skripsi puji hartanto terbaru

67
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah (Mansjoer, 2000). Hipertensi tak ubahnya bom waktu. Dia tak mengirimkan sinyal-sinyal bahaya terlebih dahulu. Vonis sebagai pengidap tekanan darah tinggi datang begitu saja. Karena tak mengirimkan alarm bahaya, orang kerap mengabaikannya. Hipertensi kini ditengarai sebagai penyebab utama stroke dan jantung. Di Indonesia, satu dari setiap lima orang menderita tekanan darah tinggi, dan sepertiganya tidak menyadarinya. Padahal, sekitar 40 % kematian di bawah usia 65 tahun bermula dari tekanan darah tinggi. Penyakit ini sudah jadi epidemi di zaman modern, menggantikan wabah kolera dan TBC di zaman dulu. Orang juga sering tidak sadar dengan karakter penyakit ini yang timbul tenggelam. Ketika si 1

Upload: muhammad-bahrul-ulum

Post on 27-Oct-2015

195 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Skripsi Puji Hartanto Terbaru

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan

pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah (Mansjoer,

2000). Hipertensi tak ubahnya bom waktu. Dia tak mengirimkan sinyal-sinyal

bahaya terlebih dahulu. Vonis sebagai pengidap tekanan darah tinggi datang

begitu saja. Karena tak mengirimkan alarm bahaya, orang kerap

mengabaikannya. Hipertensi kini ditengarai sebagai penyebab utama stroke dan

jantung. Di Indonesia, satu dari setiap lima orang menderita tekanan darah tinggi,

dan sepertiganya tidak menyadarinya. Padahal, sekitar 40 % kematian di bawah

usia 65 tahun bermula dari tekanan darah tinggi. Penyakit ini sudah jadi epidemi

di zaman modern, menggantikan wabah kolera dan TBC di zaman dulu. Orang

juga sering tidak sadar dengan karakter penyakit ini yang timbul tenggelam.

Ketika si penderita hipertensi dinyatakan bisa berhenti minum obat karena

tekanan darahnya sudah normal, dia sering menganggap kesembuhannya

permanen (Anonymous, 2007).

Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang dapat menimbulkan

berbagai komplikasi. Namun, hal itu bisa dicegah bila penderita hipertensi

melakukan pengobatan teratur sesuai dengan jadwal. Menurut Suhardjono,

kebanyakan penderita hipertensi tidak merasakan gejala yang berarti, sebagian

besar dari mereka datang dalam kondisi stadium lanjut. Hipertensi merupakan

1

Page 2: Skripsi Puji Hartanto Terbaru

penyakit yang memerlukan penanganan jangka panjang bahkan hingga seumur

hidup. Penanganan tersebut kerap kali melibatkan konsumsi obat dalam jangka

panjang agar tekanan darah tetap terkontrol dan hipertensi bisa dikendalikan

(Anonymous, 2007).

Peran hipertensi terhadap kejadian stroke, pengendalian hipertensi untuk

pencegahan stroke, serta terapi hipertensi pada stroke akut. Untuk itu penanganan

stroke tidak bisa hanya dengan satu disiplin ilmu, perlu melibatkan banyak

disiplin ilmu (Anonymous, 2007).

Di Ruang Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Subang, pada bulan

Januari tahun 2009 pasien stroke yang dirawat inap sebanyak 55 orang. Stroke

merupakan masalah serius karena dapat menyebabkan kematian, kecacatan, dan

biaya yang dikeluarkan sangat besar. Karena itu, perlu usaha pencegahan untuk

terjadinya stroke primer maupun stroke sekunder (stroke ulang). Salah satu upaya

untuk meminimalisasi serangan stroke adalah dengan meningkatkan pengetahuan

pasien yang berdampak pada pembentukan perilaku kesehatan. Kurangnya

pengetahuan pasien tentang hipertensi dan stroke menyebabkan pasien hipertensi

kurang bisa menjaga kesehatan, cara mengkonsumsi obat, dan menjalani gaya

hidup sehat agar tidak terjadi serangan stroke secara mendadak (Anonymous,

2001).

Data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Daerah Subang tahun 2008

sebanyak 355 penderita hipertensi yang pemah berobat maupun menjalani rawat

inap di ruang perawatan. Dari hasil pendataan pada tanggal 23 November 2008

terhadap 37 pasien hipertensi yang dirawat di ruang penyakit dalam Rumah Sakit

2

Page 3: Skripsi Puji Hartanto Terbaru

Umum Daerah Unit Swadana Subang, diketahui bahwa mayoritas dari mereka

tidak mengetahui tentang salah satu komplikasi akibat hipertensi yaitu stroke dan

bagaimana menanganinya bahkan tidak sedikit dari mereka menganggap bahwa

penyakit stroke tidak dapat disembuhkan. Dari uraian di atas, maka penulis

tertarik dan ingin melakukan penelitian tentang tingkat pengetahuan pasien

hipertensi dalam upaya meminimalisasi serangan stroke di Ruang Panyakit

Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Subang.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka dalam penelitian ini

rumusan masalahnya adalah : " Bagaimanakah tingkat pengetahuan pasien

hipertensi dalam upaya meminimalisasi serangan stroke di Ruang Penyakit

Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Subang?"

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan

pasien hipertensi dalam upaya meminimalisasi serangan stroke di Ruang

Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Subang.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengetahuan pasien hipertensi dalam upaya meminimalisasi

serangan stroke pada tingkatan tahu.

b. Mengetahui pengetahuan pasien hipertensi dalam upaya meminimalisasi

serangan stroke pada tingkatan memahami.

3

Page 4: Skripsi Puji Hartanto Terbaru

c. Mengetahui pengetahuan pasien hipertensi dalam upaya meminimalisasi

serangan stroke pada tingkatan aplikasi.

D. Manfaat Penelitian

Kegunaan atau manfaat yang dapat diperoleh mengenai tingkat pengetahuan

pasien hipertensi dalam upaya meminimalisasi serangan stroke, yaitu:

1. Bagi Peneliti

Informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan dan

dijadikan sebagai bekal ilmu yang kelak dapat diterapkan dalam praktek

asuhan keperawatan.

2. Bagi Rumah Sakit

Informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh

pihak rumah sakit dalam memberikan pelayanan yang lebih optimal terhadap

pasien khususnya pada pasien hipertensi.

3. Bagi STIKes Indramayu

Informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan

referensi sebagai sumber informasi dan data dasar pada penelitian selanjutnya

yang berkaitan dengan hipertensi.

4. Bagi Perawat

Informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai

sumber pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan dorongan bagi

perawat dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien hipertensi.

4

Page 5: Skripsi Puji Hartanto Terbaru

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi pada pengetahuan pasien

hipertensi yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Subang yang

meliputi tingkatan: tahu, memahami, dan mengaplikasi. Penelitian ini dilakukan

pada bulan November 2008. Penelitian ini menggunakan metode penelitian

deskriptif dengan variabel tunggal yaitu pengetahuan pasien hipertensi dalam

upaya meminimalisasi serangan stroke. Populasi penelitian adalah seluruh pasien

yang dirawat di Ruang Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Subang pada

bulan Nopember 2008. Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner dengan

pertanyaan yang bersifat tertutup.

5

Page 6: Skripsi Puji Hartanto Terbaru

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata

dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

2. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6

tingkatan sebagai yaitu tahu (know); memahami (comprehension), aplikasi

(application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi

(evaluation) (Notoatmodjo, 2003).

Tahu, diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang

tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. Contoh : dapat menyebutkan

pengertian penyakit hipertensi dan stroke (Notoatmodjo, 2003).

