bab ii kajian pustaka a. kajian teori terkait
TRANSCRIPT
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori Terkait Internalisasi Nilai-Nilai
Pendidikan Karakter Siswa Mts. Negeri 4 Demak
Melalui Pembiasaan Sholat Berjamaah di Masjid.
1. Internalisasi
a. Pengertian Internalisasi Internalisasi berasal dari kata internal yang
merupakan bagian dalam. Sedangkan kata yang berakhiran –isasi berarti proses, seperti halnya modernisasi yang artinya suatu proses perubahan
peningkatan dalam masyarakat. Sedangkan internalisasi adalah penghayatan, pendalaman, penguasaan secara mendalam secara kontiyu yang berlangsung melalui pengajaran, binaan, bimbingan
dan sebagainya terhadap suatu ajaran, doktrin atau nilai, sehingga merupakan keyakinan atau kesadaran akan kebenaran doktrin atau nilai yang di wujudkan dalam sikap dan perilaku.
14
Menurut Poerwardarminta, Internalisasi adalah penghayatan terhadap suatu ajaran, doktrin atau nilai, sehingga merupakan keyakinan dan kesadaran akan kebenaran doktrin atau nilai yang
diwujudkan dalam sikap dan perilaku. Sedangkan menurut Sarbaini, Internalisasi adalah proses penggabunggan dan menanamkan keyakinan-keyakinan, sikap-sikap, dan nilai-nilai yang
dimiliki, ketika menjadi perilaku moral. Saat perilaku moral berubah, berarti seperangkat hal baru dari keyakinan-keyakinan, sikap-sikap dan nilai-nilai yang telah “ditanamkan” (internalized)
ditempatkan kembali atau dilakukan15
. Jadi dapat
14
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Online, diakses pada 19
November 2019, https: //kbbi.web.id/internalisasi 15
Fandi Setiawan, Kemampuan Guru Melakukan Penilaian
dalam Pembelajaran Melalui Internalisasi Nilai Kejujuran pada
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, Jupiis, Vol. 5, No. 2
(2013): 75
12
disimpulkan bahwa internalisasi adalah suatu proses yang mendalam melalui pengajaran, bimbingan, binaaan sehingga nilai-nilai tersebut dapat menyatu pada diri seseorang secara penuh
kedalam hati sehingga ketika nilai-nilai yang diajarkan sudah masuk kedalam hati maka perilaku akan tertata dengan baik.
b. Proses Internalisasi 1) Tahap transformasi nilai
Tahap ini merupakan komunikasi satu arah antara guru dengan siswa secara verbal. Guru memberikan informasi tentang baik buruknya
perilaku dan dampaknya bagi kehidupan sedangkan siswa mendengarkan penjelasan dari guru secara langsung.
2) Tahap transaksi nilai
Pada tahap ini merupakan komunikasi dua arah antara guru dengan siswa yang bersifat interaksi timbal balik. Siswa memberikan respon atau tanggapan yang diterima oleh
panca indra. Siswa memberikan respon berupa sikap, partisipasi dan persepsi. Dalam merespon pengetahuan yang telah diberikan guru kepada siswa kemudian respon siswa ada
yang menerima nilai, menolak nilai atau bahkan acuh tak acuh. Setelah siswa menerima nilai dari dalam dirinya tahapan selajutnya nilai tersebut diseleksi siswa melalui penghayatan
dalam hati yang terdalam sehingga menumbuhkan kesadaran untuk melaksanakan nilai tersebut.
3) Tahap trans-internalisasi
Tahap ini lebih jauh mendalam dari tahap transaksi. Pada tahap ini bukan hanya dilakukan dengan komunikasi verbal tapi juga sikap mental dan kepribadian
16.
16
Claudea Cici Nindhika, dkk. Internalisasi Nilai-Nilai
Sosial Budaya Melalui Pembelajaran Sejarah Pada Kelas X SMA
13
2. Pendidikan Karakter
a. Pengertian Pendidikan Karakter Menurut
Para Ahli Menurut David Elkind dan Freddy Sweet
Ph.D (2004), pendidikan karakter yaitu: “Character education is the deliberate effort to help people understand, care about, and act upon core ethical values, when we think about the kind of
character we want for our children, it is clear that we want them to be able to judge what is right, care deeply about what is right, and then do what they believe to be right, even in the face of pressure
from whithout and temptation from within”17
Dijelaskan bahwa pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru yang mampu
mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk karakter peserta didik. Hal ini mencankup keteladaan perilaku guru, cara guru bertingkah laku, berbicara atau menyampaikan
materi dan tingkahlaku lainnya. Menurut Ratna Megawangi sebagaimana yang
dikutip Novan Ardi Wiyanti, pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak
agar mengambil keputusan dengan bijak, dan mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka memberikan kontribusi positif terhadap masyarakat. Fakhry Gaffar menjelaskan
bahwa pendidikan karakter adalah sebuah transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuh kembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam kehidupannya. Sedangkan
menurut Suyato pendidikan karakter adalah pendidikan budu pekerti plus, yaitu melibatkan
Semesta Semarang, Indonesian Journal of History Education, (2018):
18 17 Sri Narwati, Pendidikan Karakter Pengintegrasian 18 Nilai
Pembentuk Karakter dalam Mata Pelajaran, (Yogyakarta: Familia,
2014), 24
14
aspek pegetahuan, perasaan dan tindakan, tanpa ketiga aspek tersebut pendidikan karakter tidak akan efektif.
18 Menurut Doni Koesoma A.
Memahami bahwa karakter sama dengan
kepribadian yang merupakan karakteristik yang khas dari diri seseorang yang berasal dari pembentukan dari lingkungan
19.
Pendidikan merupakan usaha sadar melalui
pembelajaran, keteladanan, bimbingan yang dilakukan berkesinambungan yang tujuannya menambah pengetahuan dan menanamkan karakter. Pendidikan dibagi menjadi tiga yaitu pendidikan
formal, non formal dan informal. Pertama, pendidikan formal yaitu pendidikan yang berstruktur dan berjenjang. Berstruktur yaitu lembaga pendidikan terdapat struktur organisasi
yang terstruktur guna mengatur jalannya lembaga pendidikan. Berjenjang yaitu pendidikan formal terdiri dari jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan Perguruan Tinggi. Kedua, Pendidikan non
formal merupakan pendidikan di luar pendidikan formal yang pelaksanaannya berjenjang dan berstruktur, contoh lembaga kursus, TPQ, dan lain sebagainya. Ketiga, Pendidikan informal yaitu
pendidikan keluarga. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan
karakter adalah usaha untuk mendidik anak melalui keteladanan, pembiasaan, pengajaran dan
bimbingan secara terus menerus sehingga tertanam akhlak yang mulia menjadikan akhlak terpuji melekat pada diri seseorang bagaimana berbertingkah laku serta merespons, yang
membedakan dari orang lain. Karakter terbentuk dari dua factor yaitu faktor keturunan (hereditas) dan faktor lingkungan. Jadi pendidikan karakter
18
Muhammad Soleh Hapudin, Manajemen Karakter Membentuk
Karakter Baik Pada Diri Anak, (Jakarta: Tazkia Press, 2018), 8 19
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan
Implementasi, (Bandung: Alfabeta, 2014), 2
15
merupakan upaya mendidik, membimbing, mengarahkan, peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yaitu menjadikan siswa berakhlakul karimah, mempunyai etika dan sopan
santun.
