karakter tokoh dalam novel daun yang jatuh tak …

74
i KARAKTER TOKOH DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE (ANALISIS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana Pendidikan bahasa dan sastra Indonesia Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh: Hermiati 105331103117 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021

Upload: others

Post on 03-Oct-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

KARAKTER TOKOH DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK

PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE

(ANALISIS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana

Pendidikan bahasa dan sastra Indonesia Fakultas Keguruan Dan

Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh:

Hermiati

105331103117

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

ii

MOTO DAN PERSEMBAHAN

sukses itu tidak ditilihat dari seberapa pintarnya orang tetapi sukses itu dilihat dari

seberapa usaha dan perjuangan orang itu.

Persembahan

Ucapan rasa syukur kepada Allah Swt yang menciptakan langit dan bumi yang

mengetahui segalanya dan yang memberikan kesehatan hingga saat ini. Skripsi ini

saya persembahkan kepada kedua orang tuaku. Ayahku tercinta Elting dan Ibuku

tercinta Halima, tak ada yang pantas saya ucapkankan selain ucapan terima kasih

banyak kepada kalian berdua karena atas perjuangan, doa serta kasi sayang

kalianlah sehingga saya bisa menyelesaikan dan menyusun skripsi ini. Kemudia

saya juga persembahkan karya ini kepada semua keluarga dan sahabat-sahabatku

yang selalu memberikan semanagat, doa, dan memberikan motivasi-motivasi

kepadaku sehingga saya bisa menyelesaikan studi ini.

iii

ABSTRAK

HERMIATI, 2021. Karakter Tokoh dalam Novel Daun yang Jatuh Tak Pernah

Membenci Angin Karya Tere Liye (Analisis Psikologi Kepribadian). Skripsi.

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing 1 Sitti Aida Azis

dan pembimbing 11 Maria Ulviani.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuai karakter tokoh dalam novel

Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin Karya Tere Liye dalam tinjauan

psikologi kepribadian. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah rancangan penelitian kualitatif, Teknik yang digunakan oleh peneliti dalam

pengumpulan data yaitu menggunakan tehnik mencatat, teknik ini dilakukan

dengan cara mencatat data-data yang telah didapat dalam Novel Daun yang Jatuh

Tak Pernah Membenci Angin, Karya Tere Liye.

Berdasarkan hasil penelitian novel Daun yang Jatuh Tak Pernah

Membenci Angin, Karya Tere Liye adalah menunjukkan bahawa tokoh memiliki

sifat yang pekerja keras, kuat dalam menghadapi masalah yang terjadi pada tokoh.

Panelitian ini dapat disimpulkan bahwa, pada novel Daun yang Jatuh Tak Pernah

Membenci Angin, Karya Tere Liye, memiliki beberapa karakter diantaranya yaitu:

(1) Kuat, (2) Penolong, (3) Jujur, (4) Penyayang, (5) Ramah, (6) Penyabar, (7)

Usil, dan (8) Suka berbagi.

Kata Kunci: Karakter, Novel, Tokoh.

iv

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulilah piji dan syukur yang penulis dapat ucapkan kepada Allah

Swt sang Pencipta seluruh Alam Semesta, Dia-lah yang menciptakan langit dan

Bumi. Dia-lah yang telah memberikan hidaya, nikmat, dan kesehatan kepada

penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini, sebagai salah satu

syarat untuk dapat menyelesakan Pendidikan Strata 1 (S1) pada Jurusan Bahasa

dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas

Muhammdiyah Makassar.

Shalawat serta salam tak lupa penulis ucapkan yang sebesar-besarnya

semoga tercurahkan kepada pemimpin baginda yang patut kita ikuti ajarannya

yaitu Rasulullah Muhammad saw.

Tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayah Elting yang

telah membiayai sehingga penulis seperti yang sekarang ini dan kepada Ibu

Halima yang telah melahirkan dan menyayangi anak-anaknya, dan seluruh

keluarga yang selalu mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis

sehingga dapat penyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Pembimbing yang telah

memberikan arahan kepada penulis, Pembimbing 1, Dr. Sitti Aida Azis, M.Pd.

dan kepada Pembimbing 2, Maria Ulviani, S.Pd., M.Pd. yang selama ini

v

membimbing dan mengarahkan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi

tersebut. Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bimbingan dari Ibunda tidak

akan bisa menyelesaikan skripsi ini.

Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang setingi-tingginya dan

sebesar-besarnya kepada Dr. Munirah, M.Pd. Ketua Program Studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. H. Ambo

Asse, M. Ag. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar periode 2020-2024

yang telah memberikan kesempatan bagi penulis menyelesaikan studi di

Universitas Muhammadiyah Makassar

Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada, Erwin Akib, S.

Pd.,M.Pd.,Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unismuh

Makassar yang telah memberikan fasilitas terbaik demi lancarnya kegiatan

perkuliahan di Fakultas.

Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada, dosen-dosen

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Unismuh Makassar yang telah

memberikan bekal ilmu pengetahuan yang tak ternilai harganya selama masa

pendidikan.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belumlah sempurna dan

masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis berharap kritik dan saran

bagi seluruh yang membacanya. Dengan adanya kritik dari pembaca itu akan

vi

dijadikan sebagai sifat yang dapat membangun bagi penulis. Mudah-mudahan

dengan adanya skripsi ini dapat membantu dan dapat bermanfaat bagi yang

membaca maupun bagi penulis itu sendiri.

Makassar, 2 September 2021

Penulis

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... iii

SURAT PERNYATAAN ...........................................................................................

SURAT PERJANJIAN ..............................................................................................

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................................

ABSTRAK ..................................................................................................................

KATA PENGANTAR ................................................................................................

DAFTAR ISI ...............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................. 1

B. Fokus Penelitian ............................................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 6

D. Manfaat Penelitian ............................................................................................ 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ..................................................................................... 8

A. Kajian Pustaka .................................................................................................. 8

1. Penelitian yang Relevan ............................................................................ 8

2. Pengertian Sastra ....................................................................................... 10

3. Jenis-jenis Sastra ....................................................................................... 14

4. Pengertian Novel ....................................................................................... 19

5. Pendekatan Psikologi Sastra...................................................................... 22

viii

6. Psikologi Kepribadian ............................................................................... 25

B. Kerangka Pikir .................................................................................................. 30

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................... 32

A. Rancangan Penelitian ....................................................................................... 32

B. Definisi Istilah .................................................................................................. 32

C. Desain Penelitian .............................................................................................. 34

D. Data dan Sumber Data ...................................................................................... 34

E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 34

F. Teknik Analisis Data ........................................................................................ 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 37

A. Hasil ................................................................................................................. 37

B. Pembahasan ..................................................................................................... 53

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 60

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 60

B. Saran ................................................................................................................. 61

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 62

LAMPIRAN ................................................................................................................ 64

RIWAYAT HIDUP .................................................................................................... 65

ix

2

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

pemikiran, perasaan, ide, semangat keyakinan dalam suatu bentuk

gambaran kongkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa.

Sastra bisa menghaluskan jiwa karena sastra adalah hasil ungkapan

kejiwaan atau perasaan seseorang pengarang. Sastra selalu menarik

perhatian karena sastra mengungkapkan tentang kehidupan manusia baik

secara nyata maupun secara imajinatif. Sastra lahir dari pengekspresian

seseorang yang telah lama dalam jiwa seseorang dan telah mengalami

proses pengolahan jiwa melalui proses imajinasinya.

Hasil imajinasi sesorang tersebut dapat dituangkan ke dalam

bentuk karya sastra yang dapat dihidangkan oleh para pembaca untuk

dinikmatinya. Dengan demikian, sastra bukan hanya suatu uraian kosong

atau khayalan yang dapat menghibur saja, tetapi melaluai karya sastra juga

diharapkan pembaca lebih paham dan bijaksana dalam bertindak dan

berpikir.

Munculnya karya sastra dalam kehidupan masyarakat sangat

membutuhkan pemikiran yang tinggi bagi penikmatnya karena karya

sastra akan menimbulkan beraneka ragam ide-ide bagi penikmat dan

sangat menuntut penikmat karya sastra tersebut untuk berpikir. Jadi, tidak

1

2

salah bila dikatakan bahwa karya sastra adalah cerminan kehidupan

masyarakat.

Karya sastra menurut ragamnya terbagi menjadi tiga, yaitu: prosa,

puisi dan drama. Berkaitan dengan prosa fiksi umumnya dibagi menjadi

dua, yaitu: cerita pendek (cerpen) dan novel, persoalan yang disodorkan

oleh pengarang tidak terlepas dari pengalaman kehidupan nyata sehari-

hari. Hanya saja dalam penyampaiannya pengarang sering mengemasnya

dengan gaya yang berbeda-beda dan syarat pesan bagi kehidupan manusia.

Sastra menyajikan ungkapan kejiwaan manusia dalam bentuk seni

sedangkan psikologi mempelajari proses-proses kejiwaan manusia. Sastra

lahir dari ekspresi pengalaman yang telah mengalami proses konsep

kemudian diolah dalam suasana batinnya sendiri, dituangkan ke dalam

karya sastra lewat ciri-ciri para tokohnya, pendapat Nurgiyantoro

(2013:18)

Psikologi adalah ilmu yang memasuki bidang sastra yang dapat

melewat beberapa jalan. Pendekatan psikologi juga dapat dimanfaatkan

untuk beberapa hal. Pertama, untuk memahami aspek kejiwaan pengarang

dalam kaitannya dengan proses kreatif karya sastra yang dihadirkan.

Kedua, untuk mengesplorasi segi-segi pemikiran dan kejiwaan tokoh-

tokoh dalam cerita, terutama menyangkut alam pikiran bawah sadar

seseorang.

Psikologi pada mulanya digunakan para ilmuan untuk memenuhi

kebutuhan mereka dalam memahami akal pikiran dan tingkah laku aneka

2

ragam makhluk hidup mulai dari primitif dan yang paling modern. Sastra

sebagai “gejala kejiwaan” di dalamnya terkandung fenomena-fenomena

kejiwaan yang tampak melalu prilaku-prilaku tokohnya. Dengan demikian,

karya sastra dapat di dekati dengan menggunakan pendekatan psikologi.

Psikologi dan sastra memiliki hubungan yang fungsional, yakni

sama-sama berguna untuk mempelajari keadaan kejiwaan manusia. Hanya

perbedaannya, gejala kejiwaan yang ada dalam karya sastra adalah gejala-

gejala kejiwaan dari manusia-manusia imajiner, sedangkan dalam

psikologi adalah manusia rill. Namun, keduannya dapat saling melengkapi

dan mengisi untuk memproleh pengalaman yang lebih mendalam terhadap

kejiwaan manusia.

Karakter merupakan rangkaian sebab akibat dari adanya stimulus

dan respon dari seseorang. Respon terjadi akibat adanya stimulus yang

diberikan. Sementara kepribadian itu sendiri adalah keseluruhan sikap,

ekspresi, perasaan, tempramen, ciri khas dan juga prilaku seseorang.

Sikap, perasaan, ekspresi, dan tempramen tersebut akan berwujud dalam

tindakan seseorang jika diharapkan kepada situasi tertentu. Setiap orang

memiliki kecenderungan prilaku yang berlaku terus menerus secara

konsisten dalam menghadapi situasi yang sedang dihadapi, sehingga jadi

ciri khas pribadi, Alfiah Sucu Prawara (2018:4).

Karya sastra seperti novel tidak saja berfungsi sebagai hiburan

tetapi juga berfungsi sebagai sarana untuk menambahkan wawasan dan

pengetahuan. Novel sebagai suatu bentuk cerita yang melukiskan

3

2

kehidupan manusia dengan permasalahannya. Hal ini sesuai dengan bahwa

novel dari pihak lain dibatasi dengan pengertian “suatu cerita yang

bermain dalam dunia manusia dan benda yang ada disekitar kita, tidak

mendalam, lebih banyak melukiskan suatu saat dari kehidupan seseorang

dan lebih mengenai suatu episode”.

Dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

Karya Tere Liye terdapat prilaku dan gejala kejiwaan yang berbeda dari

setiap tokoh, para tokoh mengalami konflik kejiwaan yang berbeda dari

sikap kejiwaan tertentu kemudian bermuara kepermasalahan kejiwaan

lainnya. Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin Karya Tere

Liye merupakan novel yang digemari pembaca dalam kesastraan

Indonesia.

