kajian survei investigasi dasar (sid) pembangunan …
TRANSCRIPT
LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS GUNADARMA
KAJIAN SURVEI INVESTIGASI DASAR (SID)
PEMBANGUNAN JALUR KERETA API LINTAS
CILEUNGSI – JONGGOL - CIANJUR
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JABODETABEK Alamat : JI. Letjen MT. Haryono Kav. 45-46 Jakarta 12770 Telp. (021) – 22791400/ 22791452/ 22791448
i LAPORAN AKHIR
Puji syukur kami ucapkan atas berkah dan rahmat Allah SWT sehingga
laporan ini dapat diselesaikan. Kami juga mengucapkan terima kasih atas
kepercayaan pengguna jasa kepada pihak Universitas Gunadarma untuk
melaksanaan kegiatan Kajian Survei Investigasi Dasar (SID) Jalur Kereta Api
Lintas Cileungsi – Jonggol – Cianjur.
Laporan Pengabdian Masyarakat ini membahas mengenai pendahuluan,
gambaran umum wilayah, hasil survei lapangan, analisis data, rancangan
dasar desain kereta api, dan ringkasan hasil kajian. Dengan harapan, laporan
ini akan menjadi pegangan untuk melalui tahapan pekerjaan selanjutnya.
Jurusan Teknik Sipil – Universitas Gunadarma
KAJIAN SURVEI INVESTIGASI DASAR (SID)
JALUR KERETA API LINTAS
CILEUNGSI – JONGGOL - CIANJUR
1-1
PT. INTIMULYA MULTIKENCANA
Kajian Survei Investigasi Dasar SID
Jalur Kereta Api Lintas Cileungsi – Jonggol Cianjur
Pada Sub Bab ini akan dibahas mengenai pendahuluan yang berisikan latar
belakang, maksud, tujuan dan sasaran, ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup
pekerjaan, dasar hukum, uraian kegiatan, tinjauan kebijakan, metodologi, dan
sistematika pembahasan.
1.1 LATAR BELAKANG
Perkeretaapian dalam sistem transportasi nasional sebagai penghubung
antar wilayah yang digunakan untuk menggerakkan pembangunan nasional,
perlu dikembangkan potensi dan ditingkatkan peranannya, baik nasional
maupun internasional untuk mendorong dan guna meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Transportasi kereta api tidak dapat dipisahkan dari
moda transportasi lain dalam sebuah sistem transportasi yang utuh. Jalan
raya dan jalan KA merupakan salah satu infrastruktur pada sistem
transportasi yang berfungsi melayani distribusi jasa dan penumpang. Sistem
transportasi jaringan jalan raya dan jalan KA fokusnya di wilayah
Jabodetabek mengalami ketidakseimbangan dengan pertumbuhan
infrastruktur.
Berdasarkan dokumen RPJMD tahun 2018- 2023 dan RTRW tahun 2009-
2029 yang tertuang dalam (Peraturan Gubernur Jawa Barat 2010), terdapat
enam Wilayah Pengembangan (WP), salah satunya adalah WP
Bodebekpunjur, terdiri dari wilayah Bogor, Bekasi, Kota Bekasi, Kota Depok
KAJIAN SURVEI INVESTIGASI DASAR (SID)
JALUR KERETA API LINTAS
CILEUNGSI – JONGGOL - CIANJUR
BAB 1 PENDAHULUAN
1-2
Jawa Barat merupakan daerah dengan penduduk terbesar yang berjumlah
48.683.700 pada tahun 2018 (18.37% penduduk Indonesia). Kondisi aktual
saat ini, aktivitas perekonomian Jawa Barat didominasi daerah dekat Jakarta
dan Bandung dengan share 60% PDRB Jawa Barat (BPS 2017).
Kebutuhan angkutan massal berbasis Rel di Indonesia khususnya angkutan
penumpang untuk daerah perkotaan seperti Jabodetabek serta angkutan
barang merupakan keharusan. Menyadari hal tersebut pemerintah telah
menerbitkan UU nomor 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian. UU tersebut
ditindaklanjuti dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 57
Tahun 2010 serta beberapa keputusan Menteri Perhubungan.
Sesuai rencana induk transportasi Jabodetabek dan Rencana Strategis Badan
Pengelolaan Transportasi JABODETABEK, penyelenggaraan dan pengelolaan
transportasi JABODETABEK adalah mewujudkan pembangunan,
pengembangan, dan pengoperasian transportasi JABODETABEK dalam
rangka integrasi pelayanan transportasi yang tertib, lancar, efektif, efisien,
aman, selamat, nyaman, dan terjangkau oleh masyarakat tanpa dibatasi oleh
wilayah administratif. salah satu rencana pengembangan perkeretaapian di
wilayah Jabodetabek adalah pembangunan jalur kereta api lintas Cileungsi-
Jonggol-Cianjur untuk mendukung pembangunan jalur ganda tersebut
diperlukan dokumen perencanaan sebagai tahap awal pelaksanaan melalui
kegiatan MS dan basic desain pembangunan jalur kereta api di Cileungsi
Jonggol Cianjur.
Berdasarkan Peraturan Presiden no. 55 tahun 2018 dan no. 60 tahun 2020
serta RTRW Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur maka perlu diadakan
kajian mengenai pembangunan jalur kereta api di Cileungsi-Jonggol-Cianjur.
Melihat tata ruang wilayah dan tersedianya jalur eksisting maka potensi
untuk pengembangan di daerah Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur
dapat direalisasikan. Kajian ini diharapkan adanya bangktian baru disekitar
rute terpilih umumnya di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur
1-3
khususnya di Kecamatan Cileungsi, Kecamatan Jonggol dan Kecamatan
Cianjur.
1.2 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN
1.2.1 MAKSUD
Maksud dari pekerjaan ini adalah menyusun Studi Survei Investigasi Dasar
Trase Pembangunan Jalur Kereta Api Jalur Cileungsi – Jonggol – Cianjur.
1.2.2 TUJUAN
Tersedianya Dokumen SID Pembangunan Pembangunan Jalur Kereta Api
Jalur Cileungsi – Jonggol – Cianjur sebagai langkah awal dalam pelaksanaan
pembangunan perkeretaapian sesuai dengan amanat UU No 23 Tahun 2007
tentang Perkeretaapian.
1.2.3 SASARAN
Sasaran dari kegiatan ini adalah dokumen yang memuat :
1. Kajian Awal Regulasi dan Kelembagaan
2. Perencanaan Transportasi
3. Perancangan Dasar Prasarana Perkeretaapian
4. Perancangan Dasar Depo dan Sarana Perkeretaapian
5. Analisis Kelayakan Proyek
6. Analisis Lingkungan dan Sosial
1.3 RUANG LINGKUP PEKERJAAN
1.3.1 RUANG LINGKUP WILAYAH
Lokasi pekerjaan berada di sebagian Wilayah Kabupaten Bogor dan sebagian
wilayah Kabupaten Cianjur yang akan dilintasi oleh Pembangunan Jalur
Kereta Api lintas Cileungsi – Jonggol – Cianjur.
2-1
PT. INTIMULYA MULTIKENCANA
Kajian Survei Investigasi Dasar SID
Jalur Kereta Api Lintas Cileungsi – Jonggol Cianjur
BAB 2 GAMBARAN UMUM
WILAYAH
KAJIAN SURVEI INVESTIGASI DASAR (SID)
JALUR KERETA API LINTAS
CILEUNGSI – JONGGOL - CIANJUR
Pada Sub Bab ini akan dibahas mengenai gambaran umum yang terdiri dari
wilayah administrasi, dan kondisi transportasi di wilayah kajian.
2.1 GAMBARAN UMUM WILAYAH JAWA BARAT
2.1.1 WILAYAH ADMINISTRASI
Provinsi Jawa Barat merupakan daratan yang dibedakan atas wilayah
pegunungan curam di selatan dengan ketinggian lebih dari 1.500 m dpl,
wilayah lereng bukit yang landai di tengah dengan ketinggian 100-1.500 m
dpl, wilayah dataran luas di utara dengan ketinggian 0-10 m dpl, dan wilayah
aliran sungai. Jawa Barat terletak pada posisi antara 5o50’-7o50’ Lintang
Selatan dan 104o48’- 108o48’ Bujur Timur. Luas wilayah Jawa Barat adalah
berupa daratan seluas 35.377,76 km2.
