karya tulis ilmiahblog.unnes.ac.id/dianemy/wp-content/uploads/sites/187/2015/11/smi… · 2. drs....
TRANSCRIPT
1
KARYA TULIS ILMIAH
ANALISIS UNSUR-UNSUR INTRINSIK DARI NOVEL RINTIHAN DARI
LEMBAH LEBANON KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZI
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Tugas Akhir Semester Genap
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Disusun oleh :
1. Dian Emy Mastura (06)
2. Febriani Nur Ramadani (26)
3. Neira Fatma Hanifah (31)
4. Windi Dwi Kuntari (32)
KELAS XI IPA 2
Pembimbing : Heni Hastuti, M.Pd
MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 PONOROGO
Jalan Soekarno-Hatta No. 381 Ponorogo, Telp.(0352) 481168
Tahun Pelajaran 2013/2014
2
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Tempat :
Oleh :
Wali Kelas Guru Pembimbing
(Drs.Dwi Hartanto) (Heni Hastuti M.Pd)
NIP.19650520 199403 1 004 NIP.19711226 200710 2 002
Mengetahui,
Kepala Madrasah
(Drs. H. Suhanto, MA)
NIP. 19570405 198303 1 002
3
HALAMAN MOTTO
1. “Tidak ada jalan yang mulus untuk sukses. Giat bekerja adalah kuncinya.”
2. “Kita ini sangat butuh kegagalan, untuk menyempurnakan sikap dan
mental kita.”
3. “Yang menghambat kesuksesan kita adalah keyakinan yang salah dan
sikap negative.”
4. “Tidak ada kesuksesan sejati tanpa kegagalan. Semakin banyak kegagalan
yang anda alami, anda semakin unggul, semakin banyak belajar, dan
semakin dekat dengan harapan anda.”
5. “Tak ada rahasia untuk sukses.Sukses itu terjadi karena persiapan, kerja
keras, dan mau belajar dari kesalahan.”
4
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini kami persembahkan kepada :
Allah SWT yang dengan limpahan rahmatnya akhirnya kami dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan sebaik-baiknya.
Ayah dan Ibu kami tercinta yang senantiasa memberikan dorongan dan
semangat demi terselesaikannya karya tulis ilmiah ini.
Bapak Kepala Sekolah serta Bapak dan Ibu Guru MAN 2 Ponorogo.
Ibu Heni Hastuti selaku pembimbing kami yang dengan kesabaran dan
bimbingannya karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan sebaik-
baiknya.
Taman-teman satu tim yang telah bekerja sama.
Dan teman-teman kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo yang telah mendukung
terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah kami.
Serta kepada jiwa-jiwa yang hatinya telah tertambat pada Tuhannya, hati
yang dipenuhi cinta kepada Rabbinya, semoga Karya Tulis Ilmiah ini
bermanfaat.
5
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq,
serta hidayahnya kepada kita sehingga kita masih diberi kesempatan untuk
melaksanakan kegiatan seperti biasanya. Sholawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari
jaman jahiliyah menuju jaman islamiah seperti yang kita rasakan sekarang ini.
Karya tulis ilmiah ini kami susun untuk memenuhi sebagian tugas semester
genap mata pelajaran Bahasa Indonesia MAN 2 Ponorogo. Karya Tulis Ilmiah ini
membahas tentang unsur-unsur intrinsik sebuah novel bergenre romantisme karya
Taufiqurrahman Al-Azizy yang berjudul RINTIHAN DARI LEMBAH
LEBANON.
Dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini, kami banyak mendapat dukungan
serta bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bpk. Drs. H. Suhanto, selaku kepala sekolah MAN 2 Ponorogo
2. Drs. Dwi Hartanto, selaku wali kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo
3. Heni Hastuti, M.Pd. selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dan
Guru Pembimbing dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Orang tua, yang telah memberikan dukungan moral dan material
5. Teman-teman yang telah bekerja sama serta Teman-teman XI IPA 2,
yang telah memberikan motivasinya.
Kami menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
butuhkan demi kebaikan Karya Tulis Ilmiah ini ke depannya. Akhirnya, semoga
Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat untuk kita semua, amin.
Ponorogo, Mei 2014
Penulis
6
DAFTAR LAMPIRAN
A. LAMPIRAN I
Cover Novel Rintihan dari Lembah Lebanon Karya Taufiqurrahman Al-
Azizy
B. LAMPIRAN 11
Biografi Penulis Novel Rintihan dari Lembah Lebanon (Taufiqurrahman Al-
Azizy)
C. LAMPIRAN III
Sinopsis Novel Rintihan dari Lembah Lebanon
7
DAFTAR ISI
Halaman Judul…….…………………………………………………………….… i
Halaman Pengesahan……………………………………………………….......... ii
Halaman Motto………………………………………………………………….. iii
Halaman Persembahan…………………………………………………………... iv
Kata Pengantar…………………………………………………………………… v
Daftar Lampiran…………………………………………………………………. vi
Daftar Isi……………………………………………………………………....... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………..….. 1
B. Rumusan Masalah ………………………...…………………………... 2
C. Tujuan ……………………………...……………………………….… 2
D. Metode …………………...…………………………………………… 2
E. Teknik Pengumpulan Data …………...……………………………..... 3
F. Sistematika Pembahasan ……………………..………………………. 3
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pengertian Sastra ……………………………………………………........ 4
B. Jenis - Jenis Sastra ……………………………………………………...... 4
1. Sastra Berdasarkan Bentuknya ………………………………………. 5
2. Sastra Berdasarkan Isinya ...…………………………………………. 5
3. Sastra Berdasarkan Sejarahnya………………………………………..5
a. Kesusastraan Lama….……………………………………………..6
b. Kesusastraan Peralihan……….……………………………………6
c. Kesusastraan Baru…………….…………………………………...6
C. Pengertian Novel……………………….………………………………….6
8
D. Macam – Macam Novel……………….…………………………………. 7
1. Novel Romantis…………………….………………………………… 7
2. Novel Komedi……………………………………………………....... 7
3. Novel Religi………………………………………………………...... 7
4. Novel Horor………………………………………………………….. 8
5. Novel Misteri………………………………………………………… 8
6. Novel Inspiratif………………………………………………………. 8
E. Pengertian Unsur –Unsur Intrinsik Novel
1. Pengertian Tema……………………………….……………………... 8
2. Pengertian Tokoh dan Penokohan………….………………………... 9
3. Pengertian Alur……………………………….……………………… 9
4. Pengertian Setting/Latar……………………….………………..........10
5. Pengertian Sudut Pandang…………….……………….……………..11
6. Pengertian Gaya Bahasa……………………………………….……..11
7. Pengertian Amanat…………………………………………….……..12
BAB III PEMBAHASAN
A. Tema……………………………………………………………………...13
B. Tokoh dan Penokohan……………………………………………………13
C. Alur……………………………………………………………………... 24
D. Setting/Latar……………………………………………………….……..25
E. Sudut Pandang……………………………………………………………31
F. Gaya Bahasa……………………………………………………………...32
G. Amanat……………………………………………………………….......33
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………... 34
B. Saran……………………………………………………………………...35
Daftar Pustaka……………………………………………………………………36
Daftar Lampiran………………………………………………………………….37
9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sastra adalah ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran,
perasaan, gagasan, semangat, keyakinan, dalam suatu bentuk gambaran
kongkret yang membangkitkan pesona dengan alat-alat bahasa. Manusia
menggunakan karya sastra sebagai sarana untuk mengungkapkan gagasan,
pengalaman, pemikiran dan sebagainya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
karya sastra sangat bermanfaat bagi manusia dan pembacanya.
Karya sastra yang baik adalah karya sastra yang mampu meniggalkan
kesan yang mendalam bagi pembacanya. Pembaca dapat dengan bebas
melarutkan diri bersama karya itu, dan mendapatkan kepuasan oleh karenanya.
Menurut Aristoteles karya sastra dapat digolongkan dalam beberapa kriteria.
Ada tiga kriteria dipandang dari segi perwujudannya, diantara ketiga kriteria
tersebut adalah teks naratik (epik) yaitu novel, roman, dan cerpen.
Novel adalah salah satu karya sastra yang berbentuk prosa fiksi yang
banyak mengangkat permasalahan dari kehidupan seseorang yang sangat
menarik untuk dibaca. Pada masa kini, novel banyak digemari oleh para
remaja pada umumnya dan oleh pecinta sastra pada khususnya.
Dalam sebuah novel terdapat dua unsure penting yang selalu melingkupi
jalan ceritanya sebuah novel, yaitu unsure intrinsic dan unsure ekstrinsik.
Unsure intrinsic novel meliputi tema, alur, tokoh dan penokohan, setting,
amanat, sudut pandang, serta gaya bahasa. Sedangkan unsure ekstrinsik novel
meliputi latar belakang penulis, serta keadaan social budaya ketika novel
tersebut ditulis.
Unsure intrinsik novel membantu para pembaca dalam memahami
keseluruhan isi dari sebuah novel. Karena pentingnya mengetahui unsure
intrisik dalam novel, kami terpicu untuk menjadikan pembahasan ini kedalam
10
sebuah karya tulis ilmiah. Tujuannya adalah agar dapat mempermudah para
pembaca dalam memahami keseluruhan isi dari sebuah novel.
Novel yang akan kami analisa unsure intrisiknya adalah sebuah novel
bergenre romantic berjudul “Rintihan Dari Lembah Lebanon” karya
Taufiqurrahman Al „Azizy. Novel tersebut menggambarkan kepedihan cinta
suci yang dirasakan seorang pemuda asal Indonesia bernama Alif yang harus
merelakan seorang gadis yang telah menjadi kekasih hatinya sejak ia
dipesantren untuk seorang sahabat baiknya. Kisah cintanya yang terbalas
dengan pengkhianatan karena bentangan Indonesia-Lebanon yang terlalu jauh
tak mampu mempertahankan ikatan yang telah terjalin.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana dan apa saja unsur-unsur intrinsic yang terkandung dalam
novel “Rintihan dari Lembah Lebanon” karya Taufiqurrahaman Al „Azizy?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk mengetahui
unsure-unsur intrinsic yang terdapat dalam novel “Rintihan dari Lembah
Lebanon” karya Taufiqurrahaman Al „Azizy.