Novel ini mengisahkan kehidupan kakak beradik Tania dan Dede

yang harus putus sekolah dan menjadi pengamen karena keterbatasan

ekonomi keluarga sepeninggal Ayah mereka. Mereka tinggal di rumah

kardus dengan Ibu mereka yang sakit-sakitan. Kehidupan mereka berubah

ketika mereka bertemu dengan seorang pria bernama Danar. Danar adalah

seorang karyawan yang juga penulis buku anak-anak. Danar begitu baik

sehingga keluarga ini menganggap seperti malaikat. Tania sangat

mengagumi Danar karena selain baik, dia juga punya wajah yang

menawan. Kebahagian mereka berkurang saat ibu Tania meninggal.

Sekarang ia harus bertanggung jawab menjaga adiknya. Tania tumbuh

menjadi gadis yang cantik dan pintar. Perasaanya terhadap Danar juga

4

2

semakin jelas. Lambat laun Tania tahu, perasaan itu bernama cinta. Ia

berhasil mendapatkan beasiswa ke Singapura. Ketika Tania dan Danar

sama-sama tahu perasaan mereka masing-masing, semua sudah terlambat.

Biar bagaimanapun Danar telah menikah dengan Ratna. Akhirnya Tania

kembali ke Singapura dan memutuskan untuk meninggalkan semua cerita

cintanya.

Pada penelitian Sabarani (2013) dengan judul Analisis Nilai-Nilai

Pendidikan Karakter dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata

terdapat beberapa nilai Pendidikan karakter dalam novel Laskar Pelangi

karya Andre Hirata antara lain: nilai religuis, nilai jujur, nilai toleransi,

nilai disiplin, nilai kerja keras, nilai kreatif, nilai mandiri, nilai

demokratis, nilai rasa ingin tahu, nilai semangat kebangsaan, nilai cinta

tanah air, nilai menghargai prestasi, nilai komunikatif, nilai cinta damai,

nilai gemar membaca, nilai peduli lingkungan, nilai peduli sosial, dan nilai

tanggungjawab.

Pada penelitian (Nurmawati, 2016) dengan judul Analisis Nilai-

Nilai Pendidikan Karakter Dalam Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah

Membenci Angin. Terdapat beberapa nilai pendidikan karakter yaitu:

religius, kerja keras, kreatif, menghargai prestasi, mandiri, rasa ingin tahu,

bersahabat atau komunikatif, peduli sosial, dan tanggungjawab.

Kesamaan yang terdapat antara penelitian tersebut, dengan

penelitian ini adalah sama-sama menganalisis kepribadian dan karakter

tokoh dalam novel. Namun terdapat perbedaan yang terletak pada

5

2

penelitian tersebut yaitu lebih fokus pada pendidikan karakter dan analisis

kepribadian tokoh, sedangkan penelitian ini lebih fokus pada karakter

dalam setiap tokoh yang terdapat dalam Novel Daun Yang Jatuh Tak

Pernah Membeci Angin, karya Tere Liye.

Sehubungan dengan penerapan tersebut, peneliti merasa

termotivasi untuk meneliti novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci

Angin Karya Tere Liye melalui mendekatan psikologi kepribadian, guna

untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Maka yang terdapat dalam

penelitian agar dapat mengetahuai gambaran karakter tokoh dari segi

psikologinya. Berdasarkan uraian di paparkan tersebut, maka peneliti ini

mengambil judul “Karakter Tokoh Dalam Novel Daun Yang Jatuh Tak

Pernah Membenci Angin, Karya Tere Liye (Analisis Psokologi

Kepribadian)” Tere Liye (2010)

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam

penelitian ini difokuskan pada karakter tokoh dalam novel Daun Yang

Jatuh Tak Pernah Membenci Angin Karya Tere Liye, yang terdiri atas: (1)

kuat, (2) penolong, (3) jujur, (4) penyayang, (5) ramah, (6) penyabar, (7)

usil, dan (8) suka berbagi.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai berdasarkan rumusan masalah

yang dijadikan sasaran peneliti adalah untuk mengetahuai karakter tokoh

dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin Karya Tere

6

2

Liye dalam tinjauan psikologi kepribadian! Yang Akan dianalisis

berdasarkan: (1) kuat, (2) penolong, (3) jujur, (4) penyayang, (5) ramah,

(6) penyabar, (7) usil, dan (8) suka berbagi.

D. Manfaat Peneliti

Penelitian ini dapat diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat teoretis

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai studi

analisis terhadap sastra Indonesia, terutama dalam bidang penelitian

novel Indonesia yang memanfaatkan penelitian psikologi kepribadian

dan diharapkan dapat memberi informasi yang lebih rinci dan

mendalam tentang Karakter Tokoh Dalam Novel Daun Yang Jatuh

Tak Pernah Membenci Angin Karya Tere Liye (Analisis Psikologi

Kepribadian).

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat:

a. Memberikan sumbangan pemikiran atau bahan informasi kepada

pembaca, khususnya kepada peneliti sendiri, mengenai Karakter

Tokoh Dalam Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci

Angin Karya Tere Liye (Analisis Psikologi Kepribadian).

b. Sebagai bahan masukan dalam upaya pengkajian psikologi

kepribadian maupun kajian-kajian lainnya sebagai bahan acuan

bagi peneliti selanjutnya yang relevan dengan judul penelitian ini.

7

2

BAB 11

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan memberikan pemaparan tentang penelitian

yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. Oleh karena itu,

agar peneliti dapat di ketahui keasliannya perlu dilakukan tinjauan

pustaka. Berikut ini adalah penelitian yang relevan dengan penelitian

ini, yaitu:

a. Pada penelitian Sabarani (2013) dengan judul Analisis Nilai-Nilai

Pendidikan Karakter dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata

terdapat beberapa nilai Pendidikan karakter dalam novel Laskar

Pelangi karya Andre Hirata antara lain: nilai religuis, nilai jujur, nilai

toleransi, nilai disiplin, nilai kerja keras, nilai kreatif, nilai mandiri,

nilai demokratis, nilai rasa ingin tahu, nilai semangat kebangsaan, nilai

cinta tanah air, nilai menghargai prestasi, nilai komunikatif, nilai cinta

damai, nilai gemar membaca, nilai peduli lingkungan, nilai peduli

sosial, dan nilai tanggungjawab.

b. Pada penelitian Prawati (2018:32) dengan judul Analisis Kepribadian

Tokoh Delisa dalam Novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere Liye

dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra terdapat beberapa

nilai kepribadian tokoh dalam novel hafalan shalat delisa karya tere

liye antara lain : pintar, rajin, sabar, ikhlas, dan pengertian.

8

2

c. Pada penelitian Rahtomo (2014) dengan judul Nilai Pendidikan

Karakter dalam Novel Amelia Karya Tere Liye dan relevansinya bagi

anak usia Madrasah Ibtidaiyah (MI) terdapat beberapa Nilai

Pendidikan Karakter dalam Novel Amelia Karya Tere Liye antara lain;

nilai religuis, jujur toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,

demokratis, rasa ingin tahu, cinta tanah air, bersahabat/komunikatif,

cinta damai, gemar membaca, peduli sosial, dan tanggungjawab.

Sedangkan relevansi nilai pendidikan karakter dalan novel Amelia

karya tere liye ada kesesuaian antara nilai pendidikan karakter dalam

novel bagi anak usia Madrasah Ibtidaiyah.

d. Pada penelitan Yusmania (2018:39) dengan judul Analisis Nilai

Pendidikan karakter dalam Novel “Hari Tanpa Cinta” karya Rizki

Siregar terdapat beberapa Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel

karya Rezki Siregar yaitu: jujur, disiplin, kreatif, peduli sosial, dan

tanggungjawab.

e. Pada penelitian (Nurmawati, 2016) dengan judul Analisis Nilai-Nilai

Pendidikan Karakter Dalam Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah

Membenci Angin. Terdapat beberapa nilai pendidikan karakter yaitu:

religius, kerja keras, kreatif, menghargai prestasi, mandiri, rasa ingin

tahu, bersahabat atau komunikatif, peduli sosial, dan tanggungjawab.

Kesamaan yang terdapat antara penelitian tersebut, dengan

penelitian ini adalah sama-sama menganalisis kepribadian dan karakter

tokoh dalam novel. Namun terdapat perbedaan yang terletak pada

9

2

penelitian tersebut yaitu lebih fokus pada pendidikan karakter dan

analisis kepribadian tokoh, sedangkan penelitian ini lebih fokus pada

karakter dalam setiap tokoh yang terdapat dalam Novel Daun Yang

Jatuh Tak Pernah Membeci Angin, karya Tere Liye.

2. Pengertian Sastra

Sastra merupakan kata serapan dari bahasa sansekerta “sastra”

yang berarti teks yang mengandung instruksi atau pedoman, berasal

dari kata dasar sas yang berarti “instruksi” atau “ajaran” dan tra yang

berarti “alat” atau “sarana”. Sastra adalah hasil kegiatan kreatif

manusia dalam mengungkapkan penghayatannya dalam menggunakan

bahasa Indonesia. Mengungkapkan penghayatan menyiratkan bahwa

sastra itu berawal dari penghayatan terhadap sesuatu yang kemudian

diungkapkan dengan menggunakan bahasa. Penghayatan itu bisa

berupa benda-benda, atau hal itu termasuk karya sastra lain.

Mengungkapkan penghayatan yang menghasilkan karya sastra

diperlukan kreatifitas. Tanpa kreativitas tidak akan lahir karya seni,

Dibia (2018: 2).

Sastra merupakan bentuk kreatif dan produkti dalam menghasilkan

sebuah teks yang memiliki nilai rasa estesis serta mencerminkan

realitas sosial kemasyarakatan. Istilah sastra dipakai untuk menyebut

gejala budaya yang dapat di jumpai pada semua masyarakat meskipun

secara sosial, ekonomi dan keagamaan keberadaannya tidak

10

2

merupakan keharusan. Hal ini berarti sastra merupakan gejala yang

universal.

Karya sastra akan lahir pada masyarakat yang memiliki konversi,

pandangan tentang estetika, dan tujuan berseni. Hanya masyarakat

yang berdaya mampu melahirkan karya sastra. Pengarang mengelola

berbagai kegiatan sosial yang dilihat atau dialaminya, kemudian

menuliskan ke dalam karya sastra dengan menyuguhkan pula

pemikiran-pemikiran, peristiwa, atau hal-hal imajinatif (Azis, 2019)

Hingga sekarang pengertian apresiasi sastra masih sering kacau

dan rumpung dengan pengertian kritis sastra dan penelitian sastra.

Malahan pengertian ketiga sosok tersebut kabur atau dikaburkan.

Kekacauan, kerumpungan atau kekaburan itu antara lain terdiri pada

adanya unsur rasionalisasi dan evaluasi pada tiga sosok tersebut.

Kenyataan seperti ini pada umumnya sudah disadari oleh para pakar

dan ahli sastra. Meskipun demikian, para pakar dan ahli sastra belum

juga memberikan batas-batas perbedaan pengertian antara apresiasi

sastra, kritik sastra, dan penelitian sastra secara jelas dan tegas

sehingga kekacauan, kerumpungan, dan kekaburan pengertian terus

berlangsung hingga kini.

Disamping itu pengertian apresiasi sastra yang ada hingga sekarang

beraneka ragam. Keanekaragaman ini disebabkan oleh beberapa hal,

pertama, apresiasi sastra memang merupakan fenomena yang unit dan

rumit. Kedua, terjadinya perubahan dan perkembangan pemikiran

11

2

tentang apresiasi sastra. Ketiga, adanya perbedaan peyikapan dan

pendekatan terhadap hakikat apresiasi sastra. Keempat, adanya

perbedaan kepentingan diantara orang yang satu dan orang yang lain,

Saryono (2006: 24).