Tahun 2018, wilayah administrasi Provinsi Jawa Barat terdiri dari 18 wilayah
kabupaten dan 9 kota, berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri no. 56
tahun 2015 luas daratan masing-masing Kabupaten/Kota, yaitu: Bogor
(2.710,62 km2), Sukabumi (4.145,70 km2), Cianjur (3.840,16 km2), Bandung
(1.767,96 km2), Garut (3.074,07 km2), Tasikmalaya (2.551,19 km2), Ciamis
(1.414,71 km2), Kuningan (1.110,5662 km2), Cirebon (984,5262 km2),
Majalengka (1.204,24 km2), Sumedang (1.518,33 km2), Indramayu (2.040,11
km2), Subang (1.893,95km2), Purwakarta (825,74 km2) Karawang (1.652,20
2-2
km2), Bekasi (1.224,88 km2), Bandung Barat (1.305,77 km2), Pangandaran
(1.010,00 km2), Kota Bogor (118,50 km2), Kota Sukabumi (48,25 km2), Kota
Bandung (167,67 km2), Kota Cirebon (37,36 km2), Kota Bekasi (206,61
km2), Kota Depok (200,29 km2), Kota Cimahi (39,27 km2), Kota Tasikmalaya
(171,61 km2),serta Kota Banjar (113,49 km2). Wilayah Provinsi Jawa Barat
berbatasan dengan wilayah sekitar sebgai berikut
a. Sebelah Utara : berbatasan dengan Laut Jawa dan Provinsi DKI Jakarta
b. Sebelah Barat : berbatasan dengan Provinsi Banten
c. Sebelah Timur : berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah
d. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Samudera Hindia
Gambar 2. 1 Peta Administrasi Jawa Barat
Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat 2020
2-3
Bogor 0%
Sukabumi 0%
Cianjur 0%
Bandun 0%
Garut g 0%
sikmala 0%
a Ciamis y 0%
Majalengka 0%
Sumedang 0%
ndramayu 0%
rawang 0%
Ka Bekasi 0%
Bandung Barat
gandara Bogor
Sukabumi
Bandung
ok
Cimahi
TKu
Gambar 2. 2 Persentase Luas Wilayah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
Barat
Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat 2020
Tabel 2. 1 Luas Daerah dan Jumlah Pulau Menurut Menurut Kabupaten/ Kota
No Kota/ Ibukota Kabupaten Luas
01. Bogor Cibinong 2 710,02 02. Sukabumi Pelabuhan Ratu 4 145,70 03. Cianjur Cianjur 3 840,16 04. Bandung Soreang 1 767,96 05. Garut Torogong Kidul 3 074,07 06. Tasikmalaya Singaparna 2 551,19 07. Ciamis Ciamis 1 414,71 08. Kuningan Kuningan 1 110,56 09. Cirebon Sumber 984,52 10. Majalengka Majalengka 1 204,24 11. Sumedang sumedang 1 518,33 12. Indramayu Indramayu 2 040,11 13. Subang Subang 1 893,95 14. Purwakarta Purwakarta 825,74 15. Karawang Karawang 1 652,20 16. Bekasi Cikarang 1 224,88 17 Bandung Barat Ngamprah 1 305,77 18 Pangandaran Parigi 1 010,00 19 Bogor - 118,50 20 Sukabumi - 48,25 21 Bandung - 167,67 22 Cirebon - 37,36 23 Bekasi - 206,61 24 Depok - 200,29 25 Cimahi - 39,27
Dep 7%
Tasikmalaya 6%
1%
Banjar ningan a 4% 0%
Bekasi 7%
Cirebon 1%
6%
2% Pan 4%
0% 0%
n
I Subang 0%
Purwakarta 28%
Cirebon 34%
2-4
No Kota/ Ibukota Kabupaten Luas 26 Tasikmalaya - 171,61 27 Banjar - 113,49
Jawa Barat 35 377,76
Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat 2020
2.1.2 KONDISI TRANSPORTASI
A. Jalan
Berdasarkan pembagian kewenangan penanganan jalan, sistem jaringan
jalan di Jawa Barat ditinjau dari status jalan, terdiri atas jalan nasional
sepanjang 1.140,69 Km, jalan provinsi sepanjang 2.199,18 Km, dan jalan
kabupaten/kota sepanjang 14.520,18 Km.
Selain itu, terdapat pula ruas-ruas jalan yang belum memiliki status dan
fungsi yang seharusnya menjadi bebannya. Salah satu ruas jalan yang masih
belum memiliki status, namun memiliki urgensi dalam meningkatkan
pengembangan wilayah adalah ruas ruas jalan dalam koridor horisontal
bagian selatan, yang membentang dari Kabupaten Sukabumi (Surade) sampai
dengan perbatasan Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis
(Kalapagenep), dengan panjang 257,74 km.
Kondisi jalan di Jawa Barat digambarkan melalui kondisi kemantapan jalan.
Pada Tahun 2007, kemantapan jalan nasional di Jawa Barat mencapai 85%,
sementara kondisi kemantapan untuk ruas jalan provinsi berdasarkan
survey Integrated Road Management System (IRMS) tahun 2007 dapat
dilihat pada Tabel di Bawah ini.
Tabel 2. 2 Kondisi Kemantapan Jalan Jawa Barat
Kondisi Jalan Mantap Jalan Tidak Mantap
Baik Sedang Jumlah Rusak Ringan
Rusak Berat
Jumlah Jumlah Total
Panjang (Km)
504,76 1.415,38 1.920,14 182,70 96,34 279,04 2.199,18
Persentase (%)
22,95 % 64,36 % 87,31 % 8,31 % 4,38 %
12,69 %
100,00 %
Sumber: BAPPEDA Jawa Barat 2017
2-5
Untuk ruas jalan kabupaten/kota memiliki tingkat kemantapan yang lebih
rendah, bahkan di beberapa wilayah banyak yang berada dibawah angka
50%. Selain ruas-ruas jalan tersebut, terdapat juga jaringan jalan tol, dengan
panjang sekitar 251 Km, dengan perincian sebagai berikut :
Jalan Tol Jakarta –Cikampek, dengan panjang 72 km
Jalan Tol Jagorawi, dengan panjang 46 km
Jalan Tol Palimanan-Kanci, dengan panjang 26 km
Jalan Tol Padaleunyi, dengan panjang 47 km
Jalan Tol Cipularang, dengan panjang 60 km
Dalam pengembangan jalan tol yang ditujukan terutama untuk mendukung
pusat pertumbuhan ekonomi, menghubungkan antar kawasan, serta
mengatasi kemacetan di daerah perkotaan, terdapat rencana jalan tol yang
masih dalam proses pembangunan, meliputi :
Jalan Tol Cinere-Jagorawi, dengan panjang 15 km
Jalan Tol Depok-Antasari, dengan panjang 21 km
Jalan Tol Bogor Ring Road, dengan panjang 11 km
Jalan Tol Cimanggis-Cibitung, dengan panjang 25,4 Km
Kebijakan pengembangan jalan tol lainnya yang sedianya diperlukan dalam
mendukung perkembangan pembangunan Jawa Barat, diarahkan pada :
Pengembangan Jalan Sekunder dan pendukung Pulau Jawa yang
meliputi: Ciawi Sukabumi-Bandung dan Cileunyi-Sumedang-Dawuan,
Pengembangan Jalan tol daerah perkotaan, antara lain di wilayah
Jabodetabek dan Bandung.
Pola jaringan jalan di Jawa Barat terdiri dari tiga jaringan utama, yaitu :
2-6
1. Koridor Utara : DKI Jakarta – Cikampek – Cirebon
2. Koridor Tengah : Jasinga – Bogor – Cianjur – Bandung – Banjar
3. Koridor Selatan : Pelabuhanratu – Sagaranten – Sindangbarang –
Pameungpeuk – Cipatujah – Kalapagenep –
Pangandaran.
Secara umum kondisi jaringan jalan di Jawa Barat bagian utara dan tengah
relatif baik, terutama untuk sistem horizontal. Untuk Jawa Barat bagian
selatan, koridor Pelabuhanratu – Sagaranten – Sindangbarang –
Pameungpeuk – Cipatujah –Pangandaran – Kelapagenep, belum memiliki
kondisi yang baik, dalam sistem jaringan lintas vertikal maupun horizontal
Gambar 2. 3 Peta Infrastruktur Jalan dan Perhubungan
Sumber: RTRW Provinsi Jawa Barat 2009-2029
B. Perhubungan Darat
Berkaitan dengan jaringan pelayanan kereta api, tidak semua jaringan yang
tersedia dioperasikan. Kondisi jalur-jalur tersebut dipandang masih cukup
2-7
prospektif untuk dikembangkan, mengingat sarana transportasi ini memiliki
daya tarik yang kuat bagi masyarakat, selain juga sejalan dengan upaya
pemerintah dalam meningkatkan ketersediaan transportasi masal. Jalur-jalur
yang tidak dimanfaatkan adalah Rancaekek – Tanjung Sari, Banjar – Cijulang,
Bandung –Soreang – Ciwidey. Adapun jalur-jalur yang masih dapat
dioperasikan, namun perlu peningkatan kualitas adalah jalur Bandung –
Cianjur – Sukabumi, Sukabumi – Bogor, Padalarang – Cicalengka.
Selain jaringan rel, terdapat pula jaringan prasarana yang terdiri dari
simpulsimpul berupa stasiun kereta api. Stasiun kereta api yang cukup besar
di Jawa Barat adalah :
1. Jalur Selatan, yang meliputi Stasiun Bandung, Stasiun Tasikmalaya,
Stasiun Banjar
2. Jalur Utara, yang meliputi Stasiun Bekasi, Stasiun Cikampek, Stasiun
Cirebon.
B. Perhubungan Laut
Pelabuhan Laut yang terdapat di Jawa Barat, terdiri dari :
Pelabuhan Regional Muara Gembong, Kab. Bekasi, merupakan pelabuhan
kelas V
Pelabuhan Regional Pangandaran, Kab. Ciamis, merupakan pelabuhan
kelas V dengan kapasitas 300 DWT
Pelabuhan Internasional Cirebon, Kota Cirebon, dengan kapasitas 4.000
DWT, yang dikelola oleh PT. Pelindo II (Cabang Cirebon)
Pelabuhan Regional Khusus Kejawanan, Kab. Cirebon
Pelabuhan Regional Indramayu, Kab. Indramayu, merupakan pelabuhan
kelas V dengan kapasitas 300 DWT
Pelabuhan Nasional Pamanukan, Kab. Subang, merupakan pelabuhan
kelas V dengan kapasitas 300 DWT
2-8
Pelabuhan Regional Pelabuhan Ratu, Kab. Sukabumi, merupakan
pelabuhan kelas V dengan kapasitas 500 DWT.
