebuah novel, yaitu unsure intrinsic dan unsure ekstrinsik.

Unsure intrinsic novel meliputi tema, alur, tokoh dan penokohan, setting,

amanat, sudut pandang, serta gaya bahasa. Sedangkan unsure ekstrinsik novel

meliputi latar belakang penulis, serta keadaan social budaya ketika novel

tersebut ditulis.

Unsure intrinsik novel membantu para pembaca dalam memahami

keseluruhan isi dari sebuah novel. Karena pentingnya mengetahui unsure

intrisik dalam novel, kami terpicu untuk menjadikan pembahasan ini kedalam

Page 10: KARYA TULIS ILMIAHblog.unnes.ac.id/dianemy/wp-content/uploads/sites/187/2015/11/smi… · 2. Drs. Dwi Hartanto, selaku wali kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo 3. Heni Hastuti, M.Pd. selaku

10

sebuah karya tulis ilmiah. Tujuannya adalah agar dapat mempermudah para

pembaca dalam memahami keseluruhan isi dari sebuah novel.

Novel yang akan kami analisa unsure intrisiknya adalah sebuah novel

bergenre romantic berjudul “Rintihan Dari Lembah Lebanon” karya

Taufiqurrahman Al „Azizy. Novel tersebut menggambarkan kepedihan cinta

suci yang dirasakan seorang pemuda asal Indonesia bernama Alif yang harus

merelakan seorang gadis yang telah menjadi kekasih hatinya sejak ia

dipesantren untuk seorang sahabat baiknya. Kisah cintanya yang terbalas

dengan pengkhianatan karena bentangan Indonesia-Lebanon yang terlalu jauh

tak mampu mempertahankan ikatan yang telah terjalin.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana dan apa saja unsur-unsur intrinsic yang terkandung dalam

novel “Rintihan dari Lembah Lebanon” karya Taufiqurrahaman Al „Azizy?

C. Tujuan

Tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk mengetahui

unsure-unsur intrinsic yang terdapat dalam novel “Rintihan dari Lembah

Lebanon” karya Taufiqurrahaman Al „Azizy.

D. Metode Penelitian

Metode penelitian yang kami gunakan untuk membuat karya tulis ini

adalah metode deskriptif kualitatif. Diskriptif artinya yaitu metode penelitian

nonhipotesis dan noneksperiment, namun hanya menggambarkan suatu data

dengan cara menganalisis dan mencermati secara intensif untuk mendapatkan

data-data dari sebuah novel. Sedangkan sumber datanya kami peroleh dari

sebuah novel bergenre romantic berjudul “ Rintihan Dari Lembah Lebanon”

karya Taufiqurrahman Al „Azizy. Sedangkan yang dimaksud kualitatif yaitu

Page 11: KARYA TULIS ILMIAHblog.unnes.ac.id/dianemy/wp-content/uploads/sites/187/2015/11/smi… · 2. Drs. Dwi Hartanto, selaku wali kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo 3. Heni Hastuti, M.Pd. selaku

11

metode penelitian yang khusus pada penelitian berupa huruf-huruf bukan

penelitian yang berhubungan dengan angka-angka.

E. Tehnik Pengumpulan Data

1. Membaca novel Rintihan dari Lembah Lebanon karya Taufiqurrahman al-

Azizy secara intensif untuk mencari unsur-unsur intrinsik yang terkandung

dalam novel tersebut.

2. Mencari sumber-sumber lain yang mendukung seperti sumber dari internet

dan buku-buku referensi yang lain.

3. Mencatat unsure intrinsik yang terdapat dalam novel Rintihan dari Lembah

Lebanon.

4. Mencatat pokok-pokok yang tergantung dalam novel tersebut.

5. Menulis kesimpulan dari novel Rintihan dari Lembah Lebanon.

6. Menulis kembali unsur-unsur intrinsik yang telah disimpulkan dari novel

Rintihan dari Lembah Lebanon ke dalam paragraph yang padu.

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dari pembuatan karya tulis ilmiah ini adalah

sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN yang berisi latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, teknik pengumpulan data, dan

sistematika penulisan. BAB II KAJIAN TEORI, dalam kajian teori ini berisi

pengertian sastra serta macam-macamnya, pengertian novel dan jenis-jenisnya,

serta unsure-unsur yang membangun sebuah novel, yaitu berupa unsure

intrinsic dan ekstrinsik dalam suatu novel. BAB III PEMBAHASAN,

merupakan bab inti yang berisi penjelasan dan pembahasan menyeluruh terkait

dengan unsure-unsur intrinsic dari novel “Rintihan dari Lembah Lebanon”.

BAB IV berisi penutup, kesimpulan, dan saran.

Page 12: KARYA TULIS ILMIAHblog.unnes.ac.id/dianemy/wp-content/uploads/sites/187/2015/11/smi… · 2. Drs. Dwi Hartanto, selaku wali kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo 3. Heni Hastuti, M.Pd. selaku

12

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Sastra

Sastra (Sanskerta: shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta

„Sastra‟, yang berarti “teks yang mengandung instruksi” atau “pedoman”, dari

kata dasar „Sas‟ yang berarti “instruksi” atau “ajaran” dan „Tra‟ yang berarti

“alat” atau “sarana”. “Sastra lahir oleh dorongan manusia untuk

mengungkapkan diri, tentang masalah manusia, kemanusiaan, dan semesta

(Semi, 1993 : 1).

Terdapat beberapa kutikan menarik dari Dr. Wahyudi S., seorang dosen

yang sejak tahun 1988 hingga sekarang telah menjadi dosen di Universitas

Malang dan turut aktif dalam memberikan sumbangsih serta berdedikasi dalam

bidang penelitian dan pengajaran sastra. “Kalau kita berbicara tentang studi

sastra, hal yang tidak boleh ditinggalkan adalah pembicaraan tentang karya

sastra itu sendiri. Tanpa ada karya sastra, kita tidak mungkin berbicara tentang

studi sastra. Sastra adalah pengungkapan masalah hidup, filsafat, dan ilmu

jiwa. Sastra adlaah kekayaan rohani yang dapat memperkaya rohani. Sastrawan

dapat dikatakan sebagai ahli ilmu jiwa dan filsafat yang mengungkapkan

masalah hidup, kejiwaan, dan filsafat, bukan dengan cara teknis akademis

melainkan melalui tulisan sastra.”

Dalam sebuah buku referensi yang kami miliki, dikatakan pula bahwa

“Karya sastra adalah anak kehidupan kreatif seorang penulis dan

mengungkapkan pribadi pengarang.” (Selden, 1985 : 52).

B. Jenis-Jenis Sastra

Secara umum, sastra dibagi menjadi dua, yaitu prosa dan puisi. Prosa

adalah karya sastra yang tidak terikat sedangkan puisi adalah karya sastra yang

Page 13: KARYA TULIS ILMIAHblog.unnes.ac.id/dianemy/wp-content/uploads/sites/187/2015/11/smi… · 2. Drs. Dwi Hartanto, selaku wali kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo 3. Heni Hastuti, M.Pd. selaku

13

terikat dengan kaidah dan aturan tertentu. Contoh karya sastra puisi yaitu puisi,

pantun, dan syair sedangkan contoh karya sastra prosa yaitu novel,

cerita/cerpen, dan drama.

1. Dilihat dari bentuknya, sastra terdiri atas 4 bentuk, yaitu :

a. Prosa, bentuk sastra yang diuraikan menggunakan bahasa bebas dan

panjang tidak terikat oleh aturan-aturan seperti dalam puisi.

b. Puisi, bentuk sastra yang diuraikan dengan menggunakan bahasa yang

singkat dan padat serta indah.

c. Prosa liris, bentuk sastra yang disajikan seperti bentuk puisi namun

menggunakan bahasa yang bebas terurai seperti pada prosa.

d. Drama, yaitu bentuk sastra yang dilukiskan dengan menggunakan bahasa

yang bebas dan panjang, serta disajikan menggunakan dialog atau

monolog. Drama ada dua pengertian, yaitu drama dalam bentuk naskah

dan drama yang dipentaskan.

2. Dilihat dari isinya, sastra terdiri atas 4 macam, yaitu :

a. Epik, karangan yang melukiskan sesuatu secara obyektif tanpa

mengikutkan pikiran dan perasaan pribadi pengarang.

b. Lirik, karangan yang berisi curahan perasaan pengarang secara subyektif.

c. Didaktif, karya sastra yang isinya mendidik penikmat/pembaca tentang

masalah moral, tatakrama, masalah agama, dll.

d. Dramatik, karya sastra yang isinya melukiskan sesuatu kejadian(baik atau

buruk) denan pelukisan yang berlebih-lebihan.

3. Dilihat dari sejarahnya, sastra terdiri dari 3 bagian, yaitu :

a. Kesusastraan Lama, kesusastraan yang hidup dan berkembang dalam

masyarakat lama dalam sejarah bangsa Indonesia. Kesusastraan Lama

Indonesia dibagi menjadi :

1) Kesusastraan zaman purba,

2) Kesusastraan zaman Hindu Budha,

3) Kesusastraan zaman Islam, dan

4) Kesusastraan zaman Arab – Melayu.

Page 14: KARYA TULIS ILMIAHblog.unnes.ac.id/dianemy/wp-content/uploads/sites/187/2015/11/smi… · 2. Drs. Dwi Hartanto, selaku wali kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo 3. Heni Hastuti, M.Pd. selaku

14

b. Kesusastraan Peralihan, kesusastraan yang hidup di zaman Abdullah bin

Abdulkadir Munsyi. Karya-karya Abdullah bin Abdulkadir Munsyi ialah:

1) Hikayat Abdullah

2) Syair Singapura Dimakan Api

3) Kisah Pelayaran Abdullah ke Negeri Jeddah

4) Syair Abdul Muluk, dll.

c. Kesusastraan Baru, kesusastraan yang hidup dan berkembang dalam

masyarakat baru Indonesia. Kesusastraan Baru mencangkup kesusastraan

pada Zaman :

1) Balai Pustaka / Angkatan 20

2) Pujangga Baru / Angkatan 30

3) Jepang

4) Angkatan 45

5) Angkatan 66

(http://asemmanis.wordpress.com/2009/10/03/pengertian-sastra-secara-

umum-dan-menurut-para-ahli/)

C. Pengertian Novel

Novel adalah salah satu bentuk dari sebuah karya sastra. Novel

merupakan cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan mempunyai

unsur instrinsik dan ekstrinsik. Sebuah novel biasanya menceritakan tentang

kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sesamanya.