Sastra adalah produk sosial budaya dari sebuah masyarakat yang

sering dinilai mengandung realitas kehidupan, baik realitas faktual

(sudah dan sering terjadi) maupun realitas imajiner (prediksi realita

masa depan). Sebagai “realita” kehidupan yang mengindikasikan

bahwa membaca atau mempelajari sastra dapat dimaknai sebagai

membaca atau mempelajari kehidupan. Dalam belajar, seseorang

memiliki tujuan secara umum untuk mendapatkan pengetahuan yang

bermanfaat bagi penikmatan kompetensi kehidupannya (Herawati,

2010)

Karya sastra adalah untaian perasaan dan realitas sosial (semua

aspek kehidupan manusia) yang telah tersusun baik dan indah dalam

bentuk benda konkret, Sangidu (dalam Haslinda, 2007: 38). Karya

sastra tidak hanya berbentuk benda konkret seperti tulisan, tetapi dapat

juga berwujud tuturan yang telah tersusun dengan rapi dan sistematis

yang dituturkan (diceritakan) oleh tukang cerita atau yang terkenal

dengan sebutan sastra lisan. Karya sastra merupakan tanggapan

penciptanya (pengarang) terhadap dunia (realitas sosial) yang

dihadapinya. Di dalam sastra berisi pengalaman-pengalaman subjektif

12

2

penciptanya, pengalaman subjektif seseorang (fakta individual) dan

pengalaman sekelompok masyarakat (fakta sosial).

Sastra sebagai sebuah entitas dengan penuh makna dalam dunia

bahasa, tentu sastra memiliki fungsi, adapun fungsi sastra sebagai

beriku:

a) Fungsi rekreatif

Sastra adalah hiburan, membaca sastra merupakan hiburan

tersendiri. Dengan membaca kisah sastra, barangkali pembaca akan

fokus pada konflik yang terjadi di dalamnya dan untuk sesaat

melupakan konflik yang terjadi di dunia nyata.

b) Fungsi didaktif

Sastra adalah pendidikan, dengan membaca karya sastra pembaca

mungkin akan mendapatkan ilmu-ilmu baru di dalam karyanya. Karya

sastra membahas tentang berbagai aspek kehidupan, yang bisa

membuat pembacanya merasakan hal-hal yang sulit dirasakannya

secara nyata.

c) Fungsi estetis

Sastra adalah keindahan, jangan lupakan gemulai tarian kata yang

berjejer indah di dalam karya sastra. Sastra harus memiliki

keindahannya sendiri, tidak harus rumit dan sulit dimengerti, tapi

keindahan harus tetap ada.

13

2

d) Fungsi moralitas

Sastra yang baik, selalu mengandung moral yang tinggi. Dengan

fungsi tersebut, sastra dijadikan sebagai sarana pembangunan moral

atau karakter mulai pada pembacanya.

e) Fungsi religus

Sebagai bangsa yang dibuat berdasarkan kepercayaan atas Tuhan

Yang Maha Esa, tentu aspek agama sebaiknya tidak hilang dari karya

sastra. Sastra adalah hasil dari budaya masyarakat. Artinya masyarakat

yang beragama, sudah seharusnya menyusun karya sastra yang

memeberikan perspaktifnya tentang agama.

3. Jenis-jenis Sastra

a. Prosa

1) Pengertian prosa

Prosa adalah kisah atau cerita yang diemban oleh prilaku-prilaku

dengan pemeranan, latara serta tahapan dan rangkaian cerita yang

tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga

terjalin suatu cerita. Prosa dapat dibedakan dalam berbagai macam

bentuk, baik itu roman, novel, maupun cerpen. Dalam hal ini yang

dimaksud dengan prosa yaitu bentuk karangan bebas baik lisan atau

pun tulisan tanpa susunan metrik dan biasanya dikenal sebagai ragam

sastra yang dibedakan dengan puisi Badrun (2003: 85)

14

2

2) Unsur-unsur cerita rekaan

Yang dimaksud dengan cerita rekaan adalah cerita hasil khayalan,

rekaan pengarang. Dengan demikian cerita rekaan mencakup cerita

prosa misalnya novel, cerita pendek dan sebagainya. Unsur-unsur cerita

rekaan antara lain:

a. Tema

Tema adalah persoalan yang berhasil menduduki tempat utama

dalam cerita, misalnya roman-roman balai pustaka bertemakan kawin

paksa. Penulis melukiskan tokoh dengan dasar atau tema yang telah

ditentukan.

b. Plot/alur (jalinan cerita)

Adapun jenis-jenis plot/alur yaitu: (1) subplot, biasanya memuat

rangkaian kejadian yang lengkap dan lebih kecil. (2) Main plot atau

plot utama adalah bagian yang lebih besar daripada subplot. Dengan

kata lain plot utama merupakan paduan dari beberapa subplot.

c. Penokohan

Istilah penokohan sering disamakan dengan character. Kedua

istilah itu masing-masing menekankan pada teknik penampilan tokoh

(penokohan) sedangkan charater lebih menekankan pada masalah

watak tokoh. Perbedaan tersebut tidak perlu dipersoalkan. Dalam hal

ini kedua istilah itu dipakai dalam pengertian yang sama. Jenis-jenis

penokohan dalam cerita rekaan yaitu: (1) penokohan datar, (2)

penokohan bulat, dan (3) penokohan kombinasi.

15

2

d. Setting

Tempat kejadian cerita merupakan salah satu faktor pembantu

memperjelas cerita yang dikarang. Kejelasan setting akan

mempengaruhi nilai sebuah cerita. Oleh sebab itu pengertian setting

meliputi latar belakang fisik, ruang dan lingkungan tempat terjadinya

cerita.

e. Pusat pengisahan

Membicarakan pusat pengisahan berarti membicarakan cara

penyampaian cerita. Pusat pengisahan ini juga merupakan realitas

hubungan yang terdapat antara pengarang dalam alam rekaan

ceritanya dengan pikiran dan perasaan pembaca.

f. Gaya

Gaya merupakan persoalan yang penting, gaya menunjukkan dari

pengarang dan sekaligus dapat membedakan pengarang yang satu

dengan yang lainnya. Oleh sebab itu, persoalan gaya meliputi gaya

cerita dan cara mempergunakan bahasa.

b. Puisi

1). Pengertian puisi

Puisi merupakan sebuah karya sastra yang diuraikan menggunakan

diksi atau kata-kata pilihan dicairkan dengan pembahasan yang padat

namun indah, biasanya karya puisi secara tidak langsung dapat

menimbulkan kecenderungan dari seseorang untuk mempertajam

kesadarannya melalui bahasa yang memiliki irama dan makna khusus.

16

2

Puisi berbeda dengan prosa, sebagai sebuah genre karya sastra,

puisi mengandung ide atau pokok persoalan tertentu yang ingin

disampaikan penyairnya. Gagasan tersebut tertuang dalam keseluruhan

isi puisi. Secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa yunani

pocima “membuat” atau poeisis “pembuatan” dalam bahasa Inggris

disebut poem atau poetry. Puisi diartikan “membuat” dan “pembuatan”,

karena lewat puisi pada dasarnya seorang telah menciptakan suatu dunia

tersendiri, yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana-suasana

tertentu, baik fisik maupun batinnya, Dibia (2018:77)

2). Ciri-ciri puisi

Ciri-cir puisi sebagai berikut:

a. Dalam puisi terdapat segala unsur bahasa.

b. Unsur-unsur Bahasa dalam puisi diatur dengan memperhatikan irama

dan bunyi.

c. Puisi berisikan ungkapan perasaan dan pikiran penyair yang berdasarkan

pengalaman dan sikap imajinatif/khayalan.

d. Bahasa yang digunakan bersifat konotatif/bermakna ganda.

e. Puisi dibentuk oleh struktur fisik (diksi, majas, rima, dan irama) dan

struktur batin (tema, amanat, dan suasana).

17

2

3). Jenis-jenis puisi

Puisi sebagai suatu karya sastra seni terdiri atas beberapa jenis yaitu:

a. Puisi naratif

Puisi naratif adalah puisi isinya berupa cerita. Penyair

menyampaikan gagasannya dalam bentuk puisi dengan cara naratif yang di

dalamnya tergambar ada pelaku yang berkisah.

b. Puisi lirik

Puisi lirik adalah puisi yang mengungkapkan gagasan pribadinya

dengan cara tidak bercerita. Puisi lirik dapat berupa pengungkapan pujaan

terhadap seseorang.

c. Puisi deskriptif

Puisi deskriptif adalah puisi penyair yang mengungkapkan gagasannya

dengan cara melukiskan sesuatu untuk mengungkapkan kesan, peristiwa,

pengalaman, menarik yang pernah dialaminya.

c. Drama

Drama adalah bentuk sastra yang dilukiskan dengan menggunakan bahasa

yang bebas dan panjang, serta disajikan menggunakan dialog, drama ada dua

pengertian yaitu drama dalam bentuk naskah atau drama yang dipentaskan.

Menurut Budianta dkk (2002), drama adalah genre sastra yang

menujukkan penampilan fiksi secara lisan setiap percakapan atau dialog

antara pemimpin disana. Macam-macam drama yaitu:

1. Komedi yaitu cara yang di dalamnya mengandung humor, candaan yang

bisa menghibur penikmatnya.

18

2

2. Tragedi yaitu cerita yang di dalamnya mengandung kesusahan atau

kesulitan yang dialami oleh tokohnya.

3. Tragedi komedi yaitu cerita yang di dalamnya mengandung kesusahan

humor atau lucu silih berganti.

4. Opera atau musical yaitu drama yang diiringi oleh music sebagai

pelengkap pementas seninya.

4. Pengertian Novel

Novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia yang

berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif yang dibangun

melalui berbagai unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh,

penokohan, latar dan sudut pandang yang kesemuanya bersifat imajinatif,

walaupun semua yang direalisasikan pengarang sengaja dianalogikan

dengan dunia nyata tampak seperti sungguh ada dan benar terjadi, hal ini

terlihat sistem koherensinya sendiri. Kata novel berasal dari kata latin

novelius yang pula diturunkan pada kata noveis yang berarti baru.

Dikatakan baru karena kalau dibandingkan dengan jenis-jenis karya sastra

lainnya seperti puisi, drama, dan lain-lainnya maka jenis novel ini muncul

kemudian. Dapat disimpulkan bahwa novel merupakan buah pikiran

pengarang yang sengaja direka untuk menyatakan buah pikiran atau ide,

diolah penulis yang dihubungkan dengan kejadian atau peristiwa

disekelilingnya, bisa juga merupakan pengalaman orang lain maupun

pengalaman penulis, pola penulis mengalir secara bebas yang tidak terkait

oleh kaidah seperti yang terdapat dalam puisi, (Yanti, 2017).

19

2

Novel merupakan salah satu jenis karangan prosa yang bersifat cerita

yang menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari kehidupan orang-

orang (tokoh), luar biasa karena kejadian ini terlahir dari suatu konflik,

suatu penyikakan, yang mengalihkan nasib tokoh tersebut. Menurut

Wardani (2009:13) Dapat diketahui bahwa novel merupakan salah satu

jenis karya sastra fiksi namun dalam perkembangannya novel dianggap

bersinonim dengan fiksi sehinga fiksi berlaku juga bagi novel. Karangan

prosa adalah karangan yang menjelaskan secara terurai mengenai suatu

masalah atau hal peristiwa dan lain-lain. Novel tergolong ke dalam jenis

prosa baru, beberapa ciri dari prosa baru antara lain: (1) prosa baru bersifat

dinamis yang sementara berubah sesuai dengan perkembangan

masyarakat. (2) Masyarakat sentris, yaitu cerita mengambil bahan dari

kehidupan masyarakat sehari-hari. (3) Bentuknya roman, novel, cerpen,

kisah, dan drama. (4) Terutama dipengaruhi kesusastraan barat. (5)

Diketahui siapa pengarangnya karena dinyatakan dengan jelas.

Novel adalah karangan prosa yang penjang mengandung rangkaian

cerita kehidupan seseorang dengan orang sekelilingnya dengan

menonjolkan watak dan sifat setiap perilaku: suatu cerita yang fiktif dalam

panjang yang tertentu yang melukiskan para tokoh, gerak, dan adegan

kehidupan nyata yang representative dalam suatu alur atau keadaan yang

agak kacau: karya fiksi yang menawarkan sebuah dunia yang berisi model

kehidupan yang diidealkan, dunia imajinasi yang dibangun melalui

berbagai unsur interinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, penokohan,

20

2

latar, sudut pandang, dan lain-lain yang tentu saja bersifat imajinatif

(Lailasari dan Nurlaila, 2008: 167).

Novel adalah media penguasaan pikiran perasaan dan gagasan penulis

dalam merespon kehidupan disekitarnya. Ketika di dalam kehidupan

muncul permasalahan baru, nurani penulis novel akan terpanggil untuk

segera menciptakan senuah cerita. Ditunjang oleh kemajuan bidang yang

lain seperti periklanan, menjadikan novel dapat dipadukan dengan

kegiatan lain, misalnya usaha bisnis. Segi panjang cerita novel jauh lebih

panjang daripada cerpen. Oleh karena itu novel dapat mengemukakan

sesuatu secara bebas, mengkaji sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci,

lebih detail, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang

lebih kompleks (Salfia, 2017)

Novel adalah karya fiksi yang mempunyai ruang gerak yang luas, jalan

cerita tentang pelaku lebih panjang. Novel tidak memusatkan pada salah

satu fokus cerita, melainkan memuat perincian yang lebih lengkap.

Novel bertujuan menunjukkan motif-motif dan pengaruh-pengaruh

yang menguasai kehidupan manusia. Efek-efek pilihan pribadi terhadap

watak dan nasib seperti itulah novel yang benar dan dengan demikian ia

membuka suatu bidang yang lebih luas, lebih menarik dari tipe sastra

lainnya dan adapun wujud novel adalah konsentrasi pemusatan atau

memfokuskan kehidupan dalam suatu kritis yang menentukan. Adapun

jenis-jenis novel, dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu:

21

2

1. Novel percintaan

Novel percintaan, melibatkan peranan tokoh wanita dan pria secara

seimbang, bahkan kadang-kadang peran wanita lebih dominan.

2. Novel petualang

Novel petualang, sedikit sekali memasukkan peran wanita. Jenis

petualang ini adalah bacaan kaum pria, karena tokoh di dalamnya

dengan sendirinya melibatkan masalah-masalah laki-laki yang tidak

ada hubungannya dengan wanita.

3. Novel fantasi

Novel fantasi, bercerita tentang hal yang tidak realitas yang tidak

mungkin dilihat dari pengalaman sehari-hari jenis novel ini

mementingkan ide konsep, dan gagasan sastrawannya yang hanya

dapat jelas kalau diutarakan dalam bentuk cerita fantasinya artinya

menyalahi hukum empiris, hukum pengalaman sehari-hari.

5. Pendekatan Psikologi Sastra

Psikologi sastra adalah suatu disiplin ilmu yang memandang karya

sastra sebagai suatu karya yang membuat peristiwa-peristiwa

kehidupan manusia yang diperankan oleh para tokoh. Hal ini

menyebabkan untuk melakukan penjelajahan ke dalam batin atau

kejiwaan agar mengetahui lebih jauh tentang seluk-beluk manusia

yang beraneka ragam. Dalam kata lain, psikologi sastra adalah suatu

disiplin ilmu yang menganggap bahwa sastra memuat unsur-unsur

psikologis.

22

2

Dalam pengembangan psikologi memperluas jangkauannya

sehingga memunculkan cabang-cabang psikologi. Hubungan antara

psikologi dan sastra berdampak positif pada dua cabang ilmu tersebut.

Psikologi mendapat manfaat memahami manusia secara lebih

mendalam, lebih jujur, tidak hanya sebatas khayalan berlaku, tetapi

juga berusaha memuliakan dan membahagiakan manusia. Sastra

sebagai bidang memiliki manfaat sebagai penafsir, mengungkapkan

gerak jiwa manusia, dan konflik batinnya secara lebih tuntas.

Keterkaitan karya sastra dan psikologi secara tidak langsung dan

fungsional. Menurut Sangidu (2004), psikologi sastra adalah suatu

disiplin yang memandang karya sastra sebagai suatu karya yang

memuat peristiwa-peristiwa kehidupan manusia yang diperankan oleh

tokoh-tokoh imajiner ada di dalamnya atau mungkin juga diperankan

oleh tokoh-tokoh faktual.

Menurut Utama (2004:138), mengemukakan tiga alasan psikologi

sastra masuk dalam kajian sastra adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui perilaku dan motivasi para tokoh dalam karya sastra.

Langsung atau tidak langsung, perilaku dan motivasi para tokoh

nampak juga dalam kehidupan sehari-hari.

2. Mengetahui perilaku dan motivasi pengarang.

3. Mengertahui reaksi psikologi membaca.

Hubungan antara psikologi dan karya sastra juga dikemukakan oleh

Suwardi (2004: 96) yang mengemukakan bahwa kaeya sastra yang

23

2

dipandang sebagai gejala psikologi akan menampilkan aspek-aspek

kejiwaan melaluai tokoh-tokoh jika kebetulan teks berupa prosa atau

drama sedangkan jika dalam bentuk puisi akan disampaikan melalui

larik-larik dan pilihan kata khas.

Secara tidak langsung psikologi dan sastra mempelajari kehidupan

manusia, sedangkan secara fungsional psikologi dan sastra

mempelajari keadaan kejiwaan orang lain, bedanya dalam psikologi

gejala tersebut nyata, sedangkan sastra bersifat imajinatif. Arah

pendekatan psikologi sastra diperlukan untuk membahas peristiwa

kehidupan manusia dengan berbagai fenomena-fenomena kejiwaan

yang tampak melaluai perilaku tokoh-tokoh dalam karya sastra. Secara

definitif, tujuan psikologi sastra adalah memahami aspek-aspek

kejiwaan yang terkandung dalam, Ratna (2013:342).

Psikologi sastra adalah telaah karya sastra yang diyakini

mencerminkan proses dan aktivitas kejiwaan. Dalam menelaah suatu

karya psikologi hal penting yang perlu dipahami adalah sejauh mana

keterbitan psikologi pengarang dan kemampuan pengarang

menampilkan para tokoh rekaan yang terbit dengan masalah kejiwaan.

Psikolgi sastra dipengaruhi oleh beberapa hal. Pertama, karya sastra

merupakan kreasi dari suatu proses kejiwaan dan pemikiran pengarang

yang berada pada situasi setengah sadar yang selanjutnya dituangkan

ke dalam bentuk sadar, Endraswara (dalam Albertine Minderop,

2003:96). Kedua, telaah psikologi sastra adalah kajian yang menelaah

24

2

cerminan psikologi dalam diri para tokoh yang disajikan sedemikian

rupa oleh pengarang sehingga pembaca merasa terbuai oleh problema

psikologis kisahan yang kadang kala merasakan dirinya terlibat dalam

cerita. Karya-karya sastra memungkinkan ditelaah melalui pendekatan

psikologi karena karya sastra menampilkan watak tokoh, walaupun

imajinatif, dapat menampilkan berbagai problem psikologis.

6. Psikologi kepribadian

Psikologi kepribadian adalah ilmu yang mencakup upaya

sistematis untuk mengungkapkan dan menjelaskan pola pikir, dan

prilaku indivudu yang memengaruhi kehidupan sehari-hari. Bidang ini

menekankan perlunya memahami perbedaan antar individu. Dengan

penggunaan istilah kepribadian, sebenarnya keunikan dari setiap

individu sudah dinyatakan dengan jelas. Melaluai studi sistematis

mengenai kepribadian, sifat individu yang membedakannya dengan

individu diharapkan depat lebih dipahami. Pada teoritis kepribadian

memandang kepribadian sebagai sesuatu yang unik atau khas, pada diri

setiap orang. Kepribadian juga dipahami sebagai suatu struktur atau

organisasi hipotesis. Dalam psikologi kepribadian, tingkah laku dilihat

sebagai sesuatu yang diorganisasi dan diintegrasikan oleh kepribadian.

Dengan kata lain, kepribadian dipandang sebagai organisasi yang

menjadi penentu atau pengarah tingkah laku individu, Hidayat

(2016:5).

25

2

Kepribadian, secara umum pengertian kepribadian adalah corak

tingkah laku sosial yang terdiri dari corak kekuatan, dorongan, opini,

dan sikap yang melekat pada seseorang jika berhubungan dengan

orang lain atau menanggapi suatu keadaan.

Kepribadian adalah keseluruhan sikap, ekspresi, perasaan,

tempramen, ciri khas, dan juga perilaku seseorang. Sikap perasaan

ekspresi dan tempramen tersebut akan terwujud dalam tindakan

seseorang kalau dihadapkan kepada situasi tertentu. Sikap orang

memiliki kecenderungan perilaku yang berlaku terus menerus secara

konsisten dalam menghadapi situasi yang sedang dihadapi, sehingga

jadi ciri khas kepribadian. Menurut Kartini dan Gali Dulo (dalam

Sjarkawi 2006), kepribadian adalah sifat dan tingkah laku khas

seseorang yang membedakannya dengan orang lain, integrasi karakter

dari struktur-struktur, pola tingkah laku, pendirian, kemampuan dan

potensi yang dimiliki seseorang, segala sesuatu mengenai diri

seseorang sebagaimana diketahui oleh orang lain.

Teori psikologi kepribadian bersifat deskriptif dalam wujud

penggambaran organisasi tingkah laku secara sistematis dan mudah

dipahami. Tidak ada tingkah laku yang terjadi begitu saja tanpa alasan,

seperti faktor-faktor sebab-musibah, pendorong motivasi, sarana

tujuan, dan latar belakangnya. Faktor-faktor itu harus dikatakan dalam

suatu kerangka saling hubungan yang bermakna, agar semuanya

terjamin tilikan (pendapat) yang cermat dan teliti dilakukan

26

2

pendeskripsian tingkah laku, agar deskripsi dilakukan memakai

sistematik yang komunikatif. Teori tentu bukan hanya mendeskripsi

kejadian masa lalu dan sekarang, tetapi juga mampu meramalkan

kejadian yang akan datang. Sifat prediktif dari teori psikologi

kepribadian pada sisi lain justru menjadi bukti bahwa konsep-konsep

itu teruji kebenarannya Alwisol (2019:1).

Psikologi kepribadian menurut Prawira (2017:23) kepribadian

berasal dari kata dalam bahasa Inggris, personality yang artinya

kepribadian. Kata personality itu sendiri berasal dari kata bahasa

Yunani Kuno, yaitu kata prosopon atau persona yang artinya topeng.

Ketika itu topeng sering dipakai oleh artis atau pemain teater untuk

menggambarkan sosok dengan sifat atau karakter tertentu. Pemain atau

artis ketika sedang pentas di atas panggung menggunakan topeng dan

bertingkah laku dengan ekspresi semuai karakter topeng yang

digunakan. Dalam hal ini, topeng seolah-olah mewakili ciri

kepribadian sosok tertentu.

Penulis lain memberikan pengertian kepribadian dilihat dari sudut

pandang atau bidang yang berbeda-beda, yaitu dari sudut etimologi,

teologi, filsafat, hukum, sisiologi, dan tinjauan dari sudut psikologi itu

sendiri Su`adah Dan Lendryono (2003: 25). Berikut ini dikemukakan

definisi personality (kepribadian) yaitu:

27

2

a. Personality ditinjau dari sudut etimologi

Personality (kepribadian) ditinjau dari sudut etimologi, berasal

dari kata persona yang artinya topeng (mark). Topeng tersebut

dahulu selalu digunakan oleh orang yang bermain dalam

sandiwara/derama bangsa Yunani dan Romawi pada kurang lebih

100 SM.

b. Personality ditinjau dari bidang teologi

Menurut bidang teologi, Personality (kepribadian) merupakan

sesuatu yang arahanya tampak tegas menunjukkan persamaan

antara persona (topeng), topeng, sesuatu yang lahiriah, menjadi

yang ruhania. Kepribadian menerangkan masing-masing aspek dari

kepribadian yang menegaskan bahwa kedudukan sebagai dari

kepribadian manusia.

c. Personality ditinjau dari bidang Filsafat

Ditinjau dari bidang Filsafat, pengertian personality

(kepribadian) ialah substansi individu yang pada hakikatnya

bersifat nasional. Definisi personality dapat diartikan bahwa

manusia adalah mahluk yang berinteraksi karena dapat berpikir.

d. Personality ditinjau dari bidang Hukum

Ditinjau dari bidang Hukum, dapat dikatakan bahwa seseorang

mempunyai martabat sebagai persona jika orang tersebut bukan

budak, melainkan lahir merdeka.

