analisis transformasi karakter tokoh dalam kumpulan cerita

21
Analisis Transformasi Karakter Tokoh dalam Kumpulan Cerita Pendek Kami no Kodomotachi wa Mina Odoru: Sebuah Kajian Psikologi Sastra Dwi Mutiara, Dewi Anggraeni Program Studi Jepang, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia E-mail: [email protected] Abstrak Penelitian ini membahas mengenai perubahan karakter pada beberapa tokoh dalam kumpulan cerita pendek Kami no Kodomotachi wa Mina Odoru melalui pendekatan psikologi sastra, khususnya menggunakan metode telaah karakterisasi fiksi. Penulisan penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan karakter yang dialami oleh beberapa tokoh dalam setiap cerita dan menjabarkan berbagai pemicu yang mempengaruhi perubahan tersebut. Upaya mengamati perubahan karakter dapat ditunjukkan melalui dialog antar tokoh, sudut pandang pencerita, tuturan pengarang, tingkah laku, dan penampilan tokoh. Hasil analisis menunjukkan bahwa hanya ada beberapa tokoh dari keenam cerita yang mengalami perubahan karakter setelah adanya suatu pemicu, baik yang berupa bencana maupun keadaan yang tak terduga. Analysis of Transformation of The Character in Short Story Kami no Kodomotachi wa Mina Odoru: A Study of Psychology Literature Abstract The focus of this study is the transformation of character in the short story Kami no Kodomotachi wa Mina Odoru through approach of psychology literature, especially using fictional characterization method. This study aims to analyze the transformation of some characters in each story and describe the various triggers that influence these transformation. To observe the transformation in the character can be shown through dialogue among characters, the viewpoint of the narrator, the author’s speech, behavior, and appearance of characters. The analysis shows that there are only a few characters of the six stories that are changing the character after the triggers, either in the form of a disaster or unforeseen circumstances. Key words: Transformation of character; triggers; figures; disaster; Murakami Haruki; and methods of characterization study. Pendahuluan Karya sastra berbentuk cerita pendek merupakan hasil imajinasi dari pengarang. Unsur pembentuk karya sastra yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Menurut Nyoman (1991: 164), unsur-unsur yang termasuk unsur intrinsik, antara lain peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang cerita, bahasa, dan gaya bahasa. Sedangkan unsur-unsur ekstrinsik meliputi unsur-unsur yang berada di luar karya sastra tersebut. Adanya perbedaan karakter pada setiap tokoh dapat membuat alur cerita menjadi lebih hidup, sehingga perilaku tokoh Analisis transformasi karakter ..., Dwi Mutiara, FIB UI, 2014

Upload: others

Post on 09-Nov-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Transformasi Karakter Tokoh dalam Kumpulan Cerita

Analisis Transformasi Karakter Tokoh dalam Kumpulan Cerita Pendek Kami no Kodomotachi wa Mina Odoru: Sebuah Kajian Psikologi Sastra

Dwi Mutiara, Dewi Anggraeni

Program Studi Jepang, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia

E-mail: [email protected]

Abstrak Penelitian ini membahas mengenai perubahan karakter pada beberapa tokoh dalam kumpulan cerita pendek Kami no Kodomotachi wa Mina Odoru melalui pendekatan psikologi sastra, khususnya menggunakan metode telaah karakterisasi fiksi. Penulisan penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan karakter yang dialami oleh beberapa tokoh dalam setiap cerita dan menjabarkan berbagai pemicu yang mempengaruhi perubahan tersebut. Upaya mengamati perubahan karakter dapat ditunjukkan melalui dialog antar tokoh, sudut pandang pencerita, tuturan pengarang, tingkah laku, dan penampilan tokoh. Hasil analisis menunjukkan bahwa hanya ada beberapa tokoh dari keenam cerita yang mengalami perubahan karakter setelah adanya suatu pemicu, baik yang berupa bencana maupun keadaan yang tak terduga. Analysis of Transformation of The Character in Short Story Kami no Kodomotachi wa Mina Odoru: A Study of Psychology Literature

Abstract

The focus of this study is the transformation of character in the short story Kami no Kodomotachi wa Mina Odoru through approach of psychology literature, especially using fictional characterization method. This study aims to analyze the transformation of some characters in each story and describe the various triggers that influence these transformation. To observe the transformation in the character can be shown through dialogue among characters, the viewpoint of the narrator, the author’s speech, behavior, and appearance of characters. The analysis shows that there are only a few characters of the six stories that are changing the character after the triggers, either in the form of a disaster or unforeseen circumstances. Key words: Transformation of character; triggers; figures; disaster; Murakami Haruki; and methods of characterization study. Pendahuluan

Karya sastra berbentuk cerita pendek merupakan hasil imajinasi dari pengarang. Unsur

pembentuk karya sastra yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Menurut Nyoman (1991: 164),

unsur-unsur yang termasuk unsur intrinsik, antara lain peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema,

latar, sudut pandang cerita, bahasa, dan gaya bahasa. Sedangkan unsur-unsur ekstrinsik

meliputi unsur-unsur yang berada di luar karya sastra tersebut. Adanya perbedaan karakter

pada setiap tokoh dapat membuat alur cerita menjadi lebih hidup, sehingga perilaku tokoh

Analisis transformasi karakter ..., Dwi Mutiara, FIB UI, 2014

Page 2: Analisis Transformasi Karakter Tokoh dalam Kumpulan Cerita

memiliki perbedaan dalam menghadapi peristiwa dan juga pembaca dapat berimajinasi

terhadap tokoh yang berperan dalam cerita tersebut.

Setiap cerita disajikan dengan berbagai peristiwa yang kadang berubah-ubah.

Transformasi atau perubahan tidak hanya terjadi pada peristiwa dalam alur cerita, tetapi juga

dapat terjadi pada karakter tokoh yang digambarkan melalui interaksi antar tokoh maupun

lingkungannya. Tokoh dan penokohan atau karakterisasi dapat mengalami perubahan, karena

adanya pemicu baik dari faktor internal maupun eksternal, seperti pengalaman, peristiwa

(fenomena) atau lingkungan sosial. Satu diantara peristiwa yang mengubah karakter tokoh

dalam cerita, yaitu bencana alam di Jepang. Bencana yang digambarkan dalam kumpulan

cerpen Kami no Kodomotachi wa Mina Odoru karya Murakami, yaitu gempa Kōbe 1995

dengan kekuatan 7,2 Skala Ritcher dan serangan gas sarin1. Bencana yang digambarkan

dalam kumpulan cerita tersebut, bukan hanya bencana alam dan kemanusiaan saja, tapi juga

bencana yang dianggap sebagai musibah tak terduga yang dapat terjadi pada kehidupan

seseorang. Setiap tokoh yang digambarkan oleh Murakami dalam ceritanya mengalami

perubahan menjadi karakter yang berbeda sebagai akibat adanya pemicu awal berbentuk

bencana dan pemicu-pemicu lainnya.

Tinjauan Teoritis

Psikologi sastra adalah telaah karya sastra yang diyakini mencerminkan proses dan

aktivitas kejiwaan. Penelitian psikologi sastra memiliki peranan penting dalam memahami

sastra. Ada tiga kelebihan untuk meneliti sastra melalui pendekatan psikologi sastra. Pertama,

pentingnya psikologi sastra untuk mengkaji lebih mendalam aspek karakterisasi tokoh. Kedua,

melalui pendekatan ini dapat memberikan umpan-balik kepada peneliti tentang masalah

karakterisasi tokoh yang dikembangkan. Ketiga, penelitian semacam ini sangat membantu

untuk menganalisis karya sastra yang kental dengan masalah-masalah psikologis atau ilmu

kejiwaan (Endraswara, 2008: 12). Psikologi sastra bertujuan untuk memahami aspek-aspek

kejiwaan yang terkandung dalam suatu karya sastra (Ratna, 2003: 343).

Endraswara (2008: 96-97), sastrawan Indonesia, memaparkan bahwa karya yang

dipandang sebagai fenomena psikologis akan menampilkan aspek-aspek kejiwaan melalui

tokoh-tokoh jika berbentuk drama maupun prosa. Psikologi dan sastra memiliki hubungan

                                                                                                                         1 Serangan gas sarin 1995 adalah serangan teroris yang paling serius dalam sejarah modern Jepang dan dilakukan oleh sebuah sekte agama bernama Aum Shinrikyō di jalur kereta api bawah tanah terpadat di Tōkyō pada Maret 1995. http://www.cfr.org/japan/aum-shinrikyo/p9238 diakses pada 11 Oktober 2014 pukul 00.28 WIB dan Tetsushi Kajimoto, Sarin Memories still Haunt Survivors, The Japan Times, 1996: 1.

Analisis transformasi karakter ..., Dwi Mutiara, FIB UI, 2014

Page 3: Analisis Transformasi Karakter Tokoh dalam Kumpulan Cerita

fungsional karena sama-sama menyoroti mengenai keadaan jiwa orang lain, hanya saja dalam

bidang psikologi keadaan jiwa manusia yang dikaji bersifat nyata, sedangkan dalam bidang

sastra bersifat imajinatif atau melalui karakter tokoh.

Dalam menelaah sastra menggunakan pendekatan psikologi, peneliti tidak serta merta

menghilangkan ciri khas pendekatan sastra. Namun, sebelum peneliti menelaah sastra melalui

pendekatan psikologi, peneliti harus memahami landasan pada bidang sastra yang mencakup

teori, konsep, dan definisi. Teori sastra yang paling mendekati dan saling mendukung untuk

telaah karya sastra adalah teori karakterisasi (Minderop, 2013: 72).

Metode Telaah Karakterisasi Fiksi

Menurut Albertine Minderop (2005: 95) dalam bukunya Metode Karakterisasi Telaah

Fiksi menyatakan bahwa perkarakteran adalah kualitas nalar dan perasaan para tokoh di

dalam suatu karya fiksi yang dapat mencakup tidak saja tingkah laku dan kebiasaan, tetapi

juga penampilan. Lebih lanjut, Minderop menyatakan bahwa metode karakterisasi dalam

telaah karya sastra adalah metode melukiskan karakter para tokoh yang terdapat dalam karya

fiksi.

Dalam psikologi sastra, pencerminan berbagai konsep psikologis pada tokoh bentukan

pengarang perlu disampaikan melalui metode karakterisasi fiksi yang biasa digunakan dalam

telaah sastra. Metode telaah karakterisasi fiksi antara lain metode langsung dan tidak langsung

(telling dan showing), sudut pandang (point of view), dan gaya bahasa (figurative language).

Metode Langsung dan Tidak Langsung (Telling and Showing)

Pada umumnya, seorang pengarang menggunakan dua metode untuk menggambarkan

karakter tokoh dalam karyanya.

Pertama, metode langsung (telling) merupakan metode yang digunakan oleh

kebanyakan penulis fiksi zaman dulu dengan mengandalkan pemaparan dari pengarang

mengenai karakter tokoh. Albertine Minderop menambahkan bahwa metode langsung

mencakup karakterisasi melalui penggunaan nama tokoh, penampilan tokoh, maupun tuturan

pengarang. Nama tokoh digunakan untuk memperjelas dan mempertajam karakter tokoh serta

melukiskan kualitas karakteristik yang membedakannya dengan tokoh lain. Dalam suatu

karya sastra, penampilan para tokoh memegang peranan penting sehubungan dengan telaah

karakterisasi, seperti pakaian yang dikenakan oleh tokoh. Karakterisasi melalui tuturan

pengarang memberikan ruang yang luas dan bebas kepada pengarang dalam menentukan

Analisis transformasi karakter ..., Dwi Mutiara, FIB UI, 2014

Page 4: Analisis Transformasi Karakter Tokoh dalam Kumpulan Cerita

ceritanya (Minderop, 2013: 79). Pengarang yang menggunakan metode ini mencoba

membentuk persepsi pembaca tentang tokoh yang dikisahkannya melalui komentar atau

tuturan pengarang.

Kedua, menurut Minderop (2005: 22-23), karakterisasi melalui dialog dalam metode

tidak langsung dapat mencakup apa yang dikatakan penutur, lokasi dan situasi percakapan,

jatidiri penutur, jatidiri tokoh yang dituju oleh penutur, kualitas mental para tokoh, nada suara,

penekanan, kosa kata, maupun dialek para tokoh kisahan. Sedangkan karakterisasi melalui

tingkah laku dalam metode tidak langsung dapat mencakup ekspresi wajah dan motivasi yang

melandasi tindakan tokoh.

Pembaca harus memperhatikan substansi dari suatu dialog, apakah melalui dialog,

peristiwa dalam alur cerita dapat berkembang atau sebaliknya. Selain itu, situasi dalam

percakapan dapat mendukung dan memperjelas karakter para tokoh yang dibicarakan. Jatidiri

tokoh yang dituju oleh penutur, penutur di sini berarti tuturan yang disampaikan tokoh dalam

cerita, maksudnya tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang tokoh lainnya. Kualitas

mental para tokoh dapat dikenali melalui alunan dan aliran tuturan ketika para tokoh

bercakap-cakap. Nada suara, penekanan, dialek, dan kosa kata juga dapat membantu dan

memperjelas karakter para tokoh. Selain melalui tuturan, karakter tokoh dapat diamati melalui

tingkah laku. Tampilan ekspresi wajah pun dapat memperlihatkan karakter tokoh.

Metode Sudut Pandang (Point of View)

Secara singkatnya, teknik sudut pandang dapat digunakan pengarang dengan

menampilkan pencerita2. Metode karakterisasi melalui sudut pandang adalah metode narasi

yang menentukan posisi atau sudut pandang dari mana cerita disampaikan.

Pencerita yang menggunakan sudut pandang persona pertama “akuan” merupakan

pencerita yang terlibat langsung dalam mengalami berbagai peristiwa cerita (Bennison, 1996:

40). Sedangkan pencerita yang menggunakan sudut padang persona ketiga3 “diaan” biasanya

                                                                                                                         2 Pencerita merupakan tokoh ciptaan pengarang yang mengemban tugas untuk menyampaikan cerita. Pencerita tidak selalu berkedudukan sebagai pengarang cerita, walaupun pencerita menggunakan teknik “akuan” yang identik dengan pengarang cerita sebagai tokoh utama dalam cerita. Pencerita tetap menjadi bagian dalam dunia fiktif. 3 Sudut pandang persona ketiga dibagi menjadi dua, yaitu “diaan” mahatahu dan “diaan” terbatas. “Diaan” mahatahu adalah pencerita yang berada di luar cerita menyampaikan, mendramatisasi, atau menginterpretasi berbagai peristiwa yang menyangkut para tokoh dalam kisahan dengan bebas melalui sudut pandang “ia” maupun “dia”. Namun, pencerita tidak selalu ikut campur para tokoh dengan bebas mengungkapkan pikiran, perasaan, ataupun harapan melalui dialog dengan menggunakan kata ganti orang pertama “aku” dan “kau”. Sedangkan pencerita “diaan” terbatas yaitu pencerita yang hanya membatasi diri dalam pemaparan peristiwa yang diamatinya dari luar. Jadi seolah-olah hanya melaporkan apa yang dilihatnya saja.  