b. Persamaan dan Perbedaan Karakter, Akhlak
dan Moral Secara terminology akhlak adalah suatu keinginan
yang ada dalam jiwa yang akan dilakukan dengan perbuatan tanpa intervensi pikiran atau akal. Akhlak merupakan media yang kemungkinan terdapat hubungan baik antara Sang Khaliq dengan
makhluk dan antara makhluk dengan makhluk. Adapun moral berasal dari kata latin yakni mores kata jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan. Dalam bahasa indonesia moral diartikan sebagai
norma susila. Norma moral dijadikan sebagai tolak ukur untuk menetapkan benar salahnya sikap dan perilaku manusia, baik buruknya sebagai manusia
20.
Secara rinci persamaan karakter, akhak dan moral
terdapat pada tiga hal: 1. Objek yaitu perbuatan manusia 2. Ukuran yaitu baik dan buruk 3. Tujuan yaitu membentuk kepribadian manusia
Tabel 2.1
Perbedaan Karakter, Akhlak dan Moral21
Perbedaan
Karakter Akhlak Moral
Sumber/ acuan
Bersumber dari penyadaran dan
kepribadia
Bersumber dari wahyu.
Bersumber dari norma atau adat istiadat.
20 Sri Narwati, Pendidikan Karakter Pengintegrasian 18 Nilai
Pembentuk Karakter dalam Mata Pelajaran, (Yogyakarta: Familia,
2014), 4 21
Sri Narwati, Pendidikan Karakter Pengintegrasian 18 Nilai
Pembentuk Karakter dalam Mata Pelajaran, (Yogyakarta: Familia,
2014), 5
16
n.
Sifat pemikiran
Perpaduan akal, kesadaran
dan kepribadian
Perpaduan antara wakyu dan
akal
Bersifat empiris
Proses
munculnya perbuatan
Proses dan
bisa mengalami perubahan
Muncul
secara spontan tanpa pertimbang
an
Muncul
karena pertimbangan suasana
c. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Nilai merupakan suatu harga atau sifat-sifat
yang di anggap penting atau berguna bagi kemanusiaan sesuai dengan hakikat hidup manusia.
22 Menurut Soekamto, Nilai adalah sesuatu
yang dapat dijadikan sasaran untuk mencapai
tujuan yang menjadi sifat keseluruhan tatanan yang terdiri dari dua atau lebih komponen yang satu sama lainnya saling mempengaruhi atau bekerja dalam satu kesatuan atau keterpaduan yang bulat
dan berorientasi kepada nilai dan moralitas islam. Menurut Soemantri mengatakan bahwa nilai merupakan hal yang terkandung dalam hati nurani manusia yang lebih memberi dasar dan prinsip
akhlak yang merupakan standar dari keindahan dan efisiensi atau keutuhan kata hati (potensi)
23.
Pengertian nilai itu sangat luas dan banyak sekali, jadi nilai merupakan tolak ukur baik buruknya
suatu tingkah laku yang dapat diukur melalui
22 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Online, diakses pada 19
November 2019, https: //kbbi.web.id/nilai 23
Fandi Setiawan, Kemampuan Guru Melakukan Penilaian
dalam Pembelajaran Melalui Internalisasi Nilai Kejujuran pada
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, Jupiis, Vol. 5, No. 2
(2013): 75
17
norma, agama, tradisi, etika yang berlaku di masyarakat tersebut.
Nilai-nilai pembentuk karakter bersumber dari agama, pancasila, budaya dan pendidikan
nasional. Berdasarkan Pusat Kurikulum Pengembangan, Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa: Pedoman sekolah tahun 2009
24. Nilai-nilai
Pendidikan karakter ada 18 dijabarkan dalam tabel
berikut ini:
Tabel 2.2
18 Nilai-nilai Karakter
No Nilai Deskripsi
1 Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya,
toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk
agama lain.
2 Jujur Perilaku yang dilaksanakan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan/
3 Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan
tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya
4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku
24
Sri Narwati, Pendidikan Karakter Pengintegrasian 18 Nilai
Pembentuk Karakter dalam Mata Pelajaran, (Yogyakarta: Familia,
2014), 28-30
18
tertib dan patuh terhadap berbagai peraturan dan ketetuan.
5. Kerja Keras Perilaku yang
menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan
tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif Berfikir dan melakukan
sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-
tugas.
8. Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu Rasa dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat dan
didengar.
10 Semangat Kebangsaan
Cara berfikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan Negara diatas kepentingan diri dan
kelompoknya.
19
11. Cinta Tanah Air Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, social, budaya, ekonomi, dan
politik bangsa.
12. Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuai
yang berguna bagi masyarakat dan mengakui , serta menghormati
keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/ komunikatif
Tindakan yang memperhatikan rasa senang berbicara,
bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
14. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang
menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15. Gemar
Membaca
Kebiasaan menyediakan
waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebijakan bagi dirinya
16. Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan
pada lingkungan alam sekitarnya, dan mengemangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan
20
alam yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada orang
lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung Jawab Sikap dan perilaku sesorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, social dan budaya), Negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Nilai-nilai pendidikan karakter mencangkup 18
karakter, yaitu religius, jujur, tolerasi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tau,
semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tangung jawab. Ada beberapa bentuk-bentuk karakter yang sangat perlu
diajarkan kepada siswa sejak dini. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Religius Religius adalah nilai karakter dalam hubungannya
dengan Tuhan. Ia menunjukkan bahwa pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan dan ajaran agamanya.
25 Karakter religius di madrasah dapat
dibangun melalui pembiasaan dalam beribadah misalnya pembiasaan sholat dhuha bersama, sholat dhuhur berjamaah, BTQ, membaca Al Qur‟an dan aktifitas lain yang menambah keimanan siswa.
25
Mohammad Mustari, Nilai-Nilai Karakter Refleksi Untuk
Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Perasa, 2014), 1
21
2) Disiplin Disiplin adalah perilaku patuh pada peraturan. Disiplin merajuk pada instruksi sistematis yang ditujukan kepada peserta didik. Disiplin diri merujuk pada latihan
yang membuat orang merelakan dirinya untuk melaksanakan tugas tertentu atau menjalankan pola perilaku tertentu, walaupun dalam penerapannya rasa malas ikut menyertai. Disiplin dihubungkan dengan
hukuman adalah disiplin yang ada hubungannya dengan orang lain. Hukuman disini berarti konsekuensi yang harus dihadapi ketika melanggar aturan. Di madrasah disiplin berarti taat pada peraturan madrasah. Seorang
peserta didik dikatakan disiplin apabila ia mengikuti peraturan yang dibuat oleh madrasah.