6

Page 7: Skripsi Puji Hartanto Terbaru

Memahami, diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap suatu obyek atau

materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan, dan sebagainya. Misalnya dapat menjelaskan mengapa penderita

hipertensi dapat menyebabkan stroke (Notoatmodjo, 2003).

Aplikasi, diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan metode

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Misalnya

pasien hipertensi melakukan tindakan yang mengarah pada upaya untuk

meminimalisasi serangan stroke (Notoatmodjo, 2003).

Analisis, adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu

struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan

analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat

menggambarkan (membuat bagan) membedakan antara penyakit hipertensi

dengan penyakit stroke dan sebagainya, memisahkan, mengelompokkan dan

sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

Sintesis, menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan,

dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-

rumusan yang telah ada (Notoatmodjo, 2003).

7

Page 8: Skripsi Puji Hartanto Terbaru

Evaluasi, ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian ini

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan

kriteria-kriteria yang ada. Misalnya, dapat membandingkan antara pasien

hipertensi yang mengalami stroke dan pasien hipertensi yang tidak

mengalami stroke, dapat menafsirkan manfaat untuk melakukan tindakan

meminimalisasi serangan stroke (Notoatmodjo, 2003)

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan.

Menurut Notoatmodjo (2003), beberapa faktor yang mempengaruhi

tingkat pengetahuan seseorang yaitu umur, pendidikan, dan sosial ekonomi.

Umur, berpengaruh dalam meningkatkan pengetahuan karena

kemampuan mental yang diperlukan untuk mempelajari dan menyusun diri

pada situasi-situasi baru, seperti mengingat hal-hal yang dulu yang pemah

dipelajari, penalaran analogi, dan berpikir kreatif dan bisa mencapai

puncaknya (Hurlock, 1993) dalam Notoatmodio, 2003.

Pendidikan, merupakan faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan

seperti sumber informasi, dan pengalaman. Menurut Notoatmodjo (2003)

menyatakan bahwa pendidikan memberikan suatu nilai-nilai tertentu -bagi

manusia, terutama dalam membukakan pikirannya serta menerima hal-hal

baru. Pengetahuan juga diperoleh melalui kenyataan (fakta) dengan melihat

dan mendengar radio, melihat telivisi. Selain itu pengetahuan diperoleh

sebagai akibat pengaruh dari hubungan orang tua, kakak-adik, tetangga,

kawan-kawan dan lain-lain.

8

Page 9: Skripsi Puji Hartanto Terbaru

Sosial ekonomi, mempengaruhi tingkat pengetahuan dan perilaku

seseorang di bidang kesehatan, sehubungan dengan kesempatan memperoleh

informasi karena adanya fasilitas atau media informasi. Banyak wanita

menengah dan golongan atas yang walaupun menjadi ibu dan pengatur rumah

tangga tetapi tidak mau pasif, tergantung, dan tidak berkorban diri secara

tradisional (Notoatmodjo, 2003).

4. Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Pengukuran tingkat pengetahuan dapat dilakukan secara langsng dan

tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan dengan mengajukan

beberapa pertanyaan terhadap suatu obyek kepada responden. Secara tidak

langsung dengan cara menyebarkan beberapa pertanyaan atau kuesioner

tentang materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden

dengan pilihan benar dan salah (Notoatmodjo, 2003).

5. Proses Adopsi Pengetahuan

Pengetahimn atau kognitif, merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang. Menurut Penelitian Rogers (1974)

mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi pengetahuan, di dalam

diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : Awareness

(kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus

(obyek) terlebih dahulu; Interst, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus;

Evaluation,(menimbangnimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya); Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru; Adaption, subyek

telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya

9

Page 10: Skripsi Puji Hartanto Terbaru

terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2003).

B. Pengetahuan tentang Hipertensi

1. Pengertian

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik 140 mmHg dan tekanan

darah diastolik 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi

(Mansjoer, 2000).

2. Penyebab

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan,

yaitu : hipertensi primer dan hipertensi sekunder (Mansjoer, 2000).

Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui

penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus.

Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan,,

hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, defek dalam

ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler, dan faktor-faktor yang

meningkatkan resiko, seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisetemia

(Mansjber, 2000).

Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus.

Penyebab spesifiknya, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal,

hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom Cushing,

feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan

kehamilan, dan lain-lain (Mansjoer, 2000).

10

Page 11: Skripsi Puji Hartanto Terbaru

3. Tanda dan gejala

Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya

gejala. Dengan demikian, gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada

ginjal, mata, otak, atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah

sakit kepala, marah, telinga berdengung, rasa berat ditengkung, sukar tidur,

mata berkunangkunang, dan pusing (Mansjoer, 2000).

Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi

bqrtujuan menentukan adanya kerusakan organ dan faktor resiko lain atau

mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urinalisa, darah perifer

lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol

total, kolesterol HDL, dan EKG). Dapat dilakukan pemeriksaan lain seperti

klirens kreatinin, protein urin 24 jam, asam urat, kolesterol LDL, TSH, dan

ekokardiografi (Mansjoer, 2000).

Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali pengukuran,

hanya dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada

kunjungan yang berbeda, kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala-

gejala klinis. Pengukuran tekanan darah dilakukan dalam keadaan pasien

duduk bersandar, setelah beristirahat selama 5 menit, dengan ukuran

pembungkus lengan yang sesuai (menutupi 80% lengan). Tensimeter dengan

air raksa masih tetap dianggap alat pengukur yang terbaik (Mansjoer, 2000).

Anamnesis yang dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama

menderitanya, riwayat dan gejala penyakit yang berkaitan seperti penyakit

jantung koroner, gagal jantung, penyakit serebrovaskular, dan lainnya

11

Page 12: Skripsi Puji Hartanto Terbaru

(Mansjoer, 2000).

Dalam pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dua kali

atau lebih dengan jarak 2 menit, kemudian diperiksa ulang pada lengan

kontralateral. Dikaji perbandingan berat badan dan tinggi pasien. Kemudian

dilakukan pemeriksaan funduskopi untuk mengetahui adanya retinopati

hipertensif, pemeriksaan leher untuk mencari bising karotid, pembesaran

vena, atau kelenjar tiroid. Dicari tanda-tanda gangguan irama dan denyut

jantung, pembesaran ukuran, bising, derap, dan bunyi jantung ketiga atau

empat. Paru diperiksa untuk mencari ronki dan bronkospasme. Pemeriksaan

abdomen dilakukan untuk mencari adanya massa, pembesaran ginjal, dan

pulsasi aorta yang abnormal. Pada ekstremitas dapat ditemukan pulsasi arteri

perifer yang menghilang, edema, dan bising. Dilakukan juga pemeriksaan

neurologi (Mansjoer, 2000).

4. Klasifikasi Krisis Hipertensi

Secara praktis krisis hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan

perioritas pengobatan, sebagai berikut : Hipertensi emergensi (darurat)

ditandai dengan TD Diastolik > 120 mmHg, disertai kerusakan berat dari

organ sasaran yag disebabkan oleh satu atau lebih penyakit/kondisi akut.

Keterlambatan pengobatan akan menyebebabkan timbulnya sequele atau

kematian. TD harus diturunkan sampai batas tertentu dalam satu sampai

beberapa jam. Penderita perlu dirawat di ruangan intensive care unit atau

(ICU). Hipertensi urgensi (mendesak), TD diastolik > 120 mmHg dan dengan

tanpa kerusakan/komplikasi minimum dari organ sasaran. TD harus

12

Page 13: Skripsi Puji Hartanto Terbaru

diturunkan dalam 24 jam sampai batas yang aman memerlukan terapi

parenteral (Madjid, 2004).

