kajian alqur'an di indonesia

36
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al Qur’an yang dalam memori kolektif kaum muslimin sepanjang abad sebagai kalam Allah, yang disebut sebagai “ pedoman dan petunjuk hidup bagi manusia” telah memberikan “penjelasan atas segala sesuatu” sedemikian rupa sehinggga tidak ada sesuatupun yang ada dalam realitas yang luput dari penjelasannya. Bila diasumsikan bahwa kandungan al Qur’an bersifat universal, yang berarti aktualitas makna tersebut pada tataran kesejarahan meniscayakan dialog dengan pengalaman manusia dalam konteks waktu. Hal ini juga berlaku dengan kajian tafsir yang ada di Indonesia. Sesuai dengan kondisi sosio-historisnya, Indonesia juga mempunyai perkembangan tersendiri dalam kaitannya dengan proses untuk memahami, menelaah, dan menafsirkan isi dari ayat-ayat al Qur’an. Perkembangan penafsiran al Qur’an di Indonesia berbeda dengan perkembangan yang terjadi di dunia Arab yang merupakan tempat turunnya al Qur’an dan sekaligus tempat kelahiran tafsir al-Qur’an. Perbedaan tersebut terutama disebabkan oleh perbedaan latar belakang budaya dan bahasa. Karena bahasa Arab adalah bahasa mereka, maka mereka tidak mengalami banyak kesulitan untuk memahami bahasa al Qur’an sehingga proses penafsiran juga lumayan cepat dan pesat. Hal ini berbeda dengan bangsa Indonesia yang bahasa ibunya bukan bahasa Arab. Karena itu proses pemahaman al Qur’an terlebih dahulu dimulai dengan

Upload: mayora-ulfa

Post on 26-Jan-2016

270 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Kajian Alqur'an Di Indonesia

TRANSCRIPT

Page 1: Kajian Alqur'an Di Indonesia

1

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al Qur’an yang dalam memori kolektif kaum muslimin sepanjang abad sebagai

kalam Allah, yang disebut sebagai “ pedoman dan petunjuk hidup bagi manusia” telah

memberikan “penjelasan atas segala sesuatu” sedemikian rupa sehinggga tidak ada

sesuatupun yang ada dalam realitas yang luput dari penjelasannya. Bila diasumsikan

bahwa kandungan al Qur’an bersifat universal, yang berarti aktualitas makna tersebut

pada tataran kesejarahan meniscayakan dialog dengan pengalaman manusia dalam

konteks waktu. Hal ini juga berlaku dengan kajian tafsir yang ada di Indonesia. Sesuai

dengan kondisi sosio-historisnya, Indonesia juga mempunyai perkembangan tersendiri

dalam kaitannya dengan proses untuk memahami, menelaah, dan menafsirkan isi dari

ayat-ayat al Qur’an. 

Perkembangan penafsiran al Qur’an di Indonesia berbeda dengan

perkembangan yang terjadi di dunia Arab yang merupakan tempat turunnya al Qur’an

dan sekaligus tempat kelahiran tafsir al-Qur’an. Perbedaan tersebut terutama

disebabkan oleh perbedaan latar belakang budaya dan bahasa. Karena bahasa Arab

adalah bahasa mereka, maka mereka tidak mengalami banyak kesulitan untuk

memahami bahasa al Qur’an sehingga proses penafsiran juga lumayan cepat dan pesat.

Hal ini berbeda dengan bangsa Indonesia yang bahasa ibunya bukan bahasa Arab.

Karena itu proses pemahaman al Qur’an terlebih dahulu dimulai dengan penerjemahan

al Qur’an ke dalam bahasa Indonesia baru kemudian dilanjutkan dengan pemberian

penafsiran yang lebih luas dan rinci. Oleh karena itu pula, maka dapat dipahami jika

penafsiran al Qur’an di Indonesia melalui proses yang lebih lama jika dibandingkan

dengan yang berlaku di tempat asalnya.

Kajian tentang tafsir Indonesia umumnya masih memusatkan perhatian pada

karya-karya yang muncul abad 19 ke atas. Sebut saja misalnya yang dilakukan Howard

M. Federspiel atau M. Yunan Yusuf atau yang lain. Agak jarang- untuk mengatakan

tidak ada sama sekali bahasan serius atas tafsir-tafsir pada abad sebelumnya.               