26
3) Jujur Jujur adalah berkata dan berperilaku terbuka, kata dan
perbuatnnya apa adanya tanpa dimanipulasi sehingga konstisten antara perkataan dan perbuatan,terbuka, berani karena benar, sehingga dapat dipercaya banyak orang. Siswa yang berbohong karena kejujurannya
tidak dihargai, oleh karena itu sepahit apapun perkataan siswa perlu dihargai.
4) Tanggung jawab Tanggung jawab merupakan perilaku yang dilakukan
dengan kesadaran akan kewajiban dan dengan kesungguhan hati, bekerja belajar dengan semangat tinggi untuk mencapai kesuksesan yang maksimal, disiplin diri, mampu mengontrol diri, mengatasi stress,
akun table terhadap pilihan dan keputusan yang diambil. Tanggung jawab sebagai seorang muslim adalah menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Tanggung jawab sebagai siswa adalah
belajar. Menanamkan jiwa tanggungjawab sangat penting dilakukan sejak kecil.
5) Gotong royong Sesuatu yang dikerjakan secara bersama-sama maka
akan terasa ringan. Gotongroyong merupakan karakter
26
Mohammad Mustari, Nilai-Nilai Karakter Refleksi Untuk
Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Perasa, 2014), 51
22
yang penting untuk kehidupan dalam masyarakat karena hidup tidak bisa sendiri. Hidup tentunya membutuhkan banyak orang untuk saling membantu.
6) Peduli
Memperlakukan orang lain dengan sopan, santun, bersikap toleransi terhadap perbedaan, tidak suka menyakiti orang lain, mau berbagi, dan tidak merendahkan orang lain.
27 Seseorang yang mempunyai
sikap peduli maka tidak akan mudah untuk menyakiti hati orang lain.
d. Dasar Pendidikan Karakter Dasar hukum islam adalah Al Qur‟an dan
hadist. Dasar dalam pendidikan karakter terdapat dalam Al Qur‟an dan hadist. Karena sejatinya tanpa Al Qur‟an dan hadist kehidupan terasa tanpa arah dan tanpa arti. Untuk memahami Al Qur‟an dan hadist perlu ilmu yang
mendalam. Terdapat banyak ayat Al Qur‟an yang menjelaskan tentang pendidikan karakter salah satunya terdapat dalam Q.S Al Luqman ayat 17
Artinya: “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”.
28
27
Muchlas Samani, Pendidikan Karakter, (Bandung: PT
Remaja Rosadakarya, 2013), 51 28
Al Qur‟an, Al Luqman Ayat 17, Al Qur’an dan Terjemah,
411
23
Dan pada ayat selanjutnya juga menjelaskan tentang kaitannya dengan pendidikan akhlak, yakni QS Luqman ayat 18:
Artinya: “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”.29
Nabi Muhammad Saw. dalam menyebarkan agama islam tidak hanya mencangkum akidah dan syariah akan tetapi lebih dari itu yaitu akhlak yang merupakan interaksi manusia dengan manusia.
Keluhuran akhlak budi pekerti Rasulullah saw dapat kita teladani seperti perlakuan beliau ketika bertemu dengan seseorang, dihadapinya dengan senyum sambil mengulurkan tangan sambil berjabat tangan dan tidak
melepas tangannya sebelum yang dipegang tangannya belum melepaskannya. Ketika berbicara beliau menatap wajah mitranya, tidak pernah terlihat beliau duduk mengulurkan kaki di hadapan orang lain. Bila menoleh
beliau menoleh dengan seluruh badannya guna menghormati yang dilihatnya. Anas bin Malik, seorang anak menemani Rasulullah saw. berkata: “Aku menemani Rasul saw selama sepuluh tahun, tidak
pernah sekalipun beliau mengucapakan kata isy tidak juga menegurku, mengapa engkau begini atau mengapa engkau begitu” (HR. Muslim). Kata-kata beliau halus,
29
Al Qur‟an, Al Luqman Ayat 18. Al Qur’an dan Terjemah,
411
24
tersusun rapi dan disesuaikan dengan bahasa mitra bicara.
30
e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pertumbuhan dan Perkembangan. Siswa lahir dengan temperamen yang berbeda-
beda maka wajar bila tingkah laku mengusung pola yang beragam. Salah satu yang sulit menjadi guru adalah belajar bahwa tidak semua hal itu bisa
dikendalikan. Siswa hadir dengan latar belakang yang berbeda-beda bukan untuk diubah akan tetapi diarahkan, dipupuk dan dipahami serta didukung apa yang menjadi minat bakatnya. Faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan peserta didik antara lain:
1) Nativisme Perkembangan individu dipengaruhi
oleh bawaan sejak lahir atau keturunan, lingkungan dimana individu tumbuh tidak mempengaruhi karakter. Menurut teori ini pendidikan tidak berpengaruh apa-apa,
pandangan ini disebut dengan “pesimisme pedagogis”. Proses belajar tidak berpengaruh yang berpengaruh adalah kecenderungan biologi yang dibawa sejak lahir
31. Teori ini
tidak dapat dipertangung jawabkan karena kenyataannya menunjukkan bahwa kesamaan yang dibawa sejak lahir tidak sepenuhnya mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan individu. Contoh seorang anak musisi tanpa adanya proses belajar melalui fasilitas-fasilitas dengan didampingi oleh guru maka bakat yang dibawa sejak lahir belum
terbentuk dengan sempurna.
30
M. Quraish Shihab, Yang Hilang Dari Kita Akhlak, (
Tangerang Selatan: Lentera Hati, 2016), 118. 31
Baharuddin, Pendidikan Dan Psikologi Perkembangan,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2010), 67
25
2) Empirisme Teori ini percaya bahwa karakter
semata-mata dibentuk dari faktor lingkungan. Aliran ini disebut dengan “tabula rasa”. Doktrin
tabula rasa ini mengutamakan pentingnya pengalaman, lingkungan dan pendidikan. Dalam artian perkembangan manusia tergantung pada lingkungan melalui
pendidikan individu terbentuk sedangkan bakat bawaan sejak lahir tidak ada pengaruhnya
32.
Namun, dalam kenyataannya banyak orang tua yang kecewa karena kurang berhasil dalam
mendidik anak padahal dilengkapi dengan fasilitas yang baik sebaliknya terdapat anak yang baik akhlaknya dan berhasil dalam belajar walaupun dengan fasilitas yang terbatas.