Dalam sebuah novel, si pengarang berusaha semaksimal mungkin untuk

mengarahkan pembaca kepada gambaran-gambaran realita kehidupan melalui

cerita yang terkandung dalam novel tersebut.

Novel berasal dari bahasa Itali novella yang berarti “sepotong kisah atau

berita”. Kemudian, kata itu diartikan sebagai sebuah karya sastra dalam bentuk

prosa. Jepang adalah tempat lahir novel yang pertama. Novel itu berjudul

Hikayat Genji, yang ditulis pada abad ke-11 oleh Murasaki Shikibu.

Page 15: KARYA TULIS ILMIAHblog.unnes.ac.id/dianemy/wp-content/uploads/sites/187/2015/11/smi… · 2. Drs. Dwi Hartanto, selaku wali kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo 3. Heni Hastuti, M.Pd. selaku

15

Novel adalah salah satu bentuk dari sebuah karya sastra. Novel

merupakan cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan mempunyai

unsur instrinsik dan ekstrinsik. Sebuah novel biasanya menceritakan tentang

kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sesamanya.

Dalam sebuah novel, si pengarang berusaha semaksimal mungkin untuk

mengarahkan pembaca kepada gambaran-gambaran realita kehidupan melalui

cerita yang terkandung dalam novel tersebut.

(http://www.e-jurnal.com/2013/12/pengertian-novel-menurut-para-ahli.html).

D. Macam-Macam Novel

1. Novel Romantis

Novel romantis adalah novel yang memuat cerita panjang bertemakan

percintaan. Novel ini hanya dibaca khusus oleh para remaja dan orang

dewasa. Alur ceritanya pertemuan kedua tokoh yang berlawanan jenis

tersebut ditulis semenarik mungkin. Lalu dilanjutkan dengan konflik-konflik

percintaan hingga mencapai sebuah titik klimaks, lalu diakhiri dengan

sebuah ending yang kebanyakan bercabang jadi tiga: happy ending (dua

tokoh utama bersatu), sad ending (dua tokoh utama tidak bersatu), dan

ending menggantung (pembaca dibiarkan menyelesaikan sendiri kisah itu).

2. Novel Komedi

Novel komedi adalah novel yang memuat cerita yang humoris (lucu)

dan menarik dengan gaya bahasa yang ringan dengan diiringi gaya humoris

dan mudah dipahami.

3. Novel Religi

Novel ini bisa saja merupakan kisah romantis atau inspiratif yang

ditulis lewat sudut pandang religi. Atau novel yang lebih mengarah kepada

religi meski tema tersebut beragam.

Page 16: KARYA TULIS ILMIAHblog.unnes.ac.id/dianemy/wp-content/uploads/sites/187/2015/11/smi… · 2. Drs. Dwi Hartanto, selaku wali kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo 3. Heni Hastuti, M.Pd. selaku

16

4. Novel Horor

Novel ini biasanya bercerita seputar hantu. Sisi yang menarik dari

novel ini adalah latar tempatnya, yang kebanyakan sebagai sumber hantu itu

berasal. Cerita juga biasa disajikan dalam bentuk perjalanan sekelompok

orang ke tempat angker.

5. Novel Misteri

Novel ini adalah novel yang biasanya memuat teka-teki rumit yang

merespons pembacanya untuk berpartisipasi dalam menyelesaikan masalah

tersebut. Bersifat mistis, dan keras.Tokoh-tokoh yg terlibat biasanya banyak

dan beragam, seperti polisi, detektif, ilmuwan, budayawan, dll.

6. Novel Inspiratif

Novel Inspiratif adalah novel yang menceritakan sebuah cerita yang

bisa memberi inspirasi pembacanya. Biasanya novel inspiratif ini banyak

yang berasal dari cerita nonfiksi atau nyata. Tema yang disuguhkan pun

banyak, seperti tentang pendidikan, ekonomi, politik, prestasi, dan

percintaan. Gaya bahasanya pun kuat, deskriptif, dan akhirnya menemui

karakter tokoh yang tak terduga.

(http://ide-venivriliani.blogspot.com/2013_04_01_archive.html ).

E. Unsur Intrinsik Novel

Yang dimaksud unsur - unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra adalah

unsur-unsur pembangun karya sastra yang dapat ditemukan di dalam teks karya

sastra itu sendiri. Yaitu sebagai berikut :

1. Tema

Gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra

disebut tema. Atau gampangnya, tema adalah sesuatu yang menjadi dasar

cerita, sesuatu yang menjiwai cerita, atau sesuatu yang menjadi pokok

masalah dalam cerita.

Page 17: KARYA TULIS ILMIAHblog.unnes.ac.id/dianemy/wp-content/uploads/sites/187/2015/11/smi… · 2. Drs. Dwi Hartanto, selaku wali kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo 3. Heni Hastuti, M.Pd. selaku

17

Tema merupakan inti atau pokok persoalan yang menjadi dasara

pengembangan cerita. Tema menyngkut segala persoalan, baik masalah

kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan, dan sebagainya

(Engkos Kosasih, 2005 : 99).

2. Tokoh

Tokoh adalah individu ciptaan/rekaan pengarang yang mengalami

peristiwa-peristiwa atau lakuan dalam berbagai peristiwa cerita. Pada

umumnya tokoh berwujud manusia, namun dapat pula berwujud binatang

atau benda yang diinsankan.

Tokoh sentral adalah tokoh yang banyak mengalami peristiwa dalam

cerita.

Tokoh sentral dibedakan menjadi dua, yaitu:

a.Tokoh sentral protagonis, yaitu tokoh yang membawakan perwatakan

positif atau menyampaikan nilai-nilai positif.

b.Tokoh sentral antagonis, yaitu tokoh yang membawakan perwatakan yang

bertentangan dengan protagonis atau menyampaikan nilai-nilai negatif.

3. Penokohan atau perwatakan

Penokohan merupakan penggambaran suatu watak tokoh dalam

sebuah novel. "Tokoh tersebut digambarkan mempunyai karakter atau sifat,

misalnya pemarah, periang, pemabuk,atau rajin. Penggambaran watak tokoh

dapat secara langsung ataupun tidak langsung." (Syamsuddin A. R. 2005 :

98).

4. Alur

Tema merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh

hubungan sebab-akibat (Engkos Kosasih, 2006 : 83). Tema adalah jalinan

cerita yang dibuat oleh pengarang dalam menjalin kejadian secara beruntun

atau rangkaian/jalinan antar peristiwa/ lakuan dalam cerita. Sebuah cerita

sebenarnya terdiri dari berbagai peristiwa yang memiliki hubungan sebab-

Page 18: KARYA TULIS ILMIAHblog.unnes.ac.id/dianemy/wp-content/uploads/sites/187/2015/11/smi… · 2. Drs. Dwi Hartanto, selaku wali kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo 3. Heni Hastuti, M.Pd. selaku

18

akibat. Jalinan itu yang dinamakan alur/plot. Alur dapat dikategorikan

menjadi tiga :

a. Alur maju (alur lurus)

Rangkaian peristiwanya bergerak maju dari awal ke akhir (kronologis)

b. Alur mundur (alur flashback)

Rangkaian peristiwanya bergerak mundur dari akhir ke awal (set back)

c. Alur campuran (maju-mundur)

Rangkaian peristiwa bergerak secara acak.

6. Setting/Latar

Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan

dengan waktu, ruang, dan situasi terjadinya peristiwa dalam suatu karya

sastra beserta tempatnya (Syamsuddin A. R. 2005 : 99). Latar dapat

dibedakan ke dalam dua unsur pokok:

a. Latar tempat, mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan

dalam sebuah novel.

b. Latar waktu, berhubungan dengan masalah „kapan‟ terjadinya peristiwa-

peristiwa yang diceritakan dalam sebuah novel.

c. Latar suasana, suasana adalah salah satu unsur intrinsik yang berkaitan

dengan keadaan psikologis yang timbul dengan sendirinya bersamaan

dengan jalan cerita. Suatu cerita menjadi menarik karena berlangsung

dalam suasana tertentu. Misalnya, suasana gembira, sedih, tegang, penuh

semangat, tenang, damai, dan sebagainya. Suasana dalam cerita biasanya

dibangun bersama pelukisan tokoh utama. Pembaca mengikuti kejadian

demi kejadian yang dialami tokoh utama dan bersama dia pembaca

dibawa larut dalam suasana cerita.

Page 19: KARYA TULIS ILMIAHblog.unnes.ac.id/dianemy/wp-content/uploads/sites/187/2015/11/smi… · 2. Drs. Dwi Hartanto, selaku wali kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo 3. Heni Hastuti, M.Pd. selaku

19

7. Sudut Pandang

Sudut pandang atau titik pengisahan adalah posisi pengarang dalam

membawakan cerita (Engkos Kosasih, 2006 : 83). Posisi pengarang ini

terdiri atas dua macam :

a. Sudut pandang orang pertama

Pada sudut pandang orang pertama, posisi pengarang berada di

dalam cerita. Ia terlibat dalam cerita dan menjadi salah satu tokoh dalam

cerita (bisa tokoh utama atau tokoh pembantu). Salah satu ciri sudut

pandang orang pertama adalah penggunaan kata ganti „aku‟ dalam cerita.

Oleh karena itu, sudut pandang orang pertama sering disebut juga sudut

pandang akuan.

b. Sudut pandang orang ketiga

Pada sudut pandang orang ketiga, pengarang berada di luar cerita.