D. Metode Penelitian
Metode penelitian yang kami gunakan untuk membuat karya tulis ini
adalah metode deskriptif kualitatif. Diskriptif artinya yaitu metode penelitian
nonhipotesis dan noneksperiment, namun hanya menggambarkan suatu data
dengan cara menganalisis dan mencermati secara intensif untuk mendapatkan
data-data dari sebuah novel. Sedangkan sumber datanya kami peroleh dari
sebuah novel bergenre romantic berjudul “ Rintihan Dari Lembah Lebanon”
karya Taufiqurrahman Al „Azizy. Sedangkan yang dimaksud kualitatif yaitu
11
metode penelitian yang khusus pada penelitian berupa huruf-huruf bukan
penelitian yang berhubungan dengan angka-angka.
E. Tehnik Pengumpulan Data
1. Membaca novel Rintihan dari Lembah Lebanon karya Taufiqurrahman al-
Azizy secara intensif untuk mencari unsur-unsur intrinsik yang terkandung
dalam novel tersebut.
2. Mencari sumber-sumber lain yang mendukung seperti sumber dari internet
dan buku-buku referensi yang lain.
3. Mencatat unsure intrinsik yang terdapat dalam novel Rintihan dari Lembah
Lebanon.
4. Mencatat pokok-pokok yang tergantung dalam novel tersebut.
5. Menulis kesimpulan dari novel Rintihan dari Lembah Lebanon.
6. Menulis kembali unsur-unsur intrinsik yang telah disimpulkan dari novel
Rintihan dari Lembah Lebanon ke dalam paragraph yang padu.
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dari pembuatan karya tulis ilmiah ini adalah
sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN yang berisi latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, teknik pengumpulan data, dan
sistematika penulisan. BAB II KAJIAN TEORI, dalam kajian teori ini berisi
pengertian sastra serta macam-macamnya, pengertian novel dan jenis-jenisnya,
serta unsure-unsur yang membangun sebuah novel, yaitu berupa unsure
intrinsic dan ekstrinsik dalam suatu novel. BAB III PEMBAHASAN,
merupakan bab inti yang berisi penjelasan dan pembahasan menyeluruh terkait
dengan unsure-unsur intrinsic dari novel “Rintihan dari Lembah Lebanon”.
BAB IV berisi penutup, kesimpulan, dan saran.
12
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Sastra
Sastra (Sanskerta: shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta
„Sastra‟, yang berarti “teks yang mengandung instruksi” atau “pedoman”, dari
kata dasar „Sas‟ yang berarti “instruksi” atau “ajaran” dan „Tra‟ yang berarti
“alat” atau “sarana”. “Sastra lahir oleh dorongan manusia untuk
mengungkapkan diri, tentang masalah manusia, kemanusiaan, dan semesta
(Semi, 1993 : 1).
Terdapat beberapa kutikan menarik dari Dr. Wahyudi S., seorang dosen
yang sejak tahun 1988 hingga sekarang telah menjadi dosen di Universitas
Malang dan turut aktif dalam memberikan sumbangsih serta berdedikasi dalam
bidang penelitian dan pengajaran sastra. “Kalau kita berbicara tentang studi
sastra, hal yang tidak boleh ditinggalkan adalah pembicaraan tentang karya
sastra itu sendiri. Tanpa ada karya sastra, kita tidak mungkin berbicara tentang
studi sastra. Sastra adalah pengungkapan masalah hidup, filsafat, dan ilmu
jiwa. Sastra adlaah kekayaan rohani yang dapat memperkaya rohani. Sastrawan
dapat dikatakan sebagai ahli ilmu jiwa dan filsafat yang mengungkapkan
masalah hidup, kejiwaan, dan filsafat, bukan dengan cara teknis akademis
melainkan melalui tulisan sastra.”
Dalam sebuah buku referensi yang kami miliki, dikatakan pula bahwa
“Karya sastra adalah anak kehidupan kreatif seorang penulis dan
mengungkapkan pribadi pengarang.” (Selden, 1985 : 52).
B. Jenis-Jenis Sastra
Secara umum, sastra dibagi menjadi dua, yaitu prosa dan puisi. Prosa
adalah karya sastra yang tidak terikat sedangkan puisi adalah karya sastra yang
13
terikat dengan kaidah dan aturan tertentu. Contoh karya sastra puisi yaitu puisi,
pantun, dan syair sedangkan contoh karya sastra prosa yaitu novel,
cerita/cerpen, dan drama.
1. Dilihat dari bentuknya, sastra terdiri atas 4 bentuk, yaitu :
a. Prosa, bentuk sastra yang diuraikan menggunakan bahasa bebas dan
panjang tidak terikat oleh aturan-aturan seperti dalam puisi.
b. Puisi, bentuk sastra yang diuraikan dengan menggunakan bahasa yang
singkat dan padat serta indah.
c. Prosa liris, bentuk sastra yang disajikan seperti bentuk puisi namun
menggunakan bahasa yang bebas terurai seperti pada prosa.
d. Drama, yaitu bentuk sastra yang dilukiskan dengan menggunakan bahasa
yang bebas dan panjang, serta disajikan menggunakan dialog atau
monolog. Drama ada dua pengertian, yaitu drama dalam bentuk naskah
dan drama yang dipentaskan.
2. Dilihat dari isinya, sastra terdiri atas 4 macam, yaitu :
a. Epik, karangan yang melukiskan sesuatu secara obyektif tanpa
mengikutkan pikiran dan perasaan pribadi pengarang.
b. Lirik, karangan yang berisi curahan perasaan pengarang secara subyektif.
c. Didaktif, karya sastra yang isinya mendidik penikmat/pembaca tentang
masalah moral, tatakrama, masalah agama, dll.
d. Dramatik, karya sastra yang isinya melukiskan sesuatu kejadian(baik atau
buruk) denan pelukisan yang berlebih-lebihan.
3. Dilihat dari sejarahnya, sastra terdiri dari 3 bagian, yaitu :
a. Kesusastraan Lama, kesusastraan yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat lama dalam sejarah bangsa Indonesia. Kesusastraan Lama
Indonesia dibagi menjadi :
1) Kesusastraan zaman purba,
2) Kesusastraan zaman Hindu Budha,
3) Kesusastraan zaman Islam, dan
4) Kesusastraan zaman Arab – Melayu.
14
b. Kesusastraan Peralihan, kesusastraan yang hidup di zaman Abdullah bin
Abdulkadir Munsyi. Karya-karya Abdullah bin Abdulkadir Munsyi ialah:
1) Hikayat Abdullah
2) Syair Singapura Dimakan Api
3) Kisah Pelayaran Abdullah ke Negeri Jeddah
4) Syair Abdul Muluk, dll.
c. Kesusastraan Baru, kesusastraan yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat baru Indonesia. Kesusastraan Baru mencangkup kesusastraan
pada Zaman :
1) Balai Pustaka / Angkatan 20
2) Pujangga Baru / Angkatan 30
3) Jepang
4) Angkatan 45
5) Angkatan 66
(http://asemmanis.wordpress.com/2009/10/03/pengertian-sastra-secara-
umum-dan-menurut-para-ahli/)
C. Pengertian Novel
Novel adalah salah satu bentuk dari sebuah karya sastra. Novel
merupakan cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan mempunyai
unsur instrinsik dan ekstrinsik. Sebuah novel biasanya menceritakan tentang
kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sesamanya.
Dalam sebuah novel, si pengarang berusaha semaksimal mungkin untuk
mengarahkan pembaca kepada gambaran-gambaran realita kehidupan melalui
cerita yang terkandung dalam novel tersebut.
Novel berasal dari bahasa Itali novella yang berarti “sepotong kisah atau
berita”. Kemudian, kata itu diartikan sebagai sebuah karya sastra dalam bentuk
prosa. Jepang adalah tempat lahir novel yang pertama. Novel itu berjudul
Hikayat Genji, yang ditulis pada abad ke-11 oleh Murasaki Shikibu.
15
Novel adalah salah satu bentuk dari sebuah karya sastra. Novel
merupakan cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan mempunyai
unsur instrinsik dan ekstrinsik. Sebuah novel biasanya menceritakan tentang
kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sesamanya.
Dalam sebuah novel, si pengarang berusaha semaksimal mungkin untuk
mengarahkan pembaca kepada gambaran-gambaran realita kehidupan melalui
cerita yang terkandung dalam novel tersebut.
(http://www.e-jurnal.com/2013/12/pengertian-novel-menurut-para-ahli.html).
D. Macam-Macam Novel
1. Novel Romantis
Novel romantis adalah novel yang memuat cerita panjang bertemakan
percintaan. Novel ini hanya dibaca khusus oleh para remaja dan orang
dewasa. Alur ceritanya pertemuan kedua tokoh yang berlawanan jenis
tersebut ditulis semenarik mungkin. Lalu dilanjutkan dengan konflik-konflik
percintaan hingga mencapai sebuah titik klimaks, lalu diakhiri dengan
sebuah ending yang kebanyakan bercabang jadi tiga: happy ending (dua
tokoh utama bersatu), sad ending (dua tokoh utama tidak bersatu), dan
ending menggantung (pembaca dibiarkan menyelesaikan sendiri kisah itu).
2. Novel Komedi
Novel komedi adalah novel yang memuat cerita yang humoris (lucu)
dan menarik dengan gaya bahasa yang ringan dengan diiringi gaya humoris
dan mudah dipahami.