3) Konvergensi Aliran konvergensi merupakan gabungan dari aliran nativisme dan empirisme yang menggabungkan pembawaan dengan
lingkungan sebagai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan manusia. Tokoh utama aliran ini adalah Louis William stern (1871-1983) yang
menganggap bahwa bakat sebagai kemungkinan telah ada pada masing-masing individu dapat dikembangankan apabila ditunjang dengan pengaruh lingkungan
33. Oleh
karena itu, kematangan dalam proses belajar perlu perpaduan antara faktor bawaan sejak lahir dan lingkungan individu ditumbuhkan. Lingkungan terdiri dari tiga yaitu lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat. Oleh karena
32
Baharuddin, Pendidikan Dan Psikologi Perkembangan,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2010), 68 33
Baharuddin, Pendidikan Dan Psikologi Perkembangan,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2010), 69
26
itu, pastikan anak terpapar pada lingkungan yang baik terutama pada lingkungan keluarga.
f. Tujuan Pendidikan Karakter Orangtua menginginkan putra putrinya menjadi
anak yang sholeh sholehah, bertaqwa dan bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa. Dengan ikhtiar mendidik anak melalui meneladankan perilaku terpuji, memasukan anak ke sekolah atau mengamanahkan anak
kepada kyai di pesantren dan usaha lain guna menjadikan anak sesuai dengan apa yang diharapkan. Pendidikan tidak hanya proses transfer ilmu semata. Dengan adanya pendidikan diharapkan siswa dapat
menjadi pribadi yang baik akhlaknya dengan cerdas fikirannya, mampu menguasai tehnologi, mempunyai beragam bahasa, dan mampu dalam statistic. Jadi modal awal adalah karakter yang baik terlebih dahulu setelah
itu mengembangankan kecerdasan lainnya. Mengingat sekarang ini banyak orang yang cerdas namun rasa empatinya terhadap orang lain masih kurang.
Adapun tujuan internalisasi nilai-nilai karakter
melalui pembelajaran antara lain: 1) Agar terbentuk peserta didik yang memiliki
keseimbangan antara kemampuan kognitif dan psikomotorik di satu pihak serta
kemampuan afektif di pihak lain. 2) Agar terbentuk peserta didik yang beriman,
bertaqwa, dan berakhlak mulia serta senantiasa menjaga hubungan dengan
Tuhan, dengan sesame manusia dan alam sekitarnya secara harmonis.
3) Agar terbentuk peserta didik yang menghargai waktu, memiliki etos kerja
tinggi, disiplin, mandiri, berjiwa kewirausahaan untuk mendukung proses pengembangan dan tehnologi.
34
34
M. Najib, dkk., Manajemen Masjid Sekolah Sebagai
Laboraturium Pendidikan Karakter, (Yogyakarta: Gava Media, 2015),
62
27
g. Metode Pembiasaan dalam Menanamkan
Karakter Siswa Istilah metode secara sederhana sering diartikan
cara yang cepat dan tepat atau sering diungkapkan
dengan istilah efektif dan efisien. Maka metode difahami sebagai cara yang paling efektif dan efisien dalam mengerjakan suatu meteri pengajaran. Pengajaran yang paling efektif artinya pengajaran yang
dapat difahami anak (peserta didik) secara sempurna. Sedangkan pengajaran yang efisien ialah pengajaran yang tidak memerlukan waktu dan tenaga yang banyak.
35 Jadi metode atau cara itu penting dikuasai
dalam pengajaran hal ini terkait dengan kompetensi guru yaitu kemampuan pedagogic yang kaitannya dengan pengajaran, bagaimana ilmu itu dapat diserap oleh peserta didik serta memahamkan. Dalam
pembahasan ini terkait dengan metode penanaman nilai-nilai pendidikan karakter yang tentunya berbeda dengan pengajaran mentransfer ilmu atau kegiatan belajar mengajar.
Menginternalisasikan nilai-nilai pendidikan karakter salah satunya dengan menggunakan metode pembiasaan yaitu membiasakan anak berbuat baik. Proses pembiasaan harus dimulai dan ditanamkan
kepada anak sejak dini. Potensi ruh keimanan manusia yang diberikan oleh Allah harus senantiasa dipupuk dan dipelihara dengan memberikan pelatihan-pelatihan dalam beribadah. Jika pembiasaan sudah ditanamkan,
maka anak tidak merasa berat lagi untuk beribadah, bahkan beribadah akan menjadi bangkai amal dan sumber kenikmatan dalam hidupnya karena bisa berkomunikasi langsung dengan Allah dan sesama
manusia36
. Pembiasaan harus ada pengawasan. Anak perlu pengawasan orang tua, bukan berarti mengekang anak akan tetapi sebagai bentuk kasih sayang dan
35
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan
Implementasi, (Bandung: Alfabeta, 2014), 87 36
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter
Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), 130
28
kepedulian orang tua terhadap anaknya. Berikut beberapa hal yang harus ada dalam metode pembiasaan, yaitu:
1) Keteladanan
Menunjukkan teladan yang baik dalam berperilaku dan membimbing anak untuk berperilaku sesuai teladan yang ditunjukkan. Kesanggupan mengenal Allah adalah kesanggupan
paling awal dari manusia. Ketika Rasulullah bersama Siti Khadijah mengerjakan sholat, Sayyidina Ali yang masih kecil datang dan menunggu sampai selesai, untuk kemudian
menanyakan, “apa yang sedang Anda lakukan?”. Dan Rasulullah menjawab. “kami sedang menyembah Allah, Tuhan pencipta alam seisinya ini.” Lalu Ali spontan menyatakan ingin gabung.
Hal ini menunjukkan bahwa keteladanan dan kecintaan yang kita pancarakan kepada anak, serta modal kedekatan yang kita bina dengannya, akan membawa mereka mempercayai pada kebenaran
perilaku, sikap dan tindakan kita37
. Seperti dalam
firman Allah SWT:
Artinya: “Mengapa kamu suruh orang lain
(mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu
berpikir?”38
Sejatinya anak itu adalah peniru yang ulung maka berikanlah dia contoh tata krama yang baik,
37 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter
Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), 117. 38
Al Qur‟an, Al Baqarah Ayat 44, Al Qur’an dan Terjemah, 6
29
karana dengan memberi teladan yang baik maka anak akan menirunya. Seorang ayah ingin anaknya rajin sholat berjamaah di masjid maka ayah tersebut seharusnya membiasakan diri dating ke masjid.
2) Kontinuitas Kontinuitas atau kesinambungan secara
terus menerus merupakan kebiasaan yang berulang-ulang yang akan membentuk karakter. Maka
biasakanlah anak untuk selalu berbuat baik. Untuk membiasakan anak melakukan hal baik tentunya terdapat tahapannya. Al Quran menggunakan cara bertahap dalam menciptakan kebiasaan baik, begitu
juga dalam menghilangkan kebiasaa yang buruk dalam diri seseorang. Ketika anak sudah mennginjak usia 7 tahun maka menjadi kewajiban orang tua untuk mengajak, membimbing dan
meneladankan kepada anak untuk menunaikan sholat dan ketika umur 10 tahun maka orang tua boleh memukul anak ketika tidak mau menjalankan sholat.
