karakter tokoh

20
1 | Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Drama adalah karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog dengan maksud dipertunjukkan oleh aktor. Pementasan naskah drama dikenal dengan istilah teater. Dapat dikatakan bahwa drama berupa cerita yang diperagakan para tokoh di panggung. Peranan tokoh dalam suatu pertunjukkan tidak terlepas dari karakter yang dibuat oleh penulis naskah. Penulis naskah merepresentasikan karakter yang diinginkan lewat dialog tokoh yang dibuatnya. Dialog akan menceritakan secara tersirat bagaimana watak tokoh yang akan diperankan seorang aktor. Kekuatan peran yang dimainkan oleh aktor adalah implementasi dari kecerdasan aktor membaca dan memahami dialog. Hal ini pun terkait dengan bahasa penulis yang menciptakan ruang bagi aktor untuk berekspresi sesuai dengan karakter tokoh yang diperankan. Dalam sebuah pembuatan naskah drama, penciptaan karakter adalah suatu hal yang krusial. Karakter menjadi pembeda antara satu tokoh dengan tokoh lainnya. Drama pun akan semakin hidup dengan kekuatan karakter tokoh yang dimainkan.

Upload: ainun-khotimah

Post on 03-Oct-2015

15 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

karakter tokoh dalam pembuatan naskah audio visual.

TRANSCRIPT

  • 1 | H a l

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Drama adalah karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog dengan maksud

    dipertunjukkan oleh aktor. Pementasan naskah drama dikenal dengan istilah teater.

    Dapat dikatakan bahwa drama berupa cerita yang diperagakan para tokoh di

    panggung.

    Peranan tokoh dalam suatu pertunjukkan tidak terlepas dari karakter yang

    dibuat oleh penulis naskah. Penulis naskah merepresentasikan karakter yang

    diinginkan lewat dialog tokoh yang dibuatnya. Dialog akan menceritakan secara

    tersirat bagaimana watak tokoh yang akan diperankan seorang aktor.

    Kekuatan peran yang dimainkan oleh aktor adalah implementasi dari

    kecerdasan aktor membaca dan memahami dialog. Hal ini pun terkait dengan bahasa

    penulis yang menciptakan ruang bagi aktor untuk berekspresi sesuai dengan karakter

    tokoh yang diperankan.

    Dalam sebuah pembuatan naskah drama, penciptaan karakter adalah suatu hal

    yang krusial. Karakter menjadi pembeda antara satu tokoh dengan tokoh lainnya.

    Drama pun akan semakin hidup dengan kekuatan karakter tokoh yang dimainkan.

  • 2 | H a l

    Untuk itu, dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai Karakter Tokoh

    dalam Membuat Dialog.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah kami buat, maka rumusan masalah

    pada makalah ini yaitu:

    1. Apa yang dimaksud dengan Tokoh?

    2. Apa yang dimaksud dengan Penokohan?

    3. Metode apa yang digunakan untuk menyajikan watak dalam penokohan

    karakter?

    4. Bagaimana membuat penokohan pada sebuah dialog?

    1.3 Tujuan Makalah

    Berdasarkan rumusan masalah yang disebutkan di atas, tujuan dari makalah

    ini adalah untuk menjelaskan tetang karakter tokoh dalam membuat dialog.

  • 3 | H a l

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1. Teori Tokoh dan Penokohan

    Tokoh dan penokohan merupakan unsur penting dalam karya naratif. Plot

    boleh saja dipandang sebagai tulang punggung cerita, namun kita pun dapat

    mempersoalkan: Siapa yang diceritakan itu?, Siapa yang melakukan sesuatu dan

    dikenai sesuatu, sesuatu yang dalam plot disebut peristiwa. siapa pembuat

    konflik, dan lain-lain adalah urusan tokoh dan penokohan. (Nurgiyantoro.2005:164)

    2.2. Definisi Tokoh

    Mungkin kita sudah tidak asing lagi dengan pengertian tokoh dalam karya

    sastra khususnya prosa cerita (novel, cerpen, hikayat, dongeng). Secara sederhana

    dapat dikatakan bahwa yang namanya tokoh dalam karya sastra adalah sosok yang

    benar-benar mengambil peran dalam cerita tersebut. Atau kalau kita buat sebuah

    perbandingan, jika naskah tersebut akan dimainkan atau difilmkan, sosok tersebut

    membutuhkan aktor (pemain).