Analisis transformasi karakter ..., Dwi Mutiara, FIB UI, 2014

Page 5: Analisis Transformasi Karakter Tokoh dalam Kumpulan Cerita

menampilkan tokoh-tokoh ciptaannya dengan menyebut nama atau menggunakan kata ganti

“ia”, “dia”, atau “mereka” (Minderop, 2005: 96).

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan psikologi sastra melalui

metode telling dan showing. Penggunaan metode ini memudahkan penulis untuk mencari kata

kunci dalam tuturan langsung pengarang, dialog, tingkah laku, penampilan, penekanan pada

tuturan, situasi percakapan, ataupun kosa kata yang digunakan para tokoh yang merujuk pada

perubahan karakter tokoh setelah adanya suatu pemicu dalam kumpulan cerpen karya

Murakami Haruki. Metode sudut pandang juga digunakan dalam penelitian ini karena metode

ini lebih memfokuskan gaya penyampaian cerita. Posisi pencerita dan gaya penyampaian

cerita, baik “akuan” maupun “diaan” mempengaruhi bagaimana pembaca menginterpretasikan

karakter tokoh. Namun, fokus penggunaan metode terletak pada metode telling dan showing.

Metode gaya bahasa tidak digunakan oleh penulis dalam menganalisis perubahan

karakter pada tokoh. Menurut pengamatan penulis, gaya bahasa yang digunakan tidak terlalu

menggambarkan karakter tokoh dan juga perubahan pada karakter. Murakami lebih

memberikan kekhasan pada gaya penulisannya yang ringan, karena gaya bahasa yang terlalu

tinggi akan menimbulkan kesulitan untuk dipahami oleh penikmat karya sastra.

Metode Penelitian

Penulis akan menggunakan langkah-langkah penelitian sebagai berikut. Pertama,

penulis akan mengamati karakter awal pada tokoh baik tokoh utama maupun tokoh bawahan.

Kedua, penulis menggunakan pendekatan psikologi sastra untuk mengetahui kerakterisasi

tokoh melalui metode langsung dan tidak langsung (telling dan showing), serta sudut pandang.

Dengan teori tersebut, akan dilakukan pengamatan pada dialog, tingkah laku, lokasi, kosa kata,

maupun penampilan tokoh. Ketiga, penulis mengamati tokoh yang sama dengan karakter

yang sudah berbeda setelah adanya pemicu dengan menerapkan metode langsung, tidak

langsung, dan sudut pandang untuk menganalisis perubahan karakter pada tokoh. Sebagai

tahap akhir, akan dibuat kesimpulan mengenai perubahan karakter pada tokoh dalam

kumpulan cerpen Kami no Kodomotachi wa Mina Odoru dengan hasil analisis psikologi

sastra melalui metode telaah karakterisasi fiksi. Berikut alur metode penelitian untuk

memudahkan pemahaman mengenai perubahan karakter.

Analisis transformasi karakter ..., Dwi Mutiara, FIB UI, 2014

Page 6: Analisis Transformasi Karakter Tokoh dalam Kumpulan Cerita

Gambar 1. Alur Metode Penelitian

Peneliti dalam memperoleh data melalui studi dokumen. Studi dokumen dengan

membaca literatur dari perpustakaan Universitas Indonesia dan perpustakaan Japan

Foundation, google book, modul perkuliahan, artikel, dan referensi dari internet dengan tema

yang terkait.

Pembahasan

Transformasi merupakan perubahan bentuk yang berupa sifat, fisik, atau keadaan.

Dalam penelitian ini, istilah yang digunakan untuk mengacu pada transformasi adalah

perubahan. Perubahan pada karakter tokoh digambarkan melalui dialog dan gaya

penyampaian pencerita, agar dapat memahami dengan jelas sebelum masuk ke dalam analisis

cerita.

Perubahan Karakter Komura (小村) pada Cerpen Yūfō ga Kushiro ni Oriru

Pencerita mengisahkan tokoh-tokoh pada cerita pertama melalui sudut pandang “diaan”

yang terlihat dalam kalimat pertama (Murakami: 2000, 13). Dalam cerpen ini, Komura

digambarkan sebagai orang yang tidak banyak bicara melalui metode sudut pandang.

Selanjutnya, berdasarkan penggambaran pengarang, karakter Komura digambarkan memiliki

sifat yang supel, berpenampilan menarik, dan kharismatik. Karakter Komura mengalami

perubahan, untuk membantu memahami perubahan tersebut dibutuhkan metode telaah

karakterisasi fiksi.

Gambar 2. Alur Perubahan Karakter Komura

Alur perubahan karakter seperti pada gambar 2 menjelaskan bahwa Komura

mengalami tiga kali perubahan. Perubahan tersebut diakibatkan oleh tiga pemicu dan dapat

dianalisis melalui metode telaah karakterisasi fiksi. Dalam cerita, Komura yang awalnya supel

Analisis transformasi karakter ..., Dwi Mutiara, FIB UI, 2014

Page 7: Analisis Transformasi Karakter Tokoh dalam Kumpulan Cerita

dan memiliki banyak teman baik laki-laki maupun perempuan, tapi setelah menikah (pemicu

I), hasratnya untuk berkencan dengan perempuan dan ingin diperhatikan oleh orang-orang

sekitar menjadi hilang. Komura memilih untuk cepat pulang dari tempat kerjanya untuk

bertemu dengan istrinya. Perubahan karakter Komura juga disadari oleh teman-teman

kerjanya. Pada awalnya karakter Komura yang supel, kemudian pencerita menggambarkan

karakter Komura menjadi lebih kalem.

Berdasarkan sudut penceritaan, perubahan karakter yang semula bahagia dan

menikmati kehidupan pernikahan bersama istrinya, kemudian menjadi karakter yang berbeda

karena istrinya yang sudah tidak bersamanya lagi, ia menjadi kehilangan arah hidup. Setelah

istrinya melihat pemberitaan mengenai bencana (pemicu II), ia memilih untuk kembali ke

rumah keluarganya dan meninggalkan Komura. Hal tersebut membuat Komura tidak tahu

harus melakukan apa untuk hidupnya. Kehilangan pasangan hidup membuatnya seperti mayat

hidup, terombang-ambing mengikuti arus kehidupan saja.

Cerita beruang (pemicu III) mampu memberikan tamparan pada Komura bagaimana

seharusnya dulu ia memperlakukan istrinya. Pemicu tersebut mengubah karakter Komura

menjadi karakter yang berbeda yang sadar akan dirinya terombang-ambing tidak tahu arah

hidup. Akhirnya, Komura tersadar bahwa ia telah melakukan perjalanan yang panjang demi

melangkah maju menjalani hidup ke depannya.

Perubahan Karakter Junko (順子) pada Cerpen Airon no Aru Fūkei

Pencerita mengisahkan tokoh-tokohnya melalui sudut pandang “diaan” yang terlihat

dalam kalimat kedua (Murakami: 2000, 47). Berdasarkan gaya penceritaan, Junko

digambarkan sebagai orang yang banyak bicara (Murakami: 2000, 47). Hal tersebut terlihat

dalam gaya penyampaian pencerita yang memberikan kesempatan untuk Junko

mengekspresikan dirinya melalui dialog yang santai dengan Keisuke. Karakter Junko

mengalami perubahan, untuk membantu memahami perubahan tersebut dibutuhkan metode

telaah karakterisasi fiksi.

Gambar 3. Alur Perubahan Karakter Junko  

Alur perubahan karakter seperti pada gambar 3 menjelaskan bahwa Junko mengalami

dua kali perubahan. Perubahan tersebut diakibatkan oleh dua pemicu dan dapat dianalisis

Analisis transformasi karakter ..., Dwi Mutiara, FIB UI, 2014

Page 8: Analisis Transformasi Karakter Tokoh dalam Kumpulan Cerita

melalui metode telaah karakterisasi fiksi. Dalam cerita menurut pengamatan penulis, Junko

mengalami perubahan yang singnifikan saat ia mulai beranjak dewasa dengan ditandai

menstruasi. Berdasarkan penggambaran pengarang, karakter Junko digambarkan memiliki

sifat yang periang, penyayang, dan sederhana pada saat kecilnya. Karakter Junko disampaikan

melalui metode telling─tuturan pengarang seperti dalam kutipan di bawah ini.

小さな子どもの頃、順子は父親と仲が良かった。休日にはよく二人でいろんなとこ

ろに遊びにい行った。父親と手をつないで歩いていると、わけもなく誇らしく、心

強かった。(Murakami, 2000: 58). Ketika masih kecil, Junko dan ayahnya berhubungan baik. Ia dan ayahnya pergi bermain ke berbagai tempat pada hari libur. Ketika ia berjalan dan bergandengan tangan dengan ayahnya, ia yakin dan bangga yang tak beralasan.

Kutipan di atas menggambarkan kedekatan Junko dengan sang ayah. Ia tidak ingin

merepotkan ayahnya, seperti merengek untuk dibelikan makanan atau hadiah yang biasanya

dilakukan oleh anak-anak kecil. Dalam keseluruhan cerita, ibu Junko tidak dimunculkan oleh

pengarang. Artinya, Junko hanya hidup bersama ayahnya sejak kecil. Namun, datang saatnya

secara tak terduga Junko mengalami menstruasi (pemicu I). Bagi anak perempuan, menstruasi

untuk kali pertama (menarche) dianggap bencana karena pada saat itu tubuh akan mengalami

perubahan seperti membesarnya payudara dan timbulnya rasa sakit pada tubuh. Menstruasi

menjadi jembatan dalam perubahan pada fase anak-anak menuju fase remaja.

Peran orang tua masih kental dalam mengarahkan tingkah laku anaknya berdasarkan

gender.Perubahan fase pada seorang anak akan membutuhkan perhatian orang tua terutama

ibu yang lebih paham mengenai fisik dan psikis anak. Ibu menjadi sumber informasi pertama

bagi anak perempuan untuk mengetahui masalah menstruasi dan membantunya melewati

masa transisi menjadi remaja. Saat anak perempuan sudah pubertas (menstruasi), ibu yang

mengajarinya mengenai menstruasi, seperti bagaimana membersihkan atau memasang

pembalut. Namun, saat Junko yang pertama kalinya mengalami menstruasi, ia tidak mengerti

apapun, karena keberadaan ibu tidak diceritakan apakah ibunya masih hidup atau sudah

meninggal. Ia hanya tinggal dengan ayahnya, sehingga membuat psikisnya terguncang.

Perubahan pada tokoh Junko terjadi saat pertama kali menstruasi. Seorang anak

perempuan saat pertama kali mengalami pubertas akan cenderung panik. Demi mengurangi

kepanikan, mereka harus memahami masa pubertas seperti apa. Pengetahuan mengenai

menstruasi maupun pubertas diperlukan untuk mencegah berbagai masalah yang berhubungan

dengan kebersihan organ kewanitaaan, masalah kehamilan yang tidak diinginkan, dan

Analisis transformasi karakter ..., Dwi Mutiara, FIB UI, 2014

Page 9: Analisis Transformasi Karakter Tokoh dalam Kumpulan Cerita

penularan penyakit.4 Dalam cerita, Junko menyadari bahwa dirinya sudah bukan anak-anak, ia

sudah mulai beranjak remaja. Selain itu, hubungan Junko dan ayahnya yang mulai

merenggang semenjak menstruasi juga membuatnya menjadi tidak nyaman. Saat anak

perempuan terlahir di dunia, figur laki-laki yang pertama ditemuinya adalah ayah. Setelah

Junko memasuki masa pubertas, timbul rasa tidak nyaman karena tingkah laku ayahnya yang

melihat Junko dengan tatapan yang aneh dan berbeda. Junko mengartikan tatapan ayahnya

sebagai tatapan seorang laki-laki yang melihat perubahan pada fisik perempuan.

Baginya, menstruasi menjadi pembatas antara ia dan ayahnya. Hal tersebut

mengakibatkan terganggunya psikis Junko, karena ia memutuskan untuk pergi dari rumah dan

melewati hidupnya tanpa kehadiran ayah di dekatnya. Berbagai masalah mulai timbul dalam

kehidupan Junko, seperti nilai yang buruk.

Perubahan Karakter Ayah Junko pada Cerpen Airon no Aru Fūkei

Pencerita mengisahkan tokoh ayah Junko melalui sudut pandang “diaan” (Murakami:

2000, 58). Berdasarkan gaya penceritaan, ayah Junko digambarkan sebagai tokoh yang tidak

banyak bicara. Hal tersebut terlihat dalam gaya penyampaian pencerita yang menggambarkan

karakter ayah Junko dengan lebih leluasa, sehingga tidak ada kesempatan ayah Junko untuk

berdialog atau menggambarkan karakternya. Sedangkan berdasarkan penggambaran

pengarang, karakter ayah Junko digambarkan memiliki karakter yang periang, penyayang, dan

sederhana. Ayah Junko memiliki karakter sederhana dan penyayang ditunjukkan saat ia

memilih menghabiskan waktu liburnya bersama anak perempuannya, meskipun sekedar

berjalan-jalan keluar. Karakter ayah Junko mengalami perubahan, untuk membantu

memahami perubahan tersebut dibutuhkan metode telaah karakterisasi fiksi.

Gambar 4. Alur Perubahan Karakter Ayah Junko

Alur perubahan karakter seperti pada gambar 4 menjelaskan bahwa ayah Junko

mengalami satu kali perubahan. Perubahan tersebut terjadi karena anak perempuannya yang

mengalami menstruasi pertama kali. Dalam cerita, ayah Junko memiliki kedekatan selayaknya

sahabat. Alasan anak perempuan memilih lebih dekat dengan ayahnya, karena dapat menjadi

                                                                                                                         4 http://www.livestrong.com/article/84087-signs-before-first-period/ diakses pada 28 November 2014 pukul 08.36 WIB.

Analisis transformasi karakter ..., Dwi Mutiara, FIB UI, 2014

Page 10: Analisis Transformasi Karakter Tokoh dalam Kumpulan Cerita

dasar pemahaman bagaimana kehidupan masa depan ketika memiliki hubungan dengan lawan

jenis. Namun, jika hubungan ayah dan anak perempun tidak berjalan dengan baik, maka

mungkin saja dapat berimbas pada emosi anak dan bagaimana cara membangun hubungan

dengan laki-laki lain dalam hidupnya. Dalam cerita, karakter ayah sebagai sosok yang

penyayang tergambarkan dengan hubungan ayah dan anak perempuan terjalin dengan baik.

Kesibukan sehari-hari membuat ayahnya sulit bermain dengan anaknya, maka ia

sangat menghargai dan memanfaatkan waktu bersama putrinya. Seorang ayah yang sangat

dekat dengan anak perempuannya akan merasa kehilangan saat anak kesayangannya mulai

memasuki masa pubertas. Ayah Junko merasa sudah tidak dapat menghabiskan waktu

liburnya walaupun hanya untuk pergi berjalan-jalan bersama anaknya. Oleh karena itu, ia

memilih untuk menjauh dari Junko. Karakter ayahnya yang awalnya terlihat baik dan

penyayang, kemudian berubah menjadi tokoh dengan karakter yang dingin yang digambarkan

dengan metode telling─tuturan pengarang pada kutipan di bawah ini.