3) Arahkan (memberikan bimbingan) Pada dasarnya anak telah diciptakan Allah
sesuai dengan fitrahnya, yaitu cenderung pada kebenaran. Sejalan dengan perkembangan anak, ia
kan bertanya siapa yang menciptakannya, apa yang ada disekitarnya. Pada waktu itu tugas orang tua adalah guru yang memberi jawaban yang tepat. Bimbingan orangtua terhadap anaknya, guru
kepada muridnya perlu diberikan dengan memberikan alasan, penjelasan, pengarahan dan diskusi-diskusi. Juga bisa dilakukan dengan teguran, mencari tau penyebab masalah dan kritikan
sehingga tingkah laku anak berubah. Bimbingan lebih merupakan suatu proses memberikan bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar mencapai kemandirian
dalam pemahaman diri dalam mencapai tingkat
30
perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungannya
39
Setiap orang tidak boleh berhenti belajar, membiasakan anak berperilaku baik tentunya anak
juga perlu tau apa tujuan berperilaku seperti itu. Berdiskusi atau mengajak anak memikirkan tindakan baik, kemudian mendorong mereka berbuat baik. Ingatlah bahwa Luqman selalu
berdiskusi dengan anaknya agar menjadi pribadi yang berakhlak. Metode pendidikan yang dilakukan oleh Luqman menunjukkan bagaimana peran seorang ayah dalam mengembangkan karakter
anak40
. Diantara metode pendidikan karakter
seperti pengajaran, bercerita,perumpamaan, mau‟idah atau nasehat, janji dan ancaman, metode
pembiasaanlah yang paling efektif diterapkan. Guru membiasakan siswa sholat berjamaah maka sholat berjamaah akan menjadi kebiasaan. Pembiasaan merupakan metode dalam pendidikan berupa
“proses penanaman kebiasaan”. Metode pembiasaan adalah bentuk pendidikan bagi manusia yang prosesnya dilakukan secara bertahap dan menjadikan pembiasaan itu sebagai teknik
pendidikan yang dilakukan dengan pembiasakan sifat-sifat baik sebagai rutinitas sehingga siswa dapat menunaikan kebiasaan itu tanpa kehilangan banyak tenaga dan tanpa menemukan banyak
kesulitan.41
. Jadi kalaupun dari keturunannya itu tidak baik namun berada pada lingkungan masyarakat atau pendidikan yang baik mendukung untuk melakukan kebaikan maka pembentukan
39
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter
Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), 121 40
Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri, Pendidikan
Karakter Mengembangkan Karakter Anak yang Islami, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2016), 23 41
Bambang Samsul Arifin dan H.A Rusdiana, Manajemen
Pendidikan Karakter, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2019), 170-173
31
karakternya lebih kuat di lingkungan masyarakat karena dikelilingi orang-orang yang baik.
Prinsip penggunaan metode pembiasaan, yaitu:
1) Mengetahui motivasi, kebutuhan dan minat siswa.
2) Mengetahui tujuan pendidikan yang sudah ditetapkan sebelum pelaksanaan
pendidikan. 3) Mengetahui tahap kematangan,
perkembangan serta perubahan siswa. 4) Mengetahui perbedaan individu di dalam
siswa. 5) Memperhatikan pemahaman dan
mengetahui hubungan integrasi pengalaman dan kelanjutannya, keaslian,
pembaharuan dan kebebasan berfikir. 6) Menjadikan proses pendidikan sebagai
pengalaman yang mengembirakan bagi siswa.
7) Menegakkan uswah khasanah42
Sebelum pendidik menerapkan metode
pembiasaan ini terlebih dahulu faham tentang kebutuhan siswa. Apakah siswa di sekolah
mendapatkan perlakukan yang baik oleh siswa yang lain. Apakah guru memperlakukan siswanya dengan baik. Sehingga ketika siswa sudah mendapatkan haknya maka mudah bagi guru untuk menerapkan metode
pembiasaan ini. Kemudian internalisasi nilai-nilai karakter
melalui kegiatan pembiasaan merupakan proses penanaman nilai-nilai karakter yang berguna bagi
masyarakat melalui kegiatan pembiasaan yang dilakukan secara rutin dan spontan agar peserta didik mampu meyakini dan mewujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Pembiasaan rutin merupakan salah satu
kegiatan pendidikan karakter yang terintegrasi dengan
42
Bambang Samsul Arifin dan H.A Rusdiana, Manajemen
Pendidikan Karakter, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2019), 173
32
kegiatan sehari-hari di sekolah, seperti upacara bendera, senam, doa bersama, ketertiban, pemeliharaan pembersihan (jum‟at bersih), dan lainnya yang dilakukan secara terprogram.
43
Dalam pembiasaan tersebut perlunya keteladanan guru karena anak identik dengan meniru, maka berikan keteladanan serta motivasi untuk bisa istiqomah dengan begitu anak akan meniru apa yang
mereka lihat. Pahami apa yang menjadi kebutuhan siswa, buatlah siswa nyaman dan merasa aman di lingkungan sekolahnya. Dengan begitu proses apa yang diteladankan oleh guru akan membekas ke dalam hati,
sehingga ilmu yang masuk kedalam hati akan membekas sampai mereka dewasa dan akan menjaga akhlaknya dimanapun mereka berada.
3. Sholat Berjamaah
a. Pengertian sholat Sholat dalam segi bahasa berarti do‟a dan
menurut istilah syara‟ berarti ucapan dan pekerjaan yang yang dimulai dengan takbir dan diakhiri
dengan salam dengan syarat tertentu44
. Sholat merupakan penghubung antara hamba dengan Sang Pencipta. Tujuan manusia hidup di dunia adalah untuk beribadah oleh karena itu sholat sebagai
manifestasi penghambaan kepada Allah Swt. Sesuai dalam firman Allah Swt. yaitu:
Artinya:
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.
45
43
M. Najib, dkk., Manajemen Masjid Sekolah Sebagai
Laboraturium Pendidikan Karakter, (Yogyakarta: Gava Media, 2015),
66 44
Syekh Syamsidin abu Abdillah, Terjemah Fathul Mu’in,
(Surabaya: Al-Hidayah, 1996), 47 45
Al Qur‟an, Az-Zariyat Ayat 56, Al Qur’an dan Terjemah,
522
33
Salah satu kewajiban orang mukallaf adalah sholat lima waktu sehari semalam. Bagi orangtua wajib menyuruh anaknya sholat dan mengajar anaknya sholat ketika anak berusia tujuh tahun dan
wajib memukul ketika anak tidak segera sholat pada usia sepuluh tahun. Memukul dalam artian tidak menimbulkan luka yang serius.
b. Ketentuan dan tata cara sholat Berdasarkan dalam kitab sulamut taufiq
termasuk syarat-syarat sah sholat adalah wudhu. Berikut merupakan syarat sholat, yaitu : 1) Wudhu, fardhu wudhu ada enam, yaitu:
a. Niat ketika membasuh muka b. Membasuh seluruh muka. c. Membasuh kedua tangan sampai siku. d. Mengusap kepala atau sebagian.
e. Membasuh kedua kaki. f. Tertib
46
2) Syarat wajib ada lima sholat, yaitu: a. Islam
b. Baligh c. Berakal d. Suci dari haid dan nifas e. Telah mendengar ajakan dakwah islam
47
3) Syarat sah sholat ada delapan, yaitu: a. Suci dari hadas besar dan kecil b. Suci dari najis yang berada di tubuh,
pakaian, dan tempat.
c. Menutup aurat d. Menghadap kiblat e. Masuk waktu sholat f. Mengerti kefardhluan sholat.
46
Habib Abdullah bin Husin bin Thahir, Terjemah Sullamut
Taufiq, (Surabaya: Mutiara Ilmu, 1994). 22 47 Al „Alamah Asy-Syaikh Salim bin Abdullah bin Sumair,
Matan Safinatu An Najah, terj. Yahya Abdul Wahid Dahlan Al-
Mutamakin, (Semarang: PT Toha Putra, 2003), 46
34
g. Tidak menyakini salah satu fardhu dari beberapa fardhu sholat sebagai sesuatu yang sunnah.
h. Menjauhi perkara-perkara yang
membatalkan sholat48
4) Rukun dalam sholat ada tujuh belas, yaitu:
a. Niat dalam hati akan melakukan sholat. Sholat diniatkan apabila sholat fardhu maka
diniatkan kefarduannya. b. Takbiratul ihram, membaca “ خ ك خ ” kira-
kira dapat didengar oleh telinga sendiri. c. Berdiri ketika sholat fardhu, jika mampu.
d. Membaca surah Al Fatihah beserta basmalah.
e. Ruku‟ dengan cara badan membungkuk kira-kira kedua telapak tangan dapat meraih
kedua lutut. f. Tumakninah (tenang atau diam sebentar)
kira-kira selama bacaan rukuk tadi. g. I‟tidal yaitu berdiri tegak setelah rukuk.
h. Tumakninah dalam I‟tidal i. Sujud dua kali. Cara sujud sebagai berikut:
1) Dahi diletakkan ditempat sholat dengan keadaan terbuka, harus
ditekan dan harus menjungkal (kepala lebih rendah dari pada pantat)
2) Sebagian dari kedua lutut, sebagian
telapak tangan bagian dalam dan jari-jari kedua kaki yang dalam semua harus menempel ditempat sholat.
j. Tumakninah dalam sujud k. Duduk diantara dua sujud l. Tumakninah didalam diduduk diantara dua
sujud
48
Al „Alamah Asy-Syaikh Salim bin Abdullah bin Sumair,
Matan Safinatu An Najah, terj. Yahya Abdul Wahid Dahlan Al-
Mutamakin, (Semarang: PT Toha Putra, 2003), 47
35
m. Duduk untuk tasyahud akhir. n. Membaca tasyahud akhir. o. Membaca sholawat kepada Nabi
Muhammad pada tasyahud akhir
p. Membaca salam. q. Tertib atau dilakukan secara berurutan
49.
c. Sholat Berjamaah Sholat berjamaah merupakan sholat yang
dilakukan secara bersama-sama yang terdiri dari imam dan makmum. Walaupun terdiri dari satu imam dan satu makmum maka bisa dikatakan sholat berjamaah. Gerakan sholat berjamaah makmum mengikuti gerakan
imam. Suatu ritual ibadah yang dianjurkan oleh Allah SWT tentunya terkandung banyak sekali keutamaan. Dengan sholat berjamaah tercipta kerukunan, kebersamaan dan persatuan sebagai umat muslim.
Untuk memakmurkan masjid salah satunya dengan sholat berjamaah. Sholat berjamaah sangat dianjurkan dan merupakan keistimewaan umat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam.
Sholat berjama‟ah mempunyai banyak sekali keutamaan, pahalanya berlipat ganda dari pada sholat sendirian. Beberapa keutamaan dari melakukan sholat berjama‟ah
50 yaitu:
1) Mendapatkan pahala 27 derajat lebih tinggi dari sholat sendirian atau munfarid. Hal itu dikatakan oleh Nabi Muhammad shollallahu alaihi wassalam dalam
hadistnya:
هعكا أكنن ركسعوبلك اللهإ ص ك إ اب إ ع ك ك إ ك اللهع ك ب ةع لبك كا كةإ : كالك ةإ لبفكذللهإاإسكببع صكلك أكفبضكلع مإ ب صكلك
ةة مع تنفك ق ك ك بوإ , ك إ ب إ ب ك كرك ك
49 Habib Abdullah bin Husin bin Thahir, Terjemah Sullamut
Taufiq, (Surabaya: Mutiara Ilmu, 1994). 34 50
Prihatin Nurlathifah, Mencari Berkah dengan Sholat
Berjamaah, (Jakarta Selatan: Buana Cipta Pustaka, 2009), 22
36
Artinya: “Sholat berjamaah lebih utama dari pada sholat sendirian, dengan dua puluh tujuh derajat.” (HR Bukhari
Muslim)51
.
