kartu keluarga sejahtera buka jalan dapatkan layanan...
TRANSCRIPT
19Sua ra Pem ba ru an Sabtu-Minggu, 31 Maret - 1 April 2018 Kesra
[JAKARTA] Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) yang diberikan kepada keluarga penerima manfaat Program Keluarga Harapan (KPM PKH) diharapkan bisa menjadi pembuka jalan bagi layanan perlindungan dan jaminan sosial lainnya, termasuk layanan atau jaminan kesehatan nasional (JKN), dalam kondisi darurat.
Angka dan status kemiskinan yang dinamis membuat Kementerian Sosial (Kemsos) memperbarui basis data terpadu (BDT) dua kali setahun dengan melibatkan pemerintah daerah dalam verifikasi dan validasi di lapangan. Hal ini dilakukan untuk mendata masyarakat miskin sehingga masuk dalam BDT dan dipastikan dapat berbagai layanan serta perlindungan sosial.
Bisa saja ditemukan di lapangan, peserta ada anggota keluarga penerima PKH belum mendapatkan Kartu Indonesia Sehat (KIS). Hal ini terjadi misalnya karena ada anak baru lahir, atau tidak mempunyai
nomor identitas kependudukan (NIK). Karena BDT selalu mengacu pada NIK, maka jika keluarga memiliki KKS, bisa dipakai menjadi jalan pembuka untuk mendapatkan layanan kesehatan.
Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kemsos, Harry Hikmat, mengatakan, menjamin layanan kesehatan bagi masyarakat miskin adalah kewajiban negara. Dengan alasan kemanusiaan, maka tidak ada alasan untuk tidak melayani masyarakat ini.
Dari sekitar 40 juta jiwa anggota KPM PKH yang merupakan bagian dari 10 juta KPM PKH, sebanyak 86% sudah memiliki KIS. Sementara sekitar 14% atau sekitar 6 jutaan jiwa belum menerima KIS.
“Jika ada anggota keluarga KPM PKH yang belum memiliki KIS dan ternyata butuh layanan kesehatan, maka bisa menggunakan KKS,” katanya di Jakarta, Jumat (30/3).
Prosedurnya, setiap KPM PKH
tentu memiliki pendamping. Kemudian pendamping ini harus berperan untuk memastikan anggota keluarga PKH itu mendapatkan layanan kesehatan.
Pendamping bisa merujuk ke rumah sakit (RS) misalnya. Kemudian, RS bisa berkoordinasi dengan dinas sosial dan dinas kesehat
an. Meski bukan peserta bantuan iuran (PBI) pusat, dengan dana on call atau darurat yang dimiliki setiap pemerintah daerah, maka pasien tersebut bisa ditanggung sementara oleh jaminan kesehatan daerah (Jamkesda). Sambil berjalan, pro ses administrasi menjadi calon PBI baru.
Tidak Memiliki IdentitasMenurut Harry, terdapat banyak
masyarakat yang tidak memiliki identitas misalnya di komunitas adat terpencil, masyarakat yang tinggal di daerah kumuh, kolong jembatan, anak terlantar dan lainnya.
Di satu sisi, hak kelompok masyarakat ini harus dipenuhi negara. Namun ia pun mengimbau kepada masyarakat untuk tertib administrasi, mau melapor dan menjadi warga negara yang baik dan benar. Sebab, jika memiliki NIK, maka dengan mudah mereka akan mendapatkan layanan sosial dasar karena masuk dalam BDT.
“Yang menerima JKN adalah rumah tangga yang masuk BDT dan terdaftar. Namun Kemsos tetap berupaya agar unregistered people atau istilahnya RT 00 RW 00 juga mendapat prioritas di JKN,” ucapnya.
Sambil berjalan, panti sosial wajib mendaftarkan penghuninya agar bisa mendapatkan JKN. Sejalan dengan itu, Kemsos dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil menyiapkan NIKnya.
Saat ini, di BDT terdapat 96.829.022 jiwa atau sekitar 40% penduduk dengan status sosial ekonomi terendah. Sedangkan sesuai SK Mensos No 5/HUK/2018 Tentang Penetapan PBI JKN 2018 yang ditandatangani 2 Januari 2018 oleh Mensos terdahulu Khofifah Indar Parawansa menyebut bahwa, penerima PBI JKN 2018 sebesar 92.400.000. kemudian penerima PBI sebagaimana diktum itu sudah termasuk bayi dari PBI jaminan kesehatan yang dilakukan pada tahun 2018. [R15]
Kartu Keluarga Sejahtera Buka Jalan Dapatkan Layanan JKN
ISTIMEWA
Harry Hikmat