Selain pelabuhan laut yang berfungsi sebagai moda transportasi laut, yang
berorientasi ekonomi dan distribusi orang dan barang, Jawa Barat juga
memiliki pelabuhan khusus, yaitu :
Pelabuhan khusus Pertamina untuk BBM dan PLTG di Balongan
Kabupaten Indramayu
Pelabuhan Khusus milik PT. PLN yaitu Pelabuhan Khusus PLTU Muara
Tawar di Kabupaten Bekasi
Pelabuhan Khusus milik PT. Pupuk Kujang di Pamanukan Kabupaten
Subang
Pelabuhan Khusus yang berlokasi di Kabupaten Sukabumi yaitu
Pelabuhan Perikanan Samudera
Pelabuhan Khusus PT. Sinar Surya Makmur yang dikhususkan untuk
memuat dan membongkar bahan Batu bara
C. Perhubungan Udara
Sampai dengan tahun 2007, Jawa Barat memiliki beberapa bandar udara
yang cukup mendukung pergerakan orang dan barang, diantaranya :
Bandara Husein Sastranegara, Bandung, dengan run way 2.250 m x 45 m,
dikelola oleh PT. Angkasa Pura II
Bandara Udara Nusa Wiru, Pangandaran dengan run way 1. 400 m x 30
m, dikelola oleh TNI
Bandara Penggung/Cakrabuana, Cirebon, dengan run way 1.270 m x 30
m, yang dikelola oleh UPT Ditjen Perhubungan Udara, merupakan
pelabuhan kelas IV
2-9
2.2 GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR
2.2.1 WILAYAH ADMINISTRASI
Kabupaten Bogor secara geografis terletak di antara 16º21' - 107º13' Bujur
Timur dan 6º19' - 6º47' Lintang Selatan. Kabupaten Bogor terdiri dari 40
kecamatan dan 435 desa/kelurahan dengan luas wilayah 298.620,26 Ha.
Secara administratif, Kabupaten Bogor berbatasan dengan wilayah sebagai
berikut:
a. Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Tangerang dan Kota
Tangerang Selatan (Provinsi Banten), Kota Bekasi,
Kabupaten Bekasi dan Kota Depok
b. Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Lebak (Provinsi Banten);
c. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Karawang, Kabupaten
Purwakarta dan Kabupaten Cianjur
d. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Cianjur dan Kabupaten
Sukabumi
e. Sebelah Tengah : berbatasan dengan Kota Bogor.
Secara administratif, Kabupaten Bogor terdiri dari 411 desa dan 17
kelurahan (428 desa/kelurahan), 3.639 RW dan 14.403 RT yang tercakup
dalam 40 kecamatan. Jumlah kecamatan sebanyak 40 tersebut merupakan
jumlah kumulatif setelah adanya hasil pemekaran 5 (lima) Kecamatan di
tahun 2005, yaitu Kecamatan Leuwisadeng (pemekaran dari Kecamatan
Leuwiliang), Kecamatan Tanjungsari (pemekaran dari Kecamatan Cariu),
Kecamatan Cigombong (pemekarandari Kecamatan Cijeruk), Kecamatan
Tajurhalang (pemekaran dari Kecamatan Bojonggede) dan Kecamatan
Tenjolaya (pemekaran dari Kecamatan Ciampea). Selain itu, pada akhir tahun
2006 telah dibentuk pula sebuah desa baru, yaitu Desa Wirajaya, sebagai
hasil pemekaran dari Desa Curug Kecamatan Jasinga.
3-1
PT. INTIMULYA MULTIKENCANA
Kajian Survei Investigasi Dasar SID
Jalur Kereta Api Lintas Cileungsi – Jonggol Cianjur
Pada Sub bab ini akan dibahas mengenai hasil survei, dalam survei dijelaskan survei
pendahuluan dan lapangan yang berisikan survei geoteknik dan topografi serta
analisis hidrologi.
3.1 SURVEI PENDAHULUAN
Survei pendahuluan adalah permulaan yang digunakan dalam merencanakan
tahap-tahap perencanaan berikutnya. Sebelum dilakukan perencanaan lebih
lanjut, terlebih dahulu dilakukan survei pendahuluan untuk mendapatkan
data-data yang diperlukan dalam perencanaan. Survei pedahuluan dilakukan
sesuai dengan trase yang ditentukan untuk melihat situasi sebenarnya.
Berdasarkan hasil survei pendahuluan dan pengumpulan data sekunder peta
rencana tata ruang wilayah, peta fisik dasar yang terdiri dari topografi,
kawasan hutan lindung, infrastruktur transportasi dan peta rencana
pegembangan Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur
mengenai rencana pengembangan jalur kereta api, terdapat tiga alternatif
koridor dari Cileungsi – Jonggol - Cianjur. Adapun kelebihan dan kelemahan
dari tiga alternatif koridor tersebut dijelaskan pada tabel 3.1 berikut.
KAJIAN SURVEI INVESTIGASI DASAR (SID)
JALUR KERETA API LINTAS
CILEUNGSI – JONGGOL - CIANJUR
BAB 3 HASIL SURVEI LAPANGAN
3-2
Tabel 3. 1 Kelebihan dan Kelemahan Alternatif Trase Cileungsi – Jonggol - Cianjur
Kelebihan Kelemahan
Mengembangkan Kota Jonggol karena melewati pinggir Kota Jonggol
Tidak banyak melewati pemukiman Sudah mempertimbangkan topografi
Tidak melalui Pusat Kota Jonggol. Memiliki potensi demand yang lebih
rendah untuk angkutan penumpang karena tidak melalui kawasan pemukiman.
Sumber : Hasil analisis, 2020
Hasil dari analisis berdasarkan data primer dan sekunder maka terdapat 3
alternatif jalur KA Cileungsi – Jonggol - Cianjur untuk titik awal dari Rencana
Stasiun Cileungsi yang terletak di Cileungsi berikut Alternatif yang di usulkan
yaitu:
Survai pendahuluan dilakukan untuk mengetahui rencana trase yang akan
dilalui alternatif-alternatif jalur kereta api serta melakukan identifikasi tata
guna lahan di sekitarnya.
Gambar 3. 1 Tata Guna Lahan pada Koridor Trase Terpilih
3-3
3.2 SURVEI LAPANGAN
3.3 SURVEI TOPOGRAFI
Maksud dan Tujuan dari pekerjaan survey topografi ini adalah untuk
mendapatkan gambaran Topografi baik di daratan (Sawah, ladang,
perkebunan, perumahan) maupun di sungai, sebagai dasar dari Kegiatan
Kajian Trase, Lokasi Stasiun, dan Kebutuhan Lahan Kajian Survei Investigasi
Dasar (SID) Jalur Kereta Api Lintas Cileungsi - Jonggol – Cianjur.
Lokasi kegiatan pelaksanaan topografi adalah di sepanjang koridor rencana
jalur kereta api yang sudah terpilih dan hasil diskusi, asistensi dengan
instansi yang terkait didaerah yang terlewati rencana trase, pada hal ini
adalah kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur.
Dari hasil survei lapangan, diidentifikasi bahwa koordinat awal trase Jalur KA
adalah pada Koordinat X = 711612.518 ; Y = 9285137.814, yaitu pada rel
badug Stasiun Nambo.
Sebagai titik referensi titik ikat pengukuran ditetapkan Titik Tinggi Geodesi
(TTG) No.190 di Halaman Pintu Air Cibinong, dan Titik Tinggi Geodesi (TTG)
No.64 di halaman kantor Jembatan Timbang Dinas Perhubungan Kab.
Cianjur/ Samping Terminal Rawa Bango.
Pemilihan Trase, Lokasi Stasiun, dan Kebutuhan Lahan Kereta Api Kajian
Survei Investigasi Dasar (SID) Jalur Kereta Api Lintas Cileungsi - Jonggol –
Cianjur ini, rute yang dipilih adalah trase dengan factor pendukung terbaik
yang berupa perumahan, daerah pertokoan (Niaga) dan daerah industri,serta
daerah pegunungan, sehingga diharapkan biaya pembebasan lahan yang
dikeluarkan nantinya dapat diminimalkan sekecil mungkin demikian pula
terhadap konflik sosialnya.
Kondisi pengukuran Topografi pada wilayah Kajian Survei Investigasi Dasar
(SID) Jalur Kereta Api Lintas Cileungsi - Jonggol – Cianjur sangat beragam,
3-4
dimulai pada KM.0+000 pada Badug Stasiun Nambo dilanjut pada daerah
pemukiman dan daerah Industri dimana terdapat banyak pabrik dan
pemukiman penduduk juga area persawahan, memasuki Kec. Jonggol Trase
mulai menanjak melalui lereng perbukitan sampai perbatasan dengan Kab.
Cianjur, kemudian menurun dan kembali melandai di area persawahan dan
pemukiman di Kab. Cianjur sampai masuk ke area Stasiun Selajambe sebagai
interkoneksi terhadap Jalur Kereta Api Bandung-Sukabumi.
Gambar 3. 2 Bagan Alir Pelaksanaan Pengukuran Topografi
3-5
Gambar 3. 3 Situasi Hasil Pengukuran Topografi
3-7
3.3.1 PENGUKURAN KERANGKA DASAR HORIZONTAL
Titik Kontrol Horisontal didapat dengan pengukuran Poligon Terbuka yang
berfungsi sebagai Kerangka Dasar Peta Topografi. Pengukuran Kerangka
Kontrol Horisontal meliputi: Penentuan Azimut Awal Pengukuran Sudut,
Pengukuran larak, dan Pengukuran Koordinat.
A. Penentuan Azimut Awal
Diperoleh dari perhitungan dua titik koordinat Bench Mark Referensi dan
kontrol menggunakan GPS Geodetic yang mempunyai kesalahan yang relatif
kecil.
B. Pengukuran Sudut
Pengukuran Polygon dilakukan dengan alat Theodolite Electronic Total
Station dengan ketelitian 1" (1 second) dengan pembacaan Satu Seri Biasa
dan Luar Biasa Muka Belakang.
Metode pengukuran sudut dengan alat Total Station yaitu dengan
menggunakan Target Belakang (Back Sight) dan Target Depan (Front Sight)
dilengkapi Single Prisma dan Centering Optis disetiap titik-titik Polygon yaitu
dengan cara: memasukan beberapa Data Input ke Software atau Data Record
alat Total Station yaitu berupa:
1) Height Instrument (tinggi alat)
2) Koordinat berdiri alat N, E, dan Z dari titik referensi
3) Azimut Back Sight dari hasil hitungan
4) Koordinat Back Set N, E, dan Z
5) Tinggi target belakang dan muka
Dan seterusnya disetiap titik Polygon dan cara pembacaannya sudah
langsung secara elektronik dan disimpan di Data Record alat itu sendiri.