2) Mendapatkan naungan dan perlindungan Allah pada hari kiamat. Hal ini dikatakan
oleh Nabi Muhammad shollallahu alaihi wassalam dalam hadistnya:
للهإ ص ع كنبوع ك إ لننبإ ك ك ب أكبإ ىع ك تب كةك رك إ ك اللهسكبتبعكةق عظإ هعمع اللهع فإ ظإ للهإو تكوبمك لاك ظإلن : كالك
ك كأك فإ ك كااب , إمكامق كا إلق : إلاكظإ وع كرك علق تك ببعوع مععك ن ق , إبكا كةإ اللهإ ك ن ك كلن
عكا ك ك بوإ , باسسجإ ر علنإ تحكا ن ف اللهإ ب ك ك كرك علق ك ك بوع مب كأكةق ذك تع , تف ن ا ك و
ك ككال إنلله أكخكافع اللهك كرك علق :فقال, مكننإفا ىاحتى لاتع م شمالعوع تكنكجنقك انج ة فأخب
الإ ةا فتكفكا , ما تتعنبفإ ع ا نو كرك علق ذك اللهك خك مع تنفك ق ك ك بوإ تب تبنكاهع،
Artinya: “Dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi
Muhammad SAW bersabda ada tujuh golongan manusia yang akan di naungi
51
Abi Zakariya Muhyiddin Yahya an-Nawawi, Riyadhus Shalihin, (Al
Haromain Jaya Indonesia, 2005), 449
37
oleh Allah SWT di bawah naungan-Nya. Hari tersebut tidak ada naungan kecuali naungan Allah. Golongan tersebut antara lain: pemimpin adil, pemuda yang
senantiasa beribadah kepada Allah semasa hidupnya, orang yang hatinya senantiasa terpaut pada masjid-masjid, dua orang yang saling mengasihi karena Allah; kedunya
berkumpul dan berpisah karena-Nya, orang yang diundang oleh seorang perempuan berkedudukan dan berparas cantik untuk melakukan maksiat (zina), namun dia
mengelak, „aku takut pada Allah‟, orang yang memberi sedekah namun ia merahasiakannya seolah-olah tangan kirinya tidak tau apa yang diberikan tangan
kanannya, dan orang yang mengingat Allah di waktu sunyi sehingga kedua matanya pun sembab karena sedih.” (HR. Bukhari Muslim)
52
Dari hadist tersebut dinyatakan bahwa
orang yang senantiasa hatinya terpaut pada masjid akan mendapat naungan Allah kelak di
hari kiamat. Orang yang berlama-lama di masjid berdzikir, sholat berjama‟ah, hatinya lama kelamaan akan terikat pada masjid. Kecintaan kita terhadap sholat berjama‟ah yang
menyebabkan kita Diakhirat kelak tidak ada yang bisa diharapkan selain naungan-Nya. Membiasakan kehidupan yang teratur dan disiplin. Ibarat rakyat yang patuh pada
pemerintah maka makmum harus patuh pada iman seperti tidak boleh mendahului gerakan imam, menjaga kesempurnaan shaf-shaf sholat. Kedisiplinan dan keteguhan hati seseorang
dalam menjalankan sholat berjamaah bisa
52
Abi Zakariya Muhyiddin Yahya an-Nawawi, Riyadhus Shalihin, (Al
Haromain Jaya Indonesia, 2005), 191
38
menjadi ciri bahwa dia orang yang bisa dipercaya dan senang melakukan kebaikan bersama-sama. 3) Sholat dapat mencegah perbuatan keji dan
munkar Ibadah sholat yang dapat mencegah berbuatan keji dan munkar adalah sholat yang dilaksanakan secara khusuk, benar
dan diniatkan hanya karena Allah. Sebagai mana dinyatakan dalam Al-Quran.
Artinya: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”53.
d. Sholat dan Pembentukan Karakter Sholat merupakan penghubung hamba
dengan Sang Pencipta, Allah Taala. Sholat merupakan rukun islam yang kedua setelah membaca syahadat. Allah Swt. menjadikan sholat
sebagai kewajiban tentunya terdapat makna yang terkandung. Dalam Al Qur‟an dijelaskan bahwa
53
Al Qur‟an, Al Ankabut Ayat 45, Al Qur’an dan Terjemah, 45
39
sholat dapat mencegah perilaku keji dan munkar. “Dan dirikanlah sholat, sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar.” (QS Al Ankabut ayat 45).
Sholat senatiasa menjaga diri untuk terhindar dari perbuatan tercela seperti sombong, malas, kikir dan perbuatan lain yang merugikan diri sendiri atau orang lain. Sholat pada hakikatnya
adalah dzikrullah. Sebuah pengabdian sebagai hamba yang senantiasa bersyukur. Seringkali dijumpai banyak orang yang melakukan sholat akan tetapi masih melakukan perbuatan keji dan munkar.
Padahal dengan sholat seharusnya dapat menjadikan pribadi yang lebih baik dan berkualitas dalam beribadah kepada Alla SWT dan mampu berbuat baik kepada makhluk-Nya. Sholat
merupakan komunikasi antara hamba dengan Rabbnya. Dengan begitu perlu mengetahui makna gerakan dan arti bacaan sholat dengan begitu sholat terasa khusu‟
54 Sholat yang khusu‟ adalah sholat
yang mampu menjaga diri dari perbuatan keji dan munkar. Dalam istilah khusu‟ artinya merasakan hadirnya Allah Swt. ketika sedang melaksanakan sholat, sehingga merasakan ketentraman hati dan
ketenangan. Sedangkan menurut sebagian ulama khusu‟ artinya kelunakan hati, ketenangan fikiran dan merendahnya hawa nafsu dan hati yang menangis sebab berada dihadapan Allah Swt.
sehingga rasa sombong di dalam hati hilang55
. Kekhusyuan dalam sholat dapat dicapai dengan fikiran dan hati memahami makna bacaan sholat. Dalam QS al-Baqarah [2]: 238 menyatakan:
54
Abu Fakhri Nabhan Rabbani, Panduan Sholat Khusyuk
dengan Hyponotheraphy & self-hypnosis, (Jakarta: Kompas
Gramedia, 2015), 5 55 Lina Kushidayati, Khusyu’ Dalam Perspektif Dosen dan
Pegawai STAIN Kudus, Esoterik Jurnal Akhlak dan Tasawuf, Vol. 2
No. 1 (2016): 47
40
Artinya: Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa[152]. Berdirilah untuk Allah (dalam
shalatmu) dengan khusyu'.56
Kemudian QS al-Mu‟minun [23]:1-2 juga mengatakan :
Artinya: 1. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
2. (yaitu) orang-orang yang khusyu'
dalam sembahyangnya,57
Sholat yang sempurna adalah sholat yang didasari oleh kekhusyuan sebagai hamba yang senantiasa mengabdikan diri (‘ubudiyyah) dan juga
mengajarkan tentang kewajiban-kewajiban ketuhanan (rububiyyah) Allah Swt. sholat merupakan perhiasan seorang hamba dan menjadikannya indah dengan kesempurnaan akhlak
seperti rendah hati, suka menolong, jujur, tanggung jawab, dan perilaku terpuji lainnya. Dengan sholat khusyu hati senantiasa menjaga diri sebab merasa
bahwa segala perilaku dalam pengawasan Allah
56
Al Qur‟an, Al Baqarah Ayat 238, Al Qur’an dan
Terjemah, 38 57
Al Qur‟an, Al Mu‟minun Ayat 1-2, Al Qur’an dan
Terjemah, 341
41
Swt. dengan begitu tujuan sholat mencegah perilaku keji dan munkar dapat tercapai
58.
B. Penelitian Terdahulu Perlunya menelaah pemikiran terdahulu guna
memperluas pemahaman tentang internalisasi pendidikan karakter melalui pembiasaan sholat berjamaah. Penelitian terdahulu digunakan untuk sumber referensi sehingga ada
kesinambungan antara penelitian terdahulu dengan yang sekarang akan diteliti. Berikut merupakan beberapa penelitian terdahulu yang relevan dalam skripsi ini, yakni sebagai berikut:
1. Linda Yuliani, Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Purwokerto. Dengan judul, “ Pendidikan Karakter Religius dan Disiplin dalam
Pembiasaan Sholat Dhuha di SDIT Muhammadiyah Cipete Banyumas”. Penelitian ini berkesimpulan bahwa kegiatan sholat dhuha berjamaah sebagai upaya penanaman nilai-nilai karakter religius dan disiplin.
