kapsul

13
TUGAS FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN PADAT “KAPSUL” Siti Nani Nurbaeti,Msi.Apt Kelompok : 8 Anggota : DHUHA SABILA I21112072 DIAN VIDYA SUKRANINGRUM I21112074 KINANTI DWI PUSPARANI I21112069 RUTH HARYATI BUTARBUTAR I21112070 WILLY PRAWIRA I211120 UJI RESNA LESTARI I211120 SUNTORO I211120 FEMI SYAHPUTRIA I211120

Upload: kinanti-dwi-pusparani

Post on 24-Nov-2015

70 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin; tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai (Depkes RI, 1995).

TRANSCRIPT

TUGAS FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN PADATKAPSUL

Siti Nani Nurbaeti,Msi.Apt

Kelompok: 8Anggota: DHUHA SABILAI21112072 DIAN VIDYA SUKRANINGRUMI21112074 KINANTI DWI PUSPARANII21112069 RUTH HARYATI BUTARBUTARI21112070 WILLY PRAWIRAI211120 UJI RESNA LESTARII211120 SUNTOROI211120 FEMI SYAHPUTRIAI211120

PRODI FARMASIFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS TANJUNGPURAPONTIANAK2013KAPSUL

Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin; tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai (Depkes RI, 1995). Kapsul dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan padat, dimana satu macam obat atau lebih dan/atau bahan inert lainnya yang dimasukkan ke dalam cangkang atau wadah kecil yang dapat larut dalam air. Pada umumnya cangkang kapsul terbuat dari gelatin. Tergantung pada formulasinya kapsul dapat berupa kapsul gelatin lunak atau keras. Selain mempunyai kelebihan-kelebihan seperti keindahan, kemudahan pemakaian dan kemudahan dibawa, kapsul telah menjadi bentuk takaran obat yang popular karena memberikan penyalutan obat yang halus, licin, mudah ditelan dan tidak memiliki rasa, terutama menguntungkan untuk obat-obat yang mempunyai rasa dan bau yang tidak enak. Kapsul secara ekonomis diproduksi dalam jumlah besar dengan aneka warna, dan biasanya memudahkan penyiapan obat didalamnya, karena hanya sedikit bahan pengisi dan tekanan yang diperlukan untuk pemampatan bahan, seperti pada tablet (Lachman, dkk., 1994). Biasanya kapsul tidak digunakan untuk bahan-bahan yang sangat mudah larut seperti kalium bromide, kalium klorida, atau ammonium klorida, karena kelarutan mendadak senyawa-senyawa seperti itu didalam lambung dapat mengakibatkan konsentrasi yang menimbulkan iritasi. Kapsul tidak boleh digunakan untuk bahan-bahan yang sangat mudah mencair dan sangat mudah menguap. Bahan yang mudah mencair dapat memperlunak kapsul, sedangkan yang mudah menguap akan mengeringkan kapsul dan menyebabkan kerapuhan (Lachman, dkk., 1994). Ukuran cangkang kapsul keras bervariasi dari nomor paling kecil (5) sampai nomor paling besar (000), kecuali ukuran cangkang untuk hewan. Umumnya ukuran (00) adalah ukuran terbesar yang dapat diberikan kepada pasien ( Ditjen POM, 1995).

Kapsul biasanya dikehendaki secepat mungkin larut didalam lambung dan melepaskan isinya, tetapi untuk tujuan tertentu kapsul dirancang untuk melewati lambung masuk kedalam usus sebelum larut. Produk seperti itu dikenal dalam berbagai istilah, termasuk gastric-resistant, entero-soluble dan enteric. Pertama kali diusulkan diproduksi pada tahun 1840-an sebagai metode pemberian terhadap obat-obatan yang mengiritasi mukosa lambung (Podczeck,et al., 2004) Sebelumnya telah digunakan lemak dan lilin untuk melapisi sediaan obat ataupun dengan menggunakan bahan-bahan yang kurang dicerna untuk mencoba mencegah hancurnya sediaan obat didalam lambung. Penggunaan lapisan keratin pada pil yang tidak larut dalam cairan asam lambung tetapi larut dalam cairan alkali di usus juga pernah diuji (Podczeck,et al., 2004).

A. Macam-macam kapsul: Hard capsule (cangkang kapsul keras) Kapsul cangkang keras terdiri atas wadah dan tutup yang dibuat dari campuran gelatin, gula dan air, jernih tidak berwarna dan pada dasarnya tidak mempunyai rasa. Biasanya cangkang ini diisi dengan bahan padat atau serbuk, butiran atau granul. Ukuran kapsul mulai dari yang besar sampai yang kecil yaitu 000, 00, 1, 2, 3, 4, 5.