Tafsir memegang peran penting dalam kajian Islam. la merupakan salah satu

cabang penting dalam pemahaman ajarannya. Jika penyebaran Islam di duga sudah

mulai menyentuh wilayah nusantara sejak abad 13, maka kenyataan di atas cukup

memprihatinkan. Sebab hal demikian akan menimbulkan persepsi tidak

menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam di Indonesia. Padahal, dalam

Page 2: Kajian Alqur'an Di Indonesia

2

sejarahnya, dinamika intelektual umat Islam sebelum abad 19 memiliki intensitas yang

cukup tinggi, Khusus mengenai tafsir, tampaknya tidak mengalami perkembangan

yang pesat. Berbeda dengan disiplin lain seperti tasawuf, fiqih atau filsafat. Namun

tidak berarti tradisi penafsiran sama sekali tidak berkembang dan tidak berjalan. A.H.

Johns, dalam penelusurannya menyebutkan bahwa aktifitas penafsiran di wilayah ini

sudah berlangsung sedikitnya sejak abad 16. Gejala ini tampak dari beberapa karya

tulis yang dihasilkan dan ditemukan pada periode itu. Karya-karya Hamzah Fansuri

atau Syams al-Din al-Sumatrani, misalnya, meskipun tidak secara tegas dapat disebut

karya tafsir, namun sudah dapat dijadikan indikasi sudah terbangunnya tradisi tafsir

dikala itu. Dalam hal ini didukung oleh pandangan Braginsky yang menulis:  

“Bagaimanapun, dalam pengertiannya yang luas, semua karangan mistik-keagamaan

itu merupakan tafsir sui generic terhadap teks-teks kanon keagamaan, yang dari sudut

pandangan Islam meliputi pelimpahan wahyu.”

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas maka penulis meumuskan masalah sebagai berikut

C. Tujuan

Page 3: Kajian Alqur'an Di Indonesia

3

BAB II

PEMBAHASAN

Howard M. Federsptel, Popular Indonesia Literature of Qur’an ( Kajian al - Qur’an

di Indonesia) seorang tokoh yang melakukan pembagian kemunculan dan perkembangan

tafsir al Qur’an di Indonesia ke dalam tiga generasi. Generasi pertama dimulai sekitar awal

abad XIX sampai dengan tahun 1960-an. Era ini ditandai dengan penerjemahan dan

penafsiran yang didominasi oleh model tafsir terpisah-pisah dan cenderung pada surat-

surat tertentu sebagai obyek tafsir. Generasi kedua, yang muncul pada pertengahan 1960-

an, merupakan penyempurnaan dari generasi pertama yang ditandai dengan adanya

penambahan penafsiran berupa catatan kaki, terjemahan kata per kata dan kadang disertai

dengan indeks sederhana. Tafsir generasi ketiga, mulai tahun 1970-an, merupakan

penafsiran yang lengkap, dengan komentar-komentar yang luas terhadap teks yang

jugadisertaidenganterjemahnya.

Namun kesimpulan yang dikemukakan oleh Howard M. Federspiel ini tidak

sepenuhnya benar. Fakta menunjukkan bahwa pada periode pertama sudah ada karya tafsir

yang sudah merupakan penafsiran lengkap seperti Tarjuman al Mustafid karya Abdul Rauf

al Singkili dan Marah Labid karya Syek Muhammad Nawawi. Demikian juga pada periode

kedua sudah terdapat tafsir lengkap 30 juz dengan komentar yang luas seperti tafsir al

Azhar karya Hamka Hanya saja secara umum karya yang ada memang cenderung seperti

yang dikemukakan oleh Federspiel.

Perkembangan terakhir dari kajian tafsir di Indonesia menunjukkan karya tafsir

yang mengarah pada kajian tafsir maudhu’i. Hal ini banyak dipelopori oleh Quraish

Shihab, yang banyak menghasilkan beberapa buku tafsir tematik seperti Lentera Hati,

Membumikan al Qur’an dan Wawasan al Qur’an. Kecenderungan ini kemudian diikuti

oleh para penulis yang lain dan makin disemarakkan dengan berbagai kajian tematik dari

tesis dan disertasi di berbagai perguruan tinggi Islam.