  • 4 | H a l

    Dengan melihat definisi di atas, kita dapat melihat bahwa tokoh dalam cerita

    memiliki variasi fungsi atau peran mulai dari peran utama, penting, agak penting,

    sampai sekedar penggembira saja. Perbedaan peran inilah yang menjadikan tokoh

    mendapat predikat sebagai tokoh utama (sentral), tokoh protagonis, antagonis, peran

    pembantu utama (tokoh andalan), tokoh tidak penting (figuran), dan tokoh

    penggembira (lataran).Mungkin kita sering menemukan tokoh-tokoh dalam cerita

    kartun Jepang, atau komik. Misalnya Ultraman, Satria Baja Hitam, atau Doraemon.

    Tokoh-tokoh tersebut hanya memiliki satu perwatakan. Ini adalah tokoh-tokoh

    sederhana, datar. Namun pasti kita perna melihat film Titanic, Troy, atau sinetron

    Intan di mana perwatakan tokoh-tokohnya disajikan secara lebih lengkap, memiliki

    perkembangan tokoh secara manusiawi (bandingkan dengan tipe pertama tadi, seperti

    robot). Tokoh-tokoh seperti ini sering disebut sebagai tokoh bulat, tokoh

    komplek. Berikut ini penjelasan yang lebih sulit dalam kacamata ilmu sastra!Yang

    dimaksud dengan tokoh adalah individu ciptaan/rekaan pengarang yang mengalami

    peristiwa-peristiwa atau lakukan dalam berbagai peristiwa cerita. Pada umumnya

    tokoh berwujud manusia, dapat pula berwujud binatang atau benda yang diinsankan.

    Menurut Nurgiyantoro (2005:165), istilah tokoh merujuk pada orangnya dan

    pelaku cerita. Watak, perwatakan, dan karakter menunjuk pada sifat dan sikap para

    tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca. Lebih menunjuk pada kualitas pribadi

    seorang tokoh. Abrams dalam Nurgiyantoro (2005:165), mengungkapkan bahwa

    tokoh cerita (karakter) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya

    naratif atau drama yang ditafsirkan oleh pembaca memiliki kualitas moral dan

  • 5 | H a l

    kecenderungan tertentu yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang diakukan

    dalam tindakan.Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau

    berlakuan di dalam berbagai cerita dan pada umumnya tokoh berwujud manusia,

    tetapi dapat juga berwujud binatang atau benda yang diinsankan. (Sudjiman, 1991:16)

    Secara singkat dapat disimpulkan bahwa tokoh cerita ialah orang-orang yang

    ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan

    memilki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diespresikan dalam

    ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.

    2.3. Fungsi Tokoh

    Berdasarkan fungsi tokoh dalam cerita, tokoh dapat dibedakan menjadi dua

    yaitu tokoh sentral dan tokoh bawahan.

    1. Tokoh sentral

    Tokoh Utama atau Tokoh Sentral (ada pula yang menyebutnya Tokoh

    Kompleks,Tokoh Dinamis, Tokoh Bulat, Tokoh Berkembang) yaitu tokoh yang

    seluruh segi wataknya diungkapkan. Tokoh ini sangat dinamis, banyak mengalami

    perubahan watak. Tokoh Utama ini mengambil bagian terbesar dalam peristiwa

    cerita, dengan kata lain tokoh utama merupakan tokoh yang paling banyak

    diceritakan. Volume kemunculan tokoh utama lebih banyak dibanding tokoh lain,

  • 6 | H a l

    sehingga tokoh utama biasanya memegang peranan penting dalam setiap peristiwa

    yang diceritakan.Tokoh sentral dibedakan menjadi dua, yaitu:

    a. Tokoh sentral protagonis. Tokoh sentral protagonis adalah tokohyang

    membawakan perwatakan positif atau menyampaikan nilai-nilai positif.

    b. Tokoh sentral antagonis. Tokoh sentral antagonis adalah tokoh yang

    membawakan perwatakan yang bertentangan dengan protagonis atau

    menyampaikan nilai-nilai negatif.