3-8
C. Pengukuran Jarak
Untuk mendapatkan sisi panjang Polygon dilakukan dengan pembacaan
kemuka dan kebelakang dengan tiga kali pembacaan jarak dan diambil rata-
rata, secara Electronic Distance Measurement (EDM) langsung dihitung secara
otomatis, jarak datar dengan terlebih dahulu memasukan data pendukung
yaitu:
1) Setting the Prisme Constant
2) Setting the Atmosphere Correction
3) Setting Refraction Correction dan Lengkung Bumi
3.3.2 PENGUKURAN KERANGKA DASAR VERTIKAL
Cara ini dilakukan dengan Pengukuran Waterpass Kring Terbuka. Referensi
Titik Tinggi (Elevasi) diambil dari Titik Tetap (BM) BKS 2, dilakukan dengan
cara:
1) Pembacaan 2 kali Double Stand Ke muka
2) Semua titik polygon dan titik tetap dilalui dengan Pengukuran Waterpass
3) Menggunakan alat ukur Automatic Level Wild Nak-2
4) Data Baca dicatat dengan ke 3 (tiga) benang silangnya (BA, BB, dan BT)
5) Bak Ukur (rambu) dilengkapi dengan Nivo
Diusahakan alat ukur berada ditengah-tengah dua Rambu
A. Pengukuran Memanjang
Pengukuran memanjang dimulai dari Titik Referensi BM01 sampai BM
terakhir, dengan cara pengukuran sudut Polygon dan jarak pandang dengan
EDM.
Pengukuran memanjang dilakukan dengan arah dari Cileungsi(Sta. Nambo)-
Jonggol – Cianjur (Sta. Selajambe) yang selanjutnya pengukuran arah
3-9
memanjang rencana trase ini diukur polygon dan waterpass, sehingga
didapat harga koordinat X,Y,Z .
B. Pengukuran Melintang
Pengukuran profil melintang rencana jalur jalan rel setiap interval 200 m
untuk bagian lurus dan 100 m pada bagian lengkung. Pengukuran situasi di
jalur alternative terpilih dengan lebar pengukuran melintang jalan rel
minimum 50 m ke kiri dan 50 m ke kanan. Pengukuran situasi di lokasi
rencana emplasement, lebar pengukuran melintang minimum 50 m ke kiri
dan 50 m ke kanan. Titik-titik yang diukur pada pengukuran melintang
sebagai berikut:
As jalan
Tepi jalan
Tepi saluran
As saluran
Titik-titik profil tanah itu sendiri
Dengan arah pengukuran tegak lurus arah as jalan semua titik-titik profil
didapat nilai koordinat X,Y,Z-nya.
3.3.3 PENGUKURAN DETAIL SITUASI
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal sesuai dengan kebutuhan untuk
studi dilakukan dengan alat Electronic Total Station Topcon ES65. Semua
Titik Detail Situasi di ukur dari titik-titik polygon dengan pembaca sudut dan
jarak memakai Electronic Distance Measurement dan langsung didapat harga
koordinat X,Y,Z setiap titik detailnya.
Pelaksanaan Pengukuran yang dilakukan, sebagai berikut:
1) Berdiri alat disetiap titik polygon dan Back Sight ke titik polygon
2) Memasukan data input Tinggi Alat, Tinggi Target harga koordinat X,Y,Z
titik berdiri alat
3) Menggunakan Target Stick Yellow yang dilengkapi dengan Prisma
3-10
3.3.4 PROSES DATA LAPANGAN
A. Processing GPS
Proses data Hand GPS dilakukan dengan meratakan hasil pengamatan yang
telah di Record. Data GPS tersebut bereferensi pada speroid WGS’84 dengan
system proyeksi UTM (Universal Transverse Mercator).
Parameter untuk proyeksi UTM adalah sebagai berikut:
Semi mayor axis (a) = 6.378.137.00 m
Flatteming (f) = 1/298.25722357
Central meridian = 117 degree
False Northing = 10.000.000
False Easting = 500.000
Scale Factor at central meridian = 0,9996
Zone = 48 N
B. Processing Data Polygon
Tahapan pengolahan data polygon adalah sebagai berikut:
1) Down Load Data
Data- data hasil pengukuran dengan menggunakan alat ukur Total
Station, selanjutnya di down load ke dalam PC dengan mempergunakan
USB, untuk merubah format bahasa alat kedalam format bahasa program
dengan mempergunakan fasilitas rinex.
2) Adjusment Data
Data-data yang sudah diolah selanjutnya diproses dengan
mempergunakan metode hitung perataan Bowditch
4-1
PT. INTIMULYA MULTIKENCANA
Kajian Survey Investigasi Dasar SID
Jalur Kereta Api Lintas Cileungsi – Jonggol Cianjur
Pada Sub Bab ini akan dibahas mengenai analisis transportasi yang berisikan tentang hasil
survei transportasi dan pemodelan transportasi. Pemodelan transportasi terdiri dari
jaringan dan simpul transportasi serta pola pergerakan dan proyeksi permintaan dari
penumpang dan barang. Dibahas juga mengenai analisa pola operasi kereta api meliputi
kriteria operasi perjalanan kereta api, analisa permintaan angkutan penumpang dan barang,
implikasi trase yang diusulkan terhadap pola Operasi meliputi kecepatan operasi perjalanan
kereta api, kapasitas lintas, jenis stasiun di trase terpilih serta layout stasiun. Kemudian
untuk kajian aspek lingkungan meliputi rona lingkungan awal dan penggunaan lahan. Lalu
dibahas juga mengenai komponen lingkungan yang terkena dampak rencana pembangunan
dan prakiraan dampak lingkungan. Direkomendasikan pula mengenai mitigasi terhadap
bencana dan hasil kajian awal lingkungan. Pada analisis kelayakan proyek yang berisikan
estimasi biaya yang terdiri dari biaya pengadaan lahan dan sarana, biaya pembangunan
prasarana, dan biaya operasi lalu dianalisis kelayakan ekonomi dan finansial dilihat juga
untuk kajian risikonya.
4.1 ANALISIS TRANSPORTASI
4.1.1 HASIL SURVEI TRANSPORTASI
Survey lalu lintas ditujukan untuk mengetahui besaran arus lalu lintas di ruas
jalan utama. Terdapat 2 ruas jalan yang diambil datanya, yaitu Jl. Raya
Puncak dan Jl. Transyogi (di titik Tanjungsari). Waktu pelaksanaan survey
selama 24 jam dengan rincian yang dapat dilihat pada tabel data hasil survei
lalu lintas tahun 2019.
KAJIAN SURVEI INVESTIGASI DASAR (SID)
JALUR KERETA API LINTAS
CILEUNGSI – JONGGOL - CIANJUR
BAB 4 ANALISIS DATA
4-2
Tabel 4. 1 Data Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR) dari dan menuju Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur
Titik Lokasi
Jenis Kendaraan Total Sepeda
Motor Mobil
Pribadi
Kendaraan Angkutan
Umum
Kendaraan Angkutan
Barang Tanjungsari
Bogor - Cianjur 8.357 2.244 180 867 11.649 Cianjur - Bogor 6.521 2.237 133 899 9.790
Total 14.878 4.482 313 1.766 21.439
Jalan Raya Puncak Bogor - Cianjur 21.021 8.839 820 1.196 31.876 Cianjur - Bogor 20.750 8.681 796 1.108 31.335
Total 41.771 17.520 1.616 2.304 63.211 Sumber : Dinas Perhubungan Kabupaten Bogor, 2019
Gambar 4. 1 Jaringan Jalan Koridor Cileungsi-Jonggol-Cianjur dan Pembebanan Jalan
4-3
4.1.2 PEMODELAN TRANSPORTRASI
4.1.2.1 JARINGAN TRANSPORTASI PADA KORIDOR CILEUNGSI-
JONGGOL-CIANJUR
Jaringan jalan yang sejajar rencana rute jalur kereta api Cileungsi-Jonggol-
Cianjur merupakan jalan provinsi. Sesuai dengan Keputusan Gubernur Jawa
Barat Nomor 620/Kep.1086-Rek/2016 tentang Penetapan Ruas-Ruas Jalan
Menurut Statusnya Sebagai Jalan Provinsi. Koridor Cileungsi-Jonggol-Cianjur
mempunyai nomor ruas 233 dengan nama ruas jalan Cileungsi-Cibeet dan
nomor ruas 234 dengan nama ruas jalan Selajambe-Cibogo-Cibeet. Panjang
ruas tersebut masing-masing adalah 44,58 Km dan 28,7 Km.
Keterangan: Lokasi Jalan Provinsi Koridor Cileungsi-Jonggol-Cianjur
Gambar 4. 2 Jaringan Jalan Nasional Pada Koridor Cileungsi-Jonggol-Cianjur Sumber: Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 620/Kep.1086-Rek/2016
4-4
4.1.2.2 SIMPUL TRANSPORTASI
Beberapa simpul transportasi pada wilayah kabupaten/kota pada koridor
jalur kereta api Cileungsi-Jonggol-Cianjur tidak cukup banyak pilihan yang
terdiri dari simpul terminal.
Tabel 4. 2 Prasarana Simpul Transportasi
No Kabupaten Simpul Transportasi
1
Bogor
Stasiun Kereta Rel Listrik Nambo Terminal tipe B Cileungsi Terminal tipe C Jonggol
2 Cianjur Stasiun Selajambe Stasiun Ciranjang
Gambar 4.3 Integrasi Antarmoda Koridor Cileungsi-Jonggol-Cianjur
4-5
4.1.2.3 POLA PERGERAKAN PENUMPANG DAN BARANG
Pola pergerakan penumpang dan barang berbasis kecamatan, sehingga zona
yang digunakan adalah zona wilayah administrasi kecamatan di wilayah
Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur terutama data pergerakan
penumpang dan barang dari dan menuju Kecamatan Cileungsi, Kecamatan
Jonggol dan Kecamatan Sukaluyu. Pola pergerakan nanti akan diolah menjadi
nilai Matriks Asal Tujuan (MAT). Kombinasi MAT didapatikan dari data
sekunder berupa MAT Kab. Bogor tahun 2011, MAT Kab. Cianjur tahun 2013
dan Asal Tujuan Transportasi Nasional (ATTN) Tahun 2018. Berikut ini
merupakan penamaan zonasi wilayah yang dilakukan pada kegiatan ini serta
jumlah penduduk pada wilayah kajian.