Gambar 1. Kapsul gelatin keras standar (Stegeman, 2002)

Kapsul gelatin keras dibuat melalui suatu proses dengan cara mencelupkan pin kedalam larutan gelatin kemudian lapisan gelatin dikeringkan, dirapikan dan dilepaskan dari pin tersebut, kemudian bagian induk dan tutup dilekatkan. Kedua bagian saling menutupi bila dipertemukan, bagian tutup akan menyelubungi bagian tubuh dengan secara tepat dan ketat seperti terlihat pada gambar 1. Digunakan cetakan terpisah untuk bagian tutup dan induk kapsul dan kedua bagian ini dibuat secara terpisah. Kapsul gelatin keras yang diisi dipabrik dapat ditutup secara sempurna dengan cara dilekatkan, suatu proses dimana lapisan gelatin dioleskan satu kali atau lebih diseluruh bagian pelekatan bagian tutup dan induk; atau dengan proses pelekatan menggunakan cairan, yaitu kapsul yang telah diisi dibasahi dengan campuran air-alkohol yang akan merembes kedalam rongga bagian kapsul tutup dan induk yang saling tumpang tindih, kemudian dikeringkan. Pengerasan kapsul akan meningkatkan waktu larut sehingga kapsul melewati lambung sebelum larut. Dalam hal ini cangkang kapsul alginat merupakan cangkang kapsul yang dibuat keras dan tidak larut didalam lambung, tetapi melarut didalam usus sebelum melepaskan isinya.

Soft capsule (cangkang kapsul lunak) Kapsul gelatin lunak dibuat dari gelatin dimana gliserin atau alkohol polivalen dan sorbitol ditambahkan supaya gelatin bersifat elastis seperti plastik. Kapsul-kapsul ini mungkin bentuknya membujur seperti elips atau seperti bola dapat digunakan untuk diisi cairan, suspensi, bahan berbentuk pasta atau serbuk kering (Ansel, 1989).

B. Pengujian Sediaan Kapsul Kapsul yang diproduksi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Keseragaman Bobot Uji keseragaman bobot dilakukan dengan penimbangan 20 kapsul sekaligus dan ditimbang lagi satu persatu isi tiap kapsul. Kemudian timbang seluruh cangkang kosong dari 20 kapsul tersebut. Lalu dihitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap isi kapsul. Perbedaan bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi kapsul, tidak boleh melebihi dari yang ditetapkan pada kolom A dan untuk setiap 2 kapsul tidak lebih dari yang ditetapkan pada kolom B. Bobot Rata-rataPerbedaan Bobot Isi Kapsul (%)

AB

120 mg1020

120 mg atau lebih 7.515

2. Waktu hancur Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera dalam masing-masing monografi. Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya terlarut sempurna. Waktu hancur setiap tablet atau kapsul dicatat dan memenuhi persyaratan spesifikasi waktu (dalam 15 menit) (Depkes RI, 1979).

3. Disolusi Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa banyak persentasi zat aktif dalam obat yang terabsorpsi dan masuk ke dalam peredaran darah untuk memberikan efek terapi. Persyaratan dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 85% (Q) dari jumlah yang tertera pada etiket. 4. Kadar Penetapan kadar dilakukan untuk memastikan bahwa kandungan zat berkhasiat yang terdapat dalam kapsul telah memenuhi syarat dan sesuai dengan yang tertera pada etiket. Metode penetapan kadar yang digunakan sesuai dengan zat aktif yang terkandung dalam sediaan kapsul. Caranya ditimbang 10-20 kapsul, isinya di gerus dan bahan aktif yang larut diekstraksi menggunakan pelarut yang sesuai menurut prosedur yang sudah ditetapkan. Secara umum rentang kadar bahan aktif yang ditentukan berada diantara 90-110% dari pernyataan pada label (Agoes, 2008).

C. Sifat Fisik Cangkang Kapsul Warna Alasan utama pewarnaan adalah untuk memberikan efek estetika, kemudahan identifikasi dan mempunyai efek psikologi terhadap pasien. Suatu bahan pewarna tidak boleh toksik, telah diterima diseluruh dunia dalam jangka waktu yang lama, mempunyai nilai warna yang tinggi dan stabil selama pembuatan dan penyimpanan kapsul. Bahan pewarna juga digunakan untuk meningkatkan stabilitas produk karena sifatnya yang mampu menahan cahaya untuk melindungi bahan-bahan tidak tahan terhadap cahaya yang diisikan kedalam kapsul (Podczeck,et al., 2004). Efek estetika Suatu bahan harus memiliki penampilan yang konstan supaya dapat diterima. Penambahan pewarna efektif dalam menutupi variasi warna bahan yang dikandungnya dan meningkatkan kepercayaan konsumen akan stabilitas dan kualitasnya (Podczeck,et al., 2004). Identifikasi produk Pewarnaan adalah metode terbaik dan paling sederhana untuk mengidentifikasi produk dengan cepat. Pewarnaan berperan penting dalam CPOB yang memungkinkan membedakan produk selama pembuatan dan distribusi sampai ketika pasien meminum obat (Podczeck,et al., 2004). Efek psikologi terhadap pasien Warna kapsul dapat mempengaruhi persepsi pasien mengenai produk yang akan diberikan kepadanya. Warna-warna tertentu memiliki potensi keterikatan yang signifikan dalam ingatan pasien, sehingga dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan pasien (Podczeck,et al., 2004). Proteksi terhadap cahaya Warna kapsul mengatur jumlah cahaya yang melewati dinding cangkang kapsul. Stabilitas bahan yang tidak stabil terhadap cahaya dapat ditingkatkan dengan menggunakan warna kapsul yang tepat. Kebanyakan kapsul mengandung titanium dioksida sebagai bahan pengopak dan hal ini secara signifikan mengurangi jumlah cahaya yang melewati dinding kapsul (Podczeck,et al., 2004). Ogura, dkk. (1998) telah meneliti pengaruh penyimpanan cangkang kapsul gelatin dan cangkang kapsul HPMC. Cangkang kapsul gelatin yang diisi dan dibungkus disimpan selama 2 bulan dalam botol polietilen tanpa desikan pada suhu 400C/RH 75% menunjukkan perubahan warna menjadi coklat, sedangkan kapsul HPMC dengan perlakuan yang sama tidak mengalami perubahan warna. Menurut Honkanen (2004) hal ini menandakan bahwa perubahan warna yang terjadi merupakan reaksi antara asam askorbat dengan cangkang kapsul gelatin.