 ...父親はそれまでとはちがった奇妙な視線で彼女のことを見るようになった。

中学三年生になって身長が170センチを超えてからは父親はほとんどなにも話し

かけないようになった。(Ibid). ... hingga saat itu, ayahnya mulai melihat Junko dengan tatapan aneh dan berbeda dari biasanya. Tinggi badannya saat menjadi murid SMP kelas tiga mencapai 170 sentimeter, sehingga ayahnya hampir tidak berbicara apapun.

Perubahan fisik yang terjadi pada anaknya membuat ayah Junko menjadi merasa asing

dengan anaknya yang telah menjadi remaja perempuan. Hubungan ayah dan anakpun

mengalami perubahan menjadi hubungan laki-laki dan perempuan. Berdasarkan pengamatan

penulis, karena tidak digambarkan dengan jelas apakah ibunya masih hidup atau tidak dalam

cerita, sehingga muncul pemahaman bahwa adanya sepasang laki-laki (ayah) dan perempuan

(Junko) yang hidup bersama. Sebagai respons alami dari seorang laki-laki, ayah Junko akan

memandang anak perempuan yang sudah remaja dengan tatapan aneh.

Bentuk respons seperti memandang seseorang, dapat mengacu pada sekuhara (セクハ

ラ, pelecehan seksual) dari laki-laki dewasa pada perempuan remaja. Pelecehan seksual

merujuk pada tindakan yang tidak diinginkan yang bersifat seksual, sehingga dapat membuat

seseorang merasa tidak nyaman dan terganggu. Pelecehan seksual tidak serta merta perilaku

mengenai seks, tapi dapat juga berbentuk pelecehan lainnya yang menimbulkan

ketidaknyamanan dan ketakutan pada orang yang dikenainya. Bentuk pelecehan seksual dapat

Analisis transformasi karakter ..., Dwi Mutiara, FIB UI, 2014

Page 11: Analisis Transformasi Karakter Tokoh dalam Kumpulan Cerita

berupa menyentuh tubuh seseorang, melihat tubuh seseorang dengan saksama, atau bahkan

membicarakan mengenai seks.5

Dalam cerita, ayah memandang anaknya dengan tatapan aneh. Selain itu, ayah sudah

tidak lagi berkomunikasi dengan Junko semenjak itu. Sebagai seorang laki-laki, ayahnya

paham mengenai tindakannya yang menatap dengan tatapan aneh pada anaknya merupakan

sekuhara, sehingga ia lebih memilih untuk tidak berbicara lagi dengan Junko. Respons yang

ditunjukkan oleh ayah Junko bertujuan untuk menghindari sekuhara. Hal tersebut

mengakibatkan Junko menjadi tidak nyaman dan takut. Oleh karena itu, Junko memilih untuk

pergi dari rumah dan tinggal sendiri di Ibaraki.

Perubahan Karakter Miyake (三宅) pada Cerpen Airon no Aru Fūkei

Berdasarkan gaya penceritaan, Miyake digambarkan sebagai orang yang tidak banyak

bicara dan tertutup dari siapapun. Tokoh Miyake diceritakan oleh seseorang yang

meminjamkan rumah pada Miyake (Murakami: 2000, 60). Orang tersebut diberi tugas oleh

pencerita untuk menyampaikan karakter tokoh Miyake. Selain itu, pertemuan Junko dan

Miyake menggambarkan bahwa Miyake tertutup dan tidak banyak bicara, karena yang

menyapa terlebih dahulu adalah Junko. Karakter Miyake mengalami perubahan, untuk

membantu memahami perubahan tersebut dibutuhkan metode telaah karakterisasi fiksi.

Gambar 5. Alur Perubahan Karakter Miyake

Alur perubahan karakter seperti pada gambar 5 menjelaskan bahwa Miyake

mengalami satu kali perubahan. Perubahan tersebut diakibatkan oleh pembicaraan mengenai

gempa (pemicu I) dan dapat dianalisis melalui metode telaah karakterisasi fiksi. Dalam cerita,

Miyake merupakan tokoh yang dingin, tidak banyak bicara, dan terkesan cuek juga

digambarkan melalui penampilannya. Ia digambarkan sosok tidak peduli dengan pandangan

orang mengenai penampilannya yang terkesan tidak mengikuti zaman.

Pencerita tidak menceritakan awal kehidupan keluarga Miyake. Namun, dapat

dipahami dari dingin dan tidak acuhnya karakter yang ditunjukkan oleh Miyake bahwa

terdapat masalah yang disimpannya sendiri. Pola kehidupan keluarga Miyake sudah hancur                                                                                                                          5 http://www.ggenyc.org/programs/education/what-is-sexual-harassment/ diakses pada 5 Januari 2015 pukul 23.24 WIB.

Analisis transformasi karakter ..., Dwi Mutiara, FIB UI, 2014

Page 12: Analisis Transformasi Karakter Tokoh dalam Kumpulan Cerita

dari sebelum gempa terjadi dan mengakibatkan Miyake menjadi sosok yang menutupi

emosinya. Karakter tidak acuh pada Miyake berubah menjadi emosi saat ia ditanya oleh

Keisuke. Karakter Miyake yang berubah digambarkan melalui metode showing─jatidiri

penutur tokoh bawahan dan jatidiri penutur tokoh protagonis seperti dalam kutipan di bawah

ini. 「三宅さん、出身は神戸のほうだっていつか言ってましたよね」、啓介がふと思い

出したように明るい声で尋ねた。「先月の地震は大丈夫だったんですか?神戸には

家族とかいなかったんですか?」 「さあ、ようわからん。俺な、あっちとはもう関係ないねん。昔のことや。」 「昔のことやと言われても、そのわりに関西弁ぜんぜん抜けないですね」 「そうかな、抜けてへんか?自分ではようわからんけど」(Murakami, 2000: 55, penebalan oleh penulis).

  “Apakah gempa bulan lalu tersebut baik-baik saja untukmu?”

“Aku tidak yakin,” kata Miyake. “Aku tidak punya hubungan dengan Kōbe lagi. Itu suatu hal yang lama.” “Lama? Apakah kamu yakin tidak kehilangan dialek Kansaimu?” “Hmm, Aku juga tidak tahu.”

Kehidupan keluarga Miyake saat di Kōbe tidak dijelaskan secara rinci. Istri dan

anaknya masih tinggal di Kōbe saat gempa tersebut terjadi. Namun, Miyake sudah hidup

sendiri sejak lima tahun yang lalu dan pindah ke Ibaraki. Pertanyaan Keisuke mengingatkan

Miyake pada gempa yang menimpa keluarganya. Ia berusaha untuk menghindari pertanyaan

seputar gempa yang dituturkan oleh Keisuke. Berdasarkan dialog Miyake, ia seakan emosi

dan marah ketika mendengar Kōbe. Baginya, Kōbe merupakan masa lalunya yang tidak ingin

diingat olehnya. Ia menggunakan kata mukashi (昔) untuk menunjukkan bahwa sudah sangat

lama peristiwa tersebut terjadi di Kōbe. Ia menyamakan gempa dengan kehancuran pada

kehidupan keluarganya. Dapat dipahami bahwa pembicaraan mengenai gempa menjadi

pemicu adanya perubahan pada tokoh Miyake yang semula terlihat lebih tertutup, kemudian

menjadi lebih sensitif dan perasa saat disinggung tentang gempa Kōbe.

Perubahan Karakter Yoshiya (善也) pada Cerpen Kami no Kodomotachi wa Mina Odoru

Pencerita menggambarkan tokoh melalui sudut pandang “diaan”. Yoshiya

digambarkan memiliki karakter periang, sederhana, dan mudah percaya (Murakami: 2000, 98).

Posisi pencerita mahatahu mengenai karakter awal Yoshiya. Karakter Yoshiya mengalami

perubahan, untuk membantu memahami perubahan tersebut dibutuhkan metode telaah

karakterisasi fiksi.