Tabel 4. 3 Jumlah Penduduk Kabupaten Bogor
No Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa)
1. Nanggung 83.790
2. Leuwiliang 111.059
3. Leuwisadeng 67.593 4. Pamijahan 138.420
5. Cibungbulang 131.103 6. Ciampea 150.769
7. Tenjolaya 58.102 8. Dramaga 100.878 9. Ciomas 145.579
10. Tamansari 96.921 11. Cijeruk 81.167
12. Cigombong 88.382 13. Caringin 115.875
14. Ciawi 101.713
15. Cisarua 114.921 16. Megamendung 97.114
17. Sukaraja 174.737 18. Babakan Madang 98.519 19. Sukamakmur 71.145
20. Cariu 49.040 21. Tanjungsari 52.681
22. Jonggol 124.406 23. Cileungsi 235.485
4-6
No Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa)
24. Klapanunggal 101.642 25. Gunung Putri 259.545
26. Citeureup 193.808 27. Cibinong 320.347
28. Bojonggede 225.817 29. Tajurhalang 102.545 30. Kemang 94.176
31. Rancabungur 54.506 32. Parung 106.873
33. Ciseeng 96.032 34. Gunungsindur 97.993 35. Rumpin 122.566
36. Cigudeg 114.036 37. Sukajaya 58.619
38. Jasinga 96.836 39. Tenjo 64.652
40. Parungpanjang 99.890 Jumlah 4.699.282
Sumber : BPS, 2020
Tabel 4. 4 Jumlah Penduduk Kabupaten Cianjur
No Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa) 1. Agrabinta 37.995 2. Leles 32.795 3. Sindangbarang 53.964 4. Cidaun 66.824 5. Naringgul 46.188 6. Cibinong 59.891 7. Cikadu 35.867 8. Tanggeung 45.696 9. Pasirkuda 35.574 10. Kadupandak 50.497 11. Cijati 33.793 12. Takokak 52.618 13. Sukanagara 50.784 14. Pagelaran 70.313 15. Campaka 65.871 16. Campakamulya 24.379 17. Cibeber 120.353 18. Warungkondang 67.564
4-7
No Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa) 19. Gekbrong 53.470 20. Cilaku 101.844 21. Sukaluyu 73.033 22. Bojongpicung 73.784 23. Haurwangi 55.970 24. Ciranjang 78.004 25. Mande 72.519 26. Karangtengah 139.981 27. Cianjur 165.062 28. Cugenang 104.145 29. Pacet 101.335 30. Cipanas 108.911 31 Sukaresmi 83.294 32 Cikalongkulon 98.302 Jumlah 2.260.620
Sumber : BPS, 2020
Tabel 4. 5 Sistem Zonasi
No. Nama Zona No. Nama Zona 201 Cariu 303 Karangtengah 202 Tanjungsari 304 Sukaresmi 203 Jonggol 305 Cikalongkulon 204 Cileungsi 1001 Eksternal Utara 205 Klapanunggal 1002 Eksternal Barat 301 Sukaluyu 1003 Eksternal Selatan 302 Mande 1004 Eksternal Timur
4-10
4.1.2.4 ABILITY TO PAY (ATP) DAN WILLINGNESS TO PAY (WTP)
Berdasarkan penelitian mengenai “Studi Ability To Pay (ATP) & Willingness
To Pay (WTP) Angkutan Orang Dengan Kereta Api Perkotaan Di Pulau Jawa”,
didapatkan bahwa didapatkan rekomendasi berupa usulan tarif angkutan
orang dengan KA kelas ekonomi beberapa kereta Api yang beroperasi di Jawa
Barat.
Tabel 4. 6 Rekomendasi Usulan Tarif Angkutan Orang dengan KA Kelas Ekonomi
Perkotaan Di Pulau Jawa Tahun 2020
No
Nama Kereta Api
Lintas
Besaran Tarif Saat Ini
(Rp/Orang)
Rekomendasi Besaran Tarif (Rp/Orang)
a
Cilamaya Ekspres/ Cepat Purwakarta/ Walahar Ekspres
Purwakarta - Tanjung Priok
6.000
10.000
b Jatiluhur Cikampek – Tanjung Priok 5.000 7.000
c Walahar Ekspres/ Ekonomi Lokal
Tanjungpriok - Purwakarta 6.000 10.000
Sumber : Kementerian Perhubungan, 2019
4.1.2.5 PROYEKSI PERMINTAAN PERJALANAN KERETA API
PENUMPANG
Berdasarkan analisis transportasi diatas serta metode proyeksi, selanjutnya
dilakukan proyeksi demand dalam periode 30 tahun, dari 2021 hingga 2051.
Pembebanan pertumbuhan dilakukan pada matriks asal tujuan yang ada di
wilayah studi. Hasil proyeksi disajikan pada tabel dibawah ini. Proyeksi
demand terbagi menjadi setiap stasiun.
Total potensi pergerakan penumpang terbanyak dengan skenario optimis
sebanyak 10,8 juta pnp/tahun pada tahun 2021 dan meningkat hingga 25,1
juta pnp/tahun pada tahun 2051. Sedangkan pada skenario pesimis jumlah
demand mencapai 2,1 juta pnp/tahun pada tahun 2021 dan 4,2 juta
pnp/tahun pada tahun 2051. Stasiun dengan demand terbesar ditemukan
pada koridor Kembang Kuning - Cileungsi sebesar 1,4 juta/tahun.
4-11
Tabel 4. 7 Proyeksi Demand Penumpang KA
Koridor Jumlah Penumpang (pnp/tahun)
2021 2026 2031 2036 2041 2046 2051
Nambo-Kembang Kuning 1.017.654 1.167.859 1.353.666 1.543.720 1.743.015 1.960.717 2.199.140
Kembang Kuning-Cileungsi 850.724 976.291 1.131.619 1.290.498 1.457.102 1.639.094 1.838.407
Cileungsi-Mampir 842.612 966.981 1.120.828 1.278.192 1.443.207 1.623.463 1.820.876
Mampir-Jonggol 476.181 546.466 633.408 722.339 815.593 917.460 1.029.023
Jonggol-Sukagalih 378.819 434.733 503.899 574.646 648.833 729.872 818.624
Sukagalih-Cibatu Tiga 171.879 197.248 228.630 260.730 294.390 331.159 371.428
Cibatu Tiga-Antajaya 48.099 55.198 63.980 72.963 82.383 92.672 103.941
Antajaya-Mekarjaya 25.667 29.456 34.142 38.936 43.963 49.454 55.467
Mekarjaya-Majalaya 45.024 51.670 59.890 68.299 77.116 86.748 97.297
Majalaya-Jamali 29.646 34.022 39.435 44.972 50.778 57.120 64.066
Jamali-Selajambe 13.270 15.229 17.652 20.130 22.729 25.568 28.677
PT. INTIMULYA MULTIKENCANA
Kajian Survey Investigasi Dasar SID
Jalur Kereta Api Lintas Cileungsi – Jonggol Cianjur
Tabel 4. 8 Proyeksi Demand Penumpang Naik dan Turun KA
Stasiun Jumlah Penumpang (pnp/tahun) 2021 2026 2031 2036 2041 2046 2051 Turun Naik Turun Naik Turun Naik Turun Naik Turun Naik Turun Naik Turun Naik
Nambo 166.929 166.929 191.568 191.568 222.047 222.047 253.222 253.222 285.913 285.913 321.624 321.624 360.733 360.733
Kembang Kuning 532.668 532.668 611.290 611.290 708.546 708.546 808.026 808.026 912.342 912.342 1.026.293 1.026.293 1.151.090 1.151.090
Cileungsi 366.430 366.430 420.516 420.516 487.420 487.420 555.853 555.853 627.614 627.614 706.003 706.003 791.853 791.853
Mampir 371.328 371.328 426.136 426.136 493.934 493.934 563.283 563.283 636.002 636.002 715.439 715.439 802.437 802.437
Jonggol 206.940 206.940 237.485 237.485 275.268 275.268 313.916 313.916 354.443 354.443 398.713 398.713 447.196 447.196
Sukagalih 123.731 123.731 141.993 141.993 164.585 164.585 187.692 187.692 211.923 211.923 238.392 238.392 267.381 267.381
Cibatu Tiga 39.136 39.136 44.913 44.913 52.058 52.058 59.367 59.367 67.032 67.032 75.404 75.404 84.573 84.573
Antajaya 15.743 15.743 18.067 18.067 20.941 20.941 23.881 23.881 26.964 26.964 30.332 30.332 34.021 34.021
Mekarjaya 15.378 15.378 17.647 17.647 20.455 20.455 23.327 23.327 26.339 26.339 29.628 29.628 33.231 33.231
Majalaya 17.910 17.910 20.553 20.553 23.823 23.823 27.168 27.168 30.675 30.675 34.507 34.507 38.703 38.703
Jamali 13.270 13.270 15.229 15.229 17.652 17.652 20.130 20.130 22.729 22.729 25.568 25.568 28.677 28.677
Selajambe 12.119 12.119 13.908 13.908 16.121 16.121 18.384 18.384 20.757 20.757 23.350 23.350 26.189 26.189
APORAN AKHIR 4-12
4-13
550000
500000
450000
400000
350000
300000
250000
200000
150000
100000
50000
0
Produksi Produksi Produksi Buah- Produksi Tanaman Sayuran Tanaman Buahan (ton) Tanaman
(Ton) Biofarmaka (ton) Perkebunan (Ton)
Bogor Cianjur
4.1.2.6 PROYEKSI PERMINTAAN PERJALANAN KERETA API BARANG
Selain analisis demand kereta api penumpang, dilakukan analisis untuk KA
pergerakan barang. Total produksi barang di wilayah kab. Bogor mencapai
5.323.414,62 ton/tahun sedangkan di wilayah kab. Cianjur mencapai
432.182,41. Pada wilayah Kabupaten Bogor produksi tanaman perkebunan
menjadi produksi barang yang dominan, pada wilayah Kabupaten Bogor
produksi tanaman buah-buahan menjadi produksi barang yang dominan. Hal
ini dapat terlihat dari data yang diperoleh dari BPS sebagaimana tersaji pada
Gambar di bawah ini.