Kegiatan sholat dhuha dilaksanakan setiap hari oleh semua siswa. Dalam pelaksanaannya siswa dibimbing oleh guru dan wali kelas masing-masing mulai dari tata cara berwudhu, kerapian barisan shof sholat, gerakan
dan do‟a sholat dhuha serta dzikir setelah sholah dhuha. Sehingga siswa menjadi faham (kognitif) tentang ibadah sholat dhuha, mampu merasakan dan meresapi (afektif) nilai-nilai yang baik dari sholat dhuha dan bisa
menerapkan (psikomotor) dalam setiap perilaku sehari-hari. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dampak sholat dhuha pada siswa dapat dirasakan menjadi hal yang positif, bagi pihak sekolah maupun orang tua, kegiatan
sekolah di luar pembelajaran di kelas maupun ketika siswa sedang berada di rumahnya masing masing. Persamaannya dengan penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan metode deskriptif kualitatif dan topik
yang diangkat dalam penelitian ini sama-sama meneliti
58
Muhammad Mahmud as-Sawwaf, Paduan Lengkap Sholat Khusyuk,
(Kalimantan Barat: Derwati Press, 2016), 5
42
sholat berjamaah dan kaitannya dengan pendidikan karakter. Sedangkan perbedaannya fokus penelitian tersebut di SDIT Muhammadiyah Cipete Banyumas sedangkan peneliti melakukan penelitian di MTs Negeri
4 Demak. Peneliti fokus pada internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter melalui pembiasaan sholat berjamaah sedangkan penelitian tersebut meneliti tentang pendidikan karakter religius dan disiplin dalam
pembiasaan sholat dhuha. 2. Prahesti Surani, Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dengan judul,
“Sholat Sebagai Pembangunan Karakter dan Relevansinya dalam Pendidikan Agama Islam (Studi Pemikiran Ary Ginanjar Agustin)”. Penelitian ini berkesimpulan bahwa:
a. Dalam proses pembentukan pendidikan karakter Ary Ginanjar Agustin melalui pemikirannya memberikan solusi melalui kegiatan sholat. menurutnya, salah satu fungsi sholat adalah untuk relaksasi. Sangat
penting untuk menjaga emosi seseorang dan tekanan yang menyebabkan kebodohan emosi dan intelektual dan menurunnya kesehatan jasmani. Orang yang mampu mendirikan sholat secara disiplin akan
menjadi pribadi dengan integritas kuat. b. Relevansi pemikiran Ary Ginanjar Agustin tentang
sholat sebagai pembangun karakter dengan tujuan pendidikan agama islam. Pusat kurikulum
Depdiknas mengemukakan bahwa pendidikan agama Islam di Indonesia tujuannya adalah menumbuhkan dan meningkatkan keimanan. Selain itu tahun ajaran 2011 seluruh pendidikan di
Indonesia harus menyisipkan nilai-nilai pendidikan karakter kepada siswa dalam proses pendidikannya. Ada 18 nilai-nilai pendidikan karakter, yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,
mandiri, demokratis, rasa ingin tau, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/ komunikatif, cinta damai, gemar
43
membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama meliti tentang sholat dan karakter. Dan
perbedaannya pada fokus penelitian, penelitian tersebut meneliti tentang pemikiran Ary Ginanjar Agustin tentang sholat sebagai pembangun karakter dengan tujuan pendidikan agama islam. Sedangkan
peneliti meneliti tentang internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter melalui pembiasaan sholat berjamaah.
3. Rika Handayani, Skripsi Program Studi Pendidikan
Agama Islam Jurusan Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Kudus 2018. Dengan judul, “Pembiasaan Sholat Berjamaah Dalam Mengembangkan Karakter Siswa Di MA NU Raden Umar Sa‟id Colo Dawe Kudus”.
Penelitian ini berkesimpulan bahwa: a. Kegiatan pembiasaan sholat dhuhur berjamaah
dilaksanakan sejak madrasah tersebut berdiri. Dan diikuti oleh seluruh siswa-siswi dan guru yang
mengajar. b. Karakter siswa MA NU Raden Umar Said yaitu
disiplin, rasa ingin tau yang tinggi, bersahabat atau komunikatif, religious, bertanggung jawab dan
peduli sosial. Usaha-usaha yang dilakukan yaitu kegiatan do‟a pagi bersama, membimbing siswa untuk menghormati semua orang, siswa maupun guru dituntut untuk memenuhi peraturan dan tata
tertib madrasah, guru melakukan pemantuan baik di kelas, kegiatan pendidikan dan pengajaran, kegiatan pembiasaan sholat dhuhur berjamaah, istighosah setiap hari kamis setelah kegiatan pembelajaran, dan
penenrapan reward dan punishment. c. Karakter yang dikembangkan melalui sholat dhuhur
berjamaah adalah religius, disiplin dan tanggungjawab.
Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang sholat dan pendidikan karakter. Sedangkan perbadaannya terdapat pada fokus penelitian. Penelitian tersebut meneliti tentang
44
pembiasaan sholat berjamaah dalam mengembangkan karakter siswa sedangkan peneliti meneliti tentang internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter melalui pembiasaan sholat berjamaah di
masjid.
C. Kerangka berfikir Berdasarakan teori yang telah dideskripsikan
bahwa pembiasaan sholat berjamaah bertujuan untuk membentuk karakter siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yaitu menjadikan generasi yang berakhlakul karimah. Tugas guru tidak hanya mentransfer ilmu saja,
melainkan juga mendidik. Dengan latar belakang siswa yang berbeda-beda tentu karakternya juga berbeda-beda. Mendidik siswa tidak cukup dengan teori-teori tentang akhlak, kedisplinan, kejujuran dan lain sebagainya, akan
tetapi perlu dipraktikkan. Sehingga metode pembiasaan sangat efektif untuk dipraktikkan. Bagan selanjutnya menunjukkan bahwa pelaksanaan sholat berjamaah diharapkan dapat membantu dalam mendidik siswa agar
lebih berakhlakul karimah. Melalui pembiasaan sholat berjamaah nilai-nilai pendidikan karakter dapat terinternalisasikan dalam diri siswa.
Gambar 2.1
Kerangka Berfikir Penelitian Skripsi
Sulitnya membangun karakter
siswa
Proses internalisasi
nilai-nilai pendidikan
karakter melalui pembiasaan sholat
berjamaah
Terbentuknya siswa yang berkarakter