    2. Tokoh Bawahan

    Tokoh Bawahan adalah tokoh-tokoh yang mendukung atau membantu tokoh

    sentral. Tokoh Tambahan atau Tokoh bawahan (ada juga yang menyebutnya Tokoh

    Minor, Tokoh Statis, Tokoh Datar, Tokoh Sederhana) ini diungkapkan atau disoroti

    dari satu segi watak saja. Tokoh ini bersifat statis, wataknya sedikit sekali berubah,

    atau bahkan tidak berubah sama sekali. Tokoh Bawahan ini dimunculkan sekali

    atau beberapa kali. Tokoh-tokoh ini mendukung atau membantu tokoh sentral.

    Tokoh bawahan dibedakan menjadi tiga, yaitu

    a. Tokoh andalan. Tokoh andalan adalah tokoh bawahan yangmenjadi

    kepercataan tokoh sentral (protagonist atau antagonis).

    b. Tokoh tambahan. Tokoh tambahan adalah tokoh yang sedikit sekali

    memegang peran dalam peristiwa cerita.

    c. Tokoh lataran. Tokoh lataran adalah tokoh yang menjadi bagianatau

    berfungsi sebagai latar cerita saja.

  • 7 | H a l

    Berdasarkan cara menampikan perwatakannya, tokoh dalam ceritadapat

    dibedakan menjadi dua, yaitu:

    a. Tokoh datar/sederhana/pipih

    b. Tokoh datar/sederhana/pipih yaitu tokoh yang diungkapkan atau disoroti

    dari satu segi wataksaja. Tokoh ini bersifat statis, wataknya sedikit sekali

    berubah, ataubahkan tidak berubah sama sekali (misalnya tokoh kartun,

    dan filmanimasi).

    a. Tokoh bulat/komplek/bundar

    c. Tokoh bulat/kompleks/bundar yaitu tokoh yang seluruh segi wataknya

    diungkapkan. Tokoh inisangat dinamis, banyak mengalami perubahan

    watak.

    2.4. Peranan Tokoh-tokoh

    Tokoh-tokoh yang ada dalam karya sastra kebanyakan berupa manusia, atau

    makhluk lain yang mempunyai sifat seperti manusia. Artinya, tokoh cerita itu

    haruslah hidup secara wajar, mempunyai unsur pikiran atau perasaan yang dapat

    membentuk tokoh-tokoh fiktif secara meyakinkan sehingga pembaca merasa seolah-

    olah berhadapan dengan manusia sebenarnya.

    Tokoh merupakan pelaku rekaan dalam sebuah cerita fiktif yang memiliki

    sifat manusia alamiah, dalam arti bahwa tokoh-tokoh itu memiliki kehidupan atau

  • 8 | H a l

    berciri hidup. Tokoh memiliki derajat lifelikeness (kesepertihidupan). Karena karya

    fiksi merupakan hasil karya imajinatif atau rekaan, penggambaran watak tokoh cerita

    pun merupakan sesuatu yang artifisial, yakni merupakan hasil rekaan dari

    pengarangnya yang dihidupkan dan dikendalikan sendiri oleh pengarangnya.

    Pengarang tidak seenaknya menciptakan dunia di luar logika para pembaca.

    Artinya pengarang memakai nama latar, peristiwa dan tokoh seperti keberadaannya di

    dunia nyata. Penciptaan tokoh oleh pengarang harus benar-benar seperti manusia.

