kajian polifarmako

6
1) Allopurinol Farmakodinamik Memiliki nama Allopurinolum, Allopurinol. Berbentuk serbuk putih, agak berbau dan sedikit larut dalam air dan alkohol. Sediaan larutan alopurinol hampir tidak berwarna dengan pH : 11,1-11,8. Merupakan suatu isomer hipoksantin. Allopurinol adalah analog purin, yang merupakan isomer struktural hipoksantin (sebuah purin alami dalam tubuh) dan merupakan inhibitor enzim xanthine oxidase. Xanthine oxidase yang bertanggung jawab untuk oksidasi berturut-turut hipoksantin dan xanthine, yang mengakibatkan produksi asam urat, produk dari metabolisme purin manusia. Allopurinol menurunkan atau menghambat pembentukan asam urat dan sintesis purin. (1) Farmakokinetik Allopurinol diabsorsi hampir 80%-90% setelah pemberian per oral. Allopurinol di metabolisme di hati oleh xantin oksidase, yang menghasilkan aloxantin. Parameter farmakokinetik dari allopurinol, setelah dosis oral termasuk bioavailabilitas oral 79 ± 20% (rata-rata ±

Upload: jody-felizio-chandra

Post on 14-Feb-2015

29 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

poli farmasi

TRANSCRIPT

Page 1: kajian polifarmako

1) Allopurinol

Farmakodinamik

Memiliki nama Allopurinolum, Allopurinol. Berbentuk serbuk putih, agak berbau

dan sedikit larut dalam air dan alkohol. Sediaan larutan alopurinol hampir tidak

berwarna dengan pH : 11,1-11,8. Merupakan suatu isomer hipoksantin.

Allopurinol adalah analog purin, yang merupakan isomer struktural hipoksantin

(sebuah purin alami dalam tubuh) dan merupakan inhibitor enzim xanthine

oxidase. Xanthine oxidase yang bertanggung jawab untuk oksidasi berturut-turut

hipoksantin dan xanthine, yang mengakibatkan produksi asam urat, produk dari

metabolisme purin manusia. Allopurinol menurunkan atau menghambat

pembentukan asam urat dan sintesis purin.(1)

Farmakokinetik

Allopurinol diabsorsi hampir 80%-90% setelah pemberian per oral. Allopurinol di

metabolisme di hati oleh xantin oksidase, yang menghasilkan aloxantin. Parameter

farmakokinetik dari allopurinol, setelah dosis oral termasuk bioavailabilitas oral

79 ± 20% (rata-rata ± SD), waktu paruh eliminasi (t ½) dari 1,2 ± 0,3 jam, volume

yang jelas dari distribusi, setelah pemberian oral (Vd / M) dari 1,31 ± 0,41 L /kg.

Obat ini di ekskresikan melalui urin (80%) dan feses (20%). (2)

Efek samping

Efek samping yang didapat dari pemakaian allopurinol antara lain

hipersensitivitas, pruritus, ruam makulopapular, gangguan Gastrointestinal, mual,

diare, sakit kepala, vertigo, mengantuk, gangguan daya penglihatan dan

pengecapan, leukopenia, anemia hemolitik dan aplastik.

Page 2: kajian polifarmako

Interaksi obat

1. Resiko terjadinya hipersensitivitas meningkat dengan penggunaan bersama

ACE-Inhibitor

2. Efek toksik meningkat dengan pemberian bersama thiazid.

3. Resiko ruam meningkat dengan Ampicillin

4. Meningkatkan paruh waktu antikoagulan oral

5. Meningkatkan kadar serum theofilin

6. Meingkatkan resiko toksik bila diberikan bersama thiopurines

2) Simvastatin

Farmakokinetik

Simvastatin diabsorbsi sekitar 40-75% dan memiliki puncak kadar di plasma

setelah 1,3-2,4 jam setelah konsumsi. Waktu paruh obat ini adalah 1-3 jam.