3. Novel Religi
Novel ini bisa saja merupakan kisah romantis atau inspiratif yang
ditulis lewat sudut pandang religi. Atau novel yang lebih mengarah kepada
religi meski tema tersebut beragam.
16
4. Novel Horor
Novel ini biasanya bercerita seputar hantu. Sisi yang menarik dari
novel ini adalah latar tempatnya, yang kebanyakan sebagai sumber hantu itu
berasal. Cerita juga biasa disajikan dalam bentuk perjalanan sekelompok
orang ke tempat angker.
5. Novel Misteri
Novel ini adalah novel yang biasanya memuat teka-teki rumit yang
merespons pembacanya untuk berpartisipasi dalam menyelesaikan masalah
tersebut. Bersifat mistis, dan keras.Tokoh-tokoh yg terlibat biasanya banyak
dan beragam, seperti polisi, detektif, ilmuwan, budayawan, dll.
6. Novel Inspiratif
Novel Inspiratif adalah novel yang menceritakan sebuah cerita yang
bisa memberi inspirasi pembacanya. Biasanya novel inspiratif ini banyak
yang berasal dari cerita nonfiksi atau nyata. Tema yang disuguhkan pun
banyak, seperti tentang pendidikan, ekonomi, politik, prestasi, dan
percintaan. Gaya bahasanya pun kuat, deskriptif, dan akhirnya menemui
karakter tokoh yang tak terduga.
(http://ide-venivriliani.blogspot.com/2013_04_01_archive.html ).
E. Unsur Intrinsik Novel
Yang dimaksud unsur - unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra adalah
unsur-unsur pembangun karya sastra yang dapat ditemukan di dalam teks karya
sastra itu sendiri. Yaitu sebagai berikut :
1. Tema
Gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra
disebut tema. Atau gampangnya, tema adalah sesuatu yang menjadi dasar
cerita, sesuatu yang menjiwai cerita, atau sesuatu yang menjadi pokok
masalah dalam cerita.
17
Tema merupakan inti atau pokok persoalan yang menjadi dasara
pengembangan cerita. Tema menyngkut segala persoalan, baik masalah
kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan, dan sebagainya
(Engkos Kosasih, 2005 : 99).
2. Tokoh
Tokoh adalah individu ciptaan/rekaan pengarang yang mengalami
peristiwa-peristiwa atau lakuan dalam berbagai peristiwa cerita. Pada
umumnya tokoh berwujud manusia, namun dapat pula berwujud binatang
atau benda yang diinsankan.
Tokoh sentral adalah tokoh yang banyak mengalami peristiwa dalam
cerita.
Tokoh sentral dibedakan menjadi dua, yaitu:
a.Tokoh sentral protagonis, yaitu tokoh yang membawakan perwatakan
positif atau menyampaikan nilai-nilai positif.
b.Tokoh sentral antagonis, yaitu tokoh yang membawakan perwatakan yang
bertentangan dengan protagonis atau menyampaikan nilai-nilai negatif.
3. Penokohan atau perwatakan
Penokohan merupakan penggambaran suatu watak tokoh dalam
sebuah novel. "Tokoh tersebut digambarkan mempunyai karakter atau sifat,
misalnya pemarah, periang, pemabuk,atau rajin. Penggambaran watak tokoh
dapat secara langsung ataupun tidak langsung." (Syamsuddin A. R. 2005 :
98).
4. Alur
Tema merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh
hubungan sebab-akibat (Engkos Kosasih, 2006 : 83). Tema adalah jalinan
cerita yang dibuat oleh pengarang dalam menjalin kejadian secara beruntun
atau rangkaian/jalinan antar peristiwa/ lakuan dalam cerita. Sebuah cerita
sebenarnya terdiri dari berbagai peristiwa yang memiliki hubungan sebab-
18
akibat. Jalinan itu yang dinamakan alur/plot. Alur dapat dikategorikan
menjadi tiga :
a. Alur maju (alur lurus)
Rangkaian peristiwanya bergerak maju dari awal ke akhir (kronologis)
b. Alur mundur (alur flashback)
Rangkaian peristiwanya bergerak mundur dari akhir ke awal (set back)
c. Alur campuran (maju-mundur)
Rangkaian peristiwa bergerak secara acak.
6. Setting/Latar
Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan
dengan waktu, ruang, dan situasi terjadinya peristiwa dalam suatu karya
sastra beserta tempatnya (Syamsuddin A. R. 2005 : 99). Latar dapat
dibedakan ke dalam dua unsur pokok:
a. Latar tempat, mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan
dalam sebuah novel.
b. Latar waktu, berhubungan dengan masalah „kapan‟ terjadinya peristiwa-
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah novel.
c. Latar suasana, suasana adalah salah satu unsur intrinsik yang berkaitan
dengan keadaan psikologis yang timbul dengan sendirinya bersamaan
dengan jalan cerita. Suatu cerita menjadi menarik karena berlangsung
dalam suasana tertentu. Misalnya, suasana gembira, sedih, tegang, penuh
semangat, tenang, damai, dan sebagainya. Suasana dalam cerita biasanya
dibangun bersama pelukisan tokoh utama. Pembaca mengikuti kejadian
demi kejadian yang dialami tokoh utama dan bersama dia pembaca
dibawa larut dalam suasana cerita.
19
7. Sudut Pandang
Sudut pandang atau titik pengisahan adalah posisi pengarang dalam
membawakan cerita (Engkos Kosasih, 2006 : 83). Posisi pengarang ini
terdiri atas dua macam :
a. Sudut pandang orang pertama
Pada sudut pandang orang pertama, posisi pengarang berada di
dalam cerita. Ia terlibat dalam cerita dan menjadi salah satu tokoh dalam
cerita (bisa tokoh utama atau tokoh pembantu). Salah satu ciri sudut
pandang orang pertama adalah penggunaan kata ganti „aku‟ dalam cerita.
Oleh karena itu, sudut pandang orang pertama sering disebut juga sudut
pandang akuan.
b. Sudut pandang orang ketiga
Pada sudut pandang orang ketiga, pengarang berada di luar cerita.
Artinya dia tidak terlibat dalam cerita. Pengarang berposisi tak ubahnya
seperti dalang atau pencerita saja. Ciri utama sudut pandang orang ketiga
adalah penggunaan kata ganti „dia‟ atau „nama-nama tokoh‟.
(http://halaisu.blogspot.com/2012/04/makalah-menjelaskan-unsur-
intrinsik.html).
9. Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah cara pengarang mengungkapkan ceritanya melalui
bahasa yang digunakan. Setiap pengarang memiliki gaya masing-masing.
Gaya bahasa berfungsi sebagai alat utama pengarang untuk melukiskan,
menggambarkan, dan menghidupkan cerita secara estetika. misalnya
personifikasi, gaya bahasa ini mendeskripsikan benda–benda mati dengan
cara memberikan sifat–sifat seperti manusia. Simile (perumpamaan), gaya
bahasa ini mendeskripsikan sesuatu dengan pengibaratan. Hiperbola, gaya
bahasa ini mendeskripsikan sesuatu dengan cara berlebihan dengan maksud
memberikan efek berlebihan.
20
”Gaya bahasa berfungsi untuk menciptakan suatu nada atau suasana
persuasive, serta merumuskan dialog yang mampu memperlihatkan
hubungan dan interaksi antara sesame tokoh. Kemampuan sang penulis
mempergunakan bahasa secara cermat dapat menjelmakan suatu suasana
yang berterus terang atau satiris, simpatik atau menjengkelkan, dan objektif
atau emosional" (Engkos Kosasih, 2006 : 84).
10. Amanat
Amanat merupakan ajaran moral atau pesan yang hendak
disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya itu (Engkos
Kosasih, 2006 : 84). Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan
pengarang kepada pembaca. Amanat dalam cerita bisa berupa nasihat,
anjuran, atau larangan untuk melakukan/tidak melakukan sesuatu. Yang
jelas, amanat dalam sebuah cerita pasti pesan yang bersifat positif.
21
BAB III
PEMBAHASAN
A. Tema
Novel yang berjudul RINTIHAN DARI LEMBAH LEBANON karya
Taufiqurrahman Al Azizy ini memiliki tema percintaan dan persahabatan.
Karena novel ini menceritakan tentang kehidupan cinta pemuda asal Indonesia
bernama Alif yang harus terhianati oleh kekasihnya yang bernama Naysila
yang lebih memilih Aziz, sahabat Alif sendiri karena jarak antara Indonesia-
Lebanon yang membuat mereka tak mampu mempertahankan cintanya.
B. Tokoh dan Penokohan
1. Tokoh Utama
a. Alif :
1) Pekerja keras, watak Alif yang pekerja keras dapat diketahui ketika
Alif bekerja keras di lading tembakau milik ayah Aziz. "Tangan
kanannya memegang kokoh cangkul yang bersandar di pundak
kanannya, sedang tangan kirinya memegang sabit yang putih
berkilauan tertimpa cahaya matahari." (Taufiqurrahman, 2012 :
14).
2) Romantis, watak Alif yang romantis dapat diketahui ketika Alif
akan berpisah dengan Naysila, Alif berkata, "Naysila, bersabarlah.
Jangan lagi ada duka di wajahmu karena perpisahan ini.
Perpisahan ini hanya sementara karena setelah berpisah kita akan
kembali bersua. Sekiranya rindu mengamuk di hatimu, cukuplah
engkau membuka lipatan kertas–kertas putih bahasa cintaku,
mewakili kehadiranku di sisimu." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012
: 13).
22
3) Tegar, watak Alif yang tegar dapat diketahui dari kalimat yang
secara langsung digambarkan oleh penulis. "Tak ada pemuda yang
lebih kaya daripada Alif di desa ini. Sebab dalam kesendirian, ia
tegakkan langkah. Dalam kesunyian jiwa, ia senandungkan
harapan dan cita–cita." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 18).