    Tokoh cerita juga menempati posisi strategis sebagai pembawa pesan, amanat,

    moral, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan pengarang. Bagaimana penulis

    menggambarkan karakter tokoh utama dalam novel sehingga watak-watak tokoh

    sesuai dengan cerita tema, dan amanat yang ingin disampaikan pengarang.

    Peristiwa dalam karya fiksi selalu dipengaruhi tokoh-tokoh yang diceritakan

    dan mengalami kejadian keseharian. Tokoh-tokoh yang diangkat sebagai pelaku

    jalannya cerita mengalirkan arus dan membawa cerita mulai dari awal, klimaks

    hingga akhir.

    Fungsi tokoh utama sangat penting. Pembaca mengikuti alur cerita karena

    mengikuti gerak tokoh utama cerita. Setiap pengarang ingin menunjukkan tokoh-

    tokoh yang ditampilkan dan secara tidak langsung ingin menyampaikan sesuatu dari

    tokoh-tokoh yang ditampilkannya.

  • 9 | H a l

    Jadi, tokoh merupakan karakter yang diciptakan pengarang berdasarkan sifat

    kemanusiaannya. Sebuah cerita tidak mungkin hidup tanpa adanya tokoh pemeran di

    dalamnya, karena pada dasarnya cerita adalah gerak dan laku dari tokoh. Tanpa ada

    pelaku yang melakukan perbuatan, segalanya tidak mungkin terjadi.

    Peristiwa-peristiwa yang terjadi merupakan akibat dari gerak laku atau aksi

    tokoh-tokoh dalam cerita. Peristiwa yang dimunculkan pengarang sangat dipengaruhi

    oleh munculnya tokoh dengan berbagai karakternya.

    Tokoh merupakan individu rekaan yang mengalami berbagai peristiwa cerita

    dan berfungsi sebagai penggerak cerita. Tokoh adalah orang yang mengambil bagian

    dan mengalami peristiwa, sebagaimana peristiwa yang digambarkan dalam sebuah

    alur. Dari pengertian tersebut, peranan tokoh sangat berpengaruh dalam perjalanan

    peristiwa dalam karya fiksi. Peristiwa dalam kehidupan sehari-hari selalu diemban

    tokoh-tokoh tertentu. Pelaku mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga

    peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita melalui tokoh-tokohnya.

    2.5. Definisi Penokohan

    Sebenarnya tokoh yang kita ciptakan ditentukan oleh perwatakan yang kita

    berikan pada tokoh tersebut. Mungkin saja nama tokohnya sama, tetapi ketika kita

    beri perwatakan yang berbeda, maka tokoh tersebut akan menjadi berbeda. Pemberian

  • 10 | H a l

    watak tokoh ini merupakan seni tersendiri, yaitu seni mencipta manusia. Mengapa

    begitu? Karena dengan memberikan perwatakan seperti yang kita inginkan kita

    menciptakan manusia baru dalam dunia yang kita ciptakan, yaitu dunia fiksi.

    Pengaturan pemberian watak tokoh membutuhkan keahlian tersendiri agar

    cerita kita berjalan menarik. Pemberian watak tokoh harus berhubungan dengan peran

    tokoh tersebut dalam cerita yang kita buat. Tentu tidak bijaksana kalau tokoh yang

    dimaksud hanyalah tokoh figuran kok kita beri perwatakan begitu lengkap.

    Sebaliknya tokoh utama kita hanya kita beri perwatakan kasar, kurang detail. Ini juga

    tidak tepat.

    Penokohan dan karakterisasi sering juga disamakan, artinya dengan karakter

    dan perwatakan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-

    watak tertentu dalam sebuah cerita( Nurgiyantoro, 2005:165 ). Jones dalam

    Nurgiyantoro (2005:165) mengungkapkan bahwa penokohan adalah pelukisan

    gambaran yang jelas tentang seseorangyang ditampilkan dalam sebuah cerita.