Simvastatin di distribusi dengan mengikat pada protein (95%). Obat ini di

metabolisme jalur pertama di hati oleh CYP3A4, dan di konversi menjadi beta-

hydroxyacid dan 6’-hydroxy, 6’-hydroxymethyl, dan 6’-exomethylene.

Simvastatin dieksresikan oleh hati kedalam cairan empedu dan dibuang melalui

feses (60%) dan urin (13%).(4)

Farmakodinamik

Simvastatin termasuk ke dalam obat hipolipidemik golongan statin. Obat ini

bekerja dengan cara menhambat HMG-CoA reduktase. Dengan menghambat

HMG-CoA reduktase, sintesis kolesterol dihati menurun. Faktor-faktor transkripsi

kemudian akan berikatan dengan gen reseptor LDL, sehingga terjadi peningkatan

sintesis reseptor LDL. Peningkatan jumlah reseptor LDL pada membran akan

menurunkan kadar kolesterol darah lebih besar lagi. Selain LDL, VLDL dan IDL

juga menurun, sedangkan HDL meningkat. Namun tidak efektif untuk

Page 3: kajian polifarmako

hiperkolesterolemia homoIgot (tipe IIA) karena tidak punya reseptor LDL. (4)

Efek samping

Simvastatin dapat meningkatkan kadar enzim transaminase. Efek samping lain

adalah dapat menyebabkan miopati, rhabdomiolisis, gangguan saluran cerna, sakit

kepala, rash, neuropati perifer, dan sindrom lupus.

Interaksi obat

Obat ini dapat berinteraksi yang dimetabolisme oleh CYP3A4.

3) Lansoprazole(4,5)

Farmakokinetik

Bioavailability dari obat ini adalah 81 – 91% per oral. Memiliki puncak kadar

plasma 1,5 – 3 jam, apabila terdapat makanan puncak kadar plasma tersebut dapat

meningkat hingga 3-4 jam. Distribusi dari obat ini adalah dengan mengikatkan diri

pada protein yaitu sekitar 97-99%. Obat ini dimetabolisme di hati dengan

CYP2C19. Metabolit aktif berupa cyclic sulfinamide dan disulfide metabolite.

Obat ini dieksresi oleh feses sebanyak 67% dan 33% oleh urine.

Farmakodinamik

Mekanisme kerja obat ini adalah dengan cara menghambat pompa proton (PPi)

yaitu dengan cara menghambat sistem enzim adenosine trifosfat hydrogen-kalium

(pompa proton) dari sel parietal lambung.

Efek samping

Page 4: kajian polifarmako

Penggunaan obat ini dapat menyebabkan efek samping seperti sakit kepala, diare,

ruam, gatal – gatal, pusing, urtikaria, mual, muntah, konstipasi, kembung, nyeri

abdomen, lesu, nyeri otot dan sendi, pandangan kabur, edema perifer, perubahan

hematologik (termasuk eosinofilia, trombositopenia, leucopenia), perubahan

fungsi hati, depresi dan mulut kering

Interaksi Obat

Lansoprazole dapat mempercepat metabolisme koteasepsi oral. Lansoprazole juga

berinteraksi dengan obat-obatan yang dimetabolisme oleh CYP2C19. Antasida

dan sulkrafat akan mengurangi bioavaibilitas lansoprazol.

1. Katzung G. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: EGC, 1998;708-713

2. Day Richard, Graham Garry G. Clinical Pharmacokinetic and

Pharmacodynamic of Allopurinol and Oxypurinol. 2007. Available at:

http://cat.inist.fr/?aModele=afficheN&cpsidt=19040146

3. Evaria. MIMS Edisi Bahasa Indonesia Vol 12 2011. Jakarta: UBM Medica, 2011;

199.

4. Suyatna FD. Hipolipidemik. Dalam: Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi,

Elysabeth editor, Farmakologi dan Terapi, edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

2009: h. 363-364.

5. Katzung, B. G. 1997.Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi VI

.Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta