karakter tokoh
DESCRIPTION
karakter tokoh dalam pembuatan naskah audio visual.TRANSCRIPT
-
1 | H a l
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Drama adalah karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog dengan maksud
dipertunjukkan oleh aktor. Pementasan naskah drama dikenal dengan istilah teater.
Dapat dikatakan bahwa drama berupa cerita yang diperagakan para tokoh di
panggung.
Peranan tokoh dalam suatu pertunjukkan tidak terlepas dari karakter yang
dibuat oleh penulis naskah. Penulis naskah merepresentasikan karakter yang
diinginkan lewat dialog tokoh yang dibuatnya. Dialog akan menceritakan secara
tersirat bagaimana watak tokoh yang akan diperankan seorang aktor.
Kekuatan peran yang dimainkan oleh aktor adalah implementasi dari
kecerdasan aktor membaca dan memahami dialog. Hal ini pun terkait dengan bahasa
penulis yang menciptakan ruang bagi aktor untuk berekspresi sesuai dengan karakter
tokoh yang diperankan.
Dalam sebuah pembuatan naskah drama, penciptaan karakter adalah suatu hal
yang krusial. Karakter menjadi pembeda antara satu tokoh dengan tokoh lainnya.
Drama pun akan semakin hidup dengan kekuatan karakter tokoh yang dimainkan.
-
2 | H a l
Untuk itu, dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai Karakter Tokoh
dalam Membuat Dialog.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah kami buat, maka rumusan masalah
pada makalah ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan Tokoh?
2. Apa yang dimaksud dengan Penokohan?
3. Metode apa yang digunakan untuk menyajikan watak dalam penokohan
karakter?
4. Bagaimana membuat penokohan pada sebuah dialog?
1.3 Tujuan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah yang disebutkan di atas, tujuan dari makalah
ini adalah untuk menjelaskan tetang karakter tokoh dalam membuat dialog.
-
3 | H a l
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Teori Tokoh dan Penokohan
Tokoh dan penokohan merupakan unsur penting dalam karya naratif. Plot
boleh saja dipandang sebagai tulang punggung cerita, namun kita pun dapat
mempersoalkan: Siapa yang diceritakan itu?, Siapa yang melakukan sesuatu dan
dikenai sesuatu, sesuatu yang dalam plot disebut peristiwa. siapa pembuat
konflik, dan lain-lain adalah urusan tokoh dan penokohan. (Nurgiyantoro.2005:164)
2.2. Definisi Tokoh
Mungkin kita sudah tidak asing lagi dengan pengertian tokoh dalam karya
sastra khususnya prosa cerita (novel, cerpen, hikayat, dongeng). Secara sederhana
dapat dikatakan bahwa yang namanya tokoh dalam karya sastra adalah sosok yang
benar-benar mengambil peran dalam cerita tersebut. Atau kalau kita buat sebuah
perbandingan, jika naskah tersebut akan dimainkan atau difilmkan, sosok tersebut
membutuhkan aktor (pemain).
-
4 | H a l
Dengan melihat definisi di atas, kita dapat melihat bahwa tokoh dalam cerita
memiliki variasi fungsi atau peran mulai dari peran utama, penting, agak penting,
sampai sekedar penggembira saja. Perbedaan peran inilah yang menjadikan tokoh
mendapat predikat sebagai tokoh utama (sentral), tokoh protagonis, antagonis, peran
pembantu utama (tokoh andalan), tokoh tidak penting (figuran), dan tokoh
penggembira (lataran).Mungkin kita sering menemukan tokoh-tokoh dalam cerita
kartun Jepang, atau komik. Misalnya Ultraman, Satria Baja Hitam, atau Doraemon.
Tokoh-tokoh tersebut hanya memiliki satu perwatakan. Ini adalah tokoh-tokoh
sederhana, datar. Namun pasti kita perna melihat film Titanic, Troy, atau sinetron
Intan di mana perwatakan tokoh-tokohnya disajikan secara lebih lengkap, memiliki
perkembangan tokoh secara manusiawi (bandingkan dengan tipe pertama tadi, seperti
robot). Tokoh-tokoh seperti ini sering disebut sebagai tokoh bulat, tokoh
komplek. Berikut ini penjelasan yang lebih sulit dalam kacamata ilmu sastra!Yang
dimaksud dengan tokoh adalah individu ciptaan/rekaan pengarang yang mengalami
peristiwa-peristiwa atau lakukan dalam berbagai peristiwa cerita. Pada umumnya
tokoh berwujud manusia, dapat pula berwujud binatang atau benda yang diinsankan.