Gambar 4. 7 Total Produksi Wilayah Bogor dan Cianjur Sumber : BPS Kab. Bogor dan Kab. Cianjur, 2019
Berdasarkan analisis transportasi di atas serta metode proyeksi, selanjutnya
dilakukan proyeksi demand dalam periode 30 tahun, dari 2020 hingga 2050.
Pembebanan pertumbuhan dilakukan pada matriks asal tujuan yang ada di
4-14
wilayah studi. Hasil proyeksi disajikan pada tabel dibawah ini. Proyeksi
demand terbagi menjadi setiap stasiun.
Total potensi pergerakan barang terbanyak dengan skenario optimis
sebanyak 3,1 juta ton/tahun pada tahun 2021 dan meningkat hingga 7,2 juta
ton/tahun pada tahun 2051. Sedangkan pada skenario pesimis jumlah
demand mencapai 628 ribu ton/tahun pada tahun 2021 dan 1,2 juta
ton/tahun pada tahun 2051. Stasiun dengan demand terbesar ditemukan
pada koridor Kembang Kuning - Cileungsi sebesar 522 juta/tahun.
Tabel 4. 9 Proyeksi Demand Barang KA Skenario Optimis, Moderat, dan Pesimis
Koridor Jumlah Barang (ton/tahun)
2021 2026 2031 2036 2041 2046 2051
Nambo-Kembang Kuning 338.805 388.812 450.672 513.947 580.297 652.776 732.154
Kembang Kuning-Cileungsi 268.173 307.755 356.719 406.802 459.320 516.689 579.519
Cileungsi-Mampir 216.562 248.527 288.067 328.512 370.923 417.251 467.989
Mampir-Jonggol 118.474 135.961 157.593 179.719 202.920 228.265 256.022
Jonggol-Sukagalih 40.399 46.362 53.738 61.283 69.194 77.836 87.301
Sukagalih-Cibatu Tiga 22.933 26.318 30.505 34.788 39.279 44.185 49.558
Cibatu Tiga-Antajaya 6.345 7.281 8.440 9.624 10.867 12.224 13.711
Antajaya-Mekarjaya 421 483 560 639 721 811 910
Mekarjaya-Majalaya 404 463 537 612 691 778 872
Majalaya-Jamali 276 317 367 419 473 532 596
Jamali-Selajambe 131 151 175 199 225 253 284
PT. INTIMULYA MULTIKENCANA
Kajian Survey Investigasi Dasar SID
Jalur Kereta Api Lintas Cileungsi – Jonggol Cianjur
Tabel 4. 10 Proyeksi Demand Barang Bongkar dan Muat KA
Stasiun Jumlah Barang (ton/tahun) 2021 2026 2031 2036 2041 2046 2051 Bongkar Muat Bongkar Muat Bongkar Muat Bongkar Muat Bongkar Muat Bongkar Muat Bongkar Muat
Nambo 70.632 70.632 81.057 81.057 93.954 93.954 107.145 107.145 120.977 120.977 136.087 136.087 152.635 152.635
Kembang Kuning 172.574 172.574 198.045 198.045 229.555 229.555 261.784 261.784 295.580 295.580 332.498 332.498 372.930 372.930
Cileungsi 98.088 98.088 112.566 112.566 130.475 130.475 148.794 148.794 168.003 168.003 188.986 188.986 211.967 211.967
Mampir 81.910 81.910 94.000 94.000 108.956 108.956 124.253 124.253 140.294 140.294 157.817 157.817 177.008 177.008
Jonggol 17.466 17.466 20.044 20.044 23.233 23.233 26.495 26.495 29.915 29.915 33.652 33.652 37.744 37.744
Sukagalih 19.884 19.884 22.819 22.819 26.449 26.449 30.163 30.163 34.057 34.057 38.310 38.310 42.969 42.969
Cibatu Tiga 6.082 6.082 6.979 6.979 8.090 8.090 9.225 9.225 10.416 10.416 11.717 11.717 13.142 13.142
Antajaya 247 247 283 283 328 328 374 374 423 423 475 475 533 533
Mekarjaya 128 128 147 147 170 170 194 194 219 219 246 246 276 276
Majalaya 161 161 185 185 214 214 244 244 276 276 310 310 348 348
Jamali 131 131 151 151 175 175 199 199 225 225 253 253 284 284
Selajambe 119 119 137 137 159 159 181 181 204 204 230 230 258 258
4-15
4-16
4.2 ANALISIS POLA OPERASI
4.2.1 KRITERIA OPERASI PERJALANAN KERETA API
4.2.1.1 LALU LINTAS KERETA API
Angkutan kereta api dilaksanakan pada jaringan jalur kereta api dalam lintas
pelayanan kereta api yang membentuk jaringan pelayanan perkeretaapian.
Jaringan pelayanan perkeretaapian sebagaimana dimaksud, terdiri atas:
a. jaringan pelayanan perkeretaapian antarkota; dan
b. jaringan pelayanan perkeretaapian perkotaan.
4.2.1.2 JENIS DAN FUNGSI STASIUN
a. Fungsi Stasiun bisa dikatagorikan kedalam:
1. Stasiun Penumpang (SP).
Stasiun kereta api untuk keperluan naik turun penumpang
2. Stasiun Barang (SB).
Stasiun kereta api untuk bongkar muat barang
3. Stasiun Operasi
Stasiun kereta api untuk menunjang pengoperasian kereta api.
b. Kelas stasiun kereta api
Setiap stasiun memiliki kelas stasiun, baik untuk stasiun penumpang,
stasiun barang dan atau stasiun operasi.
Kelas stasiun dibagi dalam 3 (tiga) kelas, yaitu :
1. Kelas besar
Kelas besar; dalam pelaksanaannya bisa saja dibagi lagi kedalam
beberapa kelas, misalnya kelas besar A, B atau kelas besar C.
4-17
2. Kelas Sedang
Umumnya berlokasi minimal di kota kecamatan, disamping untuk
kepentingan operasi kereta api, juga bisa melaksanakan jasa
pelayanan penumpang dan atau barang.
3. Kelas kecil
Umumnya di perkampungan atau desa dan hanya untuk kepentingan
operasi kereta api (stasiun operasi)’
c. Penentu kelas stasiun
Penentuan klasifikasi stasiun didasarkan kepada kriteria-kreteria dengan
bobot pada masing-masing kreteria 100 angka (point), kriteria dimaksud
adalah sebagai berikut :
1. Fasilitas Operasi;
Fasilitas Operasi dimaksud adalah jenis peralatan yang
dipergunakan untuk mendukung operasi perjalanan kereta api,
untuk lebih jelasnya lihat sub bab Fasilitas operasi:
2. Jumlah Jalur;
Semakin banyak jalur yang masih aktif, maka semakin tinggi bobot
penilaiannya
3. Fasilitas Penunjang;
Semakin lengkap fasilitas penunjang, maka semakin tinggi bobot
penilaiannya
4. Frekuensi Lalu-lintas (KA);
Semakin banyak jumlah kereta api; termasuk semakin lebih banyak
kereta api yang berhenti, maka semakin tinggi bobot penilaiannya
4-18
5. Jumlah Penumpang;
Semakin banyak jumlah penumpang dan mungkin semakin tinggi
nilai pendapatan, maka semakin tinggi bobot penilaiannya
6. Jumlah barang;
Semakin banyak jumlah penumpang dan mungkin semakin tinggi
nilai pendapatan, maka semakin tinggi bobot penilaiannya
4.2.1.3 KECEPATAN KERETA API DAN BEBAN GANDAR
a. Kecepatan kereta api
1. Kecepatan rencana
2. Kecepatan maksimum
3. Kecepatan operasi
4. Kecepatan komersial
b. Beban gandar
Beban gandar adalah beban yang diterima oleh jalan rel dari satu
gandar. Beban gandar untuk lebar jalan rel 1067 mm pada semua kelas
jalur maksimum sebesar 18 ton
4.2.1.4 GEDUNG DAN FASILITAS PENDUKUNG OPERASI KERETA API DI
STASIUN
a. Gedung stasiun
Gedung stasiun kereta api merupakan bagian dari stasiun kereta api yang
digunakan untuk melayani pengaturan perjalanan kereta api dan
pengguna jasa kereta api.
b. Jenis
1. Gedung untuk kegiatan pokok, yang terdiri atas:
a) hall;
b) perkantoran kegiatan stasiun;
4-19
c) loket karcis;
d) ruang tunggu;
e) ruang informasi;
f) ruang fasilitas umum;
g) ruang fasilitas keselamatan;
h) ruang fasilitas keamanan
i) ruang fasilitas penyandang cacat dan lansia; da
j) ruang fasilitas kesehatan.
2. Gedung untuk kegiatan penunjang stasiun kereta api, yang terdiri
atas:
a) pertokoan;
b) restoran;
c) perkantoran;
d) perparkiran;
e) perhotelan;
f) ruang lain yang menunjang langsung kegiatan stasiun kereta
api.