4) Sabar, watak Alif yang sabar dapat diketahui ketika Alif dipukuli
oleh teman-teman di pesantrennya. Ia berkata, "Aku berdoa kepada
Tuhan demi kebaikan mereka. Aku juga berdoa kapada Tuhan agar
kejadian ini bisa menghaluskan hati mereka." (Taufiqurrahman Al
Azizy, 2012 : 128).
5) Cerdas, watak Alif yang cerdas dapat diketahui ketika ada ujian di
pesantren. "Saat ujian hafalan Al-Qur'an digelar, aku adalah
santriwan yang paling lancar dan paling sedikit kesalahannya.
Bacaan Al-Qur'anku mengalir deras bagai kucuran hujan."
(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 129).
6) Suka menyendiri, dapat diketahui ketika Alif dijauhi oleh teman-
temannya di pesantren. "Malam mengirimkan udaranya yang
dingin. Wajahnya berselimutkan bintang-gemintang. Sejak saat itu
aku sering kali memilih sendiri, menghindar dari para santri."
(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 43).
7) Tabah, dapat diketahui saat Alif diejek teman-temannya setelah ia
melanggar aturan pesantren. "Tak kutampakkan wajah sedih lagi.
Bahkan kutegakkan kepalaku. Kubalas teriakan, ejekan, dan
cibiran sahabat-sahabat santri dengan senyuman…"
(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 90).
8) Cengeng, dapat diketahui ketika Alif dihukum di ruang sempit
dekat dapur. "Kutempati ruang pengap dan gelap ini sendirian.
Menetes air mataku menerima pengucilan dan pengasingan.
Ruangan ini tanpa jendela. . . . ." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012
: 101).
23
9) Teguh pendirian, dapat diketahui saat Alif dipaksa untuk mengakui
kesalahan yang tidak ia lakukan. "Apakah saya harus bersumpah
atas nama Allah untuk urusan sekecil ini. . . . Begitu rendah ia
menghargai Tuhannya kalau toh malam itu aku memang benar
yang meniup seruling itu aku tetap tidak akan bersumpah atas
nama Tuhan sebab aku akan mengakuinya." (Taufiqurrahman Al
Azizy, 2012 : 123).
10) Dermawan, dapat diketahui ketika Alif melihat seorang gadis kecil
yatim piatu bersama seorang adiknya. "Alif kemudian berkata lagi,
mas kuserahkan uang ini kepadamu untuknya. Engkau lebih tau
kehidupan anak ini dan adiknya. Mudah-mudahan uang itu
meringankan bebannya." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 360).
11) Pemberani, dapat diketahui ketika Soimah menyuruh Alif agar
pergi karena penduduk Desa Dadapayam akan menghakiminya
karena fitnah yang telah Salman tuduhkan pada Alif. "Tetapi aku
tak akan pergi, lanjut Alif. "Kepergian adalah tindakan pengecut
dari seseorang yang ingin menolak dari tanggung jawab."
(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 375).
b. Aziz :
1) Toleransi, watak Aziz yang toleransi dapat diketahui ketika
penduduk Desa Dadapayam memperlakukan Alif, sahabat Aziz
dengan perlakuan yang berbeda dengan Aziz. "Ia senang dengan
pujian, tetapi hatinya sakit bila sang karib dihinakan. Kenapa
orang-orang memandangnya dengan takjub, menempatkannya
pada kedudukan yang tinggi dan luhur, sedang mereka
memandang Alif dengan rendah dan hina…."
(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 16).
2) Ingin tahu, sikap Aziz yang sangat ingin tahu dapat diketahui dari
rasa penasarannya untuk mendengarkan kisah kehidupan dan cinta
sahabatnya, yaitu Alif. "Ia duduk di samping Alif, lalu berucap,
tidak baik menyimpan kebahagiaan untuk diri sendiri. Adakah ku
24
tak terlalu berharga untuk mendapatkan sekecap rasa indah di
hatimu tentang gadis itu?" (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 20).
3) Tulus, watak Aziz yang tulus dapat dilihat ketika Aziz ditanya oleh
ayahnya tentang gadis yang ia cinta. "Saya mencintai Lubna
dengan sepenuh jiwa saya. Saya yakin bahwa Lubnalah yang telah
dipilihkan Tuhan untuk hidup saya. Lubna adalah cinta pertama
saya dan akan menjadi cinta terakhir saya." (Taufiqurrahman Al
Azizy, 2012 : 160).
4) Empati, dapat diketahui ketika Alif bercerita bahwa ia dipukuli
teman-temannya di pesantren saat ia meniupkan seruling bambu.
"Seharusnya engkau tak dipukul kepalamu, ucap Aziz yang seakan-
akan merasakan apa yang dirasakan sahabatnya itu. Bila aku ada
di sana itu, kan kupukul kepalanya dua kali lipat dari pukulan
yang ia alkukan kepadamu. (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 63).
5) Rendah Hati, dapat diketahui ketika orang-orang di Desanya
memandang agung kehidupan Aziz yang serba mewah.
“Terkadang kepicikan jiwa mendorongnya untuk meruntuhkan
rumah megah dan besar sang ayah, agar harga seseorang tak
dinilai dari keadaan rumahnya.” (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012
: 19).
6) Berjiwa sosial, dapat diketahui ketika Aziz pergi ke Lebanon,
sebuah negara tempat yang telah luluh lantah tempat dimana
terjadinya perang besar antara Palestina dan Israel untuk tujuan
kemanusiaan. “Beberapa hari yang akan datang kami akan segera
bergabung dengan tim kemanusiaan dari jakarta dengan misi
kemanusiaan…… Di Jakarta nanti kami akan bergabung dengan
delapan orang aktifis dari berbagai kota yang mewakili lembaga-
lembaga swadayanya masing-masing.” (Taufiqurrahman Al Azizy,
2012 : 163).
7) Pencemburu, dapat diketahui ketika Aziz melihat Lubna,
kekasihnya berdua-duaan sepanjang hari dengan Ghufron,
25
sahabatnya. “Hatiku telah terbakar rasa cemburu yang demikian
menggelegak. Jiwaku di penuhi lahar yang amat panas hingga aku
tak memperdulikan kebersamaan gufron dan lubna."
(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 254).
8) Pemarah, dapat diketahui ketika Aziz merasa cemburu dengan
Lubna. Kemudian ia melimpahkan kekesalannya kepada Ehud yang
ia temui di bawah pohon cedar saat itu. "….segera aku mengambil
ranting cedar yang tadi jatuh dari tanganku. Akan kupukuli mereka
satu per satu. Kumulai dari Ehud yang berdiri di hadapanku. Aku
maju dengan membabi buta, kupulkan ranting cedar itu keseluruh
tubuh Ehud." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 257).
c. Naysila :
1) Pemalu, dapat diketahui dari perkataan Alif ketika Alif tak sengaja
memandang Naysila saat Naysila mengikuti pelajaran mantiq yang
diajarkan olehnya. "Tanpa sengaja bola mataku memandang
seorang santriwati berjilbab merah. Ia selalu menunduk, sedang
yang lain mengangkat wajah. Ia sibuk mencatat pelajaranku,
sedang yang lainnya berebut dengan pertanyaan-pertanyaannya."
(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 274).
2) Romantis, dapat diketahui ketika Naysila mengirimkan surat
kepada Alif yang saat itu menjadi kekasihnya. "Alif kekasihku,
setiap hari diantara detak-detak jantungku, diantara desahan
nafasku, didalam tidur dan jagaku, didalam pondok dan rumahku,
rinduku kepadamu tak pernah lekang. Cinta dan sayangku
kepadamu tak pernah lekang." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 :
338).
3) Cerdas tapi Pesimis, dapat diketahui ketika Naysila akan mengikuti
seleksi masuk Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. "Saat
ujian tiba, dengan mengucap Basmalah, kukerjakan soal-soal.
Ribuan orang ikut dalam ujian ini. Nyaliku sudah ciut karena
26
khawatir aku siswi terbodoh dalam ujian ini. Saat tiba
pengumuman ternyata namaku ada di antara 800 calon mahasiswa
fakultas kedokteran. Tetapi aku harus melewati seleksi satu tahap
lagi, apakah aku layak masuk ke 400 besar atau tidak. Dan
Alhamdulillah aku pun masuk." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 :
340).
d. Lubna
1) Cantik, dapat diketahui dari kalimat yang secara langsung
dituliskan oleh penulis. “Ia memiliki wajah yang amat cantik.
Cantik sekali. Pipinya kemerah-merahan akibat terkena sinar
matahari. Rambutnya yang kuning keemasan begitu elok.
Tubuhnya ramping bagai cemara." (Taufiqurrahman Al Azizy,
2012 : 204).
2) Penurut, dapat diketahui ketika Lubna menerima Ehud menjadi
kekasihnya untuk ayahnya tercinta. “Kisah Ehud, Lubna dan
ayahnya tak semata-mata kisah antara ketidak berdayaan seorang
anak permpuan di hadapan ayahnnya… Ini tak semata-mata kisah
cinta, namun cinta diantara air mata, darah, keselamatan,
perebutan tanah, dan pertempuran." (Taufiqurrahman Al Azizy,
2012 : 207).
3) Baik hati dan tegar, dapat diketahui dari pujian yang dilontarkan
Aziz untuk Lubna. Aziz berkata, “Lubna lebih dari wajah dan
tubuhnya, kecantikannya tidak terdapat dari rambut emasnya,
tetapi dalam kebaikan dan kemurnian yang menyelubunginya.
Bukan dari lehernya yang jenjang, melainkan dalam keteguhan
hatinyauntuk berani memilih dan bersikap dalam menghadapi
setiap rintangan di depannya.” (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 :
233).