Dikenal beberapa istilah berkaitan dengan krisis hipertensi antara lain :

Hipertensi refrakter : respons pengobatan tidak memuaskan dan TD >

200/110 mmHg, walaupun telah diberikan pengobatan yang efektif (triple

drug) pada penderita dan kepatuhan pasien. Hipetensi akselerasi : TD

meningkat (Diastolik) > 120 mmHg disertai dengan kelainan funduskopi KW

III. Bila tidak diobati dapat berlanjut ke fase maligna. Hipertensi maligna :

penderita hipertensi akselerasi dengan TD Diastolik > 120 – 130 mmHg dan

kelainan funduskopi KW IV disertai papiledema, peniggian tekanan

intrakranial kerusakan yang cepat dari vaskular, gagal ginjal akut, ataupun

kematian bila penderita tidak mendapat pengobatan. Hipertensi maligna,

biasanya pada penderita dengan riwayat hipertensi essensial ataupun sekunder

dan jarang terjadi pada penderita yang sebelumnya mempunyai TD normal.

Hipertensi ensefalopati : kenaikan TD dengan tiba-tiba disertai dengan

keluhan sakit kepala yang sangat, perubahan kesadaran dan keadaan ini dapat

menjadi reversible bila TD diturunkan (Madjid, 2004).

Tingginya TD yang dapat menyebabkan kerusakan organ sasaran tidak

hanya dari tingkatan TD aktual, tapi juga dari tingginya TD sebelumnya,

cepatnya kenaikan TD, bangsa, seks dan usia penderita. Penderita hipertensi

kronis dapat mentolelir kenaikan TD yang lebih tinggi dibanding dengan

normotensi, sebagai contoh : pada penderita hipertensi kronis, jarang terjadi

hipertensi ensefalopati, gangguan ginjal dan kardiovaskular dan kejadian ini

13

Page 14: Skripsi Puji Hartanto Terbaru

dijumpai bila TD Diastolik > 140 mmHg. Sebaliknya pada penderita

normotensi ataupun pada penderita hipertensi baru dengan penghentian obat

yang tiba-tiba, dapat timbul hipertensi ensefalopati demikian juga pada

eklampsi, hipertensi ensefalopati dapat timbul walaupun TD 160/110 mmHg

(Madjid, 2004).

5. Patofisiologi Hipertensi

Ada 2 teori yang dianggap dapat menerangkan timbulnya hipertensi

ensefalopati yaitu : Teori “Over Autoregulation” Dengan kenaikan TD

menyebabkan spasme yang berat pada arteriole mengurangi aliran darah ke

otak (CDF) dan iskemi. Meningginya permeabilitas kapiler akan

menyebabkan pecahnya dinding kapiler, udema di otak, petekhie, pendarahan

dan mikro infark. Teori “Breakthrough of Cerebral Autoregulation” bila TD

mencapai threshold tertentu dapat mengakibtakan transudasi, mikoinfark dan

oedema otak, petekhie, hemorhages, fibrinoid dari arteriole (Madjid, 2004).

Aliran darah ke otak pada penderita hipertensi kronis tidak mengalami

perubahan bila Mean Arterial Pressure ( MAP ) 120 mmHg – 160 mmHg,

sedangkan pada penderita hipertensi baru dengan MAP diantara 60 – 120

mmHg. Pada keadaan hiper kapnia, autoregulasi menjadi lebih sempit dengan

batas tertinggi 125 mmHg, sehingga perubahan yang sedikit saja dari TD

menyebabkan asidosis otak akan mempercepat timbulnya oedema otak

(Madjid, 2004).

14

Page 15: Skripsi Puji Hartanto Terbaru

C. Pengetahuan tentang Stroke

1. Pengertian

Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan

neurologis yang utama di Indonesia. Serangan otak ini merupakan

kegawatdaruratan medis yang harus ditangani secara cepat, tepat dan cermat.

Stroke adalah sindrom klinis yang awal tumbulnya mendadak, progesi

cepat, berupa defisit neurologis lokat dan atau global, yang berlangsung 24

jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata

disebabkan oleh gangguan perdarahan otak non traumatik (Mansjoer, 2000).

2. Penyebab

Sel-sel darah merah tidak dapat sampai ke jaringan otak ketika

pembuluh darah otak menjadi tersumbat (ischemic stroke) atau pecah

(hemorrhagic stroke). Secara sederhana, stroke terjadi jika aliran darah ke

otak terputus. Otak kita sangat tergantung pada pasokan darah yang

berkesinambungan, yang dialirkan oleh arteri (pembuluh nadi). Beberapa

penyebab timbulnya stroke yaitu infrak otak, perdarahan intraserebral,

perdarahan subaraknoid, trombosis sinus dura, diseksi arteri karotis atau

vertebralis, vaskulitis sistem saraf pusat, penyakit moya-moya (oklusi arteri

besar intracranial yang progresif), migren, kondisi hiperkoagulasi, dan

penyalahgunaan obat (kokain atau amfetamin) (Mansjoer, 2000).

15

Page 16: Skripsi Puji Hartanto Terbaru

3. Klasifikasi Stroke

Ada beberapa tipe stroke yaitu:

a. Thrombotic Stroke terjadi bila ada bekuan darah (thrombus) yang

terbentuk di dalam arteri dan menghambat aliran darah ke otak.

b. Embolic Stroke, terjadi bila ada sebuah bekuan darah atau sebagian dari

plak, yang terbentuk dalam pembuluh darah lain di tubuh, kemudian

terpecah dan mengalir ke pembuluh darah otak. Pecahan ini yang

akhirnya menyumbat sebuah arteri di dalam otak.

c. Lacunar Stroke disebabkan adanya blokade atau sumbatan pada beberapa

pembuluh darah kecil di dalam otak.

d. Cerebral Hemorrhage, terjadi bila arteri di otak pecah yang menyebabkan

sel darah keluar dari pembuluh darah. Stroke jenis ini tidak ditandai

dengan gejala awal (terjadi secara tiba-tiba). Biasanya terjadi akibat dari

tekanan darah yang tinggi. Dapat juga terjadi karena adanya kelainan

bawaan pada pembuluh darah.

4. Tanda dan gejala

Gejala stroke bervariasi tergantung dari bagian otak yang terserang serta

seberapa luas kerusakannya. Gejala-gejalanya antara lain; Sakit kepala yang

hebat tanpa sebab yang jelas Merasa lemas, mati rasa (baal), atau kesemutan

pada wajah, lengan, ataupun tungkai, terutama pada satu sisi tubuh saja, kiri

atau kanan Kesulitan berjalan, pusing, serta hilang keseimbangan dan

koordinasi gerak Kesulitan atau ketidakmampuan berbicara atau mengerti

sesuatu; Gangguan penglihatan seperti pandangan kabur di salah satu atau

16

Page 17: Skripsi Puji Hartanto Terbaru

kedua mata; Perubahan kepribadian atau terjadi kebingungan; Kesulitan

menggerakkan otot seperti mengunyah, menggerakkan tangan ataupun kaki;

Tidak bisa mengontrol buang air besar dan buang air kecil; Hilang kesadaran

(pingsan);

Gejala awal sebelum terjadi stroke yang sebenarnya disebut sebagai

Transient Ischemic Attack (TIA). TIA terjadi bila suplai darah ke otak

berkurang untuk waktu singkat yang hanya menyebabkan kerusakan

sementara. TIA kadang sering disebut ministroke karena gejalanya sama

dengan stroke tetapi gejala hilang dalam beberapa menit sampai beberapa

jam.