3. Gedung untuk kegiatan jasa pelayanan khusus di stasiun kereta api,
yang terdiri atas:
a) ruang tunggu penumpang;
b) bongkar muat barang;
c) pergudangan;
d) parkir kendaraan;
4-20
L = 0,64 m2/orang x V x LF
e) penitipan barang;
f) ruang atm; dan
g) ruang lain yang menunjang baik secara langsung maupun tidak
langsung kegiatan stasiun kereta api.
c. Persyaratan teknis gedung
1. Persyaratan Bangunan
a) Konstruksi, material, disain, ukuran dan kapasitas bangunan
sesuai dengan standar kelayakan, keselamanan dan keamanan
serta kelancaran sehingga seluruh bangunan stasiun dapat
berfungsi secara handal.
b) Memenuhi persyaratan keselamatan dan keamanan gedung
dari bahaya banjir, bahaya petir, bahaya kelistrikan dan bahaya
kekuatan konstruksi.
c) Instalasi pendukung gedung sesuai dengan peraturan
perundangundangan tentang bangunan, mekanikal elektrik,
dan pemipaan gedung (plumbing) bangunan yang berlaku.
2. Luas bangunan ditetapkan untuk:
a) Gedung kegiatan pokok dihitung dengan formula sebagai
berikut:
L = Luas bangunan (m2)
V = Jumlah rata-rata penumpang per jam sibuk dalam satu
tahun (orang)
LF = Load factor (80%).
4-21
b) Gedung kegiatan penunjang dan gedung jasa pelayanan khusus
di stasiun kereta api, ditetapkan berdasarkan kebutuhan.
3. Menjamin bangunan stasiun dapat berfungsi secara optimal dari segi
tata letak ruang gedung stasiun, sehingga pengoperasian sarana
perkeretaapian dapat dilakukan secara nyaman.
4. Komponen gedung meliputi:
1. gedung atau ruangan;
2. media informasi (papan informasi atau audio);
3. fasilitas umum, terdiri dari:
4. ruang ibadah;
5. toilet;
6. tempat sampah;
7. ruang ibu menyusui.
8. fasilitas keselamatan;
9. fasilitas keamanan;
10. fasilitas penyandang cacat atau lansia;
11. fasilitas kesehatan.
4.2.1.5 PENGALOKASIAN RUANG UNTUK PENGOPERASIAN
a. Untuk kepentingan operasi suatu jalur kereta api harus memiliki
pengaturan ruang yang terdiri dari :
1. ruang bebas;
2. ruang bangun.
b. Ruang bebas adalah ruang di atas jalan relyang senantiasa harus bebas
dari segala rintangan dan benda penghalang; ruang ini disediakan
4-22
untuk lalu Iintas rangkaian kereta api. Ukuran ruang bebas untuk jalur
tunggal dan jalur ganda, baik pada bagian Iintas yang lurus maupun
yang melengkung, untuk lintas elektrifikasi dan non elektrifikasi.
c. Ruang bangun adalah ruang di sisi jalan rel yang senantiasa harus bebas
dari segala bangunan tetap.
d. Batas ruang bangun diukur dari sumbu jalan rel pada tinggi 1 meter
sampai 3,55 meter. Jarak ruang bangun tersebut ditetapkan sebagai
berikut :
Tabel 4. 11 Jarak Ruang Bangun
Segmen Jalur Lebar Jalan Rel (1067 mm dan 1435 mm)
Jalur Lurus Jalur Lengkung
Lintas Bebas
Minimal 2,35 mm di kiri kanan as jalan rel
R ≤ 300, minimal 2,55 m.
R > 300, minimal 2,45 m.
Di kiri kanan as jalan rel
Emplasemen Minimal 1,95 m di kiri kanan as jalan rel Minimal 2,35 m di kiri kanan as jalan rel
Jembatan, Terowongan 2,15 di kiri kanan as jalan rel 2,15 m di kiri kanan as jalan rel
4.2.1.6 JENIS ANGKUTAN MELALUI KERETA API
a. Angkutan Penumpang.
1. Penumpang Eksekutif.
Dari pihak penyedia jasa angkutan memberikan pelayanan
yang lebih baik dibandingkan dengan penumpang Bisnis dan
Ekonomi, baik dari segi kelonggaran ruangan lebih longgar
dan nyaman, dalam 1 (satu) kereta/gerbong sekitar untuk 50
penumpang.
2. Penumpang Bisnis
Perbedaan dengan pelayanan kelas eksekutif adalah ruangan
lebih di persempit, sehingga kemampuan jumlah penumpang
dalam 1 (satu) gerbong/kereta lebih banyak, dalam 1 (satu)
kereta/gerbong sekitar untuk 64 penumpang.
4-23
3. Penumpang Ekonomi
Perbedaan dengan pelayanan kelas ekonomi adalah ruangan
lebih di persempit lagi, sehingga kemampuan jumlah
penumpang dalam 1 (satu) gerbong/kereta lebih banyak,
dalam 1 (satu) kereta/gerbong sekitar untuk 100 penumpang.
b. Angkutan Barang
1. Barang Negosiasi
Jenis barang yang diangkut biasanya barangnya tertentu dan
tempat/stasiun pemberangkatan dan atau tujuan tetap.
2. Barang Non Negosiasi
Kebalikan dari jenis barang di atas, jenis barangnya umum dan
terkadang tempat/stasiun pemberangkatan dan atau tujuan
tidak tetap.
4.2.1.7 EMPLASMEN STASIUN
a. Emplasemen
Emplasen merupakan kumpulan jalur untuk pergerakan sarana
perkeretaapian yang dihubungkan dengan wesel penghubung jalur
melalui mekanisme perangkat persinyalan.
b. Skema rancangan Layout Emplasemen Stasiun
Klasifikasi jalur kereta api di stasiun dapat diklasifikasikan dalam
beberapa jenis yaitu Jalur langsir atau jalur tepi (Siding track), Jalur
sayap (Loop track) dan jalur utama (main track), ilustrasi dari istilah
dimaksud seperti berikut :
4-24
Gambar 4. 8 Klasifikasi Dari Jalur Kereta Api
Penetapan jumlah dan lay out jalur di suatu stasiun tergantung berbagai
unsur yang mempengaruhinya, antara lain jenis dan kelas stasiun,
ketersediaan lahan, letak stasiun di dalam suatu jaringan pelayanan dan
lain sebagainya.
c. Track layout di beberapa karakteristik stasiun
Layout untuk stasiun penghabisan (stasiun buntu) serta stasiun
persimpangan (Junction) dapat didesain dengan berbagai model,
diantaranya :
CLASIFICATION OF TRACK
LOOP TRACK
MAIN TRACK
SIDING
4-25
Gambar 4. 9 Track Layout Kereta Api
d. Jenis dan fungsi Jalur di emplasemen suatu stasiun
Jenis – jenis jalur yang ada sesuai dengan peruntukannya atau ngusi jalur
tersebut, beberapa jenis jalur dimaksud diantaranya :
1. Jalur utama atau disebut juga jalur kereta api, yaitu jalur yang ada
di stasiun yang digunakan untuk kereta api datang, berangkat atau
langsung dan dapat dipergunakan juga untuk kegiatan langsir.
2. Jalur stabling atau jalur simpan yaitu jalur untuk keperluan
menyimpan sarana perkeretaapian.
3. Jalur luncur yaitu jalur setelah penghabisan jalur utama yaitu untuk
kereta api yang datang berhenti.
4. Jalur tangkap, yaitu jalur untuk menangkap gelundungan sarana
kereta api
6-1 LAPORAN AKHIR
PT. INTIMULYA MULTIKENCANA
Kajian Survei Investigasi Dasar SID
Jalur Kereta Api Lintas Cileungsi – Jonggol Cianjur
Pada Sub bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan rekomendasi untuk studi
trase kereta api lintas Cileungsi – Jonggol- Cianjur
6.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan secara keseluruhan dapat
diambil beberapa kesimpulan :
1. Berdasarkan hasil pengumpulan data sekunder peta topografi, kawasan
hutan lindung, infrastruktur transportasi dan peta rencana
pengembangan Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Bogor dan Kabupaten
Cianjur dan hasil Pemilihan Trase Pembangunan Jalur Kereta Api Lintas
Cileungsi – Jonggol – Cianjur maka di usulan terpilih jalur ka untuk
memenuhi aksesibilitas dan mobilitas akan pergerakan dengan panjang
trase ± 79,0 km.
KAJIAN SURVEI INVESTIGASI DASAR (SID)
JALUR KERETA API LINTAS
CILEUNGSI – JONGGOL - CIANJUR
BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
6-2
Gambar 6. 1 Rencana Trase Kereta Api Lintas Cileungsi – Jonggol – Cianjur
2. Kondisi Topografi, Geoteknik Dan Hidrolika /Hidrologi
a. Kondisi Topografi
Dari hasil pengukuran topografi dapat disajikan peta situasi dengan
interval kontur setiap 1 meter. Selain garis kontur, informasi yang
ditampilkan antara lain: sawah, sungai, bangunan, tiang listrik,
jembatan, dan lain-lain.
b. Kondisi Geoteknik
Secara umum melihat dari hasil lapangan, hasil bor mesin dapat
di temukan kedalaman hasil N > 50 antara kedalaman 6,00 –
18,00 meter. Kondisi ini masing - masing lokasi tidak bergantung
dari keadaan kondisi litologi tanah.
6-3
Secara umum jenis lapisan tanah/batuan yang terdapat pada
sepanjang jalur pemboran yang dilakukan cenderung sama,
dimana terdapat batu lempung, lempung kepasiran, lempung
kelanauan dan breksi vulkanik dengan kepadatan sedang hingga
sangat kaku.
c. Kondisi Hidrolika/Hidrologi
Dari pengamatan curah hujan harian maksimum selama 10 tahun
terakhir, jenis curah hujan yang terjadi pada daerah wilayah studi
adalah termasuk jenis hujan sangat lebat.
