kajian pustaka_hapter2
DESCRIPTION
kajian pustakaaTRANSCRIPT
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Alat Peraga Dalam Pembelajaran
Alat peraga merupakan media yang dapat digunakan dalam proses belajar
mengajar guru dikelas. Semua mata pelajaran dapat menggunakan bantuan alat
peraga. Termasuk pelajaran matematika. Alat peraga penting digunakan sebagai
alat bantu untuk memberikan pemahaman tentang konsep matematika yang
diberikan sehingga siswa dapat memahami konsep tersebut secara kongkrit.
Seperti yang diungkapkan dalam (Ali:1998), kemanfaatan alat peraga atau media
berdasarkan atas konsep tentang perolehan pengalaman seseorang melalui media
(pelantara). Penggunaannya untuk meningkatkan keaktifan dan keefektifan belajar
tergantung padajenisnya, ketersediannya, dan kemampuan menggunakannya.
Menurut Ruseffendi (Arifudin 2006: 6) kegunaan alat peraga adalah:
supaya peserta didik lebih besar minatnya dalam belajar matematika, supaya
peserta didik dapat dibantu daya tiliknya sehingga lebih mengerti dan lebih besar
daya ingatnya, supaya peserta didik dapat melihat hubungan antara ilmu yang
dipelajarinya dengan alam sekitar.
Menurut Sugiarto dan Hidayah (2007: 1), ada dua manfaat penting
pemanfaatan alat peraga dalam pembelajaran matematika di SD/MI.
1. Secara psikologis, taraf berpikir peserta didik di SD/MI masih berada pada
tahap operasi konkret sedangkan substansi matematika bersifat abstrak,
9
sehingga dengan memanfaatkan alat peraga peserta didik akan lebih mudah
memahami konsep maupun prinsip matematika yang abstrak tersebut.
2. Pemanfaatan alat peraga dalam pembelajaran matematika di SD/MI dapat
menumbuhkan rasa senang peserta didik untuk belajar matematika
Ada banyak alat peraga yang dapat digunakan, berikut akan dijelaskan
macam-macam alat peraga dan sifat-sifatnya (Soekanto : 1993).
1. Macam-macam alat peraga.
Ditinjau dari segi wujudnya alat peraga matematika dapat dikelompokkan menjadi
a. Alat peraga benda asli adalah benda asli yang digunakan sebagai alat peraga
seperti : Buah, bola, pohon, kubus, kayu dan sbenda nyata lainnya.
b. Alat peraga tiruan adalah benda bukan asli yng digunakan sebagai alat peraga
seperti : gambar, garis bilangan, kotak, dan sebagainya.
Alat peraga yang digunakan dalam penelitian ini memakai alat peraga
tiruan yaitu menggunakan gambar. Gambar pecahan yang akan membantu anak
memahmi pembahasan penjumlahan pecahan. Sehingga anak tidak hanya berfikir
abstrak tanpa ada gambaran, tapi dapat melihat bagaimana gambaran tiruan dari
penjumlahan itu sendiri.
2. Sifat-sifat alat peraga.
Sifat-sifat alat peraga adalah sebagai berikut :
a. Membantu meningkatkan persepsi.
b. Membantu meningkatkan transfer belajar.
c. Membantu meningkatkan pemahaman.
d. Memberikan penguatan atau pengetahuan tentang hasil yang diperoleh.
10
Mengunakan alat peraga tentu lebih baik dari pada tidak menggunakan alat
peraga. Dilihat dari sifatnya pun alat peraga membntu proses pembelajaran.
Dalam pembelajaran tidak cukup anak tau dan hapal tapi bagaimana mereka
paham dan bisa mengaplikasikan dalam kehidupan nyata. Dilihat dari sifatnya,
dengan alat peraga diharapkan akan membantu anak untuk bisa memahami dan
tidak cepat lupa.
B. Konsep Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses
pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi
kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan
belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat
menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk
keseluruhan kelas maupun individu.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (http://indramunawar.blogspot.com), hasil
belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari
sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental
yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat
perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif,
dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat
terselesikannya bahan pelajaran.
11
Menurut Oemar Hamalik hasil (http://indramunawar.blogspot.com),
belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku
pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak
mengerti menjadi mengerti.
Hasil belajar dibagi menjadi tiga macam hasil belajar yaitu : (a).