Artinya dia tidak terlibat dalam cerita. Pengarang berposisi tak ubahnya

seperti dalang atau pencerita saja. Ciri utama sudut pandang orang ketiga

adalah penggunaan kata ganti „dia‟ atau „nama-nama tokoh‟.

(http://halaisu.blogspot.com/2012/04/makalah-menjelaskan-unsur-

intrinsik.html).

9. Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah cara pengarang mengungkapkan ceritanya melalui

bahasa yang digunakan. Setiap pengarang memiliki gaya masing-masing.

Gaya bahasa berfungsi sebagai alat utama pengarang untuk melukiskan,

menggambarkan, dan menghidupkan cerita secara estetika. misalnya

personifikasi, gaya bahasa ini mendeskripsikan benda–benda mati dengan

cara memberikan sifat–sifat seperti manusia. Simile (perumpamaan), gaya

bahasa ini mendeskripsikan sesuatu dengan pengibaratan. Hiperbola, gaya

bahasa ini mendeskripsikan sesuatu dengan cara berlebihan dengan maksud

memberikan efek berlebihan.

Page 20: KARYA TULIS ILMIAHblog.unnes.ac.id/dianemy/wp-content/uploads/sites/187/2015/11/smi… · 2. Drs. Dwi Hartanto, selaku wali kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo 3. Heni Hastuti, M.Pd. selaku

20

”Gaya bahasa berfungsi untuk menciptakan suatu nada atau suasana

persuasive, serta merumuskan dialog yang mampu memperlihatkan

hubungan dan interaksi antara sesame tokoh. Kemampuan sang penulis

mempergunakan bahasa secara cermat dapat menjelmakan suatu suasana

yang berterus terang atau satiris, simpatik atau menjengkelkan, dan objektif

atau emosional" (Engkos Kosasih, 2006 : 84).

10. Amanat

Amanat merupakan ajaran moral atau pesan yang hendak

disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya itu (Engkos

Kosasih, 2006 : 84). Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan

pengarang kepada pembaca. Amanat dalam cerita bisa berupa nasihat,

anjuran, atau larangan untuk melakukan/tidak melakukan sesuatu. Yang

jelas, amanat dalam sebuah cerita pasti pesan yang bersifat positif.

Page 21: KARYA TULIS ILMIAHblog.unnes.ac.id/dianemy/wp-content/uploads/sites/187/2015/11/smi… · 2. Drs. Dwi Hartanto, selaku wali kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo 3. Heni Hastuti, M.Pd. selaku

21

BAB III

PEMBAHASAN

A. Tema

Novel yang berjudul RINTIHAN DARI LEMBAH LEBANON karya

Taufiqurrahman Al Azizy ini memiliki tema percintaan dan persahabatan.

Karena novel ini menceritakan tentang kehidupan cinta pemuda asal Indonesia

bernama Alif yang harus terhianati oleh kekasihnya yang bernama Naysila

yang lebih memilih Aziz, sahabat Alif sendiri karena jarak antara Indonesia-

Lebanon yang membuat mereka tak mampu mempertahankan cintanya.

B. Tokoh dan Penokohan

1. Tokoh Utama

a. Alif :

1) Pekerja keras, watak Alif yang pekerja keras dapat diketahui ketika

Alif bekerja keras di lading tembakau milik ayah Aziz. "Tangan

kanannya memegang kokoh cangkul yang bersandar di pundak

kanannya, sedang tangan kirinya memegang sabit yang putih

berkilauan tertimpa cahaya matahari." (Taufiqurrahman, 2012 :

14).

2) Romantis, watak Alif yang romantis dapat diketahui ketika Alif

akan berpisah dengan Naysila, Alif berkata, "Naysila, bersabarlah.

Jangan lagi ada duka di wajahmu karena perpisahan ini.

Perpisahan ini hanya sementara karena setelah berpisah kita akan

kembali bersua. Sekiranya rindu mengamuk di hatimu, cukuplah

engkau membuka lipatan kertas–kertas putih bahasa cintaku,

mewakili kehadiranku di sisimu." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012

: 13).

Page 22: KARYA TULIS ILMIAHblog.unnes.ac.id/dianemy/wp-content/uploads/sites/187/2015/11/smi… · 2. Drs. Dwi Hartanto, selaku wali kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo 3. Heni Hastuti, M.Pd. selaku

22

3) Tegar, watak Alif yang tegar dapat diketahui dari kalimat yang

secara langsung digambarkan oleh penulis. "Tak ada pemuda yang

lebih kaya daripada Alif di desa ini. Sebab dalam kesendirian, ia

tegakkan langkah. Dalam kesunyian jiwa, ia senandungkan

harapan dan cita–cita." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 18).

4) Sabar, watak Alif yang sabar dapat diketahui ketika Alif dipukuli

oleh teman-teman di pesantrennya. Ia berkata, "Aku berdoa kepada

Tuhan demi kebaikan mereka. Aku juga berdoa kapada Tuhan agar

kejadian ini bisa menghaluskan hati mereka." (Taufiqurrahman Al

Azizy, 2012 : 128).

5) Cerdas, watak Alif yang cerdas dapat diketahui ketika ada ujian di

pesantren. "Saat ujian hafalan Al-Qur'an digelar, aku adalah

santriwan yang paling lancar dan paling sedikit kesalahannya.

Bacaan Al-Qur'anku mengalir deras bagai kucuran hujan."

(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 129).

6) Suka menyendiri, dapat diketahui ketika Alif dijauhi oleh teman-

temannya di pesantren. "Malam mengirimkan udaranya yang

dingin. Wajahnya berselimutkan bintang-gemintang. Sejak saat itu

aku sering kali memilih sendiri, menghindar dari para santri."

(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 43).

7) Tabah, dapat diketahui saat Alif diejek teman-temannya setelah ia

melanggar aturan pesantren. "Tak kutampakkan wajah sedih lagi.

Bahkan kutegakkan kepalaku. Kubalas teriakan, ejekan, dan

cibiran sahabat-sahabat santri dengan senyuman…"

(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 90).

8) Cengeng, dapat diketahui ketika Alif dihukum di ruang sempit

dekat dapur. "Kutempati ruang pengap dan gelap ini sendirian.

Menetes air mataku menerima pengucilan dan pengasingan.

Ruangan ini tanpa jendela. . . . ." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012

: 101).

Page 23: KARYA TULIS ILMIAHblog.unnes.ac.id/dianemy/wp-content/uploads/sites/187/2015/11/smi… · 2. Drs. Dwi Hartanto, selaku wali kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo 3. Heni Hastuti, M.Pd. selaku

23

9) Teguh pendirian, dapat diketahui saat Alif dipaksa untuk mengakui

kesalahan yang tidak ia lakukan. "Apakah saya harus bersumpah

atas nama Allah untuk urusan sekecil ini. . . . Begitu rendah ia

menghargai Tuhannya kalau toh malam itu aku memang benar

yang meniup seruling itu aku tetap tidak akan bersumpah atas

nama Tuhan sebab aku akan mengakuinya." (Taufiqurrahman Al

Azizy, 2012 : 123).

10) Dermawan, dapat diketahui ketika Alif melihat seorang gadis kecil

yatim piatu bersama seorang adiknya. "Alif kemudian berkata lagi,

mas kuserahkan uang ini kepadamu untuknya. Engkau lebih tau

kehidupan anak ini dan adiknya. Mudah-mudahan uang itu

meringankan bebannya." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 360).

11) Pemberani, dapat diketahui ketika Soimah menyuruh Alif agar

pergi karena penduduk Desa Dadapayam akan menghakiminya

karena fitnah yang telah Salman tuduhkan pada Alif. "Tetapi aku

tak akan pergi, lanjut Alif. "Kepergian adalah tindakan pengecut

dari seseorang yang ingin menolak dari tanggung jawab."

(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 375).

b. Aziz :

1) Toleransi, watak Aziz yang toleransi dapat diketahui ketika

penduduk Desa Dadapayam memperlakukan Alif, sahabat Aziz

dengan perlakuan yang berbeda dengan Aziz. "Ia senang dengan

pujian, tetapi hatinya sakit bila sang karib dihinakan. Kenapa

orang-orang memandangnya dengan takjub, menempatkannya

pada kedudukan yang tinggi dan luhur, sedang mereka

memandang Alif dengan rendah dan hina…."

(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 16).

2) Ingin tahu, sikap Aziz yang sangat ingin tahu dapat diketahui dari

rasa penasarannya untuk mendengarkan kisah kehidupan dan cinta

sahabatnya, yaitu Alif. "Ia duduk di samping Alif, lalu berucap,

tidak baik menyimpan kebahagiaan untuk diri sendiri. Adakah ku

Page 24: KARYA TULIS ILMIAHblog.unnes.ac.id/dianemy/wp-content/uploads/sites/187/2015/11/smi… · 2. Drs. Dwi Hartanto, selaku wali kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo 3. Heni Hastuti, M.Pd. selaku

24

tak terlalu berharga untuk mendapatkan sekecap rasa indah di

hatimu tentang gadis itu?" (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 20).

3) Tulus, watak Aziz yang tulus dapat dilihat ketika Aziz ditanya oleh

ayahnya tentang gadis yang ia cinta. "Saya mencintai Lubna

dengan sepenuh jiwa saya. Saya yakin bahwa Lubnalah yang telah

dipilihkan Tuhan untuk hidup saya. Lubna adalah cinta pertama

saya dan akan menjadi cinta terakhir saya." (Taufiqurrahman Al

Azizy, 2012 : 160).

4) Empati, dapat diketahui ketika Alif bercerita bahwa ia dipukuli

teman-temannya di pesantren saat ia meniupkan seruling bambu.

"Seharusnya engkau tak dipukul kepalamu, ucap Aziz yang seakan-

akan merasakan apa yang dirasakan sahabatnya itu. Bila aku ada

di sana itu, kan kupukul kepalanya dua kali lipat dari pukulan

yang ia alkukan kepadamu. (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 63).

5) Rendah Hati, dapat diketahui ketika orang-orang di Desanya

memandang agung kehidupan Aziz yang serba mewah.