    Menurut Stanton dalam Nurgiyantoro (2005:165), penggunaan istilah karakter

    sendiri dalam berbagai literatur bahasa inggris menyarankan pada dua pengertian

    yang berbeda, yaitu sebagai tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan, dan sebagai sikap,

    ketertarikan, keinginan , emosi, danprinsip moral yang dimiliki tokoh-tokoh tersebut.

    Dengan demikian, menurut Nurgiyantoro (2005:165), karakter dapat berarti pelaku

    ceritadan dapat pula berarti perwatakan. Antara seorang tokoh dengan perwatakan

  • 11 | H a l

    yang dimilikinya, memang merupakan suatu kepaduan yang utuh. Penyebutan nama

    tokoh tertentu, tak jarang, langsung mengisyaratkan kepada kita perwatakan yang

    dimiliknya.

    Menurut Jones dalam Nurgiyantoro (2005:166), istilah penokohanlebih luas

    pengertiannya daripada tokoh dan perwatakan, karenapenokohan sekaligus

    mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana

    penempatan dan pelukisannya dalamsebuah cerita sehingga sanggup memberikan

    gambaran yang jelaskepada pembaca. Penokohan sekaligus menyarankan pada

    teknikperwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita. Menurut Sudjiman

    (1991:58), penokohan adalah penyajian wataktokoh dan penciptaan citra tokoh.

    Tokoh-tokoh perlu menggambarkan ciri-ciri lahir dan sifat serta sikap batinnya agar

    kualitas tokoh, nalar, jiwanyadikenal oleh pembacanyaSecara singkat dapat

    disimpulkan bahwa penokohan adalah pelukisan atau gambaran yang jelas tentang

    seseorang yang ditampilkandalam sebuah cerita yang dapat berupa keadaan lahiriyah

    atau batiniah.Jadi, penokohan dalam cerita pendek merupakan unsur pembangun

    yangkehadirannya sangat dibutuhkan untuk menghidupkan tokoh dalam cerita. Ada

    beberapa metode penyajian watak dalam penokohan tokoh,yaitu:

    1. Metode analitis/langsung/diskursif.

    Metode analitis/langsung/diskursif yaitu penyajian watak tokohdengan cara

    memaparkan watak tokoh secara langsung. Yang dimaksud memaparkan secara

  • 12 | H a l

    langsung di sini adalah kita secara langsung menyebutkan watak tokoh kita.

    Misalnya Paijo adalah seorang petani desa yang sangat penyabar, suka beribadat,

    dan banyak amalnya. Hari-hari yang dia lewati hanyalah bekerja di ladang,

    maklumlah ia seorang pekerja keras. dst.

    2. Metode dramatik/taklangsung/ragaan

    Metode dramatik/tak langsung/ragaan yaitu penyajian watak tokoh melalui

    pemikiran, percakapan, dan lakuan tokoh yangdisajikan pengarang. Bahkan dapat

    pula dari penampilan fisiknyaserta dari gambaran lingkungan atau tempat tokoh.

    Misalnya Kakinya, lihatlah kakinya yang kuat itu. Banyak bulu tumbuh subur di

    kakinya. Kulitnya agak kehitam-hitaman mungkin terlalu lama dibakar matahari.

    Anting-anting pada telinga kirinya merupakan tanda bahwa ia bagian dari

    kelompok tertentu. dstc.

    3. Metode kontekstual

    Metode kontekstual yaitu penyajian watak tokoh melalui gayabahasa yang

    dipakai pengarang. Yang dimaksud gaya bahasa pengarang adalah cara pengarang

    menceritakan tokoh tersebut, jadi bukan gaya bahasa atau kata-kata yang dipakai

    oleh tokoh tersebut dalam bercerita. Misalnya Ia buas bagai singa. Matanya nanar

    setiap kali melihat mangsanya mendekat. Tapi sebaliknya sayu ketika menyaksikan

    perempuan memelas di hadapannya.