Pemikiran Fazlul Rahman Ia berasal dari Hazara Pakistan. Pemikiran dalam tafsir

sangat mempengaruhi perkenbangan kajian al-Qur’an di Indonesiadengan menggunakan

metode yang bernama,” Double Movement “ ( Gerakan Ganda ). Gerakan Ganda yaitu

bertolak dari situasi kontemporer menuju era al-Qur’an yang diwahyukan, pengertiannya

bahwa perlu dipahami arti atau makna dari problem historis dan menjadikan al-Qur’an

sebagai jawaban. Dengan kata lain memahami al-Qu’an secara totalitas, disamping sebagai

ajaran-ajaran yang spesifik yang merupakan respon dari situasi spesifik juga. Ia

Page 4: Kajian Alqur'an Di Indonesia

4

berpendapat perlu diupayakan reinterpretasi al-Quran dengan merubah metode-metode

tafsir selama ini yang disesuakan dengan kemajuan ilmu dan tehnologi

Metode –metode tafsir yang bersifat sepotong-potong dan terpisah akan

menghadapi banyak persoalan yang sulit diselesaikan, maka harus ditemukan metode –

metode baru dengan prinsip-prinsip kontemporer dari  al-Quran.

    

A. Pengertian

Menurut Moh. Ali Ash-Shabunie,”Tafsir al-Quran adalah menerangkan atau

menjelaskan kalam Allah ( Al-Quran ). Al-Quran adalah suatu kalam illahi yang

diperuntukkan sebagai padoman hidup umat muslim. Tafsir al-Quran artinya

menganalisa, menjelaskan isi dari ayat-ayat al-Quran baik perhuruf, perkata, perkalimat

dan bahkan persurat secara terinci isi dari al-Quran dengan menggunakan aturan tata

bahasa dalam ilmu tafsir.

Al-Quran diturunkan di tanah Arab, sebab itulah ayat-ayat dari al-Quran berbahasa

Arab yang di sesuaikan dengan bahasa penduduk setempat. Bagi mereka yang sudah

fasih berbahasa Arab, maka tak heran jika mereka akan lebih mudah untuk memahami

artinya. Dan bagi mereka yang belum mengenal bahasa Arab akan mengalami kesulitan

untuk memahaminya. Karenanya perlu diadakan penafsiran ayat-ayat al-Quran, agar

tidak salah dalam pemahaman suatu ayat.  

Kajian al-Quran di Indonesia bermaksud menelaah, mennjelaskan, dan memahami

maksud dan tujuan kandungan makna dari al-Quran agar dapat dengan mudah

dipahami oleh umat muslim di Indonesia, baik dari kronologisnya, etimologinya dan

kandungan arti dari al-Qur’an itu sendiri dalam kontek ke Indonesiaan. Yang tidak

kalah pentingnya lagi adalah pengamalan Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. Al-

Qur’an merupakan mu’jizat yang terbesar bagi umat Islam. Salah satu kebesaranya

adalah susunan kata dan bahasa merupakan sastra yang sangat indah tak satupun orang

yang mampu untuk menandinginya.

B. Corak, Karakteristik, Metode dan KaryaTafsir Al-Qur’an di Indonesia Tahun

1960 – 2008

1. Corak Tafsir di Indonesia.

Menurut Said Aqil Husain Al-Munawar corak penafsiran al-Qur’an

berdasrkan metode dibedakan beberapa macam :

Page 5: Kajian Alqur'an Di Indonesia

5

a. Tafsir Tahlili yaitu mengkaji ayat-ayat al-Qur’an dari segi  maknanya ayat demi

ayat, surat demi surat sesuai dengan urutan dalam muskaf Ustmani, antara lain:

tafsir bi al-Ma’tsur, tafsir bi al-Ra’yi, tfsir Shufi, tfsir Fiqih, tafsir Falsafah,

tafsir “ilmi, tafsir Adabi.

b. Tafsir Ijmali, penafsiran al-Qur’an secara singkat dan global tanpa uraian

panjang lebar : tafsir Jalalain, tafsir Shofwah al-Bayan lima’ni al-Qur’an, tafsir

al-Quran al-Azhim.

c. Tafsir Muqaram, membandingkan makna dari ayat ke ayat lain.

d. Tafsir Maudhu’I, mengumpulkan ayat-ayat al-Qur’an yang membahas satu

masalah.

e. Tafsir bi-al-Ma’tsur, membahas suatu ayat yang samar artinya.

f. Tafsir bi al-Ra’yi, menafsirkan ayat-ayat dimungkinkan oleh pernyataan al-

Qur’an sendiri bahwa ia diturunkan sebagai petunjuk baik untuk individu atau

kelompok.