Angka-angka curah hujan maksimum tersebut merupakan angka
yang akan dianalisa lebih lanjut untuk mendapatkan nilai debit
rencana, dimana untuk jembatan adalah debit rencana untuk
periode ulang 100 tahun.
3. Analisis Permintaan Perjalanan
a. Total pergerakan penumpang terdapat pada besaran 1 juta
pnp/tahun pada Tahun 2021 dan meningkat hingga 2,1 juta
pnp/tahun pada Tahun 2051. Stasiun dengan demand terbesar
ditemukan pada koridor Kembang Kuning – Cileungsi sebesar 532
ribu pnp/tahun.
b. Total pergerakan barang terdapat pada besaran 338 ribu ton/tahun
pada Tahun 2021 dan meningkat hingga 732 ribu ton/tahun pada
Tahun 2051. Nilai terbesar berada pada koridor Kembang Kuning -
Cileungsi.
4. Pola Operasi
Trase baru Cileungsi – Jonggol - Cianjur merupakan lintas yang terintegrasi
dengan jaringan jalur kereta api yang ada sekarang, dengan demikian pola
pergerakan harus mewadahi kondisi eksisting ini, relasi angkutan baik
6-4
barang maupun penumpang yang sangat terkait langsung adalah pergerakan
kereta api dari Bogor ke Cianjur dapat didesain sebagai berikut:
Tabel 6. 1 Pola Operasi Perjalanan KA
No. Trase Cileungsi – Jonggol - Cianjur Deskripsi
1 Frekuensi Kereta Api
Kereta Api Penumpang 3 KA/hari
Kereta Api Barang 3 KA/hari
2 Waktu Tempuh Kereta Api
Kereta Api Penumpang 115 menit
Kereta Api Barang 51 menit
3 Sarana Kereta Api
Kereta Api Penumpang 1 Loko + 10 Kereta
Kereta Api Barang 2 Loko + 20 Gerbong
4 Kapasitas Kereta Api 80 pnp per kereta
5 Operasional Kereta Api
a. Jam Operasional Kereta Api 24 jam/hari
b. Hari Operasional Kereta Api 365 hari/ tahun
5. Rencana Estimasi Biaya Pembangunan Jalur Kereta Api Cileungsi – Jonggol –
Cianjur.
Tabel 6. 2 Perkiraan Anggaran Biaya Pengadaan Lahan
Jenis Lahan Luas Lahan Harga Rata-
Rata (Rp/m2)
Jumlah Harga
(Rp./Juta) Ha m2
Pertanian 237,24 2.372.442 265.000 628.697
Hutan Produksi 129,79 1.297.926 540.000 700.880
Lahan Kering 188,39 1.883.904 570.000 1.073.825
Lahan Industri 4,35 43.500 1.050.000 45.675
Lahan Pemukiman 64,53 645.334 1.240.000 800.214
Total 624,31 6.243.106 3.249.291
6-5
Tabel 6. 3 Perkiraan Anggaran Biaya Pengadaan Lahan Stasiun dan Jalan Akses
Jenis Lahan Luas Lahan Harga Rata-
Rata (Rp/m2)
Jumlah Harga
(Rp./Juta) Ha m2
Pertanian 4,382 43.820 265.000 11.612
Hutan Produksi 4,465 44.649 540.000 24.110
Lahan Kering 2,908 29.079 570.000 16.575
Lahan Pemukiman 22,437 224.368 1.240.000 132.456
Total 4,382 43.820 184.753
Tabel 6. 4 Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya Pembangunan Prasarana Kereta Api Trase Cileungsi – Jonggol - Cianjur
Uraian Pekerjaan Persentase % Harga (Rp/ Juta)
Persiapan 0,021 2.373
Pekerjaan Jalan Rel 31,638 3.589.729
Pekerjaan Bangunan Hikmat 0,195 22.097
Pekerjaan Bangunan Stasiun 16,966 1.925.000
Pekerjaan Bangunan Depo 7,051 800.000
Pekerjaan Konstruksi Terowongan 41,345 4.691.176
Pekerjaan Perlintasan Tak Sebidang 1,859 201.980
Pekerjaan Persinyalan dan Perambuan 0,925 105.000
Jumlah 100 11.346.356
Ppn 10% 1.134.635
Total Keseluruhan 12.480.991
Tabel 6. 5 Estimasi Biaya Pengadaan Sarana Kereta Api
Uraian Jumlah
(Unit)
Harga
(Rp/Juta)
Total Harga
(Rp./Juta)
Lokomotif Penumpang Tipe CC 204 1 45.000 45.000
Lokomotif Barang Tipe CC 206 2 47.500 95.000
Kereta Penumpang 10 16.000 160.000
Kereta Barang 20 5.600 112.000
Total 412.000
6-6
Tabel 6. 6 Perkiraan Anggaran Biaya Manajemen dan Contigency
Uraian Jumlah Biaya (Rp./ Juta)
Persiapan dan Manajemen Proyek 62.404
Perencanaan, Pengawasan dan AMDAL 187.214
Price Contigency 374.429
Contruction Contigency 624.049
Total 1.248.099
Tabel 6. 7 Biaya Perawatan Prasarana Kereta Api
Uraian Jumlah Harga (Rp./ Juta)
BIAYA OPEX PRASARANA / TAHUN
Biaya Perawatan Jalur 13.264
Biaya Perawatan Stasiun 4.284
Biaya Perawatan Fasilitas Operasi 700
Biaya Perawatan Depo 500
Biaya Tidak Langsung Tetap 250
Biaya Operasi Jalan Rel 59.892
Biaya Operasi Stasiun 11.052
Biaya Tidak Langsung Operasi Prasarana 19.725
Total OPEX Prasarana/Tahun 109.667
BIAYA OPEX SARANA / TAHUN
Biaya Operasi Langsung Tetap 2.760
Biaya Operasi Langsung Tidak Tetap 785
Biaya Operasi Tidak Langsung Tetap 2.995
Biaya Operasi Tidak Langsung Tidak Tetap 652
Biaya Perawatan Sarana (1 Train set) 1.632
Biaya Tidak Langsung Perawatan Sarana 300
Biaya Pengembangan SDM 600 Total OPEX Sarana/Tahun 9.724
T o t a l Opex per tahun 119.391
6. Kelayakan Ekonomi
Tingkat kelayakan ekonomi pembangunan jalur kereta api Cileungsi –
Jonggol – Cianjur yang dihitung menggunakan metoda consumer surplus
sebagai berikut.
6-7
Tabel 6. 8 Indikator Kelayakan Ekonomi Pembangunan Jalur Kereta Api
Indikator Ekonomi Discount Rate
5% 10% 15%
Net Present Value - NPV (RP./Juta) 33.214.494 2.752.912 (6.630.190)
Benefit Cost Ratio - BCR 5,09 2,11 1,03
Economic Internal Rate of
Return - EIRR (%) 6% 1% -3%
7. Kelayakan Finansial
Tingkat kelayakan finansial pembangunan jalur kereta api Cileungsi – Jonggol
– Cianjur sebagai berikut.
Tabel 6. 9 Indikator Kelayakan Finansial Pembangunan Jalur Kereta Api
Indikator Finansial Discount
5 10% 15
Net Present Value - NPV (RP./Juta) (1.266.045) (10.410.338) (12.774.850)
Benefit Cost Ratio - BCR 0,933 0,381 0,183
Financial Internal Rate of
Return - FIRR (%) 0% -5% -9%
6.2 REKOMENDASI
1. Mengingat potensi sumber daya alam hasil pertanian, perkebunan, hutan
dan pariwisata pada kawasan jalur kereta api Cileungsi – Jonggol -
Cianjur yaitu Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur cukup potensial,
maka jalur kereta api Cileungsi – Jonggol - Cianjur layak untuk
dikembangkan dengan beberapa pertimbangan :
a. Kereta api konvensional lebih direkomendasikan pada jalur ini karena
prediksi jumlah demand penumpang dan barang yang cukup besar.
Selain itu juga biaya pengadaan dan operasional sarana kereta api
konvensional relatif murah.
b. Trase ini melewati beberapa pemukiman dan wisata sehingga akan
menjadi pengembangan yang baik bagi wilayah terkait, yang mana ini
6-8
akan menjadikan aksesibiltas untuk pilihan moda yang baru bagi
masyarakat Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur.
2. Proyek pembangunan jalur kereta api Cileungsi – Jonggol - Cianjur baik
dengan skenario pembangunan prasarana ditanggung pemerintah, biaya
sarana dan operasional oleh swasta/investor/BUMN maupun skenario
keseluruhan biaya prasarana dan sarana serta operasional oleh
swasta/investor/bumn dengan skema konsesi ini dapat memberikan
keuntungan bagi investor dengan penetapan tarif yang sesuai, adanya
subsidi dari pemerintah untuk penumpang kelas ekonomi dan
pendapatan dari pengembangan stasiun.
3. Rekomendasi Studi Lingkungan
a. Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 tahun
2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau kegiatan yang wajib
memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
tercantum bahwa untuk bidang/sektor perhubungan darat,
Reaktivasi atau pembangunan baru jalur Kereta Api ≥ 25 Km
dan/atau pembangunan jalur KA elevated > 5 Km maka wajib
dilengkapi dengan studi AMDAL.
b. Dengan demikian rencana pembangunan jalur kereta api Cileungsi –
Jonggol – Cianjur sepanjang ± 79 km termasuk dalam kategori
rencana kegiatan wajib AMDAL. Oleh sebab itu perlu ditindaklanjuti
dengan dilakukannya Studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL) pada tahun anggaran yang akan datang, sebelum
dilaksanakannya kegiatan pembebasan lahan dan konstruksi.
Adapun studi aspek lingkungan yang dilakukan oleh Konsultan saat
ini merupakan kajian awal dalam rangka untuk mengetahui rona
lingkungan (awal), identifikasi dampak potensial dan arahan
pengelolaan lingkungan serta merekomendasikan perlu dilakukan
studi lingkungan lebih lanjut.