Menurut Nurgiyantoro (2005:165), istilah tokoh merujuk pada orangnya dan
pelaku cerita. Watak, perwatakan, dan karakter menunjuk pada sifat dan sikap para
tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca. Lebih menunjuk pada kualitas pribadi
seorang tokoh. Abrams dalam Nurgiyantoro (2005:165), mengungkapkan bahwa
tokoh cerita (karakter) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya
naratif atau drama yang ditafsirkan oleh pembaca memiliki kualitas moral dan
-
5 | H a l
kecenderungan tertentu yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang diakukan
dalam tindakan.Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau
berlakuan di dalam berbagai cerita dan pada umumnya tokoh berwujud manusia,
tetapi dapat juga berwujud binatang atau benda yang diinsankan. (Sudjiman, 1991:16)
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa tokoh cerita ialah orang-orang yang
ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan
memilki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diespresikan dalam
ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.
2.3. Fungsi Tokoh
Berdasarkan fungsi tokoh dalam cerita, tokoh dapat dibedakan menjadi dua
yaitu tokoh sentral dan tokoh bawahan.
1. Tokoh sentral
Tokoh Utama atau Tokoh Sentral (ada pula yang menyebutnya Tokoh
Kompleks,Tokoh Dinamis, Tokoh Bulat, Tokoh Berkembang) yaitu tokoh yang
seluruh segi wataknya diungkapkan. Tokoh ini sangat dinamis, banyak mengalami
perubahan watak. Tokoh Utama ini mengambil bagian terbesar dalam peristiwa
cerita, dengan kata lain tokoh utama merupakan tokoh yang paling banyak
diceritakan. Volume kemunculan tokoh utama lebih banyak dibanding tokoh lain,
-
6 | H a l
sehingga tokoh utama biasanya memegang peranan penting dalam setiap peristiwa
yang diceritakan.Tokoh sentral dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Tokoh sentral protagonis. Tokoh sentral protagonis adalah tokohyang
membawakan perwatakan positif atau menyampaikan nilai-nilai positif.
b. Tokoh sentral antagonis. Tokoh sentral antagonis adalah tokoh yang
membawakan perwatakan yang bertentangan dengan protagonis atau
menyampaikan nilai-nilai negatif.
2. Tokoh Bawahan
Tokoh Bawahan adalah tokoh-tokoh yang mendukung atau membantu tokoh
sentral. Tokoh Tambahan atau Tokoh bawahan (ada juga yang menyebutnya Tokoh
Minor, Tokoh Statis, Tokoh Datar, Tokoh Sederhana) ini diungkapkan atau disoroti
dari satu segi watak saja. Tokoh ini bersifat statis, wataknya sedikit sekali berubah,
atau bahkan tidak berubah sama sekali. Tokoh Bawahan ini dimunculkan sekali
atau beberapa kali. Tokoh-tokoh ini mendukung atau membantu tokoh sentral.
Tokoh bawahan dibedakan menjadi tiga, yaitu
a. Tokoh andalan. Tokoh andalan adalah tokoh bawahan yangmenjadi
kepercataan tokoh sentral (protagonist atau antagonis).
b. Tokoh tambahan. Tokoh tambahan adalah tokoh yang sedikit sekali
memegang peran dalam peristiwa cerita.
c. Tokoh lataran. Tokoh lataran adalah tokoh yang menjadi bagianatau
berfungsi sebagai latar cerita saja.