2. Karakteristik Tafsir

   Dari segi generasi Howard M. Federspiel pernah melakukan pembagian

kemunculan dan perkembangan tafsir al Qur’an di Indonesia ke dalam tiga

generasi. Generasi pertama dimulai sekitar awal abad XIX sampai dengan tahun

1960-an. Era ini ditandai dengan penerjemahan dan penafsiran yang didominasi

oleh model tafsir terpisah-pisah dan cenderung pada surat-surat tertentu sebagai

obyek tafsir. Generasi kedua, yang muncul pada pertengahan 1960-an, merupakan

penyempurnaan dari generasi pertama yang ditandai dengan adanya penambahan

penafsiran berupa catatan kaki, terjemahan kata per kata dan kadang disertai

dengan indeks sederhana. Tafsir generasi ketiga, mulai tahun 1970-an, merupakan

penafsiran yang lengkap, dengan komentar-komentar yang luas terhadap teks yang

jugadisertaidenganterjemahnya.

Perkembangan terakhir dari kajian tafsir di Indonesia menunjukkan karya

tafsir yang mengarah pada kajian tafsir maudhu’i. Hal ini banyak dipelopori oleh

Quraish Shihab, yang banyak menghasilkan beberapa buku tafsir tematik seperti

Lentera Hati, Membumikan al Qur’an dan Wawasan al Qur’an. Kecenderungan ini

kemudian diikuti oleh para penulis yang lain dan makin disemarakkan dengan

berbagai kajian tematik dari tesis dan disertasi di berbagai perguruan tinggi Islam.

Page 6: Kajian Alqur'an Di Indonesia

6

3. Metode Tafsir

Menurut Goldziher ada lima aliran dalm penafsiran al-Qur’an:

a. Penafsiran denganbantuan sunah dan sahabat Nabi

b. Penafsiran dogmatis

c. Penafsiran mistis

d. Penafsiran sekretarian

e. Penafsiran modernis.

4. Karya Tafsir Di Indonesia

a. Terjemah

Terjemah al Qur’an juga dimasukkan ke dalam bagian karya tafsir karena

pada dasarnya terjemah juga merupakan upaya untuk mengungkapkan makna al

Qur’an ke dalam bahasa lain. Artinya di dalamnya terdapat unsur interpretasi

manusia terhadap ayat-ayat al Qur’an meskipun dalam bentuk yang sederhana,

terlebih di dalamnya juga disertai dengan catatan kaki tentang makna satu ayat.

Karya terjemah yang dihasilkan  :

1) Al Qur’an dan Terjemahnya oleh Yayasan Penyelenggara Penterjemahan  al

Qur’an Departemen Agama RI tahun 1967. Karya ini merupakan salah satu

proyek yang dimotori oleh Departemen Agama RI dalam rangka

penerjemahan al Qur’anul-Karim ke dalam Bahasa Indonesia.

2) Al Qur’an dan Terjemahannya oleh Redaksi Penerbit Bahrul Ulum

pimpinanH.BahtiarSurin.

3) Al Qur’an Bacaan Mulia tahun 1977 oleh Dr. H. B. Jassin. Karya ini lebih

merupakan upaya penerjemahan al Qur’an ke dalam Bahasa Indonesia

dengan bahasa puitis. Hal ini sesuai dengan latar belakang HB Jassin yang

merupakan seorang sasterawan. Latar belakang penerjemahan al Qur’an

dengan bahasa puitis adalah karena al Qur’an memiliki kandungan sastra

yang tiada tara.

b. Tafsir Tematis

Dari karya tafsir yang berkembang di Indonesia ada yang disusun dengan

corak tafsir tematis di antaranya adalah :

1) Tematik Plural

Karya tafsir tematis ada yang bersifat plural yaitu karya yang

membahas   berbagai persoalan. Di antaranya adalah :

Page 7: Kajian Alqur'an Di Indonesia

7

a) Membumikan al Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan

Masyarakat (1992), Lentera Hati Kisah dan Hikmah Kehidupan (1994)

dan Wawasan al-Qur’an (1996). Ketiganya adalah karya Quraish Shihab

yang diterbitkan oleh Mizan Bandung. Dalam ketiga buku ini Quraish

Shihab membahas berbagai tema yang berkaitan dengan persoalan-

persoalan yang ada di tengah masyarakat.