“Terkadang kepicikan jiwa mendorongnya untuk meruntuhkan

rumah megah dan besar sang ayah, agar harga seseorang tak

dinilai dari keadaan rumahnya.” (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012

: 19).

6) Berjiwa sosial, dapat diketahui ketika Aziz pergi ke Lebanon,

sebuah negara tempat yang telah luluh lantah tempat dimana

terjadinya perang besar antara Palestina dan Israel untuk tujuan

kemanusiaan. “Beberapa hari yang akan datang kami akan segera

bergabung dengan tim kemanusiaan dari jakarta dengan misi

kemanusiaan…… Di Jakarta nanti kami akan bergabung dengan

delapan orang aktifis dari berbagai kota yang mewakili lembaga-

lembaga swadayanya masing-masing.” (Taufiqurrahman Al Azizy,

2012 : 163).

7) Pencemburu, dapat diketahui ketika Aziz melihat Lubna,

kekasihnya berdua-duaan sepanjang hari dengan Ghufron,

Page 25: KARYA TULIS ILMIAHblog.unnes.ac.id/dianemy/wp-content/uploads/sites/187/2015/11/smi… · 2. Drs. Dwi Hartanto, selaku wali kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo 3. Heni Hastuti, M.Pd. selaku

25

sahabatnya. “Hatiku telah terbakar rasa cemburu yang demikian

menggelegak. Jiwaku di penuhi lahar yang amat panas hingga aku

tak memperdulikan kebersamaan gufron dan lubna."

(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 254).

8) Pemarah, dapat diketahui ketika Aziz merasa cemburu dengan

Lubna. Kemudian ia melimpahkan kekesalannya kepada Ehud yang

ia temui di bawah pohon cedar saat itu. "….segera aku mengambil

ranting cedar yang tadi jatuh dari tanganku. Akan kupukuli mereka

satu per satu. Kumulai dari Ehud yang berdiri di hadapanku. Aku

maju dengan membabi buta, kupulkan ranting cedar itu keseluruh

tubuh Ehud." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 257).

c. Naysila :

1) Pemalu, dapat diketahui dari perkataan Alif ketika Alif tak sengaja

memandang Naysila saat Naysila mengikuti pelajaran mantiq yang

diajarkan olehnya. "Tanpa sengaja bola mataku memandang

seorang santriwati berjilbab merah. Ia selalu menunduk, sedang

yang lain mengangkat wajah. Ia sibuk mencatat pelajaranku,

sedang yang lainnya berebut dengan pertanyaan-pertanyaannya."

(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 274).

2) Romantis, dapat diketahui ketika Naysila mengirimkan surat

kepada Alif yang saat itu menjadi kekasihnya. "Alif kekasihku,

setiap hari diantara detak-detak jantungku, diantara desahan

nafasku, didalam tidur dan jagaku, didalam pondok dan rumahku,

rinduku kepadamu tak pernah lekang. Cinta dan sayangku

kepadamu tak pernah lekang." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 :

338).

3) Cerdas tapi Pesimis, dapat diketahui ketika Naysila akan mengikuti

seleksi masuk Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. "Saat

ujian tiba, dengan mengucap Basmalah, kukerjakan soal-soal.

Ribuan orang ikut dalam ujian ini. Nyaliku sudah ciut karena

Page 26: KARYA TULIS ILMIAHblog.unnes.ac.id/dianemy/wp-content/uploads/sites/187/2015/11/smi… · 2. Drs. Dwi Hartanto, selaku wali kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo 3. Heni Hastuti, M.Pd. selaku

26

khawatir aku siswi terbodoh dalam ujian ini. Saat tiba

pengumuman ternyata namaku ada di antara 800 calon mahasiswa

fakultas kedokteran. Tetapi aku harus melewati seleksi satu tahap

lagi, apakah aku layak masuk ke 400 besar atau tidak. Dan

Alhamdulillah aku pun masuk." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 :

340).

d. Lubna

1) Cantik, dapat diketahui dari kalimat yang secara langsung

dituliskan oleh penulis. “Ia memiliki wajah yang amat cantik.

Cantik sekali. Pipinya kemerah-merahan akibat terkena sinar

matahari. Rambutnya yang kuning keemasan begitu elok.

Tubuhnya ramping bagai cemara." (Taufiqurrahman Al Azizy,

2012 : 204).

2) Penurut, dapat diketahui ketika Lubna menerima Ehud menjadi

kekasihnya untuk ayahnya tercinta. “Kisah Ehud, Lubna dan

ayahnya tak semata-mata kisah antara ketidak berdayaan seorang

anak permpuan di hadapan ayahnnya… Ini tak semata-mata kisah

cinta, namun cinta diantara air mata, darah, keselamatan,

perebutan tanah, dan pertempuran." (Taufiqurrahman Al Azizy,

2012 : 207).

3) Baik hati dan tegar, dapat diketahui dari pujian yang dilontarkan

Aziz untuk Lubna. Aziz berkata, “Lubna lebih dari wajah dan

tubuhnya, kecantikannya tidak terdapat dari rambut emasnya,

tetapi dalam kebaikan dan kemurnian yang menyelubunginya.

Bukan dari lehernya yang jenjang, melainkan dalam keteguhan

hatinyauntuk berani memilih dan bersikap dalam menghadapi

setiap rintangan di depannya.” (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 :

233).

Page 27: KARYA TULIS ILMIAHblog.unnes.ac.id/dianemy/wp-content/uploads/sites/187/2015/11/smi… · 2. Drs. Dwi Hartanto, selaku wali kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo 3. Heni Hastuti, M.Pd. selaku

27

4) Setia, dapat diketahui dari perkataan istri Khalil tentang Lubna.

"Sekarang kita fokus pada Lubna. Hidupnya telah kersan selama

ini. Ia pergi dari desa ini sebab ingin menghindari hasrat para

pemuda desa yang mencoba mendekatinya. Lubna adalah seorang

yang teguh menepati janji terlebih pada orang yang dicintainya."

(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 497).

5) Tertutup, dapat diketahui dari cerita Hiba. "Selama ini, Lubna

seperti menghindar dari para pemuda…. Ia ingin bergaul dengan

wajar dan semestinya." (Taufiqurrahman Al-Azizy, 2012 : 229).

2. Tokoh Sampingan

a. Salman :

1) Tidak dapat menjaga rahasia, hal ini dapat diketahui dari kalimat

yang secara langsung dituliskan oleh penulis. "Salman tampak

berusaha memahami pembicaraan antara tuan dan sahabatnya itu.

Wajahnya menunjukkan rasa penasaran yang tak bisa ditutup-

tutupi. Memang begitulah Salman. Melalui lidahnya yang

bercabang dan menjulur bagai juluran ular berbisa tak ada

satupun rahasia tuannya yang tak ia sampaikan kepada orang-

orang." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 25).

2) Dengki, dapat diketahui dari sikap Salman yang begitu membenci

dan ingin menjatuhkan Alif."Salman sadar bahwa ia harus segera

menyingkir dari tempat itu. Tetapi, hatinya telah bersorak-sorai

mendengar satu kabar yang luar biasa. Wajahnya terang bagai

nyala api yang dikobarkan iblis. Ia yang selama ini memiliki hati

yang dirasuki rasa dengki kepada Alif menemukan kesempatan

untuk membakar langit pedesaan dengan kabar diusirnya Alif dari

pesantren." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 29)

Page 28: KARYA TULIS ILMIAHblog.unnes.ac.id/dianemy/wp-content/uploads/sites/187/2015/11/smi… · 2. Drs. Dwi Hartanto, selaku wali kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo 3. Heni Hastuti, M.Pd. selaku

28

3) Penghasut dan picik, dapat diketahui ketika Aziz menjelaskan

kepada seluruh warga bahwa bukan Alif yang bersalah, namun Alif

telah difitnah oleh Salman. "Salman memberiku usul untuk

memfitnah Alif. Salman yang memiliki bibir tipis dan tajam ini telah

berhasil mempengaruhi kalian semua untuk mempercayai fitnah

yang ia sebarkan." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 382).

b. Kiai Umar :

1) Bijaksana, dapat diketahui dari penjelasan Alif kepada Aziz tentang

Kiai Umar. "Yang aku lihat dari wajah kiai itu adalah ketegasan.

Yang kusaksikan dari sorot matanya adalah kuatnya takad dan

keteguhan. Beliau tak banyak bicara kecuali saat mengajar."

(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 36).

c. Ustadz Rahmat

1) Penyayang, dapat diketahui ketika Ustadz Rahmat membela Alif

yang dimarahi teman-temannya karena tidak melaksanakan shalat

jama'ah di masjid. "Saat aku kembali beberapa santri senior

memarahiku, tetapi kang Rahmat membelaku.” (Taufiqurrahman Al

Azizy, 2012 : 39).

2) Toleransi, dapat diketahui ketika Ustadz Rahmat memeberikan

semangat kepada Alif saat Alif menerima hukuman atas

kesalahannya. "Kang Rahmat memegang pundakku dan berkata

bersabarlah sedikit, Dik. Karena cahaya matahari tidak akan

pernah padam hanya karena tertutup oleh awan hitam.”

(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 81).

3) Religious, dapat diketahui ketika Ustadz Rahmat mengajarkan

kepada Alif untuk saling menghargai sesamanya. “Kang Rahmat

berkata, islam itu agama yang mengajarakan adab dan sopan

santun. Kau harus tau Alif. Pesantren adalah tempat kita belajar

adab dan sopan santun.” (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 44).

Page 29: KARYA TULIS ILMIAHblog.unnes.ac.id/dianemy/wp-content/uploads/sites/187/2015/11/smi… · 2. Drs. Dwi Hartanto, selaku wali kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo 3. Heni Hastuti, M.Pd. selaku

29

d. Ustadz Yazid

1) Penyayang, dapat diketahui ketika Ustadz Yazid menghampiri Alif

yang sedang sebdirian di biliknya. "Ia melihat wajahku yang

dibelenggu ketakutan. Ia duduk di sampingku, menenangkan hatiku

dari kemarahan beberapa santri senior dengan ucapannya, "Alif

belajarlah menghargai agar engkau dihargai." (Taufiqurrahman Al

Azizy, 2012 : 39).