  • 13 | H a l

    Menurut Jakob Sumardjo dan Saini KM, ada lima cara menyajikan watak tokoh,

    yaitu:

    1. Melalui apa yang dibuatnya, tindakan-tindakannya,terutamasebagaimana ia

    bersikap dalam situasi kritis.

    2. Melalui ucapana-ucapannya. Dari ucapan kita dapat mengetahuiapakah tokoh

    tersebut orang tua, orang berpendidikan, wanita ataupria, kasar atau halus.

    3. Melalui penggambaran fisik tokoh.

    4. Melalui pikiran-pikirannya

    5. Melalui penerangan langsung. Tokoh dan latar memang merupakandua unsur

    cerita rekaan yang erat berhubungan dan saling mendukung.

    Karakterisasi merupakan pola pelukisan image seseorang yang dapat

    dipandang dari segi fisik, psikis dan sosiologi. Dari segi fisik, pengarang melukiskan

    karakter pelaku misalnya, tampang, umur, raut muka, rambut, bibir, hidung, bentuk

    kepala, warna kulit, dan lain-lain. Dari segi psikis, pengarang melukiskan karakter

    pelaku melalui pelukisan gejala-gejala pikiran, perasaan dan kemauannya. Dengan

    jalan ini pembaca dapat mengetahui bagaimana watak pelaku. Dari segi sosiologis,

    pengarang melukiskan watak pelaku melalui lingkungan hidup kemasyarakatan.

    Banyak teori atau metode dalam pembentukan karakterisasi ini.

    Penggambaran tokoh yang digunakan penulis dalam novel biasanya menggunakan

    Metode Diskursi (metode langsung) dan Metode Dramatis (metode tidak langsung).

  • 14 | H a l

    a. Metode Diskurtif (Metode Telling)

    Metode Diskurtif atau dengan cara langsung adalah cara yang ditempuh

    pengarang jika dia menggambarkan perwatakan tokoh-tokoh secara langsung. Sama

    halnya dengan Metode Diskurtif, ada juga orang menyebutnya Metode Telling,

    yakni mengandalkan pemaparan watak tokoh dari komentar langsung

    pengarangnya.

    Melalui metode ini keikutsertaan atau turut campurnya pengarang dalam

    menyajikan perwatakan tokoh sangat terasa, sehingga pembaca memahami dan

    menghayati perwatakan tokoh berdasarkan paparan pengarang.

    Karakterisasi melalui tuturan pengarang memberikan keluasan dan

    kebebasan kepada pengarang dalam menentukan kisahnya. Pengarang tidak sekadar

    menggiring perhatian pembaca terhadap komentarnya tentang watak tokoh, tapi

    juga mencoba membentuk persepsi pembaca tentang tokoh yang dikisahkannya.

    Kelemahan dari metode ini adalah mempersempit partisipasi imajinatif

    pembaca, sedangkan kelebihan metode ini terletak pada kesederhanaan dan

    ekonomisnya.

    Metode pemaparan karakter tokoh yang dilakukan secara langsung oleh

    pengarang biasanya digunakan dalam kisah-kisah rekaan zaman dulu sehingga

    pembaca hanya mengandalkan penjelasan yang dilakukan pengarang semata.

  • 15 | H a l

    Metode karakterisasi melalui tuturan pengarang memberikan keluasan dan

    kebebasan kepada pengarang dalam menentukan kisahnya. Pengarang berkomentar

    tentang watak dan kepribadian para tokoh hingga menembus ke dalam pikiran,

    perasaan dan gejolak batin sang tokoh.

    b. Metode Dramatis atau Metode Showing

    Metode Dramatis atau Metode Showing atau dengan cara tidak langsung

    adalah pelukisan tokoh secara tidak langsung terhadap kualitas tokoh. Pengarang

    menempatkan diri di luar kisahnya dengan memberikan kesempatan kepada para

    tokoh lain untuk menampilkan perwatakan mereka melalui dialog percakapan dan

    tindakan serta tingkah laku tokoh.