27
4) Setia, dapat diketahui dari perkataan istri Khalil tentang Lubna.
"Sekarang kita fokus pada Lubna. Hidupnya telah kersan selama
ini. Ia pergi dari desa ini sebab ingin menghindari hasrat para
pemuda desa yang mencoba mendekatinya. Lubna adalah seorang
yang teguh menepati janji terlebih pada orang yang dicintainya."
(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 497).
5) Tertutup, dapat diketahui dari cerita Hiba. "Selama ini, Lubna
seperti menghindar dari para pemuda…. Ia ingin bergaul dengan
wajar dan semestinya." (Taufiqurrahman Al-Azizy, 2012 : 229).
2. Tokoh Sampingan
a. Salman :
1) Tidak dapat menjaga rahasia, hal ini dapat diketahui dari kalimat
yang secara langsung dituliskan oleh penulis. "Salman tampak
berusaha memahami pembicaraan antara tuan dan sahabatnya itu.
Wajahnya menunjukkan rasa penasaran yang tak bisa ditutup-
tutupi. Memang begitulah Salman. Melalui lidahnya yang
bercabang dan menjulur bagai juluran ular berbisa tak ada
satupun rahasia tuannya yang tak ia sampaikan kepada orang-
orang." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 25).
2) Dengki, dapat diketahui dari sikap Salman yang begitu membenci
dan ingin menjatuhkan Alif."Salman sadar bahwa ia harus segera
menyingkir dari tempat itu. Tetapi, hatinya telah bersorak-sorai
mendengar satu kabar yang luar biasa. Wajahnya terang bagai
nyala api yang dikobarkan iblis. Ia yang selama ini memiliki hati
yang dirasuki rasa dengki kepada Alif menemukan kesempatan
untuk membakar langit pedesaan dengan kabar diusirnya Alif dari
pesantren." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 29)
28
3) Penghasut dan picik, dapat diketahui ketika Aziz menjelaskan
kepada seluruh warga bahwa bukan Alif yang bersalah, namun Alif
telah difitnah oleh Salman. "Salman memberiku usul untuk
memfitnah Alif. Salman yang memiliki bibir tipis dan tajam ini telah
berhasil mempengaruhi kalian semua untuk mempercayai fitnah
yang ia sebarkan." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 382).
b. Kiai Umar :
1) Bijaksana, dapat diketahui dari penjelasan Alif kepada Aziz tentang
Kiai Umar. "Yang aku lihat dari wajah kiai itu adalah ketegasan.
Yang kusaksikan dari sorot matanya adalah kuatnya takad dan
keteguhan. Beliau tak banyak bicara kecuali saat mengajar."
(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 36).
c. Ustadz Rahmat
1) Penyayang, dapat diketahui ketika Ustadz Rahmat membela Alif
yang dimarahi teman-temannya karena tidak melaksanakan shalat
jama'ah di masjid. "Saat aku kembali beberapa santri senior
memarahiku, tetapi kang Rahmat membelaku.” (Taufiqurrahman Al
Azizy, 2012 : 39).
2) Toleransi, dapat diketahui ketika Ustadz Rahmat memeberikan
semangat kepada Alif saat Alif menerima hukuman atas
kesalahannya. "Kang Rahmat memegang pundakku dan berkata
bersabarlah sedikit, Dik. Karena cahaya matahari tidak akan
pernah padam hanya karena tertutup oleh awan hitam.”
(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 81).
3) Religious, dapat diketahui ketika Ustadz Rahmat mengajarkan
kepada Alif untuk saling menghargai sesamanya. “Kang Rahmat
berkata, islam itu agama yang mengajarakan adab dan sopan
santun. Kau harus tau Alif. Pesantren adalah tempat kita belajar
adab dan sopan santun.” (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 44).
29
d. Ustadz Yazid
1) Penyayang, dapat diketahui ketika Ustadz Yazid menghampiri Alif
yang sedang sebdirian di biliknya. "Ia melihat wajahku yang
dibelenggu ketakutan. Ia duduk di sampingku, menenangkan hatiku
dari kemarahan beberapa santri senior dengan ucapannya, "Alif
belajarlah menghargai agar engkau dihargai." (Taufiqurrahman Al
Azizy, 2012 : 39).
2) Cerdas, dapat diketahui ketika Ustadz Yazid mengajarkan kepada
santrinya tentang ilmu mantiq. "Kita tidak akan bisa membantah
logika tanpa logika. Sekiranya engkau ingin tahu mengapa filsafat
diharamkan, maka tak ada jalan lain kecuali engkau pelajari ilmu
yang akan membimbingmu untuk menunjukkan dimana
keharamannya…. Kita tidak bisa menghukumi suatu ilmu tanpa
ilmu pula. Bila kita menghukumi ilmu tanpa ilmu itu fitnah
namanya.” (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 51).
3) Perhatian dan Sabar, dapat diketahui ketika Ustadz Yazid dengan
kesabarannya menenangkan Alif yang hatinya sedang dirundung
kepedihan. “Ustadz Yazid tersenyum, memegang pundakku, lalu
berkata, ini berkaitan dengan hati dan perasaan seseorang, Alif.
Apa yang menurut kita baik,belum tentu baik menurut orang lain.
Apa yang menurut kita sopan belum tentu sopan menurut orang
lain.” (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 45).
e. Teman-teman Alif (Farhan, Malik, Haris, dan Zidni)
1) Jahat, dapat diketahui dari sikap mereka yang mengucilkan Alif.
"Haris, Malik, Farhan, Zidni, dan Budi telah bersepakat untuk
menolak kehadiranku di bilik. Mereka tidak meu mebagi biliknya
denganku. Penolakan itu disertai penolakan-penolakan santri-
santri yang lain." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 99).
2) Buruk Sangka, dapat diketahui ketika mereka menuduh Alif
meniupkan seruling bambu yang sebenarnya bukan Alif yang
meniupkannya. "Aku harus mengakui kebenaran ini. Malik
30
melanjutkan, tetapi siapa yang tidak memiliki perkiraan seperti
perkiraanku saat menyadari bahwa salama ini kaulah satu-satunya
pemilik seruling bambu?" (Taufiqurrahman al Azizy, 2012 : 124).
f. Ghufron
1) Pemberani, dapat diketahui katika sampai di Lebanon yang
dikabarkan merupakan tempat bersarangnya bom-bom Israel.
Ghufron berkata, "Keindahan Lebanon lebih menarik bagiku
daripada rasa takut." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 164).
2) Pengertian, dapat diketahui dari ucapan Aziz yang menunjukkan
rasa simpati Ghufron ketika melihat wajah Aziz. “Sepertinya,
Ghufron bisa membaca ketakutan yang tampaak di wajahku, hingga
ia berkata, “Sudahlah, buang wajahmu yang seperti itu. Ganti
wajahmu yang ceria.” (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 169).
3) Serba tahu, dapat diketahui ketika sampai di Lebanon, Ghufron
menceritakan sedetai-detainya tentang Lebanon. “Betapa fasih
Ghufron bercerita tentang tempat-tempat dan kota-kota di Lebanon,
lengkap dengan gunung-gunung, lembah, ngarai, pantai….."
(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 171).
4) Agresif dapat diketahui dari percakapan Aziz dan ghufron ketika
mereka melihat gadis-gadis cantik di Lebanon. “Kau sangat
terobsesi. Kau masih perjaka kan?....... “Aku rela melepaskannya
demi gadis-gadis Lebanon, jawab Ghufron seraya menyeringai
aneh.” (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 177).
g. Ehud
1) Licik, dapat diketahui dari penggambaran watak yang secara
langsung dituliskan penulis. “Pemuda Yahudi itu Ehud namanya.
Secara cerdik ia mendekati dan bisa mengambil hati ayahnya.
Hingga semakin lama ayahnya tak berkutik di hadapan pemuda
tersebut. Ehud tinggal menunggu masa dimana ia akan
mendapatkan kecantikan Lubna.” (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012
: 207).
31
2) Tampan, dapat diketahui dari ucpan Aziz. Aziz berkata,
"Mendengar pertanyaanku Ehud memandangku dengan beringsut,
kemudian ia mendekatiku. Semakin dekat di bawah keremangan
malam yang masih memberi cahaya wajah Ehud tampak demikian
jelas di mataku. Wajahnya tampan, bahkan lebih tampan dari
wajahku." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 258).
3) Pantang menyerah, dapat diketahui dari perkataan Ehud sendiri saat
ia menjelaskan kepada Aziz tentang dirinya dan cintanya kepada
Lubna. "Di Lebanon aku dicurigai ingin menguasai tanah-tanah
mereka. Sedang di bangsaku aku tak pantas untuk hidup. Tetapi aku
tidak menyesal. Lubna adalah tujuanku bagaimanapun terjal,
berliku, dan curamnya jalan yang harus aku tempuh."
(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 261).
4) Qona'ah, dapat diketahui dari jawaban Ehud ketika Aziz bertanya
tentang cintanya kepada Lubna. Aziz bertanya, "Apakah engkau
benar-benar mencintainya? Ucapku lirih. Bahkan bila ia
menolakku, aku akan menerima asal aku bisa mendengar
ucapannya. Ia terlalu agung bagiku. Ia terlalu tinggi untukku raih."
(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 264).
5) Baik hati, dapat diketahui dari penjelasan Aziz tentang Ehud. "Ehud
tidak seperti yang dikatakan orang-orang kepadanya. Ia adalah
pemuda yang jiwanya bercahaya. Hatinya sangat baik dan bersih."
Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 428).
h. Soimah
1) Cantik, dapat diketahui dari penggambaran tokoh yang secara
langsung dituliskan penulis. "Soimah menunduk, gadis itu memang
sangat cantik. Kulitnya putih bersih dan rambutnya hitam legam.”
(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 145).