2) Cerdas, dapat diketahui ketika Ustadz Yazid mengajarkan kepada

santrinya tentang ilmu mantiq. "Kita tidak akan bisa membantah

logika tanpa logika. Sekiranya engkau ingin tahu mengapa filsafat

diharamkan, maka tak ada jalan lain kecuali engkau pelajari ilmu

yang akan membimbingmu untuk menunjukkan dimana

keharamannya…. Kita tidak bisa menghukumi suatu ilmu tanpa

ilmu pula. Bila kita menghukumi ilmu tanpa ilmu itu fitnah

namanya.” (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 51).

3) Perhatian dan Sabar, dapat diketahui ketika Ustadz Yazid dengan

kesabarannya menenangkan Alif yang hatinya sedang dirundung

kepedihan. “Ustadz Yazid tersenyum, memegang pundakku, lalu

berkata, ini berkaitan dengan hati dan perasaan seseorang, Alif.

Apa yang menurut kita baik,belum tentu baik menurut orang lain.

Apa yang menurut kita sopan belum tentu sopan menurut orang

lain.” (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 45).

e. Teman-teman Alif (Farhan, Malik, Haris, dan Zidni)

1) Jahat, dapat diketahui dari sikap mereka yang mengucilkan Alif.

"Haris, Malik, Farhan, Zidni, dan Budi telah bersepakat untuk

menolak kehadiranku di bilik. Mereka tidak meu mebagi biliknya

denganku. Penolakan itu disertai penolakan-penolakan santri-

santri yang lain." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 99).

2) Buruk Sangka, dapat diketahui ketika mereka menuduh Alif

meniupkan seruling bambu yang sebenarnya bukan Alif yang

meniupkannya. "Aku harus mengakui kebenaran ini. Malik

Page 30: KARYA TULIS ILMIAHblog.unnes.ac.id/dianemy/wp-content/uploads/sites/187/2015/11/smi… · 2. Drs. Dwi Hartanto, selaku wali kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo 3. Heni Hastuti, M.Pd. selaku

30

melanjutkan, tetapi siapa yang tidak memiliki perkiraan seperti

perkiraanku saat menyadari bahwa salama ini kaulah satu-satunya

pemilik seruling bambu?" (Taufiqurrahman al Azizy, 2012 : 124).

f. Ghufron

1) Pemberani, dapat diketahui katika sampai di Lebanon yang

dikabarkan merupakan tempat bersarangnya bom-bom Israel.

Ghufron berkata, "Keindahan Lebanon lebih menarik bagiku

daripada rasa takut." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 164).

2) Pengertian, dapat diketahui dari ucapan Aziz yang menunjukkan

rasa simpati Ghufron ketika melihat wajah Aziz. “Sepertinya,

Ghufron bisa membaca ketakutan yang tampaak di wajahku, hingga

ia berkata, “Sudahlah, buang wajahmu yang seperti itu. Ganti

wajahmu yang ceria.” (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 169).

3) Serba tahu, dapat diketahui ketika sampai di Lebanon, Ghufron

menceritakan sedetai-detainya tentang Lebanon. “Betapa fasih

Ghufron bercerita tentang tempat-tempat dan kota-kota di Lebanon,

lengkap dengan gunung-gunung, lembah, ngarai, pantai….."

(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 171).

4) Agresif dapat diketahui dari percakapan Aziz dan ghufron ketika

mereka melihat gadis-gadis cantik di Lebanon. “Kau sangat

terobsesi. Kau masih perjaka kan?....... “Aku rela melepaskannya

demi gadis-gadis Lebanon, jawab Ghufron seraya menyeringai

aneh.” (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 177).

g. Ehud

1) Licik, dapat diketahui dari penggambaran watak yang secara

langsung dituliskan penulis. “Pemuda Yahudi itu Ehud namanya.

Secara cerdik ia mendekati dan bisa mengambil hati ayahnya.

Hingga semakin lama ayahnya tak berkutik di hadapan pemuda

tersebut. Ehud tinggal menunggu masa dimana ia akan

mendapatkan kecantikan Lubna.” (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012

: 207).

Page 31: KARYA TULIS ILMIAHblog.unnes.ac.id/dianemy/wp-content/uploads/sites/187/2015/11/smi… · 2. Drs. Dwi Hartanto, selaku wali kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo 3. Heni Hastuti, M.Pd. selaku

31

2) Tampan, dapat diketahui dari ucpan Aziz. Aziz berkata,

"Mendengar pertanyaanku Ehud memandangku dengan beringsut,

kemudian ia mendekatiku. Semakin dekat di bawah keremangan

malam yang masih memberi cahaya wajah Ehud tampak demikian

jelas di mataku. Wajahnya tampan, bahkan lebih tampan dari

wajahku." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 258).

3) Pantang menyerah, dapat diketahui dari perkataan Ehud sendiri saat

ia menjelaskan kepada Aziz tentang dirinya dan cintanya kepada

Lubna. "Di Lebanon aku dicurigai ingin menguasai tanah-tanah

mereka. Sedang di bangsaku aku tak pantas untuk hidup. Tetapi aku

tidak menyesal. Lubna adalah tujuanku bagaimanapun terjal,

berliku, dan curamnya jalan yang harus aku tempuh."

(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 261).

4) Qona'ah, dapat diketahui dari jawaban Ehud ketika Aziz bertanya

tentang cintanya kepada Lubna. Aziz bertanya, "Apakah engkau

benar-benar mencintainya? Ucapku lirih. Bahkan bila ia

menolakku, aku akan menerima asal aku bisa mendengar

ucapannya. Ia terlalu agung bagiku. Ia terlalu tinggi untukku raih."

(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 264).

5) Baik hati, dapat diketahui dari penjelasan Aziz tentang Ehud. "Ehud

tidak seperti yang dikatakan orang-orang kepadanya. Ia adalah

pemuda yang jiwanya bercahaya. Hatinya sangat baik dan bersih."

Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 428).

h. Soimah

1) Cantik, dapat diketahui dari penggambaran tokoh yang secara

langsung dituliskan penulis. "Soimah menunduk, gadis itu memang

sangat cantik. Kulitnya putih bersih dan rambutnya hitam legam.”

(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 145).

2) Penurut, dapat diketahui dari sikap Soimah yang terpaksa menerima

ajakan Aziz untuk membahagiakan orangtuanya. "Mendengar

ajakan itu, aku ingat apa yang dipesankan oleh ayahku. Ayahku

Page 32: KARYA TULIS ILMIAHblog.unnes.ac.id/dianemy/wp-content/uploads/sites/187/2015/11/smi… · 2. Drs. Dwi Hartanto, selaku wali kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo 3. Heni Hastuti, M.Pd. selaku

32

selama ini berusaha mendekatkanku dengan Aziz. Aku tak bisa

menolak walau hatiku memberontak. Menjadi gadis di desa ini

adalah beban bagi hidupnya sebab ia tak bisa mengikuti kata

hatinya dan harus tunduk serta patuh pada kehendak orang

tuanya." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 372).

i. Faris (Ayah Lubna)

1) Menepati janji, dapat diketahui dari percakapannya dengan Aziz

bahwa ia harus menepati janjinya kepada Ehud. "Aku telah berucap

janji kepada Ehud. Pantang bagiku sebagaj Bangsa Lebanon untuk

mengingkari janji. Aku tau bahwa putriku tak mencintai Ehud…."

(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 427).

j. Ayah Aziz

1) Tidak pilih-pilih, watak ayah Aziz ini dapat diketahui ketika ia akan

mencarika pendamping hidup untuk anaknya. ”Diam-diam, ia telah

mengamat-amati para gadis …… Ia tak memikirkan apakah gadis

itu berasal dari orang tua yang kaya atau miskin, trehormat atau

terhina, rumahnya besar atau kecil. …. Yang jadi bahan

pertimbangannya adalah kecantikannya, juga cinta dan kasihnya

yang tulus kepada Aziz." (Taufiqurrahman Al-Azizy, 2012 : 149).

C. Alur

Alur didalam novel ini menggunakan alur campuran, yang mana konflik

yang terjadi dalam novel "Rintihan dari Lembah Lebanon" adalah maju –

mundur. Bermula dari kematian orangtua tokoh utama yang membawanya ke

dalam kehidupan pesantren yang membuatnya menjadi seorang pemberontak

yang tidak taat pada aturan pesantren. Kemudian masalah demi masalahpun

menjumpai Ali ketika ia di pesantren hingga ia terusir dari pesantren Al-Husna.

Setelah kembali ke desanya Dadapayam konflik demi antar sahabatpun tak

dapat dihindari. Hingga pada akhirnya Alif mendapatkan beasiswa untuk

melanjutkan kuliah ke Lebanon dan meninggalkan kekasihnya di Indonesia. Di

Lebanon, masalah demi masalahpun tak luput dari kehidupannya. Dan ketika ia

Page 33: KARYA TULIS ILMIAHblog.unnes.ac.id/dianemy/wp-content/uploads/sites/187/2015/11/smi… · 2. Drs. Dwi Hartanto, selaku wali kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo 3. Heni Hastuti, M.Pd. selaku

33

harus pulang ke Indonesia, ia harus menerima kenyataan pahit bahwa

kekasihnya yang begitu dicintainya menghianati kesetiaannya dan lebih

memilih menikah dengan Aziz, sahabat Alif sendiri.