-
7 | H a l
Berdasarkan cara menampikan perwatakannya, tokoh dalam ceritadapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Tokoh datar/sederhana/pipih
b. Tokoh datar/sederhana/pipih yaitu tokoh yang diungkapkan atau disoroti
dari satu segi wataksaja. Tokoh ini bersifat statis, wataknya sedikit sekali
berubah, ataubahkan tidak berubah sama sekali (misalnya tokoh kartun,
dan filmanimasi).
a. Tokoh bulat/komplek/bundar
c. Tokoh bulat/kompleks/bundar yaitu tokoh yang seluruh segi wataknya
diungkapkan. Tokoh inisangat dinamis, banyak mengalami perubahan
watak.
2.4. Peranan Tokoh-tokoh
Tokoh-tokoh yang ada dalam karya sastra kebanyakan berupa manusia, atau
makhluk lain yang mempunyai sifat seperti manusia. Artinya, tokoh cerita itu
haruslah hidup secara wajar, mempunyai unsur pikiran atau perasaan yang dapat
membentuk tokoh-tokoh fiktif secara meyakinkan sehingga pembaca merasa seolah-
olah berhadapan dengan manusia sebenarnya.
Tokoh merupakan pelaku rekaan dalam sebuah cerita fiktif yang memiliki
sifat manusia alamiah, dalam arti bahwa tokoh-tokoh itu memiliki kehidupan atau
-
8 | H a l
berciri hidup. Tokoh memiliki derajat lifelikeness (kesepertihidupan). Karena karya
fiksi merupakan hasil karya imajinatif atau rekaan, penggambaran watak tokoh cerita
pun merupakan sesuatu yang artifisial, yakni merupakan hasil rekaan dari
pengarangnya yang dihidupkan dan dikendalikan sendiri oleh pengarangnya.
Pengarang tidak seenaknya menciptakan dunia di luar logika para pembaca.
Artinya pengarang memakai nama latar, peristiwa dan tokoh seperti keberadaannya di
dunia nyata. Penciptaan tokoh oleh pengarang harus benar-benar seperti manusia.
Tokoh cerita juga menempati posisi strategis sebagai pembawa pesan, amanat,
moral, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan pengarang. Bagaimana penulis
menggambarkan karakter tokoh utama dalam novel sehingga watak-watak tokoh
sesuai dengan cerita tema, dan amanat yang ingin disampaikan pengarang.
Peristiwa dalam karya fiksi selalu dipengaruhi tokoh-tokoh yang diceritakan
dan mengalami kejadian keseharian. Tokoh-tokoh yang diangkat sebagai pelaku
jalannya cerita mengalirkan arus dan membawa cerita mulai dari awal, klimaks
hingga akhir.
Fungsi tokoh utama sangat penting. Pembaca mengikuti alur cerita karena
mengikuti gerak tokoh utama cerita. Setiap pengarang ingin menunjukkan tokoh-
tokoh yang ditampilkan dan secara tidak langsung ingin menyampaikan sesuatu dari
tokoh-tokoh yang ditampilkannya.
-
9 | H a l
Jadi, tokoh merupakan karakter yang diciptakan pengarang berdasarkan sifat
kemanusiaannya. Sebuah cerita tidak mungkin hidup tanpa adanya tokoh pemeran di
dalamnya, karena pada dasarnya cerita adalah gerak dan laku dari tokoh. Tanpa ada
pelaku yang melakukan perbuatan, segalanya tidak mungkin terjadi.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi merupakan akibat dari gerak laku atau aksi
tokoh-tokoh dalam cerita. Peristiwa yang dimunculkan pengarang sangat dipengaruhi
oleh munculnya tokoh dengan berbagai karakternya.
Tokoh merupakan individu rekaan yang mengalami berbagai peristiwa cerita
dan berfungsi sebagai penggerak cerita. Tokoh adalah orang yang mengambil bagian
dan mengalami peristiwa, sebagaimana peristiwa yang digambarkan dalam sebuah
alur. Dari pengertian tersebut, peranan tokoh sangat berpengaruh dalam perjalanan
peristiwa dalam karya fiksi. Peristiwa dalam kehidupan sehari-hari selalu diemban
tokoh-tokoh tertentu. Pelaku mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga
peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita melalui tokoh-tokohnya.
2.5. Definisi Penokohan
Sebenarnya tokoh yang kita ciptakan ditentukan oleh perwatakan yang kita
berikan pada tokoh tersebut. Mungkin saja nama tokohnya sama, tetapi ketika kita
beri perwatakan yang berbeda, maka tokoh tersebut akan menjadi berbeda. Pemberian
-
10 | H a l
watak tokoh ini merupakan seni tersendiri, yaitu seni mencipta manusia. Mengapa
begitu? Karena dengan memberikan perwatakan seperti yang kita inginkan kita
menciptakan manusia baru dalam dunia yang kita ciptakan, yaitu dunia fiksi.
Pengaturan pemberian watak tokoh membutuhkan keahlian tersendiri agar
cerita kita berjalan menarik. Pemberian watak tokoh harus berhubungan dengan peran
tokoh tersebut dalam cerita yang kita buat. Tentu tidak bijaksana kalau tokoh yang
dimaksud hanyalah tokoh figuran kok kita beri perwatakan begitu lengkap.
Sebaliknya tokoh utama kita hanya kita beri perwatakan kasar, kurang detail. Ini juga
tidak tepat.
Penokohan dan karakterisasi sering juga disamakan, artinya dengan karakter
dan perwatakan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-
watak tertentu dalam sebuah cerita( Nurgiyantoro, 2005:165 ). Jones dalam
Nurgiyantoro (2005:165) mengungkapkan bahwa penokohan adalah pelukisan
gambaran yang jelas tentang seseorangyang ditampilkan dalam sebuah cerita.
Menurut Stanton dalam Nurgiyantoro (2005:165), penggunaan istilah karakter
sendiri dalam berbagai literatur bahasa inggris menyarankan pada dua pengertian
yang berbeda, yaitu sebagai tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan, dan sebagai sikap,
ketertarikan, keinginan , emosi, danprinsip moral yang dimiliki tokoh-tokoh tersebut.
Dengan demikian, menurut Nurgiyantoro (2005:165), karakter dapat berarti pelaku
ceritadan dapat pula berarti perwatakan. Antara seorang tokoh dengan perwatakan
-
11 | H a l
yang dimilikinya, memang merupakan suatu kepaduan yang utuh. Penyebutan nama
tokoh tertentu, tak jarang, langsung mengisyaratkan kepada kita perwatakan yang
dimiliknya.
Menurut Jones dalam Nurgiyantoro (2005:166), istilah penokohanlebih luas
pengertiannya daripada tokoh dan perwatakan, karenapenokohan sekaligus
mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana
penempatan dan pelukisannya dalamsebuah cerita sehingga sanggup memberikan
gambaran yang jelaskepada pembaca. Penokohan sekaligus menyarankan pada
teknikperwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita. Menurut Sudjiman
(1991:58), penokohan adalah penyajian wataktokoh dan penciptaan citra tokoh.
Tokoh-tokoh perlu menggambarkan ciri-ciri lahir dan sifat serta sikap batinnya agar
kualitas tokoh, nalar, jiwanyadikenal oleh pembacanyaSecara singkat dapat
disimpulkan bahwa penokohan adalah pelukisan atau gambaran yang jelas tentang
seseorang yang ditampilkandalam sebuah cerita yang dapat berupa keadaan lahiriyah
atau batiniah.Jadi, penokohan dalam cerita pendek merupakan unsur pembangun
yangkehadirannya sangat dibutuhkan untuk menghidupkan tokoh dalam cerita. Ada
beberapa metode penyajian watak dalam penokohan tokoh,yaitu:
1. Metode analitis/langsung/diskursif.
Metode analitis/langsung/diskursif yaitu penyajian watak tokohdengan cara
memaparkan watak tokoh secara langsung. Yang dimaksud memaparkan secara
-
12 | H a l
langsung di sini adalah kita secara langsung menyebutkan watak tokoh kita.
Misalnya Paijo adalah seorang petani desa yang sangat penyabar, suka beribadat,
dan banyak amalnya. Hari-hari yang dia lewati hanyalah bekerja di ladang,
maklumlah ia seorang pekerja keras. dst.
2. Metode dramatik/taklangsung/ragaan
Metode dramatik/tak langsung/ragaan yaitu penyajian watak tokoh melalui
pemikiran, percakapan, dan lakuan tokoh yangdisajikan pengarang. Bahkan dapat
pula dari penampilan fisiknyaserta dari gambaran lingkungan atau tempat tokoh.