28

2

e. Personality ditinjau dari bidang Sosiologi

Bidang sosiologi mempunyai pandangan tersendiri mengenai

personality. Menurut bidang ilmu ini, personality (kepribadian)

manusia merupakan integrasi dari sifat-sifat yang menetukan

peranan dan status seseorang dalam masyarakat. Oleh karena itu,

kepribadian juga dapat didefinisikan sebagai peranan efektif sosial

seseorang dalam kehidupannya.

f. Personality ditinjau dari bidang Psikologi

Ditinjau dari bidang Psikologi, personality dapat

didefinisikan menjadi bermacam-macam. Setidaknya ada empat

definisi personality yang dapat dikemukakan yaitu: Bidang

psikologi telah biasa dikenal sebagai definisi tentang kepribadian

manusia yang disebut omnibus definition, hierarchical definition,

definition in terms of adjustment, dan definition in term of

distinctivenees.

29

2

B. Kerangka Pikir

Sastra merupakan bentuk karya yang sangat indah baik secara lisan

maupun tulisan. Karya sastra terbagi atas tiga jenis yaitu: puisi, prosa fiksi,

dan drama. Dari ketiga jenis karya sastra tersebut, peneliti fokus mengkaji

prosa khususnya Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin,

Dalam Karya Tere Liye.

Untuk dapat mengetahui masalah ini, diperlukan analisis

pesikologi sastra untuk dapat membantu penelitih dalam menemukan hasil

yang akan diteliti. Dalam penelitian ini terdapat beberapa karakter tokoh

dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, Dalam Karya

Tere Liye, diantaranya yaitu: kuat, penolong, jujur, penyayang, ramah,

penyabar, usil, suka berbagi.

30

2

Bagan kerangka pikir

SASTRA

Puisi

Temuan

*kuat *Penolong *Jujur

*Ramah *Penyabar *Usil

*Penyayang *Suka berbagi

Analisis

Prosa fiksi Drama

Cerpen Novel

Analisis Psikologi kepribadian

Ragam

31

2

BAB 111

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

rancangan penelitian kualitatif penelitian tentang riset yang bersifat

deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna

(perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Jenis

kualitatif adalah proses penemukan sesuatu yang unik, menarik dan

menjadi sesuatu yang khas dalam cerita sehingga menarik bagi pembaca.

Jenis penelitian kualitatif merupakan hasil pengamatan berupa kata-kata

tertulis dari orang-orang berdasarkan perilaku yang diamati.

B. Definisi Istilah

Definisi istilah dalam penelitian ini akan didefinisikan secara

operasional sebagai berikut:

1. Kuat merupakan tokoh yang mampu mengendalikan amarah atau

emosi dan tokoh yang mampu mengendalikan dirinya untuk tetap

bersabar menghadapi segala masalah yang dialaminya yang terdapat

dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, karya

Tere Liye.

2. Penolong adalah suatu perbuatan yang dapat dilakukan oleh tokoh

untuk dapat membantu tokoh lain dan meringankan bebennya yang

dihadapi tokoh itu yang terdapat dalam novel Daun Yang Jatuh Tak

Pernah Membenci Angin, karya Tere Liye.

32

2

3. Jujur adalah suatu sikap atau perbuatan tokoh yang menyatakan

sebenar-benarnya tidak berbohong atau berkata hal-hal yang tidak

pernah terjadi yang terdapat dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah

Membenci Angin, karya Tere Liye.

4. Penyayang adalah sikap yang penuh kasih sayang terhadap tokoh yang

dicitainya memiliki karakter yang lembut, ramah dan saling mengasihi

antara sesama tokoh yang terdapat dalam novel Daun Yang Jatuh Tak

Pernah Membenci Angin, karya Tere Liye.

5. Ramah adalah baik hati, tidak sombong terhadap orang lain, baik tutur

kata yang diucapakan, suka bergaul dan menyenangkan dalam

pergaulan yang terdapat dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah

Membenci Angin, karya Tere Liye.

6. Penyabar adalah tokoh yang bersikap tenang atau tidak berburu nafsu

dan tidak lekas marah terhadap tokoh yang ada dalam novel Daun

Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, karya Tere Liye.

7. Usil adalah sikap atau perbuatan yang dapat mengganggu tokoh lain

dan suka mencampuri urusan tokoh lain yang terdapat dalam novel

Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, karya Tere Liye.

8. Suka berbagi adalah perbuatan yang baik yang dapat membatu sesama

tokoh dan berbagi dengan apa yang dimilikinya tanpa membeda-

bedakan tokoh dan memberikannya dengan ikhlas yang terdapat dalam

novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, karya Tere

Liye.

33

2

C. Desain Penelitian

Desain penelitian pada hakekatnya merupakan strategi yang

mengatur ruang atau teknis penelitian agar memperoleh data maupun

kesimpulan penelitian. Menurut jenisnya, penelitian ini adalah penelitian

kualitatif yang bersifat deskriptif. Oleh karena itu, dalam penyusunan

desain harus dirancang berdasarkan pada metode kualitatif, yang

mengumpulkan, menglolah, menganalisis, dan mengkaji data yang sesuai

dengan kenyataan yang ada dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah

Membenci Angin Karya Tere Liye.

D. Data dan Sumber Data

1. Data

Data dalam penelitian ini adalah: (1) kuat, (2) penolong, (3) jujur,

(4) penyayang, (5) ramah, (6) penyabar, (7) usil, dan (8) suka berbagi.

2. Suber data

Sumber data dalam penelitian ini adalah buku novel yang berjudul

Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, karya tere liye,

cetakan kedua: Oktober 2010, dan sebanyak 264 hlm; 20 cm.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data

yaitu menggunakan tehnik mencatat, teknik ini dilakukan dengan cara

mencatat data-data yang telah didapat. Adapun teknik yang digunakan,

yaitu:

34

2

1. Membaca berulang-ulang keseluruhan novel Daun yang Jatuh Tak

Pernah Membenci Angin karya Tere Liye yang dijadikan sebagai bahan

penelitian sehingga dapat memahami serta menghayati dengan baik isi

serta maknanya.

2. Melakukan pencatatan dan mencatat satu persatu data tersebut dan

memberikan kode yang digunakan sebagai bahan kajian.

3. Memberikan deskripsi yakni memberikan penjelasan seperti peristiwa

dan perilaku tokoh, dialog tokoh, dan lain-lain.

F. Teknik Analisis Data

Dalam pengolahan data, data yang akan dianalisis dengan

menggunakan pendekatan struktural kemuduan dideskripsikan sesuai

dengan tujian penelitian. Pengolahan data dilakukan dengan hanya

mengikuti tahapan sebagai berikut:

1. Pada tahap pertama, penulis membaca kembali keseluruhan novel yang

dijadikan sebagai bahan penelitian dan menentukan karakter tokoh

dalam novel tersebut.

2. Tahap kedua, novel yang sudah dibuat dalam bentuk sinopsis.

3. Tahap ketiga, menganalisis karakter tokoh dalam novel Daun yang

Jatuh Tak Pernah Membenci Angin dalam karya Tere Liye.

Langkah-langkah yang diambil dalam menganalisis adalah:

1. Mengumpulkan data, setiap data tingkah laku tokoh yang ditemukan

dalam novel.

35

2

2. Setelah itu melakukan seleksi data, yaitu menyeleksi data diperoleh

data yang berkualitas.

3. Setelah mendapatkan data yang akurat peneliti menarik kesimpulan

sesuai konsep dan menganalisis berdasarkan tingkah laku tokoh.

4. Disesuaikan dengan data yang ditemukan dalam novel Daun yang

Jatuh Tak Pernah Membenci Angin tersebut.

5. Yang terakhir pemaparan data yaitu hasil analisis yang dapat

memberikan hasil yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan.

36

2

BAB 1V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian pada bab ini akan menganalisis yang berdasarkan pada

fokus pada penelitian. Adapun yang akan dianalisis sebagai berikut ini:

a. Kuat

Kuat merupakan tokoh yang mampu mengendalikan amarah atau

emosi dan tokoh yang mampu mengendalikan dirinya untuk tetap

bersabar menghadapi segala masalah yang dialaminya. Hal ini terdapat

pada tokoh berikut:

Tokoh Tania adalah tokoh utama dalam novel Daun Yang Jatuh

Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye cerita tokoh Tania

banyak mengalami masalah jika dibandingkan dengan tokoh lain.

Tokoh Tania merupakan tokoh yang pekerja keras dan tidak pernah

menyerah dan selalu kuat dalam menghadapi segala masalah. Tania

tidak pernah mengenal lelah meskipun dalam keadaan sulit yang

sedang dialaminya. Salah satunya adalah ketika dia harus berhenti

sekolah karena dia tidak mempu membiayai untuk melanjutkan

sekolahnya semenjak Ayahnya meninggal. Tania juga tinggal rumah

kardus bersama Adik dan Ibunya, disanalah mereka melanjutkan

kehidupannya dan menjalani kerasnya kehidupan. Tania menjadi

seorang pengamen di jalanan bersama adiknya. Hal ini dalapat dilihat

dari kutipan berikut:

37

2

“Namun, baru setengah jalan. Oh, Ibu, ada paku payung tergeletak

di tengah-tengah bus. Aku tak tahu bagaimana paku payung

tersebut ada di situ. Bagian tajamnya menghadap ke atas begitu

saja, dan tanpa ampun seketika menghunjam kakiku yang sehelai

pun tak beralas saat melewatinnya”. Daun Yang Jatuh Tak Pernah

Membenci Angin (DYJTPMA, 2010: 22).

“Kami sudah cukup menderita selama tiga tahun itu. Tinggal di

rumah kardus. Ke mana-mana bertelanjang kaki. Dan harus bekerja

dari pagi hingga malam di jalanan. Kesemua itu bahkan bisa

menjadi novel sedih yang sempurnah. Tak ada lagi situasi yang

lebih buruk daripada masa lalu tersebut. Sudah cukup” Daun Yang

Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. (DYJTPMA, 2010: 52).

“Aku memang tak pernah mengakui mempunyai perasaan itu

kepadamu. Karena aku takut jawabannya tidak. Aku takut

pengakuan itu membuatku terluka. Bagaimana mungkin gadis kecil

berkepang dua sepertiku mencintaimu. Aku memutuskan tetap

bersabar menunggu…bersabar menunggu agar aku cantik dan

dewasa seperti yang pernah kau katakan. Bersabar menunggu enam

tahun kemudian”. Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin.

(DYJTPMA, 2010: 247).

“Aku tak pernah berani mengatakannya….Bagaimana mungkin

aku mencintai malaikat kami? Aku berpikir aku tak akan pernah

38

2

layak mencintaimu. Bersabar menunggu hingga aku cukup layak

menyentuh perasaanmu. Sayangnya saat aku merasa layak

memutuskan untuk menikah dengan gadis lain. Kau „mengatakan‟

semua perasaanmu dengan menikahinya”. Daun Yang Jatuh Tak

Pernah Membenci Angin. (DYJTPMA, 2010: 247-248).

“Aku tidak menangis. Pertama aku sudah berjanji pada Ibu untuk

untuk tidak menangis selamanya. Kedua, perjalanan tersebut bukan

sesuatu yang meyedihkan. „Semua ini membanggakan Tania. Aku

akan bilang kesemua orang yang ku kenal bahwa aku anak yang

bisa dibanggakan…‟ ”. Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci

Angin. (DYJTPMA, 2010: 72).

“Satu tahun pertama aku belum bisa dengan sempurna melupakan

kenangan atas kematian Ibu yang meyedihkan. Pembicaraan kami

sekali-dua kali membahas tentang kenangan lama itu (dan dia

pandai mengalihkan pembicaraan). Semua bisa dibilang berjalan

normal seperti sediakala aku lebih banyak menghabiskan waktu

dengan berkonsentrasi belajar mengejar nilai anak-anak lain yang

jauh lebih pintar”. Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin.

(DYJTPMA, 2010: 76).

“Ada banya hal yang harus kukejar. Aku sudah tiga tahun

tertinggal. Tiga tahun sia-sia! Dan karena aku sudah berikrar akan

selalu menuruti kata-kata dia, maka saat dia mengusap rambutku

39

2

malam itu sebelum pulang dari toko buku, dan berkata pelan:

„belajarlah yang rajin, Tania‟! Aku bersumpah untuk

melakukannya” Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin.