D. Setting

1. Latar Tempat

a. Sungai di desa Dadapayam, adalah tempat dimana Alif dan Aziz biasa

mandi di airnya yang jernih."Ketika jemarinya ia masukkan kedalam

air itu rasanya teramat dingin ruas-ruas jarinya bagai ruas dari

batang-batang pohon singkong ketika di basahi air hujan. Sungai di

desa Dadapayam selalu begitu. Mengalir dan tenang. Dingin dan

bening." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 9).

b. Gubuk Reot di Pinggir Perkebunan Tembakau, adalah tempat dimana

Alif dan Aziz biasa menghabiskan waktu mereka untuk bercerita

tentang kehidupannya.“Ia menuju perkebunan milik ayahnya. Saat

orang-orang berpapasan dengannya di tengah jalan…… Sedari kecil,

sedari bayi, ia dan Alif telah terbiasa bersama-sama, tidur dalam satu

balai-balai bambu di gubuk reot orangtua Alif di pinggir gubuk

tembakau." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 15).

c. Pesantren al-Husna, adalah tempat dimana Aziz melanjutkan

sekolahnya setelah ia menjadi yatim piatu. Di pesantren itu, Aziz

merasakan pahitnya kehidupan sampai ia menemukan kebahagiaan

cintanya, yang pada akhirnya ia harus terusir karena pemikirannya yang

tidak sejalan dengan aturan-aturan pesantren tersebut.“Senja

mengirimkan udaranya yang dingin dan membekukan tulang-tulangku

saat kedua kaki ini menjejak tanah di hadapan pesantren al-Husna. Ku

baca nama pesantren itu dari papan nama yang menancap di sisi

gerbang sebelah kanan. Al-Husna bukanlah pesantren yang besar dan

megah. Letaknya juga bukan di tengah-tengah keramaian kota, deretan

bukit berada di belakang pesantren. Pohon-pohon cemara tumbuh di

bukit itu, ada sungai yang mengalir bening di mana di sungai itu nanti

Page 34: KARYA TULIS ILMIAHblog.unnes.ac.id/dianemy/wp-content/uploads/sites/187/2015/11/smi… · 2. Drs. Dwi Hartanto, selaku wali kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo 3. Heni Hastuti, M.Pd. selaku

34

aku dan para santri sering kali mandi bersama-sama."

(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 31).

"Tak ada malam yang paling mengerikan di Pesantren Al-Husna

seperti malam ketika lampu-lampu yang tadinya telah dimatikan kini

dihidupkan kembali." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 31).

d. Dapur umum pesantren, adalah tempat Alif biasa menyapa dan

menemui Naysila meskipun hanya terdengar suaranya. Disanalah

mereka biasa berkomunikasi dengan bahasa cinta yang telah bersemi di

antara keduanya. "Di dapur umum itulah kucup-kucup cinta di hatiku

semakin bermekaran, menjadi bunga yang teramat indah."

(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 34).

"Dari dalam dapur ini, aku bisa mendengar langkah-langkah kaki

Naysila, mendengar desah napasnya, dan mendengar candanya

bersama sahabat-sahabatnya. Terkadang, kuketuk anak tangga tiga

kali. Dan dari atasku, ia balas ketukan empat kali…." (Taufiqurrahman

Al Azizy, 2012 : 280).

e. Lebanon, adalah negara bekas tragedi perang Israel-Palestina. Di sana,

Alif melanjutkan kuliah serta bekerja untuk membiayai kuliah Naysila,

kekasihnya yang ada di Indonesia. Di Lebanon pula, benih-benih cinta

Aziz bersemi melalui aktivitas kemanusiaan yang ia lakukan bersama

teman-teman kampusnya di Lebanon.

"Lebanon telah kembali mempercantik diri. Kenapa kau

meneteskan air mata padahal perang telah berlaludan kemenangan

menghias wajah cantik Lebanon?" (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 :

176).

”Bagiku, bagi hatiku tak ada tempat yang indah di Lebanon

kecuali kepakan sayap-sayap maut yang selalu terbang di langit

Lebanon mengintai setiap waktu daripintu ke pintu, dari lembah dan

ngarai menuju bukit dan gunung, dari desa-desa yang hancur hingga

ke jantung perkotaan. Di mataku Lebanon hanyalah gambaran

kesuraman air mata darah dan kengerian."

Page 35: KARYA TULIS ILMIAHblog.unnes.ac.id/dianemy/wp-content/uploads/sites/187/2015/11/smi… · 2. Drs. Dwi Hartanto, selaku wali kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo 3. Heni Hastuti, M.Pd. selaku

35

f. Bandara Internasional Rafiq Hariri, disana adalah tempat dimana Aziz

dan Ghufron beristirahat serta bercerita setelah mereka sampai di

Lebanon. “Beberapa saat sebelum pesawat mendarat di bandara

Internasional Rafiq Hariri, mataku tak bisa ku pejamkan sedikit pun

kepalaku sangat pening……." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 170).

g. Rumah Aziz, di rumah inilah Alif dan Aziz tinggal bersama. Di rumah

ini pula janji suci antara Aziz dan Naysila terlantunkan.

“Aziz terus melangkah. Rumah besar dan megah telah jauh di

belakang. Rumah yang dibangun dengan tangan-tangan perkasa

ayahnya dan dianggap sebagai istana indah……" (Taufiqurrahman Al

Azizy, 2012 : 18).

"Beberapa saat sebelum janji suci perkawinan terucap, Naysila

menyelinap meninggalkan kamar pengantin. Ia mencari-cari

keberadaan Alif yang telah menghilang begitu saja sejak sampai di

rumah itu dari bandara." (Taufiqurrahman Al-Azizy, 2012 : 525).

h. Masjid Pesantren, di sana santriwan-santriwati Pesantren Al-Husna

biasa mengerjakan shalat berjamaah bersama.

“Ketika pagi benar-benar hadir mengusikku, masjid pesantren adalah

tempat yang paling ramai dari semua sudut dipesantren”.

(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 87).

i. Aula, adalah tempat dimana Alif dihakimi oleh seluruh warga pesantren

ketika ia malakukan kesalahan.

"Adilkah kalian yang memperlakukanku seperti ini sedangkan bukti tak

ada….. Saat aku berucap seperti itu kepada Malik, Budi,dan semua

sahabat santri di aula itu, aku tengah berupaya mengingatkan mereka

sesuai dengan apa yang ada dikedalaman jiwaku.”

(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 127)

j. Abudhabi, adalah tempat dimana aktivis kamanusiaan dari Jakarta

transit untuk bergabung dengan aktivis-aktivis lain dari pelosok negeri.

Page 36: KARYA TULIS ILMIAHblog.unnes.ac.id/dianemy/wp-content/uploads/sites/187/2015/11/smi… · 2. Drs. Dwi Hartanto, selaku wali kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo 3. Heni Hastuti, M.Pd. selaku

36

“Di Abudhabi, kami akan bergabung dengan aktifis lain dari berbagai

negeri. Keberangkatan kami hampir bertepatan dengan keberangkatan

TNI yang diperintah menjalankan misi perdamaian di Lebanon.”

(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 169).

k. Di bawah pohon cedar, adalah tempat Lubna biasa menghabiskan

waktunya untuk menyendiri dan beristirahat setelah bekerja. Di sana

pulalah bunga-bunga cinta Aziz dengan Lubna bersemi.

“Lubna hanya bisa menangis. Iya seringkali duduk-duduk di ponon

cedar atau menyendiri di kebun baru milik ayahnya sekarang.”

(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 209).

l. Rumah Faris

"Faris membuka pintu. Ia tampak sudah menerima kedatanganku.

(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 445).

"Orang-orang didalam rumah itu terdiam seakan member angin

musim semi membelai dinding-dinding dan menyerahkan celah-

celahnya untuk dimasuki. . . . mereka duduk membentuk lingkaaran,

mengelilingi meja dari kayu-kayu cedar yang berbentuk agak bundar.

(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 496).

2. Latar Waktu

a. Pagi

“Setiap pagi, sejak meninggalkan kamar kostnya yang sempit dan

agak pengap dua bulan yang lalu….. (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 :

11).

b. Malam

“Malam mengirimkan udaranya yang dingin. Wajahnya

berselimutkan bintang gemintang. Sejak saat itu, aku sering memilih

sendiri…… (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 43).

c. Sore

“Senja mengirimkan udarnya yang dingin dan membekukan tulang-

tulangku saat kedua kaki ini menjejak tanah dihadapan Pesantren Al-

Husna.” (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 31).

Page 37: KARYA TULIS ILMIAHblog.unnes.ac.id/dianemy/wp-content/uploads/sites/187/2015/11/smi… · 2. Drs. Dwi Hartanto, selaku wali kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo 3. Heni Hastuti, M.Pd. selaku

37

d. Siang

“Saat suara adzan dzuhur berkumandang dilangit Pesantren aku

justru berada berlama-lama disisi aliran sungai, dibelakang Pesantren.”

(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 39).

3. Latar Suasana

a. Ketakutan, dapat dilihat dari kalimat, "Aku berlari dan terus berlari.

Kuajak tubuh dan jiwaku menjauh dari pesantren. Di tengah pelarian

ini, hatiku berteriak agar membebaskan diri dari kungkungan

pesantren…..(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 67).

b. Menyakitkan, dapat diketahui dari kalimat, "Rasa sakit ini mendekam

sekian lama bersaling-silang dengan perasaan malu. Aku bukan

tontonan bukan pula bahan ejekan….." (Taufiqurrahman Al Azizy,

2012 : 89).

c. Sepi dan sunyi dapat diketahui dari kalimat, "Kutempati ruang gelap

dan pengap ini sendirian. Menetes air mataku menerima pengucilan dan

pengasingan." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 101).

d. Hening, dapat diketahui dari kalimat, “Kembali Alif menghentikan

kisahnya. Sejenak, hanya gemericik air sungai dan nyanyian daun-daun

ditiup angin yang terdengar. Kedua matanya menerawang. . . ."

(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 113).

e. Damai, dapat diketahui dari kalimat, “Ia pernah merasakan dekapan

musim panas dan tusukan salju di musim dingin Lebanon, berkelana di

antara kebun-kebun dan lembah-lembah…. Setiap pagi, sejak

meninggalkan kamar kostnya yang sempit dan agak pengap dua bulan

yang lalu….." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 17)

f. Gembira, dapat diketahui dari kalimat, “Derasnya air hujan begitu

nikmat kurasakan, mengingatkanku sewaktuku kecil saat berputar-putar

dikebun tembakau dikala hujan. Kuputar-putar tubuhku dengan tangan

yang tetap terbentang. Kunikamti nyanyian hujan dan kurasakan

belalaiannya disekujut tubuh.” (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 92).