    Metode Dramatis atau Metode Showing ini mengabaikan kehadiran

    pengarang, sehingga para tokoh dalam karya sastra dapat menampilkan diri secara

    langsung melalui tingkah laku mereka.

    Pada metode ini, karakterisasi biasanya dilakukan melalui (1) pemberian

    nama, (2) dialog (lokasi dan situasi percakapan), (3) pemikiran tokoh, (4) pelukisan

    perasaan tokoh, (5) perbuatan tokoh, (6) pelukisan fisik, (7) pelukisan latar, (8)

    jatidiri tokoh yang dituju penutur; (9) kualitas mental para tokoh; (10) nada suara

    (tekanan, dialek, dan kosa kata), (11) tindakan para tokoh, (12) stream of

  • 16 | H a l

    consciousness atau arus kesadaran, (13) pandangan orang atau banyak tokoh

    terhadap tokoh lain.

    Dengan metode ini, karakterisasi dapat melalui penggunaan nama tokoh,

    penampilan tokoh, dan tuturan pengarang. Penggunaan nama tokoh digunakan

    untuk memperjelas dan mempertajam perwatakan tokoh serta melukiskan kualitas

    karakteristik yang membedakannya dengan tokoh lain.

    Faktor penampilan para tokoh memegang peranan penting dalam

    hubungannya dengan karakterisasi. Misalnya, pakaian yang dikenakannya atau

    bagaimana ekspresinya. Rincian penampilan memperlihatkan kepada pembaca

    tentang usia, kondisi fisik/kesehatan dan tingkat kesejahteraan si tokoh.

    Sesungguhnya perwatakan tokoh melalui penampilan tidak dapat disangkal terkait

    pula kondisi psikologis tokoh dalam cerita rekaan.

    Metode perwatakan yang menggunakan penampilan tokoh memberikan

    kebebasan kepada pengarang untuk mengekspresikan persepsi dan sudut

    pandangnya. Secara subyektif pengarang bebas menampilkan penampilan para

    tokoh.

    Dengan demikian, istilah penokohan lebih luas pengertiannya daripada tokoh

    atau perwatakan, sebab penokohan sekaligus mencakupmasalah siapa tokoh cerita,

    bagaimana perwatakan, dan bagaimanapenempatan dan pelukisannya dalam sebuah

  • 17 | H a l

    cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca.

    Penokohan sekaligus menunjuk pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh

    dalam sebuah cerita.

    2.6 Membuat Karakter Tokoh yang Bagus

    Tips membangun karakter tokoh :

    1. Penulis harus tahu benar tokoh yang mau dia tulis. Dari situ bisa membantu

    membangun karakter tokoh yang kuat. Misal: nama, jenis kelamin, dll. Apa

    caranya sama dengan memuat tokoh untuk novel? Kurang lebih sama. Tapi

    untuk novel lebih kompleks lagi, karena cerita lebih lama dan panjang.

    2. Ada beberapa penulis bahkan membuat biodata dari satu tokoh. Dari nama,

    jenis kelamin, makanan favorit, pekerjaan, latar belakang, dll. Bahkan admin

    pernah baca, ada penulis yang sampai membuat buku diari si tokoh untuk

    benar-benar menyelami si tokoh / karakter tersebut.

    3. Jangan lupa masukan pula kepribadian dan kebiasaan-keebiasaan dalam

    karakter si tokoh. Contoh : pendiam atau pemalu, suka menggigiti kuku, dan

    sebagainya. Kita bisa juga menentukan gaya bicara si karakter / tokoh

    tersebut. Itu cukup membantu. Jangan sampai tokoh pendiam, tetapi punya

    banyak dialog. Rupa / bentuk tubuh si tokoh, wajahnya, cara berjalan, bicara,

  • 18 | H a l

    melihat, adalah unsur-unsur yang bisa jadi perhatian kita untuk membuat

    karakter.