(DYJTPMA, 2010: 33).

b. Penolong

Penolong adalah suatu perbuatan yang dapat dilakukan oleh tokoh

untuk dapat membantu tokoh lain dan meringankan bebennya yang

dihadapi tokoh itu yang terdapat dalam novel Daun Yang Jatuh Tak

Pernah Membenci Angin, karya Tere Liye. Hal tersebut dapat dilihat dari

tokoh berikut:

Danar adalah tokoh yang suka menolong dan suka berbagi oleh

semua orang, bukan hanya Tania dan keluarganya yang dia bantuh tetapi

juga kepada orang lain, dia tidak pernah pamrih dalam menolong dan

berbagi. Danar tidak pernah meminta balas budi dia melakukan itu semua

dengan ikhlas terhadap Tania dan kelurgannya begitupun juga dengan

orang lain. Selain Danar suka menolong dia juga sosok laki-laki yang

pekerja keras dan tidak pernah mengeluh samah sekali. Hal ini dapat

dilihat dari kutipan berikut:

“Dia mengeluarkan dua kotak. Melambaikan tangan meminta kami

mendekat. Aku dan Dede melangkah ke arahnya, berdiri didepan

kursinya, urung memulai pertunjukkan kencrengan tutup botol.

Dede malah memasukkan “alat musik” ke saku celana. Lagi-lagi

menguap. Kotak itu ternyata berisi dua pasang sepatu baru

40

2

“pakailah!” Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin.

(DYJTPMA, 2010: 25).

“Tapi siapa yang akan membayarinnya?” aku tersadarkan dari

kegembiraan sesaat. Jangankan sekolah tiga tahun terakhir ini,

makan saja kami Susah. “Oom Danar…” Ibu berkata pelan sambil

menyeka sudut matanya. Tersenyum. Daun Yang Jatuh Tak

Pernah Membenci Angin. (DYJTPMA, 2010: 27).

“Dia benar-benar seperti malaikat dikehidupan kami. Demi melihat

kebahagian dirona wahja Ibu, malam itu seketika aku berikrar

dalam hati. Bersumpah, dia Akan selalu menjadi malaikan dalam

kehidupan kami dan Akan selalu kuhormati setelah Ibu selalu

“Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (DYJTPMA.

2013. 97).

“Tentu saja semua modal usaha kue Ibu dari dia. Termasuk soal

saran bentuk kue-kuenya. Dia sedikitpun tidak meminta bagian

dari penjualan. Tidak sekalipun meminta Ibu untuk

mengembalikannya. Hanya tersenyum lebar saat Ibu memberikan

bungkusan kue untuknya” Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci

Angin. (DYJTPMA, 2010: 46).

“Dia rajin seminggu dua kali singgah sebentar di kontrakan baru.

Membawakan makanan, buku-buku untukku, dan permainan buat

Adikku. Aku dan Dede selalu menunggu kunjungan tersebut.

Duduk di depan kontrakan menatap kelokan gang. Menunggu

41

2

jadwal kedatangannya setiap selasa dan jumat malam. Berseru

senang saat siluet tubuhnya terlihat di ujung gang. Lantas berlari-

lari menyambutnya”. Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci

Angin. (DYJTPMA, 2010: 35).

“Semua cerita selesai menjelang pukul 12.00. Dan anak-anak

beranjak pulang. Dia meminjamkan buku-buku dalam lemari

tersebut kepada kami. Tampa perlu repot-repot mencatatatnya.

Siapa saja bisa mengambil sendiri. Dan terserah mau dikembalikan

kapan. Dia tidak peduli Akan mengembalikannya atau tidak.

Lemari itu selalu penuh”. Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci

Angin. (DYJTPMA, 2010: 38).

c. Penyayang

Penyayang adalah sikap yang penuh kasih sayang terhadap tokoh

yang dicitainya memiliki karakter yang lembut, ramah dan saling

mengasihi antara sesama tokoh yang terdapat dalam novel Daun Yang

Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, karya Tere Liye. Hal ini dapat

dilihat pada tokoh berikut:

Tokoh Ibu merupakan sosok Ibu yang baik terhadap anaknya

maupun terhadap orang lain, Ibu sangat menyayangi anak-anaknya,

manesehati, dan merawat anak-anaknya Ibu juga sosok wanita yang

pekerja keras untuk memenuhi keburuhan sehari-harinya bersama

anak-anaknya. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut:

42

2

“Kata Ibu, “Tania, hati-hatilah disana! Kita harus mengganti

setiap barang setiap barang itu rusak karena kita sentuh! Jaga

adikmu, jangan nakal….” Aku menelan ludah sedikit ragu dan

banyak takut mendengar pesan Ibu sebelum berangka. Dengan apa

kami akan mengganti barang yang akan pecah.” Daun Yang Jatuh

Tak Pernah Membenci Angin. (DYJTPMA, 2010: 17).

“Berjanjilah, Nak… Ibu berusaha keras meneuskan kalimatanya.

Berjanjilah, kau akan selalu menjaga Adikmu...”

“Berjanjilah, Nak…ini akan menadi tangisanmu yang terakhir

pula...” gemetar tangan ibu membelai tanganku.

“Kau tak boleh menangis demi siapa pun mulai detik ini…kau tak

boleh menangis bahkan demi Adikmu siapapun…”

“Kecuali, kecuali dia… kecuali demi dia...” Ibu menatapku amat

lemah sambil tersenyum ganjil untuk terakhir kalinya.” Daun Yang

Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. (DYJTPMA, 2010: 60).

“Besok pagi-pagi Ibu mengganti perban itu dengan lap dapur,

saputangan itu dicuci “mungkin laku dijual ya?” entahlah Ibu

memikirkan Apa” Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin.

(DYJTPMA, 2010: 24).

“Tadi pagi Ibu memaksakan diri untuk menemaniku mengambil

rapor. Aku enggan pergi untuk mengambil rapor. Kan bias kita

43

2

ambil kapan saja? Aku tidak mau meninggalkan Dede, meskipun

dia ada disana, menunggui. Lagi pula tidak penting lagi mengambil

rapor kalau dia tidak melihatku secara langsung, bangga dengan

nilai-nilai dengan pujian itu.” Daun Yang Jatuh Tak Pernah

Membenci Angin. (DYJTPMA, 2010: 44).

“Usaha kue itu maju sekali. Beberapa bulan kemudian Ibu harus

mengajak dua anak tetangga untuk membantu di hari-hari tertentu.

Pokoknya aku belum pernah melihat ibu sesibuk itu”. Daun Yang

Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. (DYJTPMA, 2010: 46).

d. Jujur

Jujur adalah suatu sikap atau perbuatan tokoh yang menyatakan

sebenar-benarnya tidak berbohong atau berkata hal-hal yang tidak

pernah terjadi yang terdapat dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah

Membenci Angin, karya Tere Liye. Hal tersebut dapat dilihat dari

tokoh berikut:

Dede merupakan Adik Tania yang mempunyai sifat yang jujur dan

tidak pernah berbohong terhadapat Ibunya, Tania, Danar dan siapapun

dan iya selalu ingin mengetahuai ketika lagi ada masalah. Dede selalu

bersifat dewasa walaupun usianya masih mudah, Dede memiliki sifat

seperti itu karena banyak pengalaman yang telah dilewati sejak kecil

yang luar biasa bersama kakaknya Tania. Hal tersebut dapat dilihat

dari kutipan tersebut:

44

2

“Sungguh aku tidak percaya dengan kata itu. “Aduh, masa Dede

bohong sih? Kak Tania tega banget nuduh begitu. Mana pernah

Dede bohong! Dede melanggar janji saja engga pernah! Om Danar

bilang semalam…,” adikku protes berkepanjangan saat aku bilang

dia kalau bergurau jangan berlebihan”. Daun Yang Jatuh Tak

Pernah Membenci Angin. (DYJTPMA, 2010: 91).

“Kenapa kak Danar nggak bilang langsung ke Tania? “Hehe,

emang sengaja nggak bilang! Semalam Dede saja dipesan rahasia.

Dede nggak tahan nggak cerita. Nggak sabar mau ke Singapura.

Jalan-jalan …” Aku dan Adikku tertawa riang. Semua ini benar-

benar kejutan”. Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin.

(DYJTPMA, 2010: 91-92).

D3d3: Eh, Dede lupa cerita ya…

Tania: Cerita Apa?

D3d3: Dua minggu lalu Oom Danar marah-marah ke

Dede… Banyak ngomel!

Tania: Bukannya memang kamu sering diomelin? :-)

D3d3: Tapi dia marah besar…

Tania: Marah besar?? Kenapa?

45

2

D3d3: Sebenarnya masalahnya keci, Dede hanya iseng

buka laptopnya.

Tania: Siapa saja pasti Akan marah kalau begitu. Kamu

ngapain buka-buka laptopnya?

D3d3: Cuma mau copy driver software. Lagian laptopnya

sudah kebuka Dede Cuma mau copy doang. Nggak

buka file apapun kok.

Tania: Itu Sama saja. Kalau aku yang jadi Kak Danar,

kamu tuh sudah kucekik, tahu! :-p

Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. (DYJTPMA,

2010: 112).

“Kak Ratna, kemarin Om Danar dan Tante Ratna pergi mengukur

gaun.” Hatiku seketika mengukur kepedihan.

“Mereka sudah menentukan tempat pernikahan, Kak Tania!” Aku

mengeluh, di hatiku Sama sekali tidak ada tempat untuk merasakan

bahagia lagi.

“Kata Tante Ratna kemarin, mereka bakal berbulan madu dua

minggu!” Ya, dan aku berbulan-bulan Akan menanggung pahitnya

kenyataan ini. Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin.

(DYJTPMA, 2010: 139).

46

2

e. Ramah

Ramah adalah baik hati, tidak sombong terhadap orang lain, baik

tutur kata yang diucapakan, suka bergaul dan menyenangkan dalam

pergaulan yang terdapat dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah

Membenci Angin, karya Tere Liye. Hal ini dapat dilihat pada tokoh

berikut:

Ratna merupakan istri dari Danar, tokoh Ratna memiliki sifat

yang baik dan ramah, ke semua tokoh yang baru iya kenal meskipun

sosok Ratna selalu diperlakukan tidak baik tetapi Ratna tidak pernah

memasukkan dalam hati perkataan tokoh lain ataupun sifat tokoh itu

terhadap dirinya.

“Aku terkesima saat membuka pintu flat. Kak Ratna tersenyum

lebar. Aku terbata meyilakan dia masuk. Kak Ratna memelukku

hangat dan bersahabat layak teman akrab. Ah, kak Ratna memang

sudah lama menganggapku sebagai teman, bukan adik kecil lagi.

“Wow… kamarmu cozy sekali, Tania”. Kak Ratna memang

memandang tulus seluruh ruangan. Terpesona. Aku menyeriangi

tipis.

“Aku mengenalkan kepada Anne. Anne tersenyum memeluknya.

Anne memandangku. Maksudnya bertanya apakah dia masih

diperlukan disana. Tentu saja Anne harus tetap disana (aku

sedikitpun tidak tahu Kak Ratna Akan membicarakanapa)”. Daun

47

2

Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. (DYJTPMA, 2010:

147).

“Kak Ratna tidak marah, bahkan berkaca-kaca matanya. Dan dia

membiarkan kami kali ini. Sekitar jam sembilanan, saat Aku dan

Adikku jatuh tertidur di lorong itu, dengan ditutupi yang dibawa

Kak Ratna, aku, dengar keributan disekitar kami.” Daun Yang

Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. (DYJTPMA, 2010: 56).

“Di matanya sedikit pun tidak ada sikap permusuhan. Kak Ratna

memelukku sekali lagi. Tidak ada wahja tidak suka padaku. Kak

Ratna melakukannya dengan tulus. Iya Tuhan, aku menggigit bibir.

Lantas kami membicarakan hal lainnya. Aku lebih banyak

mendengar saat kak Ratna membicarakan baju pengantin mereka,

menu bebek Peking itu, foto-foto pre-wed mereka, dan lain

sebagainya”. Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin.

(DYJTPMA, 2010: 150).

“Aku hanya terdiam, Kak Ratna memang tak pernah menganggap

aku sebagai duri dalam daging hubungan mereka. Mungkin karena

Kak Ratna belum tahu. Atau lebih tepatnya (aku yang tak mau

mengakui). Mungkin Kak Ratna memang jauh lebih dewasa

dibandingkan aku dalam urusan ini.” Daun Yang Jatuh Tak Pernah

Membenci Angin. (DYJTPMA, 2010: 151).