Page 38: KARYA TULIS ILMIAHblog.unnes.ac.id/dianemy/wp-content/uploads/sites/187/2015/11/smi… · 2. Drs. Dwi Hartanto, selaku wali kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo 3. Heni Hastuti, M.Pd. selaku

38

g. Sakit Hati dan Dendam, dapat diketahui dari kalimat, “Aku tak ingin

mengotori hatiku dengan sakit hati dan dendam karena aku tak

menemukan ada manfaat yang bisa kupetik dari rasa sakit hati dan

dendam.” (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 128).

h. Kesedihan dan Duka Cita, dapat diketahui dari kalimat, “Saat aku

duduk dikelas dua SMA, batinku bergejolak kembali. Aku mulai

memasuki masa-masa kesedihan dan duka cita." (taufiqurrahman Al Al

azizy, 2012 : 131).

i. Bingung, dapat diketahui dari kalimat, “Dengan perasaan tidak menentu

dan jiwa merintih dalam kebingungan serta kehampaan akhirnya aku

kembali ke pesantren.” (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 137).

j. Menegangkan, dapat diketahui dari kalimat, “Tiba-tiba dari balik

pepohonan cedar di depan sana terdengar suara ledakan yang amat

keras. Aku kaget. Jantungku berdegup kencang, kutatap wajah hiba

tetapi ia justru tersenyum kepadaku seraya berkata itu suara bom.

(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 201).

k. Haru, dapat diketahui dari kalimat, “Setelah mendengar kata-kata itu, ia

memejamkan mata. Di kedua bibirnya ku lihat senyum kegembiraan

bercampur dengan kesdihan……..” (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 :

245).

l. Menyedihkan, dapat diketahui dari kalimat, "Naysila seketika lunglai

dan jatuh pingsan dipelukan ibunya. Bibirku terkunci rapat air mata

mulai meleleh mebasahi pipi saat kusadari apa yang sudah terjadi

dirumah ini. Aku turut berduka cita ibu, ucapku lirih. (Taufiqurrahman

Al Azizy, 2012 : 288).

m. Memilukan, dapat diketahui dari kalimat, "Ia menistaku mas, ucapnya

dengan tersengal-sengal. Ia berusaha menggagahiku. Beruntung Allah

masih menyelamatkan kehormatanku. Sekiranya tidak lebih baik aku

mati daripada harus hidup menanggung malu." (Taufiqurrahman Al

Azizy, 2012 :373).

Page 39: KARYA TULIS ILMIAHblog.unnes.ac.id/dianemy/wp-content/uploads/sites/187/2015/11/smi… · 2. Drs. Dwi Hartanto, selaku wali kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo 3. Heni Hastuti, M.Pd. selaku

39

n. Menegangkan, dapat diketahui dari kalimat, "Alif memejamkan mata

dengan tubuh berdiri tegang dan gemetaran. Sejenak ia mengepalkan

kedua tangannya seolah kepalan tangannya itu mampu melempar tubuh

Aziz dan Salman terpental bermeter-meter." (Taufiqurrahman Al Azizy,

2012 : 381).

o. Sendu, dapat diketahui dari kalimat, "Bagai sepasang kekasih mereka

berpelukan. Walau baru 2 hari, Aziz tampak kurus dan matanya

cekung. Ia menangis menyesali perbuatannya yang terkutuk.(

Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 398).

p. Pedih, dapat diketahui dari kalimat, "Alif belum percaya pada

pemandangan ini. Alif mengejap-ngerjapkan matanya. semakin lam

semakin jelas dipelupuk matanya bahwa yang berdiri tertegun tak

bergerak itu memang Naysila cintanya…. Aziz menghambur kepelukan

Alif, sedangkan air mata telah mengalir deras di pipi Alif."

(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 518).

q. Haru, dapat diketahui dari kalimat, "Ketika Alif berada dihadapan

ibunya Naysila, Alif tak bisa menahan keseimbangan tubuhnya. Alif

terjatuh dan memeluk kaki ibu Naysila, menangis tersedu-sedu lalu

berdiri pelan, kemudia merangkulnya dengan isak tangis… Seperti

kepada ibunya Naysila, Alif memeluk ayah dan ibunya Aziz

mengucapkan kalimat-kalimat kebahagaian dan mengalirkan air

matanya." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 529).

E. Sudut Pandang

Sudut pandang yang dominan dipakai pengarang dalam novel "Rintihan

dari Lembah Lebanon" karya Taufiqurrahman Al Azizy ini adalah sudut

pandang orang ketiga serba tahu. Dimana pengarang hanya menjadi pengamat

yang mengetahui seluk beluk tokoh dan penokohan tanpa berperan langsung

sebagai tokoh dalam cerita. Bukti lain yang menyatakan bahwa pengarang

menggunakan sudut pandang orang ketiga adalah penggunaan kata ganti “dia”.

Page 40: KARYA TULIS ILMIAHblog.unnes.ac.id/dianemy/wp-content/uploads/sites/187/2015/11/smi… · 2. Drs. Dwi Hartanto, selaku wali kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo 3. Heni Hastuti, M.Pd. selaku

40

F. Gaya Bahasa

Bahasa yang dominan digunakan pengarang dalam novel "Rintihan dari

Lembah Lebanon" karya Taufiqurrahman Al Azizy ini adalah Bahasa

Indonesia. Pengarang juga banyak menggunakan kalimat-kalimat yang puitis,

seperti :

1. Senja jatuh dari tepian cakrawala dan semakin lama melukis warna

gelap di sekujur tubuh kami.

2. Maka, dari saripati cinta berpendarlah cahaya kerinduan kepada-Nya.

Tuhanpun mempersembahkan cawan kebahagiaan dalam jiwa manusia.

Tetapi cawan itu segera pecah. Pada saat yang sama, cahaya

kerinduanpun redup dan cintapun menjadi gelap. (Taufiqurrahman Al

Azizy, 2012 : 403).

3. Biarkan cinta memberi kekuatan kepadamu, dan sayap-sayapnya akan

menerbangkanmu pada kebahagiaan. Letakkan kepercayaan pada cinta,

agar cinta mempercayaimu. Serahkan jiwamu kepadanya, agar ia

menuntunmu. (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 155).

Selain gaya bahasanya puitis, pengarang juga banyak menggunakan

kalimat-kalimat yang di dalamnya mengandung majas, seperti :

1. Angin mengabarkan pada langit tentang kegilaan teruna itu.

(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 10) = Personifikasi.

2. Wajahnya terang bagai nyala api yang dikobarkan iblis = Simile.

4. Hatiku tertusuk sepi. (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 43) =

Personifikasi.

5. Lebanon akan membuka tangan-tangan ramahnya menyambutku

(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 46).

6. Senja mengirimkan udaranya yang dingin dan membekukan tulang-

tulangku. (Taufiqurrahman Al-Azizy, 2012 : 31) = Hiperbola.

7. Tetapi jiwanya merekah, senyum bagai mahkota bunga yang merekah

menyambut datangnya pagi. (Taufiqurrahman Al-Azizy, 2012 : 98) =

Simile.

Page 41: KARYA TULIS ILMIAHblog.unnes.ac.id/dianemy/wp-content/uploads/sites/187/2015/11/smi… · 2. Drs. Dwi Hartanto, selaku wali kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo 3. Heni Hastuti, M.Pd. selaku

41

G. Amanat

Amanat yang terkandung di dalam novel ini yaitu :

1. Jangan pernah menghianati kesucian cinta dan ketulusan seseorang yang

telah lama terjalin walaupun jarak yang jauh dan waktu memisahkan.

2. Jadilah santri yang patuh pada peraturan pesantren dan janganlah

memberontak dengan cara melakukan larangan-larangan yang telah

ditetapkan di pesantren. "Pesantren ini ibarat perahu di samudra luas.

Pilihan sangat jelas. Jika hendak selamat dari amukan badai, kau tetap

berada di perahu ini dan kau ikuti serta laksanakan segala petunjuk yang

diberikan nakhkodanya."

3. Pandanglah makan seperti engkau memandangnya sebagai obat. Tak akan

diminum obat kecuali dating sebuah penyakit. Tak akan makan kecuali

datangnya lapar. (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 37).

4. Kita harus menghargai orang lain apabila kita ingin dihargai. ”Orang tak

akan menghargaimu apabila kau tak menghargai mereka. Orang akan

merendahkanmu bila kau pandang rendah mereka." (Taufiqurrahman Al

Azizy, 2012 : 40).

5. Jadilah seseorang yang sabar dalam menghadapi lika-liku perjalanan hidup.

Berhati-hatilah dalam mengerjakan segala sesuatu. "Kau tak akan pernah

bisa sampai ke tengah telaga jika tak kau dayung sampan dari pinggirnya.

Sampanmu bisa rusak jika kau tak berhati-hati." (Taufiqurrahman Al

Azizy, 2012 : 66).

6. Kita harus selalu instrospeksi diri, melihat kekurangan dan kesalahan diri

sendiri dan jangan tergesa-gesa dalam mengambil sebuah keputusan, atau

kamu akan menyesalinya. "Kesunyian mengajarkanku agar kita berhenti

sejenak dan berdiri didepan cermin hati. Jangan tergesa mengambil

keputusan. Jangan pula bertindak karena emosi." (Taufiqurrahman Al

Azizy, 2012 : 120).

Page 42: KARYA TULIS ILMIAHblog.unnes.ac.id/dianemy/wp-content/uploads/sites/187/2015/11/smi… · 2. Drs. Dwi Hartanto, selaku wali kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo 3. Heni Hastuti, M.Pd. selaku

42

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil analisis unsur intrinsik novel Rintihan dari Lembah Lebanon

karya Taufiqurrahman Al-Azizy dapat kami ambil beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Tema dari novel tersebut adalah percintaan dan persahabatan.