b) Ensiklopedi al Qur’an (Jakarta: Paramadina, 1996) karya M. Dawam

Raharjo. Karya ini merupakan kumpulan kajian serius yang ditulis oleh

Dawam Raharjo dalam Jurnal Ulumul Qur’an tahun 1990-an.

c) Dalam Cahaya al al Qur’an, Tafsir Sosial Politik Al Qur’an (Jakarta;

Gramedia, 2000) karya Syu’bah Asa. Buku Tafsir ini berawal dari

artikel-artikel tafsir yang ditulis oleh Syu’bah Asa dalam majalah Panji

Masyarakat antara tahun 1997-1999.

d) Tafsir Tematik al Qur’an tentang Hubungan Sosial antar Ummat

Beragama (Yogyakarta: Pustaka SM, 2000) karya Majlis Tarjih dan

Pengembangan Pemikiran Islam PP Muhammadiyah

2) Tematik Singular

Tafsir tematik singular adalah karya tafsir yang menfokuskan diri

dalam satu topik bahasan tertentu. Karya tafsir jenis ini cukup banyak,

sebagian besar berasal dari disertasi, di antaranya adalah:

a) Konsep Kufr dalam al Qur’an, Suatu Kajian Teologis dengan

Pendekatan Tematis karya Harifuddin Cawidu. Karya ini berasal dari

disertasi di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 1989.

b) Konsep Perbuatan Manusia Menurut al Qur’an sebuah Kajian Tematik

karya Jalaluddin Rahman yang berasal dari disertasinya di Pasca Sarjana

IAIN Jakarta.

c) Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam al Qur’an (1992) karya Dr

Musa Asy’arie. Karya ini berasal dari disertasi Asy’arie di IAIN Sunan

Kalijaga Yoryakarta

d) Menyelami Kebebasan Manusia, Telaah Kritis terhadap Konsepsi Al

Qur’an (1996) karya Machasin. Karya ini berasal dari tesis Machasin di

IAIN Yogyakarta dengan judul Kebebasa dan Kekuasaan Allah dalam

Al Qur’an.

Page 8: Kajian Alqur'an Di Indonesia

8

e) Ahl Kitab, Makna dan Cakupannya (1998), karya Muhammad Ghalib

Mattalo. Karya ini berasal dari disertasi Ghalib di IAIN Jakarta dengan

judul Wawasan Al Qur’an tentang Ahl Kitab tahun 1997.

f) Argumen Kesetaraan Jender, Perspektif Al Qur’an (1999), karya

Nasaruddin Umar. Buku ini berasal dari disertasinya di IAIN Jakarta

dengan judul Perspektif Jender dalam Al Qur’an.

g) Tafsir bi Al-Ra’yi: Upaya Penggalian Konsep Wanita dalam Al Qur’an

(1999) karya Nashruddin Baidan.

h) Tafsir Kebencian: Studi Bias Jender dalam Tafsir (1999) karya Zaitunah

Subhan. Karya ini berasal dari disertasi di Pasca sarjana IAIN Jakarta

i) Memasuki Makna Cinta (2000) karya Abdurrasyid Ridha. Karya ini

berasal dari skripsi di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul

Konsep Cinta dalam Al Qur’an.

j) Jiwa dalam al Qur’an, Solusi Krisis Keruhanian Manusia Modern

(2000) karya Dr. Achmad Mubarok. Karya ini berasal dari disertasi

dengan judul Konsep Nafs dalam Al Qur’an di Pasca Sarjana IAIN

Jakarta

k) Subhanallah: Quantum Bilangan-bilangan al-Qur’an (2008) karya

Muhamad Mas’ud. Karya ini mengkaji berbagai fenomena angka yang

ada di dalam al Qur’an dihubungkan dengan ilmu matematika dan

penemuan ilmiah modern.