48

2

f. Penyabar

Penyabar adalah tokoh yang bersikap tenang atau tidak berburu

nafsu dan tidak lekas marah terhadap tokoh yang ada dalam novel

Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, karya Tere Liye. Hal

tersebut dapat dilihat pada tokoh berikut:

Adi merupakan teman Tania dari Indonesia Sama seperti Tania.

Adi juga melanjutkan pendidikannya di Singapura karena Adi juga

mendapatkan beasiswa ASEAN Scholarship. Adi juga pintar

memasak, mempunyai hobi main lego dan basket, Sama seperti Dede.

Adi memiliki sifat yang penyabar dalam menghadapi sesuatu hal yang

terjadi. Hal tersebut dapat di lihat dari kutipan berikut:

“Sejauh ini aku hanya berteman dengan dekat dengan Adi, teman

sejak ASEAN Scholarship dulu. Adi agak berbeda dengan cowok

lain yang mendekatiku. Adi jauh lebih mengerti tabiat dan sikap

berlawanan itu. Atau jangan-jangan apa pun sikapku, Adi akan

menerima apa adanya”.

“Adi juga bersabar untuk tidak terlalu melangkah jauh. Bersabar

menunggu. Bersabar dengan semua proses. Kami hanya berteman

dekat. Sejauh ini, itu cukup menyenangkan bagiku. Adi bisa

menjadi sopir yang baik, delivery bisnis kueku. Tukang fotokopi

bahan kuliah, dan berbagai pernak-pernik lainnya”. Daun Yang

Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. (DYJTPMA, 2010: 185-186).

49

2

“Kami makan siang di rumah. Adi membantu menyiapkan

masakan dia memang jago masak, dan itulah gunanya. Sebenarnya

manfaat Adi tidak hanya itu saja. Yang lebih penting, dengan

adanya Adi di sana aku merasa ada beberapa kenangan dan

kekhawatiran yang langsung otomatis terproteksi”. Daun Yang

Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. (DYJTPMA, 2010: 192).

g. Usil

Usil adalah sikap atau perbuatan yang dapat mengganggu tokoh

lain dan suka mencampuri urusan tokoh lain yang terdapat dalam novel

Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, karya Tere Liye. Hal

ini dapat dilihat pada tokoh berikut:

Jhony Chan merupakan teman Tania di Singapura yang berasal dari

keturunan China-Melayu yang memiliki rupa yang tampan. Jhony

Chan selalu suka usil terhadap Tania, semua itu dia lakukan karena dia

memiliki perasaan terhadap Tania dia suka kepada Tania. Hal ini dapat

dilihat dari kutipan berikut:

“Aku mengeluhkan satu cowok Singapura bertampan China-

Melayu yang selalu menggangguku. Namanya Jhony Chan.

Tampannya seperti Hongkong terkenal itu (namanya juga mirip),

tetapi kelakuannya jauh lebih jahat dibandingkan penjahat kelas

berat mana pun”.

Maibelopah: itu berarti dia suka kau.

50

2

Tania: Tapi aku engga suka dia.

Maibelopah: Bukannya katamu coeok itu lumaayan

cakap? :-)

Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. (DYJTPMA,

2010: 88).

“Sayangnya dia tak pernah mengomentari lebih lanjut hal-hal itu.

Paling hanya seperti tadi. Bergurau. Dan jadi berantem (aku sih

yang terlanjur kesal). Padahal sungguh, aku selalu mencari-cari

alasan soal Jhony Chan ini. Alasan untuk sedikit-banyak

menyinggung perasaanku”. Daun Yang Jatuh Tak Pernah

Membenci Angin. (DYJTPMA, 2010: 89).

Teman-teman yang lain dengan norak justru berteriak, “Jhony,

Jhony!” dia hanya tersenyum, menggodaku ikut menyebutkan

Nama itu bersama teman-teman dorm”. Daun Yang Jatuh Tak

Pernah Membenci Angin. (DYJTPMA, 2010: 94).

“Si Jhony Chan itu juga semakin menyebalkan. Dia beberapa kali

terang-terangan mengajakku jalan bareng. Belum lagi komplotan

wajah-wajah Melayu lain yang sok dewasa. Termasuk Adi

temanku asal Jakarta (penerima ASEAN scholarship juga) mulai

pendekatan”. Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin.

(DYJTPMA, 2010: 108).

51

2

h. Suka berbagi

Suka berbagi adalah perbuatan yang baik yang dapat membatu

sesama tokoh dan berbagi apayang dimilikinya tanpa membeda-

bedakan tokoh dan memberikannya dengan ikhlas yang terdapat dalam

novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, karya Tere

Liye. Hal ini dapat dilihat pada tokoh berikut:

Miranti merupakan salah satu teman Tania juga di kelas

mendongeng, Miranti juga sering membantu ibu Tania untuk

membantu pekerjaan usaha kuenya hingga usaha kue itu besar, dia

membantu ibu sewaktu masih hidup. Miranti merupakan sosok wanita

yang suka berbagi dan baik terhadap orang lainnya. Hal ini dapat

dilihat dari kutipan berikut:

“Dia meyebutkan Nama Miranti, yang dulu membantu Ibu

membesarkan usaha kue. Aku tersenyum senang. Ibu juga pasti

senang mendengar kabar ini di Surga”. Daun Yang Jatuh Tak

Pernah Membenci Angin. (DYJTPMA, 2010: 99).

“Miranti baik sekali memutuskan untuk tetap menggunakan Nama

Ibu di sana “WH Bakery", meskipun 100% kepemilikan toko

tersebut sudah ditangannya. Miranti bahkan masih meyisihkan

sebagian beasar uang untuk Dede. “Royalti dan lain sebagiannya.

Kak Tania pokoknya harus setuju!” miranti membujukku habis-

habisan di E-Mail agar aku mengizinkan Dede menerima transfer

uang tersebut”.

52

2

“Miranti benar-benar gadis yang baik. Sekian lagi di antara anak-

anak kelas mendongeng yang mewarisi muka dan tabiat

semenyenangkan dia. Termasuk bakat dalam berbisnis” Daun Yang

Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. (DYJTPMA, 2010:183).

B. PEMBAHASAN

a. Tokoh Tania (kuat)

Tokoh Tania dapat digambarkan dalam tokoh utama novel Daun

Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin cerita tokoh Tania banyak

mengalami masalah jika dibandingkan dengan tokoh lain. Tokoh Tania

merupakan tokoh yang pekerja keras yang selalu kuat dalam menghadapi

segala masalah. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut:

“Namun, baru setengah jalan. Oh, Ibu, ada paku payung tergeletak

di tengah-tengah bus. Aku tak tahu bagaimana paku payung

tersebut ada di situ. Bagian tajamnya menghadap ke atas begitu

saja, dan tanpa ampun seketika menghunjam kakiku yang sehelai

pun tak beralas saat melewatinnya”. Daun Yang Jatuh Tak Pernah

Membenci Angin (DYJTPMA, 2010:22).

“Kami sudah cukup menderita selama tiga tahun itu. Tinggal di

rumah kardus. Ke mana-mana bertelanjang kaki. Dan harus bekerja

dari pagi hingga malam di jalanan. Kesemua itu bahkan bisa

menjadi novel sedih yang sempurnah. Tak ada lagi situasi yang

53

2

lebih buruk daripada masa lalu tersebut. Sudah cukup” Daun Yang

Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. (CYJTPMA, 2010: 52).

b. Tokoh Danar (penolong)

Danar dapat digambarkan sebagai tokoh yang suka menolong dan

suka berbagi oleh semua orang, bukan hanya Tania dan keluarganya yang

dia bantuh tetapi juga kepada orang lain, dia tidak pernah pamrih dalam

menolong dan berbagi. Danar tidak pernah meminta balas budi dia

melakukan itu semua dengan ikhlas terhadap Tania dan kelurgannya

begitupun juga dengan orang lain. Hal ini dapat dilihat pada kutipan

berikut:

“Tapi siapa yang akan membayarinnya?” aku tersadarkan dari

kegembiraan sesaat. Jangankan sekolah tiga tahun terakhir ini,

makan saja kamisusah. “Oom Danar…” Ibu berkata pelan sambil

menyeka sudut matanya. Tersenyum. Daun Yang Jatuh Tak

Pernah Membenci Angin. (DYJTPMA, 2010: 27).

“Dia benar-benar seperti malaikat dikehidupan kami. Demi

melihat kebahagian dirona wahja Ibu, malam itu seketika aku

berikrar dalam hati. Bersumpah, dia akan selalu menjadi malaikan

dalam kehidupan kami dan akan selalu kuhormati setelah Ibu

selalu” Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

(DYJTPMA. 2013. 97).

54

2

c. Tokoh Ibu WH (penyayang)

Ibu WH adalah Ibu dari Tania dan Dede, yang dapat digambarkan

sebagai Ibu penyayang, yang baik terhadap anaknya maupun terhadap

orang lain, Ibu sangat menyayangi anak-anaknya, manesehati, dan

merawat anak-anaknya ibu juga sosok wanita yang pekerja keras untuk

memenuhi keburuhan sehari-harinya bersama anak-anaknya. Hal tersebut

dapat dilihat dari kutipan berikut:

“Berjanjilah, Nak… Ibu berusaha keras meneuskan kalimatanya.

Berjanjilah, kau akan selalu menjaga Adikmu...”

“Berjanjilah, Nak…ini akan menadi tangisanmu yang terakhir

pula...” gemetar tangan ibu membelai tanganku.

“Kau tak boleh menangis demi siapa pun mulai detik ini…kau tak

boleh menangis bahkan demi Adikmu siapapun…”

“Kecuali, kecuali dia… kecuali demi dia...” Ibu menatapku amat

lemah sambil tersenyum ganjil untuk terakhir kalinya.” Daun Yang

Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. (DYJTPMA, 2010: 60).

d. Tokoh Dede (jujur)

Tokoh Dede dapat digambarkan sebagai tokoh yang mempunyai

sifat yang jujur dan tidak pernah berbohong terhadapat Ibunya, Tania,

Danar dan siapapun dan iya selalu ingin mengetahuai ketika lagi ada

masalah. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan tersebut:

“Sungguh aku tidak percaya dengan kata itu. “Aduh, masa Dede

bohong sih? Kak Tania tega banget nuduh begitu. Mana pernah

55

2

Dede bohong! Dede melanggar janji saja engga pernah! Om Danar

bilang semalam…,” adikku protes berkepanjangan saat aku bilang

dia kalau bergurau jangan berlebihan”. Daun Yang Jatuh Tak

Pernah Membenci Angin. (DYJTPMA, 2010: 91).

“Kenapa kak Danar nggak bilang langsung ke Tania? “Hehe,

emang sengaja nggak bilang! Semalam Dede saja dipesan rahasia.

Dede nggak tahan nggak cerita. Nggak sabar mau ke Singapura.

Jalan-jalan …” Aku dan Adikku tertawa riang. Semua ini benar-

benar kejutan”. Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin.

(DYJTPMA, 2010: 91-92).

e. Tokoh Kak Ratna (Ramah)

Ratna dapat digambarkan sebagai tokoh memiliki sifat yang baik

dan ramah, ke semua tokoh yang baru iya kenal meskipun sosok Ratna

selalu diperlakukan tidak baik tetapi Ratna tidak pernah memasukkan

dalam hati perkataan tokoh lain ataupun sifat tokoh itu terhadap dirinya.

Hal ini dapat dilihat dari kutupan berikut:

“Aku mengenalkan kepada Anne. Anne tersenyum memeluknya.

Anne memandangku. Maksudnya bertanya apakah dia masih

diperlukan disana. Tentu saja Anne harus tetap disana (aku

sedikitpun tidak tahu Kak Ratna Akan membicarakanapa)”. Daun

Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. (DYJTPMA, 2010:

147).

56

2

“Kak Ratna tidak marah, bahkan berkaca-kaca matanya. Dan dia

membiarkan kami kali ini. Sekitar jam sembilanan, saat Aku dan

Adikku jatuh tertidur di lorong itu, dengan ditutupi yang dibawa

Kak Ratna, aku, dengar keributan disekitar kami.” Daun Yang

Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. (DYJTPMA, 2010: 56).

f. Tokoh Adi (penyabar)

Tokoh Adi dapat digambarkan sebagai tokoh yang memiliki sifat

penyabar dalam menghadapi sesuatu hal yang terjadi. Hal tersebut dapat di

lihat dari kutipan berikut:

“Adi juga bersabar untuk tidak terlalu melangkah jauh. Bersabar

menunggu. Bersabar dengan semua proses. Kami hanya berteman

dekat. Sejauh ini, itu cukup menyenangkan bagiku. Adi bisa

menjadi sopir yang baik, delivery bisnis kueku. Tukang fotokopi

bahan kuliah, dan berbagai pernak-pernik lainnya”. Daun Yang

Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. (DYJTPMA, 2010: 185-186).