Misalnya Kakinya, lihatlah kakinya yang kuat itu. Banyak bulu tumbuh subur di
kakinya. Kulitnya agak kehitam-hitaman mungkin terlalu lama dibakar matahari.
Anting-anting pada telinga kirinya merupakan tanda bahwa ia bagian dari
kelompok tertentu. dstc.
3. Metode kontekstual
Metode kontekstual yaitu penyajian watak tokoh melalui gayabahasa yang
dipakai pengarang. Yang dimaksud gaya bahasa pengarang adalah cara pengarang
menceritakan tokoh tersebut, jadi bukan gaya bahasa atau kata-kata yang dipakai
oleh tokoh tersebut dalam bercerita. Misalnya Ia buas bagai singa. Matanya nanar
setiap kali melihat mangsanya mendekat. Tapi sebaliknya sayu ketika menyaksikan
perempuan memelas di hadapannya.
-
13 | H a l
Menurut Jakob Sumardjo dan Saini KM, ada lima cara menyajikan watak tokoh,
yaitu:
1. Melalui apa yang dibuatnya, tindakan-tindakannya,terutamasebagaimana ia
bersikap dalam situasi kritis.
2. Melalui ucapana-ucapannya. Dari ucapan kita dapat mengetahuiapakah tokoh
tersebut orang tua, orang berpendidikan, wanita ataupria, kasar atau halus.
3. Melalui penggambaran fisik tokoh.
4. Melalui pikiran-pikirannya
5. Melalui penerangan langsung. Tokoh dan latar memang merupakandua unsur
cerita rekaan yang erat berhubungan dan saling mendukung.
Karakterisasi merupakan pola pelukisan image seseorang yang dapat
dipandang dari segi fisik, psikis dan sosiologi. Dari segi fisik, pengarang melukiskan
karakter pelaku misalnya, tampang, umur, raut muka, rambut, bibir, hidung, bentuk
kepala, warna kulit, dan lain-lain. Dari segi psikis, pengarang melukiskan karakter
pelaku melalui pelukisan gejala-gejala pikiran, perasaan dan kemauannya. Dengan
jalan ini pembaca dapat mengetahui bagaimana watak pelaku. Dari segi sosiologis,
pengarang melukiskan watak pelaku melalui lingkungan hidup kemasyarakatan.
Banyak teori atau metode dalam pembentukan karakterisasi ini.
Penggambaran tokoh yang digunakan penulis dalam novel biasanya menggunakan
Metode Diskursi (metode langsung) dan Metode Dramatis (metode tidak langsung).
-
14 | H a l
a. Metode Diskurtif (Metode Telling)
Metode Diskurtif atau dengan cara langsung adalah cara yang ditempuh
pengarang jika dia menggambarkan perwatakan tokoh-tokoh secara langsung. Sama
halnya dengan Metode Diskurtif, ada juga orang menyebutnya Metode Telling,
yakni mengandalkan pemaparan watak tokoh dari komentar langsung
pengarangnya.
Melalui metode ini keikutsertaan atau turut campurnya pengarang dalam
menyajikan perwatakan tokoh sangat terasa, sehingga pembaca memahami dan
menghayati perwatakan tokoh berdasarkan paparan pengarang.
Karakterisasi melalui tuturan pengarang memberikan keluasan dan
kebebasan kepada pengarang dalam menentukan kisahnya. Pengarang tidak sekadar
menggiring perhatian pembaca terhadap komentarnya tentang watak tokoh, tapi
juga mencoba membentuk persepsi pembaca tentang tokoh yang dikisahkannya.
Kelemahan dari metode ini adalah mempersempit partisipasi imajinatif
pembaca, sedangkan kelebihan metode ini terletak pada kesederhanaan dan
ekonomisnya.
Metode pemaparan karakter tokoh yang dilakukan secara langsung oleh
pengarang biasanya digunakan dalam kisah-kisah rekaan zaman dulu sehingga
pembaca hanya mengandalkan penjelasan yang dilakukan pengarang semata.