Analisis transformasi karakter ..., Dwi Mutiara, FIB UI, 2014

Page 13: Analisis Transformasi Karakter Tokoh dalam Kumpulan Cerita

Gambar 6. Alur Perubahan Karakter Yoshiya

Alur perubahan karakter seperti pada gambar 6 menjelaskan bahwa Yoshiya

mengalami satu kali perubahan. Perubahan pada tokoh Yoshiya terlihat jelas ketika ia

memohon pada Ayahnya agar dapat pandai berolahraga (pemicu I). Ketika ia kecil, ia selalu

diberi tahu oleh ibunya dan Tuan Tabata bahwa ia anak tuhan dan ia mempercayainya,

sehingga ia sangat senang ketika diajak pergi untuk membantu ibunya menyebarkan agama.

Mengacu pada serangan gas sarin, pencerita ingin memaparkan bahwa Tuan Tabata

menjadi misionaris dalam menyebarkan agamanya. Menurut pengamatan penulis, dengan

adanya serangan gas sarin, muncul kemungkinan pembaca menginterpretasikan tokoh Tuan

Tabata pada sosok Shōkō Asahara yang juga merupakan seorang misionaris 6 yang

menyebarkan agamanya untuk dapat menyelamatkan umat manusia dari kesulitan. Namun,

Tuan Tabata dan Asahara memiliki perbedaan dalam menyebarkan agama. Tuan Tabata

menyebarkan agamanya melalui jalan damai, sedangkan Asahara menyebarkan agamanya

melalui aksi teror serangan gas sarin agar semua manusia tidak akan melakukan dosa dan

akan mengikuti agamanya.7 Doktrin yang diberikan oleh Tuan Tabata memberikan pengaruh

pada kepercayaan Yoshiya.

Dalam cerita, Yoshiya memiliki kesulitan dalam berolahraga, ia tidak memiliki

keahlian dalam menangkap bola, sehingga ia memutuskan untuk meminta bantuan dari

ayahnya sebagai Tuhan. Ia berharap akan bisa menangkap bola. Sejak awal Yoshiya sangat

mempercayai ayahnya adalah Tuhan, tapi semenjak doanya tidak terkabul. Ia mulai menjadi

sosok yang tidak mudah percaya. Yoshiya mulai mempertanyakan hubungan Tuhan dengan

dirinya. Ia berpikir jika Tuhan adalah ayahnya, mengapa ayahnya berbeda dengan ayah

teman-temannya dan mengapa ayahnya menjadi milik orang lain. Ia mulai menyadarinya saat

doanya tidak terkabulkan. Ia tidak merasakan mendapat bantuan dari ayahnya. Saat ia

beranjak remaja dan masuk SMP, ia mulai tidak mudah percaya pada hal-hal yang

menurutnya tidak logis, seperti anak tuhan. Oleh karena itu, ia memilih untuk meninggalkan

agamanya saat ia sudah beranjak remaja.

Perubahan Karakter Ibu Yoshiya pada Cerpen Kami no Kodomotachi wa Mina Odoru                                                                                                                          6 Misionaris adalah seseorang yang menyebarkan agama yang dapat menyelamatkan umat manusia. 7 Lihat http://www.cfr.org/japan/aum-shinrikyo/p9238 diakses pada 11 Oktober 2014 pukul 00.28 WIB.

Analisis transformasi karakter ..., Dwi Mutiara, FIB UI, 2014

Page 14: Analisis Transformasi Karakter Tokoh dalam Kumpulan Cerita

Ibu Yoshiya merupakan sosok yang cantik dan lembut. Pada awalnya, ibu Yoshiya

memiliki hidup yang gelap dan kelam. Ia harus merasakan kehidupan malam yang sangat

bebas. Karakternya mengalami perubahan, untuk membantu memahami perubahan tersebut

dibutuhkan metode telaah karakterisasi fiksi.

Gambar 7. Alur Perubahan Karakter Ibu Yoshiya

Alur perubahan karakter seperti pada gambar 7 menjelaskan bahwa Ibu Yoshiya

mengalami dua kali perubahan. Dalam cerita menurut pengamatan penulis, Ibu Yoshiya

mengalami perubahan yang signifikan pada saat ia menerima penolakan atau tidak diakui oleh

orang yang dicintainya (pemicu I). Pertemuan ibunya dengan seorang dokter ahli kandungan

yang dapat mengaborsi kandungan menjadi awal perubahan karakter. Pertama kali bagi

ibunya, berhubungan intim dengan orang yang dicintainya. Masalah kepercayaan atau

keyakinan juga menjadi pembahasan, dokter tidak mempercayai dan menyangkal akan

kehamilan ibu Yoshiya (Murakami, 2000: 92). Perkataan dokter tersebut membuatnya sangat

sakit hati dan marah. Ia sangat mencintai dokter tersebut. Anak dalam kandungan ibu Yoshiya

tidak dianggap oleh sang dokter. Psikis ibu Yoshiya terguncang karena perkataan seperti itu.

Ibu Yoshiya mengalami depresi, sehingga memutuskan untuk bunuh diri. Kemudian,

pertemuan oleh Tuan Tabata (pemicu II) memberikannya perubahan ke arah yang positif

sehingga ia menjadi tidak depresi setelah mendengar nasihat dari Tuan Tabata. Saat ibu

Yoshiya mengalami masalah yang berat, datangnya uluran tangan dari Tuhan yang dilukiskan

melalui tokoh Tuan Tabata seolah-olah memberikan cahaya terang. Tuhan akan membantu

siapapun yang sedang kesulitan, sehingga mereka akan mengikuti agama yang memberikan

kemudahan. Kehidupan yang dijalani oleh Ibu Yoshiya dalam cerita menjadi lebih baik dari

sebelumnya. Hal tersebut juga terjadi pada penyintas bencana, saat mereka mengalami

kesulitan, Tuhan datang untuk membantu penyintas agar dapat menjalani hidup lebih baik.

Perubahan Karakter Satsuki (さつき) pada Cerpen Thailand

Pencerita menggambarkan tokoh melalui sudut pandang “diaan”. Dalam cerpen ini,

Satsuki digambarkan melalui metode sudut pandang sebagai orang yang tidak banyak bicara

(Murakami, 2000: 115-118). Karakter tersebut terlihat dalam gaya penyampaian pencerita

yang lebih banyak mengungkapkan tokoh Satsuki. Berdasarkan penggambaran pengarang,

Analisis transformasi karakter ..., Dwi Mutiara, FIB UI, 2014

Page 15: Analisis Transformasi Karakter Tokoh dalam Kumpulan Cerita

tokoh Satsuki merupakan tokoh yang pendiam dan tidak banyak bicara digambarkan setelah

ayahnya meninggal dan adanya perceraian dengan suaminya yang selingkuh. Karakter Satsuki

mengalami perubahan, untuk membantu memahami perubahan tersebut dibutuhkan metode

telaah karakterisasi fiksi.  

Gambar 8. Alur Perubahan Karakter Satsuki

Alur perubahan karakter seperti pada gambar 8 menjelaskan bahwa Satsuki mengalami

dua kali perubahan. Perubahan pada tokoh Satsuki terlihat jelas ketika ia bertemu dengan

Nimit (pemicu II) yang dapat dilihat dari penggambaran sudut pandang pencerita. Awalnya

Satsuki memiliki karakter yang tidak banyak bicara, tertutup, dan sosok yang sedang

menyimpan rasa sedih yang mendalam. Pencerita mulai menghadirkan Satsuki dengan

karakter yang mulai terbuka untuk bercerita dengan Nimit dan lebih ceria.