D. Peran Hipertensi Dalam Patogenesis Stroke

Orang normal mempunyai suatu sistem autoregulasi arteri serebral. Bila

tekanan darah sistemik meningkat, pembuluh serebral menjadi vasospasme

(vasokonstriksi). Sebaliknya, bila tekanan darah sistemik menurun, pembuluh

serebral akan menjadi vasodilatasi. Dengan demikian, aliran darah ke otak tetap

konstan: Walaupun terjadi penurunan tekanan darah sistemik sampai 50 mmHg,

autoregulasi arteri serebral masih mampu memelihara aliran darah ke otak tetap

normal. Batas atas tekanan darah sistemik yang masih dapat ditanggulangi oleh

autoregulasi adalah 200 mmHg untuk tekanan sistolik dan 110-120 mmHg untuk

tekanan diastolik (Haryono, 1999).

Ketika tekanan darah sistemik meningkat, pembuluh serebral akan

berkonstriksi. Derajat konstriksi tergantung pada peningkatan tekanan darah. Bila

tekanan darah meningkat cukup tinggi selama berbulan-bulan atau bertahun--

17

Page 18: Skripsi Puji Hartanto Terbaru

tahun, akan menyebabkan hialinisasi pada lapisan otot pembuluh serebral.

Akibatirya, diameter lumen pembuluh darah tersebut akan menjadi tetap. Hal ini

berbahaya karena pembuluh serebral tidak dapat berdilatasi atau berkonstriksi

dengan leluasa untuk mengatasi fluktuasi dari tekanan darah sistemik. Bila terjadi

penurunan tekanan darah sistemik maka tekanan perfusi ke jaringan otak tidak

adekuat. Hal ini akan mengakibatkan iskemik serebral. Sebaliknya, bila terjadi

kenaikan tekanan darah sistemik maka tekanan perfusi pada dinding kapiler

menjadi tinggi. Akibatnya, terjadi hiperemia, edema, dan kemungkinan

perdarahan pada otak (Haryono, 1999)

Pada hipertensi kronis dapat terjadi mikroaneurisma dengan diameter 1

mm. Mikroaneurisma ini dikenal dengan aneurisma dari Charcot-Bouchard dan

terutama terjadi pada arteria lentikulostriata. Pada lonjakan tekanan darah

sistemik, sewaktu orang marah atau mengejan, aneurisma bisa pecah. Hipertensi

yang kronis merupakan salah satu penyebab terjadinya disfungsi endotelial dari

pembuluh darah,(Haryono, 1999).

Pada keadaan normal, endotelial menunjukkan fungsi dualistik. Sifat ini

secara simultan mengekspresikan dan melepaskan zat-zat vasokonstriktor

(angiotensin II, endotelin-I, tromboksan A-2, dan radikal superoksida) serta

vasodilator (prostaglandin dan nitrit oksida). Faktor-faktor ini menyebabkan dan

mencegah proliferasi sel-sel otot polos pembuluh darah secara seimbang.

Keseimbangan antara sistem antagonis ini dapat mengontrol secara optimal

fungsi dinding pembuluh darah. Akibat disfungsi endotel, terjadi vasokonstriksi,

proliferasi sel-sel otot polos pembuluh darah, agregasi trombosit, adhesi lekosit,

18

Page 19: Skripsi Puji Hartanto Terbaru

dan peningkatan permeabilitas untuk makromolekul, seperti lipoprotein,

fibrinogen, dan imunoglobulin. Kondisi ini akan mempercepat terjadinya

aterosklerosis. Aterosklerosis memegang peranan yang penting untuk terjadinya

stroke infark (Haryono, 1999).

E. Upaya Meminimalisasi Serangan Stroke

Upaya meminimalisasi serangan stroke pada pasien hipertensi adalah

dengan memodifikasi gaya hidup cukup efektif, meskipun harus disertai obat

antihipertensi karena dapat menurunkan jumlah dan dosis obat. Langkah-langkah

yang dianjurkan sebagai berikut: Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan

(indeks massa tubuh 27); Membatasi minuman yang mengandung alkohol;

Meningkatkan aktivitas aerobik (30 - 45 menit/hari); Mengurangi asupan

natrium/garam dapur ( < 100 mmol/2,4 g Na/6 g NaCI/hari); Mempertahankan

asupan kalium yang adekuat (90 mmol/hari); Memperlahankan asupan kalsium

dan magnesium yang adekuat; Berhenti merokok; Mengurangi asupan lemak

jenuh dan kolesterol dalam makanan; Menghindari stres mental, konsumsi obat-

obat amfetamin, kokain, clan sejenisnya; Mengendalikan penyakit jantung,

diabetes mellitus, dan penyakit aterosklerotik lainnya; Menganjurkan konsumsi

gizi seimbang dan olahraga teratur; Melibatkan peran serta keluarga seoptimal

mungkin (Iskandar, 2005).

Penatalaksanaan dengan obat antihipertensi bagi sebagian besar pasien

dimulai dengan dosis rendah kemudian ditingkatkan secara titrasi sesuai dengan

umur, kebutuhan, dan usia. Terapi yang optimal harus efektif selama 24 jam dan

lebih disukai dosis tunggal karena kepatuhan lebih baik, lebih murah, dan dapat

19

Page 20: Skripsi Puji Hartanto Terbaru

mengontrol hipertensi terus-menerus dan lancar, dan melindungi pasien terhadap

berbagai resiko dari kematian mendadak, serangan jantung, atau strok akibat

peningkatan tekanan darah mendadak saat bangun tidur. Sekarang terdapat pula

obat yang berisi kombinasi dosis rendah dua obat dari golongan yang berbeda.

Kombinasi ini terbukti memberikan efektivitas tambahan dan mengurangi efek

samping (Iskandar, 2005).

Setelah diputuskan untuk memakai obat antihipertensi dan bila tidak

terdapat indikasi untuk memilih golongan obat tertentu, diberikan diuretik atau

beta bloker. Jika respon tidak baik dengan dosis penuh, dilanjutkan sesuai

alogaritma. Diuretik biasanya menjadi tambahan karena dapat meningkatkan efek

obat yang lain. Jika tambahan obat kedua dapat mengontrol tekan darah dengan

baik minimal setelah satu tahun, dapat dicoba menghentikan obat pertama

melalui penurunan dosis secara perlahan dan progresif (Iskandar, 2005)

Pada beberapa pasien mungkin dapat dimulai terapi dengan lebih dari satu

obat secara langsung. Pasien dengan tekanan darah 200/ 120 mmHg harus

diberikan terapi dengan segera dan jika terdapat gejala kerusakan organ harus

dirawat di rumah sakit (Iskandar, 2005).

Hipertensi darurat adalah suatu kondisi dimana diperlukan penurunan

tekanan darah dengan segera (tidak selalu diturunkan sampai batas normal),

untuk mencegah atau membatasi kerusakan organ. Misalnya pada ensefalopati

hipertensif, perdarahan intrakranial, infrakmiokard akut, dan eklampsia. Pilihan

obat yang digunakan adalah : natrium nitroprusida, nikardipin hidroklorida,

nitrogliserin, enalaprilat, hidralazin hidroklorida, diazoksid, labelator

20

Page 21: Skripsi Puji Hartanto Terbaru

hidroklorida, esmolol hidroklorida, dan fentolamin (Iskandar, 2005).