c. Tafsir yang mefokuskan diri pada ayat, surat atau juz tertentu

1) Ayat dan Surat Tertentu. Karya tafsir yang menfokuskan diri pada ayat dan

surat tertentu adalah:

a) Hidangan Ilahi Ayat-ayat Tahlil (1997) karya M. Quraish Shihab. Buku

ini merupakan kumpulan ceramah Quraish pada acara tahlilan di

kediaman mantan presiden Suharto dalam rangka mendo’akan kematian

Fatimah Siti Hartinah Suharto tahun 1996. Setelah itu dilanjutkan

dengan penafsiran ayat-ayat yang dibaca dalam tahlilan yaitu surat al

Fatihah, al Baqarah : 1-5, ayat kursi (QS 2: 255), khawatim surat al

Baqarah (QS 2: 284-286), al-Ikhlas, al-Falaq dan al-Nas.

b) Tafsir bil Ma’tsur Pesan Moral al Qur’an (1993) karya Jalaluddin

Rakhmat. Ayat dan surat yang dipilih tampaknya didasarkan pada ayat

Page 9: Kajian Alqur'an Di Indonesia

9

maupun surat yang mempunyai riwayat bi al-ma’thur sebagai sabab

nuzul. Ayat dan surat yang dikaji di antaranya adalah Al Fatihah: 1, Al

Baqarah 2 :19-20, 75-78, al-‘Adiyat: 1-5, Maryam: 1-6, al-Qadr dan al-

Takathur.

2) Surat al Fatihah

Karya tafsir yang menfokuskan pembahasan pada surat al Fatihah

antara lain adalah : Kandungan al Fatihah, karya Bahroem Rangkuti

( Jakarta: Pustaka Islam, 1960), Tafsir Surat al Fatihah karya H Hasri

(Cirebon: Toko Mesir, 1969), Samudra al Fatihah karya Bey Arifin

(Surabaya: Arini, 1972), karya ini membahas surat al-Fatihah dikaitkan

dengan berbagai penemuan ilmiah modern, Tafsir Ummul Qur’an karya M

Abdul Malik Hakim (Surabaya: Al-Ikhlas, 1981), Butir-butir Mutiara al

Fatihah karya Labib MZ dan Maftuh Ahnan (Surabaya, Bintang Pelajar,

1986), Risalah Fatihah karya A Hassan (Bangil: Yayasan al Muslimun,

1987), Mahkota Tuntunan Ilahi (1988) karya M Quraish Shihab, dan Tafsir

Sufi Surat al Fatihah (1999) karya Jalaluddin Rakhmat

3) Surat An Nisa’

Tafsir Hijri, Kajian Tafsir Al Qur’an Surat An Nisa’ (Jakarta: Logos,

2000) karya KH Didin Hafidhuddin. Buku ini merupakan hasil kajian tafsir

yang disampaikan KH Didin Hafidhuddin di Masjid Al Hijri Universitas

Ibnu Khaldun Bogor setiap Ahad sejak tahun 1993.

4) Surat Yasin

Karya tafsir yang membahas tentang surat Yasin antara lain adalah :

Tafsir Surah Yasin (Jakarta : Bulan Bintang: 1978) karya Zainal Abidin

Ahmad, Kandungan Surat Yasin (tt:, Yulia Karya, 1978) karya Mahfudli

Sahli, Memahami Surat Yaa Sin (Jakarta :Golden Trayon Press, 1998) karya

Radiks Purba

5) Juz Amma

Karya tafsir yang menfokuskan pembahasan pada juz ‘amma (juz

30) antara lain adalah : Al Abroor, Tafsir Djuz ‘Amma Karya Mustafa

Baisa (Surabaya: Usaha Keluarga, 1960), Tafsir Juz Amma dalam Bahasa

Indonesia karya M. Said (Bandung: al-Ma’arif, 1960), Juz ‘Amma dan

Makna karya Gazali Dunia (Jakarta: Bulan Bintang, 1978) dan Tafsir Juz

Page 10: Kajian Alqur'an Di Indonesia

10

Amma Disertai Asbabun Nuzul (2000) karya Rafi’udin S.Ag dan Drs. KH.

Edham Rifa’i.