Satsuki yang memiliki kenangan manis pada musik jazz dibuat bernostalgia, saat

Nimit memutarkan musik jazz di mobil. Ketika seseorang memiliki kesamaan dengan lawan

bicaranya, maka arah berpikir pun akan cenderung sama. Dengan adanya kesamaan, saat

berkomunikasi seseorang akan lebih cepat paham tentang apa yang dibicarakan. Komunikasi

antar sesama orang yang memiliki kesamaan akan menciptakan, suasana yang nyaman. Nimit

membantu Satsuki untuk keluar dari masa lalunya. Satsuki mulai banyak cerita mengenai

ayahnya yang meninggal bahkan cerita mengenai perceraiannya. Pencerita mulai memberikan

kesempatan pada Satsuki untuk mengekspresikan karakternya. Satsuki diberi tugas untuk

menceritakan mengenai dirinya yang mulai terbuka dan ramah pada orang lain (Murakami,

2000: 133-135).

Perubahan Karakter Junpei (順平) pada Cerpen Hachimitsu Pai

Pencerita mengisahkan tokoh Junpei melalui sudut pandang “diaan” (Murakami: 2000,

197). Dalam cerpen ini. Junpei digambarkan sosok yang tertutup saat ia masuk perkuliahan.

Karakter Junpei digambarkan melalui metode telling─tuturan pengarang yang

menggambarkan secara jelas dalam kutipan di bawah ini.

淳平は暇があれば一人で部屋にこもって、いつまでも飽きることなく本を読んだり

音楽を聴いているタイプで、体を動かすのは不得意だった。人見知りをするので、

なかなか友だちが作れない。 (Murakami, 2000 : 199).

Analisis transformasi karakter ..., Dwi Mutiara, FIB UI, 2014

Page 16: Analisis Transformasi Karakter Tokoh dalam Kumpulan Cerita

Jika ada waktu luang Junpei akan mengurung diri di kamar, kemudian membaca buku yang tidak bosan-bosan Ia baca dan mendengarkan musik, dan lemah (sulit) untuk menggerakan badan (olahraga). Ia juga canggung terhadap orang asing, sehingga tidak bisa berteman. Kutipan di atas menggambarkan bahwa karakter awal yang dimiliki oleh Junpei adalah

pendiam dan tertutup. Karakter seperti ini terkesan memiliki dunianya sendiri. Junpei merasa

nyaman dan menikmati kebiasaan-kebiasaannya walaupun dipandang aneh oleh orang-orang

sekitar. Karakter Junpei mengalami perubahan, untuk membantu memahami perubahan

tersebut dibutuhkan metode telaah karakterisasi fiksi.

Gambar 9. Alur Perubahan Karakter Junpei

Alur perubahan karakter seperti pada gambar 9 menjelaskan bahwa Junpei mengalami

satu kali perubahan. Perubahan pada tokoh Junpei diakibatkan oleh patah hatinya Junpei.

Diawali saat ia memutuskan untuk menjauh dari orang yang disukainya dan sahabatnya.

Junpei menjadi sosok yang pemurung. Junpei tidak banyak berinteraksi dengan orang lain, itu

adalah salah satu contoh yang menyatakan bahwa Junpei tertutup dengan orang-orang

sekitarnya. Kebiasaannya yang lebih senang membaca buku membuatnya ia menjadi lebih

tertutup. Seperti yang digambarkan pada awal cerita perkuliahan, ia sulit memiliki teman.

Bahkan ia terkejut bahwa ada seseorang yang mengajaknya pergi makan bersama.

Seiring berjalannya waktu, sikap Junpei mulai berubah setelah ia memiliki teman.

Istilah yang tepat untuk digunakan pada kondisi kehidupan Junpei adalah kenzoku. Kenzoku

adalah istilah bahasa Jepang yang berarti ‘keluarga’, ikatan yang dibagi oleh orang-orang

yang memiliki kesamaan dalam bentuk cita-cita, komitmen, bahkan nasib yang sama. Orang-

orang seperti itu bisa berupa anggota keluarga, teman sekolah, rekan kerja yang mungkin

belum dikenal, tapi mereka paham bahwa mereka ada untuk membantu temannya yang

membutuhkan. Kenzoku ini diterapkan dalam persahabatan Junpei, Sayoko, dan Takatsuki.

Hal tersebut terlihat dalam aktivitas mereka bertiga yang dilakukan secara bersama-sama.

Persahabatan antara Junpei dan Sayoko lebih kental, karena mereka memiliki kesamaan pada

hal-hal yang disukai, yaitu membaca buku atau novel. Sehingga meraka dapat saling bertukar

buku atau novel dan membahasnya bersama mengenai bacaan yang telah dibaca oleh mereka.

Persahabatan mereka menjadi renggang karena adanya cinta. Umumnya, cinta dalam

sebuah persahabatan tiga orang akan menimbulkan kecanggungan diantara sepasang kekasih

Analisis transformasi karakter ..., Dwi Mutiara, FIB UI, 2014

Page 17: Analisis Transformasi Karakter Tokoh dalam Kumpulan Cerita

dengan dirinya. Dalam cerita, perasaan ini dirasakan oleh Junpei. Ia menjadi merasa canggung

berada di antara Sayoko dan Takatsuki. Kecanggungan ini ia tunjukkan dengan ia mulai

menjauh dengan mereka berdua. Karakter tertutup yang dimiliki Junpei berubah menjadi

pemurung. Namun, Takatsuki memiliki keberanian untuk mengutarakannya, berbeda dengan

Junpei yang tidak berani untuk mengatakan perasaannya pada Sayoko.

Junpei dan Sayoko sering bertukar buku dan membahasnya bersama. Namun,

kebiasaan yang sering dilakukan anatra Junpei dan Sayoko sudah hilang. Junpei juga tidak

ingin merusak hubungan persahabatan yang telah dibangun. Ia lebih memilih untuk

menghindari Sayoko dan Takatsuki untuk sementara waktu demi mendamaikan perasaannya.

Junpei menghindari Sayoko dan Takatsuki. Ia mencoba untuk berdamai dengan perasaannya

yang sedang hancur. Tokoh Junpei digambarkan seperti mayat hidup yang tidak tahu ingin

melakukan apa (Murakami, 2000 : 202). Ia juga merasakan kekosongan dalam dirinya yang

digambarkan dengan ia meminum sake untuk menghangatkan dirinya. Ia berpikir untuk

berhenti kuliah, sedangkan perkuliahan yang ia jalani sudah sesuai dengan keinginannya yaitu

di fakultas sastra. Hal ini menggambarkan bahwa ia sangat sedih dan terpukul saat ia harus

menjalani hidup sendiri tanpa sahabatnya.

Kesimpulan

Dalam penelitian ini dapat ditarik dua kesimpulan. Pertama, hampir seluruh cerita

dalam kumpulan cerpen karya Murakami memiliki kesamaan dari segi cerita. Cerita yang

digambarkan berupa peristiwa yang terjadi setelah mengalami suatu keadaan yang tak terduga.

Peristiwa yang mengubah karakter tokoh dapat bersifat positif maupun negatif. Peristiwa yang

bersifat positif seperti nasihat dari seseorang, persahabatan, ataupun pertemuan dengan

seseorang dialami oleh tokoh cerita. Dalam cerita, sebagai contoh tokoh Satsuki yang awalnya

memiliki karakter tertutup. Satsuki menjadi tertutup karena kehilangan ayahnya dan

perceraian suaminya. Kemudian setelah bertemu dengan Nimit dan mendengar musik

kesukaan ayahnya, ia berubah menjadi sosok yang terbuka karena memiliki kesamaan genre

musik. Perubahan seperti itu menunjukkan perubahan ke arah yang positif dan lebih baik.