“Kami makan siang di rumah. Adi membantu menyiapkan

masakan dia memang jago masak, dan itulah gunanya. Sebenarnya

manfaat Adi tidak hanya itu saja. Yang lebih penting, dengan

adanya Adi di sana aku merasa ada beberapa kenangan dan

kekhawatiran yang langsung otomatis terproteksi”. Daun Yang

Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. (DYJTPMA, 2010: 192).

g. Tokoh Jhony Chan (Usil)

57

2

Jhony Chan dapat digambarakan sebagai sebagai tokoh yang memiliki

sifat yang suka usil terhadap Tania, sifat usil itu dia lakukan karena dia

memiliki perasaan terhadap Tania dia suka kepadanya. Hal ini dapat

dilihat dari kutipan berikut:

“Aku mengeluhkan satu cowok Singapura bertampan China-

Melayu yang selalu mengguku. Namanya Jhony Chan. Tampannya

seperti Hongkong terkenal itu (namanya juga mirip), tetapi

kelakuannya jauh lebih jahat dibandingkan penjahat kelas berat

mana pun”.

Maibelopah: itu berarti dia suka kau.

Tania: Tapi aku engga suka dia.

Maibelopah: Bukannya katamu coeok itu lumaayan

cakap? :-)

Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. (DYJTPMA,

2010: 88).

“Si Jhony Chan itu juga semakin menyebalkan. Dia beberapa kali

terang-terangan mengajakku jalan bareng. Belum lagi komplotan

wajah-wajah Melayu lain yang sok dewasa. Termasuk Adi

temanku asal Jakarta (penerima ASEAN scholarship juga) mulai

pendekatan”. Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin.

(DYJTPMA, 2010: 108).

58

2

h. Tokoh Miranti (suka berbagi)

Miranti dapat digambarakan sebagai salah satu tokoh salah yang

memiliki sifat suka berbagi dan baik terhadap orang lain. Miranti juga

sering membantu Ibu Tania untuk membantu pekerjaan usaha kuenya

hingga usaha kue itu besar, dia membantu ibu sewaktu masih hidup. Hal

ini dapat dilihat dari kutipan berikut:

“Miranti baik sekali memutuskan untuk tetap menggunakan Nama

Ibu di sana “WH Bakery", meskipun 100% kepemilikan toko

tersebut sudah ditangannya. Miranti bahkan masih meyisihkan

sebagian beasar uang untuk Dede. “Royalti dan lain sebagiannya.

Kak Tania pokoknya harus setuju!” miranti membujukku habis-

habisan di E-Mail agar aku mengizinkan Dede menerima transfer

uang tersebut”.

“Miranti benar-benar gadis yang baik. Sekian lagi di antara anak-

anak kelas mendongeng yang mewarisi muka dan tabiat

semenyenangkan dia. Termasuk bakat dalam berbisnis” Daun Yang

Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. (DYJTPMA, 2010:183).

59

2

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas penelitian yang telah

dilaksanakan oleh peneliti, maka dari itu dapat disimpulakan, karakter

tokoh-tokoh yang terdapat dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah

Membenci Angin. Karya Tere Liye.

1. Karakter Tania dapat digambarkan sebagai tokoh yang “kuat”, Tania

selalu kuat saat menghadapi masalah meskupun masalah yang dia hadapi

sangatlah menyakitkan baginya.

2. Karakter Danar dapat digambarkan sebagai tokoh yang “penolong”. Tokoh

Danar yang begitu baik terhadap semua tokoh termasuk keluarga Tania

yang selalu dia membantu setiap harinya.

3. Karakter Ibu dapat digambarkan sebagai tokoh yang “penyayang,” Ibu

begitu menyayangi anak-anaknya Tania dan Dede bahkan Danar pun

sudah dianggap sebagai anaknya sendiri.

4. Karakter Dede dapat digambarkan sebagai tokoh yang “jujur” Dede selalu

berkata jujur terhadap siapa pun itu, termasuk kak Tania.

5. Karakter Kak Ratna dapat digambarkan sebagai tokoh yang “Ramah”

terhadap semua tokoh lain.

6. Karakter Adi dapat digambarakan sebagai tokoh yang “penyabar”. Adi

banya bersabar ketika menghadapi Tania karena Adi mempunyai perasaan

pada Tania.

60

2

7. Karakter Jhony Chan dapat digambarkan sebagai tokoh yang “Usil”. Jhony

Chan sangatlah usil pada Tania, perbatan usil itu dilakukan pada Tania

karena Jhony Chan suka pada Tania makanya dia usil.

8. Karakter Miranti dapat digambarakan sebagai tokoh yang “suka berbagi”

Miranti sangatlah baik dia pernah memberika kuenya kepada Tania saat

dia sedang sukses denga usaha kuenya.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka dari itu ada beberapa saran

yang Akan dikemukkan oleh penulis, sebegai berikut:

1. Bagi membaca

Penulis mengharapkan agar yang membaca skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua yang membacanya. Penulis berharap dengan

adanya penelitian ini dapat membantu untuk menambah mengetahuan dan

wawasan bagi pembaca.

2. Bagi peneliti

Peneliti berharap hendaknya bagi peneliti selanjutnya dapat

melaksanakan penelitian dengan lebih baik lagi dan lebih sempurna, baik

itu masalah penelitian yang Sama mau pun penelitian tentang masalah

lainnya. Peneliti menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari kata

sempurnah, maka dari itu peneliti berharap masukan dan saran bagi yang

memcanya. Peneliti mengucapkan banyak terimakasih dan mohon maaf

jika ada kesalan dalam penulisan ini.

61

2

DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. (2019). Psikologi Kepribadian. Universitas Muhammadadiyah Malang:

Ikatan Penerbit Indonesia

Azis, S. A. (2019). Representasi Nilai dalam Novel Melodi Kaki Langit Karya

Najib Kaelani (Tinjauan Sosiologi Sastra). Stilistika: Jurnal Pendidikan

Bahasa Dan Sastra, 9(1).

Badrun Ahmad. (2003). Pengantar Ilmu Sastra. Surabaya: Usaha Internasional

Budianta, Melaine, ddk. (2002). Membaca Sastra. Magelang: Indonesiatera

Dibia Ketut. (2018). Apresiasi Bahasa Dan Sastra Indonesia. Depok: PT

Rajagrafindo Persada

Haslinda. (2019). Kajian Apresiasi Prosa Fiksi Berbasis Kearifan Local

Makassar. LPP Unismuh Makassasr: CV Berkah Utami

Herawati, Y. (2010). Pemanfaatan Sastra Lokal Dalam Pengajaran Sastra. Lingua

Didaktika: Jurnal Bahasa dan Pembelajaran Bahasa, 3(2), 197–208.

https://doi.org/10.24036/ld.v3i2.7380

Hidayat, Komaruddin. (2016). Psikologi Sosial. Jakarta: Pt Gelora Askara

Pratama

Lailasari Dan Nurlaila. (2002). Kamus Istila Sastra. Bandung: Nuansa Aulia

Lendryono, Su`Adah. (2003). Psikologi Umum Perspektif Baru. Malang: Ar-Ruzz

Media

Liye Tere. (2010). Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angina. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama

Minderop Albertine. (2003). Psikologi Sastra, Metode Teori, Dan Contoh Kasus.

Jakarta: Yayasan Pustaka Obar Indonesia

Nurgiyantoro. (2013). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gaja Mada University

Press

Nurmawati, N. (2016). Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Novel

Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin Karya Tere Liye. Diksa :

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2(2), 184–197.

https://doi.org/10.33369/diksa.v2i2.3459

Prawati, Suci, Alfiah St. (2018). Analisis Kepribadian Tokoh Delisa Dalan Novel

Hafalan Shalat Delisa. Universitas Muhammadiah Makassar: Skripsi

Ratna. (2013). Pradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

62

2

Rahtomo, Bayu Cahyo. (2014). Nilai Pendidikan Karakter Dalan Vovel Amelia

Karya Tere Liye Dan Relevansinya Bagi Anak Usiah Madrasa Ibtidaiyah.

Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Sabarani. (2013). Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Novel Lascar

Pelangi Karya Andre Hirata. Tanjung Pinang: Universitas Martim Raja

Ali Haji

Sangidu. (2004). Metode Penelitian Sastra, Pendekatan Teori, Metode Dan Kita.

Yogyakarta: Unit Penerbit

Saryono Djoko. (2006). Apresiasi Sastra Indonesia. Malang: PT Alfath Putra

Salfia, N. (2017). Nilai Moral Dalam Novel 5 Cm Karya Donny Dhirgantoro.

Jurnal Humanika, 3(15), Article 15.

http://ojs.uho.ac.id/index.php/Humanika/article/view/595

Suwardi. (2004). Psikologi Kepribadian Dengan Perspektif Baru. Jakarta: Ar-

Ruzz Media

Sjarkawi. (2006). Pembentukan Kepribadian Anak (Peran Moral, Intelektual,

Emosional, Dan Sosial Sebagai Wujud Integrasi Membangun Jati Diri).

Jakarta

Utama Budi. (2004). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Bima Aksara

Wardahani. (2009). Makna Totalitas Dalam Karya Sastra. Surakarta: University

Press

Yanti, C. S. Y. C. S. (2017). Religiositas Islam Dalam Novel Ratu Yang Bersujud

Karya Amrizal Mochamad Mahdavi. Jurnal Humanika, 3(15), Article 15.

http://ojs.uho.ac.id/index.php/Humanika/article/view/585

Yusmania. (2018). Analisis Pendidikan Karakter dalam Novel “Hari Tanpa

Cinta”. Universitas Muhammadiah Makassar: Skripsi

63

2

LAMPIRAN

Judul: Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, Karya Tere Liye.

Dia bagai malaikat bagi keluarga kami. Merengkuh aku, adikku, dan ibu

dari kehidupan jalanan yang miskin dan nestapa. Memberikan makan, tenpat

berteduh, sekolah, dan janji masa depan yang lebih baik.

Dia sungguh bagai malaikat bagi keluarga kami. Memberikan kasih

sayang, perhatia, dan teladan tanpa mengharap budi sekalipun. Dan lihatlah, aku

membalas itu semua dengan membiarkan mekar perasaan ini.

Ibu benar, tak layak aku mencintai malaikat keluarga kami. Tak pantas.

Maafkan aku ibu. Perasaan kagum, terpesona, atau entalah itu muncil tak

tertahankan bahkan sejak rambutku masih dikepang dua.

Sekarang, ketika aku tahu dia boleh jadi tidak pernah menganggapku lebih

dari seorang adik yang tidak tahu diri, biarlah… aku luruh ke bumi seperti selelai

daun… daun yang tidak pernah membenci angin meski harus terengutkan dari

tangkai pohonnya.

64

2

RIWAYAT HIDUP

HERMIATI, lahir pada tanggal 04 September 1999 di pulau

Sailus Besar, Desa Sailus, kecamatan Liukang Tangaya,

Kabupaten Pangkep. Terlahir dari keluarga yang sederhana,

buah hati dari Ayahanda Elting dan Ibunda Halima, anak

kedua dari tiga bersaudara. Penulis memasuki jenjang

pendidikan dasar di bangku SD Negeri 6 Sailus Besar, Desa Sailus pada tahun

2006 dan tamat pada tahun 2011. Di tahun yang sama penulis melanjutkan jenjang

pendidikan menengah pertama di Sekolah SMP Negeri 3 Satap Liukang Tangaya

dan tamat pada tahun 2014. Di tahun yang sama penulis kemudian melanjutkan

pendidikan di SMA Negeri 3 Liukang Tangaya dan tamat pada tahun 2017.

Penulis terdaftar sebagai mahasiswa, pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah

Makassar, program studi strata 1. Kerja keras, pengorbanan serta kesabaran dan

atas izin Allah SWT, pada tahun 2021 penulis mengakhiri masa perkuliahan

dengan penyusunan karya ilmiah yang berjudul “Karakter Tokoh Dalam Novel

Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin Karya Tere Liye (Analisis

Psikologi Kepribadian)”

65