2) Penurut, dapat diketahui dari sikap Soimah yang terpaksa menerima
ajakan Aziz untuk membahagiakan orangtuanya. "Mendengar
ajakan itu, aku ingat apa yang dipesankan oleh ayahku. Ayahku
32
selama ini berusaha mendekatkanku dengan Aziz. Aku tak bisa
menolak walau hatiku memberontak. Menjadi gadis di desa ini
adalah beban bagi hidupnya sebab ia tak bisa mengikuti kata
hatinya dan harus tunduk serta patuh pada kehendak orang
tuanya." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 372).
i. Faris (Ayah Lubna)
1) Menepati janji, dapat diketahui dari percakapannya dengan Aziz
bahwa ia harus menepati janjinya kepada Ehud. "Aku telah berucap
janji kepada Ehud. Pantang bagiku sebagaj Bangsa Lebanon untuk
mengingkari janji. Aku tau bahwa putriku tak mencintai Ehud…."
(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 427).
j. Ayah Aziz
1) Tidak pilih-pilih, watak ayah Aziz ini dapat diketahui ketika ia akan
mencarika pendamping hidup untuk anaknya. ”Diam-diam, ia telah
mengamat-amati para gadis …… Ia tak memikirkan apakah gadis
itu berasal dari orang tua yang kaya atau miskin, trehormat atau
terhina, rumahnya besar atau kecil. …. Yang jadi bahan
pertimbangannya adalah kecantikannya, juga cinta dan kasihnya
yang tulus kepada Aziz." (Taufiqurrahman Al-Azizy, 2012 : 149).
C. Alur
Alur didalam novel ini menggunakan alur campuran, yang mana konflik
yang terjadi dalam novel "Rintihan dari Lembah Lebanon" adalah maju –
mundur. Bermula dari kematian orangtua tokoh utama yang membawanya ke
dalam kehidupan pesantren yang membuatnya menjadi seorang pemberontak
yang tidak taat pada aturan pesantren. Kemudian masalah demi masalahpun
menjumpai Ali ketika ia di pesantren hingga ia terusir dari pesantren Al-Husna.
Setelah kembali ke desanya Dadapayam konflik demi antar sahabatpun tak
dapat dihindari. Hingga pada akhirnya Alif mendapatkan beasiswa untuk
melanjutkan kuliah ke Lebanon dan meninggalkan kekasihnya di Indonesia. Di
Lebanon, masalah demi masalahpun tak luput dari kehidupannya. Dan ketika ia
33
harus pulang ke Indonesia, ia harus menerima kenyataan pahit bahwa
kekasihnya yang begitu dicintainya menghianati kesetiaannya dan lebih
memilih menikah dengan Aziz, sahabat Alif sendiri.
D. Setting
1. Latar Tempat
a. Sungai di desa Dadapayam, adalah tempat dimana Alif dan Aziz biasa
mandi di airnya yang jernih."Ketika jemarinya ia masukkan kedalam
air itu rasanya teramat dingin ruas-ruas jarinya bagai ruas dari
batang-batang pohon singkong ketika di basahi air hujan. Sungai di
desa Dadapayam selalu begitu. Mengalir dan tenang. Dingin dan
bening." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 9).
b. Gubuk Reot di Pinggir Perkebunan Tembakau, adalah tempat dimana
Alif dan Aziz biasa menghabiskan waktu mereka untuk bercerita
tentang kehidupannya.“Ia menuju perkebunan milik ayahnya. Saat
orang-orang berpapasan dengannya di tengah jalan…… Sedari kecil,
sedari bayi, ia dan Alif telah terbiasa bersama-sama, tidur dalam satu
balai-balai bambu di gubuk reot orangtua Alif di pinggir gubuk
tembakau." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 15).
c. Pesantren al-Husna, adalah tempat dimana Aziz melanjutkan
sekolahnya setelah ia menjadi yatim piatu. Di pesantren itu, Aziz
merasakan pahitnya kehidupan sampai ia menemukan kebahagiaan
cintanya, yang pada akhirnya ia harus terusir karena pemikirannya yang
tidak sejalan dengan aturan-aturan pesantren tersebut.“Senja
mengirimkan udaranya yang dingin dan membekukan tulang-tulangku
saat kedua kaki ini menjejak tanah di hadapan pesantren al-Husna. Ku
baca nama pesantren itu dari papan nama yang menancap di sisi
gerbang sebelah kanan. Al-Husna bukanlah pesantren yang besar dan
megah. Letaknya juga bukan di tengah-tengah keramaian kota, deretan
bukit berada di belakang pesantren. Pohon-pohon cemara tumbuh di
bukit itu, ada sungai yang mengalir bening di mana di sungai itu nanti
34
aku dan para santri sering kali mandi bersama-sama."
(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 31).
"Tak ada malam yang paling mengerikan di Pesantren Al-Husna
seperti malam ketika lampu-lampu yang tadinya telah dimatikan kini
dihidupkan kembali." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 31).
d. Dapur umum pesantren, adalah tempat Alif biasa menyapa dan
menemui Naysila meskipun hanya terdengar suaranya. Disanalah
mereka biasa berkomunikasi dengan bahasa cinta yang telah bersemi di
antara keduanya. "Di dapur umum itulah kucup-kucup cinta di hatiku
semakin bermekaran, menjadi bunga yang teramat indah."
(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 34).
"Dari dalam dapur ini, aku bisa mendengar langkah-langkah kaki
Naysila, mendengar desah napasnya, dan mendengar candanya
bersama sahabat-sahabatnya. Terkadang, kuketuk anak tangga tiga
kali. Dan dari atasku, ia balas ketukan empat kali…." (Taufiqurrahman
Al Azizy, 2012 : 280).
e. Lebanon, adalah negara bekas tragedi perang Israel-Palestina. Di sana,
Alif melanjutkan kuliah serta bekerja untuk membiayai kuliah Naysila,
kekasihnya yang ada di Indonesia. Di Lebanon pula, benih-benih cinta
Aziz bersemi melalui aktivitas kemanusiaan yang ia lakukan bersama
teman-teman kampusnya di Lebanon.
"Lebanon telah kembali mempercantik diri. Kenapa kau
meneteskan air mata padahal perang telah berlaludan kemenangan
menghias wajah cantik Lebanon?" (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 :
176).
”Bagiku, bagi hatiku tak ada tempat yang indah di Lebanon
kecuali kepakan sayap-sayap maut yang selalu terbang di langit
Lebanon mengintai setiap waktu daripintu ke pintu, dari lembah dan
ngarai menuju bukit dan gunung, dari desa-desa yang hancur hingga
ke jantung perkotaan. Di mataku Lebanon hanyalah gambaran
kesuraman air mata darah dan kengerian."
35
f. Bandara Internasional Rafiq Hariri, disana adalah tempat dimana Aziz
dan Ghufron beristirahat serta bercerita setelah mereka sampai di
Lebanon. “Beberapa saat sebelum pesawat mendarat di bandara
Internasional Rafiq Hariri, mataku tak bisa ku pejamkan sedikit pun
kepalaku sangat pening……." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 170).
g. Rumah Aziz, di rumah inilah Alif dan Aziz tinggal bersama. Di rumah
ini pula janji suci antara Aziz dan Naysila terlantunkan.
“Aziz terus melangkah. Rumah besar dan megah telah jauh di
belakang. Rumah yang dibangun dengan tangan-tangan perkasa
ayahnya dan dianggap sebagai istana indah……" (Taufiqurrahman Al
Azizy, 2012 : 18).
"Beberapa saat sebelum janji suci perkawinan terucap, Naysila
menyelinap meninggalkan kamar pengantin. Ia mencari-cari
keberadaan Alif yang telah menghilang begitu saja sejak sampai di
rumah itu dari bandara." (Taufiqurrahman Al-Azizy, 2012 : 525).
h. Masjid Pesantren, di sana santriwan-santriwati Pesantren Al-Husna
biasa mengerjakan shalat berjamaah bersama.
“Ketika pagi benar-benar hadir mengusikku, masjid pesantren adalah
tempat yang paling ramai dari semua sudut dipesantren”.
(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 87).
i. Aula, adalah tempat dimana Alif dihakimi oleh seluruh warga pesantren
ketika ia malakukan kesalahan.
"Adilkah kalian yang memperlakukanku seperti ini sedangkan bukti tak
ada….. Saat aku berucap seperti itu kepada Malik, Budi,dan semua
sahabat santri di aula itu, aku tengah berupaya mengingatkan mereka
sesuai dengan apa yang ada dikedalaman jiwaku.”
(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 127)
j. Abudhabi, adalah tempat dimana aktivis kamanusiaan dari Jakarta
transit untuk bergabung dengan aktivis-aktivis lain dari pelosok negeri.
36
“Di Abudhabi, kami akan bergabung dengan aktifis lain dari berbagai
negeri. Keberangkatan kami hampir bertepatan dengan keberangkatan
TNI yang diperintah menjalankan misi perdamaian di Lebanon.”
(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 169).
k. Di bawah pohon cedar, adalah tempat Lubna biasa menghabiskan
waktunya untuk menyendiri dan beristirahat setelah bekerja. Di sana
pulalah bunga-bunga cinta Aziz dengan Lubna bersemi.
“Lubna hanya bisa menangis. Iya seringkali duduk-duduk di ponon
cedar atau menyendiri di kebun baru milik ayahnya sekarang.”
(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 209).
l. Rumah Faris
"Faris membuka pintu. Ia tampak sudah menerima kedatanganku.
(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 445).
"Orang-orang didalam rumah itu terdiam seakan member angin
musim semi membelai dinding-dinding dan menyerahkan celah-
celahnya untuk dimasuki. . . . mereka duduk membentuk lingkaaran,
mengelilingi meja dari kayu-kayu cedar yang berbentuk agak bundar.
(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 496).