-
15 | H a l
Metode karakterisasi melalui tuturan pengarang memberikan keluasan dan
kebebasan kepada pengarang dalam menentukan kisahnya. Pengarang berkomentar
tentang watak dan kepribadian para tokoh hingga menembus ke dalam pikiran,
perasaan dan gejolak batin sang tokoh.
b. Metode Dramatis atau Metode Showing
Metode Dramatis atau Metode Showing atau dengan cara tidak langsung
adalah pelukisan tokoh secara tidak langsung terhadap kualitas tokoh. Pengarang
menempatkan diri di luar kisahnya dengan memberikan kesempatan kepada para
tokoh lain untuk menampilkan perwatakan mereka melalui dialog percakapan dan
tindakan serta tingkah laku tokoh.
Metode Dramatis atau Metode Showing ini mengabaikan kehadiran
pengarang, sehingga para tokoh dalam karya sastra dapat menampilkan diri secara
langsung melalui tingkah laku mereka.
Pada metode ini, karakterisasi biasanya dilakukan melalui (1) pemberian
nama, (2) dialog (lokasi dan situasi percakapan), (3) pemikiran tokoh, (4) pelukisan
perasaan tokoh, (5) perbuatan tokoh, (6) pelukisan fisik, (7) pelukisan latar, (8)
jatidiri tokoh yang dituju penutur; (9) kualitas mental para tokoh; (10) nada suara
(tekanan, dialek, dan kosa kata), (11) tindakan para tokoh, (12) stream of
-
16 | H a l
consciousness atau arus kesadaran, (13) pandangan orang atau banyak tokoh
terhadap tokoh lain.
Dengan metode ini, karakterisasi dapat melalui penggunaan nama tokoh,
penampilan tokoh, dan tuturan pengarang. Penggunaan nama tokoh digunakan
untuk memperjelas dan mempertajam perwatakan tokoh serta melukiskan kualitas
karakteristik yang membedakannya dengan tokoh lain.
Faktor penampilan para tokoh memegang peranan penting dalam
hubungannya dengan karakterisasi. Misalnya, pakaian yang dikenakannya atau
bagaimana ekspresinya. Rincian penampilan memperlihatkan kepada pembaca
tentang usia, kondisi fisik/kesehatan dan tingkat kesejahteraan si tokoh.
Sesungguhnya perwatakan tokoh melalui penampilan tidak dapat disangkal terkait
pula kondisi psikologis tokoh dalam cerita rekaan.
Metode perwatakan yang menggunakan penampilan tokoh memberikan
kebebasan kepada pengarang untuk mengekspresikan persepsi dan sudut
pandangnya. Secara subyektif pengarang bebas menampilkan penampilan para
tokoh.
Dengan demikian, istilah penokohan lebih luas pengertiannya daripada tokoh
atau perwatakan, sebab penokohan sekaligus mencakupmasalah siapa tokoh cerita,
bagaimana perwatakan, dan bagaimanapenempatan dan pelukisannya dalam sebuah
-
17 | H a l
cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca.
Penokohan sekaligus menunjuk pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh
dalam sebuah cerita.
2.6 Membuat Karakter Tokoh yang Bagus
Tips membangun karakter tokoh :
1. Penulis harus tahu benar tokoh yang mau dia tulis. Dari situ bisa membantu
membangun karakter tokoh yang kuat. Misal: nama, jenis kelamin, dll. Apa
caranya sama dengan memuat tokoh untuk novel? Kurang lebih sama. Tapi
untuk novel lebih kompleks lagi, karena cerita lebih lama dan panjang.
2. Ada beberapa penulis bahkan membuat biodata dari satu tokoh. Dari nama,
jenis kelamin, makanan favorit, pekerjaan, latar belakang, dll. Bahkan admin
pernah baca, ada penulis yang sampai membuat buku diari si tokoh untuk
benar-benar menyelami si tokoh / karakter tersebut.
3. Jangan lupa masukan pula kepribadian dan kebiasaan-keebiasaan dalam
karakter si tokoh. Contoh : pendiam atau pemalu, suka menggigiti kuku, dan
sebagainya. Kita bisa juga menentukan gaya bicara si karakter / tokoh
tersebut. Itu cukup membantu. Jangan sampai tokoh pendiam, tetapi punya
banyak dialog. Rupa / bentuk tubuh si tokoh, wajahnya, cara berjalan, bicara,
-
18 | H a l
melihat, adalah unsur-unsur yang bisa jadi perhatian kita untuk membuat
karakter.