Keterampilan dan kebiasaan; (b). Pengetahuan dan pengertian; (c). Sikap dan cita-
cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada
kurikulum sekolah, (Nana Sudjana, 2004:22). Faktor-faktor yang mempengaruhi
Hasil belajar yaitu :
1. Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar).
Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada
faktor dari dalam individu yang belajar. Adapun faktor yang mempengaruhi
kegiatan tersebut adalah faktor psikologis, antara lain yaitu : motivasi, perhatian,
pengamatan, tanggapan dan lain sebagainya.
2. Faktor Eksternal (dari luar individu yang belajar).
Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan
belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa.
Adapun faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman
konsep dan keterampilan, dan pembentukan sikap.
Hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses
belajar yang dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi hasil belajar yang
diperoleh siswa. Proses belajar merupakan penunjang hasil belajar yang dicapai
siswa, (Nana Sudjana, 1989:111).
12
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah
dilakukan berulang-ulang. Dengan hasil belajar akan mengubah kepribasian
siswa.
C. Konsep Operasi Penjumlahan Pecahan
Menurut Moch Ichsan dalam bukunya yang berjudul Pembelajaran
Pecahan di SD. Pecahan atau bilangan pecah mempunyai dua pengertian yaitu :
a. Bilangan untuk menyatakan banyaknya bagian dari suatu benda utuh yang
dibagi menjadi dua bagian-bagian yang sama besar.
b. Bilangan untuk menyatakan suatu bilangan.
Sukayati (2003) menjelaskan, pecahan yang dipelajari anak ketika di SD,
sebetulnya merupakan bagian dari bilangan rasional yang dapat ditulis dalam
bentuk �� dengan a dan b merupakan bilangan bulat. Dan b tidak sama dengan nol.
Secara simbolik pecahan dapat dinyatakan sebagai salah satu dari: pecahan biasa,
pecahan desimal, pecahan persen, dan pecahan campuran. Begitu pula pecahan
dapat dinyatakan menurut kelas ekuivalennya yang tidak terhingga banyaknya:
1
2=
2
4=
4
8= ⋯ dan seterusnya.
Pecahan biasa adalah lambang bilangan yang dipergunakan untuk
melambangkan bilangan pecah dan rasio (perbandingan). Menurut Kennedy
(Sukayati 2003: 1) makna dari pecahan dapat muncul dari situasi-situasi sebagai
berikut:
13
1. Pecahan sebagai bagian yang berukuran sama dari yang utuh atau
keseluruhan
Pecahan biasa dapat digunakan untuk menyatakan makna dari setiap bagian
yang utuh. Apabila ibu mempunyai sebuah roti yang akan diberikan kepada 4
orang anggota keluarganya, dan masing-masing harus memperoleh bagian
yang sama, maka masing-masing anggota keluarganya akan memperoleh
1
4 bagian dari keseluruhan cake itu. Pecahan biasa 1
4 mewakili ukuran dari
masing-masing potongan. Bagian-bagian dari sebuah pecahan menunjukan
hakikat dari situasi dimana lambang bilangan itu muncul. Dalam lambang
bilangan 1
4 , "4" menunjukan banyaknya bagian-bagian yang sama dari
keseluruhan dan disebut penyebut. Sedangkan “1” menunjukan bagian yang
menjadi perhatian pada saat tertentu dan disebut pembilang.
2. Pecahan sebagai bagian dari kelompok-kelompok yang beranggotakan sama
banyak, atau juga menyatakan pembagian.
Apabila sekumpulan objek dikelompokan menjadi bagian yang
beranggotakan sama banyak, maka situasinya jelas dihubungkan dengan
pembagian. Sebagai contoh bila sehelai kain yang panjangnya 3 m akan
dipotong menjadi 4 bagian yang berukuran sama, maka kalimat pecahannya
adalah 3 : 4 atau 3
4 .
3. Pecahan sebagai perbandingan (rasio)
Hubungan antara sepasang bilangan sering dinyatakan sebagai sebuah
perbandingan sebagai contoh: dalam 10 pensil terdapat pensil yang berwarna
14
biru. Rasio pensil yang berwarna biru terhadap keseluruhan pensil adalah 3 :
10 atau pensil yang berwarna biru 3
10 dari keseluruhan buku.
Dari berbagai ilustrasi yang digambarkan diatas dapat disimpulkan
pecahan merupakan bagian dari bagian yang utuh.
D. Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Pembelajaran Penjumlahan
Pecahan Di Kelas V SD
Sukayati (2003: 3-5), kegiatan mengenalkan konsep pecahan akan lebih
dipahami apabila didahului dengan mengenalkan dengan benda nyata seperti apel,
sawo, dan benda lainnya yang dapat dibagi atau dipecah. Peraga selanjutnya dapat
berupa daerah-daerah bangun datar misalkan persegi, persegipanjang, lingkaran
yang dapat membantu memahamkan konsep pecahan. Misal konsep 12 dapat
diperagakan dengan melipat kertas persegi atau persegi panjang sehingga
lipatannya tepat menutupi satu sama lain. Selanjutnya kertas yang dilipat dibuka
dan diarsir sesuai bagian yang dikehendaki Jika digambarkan terlihat seperti
gambar di bawah ini:
Persegi 12 persegi panjang 1
2
Pecahan 12 dibaca setengah atau seperdua. 1 disebut pembilang yaitu
merupakan bagian pengambilan atau satu bagian yang diperhatikan dari
15
keseluruhan bagian yang sama. 2 disebut penyebut yaitu merupakan dua bagian
yang sama dari keseluruhan.
Setelah mengenal konsep pecahan siswa diperkenalkan memahami konsep
penjumlahan pecaha dengan menggunakan alat peraga gambar. Sebelum kepada
konsep penjumlahan, siswa harus dipahamkan bahwa sebuah pecahan dapat
memiliki nilai yang sama dengan pecahan lain seperti peragaan tiga lembar kertas
yang berbentuk persegi panjang yaitu pecahan 1
2 =
2
4 =
4
8 .
Selembar kertas sebagai satu bagian yang utuh dilipat menjadi dua bagian
yang sama sehingga diperoleh 1
2 , kemudian selembar yang lain dilipat menjadi
dua bagian yang sama dan dilipat lagi menjadi dua sehingga diperoleh 2
4 , selembar
terakhir dilipat menjadi dua bagian yang sama kemudian dilipat lagi menjadi dua
dan dilipat lagi menjadi dua sehingga diperoleh 4
8 jika dijelaskan dengan gambar
akan terliht seperti gambar dibawah ini :
1 lembar kertas yang ke 1, dilipat menjadi 2 bagian yang sama
1 lembar kertas yang ke 2, dari lipatan ke 1 dilipat menjadi 2 bagian yang sama
16
1 lembar kertas yang ke 2, dari lipatan ke 2 dilipat menjadi 2 bagian yang sama.
Dari gambar diatas jelas bahwa 1
2 senilai dengan 2
4 dan 4
8 . Setelah siswa
memahami konsep pecahan siswa dapat mengerjakan penjumlahan pecahan.
1. Menjumlahkan pecahan yang berpenyebut sama
Untuk menjumlahkan pecahan dengan penyebut sama, dapat dilakukan
dengan menjumlahkan pembilangnya, sedangkan penyebutnya tetap. Seperti
dijelaskan dengan peragaan gambar dibawah ini:
Misal: 3
7 + 4
7 = ….
Dengan peragaan gambar
37 + 4
7 = 7
7
Dari gambar diatas bagian yang diarsir digabungkan sehingga gambar hasil dari
penggabungan gambar yang diarsir. Kesimpulannya untuk menjumlahkan
pecahan dengan penyebut yang sama, dapat dilakukan dengan langsung
menjumlahkan pembilangnya.
17
2. Menjumlahkan pecahan yang berpenyebut tidak sama
Untuk memberi pemahaman penjmlahan pecahan dengn penyebut tidak
sama, siswa harus diberi pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat
dilakukan dengan memberikan ilustrasi. Sebagai contoh dapat diberikan cerita
sebagai berikut:
Ibu memberikan 23 kue bolu kepada adik, kemudian ayah memberikan 3
4
kue bolu lagi. Berapa kue adik sekarang?
Dibawah ini akan dijelaskan penjumlahan pecahan perpecebut tidak sama
dengan menggunakan peragaan gambar:
23 + 3
4 = 8
12 9
12
Hasil akhirnya adalah 21
12 = 1 5
12
Dari peragaan diatas siswa diberi pemahama bahwa untuk mengerjakan
penjumlahan pecahan berpenyebut tidak sama terlebih dahulu siswa harus
menyamakan penyebutnya dengan cara mencari pecahan yang senilainya. Jika
pecahan sudah mempunyai penyebut yang sama, maka pecahan dapat
dijumlahkan.