2. Latar Waktu
a. Pagi
“Setiap pagi, sejak meninggalkan kamar kostnya yang sempit dan
agak pengap dua bulan yang lalu….. (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 :
11).
b. Malam
“Malam mengirimkan udaranya yang dingin. Wajahnya
berselimutkan bintang gemintang. Sejak saat itu, aku sering memilih
sendiri…… (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 43).
c. Sore
“Senja mengirimkan udarnya yang dingin dan membekukan tulang-
tulangku saat kedua kaki ini menjejak tanah dihadapan Pesantren Al-
Husna.” (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 31).
37
d. Siang
“Saat suara adzan dzuhur berkumandang dilangit Pesantren aku
justru berada berlama-lama disisi aliran sungai, dibelakang Pesantren.”
(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 39).
3. Latar Suasana
a. Ketakutan, dapat dilihat dari kalimat, "Aku berlari dan terus berlari.
Kuajak tubuh dan jiwaku menjauh dari pesantren. Di tengah pelarian
ini, hatiku berteriak agar membebaskan diri dari kungkungan
pesantren…..(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 67).
b. Menyakitkan, dapat diketahui dari kalimat, "Rasa sakit ini mendekam
sekian lama bersaling-silang dengan perasaan malu. Aku bukan
tontonan bukan pula bahan ejekan….." (Taufiqurrahman Al Azizy,
2012 : 89).
c. Sepi dan sunyi dapat diketahui dari kalimat, "Kutempati ruang gelap
dan pengap ini sendirian. Menetes air mataku menerima pengucilan dan
pengasingan." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 101).
d. Hening, dapat diketahui dari kalimat, “Kembali Alif menghentikan
kisahnya. Sejenak, hanya gemericik air sungai dan nyanyian daun-daun
ditiup angin yang terdengar. Kedua matanya menerawang. . . ."
(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 113).
e. Damai, dapat diketahui dari kalimat, “Ia pernah merasakan dekapan
musim panas dan tusukan salju di musim dingin Lebanon, berkelana di
antara kebun-kebun dan lembah-lembah…. Setiap pagi, sejak
meninggalkan kamar kostnya yang sempit dan agak pengap dua bulan
yang lalu….." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 17)
f. Gembira, dapat diketahui dari kalimat, “Derasnya air hujan begitu
nikmat kurasakan, mengingatkanku sewaktuku kecil saat berputar-putar
dikebun tembakau dikala hujan. Kuputar-putar tubuhku dengan tangan
yang tetap terbentang. Kunikamti nyanyian hujan dan kurasakan
belalaiannya disekujut tubuh.” (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 92).
38
g. Sakit Hati dan Dendam, dapat diketahui dari kalimat, “Aku tak ingin
mengotori hatiku dengan sakit hati dan dendam karena aku tak
menemukan ada manfaat yang bisa kupetik dari rasa sakit hati dan
dendam.” (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 128).
h. Kesedihan dan Duka Cita, dapat diketahui dari kalimat, “Saat aku
duduk dikelas dua SMA, batinku bergejolak kembali. Aku mulai
memasuki masa-masa kesedihan dan duka cita." (taufiqurrahman Al Al
azizy, 2012 : 131).
i. Bingung, dapat diketahui dari kalimat, “Dengan perasaan tidak menentu
dan jiwa merintih dalam kebingungan serta kehampaan akhirnya aku
kembali ke pesantren.” (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 137).
j. Menegangkan, dapat diketahui dari kalimat, “Tiba-tiba dari balik
pepohonan cedar di depan sana terdengar suara ledakan yang amat
keras. Aku kaget. Jantungku berdegup kencang, kutatap wajah hiba
tetapi ia justru tersenyum kepadaku seraya berkata itu suara bom.
(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 201).
k. Haru, dapat diketahui dari kalimat, “Setelah mendengar kata-kata itu, ia
memejamkan mata. Di kedua bibirnya ku lihat senyum kegembiraan
bercampur dengan kesdihan……..” (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 :
245).
l. Menyedihkan, dapat diketahui dari kalimat, "Naysila seketika lunglai
dan jatuh pingsan dipelukan ibunya. Bibirku terkunci rapat air mata
mulai meleleh mebasahi pipi saat kusadari apa yang sudah terjadi
dirumah ini. Aku turut berduka cita ibu, ucapku lirih. (Taufiqurrahman
Al Azizy, 2012 : 288).
m. Memilukan, dapat diketahui dari kalimat, "Ia menistaku mas, ucapnya
dengan tersengal-sengal. Ia berusaha menggagahiku. Beruntung Allah
masih menyelamatkan kehormatanku. Sekiranya tidak lebih baik aku
mati daripada harus hidup menanggung malu." (Taufiqurrahman Al
Azizy, 2012 :373).
39
n. Menegangkan, dapat diketahui dari kalimat, "Alif memejamkan mata
dengan tubuh berdiri tegang dan gemetaran. Sejenak ia mengepalkan
kedua tangannya seolah kepalan tangannya itu mampu melempar tubuh
Aziz dan Salman terpental bermeter-meter." (Taufiqurrahman Al Azizy,
2012 : 381).
o. Sendu, dapat diketahui dari kalimat, "Bagai sepasang kekasih mereka
berpelukan. Walau baru 2 hari, Aziz tampak kurus dan matanya
cekung. Ia menangis menyesali perbuatannya yang terkutuk.(
Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 398).
p. Pedih, dapat diketahui dari kalimat, "Alif belum percaya pada
pemandangan ini. Alif mengejap-ngerjapkan matanya. semakin lam
semakin jelas dipelupuk matanya bahwa yang berdiri tertegun tak
bergerak itu memang Naysila cintanya…. Aziz menghambur kepelukan
Alif, sedangkan air mata telah mengalir deras di pipi Alif."
(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 518).
q. Haru, dapat diketahui dari kalimat, "Ketika Alif berada dihadapan
ibunya Naysila, Alif tak bisa menahan keseimbangan tubuhnya. Alif
terjatuh dan memeluk kaki ibu Naysila, menangis tersedu-sedu lalu
berdiri pelan, kemudia merangkulnya dengan isak tangis… Seperti
kepada ibunya Naysila, Alif memeluk ayah dan ibunya Aziz
mengucapkan kalimat-kalimat kebahagaian dan mengalirkan air
matanya." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 529).
E. Sudut Pandang
Sudut pandang yang dominan dipakai pengarang dalam novel "Rintihan
dari Lembah Lebanon" karya Taufiqurrahman Al Azizy ini adalah sudut
pandang orang ketiga serba tahu. Dimana pengarang hanya menjadi pengamat
yang mengetahui seluk beluk tokoh dan penokohan tanpa berperan langsung
sebagai tokoh dalam cerita. Bukti lain yang menyatakan bahwa pengarang
menggunakan sudut pandang orang ketiga adalah penggunaan kata ganti “dia”.
40
F. Gaya Bahasa
Bahasa yang dominan digunakan pengarang dalam novel "Rintihan dari
Lembah Lebanon" karya Taufiqurrahman Al Azizy ini adalah Bahasa
Indonesia. Pengarang juga banyak menggunakan kalimat-kalimat yang puitis,
seperti :
1. Senja jatuh dari tepian cakrawala dan semakin lama melukis warna
gelap di sekujur tubuh kami.
2. Maka, dari saripati cinta berpendarlah cahaya kerinduan kepada-Nya.
Tuhanpun mempersembahkan cawan kebahagiaan dalam jiwa manusia.
Tetapi cawan itu segera pecah. Pada saat yang sama, cahaya
kerinduanpun redup dan cintapun menjadi gelap. (Taufiqurrahman Al
Azizy, 2012 : 403).
3. Biarkan cinta memberi kekuatan kepadamu, dan sayap-sayapnya akan
menerbangkanmu pada kebahagiaan. Letakkan kepercayaan pada cinta,
agar cinta mempercayaimu. Serahkan jiwamu kepadanya, agar ia
menuntunmu. (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 155).
Selain gaya bahasanya puitis, pengarang juga banyak menggunakan
kalimat-kalimat yang di dalamnya mengandung majas, seperti :
1. Angin mengabarkan pada langit tentang kegilaan teruna itu.
(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 10) = Personifikasi.
2. Wajahnya terang bagai nyala api yang dikobarkan iblis = Simile.
4. Hatiku tertusuk sepi. (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 43) =
Personifikasi.
5. Lebanon akan membuka tangan-tangan ramahnya menyambutku
(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 46).
6. Senja mengirimkan udaranya yang dingin dan membekukan tulang-
tulangku. (Taufiqurrahman Al-Azizy, 2012 : 31) = Hiperbola.
7. Tetapi jiwanya merekah, senyum bagai mahkota bunga yang merekah
menyambut datangnya pagi. (Taufiqurrahman Al-Azizy, 2012 : 98) =
Simile.
41
G. Amanat
Amanat yang terkandung di dalam novel ini yaitu :
1. Jangan pernah menghianati kesucian cinta dan ketulusan seseorang yang
telah lama terjalin walaupun jarak yang jauh dan waktu memisahkan.
2. Jadilah santri yang patuh pada peraturan pesantren dan janganlah
memberontak dengan cara melakukan larangan-larangan yang telah
ditetapkan di pesantren. "Pesantren ini ibarat perahu di samudra luas.
Pilihan sangat jelas. Jika hendak selamat dari amukan badai, kau tetap
berada di perahu ini dan kau ikuti serta laksanakan segala petunjuk yang
diberikan nakhkodanya."
3. Pandanglah makan seperti engkau memandangnya sebagai obat. Tak akan
diminum obat kecuali dating sebuah penyakit. Tak akan makan kecuali
datangnya lapar. (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 37).