Permeasi Uap Air Banyak makanan dan bahan farmasetik yang sensitif terhadap uap air, sehingga perlu mengontrol laju permeasi uap air dari lingkungan untuk mendapatkan kualitas, keamanan dan waktu edar yang dikehendaki. Ada berbagai teknik untuk mengukur laju permeasi uap air, mulai dari teknik gravimetri yang mengukur penambahan atau pengurangan uap air melalui berat kalsium klorida anhidrat, sampai teknik yang menggunakan instrumen yang sangat rumit yang dirancang untuk mengukur laju permeasi uap air. Banyak metode standar yang digunakan dalam industri, seperti ISO,ASTM, BS, DIN, dll untuk mengukur laju permeasi uap air. Kondisi selama pengukuran sangat mempengaruhi hasil yang diperoleh. Temperatur dan kelembaban selama pengukuran harus dicatat, karena tidak dapat membandingkan dua hasil yang diperoleh jika kondisi tersebut tidak diketahui. Satuan laju permeasi uap air yang paling banyak dipakai adalah g/m2/hari.Laju permeasi uap air dapat sangat rendah, seperti pada aluminium foil (0,001 g/m2/hari) maupun sangat tinggi seperti pada kain ( dapat mencapai beberapa ribu g/m2/hari) (Anonim, 2010).

Kerapuhan Kerapuhan kapsul gelatin keras adalah fungsi dari kadar air. Demikian pula, kerapuhan dapat dikorelasikan dengan kelembaban relatif (Kontny, dkk., 1989. Perubahan kondisi penyimpanan seperti temperatur dan kelembaban dapat mempengaruhi sifat kapsul. Dengan terjadinya kenaikan temperatur dan kelembaban dapat menyebabkan kapsul mengikat / melepaskan uap air. Sebagai akibatnya kapsul dapat menjadi rapuh atau lunak (Margareth, dkk., 2009). Kadar uap air yang rendah pada kapsul dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Jika kadar uap air pada kapsul gelatin kurang dari 10%, kapsul cenderung menjadi rapuh, dan sebaliknya jika kadar air lebih tinggi dari 18% kapsul gelatin melunak. Kondisi penyimpanan untuk sediaan kapsul gelatin berkisar 15-300C dan 30%-60% kelembaban relatif (RH) (Margareth, dkk., 2009). Perubahan kerapuhan kapsul oleh kelembaban relatif telah dipelajari oleh Kontny dan Mulski. Pemantauan terhadap karakteristik kapsul yang disimpan pada kelembaban yang bervariasi menunjukkan bahwa kelembaban merupakan salah satu parameter yang penting dalam pembuatan dan penyimpanan kapsul (Kontny, dkk., 1989).

Waktu Hancur Chiwele dkk. (2000) telah meneliti mengenai waktu hancur cangkang kapsul gelatin kosong dan kapsul HPMC (Hydroxypropyl Methylcellulose) setelah penyimpanan selama 24 jam pada kondisi tropis lembab (suhu 370C, RH 75%) dan pada temperatur kamar. Dalam metode ini, mereka menggunakan bola besi sebagai bahan pengisi dalam kapsul. Pada penyimpanan kondisi tropis lembab, cangkang kapsul gelatin tidak mengalami perubahan waktu hancur dalam medium apapun, sedangkan waktu hancur kapsul HPMC tidak berubah hanya dalam medium cairan lambung buatan (Honkanen, 2004). Hasil ini tidak jauh berbeda dengan yang dilaporkan Ogura (1998) bahwa cangkang kapsul HPMC yang telah diisi dengan spiramisin dan disimpan pada suhu 600C, RH 75% selama 10 hari tidak mengalami perubahan sifat waktu hancur. Tetapi, mereka menggunakan prosedur standar uji waktu hancur dalam farmakope, yang tidak dapat menentukan waktu hancur cangkang kapsul dan bahan obat secara terpisah. Sedangkan dalam metode yang digunakan Chiwele dkk. (2000), bola besi yang digunakan tidak mempengaruhi waktu hancur (Honkanen, 2004).