Namun, ada juga peristiwa yang bersifat negatif seperti menstruasi, kehilangan

seseorang, atau patah hati. Dalam cerita, sebagai contoh tokoh Junpei yang senang karena

memiliki sahabat. Junpei merasa memiliki teman merupakan hal yang mustahil baginya yang

seorang pendiam. Kedekatannya dengan sahabat-sahabatnya yang sudah terjalin tidak

seutuhnya berjalan mulus. Ia berubah menjadi tokoh yang murung setelah seorang sahabatnya

Analisis transformasi karakter ..., Dwi Mutiara, FIB UI, 2014

Page 18: Analisis Transformasi Karakter Tokoh dalam Kumpulan Cerita

bernama Takatsuki menyukai sahabat lainnya yaitu Sayoko. Patah hati membuatnya menjadi

tokoh pemurung. Perubahan seperti itu menunjukkan perubahan ke arah yang negatif dan

cenderung tidak baik, karena dapat merugikan diri sendiri ataupun orang lain.

Kedua, terdapat beberapa tokoh dalam setiap cerita yang mengalami perubahan. Dari

kelima cerita yang dianalisis, terdapat delapan tokoh yang mengalami perubahan dan tokoh-

tokoh tersebut merupakan tokoh protagonis. Selain itu, tokoh-tokoh tersebut ada yang

mengalami satu kali perubahan karakter dan selanjutnya karakter cenderung stabil. Namun,

terdapat juga tokoh yang mengalami dua hingga tiga kali perubahan karakter. Hal tersebut

terjadi berdasarkan pada pemicu yang dialaminya. Selain tokoh protagonis, terdapat juga

tokoh bawahan yang hanya membantu mengungkapkan karakter pada tokoh protagonis

melalui dialog antartokoh atau tingkah lakunya.

Saran

Penelitian ini hanya membahas bagaimana perubahan yang terjadi pada tokoh cerita

setelah mengalami suatu keadaan yang dianggap bencana tak terduga. Korpus penelitian ini

yaitu kumpulan cerita pendek. Apabila ada yang ingin membahas masalah ini lebih lanjut,

disarankan untuk mencoba membahas mengenai perbandingan pada karya sastra baik novel

maupun kumpulan cerita yang memiliki tema serupa seperti berlatar belakang oleh suatu

bencana. Sehingga dapat diharapkan penelitian selanjutnya dapat melengkapi penelitian pada

karya sastra yang bertema bencana seperti kumpulan cerita pendek Kami no Kodomotachi wa

Mina Odoru.    Daftar Referensi Sumber Primer

Murakami, Haruki. 2000. Kami no Kodomotachi wa Mina Odoru. Tōkyō: Shinchōsha.

Sumber Pustaka

Ayatrohaedi. 1983. Dialektologi Sebuah Pengantar. Jakarta: Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Smith, Bardwell. 1988. Buddhism and Abortion in Contemporary Japan: Mizuho Kuyō and

the Confrontation with Death, Japanese Journal of Religious Studies.

Hawari, Dadang. 2004. Love Affair (perselingkuhan): Prevensi dan Solusi. Jakarta: Balai

Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Analisis transformasi karakter ..., Dwi Mutiara, FIB UI, 2014

Page 19: Analisis Transformasi Karakter Tokoh dalam Kumpulan Cerita

Juneman. 2010. Psikologi Pelayanan Penyintas Bencana. Mercu Buana’s Psychology.

Kajimoto, Tetsushi. 1996. Sarin Memories still Haunt Survivors. The Japan Times.

Kenney, William. 1966. How to Analyze Fiction. New York: Monarco Press.

Losyk, Bob. 2005. Kendalikan Stres Anda! Cara Mengatasi Stres dan Sukses di Tempat Kerja.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Mussen, Paul Henry dan Mark R. Rosenweig. 1973. Psychology: An Introduction.

Gainesville: Heath.

Minderop, Albertine. 2005. Metode Karakteristik Telaah Fiksi. Jakarta: Yayasan Pustaka

Obor Indonesia.

Minderop, Albertine. 2013. Psikologi Sastra. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Sastra. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.

Herbig, Paul A. dan Frederick A. Palumbo. 1994. Karoshi: Salaryman Sudden Death

Syndrome, Journal of Managerial Psychology Vol. 9 No. 7, MCB University Press.

Rokhmansyah, Alfian. 2014. Studi dan Pengkajian Sastra: Perkenalan Awal Terhadap Ilmu

Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sadli, Saparinah. 2010. Berbeda tetapi Setara: Pemikiran tentang Kajian Perempuan. Jakarta:

PT Kompas Media Nusantara.

Sumber Internet

“Arubaito” Mini Encyclopedia. Diakses dari:

<http://www.tjf.or.jp/deai/contents/teacher/mini_en/html/arubaito.html> pada 27

November 2014 pukul 22.10 WIB.

Chris. (2013). “The History of Dungarees”. Diakses dari:

<http://uk.dungarees-online.com/blog/the-history-of-dungarees/> diakses pada 27

November 2014 pukul 20.32 WIB.

Fletcher, Holly. (2012). “Aum Shirinkyo”. Diakses dari: <http://www.cfr.org/japan/aum-

shinrikyo/p9238> pada 11 Oktober 2014 pukul 00.28 WIB.

Analisis transformasi karakter ..., Dwi Mutiara, FIB UI, 2014

Page 20: Analisis Transformasi Karakter Tokoh dalam Kumpulan Cerita

Gaskell, Karen Hallesvig. (2013). “Sign Before Your First Period”. Diakses dari:

http://www.livestrong.com/article/84087-signs-before-first-period/ diakses pada 28

November 2014 pukul 08.36 WIB.

Goetz, Jennifer L, dkk. (2010). “Compassion: An Evolutionary Analysis and Empirical

Review”. Diakses dari:

<http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2864937/> diakses pada 17 Oktober

2014 pukul 23.50 WIB.

_____________. “Japanese Dialects”. Diakses dari:

<http://www.japanese-language.org/japanese/dialects.asp> pada 24 November 2014

pukul 11.09 WIB.

Khastiti, Yemima Lintang. (2013). “Kisah Cinta: Pasangan Berubah Setelah Menikah”.

Diakses dari: <http://www.fimela.com/lifestyle-relationship/kisah-cinta-pasangan-

berubah-setelah-menikah-130808x.html> diakses pada 27 November 2014 pukul

21.28 WIB.

_____________. “Menstruasi”. Diakses dari: <www.menstruasi.org> pada 27 November

2014 pukul 20.47 WIB.

Rusyanti, Hetty. (2013). “Pengertian Dongeng: Definisi Dongeng Menurut Ahli”. Diakses

dari <http://www.kajianteori.com/2013/03/pengertian-dongeng-definisi-dongeng-

menurut-ahli.html> pada 5 Januari 2015 pukul 20.38 WIB.

Sagita, Natalia. “Anak Perempuan Membutuhkan Ayahnya”. Diakses dari:

<http://keluarga.com/pengasuhan/anak-perempuan-membutuhkan-ayahnya> pada 4

Januari 2015 pukul 23.25 WIB

_____________. “What Is Sexual Harassment”. Diakses dari:

<http://www.ggenyc.org/programs/education/what-is-sexual-harassment/> pada 5

Januari 2015 pukul 23.24 WIB.

Analisis transformasi karakter ..., Dwi Mutiara, FIB UI, 2014

Page 21: Analisis Transformasi Karakter Tokoh dalam Kumpulan Cerita

Yayasan Lembaga Hukum APIK Jakarta. “Aborsi dan Hak Atas Pelayanan Kesehatan”.

Diakses dari: <http://www.lbh-apik.or.id/fact-32.htm> pada 27 November 2014 pukul

22.35 WIB.

 

Analisis transformasi karakter ..., Dwi Mutiara, FIB UI, 2014