4. Apa gunanya yang semua disebutkan pada nomor sebelumnya? Gunanya
supaya karakter yang kita buat tidak melenceng dari yang seharusnya dan
jalan ceritanya. Akan aneh kalau kamu buat karakter gadis manja, lalu tiba-
tiba dia memanjat pohon atau mengejar layangan. Kecuali kalau ternyata dia
hanya pura-pura manja.
5. Membuat karakter harus selogis mungkin, dan jangan terlalu sempurna. Sama
seperti manusia asli, tokoh juga begitu. Buatlah tokoh nampak nyata.
Cinderella yang merupakan karakter dongeng pun gak sempurna kok,
buktinya dia tetap butuh bantuan ibu peri. Sama seperti kita yang butuh
bantuan orang lain.
6. Cara menguatkan karakter tokoh bisa juga lewat deskripsi dan dialog serta
plot cerita. Semuanya gak bisa berjalan masing-masing, harus saling dukung.
7. Banyaklah membaca dan menonton, akan membantumu juga dalam membuat
karakter yang kuat. Kok bisa? Dengan banyak membaca kita akan lihat
bagaimana penulis lain membentuk karakternya, menguatkannya dalam
adegan, deskripsi, dan dialog. Menonton film bisa melatih kita menangkap
mimik dan intonasi serta aksi suatu tokoh. Membantu sekali dalam
pembentukan tokoh.
8. Dalam cerpen tidak mungkin kita memasukkan semua hal-hal dari karakter
tokoh yang kita buat, karena cerpen memiliki keterbatasan. Tetapi walau
-
19 | H a l
terbatas yang diterima pembaca, sebagai penulis harus menjadi yang paling
tahu tentang karakter tersebut, dan itulah yang membuat karakter kita kuat.
Karakter yang kita tahu pondasinya, akan sangat mudah dan kuat, juga tidak
akan mudah melenceng dari apa yang kita inginkan. Dan itu karakter yang
bagus.
9. Pergi ke tempat umum seperti mall, cafe, arena bermain, dll juga dapat
membantumu membangun karakter sekaligus mendapat ide. Misal saja di
tempat umum kamu sedang melihat seorang ibu dan anaknya. Kamu bisa
menentukan dari melihat, apakah dia ibu yang baik atau bukan. Dari proses
memperhatikan itu kamu pelan-pelan mempelajari karakter orang yang suatu
saat akan bisa kamu pakai dalam ceritamu. Tp jika sedang memperhatikan
orang jangan seperti penguntit atau melotot di depan dia ya. Nanti kamu
ditangkap satpam. Hahaha Santai saja. Yah, seperti sedang window
shopping atau cuci mata. Karena itulah kamu harus melatih kepekaan, dan
menajamkan rasa.
-
20 | H a l
BAB III
PENTUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan fungsinya, tokoh dibagi ke dalam dua jenis yaitu tokoh sentral
dan tokoh bawahan. Dalam menentukan sebuah tokoh seorang penulis harus
mengikutsertakan perwatakan tokoh tersebut. Dengan adanya perwatakan pada tokoh,
akan memudahkan penonton dalam membedakan tokoh satu dengan tokoh lainnya.
Dalam sebuah naskah, mungkin saja nama tokohnya sama tetapi ketika diberi
perwatakan atau karakter yang berbeda, maka tokoh tersebut akan menjadi berbeda.
Pemberian karakter tokoh ini merupakan seni tersendiri, yaitu seni mencipta
manusia. Untuk menciptakan karakter yang kuat dalam sebuah penulisan naskah,
penulis harus pandai dalam mengimplementasikannya ke dalam dialog. Dengan
adanya dialog, aktor yang akan memainkan peranan dalam tokohnya akan
mengetahui bagaimana penulis menggambarkan watak tokoh. Setelah itu, aktor akan
lebih mudah untuk mengekspresikannya dalam bermain peran.