6) Tafsir Lengkap 30 Juz

Tafsir al Qur’an di Indonesia yang membahas secara lengkap 30 juz

sesuai dengan mushaf uthmani cukup banyak. Hal yang menunjukkan

bahwa Indonesia sebenarnya juga merupakan salah satu ikon peradaban

Islam. Karya-karya tafsir tersebut antara lain adalah:

d. Tafsir al Bayan

1) Biografi Penulis

Penulis tafsir ini adalah Prof. DR. Teungku Muhammad Hasbi bin

Muhammad Husein bin Muhammad Mas’ud bin Abd. Rahman Ash

Shiddieqy. Dilahirkan pada bulan Jumadil Akhir 1321H/ 10 Maret 1907 M

di Lho Seumawe + 273 km sebelah timur Banda Aceh. Hasbi Ash

Shiddieqy menuntut ilmu dari para ulama di beberapa pondok pesantren

terkenal di Dayah, Blangkabu, Gendong, Krueng Mane, Kutaraja dsb. Dari

silsilahnya diketahui bahwa ia adalah keturunan ke-37 dari Abu Bakar Ash

Shiddieq

Beliau mempelajari bahasa Arab daripada gurunya yang bernama

Syeikh Muhammad ibn Salim al-Kalali, seorang ulama berbangsa Arab.

Pada tahun 1926 T.M Hasbi ash Shiddieqy berangkat ke Surabaya dan

melanjutkan pelajarannya di Madrasah al-Irsyad, sebuah organisasi

keagamaan yang didirikan oleh Syeikh Ahmad Surkati (1874-1943),

seorang ulama yang berasal dari Sudan . Di Madrasah al-Irsyad Hasbi ash

Shiddieqy mengambil takhassus dalam bidang pendidikan selama 2 tahun.

Pengajiannya di al-Irsyad dan gurunya Ahmad Surkati banyak memberi

didikan ke arah pembentukan pemikiran moden. Beliau juga pernah

menuntut di Timur Tengah.

T.M Hasbi ash Shiddieqy merupakan seorang ulama Indonesia yang

terkenal. Beliau memiliki keahlian dalam bidang ilmu fiqh dan usul fiqh,

tafsir, hadith, dan ilmu kalam. T.M Hasbi ash Shiddieqy telah

dianugerahkan dua gelar Doktor Honoris Causa sebagai penghargaan di atas

jasa-jasanya terhadap perkembangan Perguruan Tinggi Islam dan

perkembangan ilmu pengetahuan keislaman Indonesia. Anugerah tersebut

Page 11: Kajian Alqur'an Di Indonesia

11

diperoleh dari Universitas Islam Bandung dan (UNISBA) pada 22 Maret

1975, dan dari IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada 29 Oktober 1975.

Hasbi Ash Shiddieqy meninggal dunia pada tanggal 9 Desember

1975. Jasad beliau dikebumikan di pemakaman keluarga IAIN Ciputat

Jakarta.

2) Karakteristik Tafsir al Bayan

Tafsir al-Bayan merupakan hasil karya kedua yang dikarang oleh

Prof. T.M Hasbi ash Shiddieqy dalam bidang penafsiran al-Qur’an sesudah

karyanya yang pertama yaitu Tafsir An-Nur yang diterbitkan pada tahun

1956. Pada Muqaddimah tafsir ini, Hasbi Ash Shiddieqy menulis: “Dengan

inayah Allah Taala dan taufiq-Nya, setelah saya selesai dari menyusun

Tafsir An-Nur yang menterjemahkan ayat dan menafsirkannya, tertarik pula

hati saya kepada menyusun al-Bayan” . Karyanya yang kedua ini juga

merupakan terjemahan dan tafsir al-Qur’an dalam bahasa Indonesia yang

diperkirakan dihasilkan oleh pengarang pada awal tahun 60-an lagi. Cetakan

pertama kitab tafsir ini ialah pada tahun 1971 melalui terbitan PT Almaarif

Bandung, dengan ukuran 15 x 22 cm.

Hasbi Ash Shiddieqy menyatakan sebab-sebab penulisan tafsir ini

adalah untuk menyempurnakan sistem penerjemahan yang terdapat dalam

Tafsir An-Nur karya pertamanya dalam bidang ini. Di samping itu ia juga

merasa bahwa terjemahan-terjemahan al-Qur’an yang beredar ditengah-

tengah masyarakat perlu dikaji dan ditinjau semula. Ash Shiddieqy berkata

di dalam kitab tafsirnya: “Maka setelah saya memperhatikan perkembangan

penterjemahan al-Qur’an akhir-akhir ini, serta meneliti secara tekun

terjemahan-terjemahan itu, nyatalah bahawa banyak terjemahan kalimat

yang perlu ditinjau dan disempurnakan. Oleh karenanya, dengan memohon

taufiq daripada Allah Taala, saya menyusun sebuah terjemah yang lain dari

yang sudah-sudah yang melengkapi segala lafazh, bahkan melengkapi

terjemah dari lafazh-lafazh yang diungkapkan menurut pendapat pendapat

ahli tafsir kenamaan”

Al-Bayan yang dinamakan oleh pengarang adalah bermaksud “Suatu

penjelasan bagi makna-makna al-Qur’an”. Kitab ini terdiri dari dua jilid.