Tujuannya adalah menurunkan kurang lebih 25% (dalam hitungan menit

sampai 2 jam), kemudian mencapai 160/100 mmHg dalam 2 - 6 jam, guna

menghindari iskemia ginjal, otak atau koroner. Pemberian nifedipin sublingual

yang sering digunakan selama ini ternyata memiliki beberapa efek samping serius

dan terdapat kesulitan dalam mengontrol penurun tekanan darahnya. Tekanan

darah pasien tersebut harus dimonitor terus dengan interval waktu 15 - 30 menit

(Iskandar, 2005)

21

Page 22: Skripsi Puji Hartanto Terbaru

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Menurut Notoatmodjo (2003) untuk memudahkan alur penelitian maka

harus dibuat kerangka konsep penelitian. Adapun skema kerangka konsep dalam

penelitian ini digambarkan sebagai berikut :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian: Tingkat Pengetahuan Pasien hipertensi Dalam Upaya Meminimilisasi Serangan Stroke.

22

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan:Umur pasienPendidikan pasienPekerjaan pasien

Pasien hipertensi di Ruang Penyakit Dalam RSUD Subang

Tingkat pengetahuan dalam upaya meminimalisasi serangan stroke berdasarkan tingkatan:TahuMemahamiAplikasi

;

Page 23: Skripsi Puji Hartanto Terbaru

Berdasarkan Gambar 3.1. kerangka konsep penelitian di atas bahwa variabel

yang akan diteliti adalah variabel tunggal yaitu pengetahuan pasien hipertensi

dengan sub variabel meliputi: tingkat pengetahuan pasien hipertensi pada

tingkatan tahu, memahami dan aplikasi. Sedangkan karakteristik pasien

hipertensi yaitu umur, pekerjaan dan pendidikan tidak diteliti, namun

karakteristik tersebut dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang yang

hanya dijadikan sebagai data penunjang. Tingkat pengetahuan pasien hipertensi

dalam upaya meminimalisasi serangan stroke dari masing-masing sub variabel

diukur dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner.

Tingkat pengetahuan pasien hipertensi dalam upaya meminimalisasi

serangan stroke yang telah diteliti dapat diperoleh hasil apakah termasuk dalam

kategori baik, cukup baik atau kurang baik. Pengetahuan yang baik diharapkan

dapat membentuk suatu sikap dan tindakan yang mengarah pada perilaku pasien

hipertensi dalam upaya meminimalisasi serangan stroke.

23

Page 24: Skripsi Puji Hartanto Terbaru

B. Definisi Operasional

Untuk memudahkan dan terciptanya alur pembahasan dalam penelitian ini disusun definisi operasional variabel penelitian

sebagaimana terlihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian Tingkat Pengetahuan Pasien Hipertensi Dalam Upaya Meminimalisasi Serangan Stroke

Variabel Sub variabel Definisi operasional Alat ukur

Cara Ukur

Skala Kategori

Pengetahuan pasien hipertensi dalam upaya meminimalisasi serangan stroke.

Pengetahuan tentang upaya meminimalisasi serangan stroke pada tingkatan tahu

Segala sesuatu yang diketahui oleh pasien tentang upaya meminimalisasi serangan stroke dengan kemampuan untuk mengetahui, mengingat, dan menyebutkan.

Kuesioner Melihat hasil jawaban responden

Ordinal 1. Baik, jika 2. Cukup baik, jika, 3. Kurang baik, jika

Pengetahuan tentang upaya meminimalisasi serangan stroke pada tingkatan Memahami

Segala sesuatu yang diketahui oleh pasien tentang upaya meminimalisasi serangan stroke dengan kemampuan untuk memahami, menjelaskan, dan menafsirkan serta menghubungkan.

Kuesioner Melihat hasil jawaban responden

Ordinal 1. Baik, jika 2. Cukup baik, jika, 3. Kurang baik, jika

Pengetahuan tentang upaya meminimalisasi serangan stroke pada tingkatan Aplikasi

Segala sesuatu yang diketahui oleh pasien tentang upaya meminimalisasi serangan stroke dengan kemampuan untuk mengaplikasi dan menerapkan.

Kuesioner Melihat hasil jawaban responden

Ordinal 1. Baik, jika 2. Cukup baik, jika, 3. Kurang baik, jika

24

Page 25: Skripsi Puji Hartanto Terbaru

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan

pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang

memungkinkan dilakukan pencatatan dan analisis data hasil penelitian secara

eksak dan menganalisis datanya menggunakan perhitungan statistik

(Arikunto, 2006).

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien hipertensi yang dirawat

di Ruang Penyakit Dalam RSUD Subang dari bulan Nopember – Desember 2008.

Pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling yang

dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau

tersedia (Notoatmodjo, 2003). Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 42

responden.

C. Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau unsur yang

dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang konsep penelitian tertentu

(Notoatmodjo, 2003). Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu

tingkat pengetahuan pasien tentang upaya meminimalisasi serangan stroke di

Ruang Penyakit Dalam RSUD Subang dengan sub variabel: pengetahuan pasien

tentang upaya meminimalisasi serangan stroke pada tingkatan tahu, memahami,

25

Page 26: Skripsi Puji Hartanto Terbaru

dan aplikasi.

D. Instrumen Penelitian

Alat pengumpul data untuk mengetahui sub variabel pengetahuan pasien

tentang upaya meminimalisasi serangan stroke menggunakan kuesioner/angket

dengan memilih salah satu jawaban yang dianggap paling benar.

Untuk mendapatkan alat pengumpul data yang benar-benar valid atau dapat

diandalkan dalam mengungkap data penelitian, maka instrumen penelitian

disusun dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Membuat kisi-kisi angket yang didalamnya menggunakan masing-masing

variabel menjadi beberapa sub variabel dan indikator. Adapun kisi-kisi

tersebut dapat dilihat dalam lampiran.

2. Berdasarkan kisi-kisi tersebut, langkah selanjutnya adalah menyusun

pertanyaan atau butir-butir item.

E. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

1. Uji validitas

Uji validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat itu benar-

benar mengukur apa yang diukur. Uji coba instrumentasi dilakukan dengan

menggunakan uji validitas item dan reliabilitas responden terhadap instrumen

tingkat pengetahuan. Uji coba dilakukan sebelum penelitian dengan

menyebarkan instrumen kepada 10 responden pada pasien hipertensi yang

dirawat di Rumah Sakit Umum PTPN VIII Subang.

Hasil uji validitas didapat nilai rhitung > rtabel, berarti valid

2. Uji Reliabilitas

26

Page 27: Skripsi Puji Hartanto Terbaru

Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu

alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Dengan kata lain

sejaulx mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap bisa jika

dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan

menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2003).

Hasil uji reliabilitas instrumen penelitian didapat nilai rhitung > rtabel,

berarti reliabel.

F. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di Ruang Penyakit Dalam Rumah Sakit

Umum Daerah Subang. Proses penelitian dapat selesai dalam waktu 2 bulan,

mulai dari menyusun usulan penelitian sampai menyelesaikan laporan. Adapun

waktu penelitian dilakukan pada bulan Nopember sampai dengan Desember

2008.

G. Prosedur Pengumpulan Data

1. Perizinan Penelitian

Sebagai salah satu persyaratan untuk penelitian ini adalah diperlakukannya

perizinan baik dari tingkat lembaga-lembaga terkait dalam hal ini adalah

instansi dimana peneliti melakukan penelitian.