2. Tokoh utama dari novel tersebut adalah Alif, Aziz, Naysila, dan Lubna.

Sedangkan tokoh-tokoh pendampingnya meliputi Ghufron, Salman,

Ust.Yazid, Ust. Rahman dan teman-teman Alif di Pesantren Al-Husna.

3. Alur dari novel ini adalah alur campuran.

4. Sudut pandang yang digunakan adalah orang ke tiga serba tahu dan pelaku

utama dominan.

5. Gaya bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia dengan banyak

menggunakan kata-kata yang puitis dan majas.

6. Setting dari novel ini meliputi :

a. Latar tempat, latar yang paling dominan adalah kehidupan di pesantren

Al-Husna dan Lebanon. Sedangkan tempat lain yang mendukung Desa

Dadapayam, sungai Desa Dadapayam, dan lain-lain.

b. Latar waktu, peristiwa dalam novel ini terjadi pada pagi, siang, sore,

malam.

c. Latar suasana, suasana dalam novel ini menyedihkan, mengharukan,

memilukan, menyenangkan, menegangkan, menyakitkan, dan lain

sebagainya.

7. Amanat yang menonjol dalam novel ini adalah kita harus menjaga

persahabatan, jangan memutuskan persahabatan hanya karena cinta. Kita

juga harus menghargai teman dan sahabat meski mereka memiliki

kekurangan atau perbedaan dengan kita.

Page 43: KARYA TULIS ILMIAHblog.unnes.ac.id/dianemy/wp-content/uploads/sites/187/2015/11/smi… · 2. Drs. Dwi Hartanto, selaku wali kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo 3. Heni Hastuti, M.Pd. selaku

43

B. Saran

Setelah penulis memaparkan keseluruhan tentang analisis unsur

intrisik dalam novel ”RINTIHAN DARI LEMBAH LEBANON” Karya

Taufiqurrahman AL-Azizy, maka penulis ingin menyampaikan beberapa

saran kepada :

1. Guru :

Supaya ke depannya guru sebagai pengajar dapat menggunakan

media pembelajaran yang lebih efektif lagi, terutama dalam upaya

pengembangan sastra novel sebagai media pembelajaran agar pelajar bisa

memahami sastra dengan lebih baik lagi.

2. Siswa :

Hendaknya para siswa lebih menyadari pentingnya belajar karya

sastra, seperti novel. Karena dalam sebuah karya sastra, terkandung

banyak amanat yang dapat kita ambil manfaatnya untuk kehidupan

manusia.

3. Pembaca :

Kepada pembaca, kami sarankan selain membaca sabagai hiburan,

pembaca juga dapat memahami unsur-unsur intrinsik yang terkandung

dalam sebuah karya sastra yang telah dibaca.

4. Peneliti lain :

Kepada peneliti lain, semoga karya tulis ini dapat menjadi acuan

agar bisa meneliti unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam novel

Rintihan dari Lembah Lebanon karya Taufiqurrahman Al-Azizy ini lebih

detail lagi.

Page 44: KARYA TULIS ILMIAHblog.unnes.ac.id/dianemy/wp-content/uploads/sites/187/2015/11/smi… · 2. Drs. Dwi Hartanto, selaku wali kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo 3. Heni Hastuti, M.Pd. selaku

44

Daftar Pustaka

Al Azizy, Taufiqurrahman. 2012. Rintihan Dari Lembah Lebanon. Yogyakarta :

Diva Press

A.R, Syamsuddin. 2005. Cerdas Berbahasa Dan Sastra Indonesia. Solo : PT Tiga

Serangkai Pustaka Mandiri

http://abstraq2.weebly.com/13/post/2009/09/pengkajian-sastra-definisi-karya-

sastra.html. diakses pada tanggal 14 Mei 2014, pukul 06:55

http://asemmanis.wordpress.com/2009/10/03/pengertian-sastra-secara-umum-dan-

menurut-para-ahli. Diakses pada tanggal 08 Mei 2014, pukul 14:23

http://halalsu.blogspot.com/2014/04/makalah-menjelaskan-unsur-intrisik. Diakses

pada tanggal 08 Mei 2014, pukul 09:39

http://www.e-jurnal.com/2013/12/pengertian-novel-menurut-para-ahli.html.

Diakses pada tanggal 22 April, pukul 10:34

http://www.saibd.com/iccank2/d/29823731/26-Deskripsi-Data. Diakses pada

tanggal 31 Maret 2014, pukul 11:01

Kosasih, Engkos. 2006. Cerdas Berbahasa Indonesia. Jakarta : Erlangga

Page 45: KARYA TULIS ILMIAHblog.unnes.ac.id/dianemy/wp-content/uploads/sites/187/2015/11/smi… · 2. Drs. Dwi Hartanto, selaku wali kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo 3. Heni Hastuti, M.Pd. selaku

45

A. LAMPIRAN I

Cover Novel Rintihan dari Lembah Lebanon

Page 46: KARYA TULIS ILMIAHblog.unnes.ac.id/dianemy/wp-content/uploads/sites/187/2015/11/smi… · 2. Drs. Dwi Hartanto, selaku wali kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo 3. Heni Hastuti, M.Pd. selaku

46

B. LAMPIRAN II

Biografi Penulis Novel Rintihan dari Lembah Lebanon

(Taufiqurrahman Al-Azizy)

Taufiqurrahman Al Azizy lahir pada 9 Desember 1975. Asli orang

Indonesia, tepatnya Jawa Tengah. Dia pernah nyantri di Pesantren Ilmu Al-Qur'an

Hidayatul Qur'an yang diasuh oleh KH. Drs. Ahsin Wijaya al-Hafizh, M. A.

pernah pula kuliah di Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jawa Tengah.

Namanya melejit setelah meluncurkan trilogy novel spiritual Ma'rifat

Cinta, yang terdiri dari Syahadat Cinta (DIVA Press, 2006), Musafir Cinta

(DIVA Press, 2007), Ma'rifat Cinta (DIVA Press, 2007). Novelnya setelah trilogy

novel spiritual Ma'rifat Cinta yang juga telah beredar adalah Kitab Cinta Yusuf

Zulaikha (DIVA Press, 2007), Munajat Cinta I (DIVA Press, 2009), Munajat

Cinta II (DIVA Press, 2009), Jangan Biarkan Surau Ini Roboh (DIVA Press,

2009), Sahara Nainawa (DIVA Press, 2009), Kidung Shalawat Zaki Zulfa (DIVA

Press, 2010), Daunpun Berzikir (Laksana, 2010), Alif (DIVA Press, 2011), dan

lain-lain.

Page 47: KARYA TULIS ILMIAHblog.unnes.ac.id/dianemy/wp-content/uploads/sites/187/2015/11/smi… · 2. Drs. Dwi Hartanto, selaku wali kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo 3. Heni Hastuti, M.Pd. selaku

47

C. LAMPIRAN III

Synopsis Novel Rintihan dari Lembah Lebanon

Novel Rintihan dari Lembah Lebanoan karya Taufiqurrahman ini

menceritakan tentang kehidupan cinta seorang pemuda bernama Alif kepada

Naysila. Ceritanya berawal dari kematian ayahnya yang berwasiat agar Alif pergi

kepesantren. Setelah Alif pergi kepesantern, banyak santri yang tidak suka dengan

kebiasaan Alif. Walaupun menjadi terkucilkan, karena watak Alif yang banyak

bertentangan dengan aturan pesantren, dan banyak menerima hukuman dari pihak

pesantren.

Namun karena kecerdasannya yang melebihi santri lainnya, ia pun tetap

bertahan sampai akhirnya ia terpilih menjadi seorang Ustad yang mengajarkan

ilmu matik. Dari sanalah ia dipertemukan dengan seorang santrinya bernama

Naysila. Seiring berjalannnya waktu,cinta mereka pun semakin tumbuh, bersemi

indah seiring dengan kebersamaanya dipesantren.

Karena hubungannya dengan Naysila diketahui oleh para kiai dipesantren,

akhirnya ia pun dipaksa untuk pergi dari pesntren. Selang beberapa tahun, Alif

memutuskan untuk merneruskan kuliah sambil bekerja di Lebanon untuk

membiayai kuliah Naysila di Indonesia.

Selain menceritakan kisah cinta Alif dan Naysila, novel ini juga

menceritakan kisah persahabatan Alif dengan Aziz serta kisah cinta Aziz dengan

Lubna yang juga harus kandas karena bentangan Indonesia-Lebanon yang tidak

mampu mempertahankan cinta keduanya.

Lebanon yang terkenal dengan peristiwa pemabantaian Israel terhadap

Palestina mengantarkan Aziz sampai disana untuk menjalankan misi

kemanusiaan. Disana pulalah Aziz dipertemukan dengan Lubna yang merupakan

salah satu korban kejahatan Israel. Di tengah cinta mereka berdua yang sedang

bersemu merah, Aziz harus rela meninggalkan Lubna untuk pulang ke Indonesia

demi melanjutkan kuliahnya.

Page 48: KARYA TULIS ILMIAHblog.unnes.ac.id/dianemy/wp-content/uploads/sites/187/2015/11/smi… · 2. Drs. Dwi Hartanto, selaku wali kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo 3. Heni Hastuti, M.Pd. selaku

48

Dan kisah Alif pun berlanjut. Di Lebanon ia membawa kobar api cinta

kepada Naysila yang senantiasa menuntun dan mengantarkannya untuk tetap tegar

meski dengan kerinduan yang membara. Kisah cinta Aziz dan Lubna pun harus

berakhir.

Setelah beberapa tahun berlalu, Aziz meminta Alif agar pulang ke Indonesia

untuk menemani dalam pernikahannya. Namun alangkah terkejutnya Alif karena

gadis yang ia cintai, gadis yang dengan nafasnya Alif tetap bertahan, harus jatuh

ketangan sahabatnya sendiri. Dipernikahan Aziz, Alif hanya mampu

menyumbangkan sebuah music rebana yang ia dendangkan dengan penuh

penghayatan dan derai tangis yang memilukan. Karena disaat sahabatnya

berbahagia ia harus melihat seorang gadis yang seharusnya bersanding dengannya

kini telah menjadi istri sahabatnya sendiri.