4. Kita harus menghargai orang lain apabila kita ingin dihargai. ”Orang tak
akan menghargaimu apabila kau tak menghargai mereka. Orang akan
merendahkanmu bila kau pandang rendah mereka." (Taufiqurrahman Al
Azizy, 2012 : 40).
5. Jadilah seseorang yang sabar dalam menghadapi lika-liku perjalanan hidup.
Berhati-hatilah dalam mengerjakan segala sesuatu. "Kau tak akan pernah
bisa sampai ke tengah telaga jika tak kau dayung sampan dari pinggirnya.
Sampanmu bisa rusak jika kau tak berhati-hati." (Taufiqurrahman Al
Azizy, 2012 : 66).
6. Kita harus selalu instrospeksi diri, melihat kekurangan dan kesalahan diri
sendiri dan jangan tergesa-gesa dalam mengambil sebuah keputusan, atau
kamu akan menyesalinya. "Kesunyian mengajarkanku agar kita berhenti
sejenak dan berdiri didepan cermin hati. Jangan tergesa mengambil
keputusan. Jangan pula bertindak karena emosi." (Taufiqurrahman Al
Azizy, 2012 : 120).
42
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil analisis unsur intrinsik novel Rintihan dari Lembah Lebanon
karya Taufiqurrahman Al-Azizy dapat kami ambil beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Tema dari novel tersebut adalah percintaan dan persahabatan.
2. Tokoh utama dari novel tersebut adalah Alif, Aziz, Naysila, dan Lubna.
Sedangkan tokoh-tokoh pendampingnya meliputi Ghufron, Salman,
Ust.Yazid, Ust. Rahman dan teman-teman Alif di Pesantren Al-Husna.
3. Alur dari novel ini adalah alur campuran.
4. Sudut pandang yang digunakan adalah orang ke tiga serba tahu dan pelaku
utama dominan.
5. Gaya bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia dengan banyak
menggunakan kata-kata yang puitis dan majas.
6. Setting dari novel ini meliputi :
a. Latar tempat, latar yang paling dominan adalah kehidupan di pesantren
Al-Husna dan Lebanon. Sedangkan tempat lain yang mendukung Desa
Dadapayam, sungai Desa Dadapayam, dan lain-lain.
b. Latar waktu, peristiwa dalam novel ini terjadi pada pagi, siang, sore,
malam.
c. Latar suasana, suasana dalam novel ini menyedihkan, mengharukan,
memilukan, menyenangkan, menegangkan, menyakitkan, dan lain
sebagainya.
7. Amanat yang menonjol dalam novel ini adalah kita harus menjaga
persahabatan, jangan memutuskan persahabatan hanya karena cinta. Kita
juga harus menghargai teman dan sahabat meski mereka memiliki
kekurangan atau perbedaan dengan kita.
43
B. Saran
Setelah penulis memaparkan keseluruhan tentang analisis unsur
intrisik dalam novel ”RINTIHAN DARI LEMBAH LEBANON” Karya
Taufiqurrahman AL-Azizy, maka penulis ingin menyampaikan beberapa
saran kepada :
1. Guru :
Supaya ke depannya guru sebagai pengajar dapat menggunakan
media pembelajaran yang lebih efektif lagi, terutama dalam upaya
pengembangan sastra novel sebagai media pembelajaran agar pelajar bisa
memahami sastra dengan lebih baik lagi.
2. Siswa :
Hendaknya para siswa lebih menyadari pentingnya belajar karya
sastra, seperti novel. Karena dalam sebuah karya sastra, terkandung
banyak amanat yang dapat kita ambil manfaatnya untuk kehidupan
manusia.
3. Pembaca :
Kepada pembaca, kami sarankan selain membaca sabagai hiburan,
pembaca juga dapat memahami unsur-unsur intrinsik yang terkandung
dalam sebuah karya sastra yang telah dibaca.
4. Peneliti lain :
Kepada peneliti lain, semoga karya tulis ini dapat menjadi acuan
agar bisa meneliti unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam novel
Rintihan dari Lembah Lebanon karya Taufiqurrahman Al-Azizy ini lebih
detail lagi.
44
Daftar Pustaka
Al Azizy, Taufiqurrahman. 2012. Rintihan Dari Lembah Lebanon. Yogyakarta :
Diva Press
A.R, Syamsuddin. 2005. Cerdas Berbahasa Dan Sastra Indonesia. Solo : PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri
http://abstraq2.weebly.com/13/post/2009/09/pengkajian-sastra-definisi-karya-
sastra.html. diakses pada tanggal 14 Mei 2014, pukul 06:55
http://asemmanis.wordpress.com/2009/10/03/pengertian-sastra-secara-umum-dan-
menurut-para-ahli. Diakses pada tanggal 08 Mei 2014, pukul 14:23
http://halalsu.blogspot.com/2014/04/makalah-menjelaskan-unsur-intrisik. Diakses
pada tanggal 08 Mei 2014, pukul 09:39
http://www.e-jurnal.com/2013/12/pengertian-novel-menurut-para-ahli.html.
Diakses pada tanggal 22 April, pukul 10:34
http://www.saibd.com/iccank2/d/29823731/26-Deskripsi-Data. Diakses pada
tanggal 31 Maret 2014, pukul 11:01
Kosasih, Engkos. 2006. Cerdas Berbahasa Indonesia. Jakarta : Erlangga
45
A. LAMPIRAN I
Cover Novel Rintihan dari Lembah Lebanon
46
B. LAMPIRAN II
Biografi Penulis Novel Rintihan dari Lembah Lebanon
(Taufiqurrahman Al-Azizy)
Taufiqurrahman Al Azizy lahir pada 9 Desember 1975. Asli orang
Indonesia, tepatnya Jawa Tengah. Dia pernah nyantri di Pesantren Ilmu Al-Qur'an
Hidayatul Qur'an yang diasuh oleh KH. Drs. Ahsin Wijaya al-Hafizh, M. A.
pernah pula kuliah di Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jawa Tengah.
Namanya melejit setelah meluncurkan trilogy novel spiritual Ma'rifat
Cinta, yang terdiri dari Syahadat Cinta (DIVA Press, 2006), Musafir Cinta
(DIVA Press, 2007), Ma'rifat Cinta (DIVA Press, 2007). Novelnya setelah trilogy
novel spiritual Ma'rifat Cinta yang juga telah beredar adalah Kitab Cinta Yusuf
Zulaikha (DIVA Press, 2007), Munajat Cinta I (DIVA Press, 2009), Munajat
Cinta II (DIVA Press, 2009), Jangan Biarkan Surau Ini Roboh (DIVA Press,
2009), Sahara Nainawa (DIVA Press, 2009), Kidung Shalawat Zaki Zulfa (DIVA
Press, 2010), Daunpun Berzikir (Laksana, 2010), Alif (DIVA Press, 2011), dan
lain-lain.
47
C. LAMPIRAN III
Synopsis Novel Rintihan dari Lembah Lebanon
Novel Rintihan dari Lembah Lebanoan karya Taufiqurrahman ini
menceritakan tentang kehidupan cinta seorang pemuda bernama Alif kepada
Naysila. Ceritanya berawal dari kematian ayahnya yang berwasiat agar Alif pergi
kepesantren. Setelah Alif pergi kepesantern, banyak santri yang tidak suka dengan
kebiasaan Alif. Walaupun menjadi terkucilkan, karena watak Alif yang banyak
bertentangan dengan aturan pesantren, dan banyak menerima hukuman dari pihak
pesantren.
Namun karena kecerdasannya yang melebihi santri lainnya, ia pun tetap
bertahan sampai akhirnya ia terpilih menjadi seorang Ustad yang mengajarkan
ilmu matik. Dari sanalah ia dipertemukan dengan seorang santrinya bernama
Naysila. Seiring berjalannnya waktu,cinta mereka pun semakin tumbuh, bersemi
indah seiring dengan kebersamaanya dipesantren.
Karena hubungannya dengan Naysila diketahui oleh para kiai dipesantren,
akhirnya ia pun dipaksa untuk pergi dari pesntren. Selang beberapa tahun, Alif
memutuskan untuk merneruskan kuliah sambil bekerja di Lebanon untuk
membiayai kuliah Naysila di Indonesia.
Selain menceritakan kisah cinta Alif dan Naysila, novel ini juga
menceritakan kisah persahabatan Alif dengan Aziz serta kisah cinta Aziz dengan
Lubna yang juga harus kandas karena bentangan Indonesia-Lebanon yang tidak
mampu mempertahankan cinta keduanya.
Lebanon yang terkenal dengan peristiwa pemabantaian Israel terhadap
Palestina mengantarkan Aziz sampai disana untuk menjalankan misi
kemanusiaan. Disana pulalah Aziz dipertemukan dengan Lubna yang merupakan
salah satu korban kejahatan Israel. Di tengah cinta mereka berdua yang sedang
bersemu merah, Aziz harus rela meninggalkan Lubna untuk pulang ke Indonesia
demi melanjutkan kuliahnya.
48
Dan kisah Alif pun berlanjut. Di Lebanon ia membawa kobar api cinta
kepada Naysila yang senantiasa menuntun dan mengantarkannya untuk tetap tegar
meski dengan kerinduan yang membara. Kisah cinta Aziz dan Lubna pun harus
berakhir.
Setelah beberapa tahun berlalu, Aziz meminta Alif agar pulang ke Indonesia
untuk menemani dalam pernikahannya. Namun alangkah terkejutnya Alif karena
gadis yang ia cintai, gadis yang dengan nafasnya Alif tetap bertahan, harus jatuh
ketangan sahabatnya sendiri. Dipernikahan Aziz, Alif hanya mampu
menyumbangkan sebuah music rebana yang ia dendangkan dengan penuh
penghayatan dan derai tangis yang memilukan. Karena disaat sahabatnya
berbahagia ia harus melihat seorang gadis yang seharusnya bersanding dengannya
kini telah menjadi istri sahabatnya sendiri.