2. Pelaksanaan Pengumpulan Data

Pelaksanaan pengumpulan data ini dilakukan setelah seminar proposal

skripsi. Prosedur yang ditempuh dalam pelaksanaan pengumpulan data ini

adalah sebagai berikut :

a. Memberikan informed consent kepada responden sebagai bentuk

27

Page 28: Skripsi Puji Hartanto Terbaru

kesediaan responden dijadikan sampel penelitian.

b. Menyebarkan kuesioner kepada pasien hipertensi yang dirawat di Ruang

Penyakit Dalam RSUD Subang yang menjadi sampel penelitian.

c. Memberikan informasi berkaitan dengan kepentingan penelitian dan

menjelaskan petunjuk pengisian kuesioner.

d. Mengumpulkan lembar jawaban sebagai hasil pengumpulan data primer

dari responden dan melakukan cek ulang untuk memeriksa kelengkapan

identitas dan jawaban responden pada setiap lembar kuesioner.

e. Menghitung hasil jawaban responden dan memberikan skor.

H. Prosedur Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan data

Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan data dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

a. Verifikasi Data

Verifikasi data bertujuan untuk menyeleksi atau memilih data yang

memadai untuk diolah. Proses seleksi ditempuh dengan cara memeriksa

dan menyeleksi kelengkapan pengisian yang dilakukan oleh responden

baik identitas maupun jawabannya.

b. Penyekoran

Data yang ditetapkan untuk diolah kemudian diberi skor untuk setiap

jawaban sesuai dengan sistem yang telah ditetapkan. Instrumen

pengumpul data mengenai pengetahuan pasien hipertensi dalam upaya

meminimalisasi serangan stroke menggunakan pilihan tunggal dimana

28

Page 29: Skripsi Puji Hartanto Terbaru

responden memilih salah satu jawaban yang dianggap paling benar,

dengan pilihan jawaban "benar " dengan nilai 1 dan jawaban "salah"

dengan nilai 0.

2. Analisis Data

Analisis data untuk variabel pengetahuan pasien hipertensi tentang upaya

meminimalisasi serangan stroke menggunakan kriteria skor ideal menurut

Riduwan (2007) sebagai berikut:

X ideal + Z (SD ideal)

Pengelompokkan sumber penelitian ini dibagi dalam tiga kategori yang

didasarkan pada kriteria ideal dengan ketentuan sebagai berikut:

Kategori pertama, berada pada luas daerah kurva sebesar 27% atau

sebesar 0,73, kurva normal dengan Z= 0,61.

Kategori kedua, berada pada luas daerah kurva sebesar 46% atau letaknya

terentang antara 0,73, kurva normal dengan Z= - 0,61 dengan Z = +0,61.

Kategori ketiga, berada pada luas daerah kurva sebesar 27% atau sebesar

0,23, kurva normal dengan Z= - 0,61

Dengan pengelompokkan data mengenai pengetahuan pasien hipertensi

tentang upaya meminimalisasi serangan stroke sebagai berikut:

Skor ideal : jumlah item/soal x jawaban nilai atau skor maksimal

Xideal : ½ x skor ideal

SD ideal : 1/3 x jumlah item/soal

Hasil perhitungan menggunakan rumus di atas setelah diformulasikan ke

29

Page 30: Skripsi Puji Hartanto Terbaru

dalam konversi adalah:

: Baik

: Cukup baik

: Kurang baik

Skor ideal = 30 x 1 = 30

Xideal = ½ x 30 = 15

SD ideal = 1/3 x 30 = 10

Dari hasil perhitungan di atas, selanjutnya dilakukan perhitungan variabel

pengetahuan sebagai berikut:

Baik : X 15 + 0,61 (10) = X 21,1

Cukup baik : 15 – 0,61(10) < X < 15 + 0,61(10) = 8,9 < X < 21,1

Kurang baik : X ≤ 15 – 0,61(10) = X ≤ 8,9.

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

30

Page 31: Skripsi Puji Hartanto Terbaru

Pada bab V disajikan data hasil penelitian serta pembahasan mengenai

gambaran tingkat pengetahuan pasien hipertensi dalam upaya meminimalisasi

serangan stroke di Ruang Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Unit Swadana

Subang yang terdiri dari sub variabel pengetahuan pada tingkatan tahu, memahami

dan aplikasi yang akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi disertai

interpretasinya.

A. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Pasien Hipertensi di Ruang Penyakit Dalam RSUD Subang

Karakteristik pasien hipertensi berdasarkan umur didapatkan responden

termuda berumur 33 tahun dan tertua berumur 60 tahun. Hasil penelitian yang

didapat dari data pasien hipertensi berdasarkan karakteristik umur disajikan

dalam bentuk Tabel 5.1 berikut ini:

Tabel 5.1 Distribusi Pasien Hipertensi Menurut Umur Di Ruang Penyakit Dalam RSUD Subang

No. Umur Frekuensi %

1 31 – 40 tahun 4 9,52

2 41 – 50 tahun 10 23,81

3 51 – 60 tahun 28 66,67

Jumlah 42 100

Berdasarkan Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa pasien hipertensi yang

berumur 51 – 60 tahun sebanyak 28 responden (66,67%) dan sebanyak 4

31

Page 32: Skripsi Puji Hartanto Terbaru

pasien hipertensi (9,52 %) berumur 31 – 40 tahun. Ini menunjukkan bahwa

pasien hipertensi didominasi oleh pasien yang berumur di atas 40 tahun.

Hasil penelitian yang didapat dari data pasien hipertensi berdasarkan

karakteristik pendidikan disajikan dalam bentuk Tabel 5.2 berikut ini:

Tabel 5.2 Distribusi Pasien Hipertensi Menurut Pendidikan Di Ruang Penyakit Dalam RSUD Subang

No. Pendidikan Frekuensi %

1 SD 2 4,76

2 SMP 9 21,43

3 SMA 25 59,58

4 Perguruan Tinggi 6 14,23

Jumlah 42 100

Berdasarkan Tabel 5.2 diketahui bahwa sebagian besar pendidikan

pasien hipertensi (59,58 %) adalah SMA, dan hampir tidak ada pasien

hipertensi (4,76%) berpendidikan SD. Ini berarti pendidikan pasien hipertensi

didominasi berpendidikan SMA.

Hasil penelitian yang didapat dari data pasien hipertensi berdasarkan

karakteristik pekerjaan disajikan dalam bentuk Tabel 5.3 berikut ini:

Tabel 5.3 Distribusi Pasien Hipertensi Menurut Pekerjaan Di Ruang Penyakit Dalam RSUD Subang

No. Pekerjaan Frekuensi %

32

Page 33: Skripsi Puji Hartanto Terbaru

1 Bekerja 17 40,48

2 Tidak bekerja 25 59,52

Jumlah 42 100

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa sebagian besar (59,52%)

pasien hipertensi adalah bekerja dan sebagian kecil (40,48%) pasien

hipertensi adalah tidak bekerja. Ini menunjukkan bahwa pasien hipertensi

didominasi oleh pasien yang memiliki pekerjaan.

2. Pengetahuan Pasien Hipertensi Pada Tingkatan Tahu Pada Pasien Hipertensi

Hasil penelitian pada variabel pengetahuan pasien hipertensi dalam

upaya meminimalisasi serangan stroke meliputi pengetahuan pada tingkatan

tahu yang meliputi: pengertian hipertensi, penyebab hipertensi, komplikasi

hipertensi dan tanda-tanda hipertensi disajikan pada Tabel 5.4 berikut ini:

Tabel 5.4 Distribusi Pengetahuan Pasien Dalam Upaya Meminimalisasi Serangan Stroke Pada Tingkatan Tahu Di Ruang Penyakit Dalam RSUD Subang

No Kategori Pengetahuan Frekuensi %

1 Baik 32 76,19

2 Cukup baik 7 16,67

3 Kurang baik 3 7,14

Jumlah 42 100

Berdasarkan Tabel 5.4 diketahui bahwa pengetahuan pasien hipertensi

tentang upaya meminimalisasi serangan stroke pada tingkatan tahu, sebagian

33

Page 34: Skripsi Puji Hartanto Terbaru

besar (76,19%) termasuk kedalam kategori baik dan sebagian kecil (7,14%)

pengetahuan pasien hipertensi termasuk kedalam kategori kurang baik. Ini

berarti sebagian besar pasien hipertensi di Ruang Penyakit Dalam RSUD

Subang telah mengetahui dengan baik tentang pengertian hipertensi,

penyebab hipertensi, komplikasi hipertensi dan tanda-tanda hipertensi.

3. Pengetahuan Pasien Hipertensi Pada Tingkatan Memahami Pada Pasien Hipertensi

Hasil penelitian pada variabel pengetahuan pasien hipertensi dalam

upaya meminimalisasi serangan stroke pada tingkatan memahami yang

meliputi: hubungan tekanan darah dengan hipertensi, pencegahan komplikasi

hipertensi dengan konsumsi makanan bergizi, berbagai penyebab yang

berhubungan dengan komplikasi hipertensi, dan akibat komplikasi hipertensi

disajikan pada Tabel 5.5 berikut ini:

Tabel 5.5 Distribusi Pengetahuan Pasien Dalam Upaya Meminimalisasi Serangan Stroke Pada Tingkatan Memahami Di Ruang Penyakit Dalam RSUD Subang

No Kategori Pengetahuan Frekuensi %

1 Baik 30 71,43

2 Cukup baik 10 23,81

3 Kurang baik 2 4,76

Jumlah 42 100

Berdasarkan Tabel 5.5 diketahui bahwa pengetahuan pasien hipertensi

tentang upaya meminimalisasi serangan stroke pada tingkatan memahami,

34

Page 35: Skripsi Puji Hartanto Terbaru

sebagian besar (71,43%) termasuk kedalam kategori baik dan hampir tidak

ada (4,76%) pengetahuan pasien hipertensi termasuk kedalam kategori kurang

baik. Ini berarti sebagian besar pasien hipertensi di Ruang Penyakit Dalam

RSUD Subang telah memahami dengan baik tentang hubungan tekanan darah

dengan hipertensi, pencegahan komplikasi hipertensi dengan konsumsi

makanan bergizi, berbagai penyebab yang berhubungan dengan komplikasi

hipertensi, dan akibat komplikasi hipertensi.

4. Pengetahuan Pasien Hipertensi Pada Tingkatan Aplikasi Pada Pasien Hipertensi

Hasil penelitian pada variabel pengetahuan pasien hipertensi dalam

upaya meminimalisasi serangan stroke pada tingkatan aplikasi yang meliputi:

Berbagai upaya meminimalisasi serangan stroke dengan berbagai cara yaitu:

konsumsi makanan bergizi, olahraga teratur, bergaya hidup sehat, mengontrol

tekanan darah, tidak merokok yang disajikan pada Tabel 5.6 berikut ini:

Tabel 5.6 Distribusi Pengetahuan Pasien Dalam Upaya Meminimalisasi Serangan Stroke Pada Tingkatan Aplikasi di Ruang Rawat Inap RSUD Subang

No Kategori Pengetahuan Frekuensi %

1 Baik 31 73,81

2 Cukup baik 7 16,67

3 Kurang baik 4 9,52

Jumlah 42 100

Berdasarkan Tabel 5.6 diketahui bahwa pengetahuan pasien hipertensi

tentang upaya meminimalisasi serangan stroke pada tingkatan aplikasi,

35

Page 36: Skripsi Puji Hartanto Terbaru

sebagian besar (73,81%) termasuk kedalam kategori baik dan sebagian kecil

(9,52%) pengetahuan pasien hipertensi termasuk kedalam kategori kurang

baik. Ini berarti sebagian besar pasien hipertensi di Ruang Penyakit Dalam

RSUD Subang telah mengaplikasikan upaya meminimalisasi serangan stroke

dengan mengkonsumsi makanan bergizi, olahraga teratur, bergaya hidup

sehat, mengontrol tekanan darah, tidak merokok.

5. Pengetahuan Pasien Hipertensi

Hasil penelitian pada variabel pengetahuan pasien hipertensi dalam

upaya meminimalisasi serangan stroke meliputi pengetahuan pada tingkatan

tahu, memahami dan aplikasi disajikan pada Tabel 5.7 berikut ini:

Tabel 5.7 Distribusi Pengetahuan Pasien Dalam Upaya Meminimalisasi Serangan Stroke di Ruang Penyakit Dalam RSUD Subang

No Kategori Pengetahuan Frekuensi %

1 Baik 25 59,53

2 Cukup baik 14 33,33

3 Kurang baik 3 7,14

Jumlah 42 100

Berdasarkan Tabel 5.7 diketahui bahwa pengetahuan pasien hipertensi

tentang upaya meminimalisasi serangan stroke pada tingkatan tahu,

memahami dan aplikasi adalah sebagian besar (59,53%) termasuk kedalam

kategori baik, dan sebagian kecil (7,14%) pengetahuan pasien hipertensi

termasuk kedalam kategori kurang baik. Ini berarti sebagian besar pasien

hipertensi di Ruang Penyakit Dalam RSUD Subang telah mengetahui dengan

baik tentang upaya meminimalisasi serangan stroke.

36

Page 37: Skripsi Puji Hartanto Terbaru

B. Pembahasan

1. Karakteristik Pasien Hipertensi Berdasarkan Umur, Pendidikan dan Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat pada Tabel 5.1 didapat bahwa

pasien hipertensi didominasi oleh pasien yang berumur 51 – 60 tahun

sebanyak 28 responden (66,67%), sebagian kecil (9,52%) pasien hipertensi

berumur 31 – 40 tahun dan sebanyak (23,81%) pasien hipertensi berumur

antara 41 – 50 tahun. Hal ini ada kemungkinan bahwa penderita hipertensi

banyak diderita oleh orang-orang yang berumur antara 30 sampai dengan 60

tahun. Hal ini diperkuat oleh pendapat Hanns Peter Wolff, dalam

bukunya Speaking of High Blood Pressure, satu dari setiap

lima orang menderita tekanan darah tinggi, dan sepertiganya

tidak menyadarinya. Padahal, sekitar 40 % kematian di

bawah usia 65 tahun bermula dari tekanan darah tinggi.

Penyakit ini sudah jadi epidemi di zaman modern,

menggantikan wabah kolera dan TBC di zaman dulu.

Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat pada Tabel 5.2 didapat bahwa

pendidikan responden sebagian besar (59,58 %) lulusan SMA dan

berdasarkan Tabel 5.3 didapat bahwa sebagian besar responden (59,52%)

memiliki status pekerjaan adalah bekerja. Kedua ciri ini merupakan salah satu

faktor yang dapat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan penderita

hipertensi dalam upaya meminimalisasi serangan stroke. Hal ini diperkuat

dengan pendapat Notoatmodjo (2003) bahwa pengetahuan seseorang

merupakan salah satu dipengaruhi domian pembentuk perilaku kesehatan

37

Page 38: Skripsi Puji Hartanto Terbaru

dipengaruhi oleh ciri-ciri individu itu sendiri yang dapat digolongkan ke

dalam tiga kelompok yaitu ciri-ciri demografi (seperti jenis kelamin, umur),

struktur sosial (seperti pendidikan, pekerjaan), dan manfaat kesehatan (seperti

keyakinan pribadi) dan setiap individu mempunyai perbedaan-perbedaan

karakteristik atau ciri-ciri tersendiri yang akan mempengaruhi perilakunya.