    4. Apa gunanya yang semua disebutkan pada nomor sebelumnya? Gunanya

    supaya karakter yang kita buat tidak melenceng dari yang seharusnya dan

    jalan ceritanya. Akan aneh kalau kamu buat karakter gadis manja, lalu tiba-

    tiba dia memanjat pohon atau mengejar layangan. Kecuali kalau ternyata dia

    hanya pura-pura manja.

    5. Membuat karakter harus selogis mungkin, dan jangan terlalu sempurna. Sama

    seperti manusia asli, tokoh juga begitu. Buatlah tokoh nampak nyata.

    Cinderella yang merupakan karakter dongeng pun gak sempurna kok,

    buktinya dia tetap butuh bantuan ibu peri. Sama seperti kita yang butuh

    bantuan orang lain.

    6. Cara menguatkan karakter tokoh bisa juga lewat deskripsi dan dialog serta

    plot cerita. Semuanya gak bisa berjalan masing-masing, harus saling dukung.

    7. Banyaklah membaca dan menonton, akan membantumu juga dalam membuat

    karakter yang kuat. Kok bisa? Dengan banyak membaca kita akan lihat

    bagaimana penulis lain membentuk karakternya, menguatkannya dalam

    adegan, deskripsi, dan dialog. Menonton film bisa melatih kita menangkap

    mimik dan intonasi serta aksi suatu tokoh. Membantu sekali dalam

    pembentukan tokoh.

    8. Dalam cerpen tidak mungkin kita memasukkan semua hal-hal dari karakter

    tokoh yang kita buat, karena cerpen memiliki keterbatasan. Tetapi walau

  • 19 | H a l

    terbatas yang diterima pembaca, sebagai penulis harus menjadi yang paling

    tahu tentang karakter tersebut, dan itulah yang membuat karakter kita kuat.

    Karakter yang kita tahu pondasinya, akan sangat mudah dan kuat, juga tidak

    akan mudah melenceng dari apa yang kita inginkan. Dan itu karakter yang

    bagus.

    9. Pergi ke tempat umum seperti mall, cafe, arena bermain, dll juga dapat

    membantumu membangun karakter sekaligus mendapat ide. Misal saja di

    tempat umum kamu sedang melihat seorang ibu dan anaknya. Kamu bisa

    menentukan dari melihat, apakah dia ibu yang baik atau bukan. Dari proses

    memperhatikan itu kamu pelan-pelan mempelajari karakter orang yang suatu

    saat akan bisa kamu pakai dalam ceritamu. Tp jika sedang memperhatikan

    orang jangan seperti penguntit atau melotot di depan dia ya. Nanti kamu

    ditangkap satpam. Hahaha Santai saja. Yah, seperti sedang window

    shopping atau cuci mata. Karena itulah kamu harus melatih kepekaan, dan

    menajamkan rasa.

  • 20 | H a l

    BAB III

    PENTUTUP

    3.1. Kesimpulan

    Berdasarkan fungsinya, tokoh dibagi ke dalam dua jenis yaitu tokoh sentral

    dan tokoh bawahan. Dalam menentukan sebuah tokoh seorang penulis harus

    mengikutsertakan perwatakan tokoh tersebut. Dengan adanya perwatakan pada tokoh,

    akan memudahkan penonton dalam membedakan tokoh satu dengan tokoh lainnya.

    Dalam sebuah naskah, mungkin saja nama tokohnya sama tetapi ketika diberi

    perwatakan atau karakter yang berbeda, maka tokoh tersebut akan menjadi berbeda.

    Pemberian karakter tokoh ini merupakan seni tersendiri, yaitu seni mencipta

    manusia. Untuk menciptakan karakter yang kuat dalam sebuah penulisan naskah,

    penulis harus pandai dalam mengimplementasikannya ke dalam dialog. Dengan

    adanya dialog, aktor yang akan memainkan peranan dalam tokohnya akan

    mengetahui bagaimana penulis menggambarkan watak tokoh. Setelah itu, aktor akan

    lebih mudah untuk mengekspresikannya dalam bermain peran.