2. Pengetahuan Pasien Hipertensi Dalam Upaya Meminimalisasi Serangan Stroke Pada Tingkatan Tahu di Ruang Penyakit Dalam RSUD Subang

Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat pada Tabel 5.4 didapat bahwa

pengetahuan penderita hipertensi tentang upaya meminimalisasi serangan

stroke pada tingkatan tahu, sebagian besar (76,19%) termasuk kedalam

kategori baik. Hal ini ada kemungkinan rata-rata penderita hipertensi tersebut

pernah mendapatkan informasi dari dokter atau perawat tentang upaya

menghindari kompliksi dari hipertensi. Banyaknya pengetahuan hipertensi

dalam upaya meminimalisasi serangan stroke pada tingkatan tahu ini

disebabkan oleh pengetahuan pada tingkatan ini hanya mengingat definisi-

definisi atau pengertian-pengertian hipertensi yang sifatnya sekedar hafalan.

Sedangkan pasien hipertensi yang memiliki pengetahuan pada kategori cukup

baik dan kurang baik, ada kemungkinan karena baru menderita penyakit

hipertensi ataupun belum pernah mendapatkan informasi apapun tentang

penyakit hipertensi.

3. Pengetahuan Pasien Hipertensi Dalam Upaya Meminimalisasi Serangan

38

Page 39: Skripsi Puji Hartanto Terbaru

Stroke Pada Tingkatan Memahami di Ruang Penyakit Dalam RSUD Subang

Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat pada Tabel 5.5 didapat

bahwa pengetahuan responden tentang upaya meminimalisasi serangan stroke

pada tingkatan memahami, sebagian besar (71,43%) termasuk kedalam

kategori baik dan pengetahuan pasien hipertensi tentang upaya

meminimalisasi serangan stroke pada tingkatan aplikasi, sebagian besar

(73,81%) termasuk kedalam kategori baik.

Pengetahuan pasien hipertensi, sebagian kecil termasuk kategori cukup

baik dan kurang baik. Hal ini ada kemungkinan disebabkan oleh faktor

pendidikan yang rendah, hal ini sesuai dengan pendapat Soekanto (2002)

bahwa latar pendidikan yang dimiliki seseorang akan mempunyai tingkat

pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan orang yang berpendidikan

lebih rendah.

4. Pengetahuan Pasien Hipertensi Dalam Upaya Meminimalisasi Serangan Stroke Pada Tingkatan Aplikasi di Ruang Penyakit Dalam RSUD Subang

Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat pada Tabel 5.6 menunjukkan

bahwa pengetahuan pasien hipertensi tentang upaya meminimalisasi serangan

stroke pada tingkatan aplikasi di Ruang Penyakit Dalam RSUD Subang,

sebagian besar (73,81%) termasuk kedalam kategori baik. Hal ini ada

kemungkinan sebagian besar pasien hipertensi telah mendapatkan informasi

tentang hal-hal yang tidak boleh dilakukan ataupun makanan yang tidak boleh

dikonsumsi bagi penderita hipertensi sedangkan sebagian kecil pasien

hipertensi ada kemungkinan belum mendapatkan informasi tersebut sehingga

39

Page 40: Skripsi Puji Hartanto Terbaru

pengetahuan masih cukup baik dan kurang baik.

Pengetahuan pasien hipertensi tentang upaya meminimalisasi serangan

stroke pada tingkatan aplikasi masih ada dalam kategori cukup baik dan

kurang baik. Hal ini ada kemungkinan responden yang berpendidikan rendah

sulit mencerna atau memahami bahasa ilmiah yang berkaitan dengan istilah-

istilah kesehatan. Namun demikian, hasil penelitian tentang pengetahuan

pasien hipertensi responden dari masing-masing tingkatan pengetahuan sudah

baik yaitu sebagian besar (59,53%) termasuk kedalam kategori baik. Hal ini

ada kemungkinan dikarenakan bahwa telah sampai akses informasi kesehatan

terhadap penderita hipertensi, misalnya lewat pendidikan yang diberikan

perawat, media massa, dan lain-lain. Dengan demikian diharapkan semakin

baiknya tingkat pengetahuan penderita hipertensi dapat membentuk perilaku

kesehatan yang mengarah pada upaya meminimalisasi serangan stroke

sehinggga akan semakin kecil penderita hipertensi yang menderita stoke.

Selanjutnya pengetahuan pasien hipertensi yang termasuk kategori kurang

baik disebabkan oleh minimnya akses informasi kesehatan yang ditunjang

oleh pendidikan rendah sehingga ada kemungkinan sulit untuk mendapatkan

informasi hipertensi dari berbagai media baik cetak dan elektronik..

Pengetahuan sebagai parameter keadaan sosial sangat menentukan

kesehatan penderita hipertensi. Penderita hipertensi dapat terhindar dari

berbagai komplikasi akibat hipertensi asalkan pengetahuan tentang kesehatan

dapat ditingkatkan, sehingga perilaku kesehatan dapat terbentuk

(Notoatmodjo, 2003). Jadi untuk meminimalisasi serangan stroke pada

40

Page 41: Skripsi Puji Hartanto Terbaru

penderita hipertensi diperlukan upaya-upaya peningkatan pengetahuan

penderita hipertensi secara lebih berkala oleh dokter atau peran dalam

menjalankan perannya sebagai pendidik.

BAB VI

41

Page 42: Skripsi Puji Hartanto Terbaru

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai tingkat pengetahuan penderita hipertensi

dalam upaya meminimalisasi serangan stroke terdiri dari pengetahuan pada tingkatan

tahu, memahami, dan aplikasi dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

A. Simpulan

1. Pengetahuan pasien hipertensi tentang upaya meminimalisasi serangan stroke

pada tingkatan tahu di Ruang Penyakit Dalam RSUD Subang adalah baik

yaitu sebagian besar pasien telah mengetahui dengan baik tentang pengertian,

penyebab, komplikasi dan tanda-tanda hipertensi.

2. Pengetahuan pasien hipertensi tentang upaya meminimalisasi serangan stroke

pada tingkatan memahami di Ruang Penyakit Dalam RSUD Subang adalah

baik yaitu sebagian besar memahami dengan baik tentang hubungan tekanan

darah dengan hipertensi, pencegahan komplikasi hipertensi dengan konsumsi

makanan bergizi, berbagai penyebab yang berhubungan dengan komplikasi

hipertensi, dan akibat komplikasi hipertensi.

3. Pengetahuan pasien hipertensi tentang upaya meminimalisasi serangan stroke

pada tingkatan aplikasi di Ruang Penyakit Dalam RSUD Subang adalah baik

yaitu sebagian besar pasien telah mengaplikasikan upaya meminimalisasi

serangan stroke dengan berbagai cara yaitu: konsumsi makanan bergizi,

olahraga teratur, bergaya hidup sehat, mengontrol tekanan darah, dan tidak

merokok.

B. Saran

42

Page 43: Skripsi Puji Hartanto Terbaru

Berdasarkan hasil penelitian, maka beberapa saran dapat dikemukakan

sebagai berikut:

1. Pentingnya usaha peningkatan pengetahuan penderita hipertensi dalam upaya

meminimalisasi serangan stroke yang dapat dilakukan dengan memberikan

nasehat-nasehat secara intensif oleh perawat seperti penjelasan tentang cara-

cara praktis dalam mencegah stroke secara rutin.

2. Kepada pihak rumah sakit, agar dapat menambah fasilitas dan alat-alat

kesehatan/kedokteran guna memberikan pelayanan optimal kepada pasien

hipertensi sebagai upaya meminimalisasi berbagai komplikasi akibat

hipertensi..

43