Jilid pertama mengandungi nas-nas ayat al-Qur’an rmulai dari surah al-

Page 12: Kajian Alqur'an Di Indonesia

12

Fatihah sampai dengan ayat 75 surah al-Kahf. Kesemua terjemahan dan

tafsiran bagi jilid pertama mengandungi 789 muka surat. Jilid kedua Tafsir

al-Bayan ini, dimulai dari surah al-Kahf ayat ke 75 sampai dengan surah al-

Nas bersama terjemahan dan tafsirannya yang terkandung dalam muka surat

789 sehingga 1604

Metode yang dipergunakan dalam penerjemahan ayat yaitu

adakalanya Hasbi menerjemahkan lafal ayat saja, terkadang ia juga

menerjemahkan makna ayat yaitu dengan memasukkan ke dalam ayat

makna yang ia pandang seharusnya ada. Sehingga menurutnya terjemahan

itu sudah menjelaskan makna. Sedangkan dalam penafsiran ayat-ayat al

Qur’an Hasbi lebih menafsirkannya secara ringkas. Tafsiran ayat-ayat al

Qur’an biasanya dimulai dengan kata “ya’ni”. Dalam menafsirkan ayat-ayat

al Qur’an, Hasbi banyak melakukan penafsiran ayat dengan ayat yaitu

dengan menerangkan ayat-ayat lain yang semakna. Ayat-ayat yang

sebanding atau semakna ini biasanya dinyatakan dengan menyebut nomor

surat dan nomor ayat, misalnya pada foot note 124 ketika menjelaskan surat

al-Baqarah : 104, Hasbi kemudian membandingkan dengan surat an-Nisa’:

46 yaitu “ Bandingkan dengan ayat 46 S.4: An Nisa’. Sedangkan ayat-ayat

yang ada hubungannya dengan penafsiran tersebut dinyatakan menyebut

nomor surat dan nomor ayat, diawali dengan kata “ bacalah”. Misalnya pada

foot note 200 ia menyatakan “baca : a. 6 S 35:Fathir; a. 50 S.18:Al Kahf”.

Di samping itu, Hasbi juga sangat memperhatikan ayat-ayat yang berkaitan

dengan hukum.

e. Tafsir al-Azhar

1) Biografi penulis

Tafsir ini ditulis oleh Haji Abdul Malik Karim Amrullah (atau lebih

dikenal dengan julukan HAMKA, yang merupakan singkatan namanya),

lahir tahun 1908, di desa kampung Molek, Maninjau, Sumatera Barat, dan

meninggal di Jakarta 24 Juli 1981, adalah sastrawan Indonesia, sekaligus

ulama, dan aktivis politik. Belakangan ia diberikan sebutan Buya, yaitu

panggilan buat orang Minangkabau yang berasal dari kata abi, abuya dalam

bahasa Arab, yang berarti ayahku, atau seseorang yang dihormati. Ayahnya

adalah Syekh Abdul Karim bin Amrullah, yang dikenal sebagai Haji Rasul,

Page 13: Kajian Alqur'an Di Indonesia

13

yang merupakan pelopor Gerakan Islah (tajdid) di Minangkabau,

sekembalinya dari Makkah pada tahun 1906.

Hamka adalah seorang otodidak dalam berbagai bidang ilmu

pengetahuan seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik, baik Islam

maupun Barat. Dengan kemahiran bahasa Arabnya yang tinggi, beliau dapat

menyelidiki karya ulama dan pujangga besar di Timur Tengah seperti Zaki

Mubarak, Jurji Zaidan, Abbas al-Aqqad, Mustafa al-Manfaluti dan Husayn

Haykal. Melalui bahasa Arab juga, beliau meneliti karya sarjana Perancis,

Inggris dan Jerman seperti Albert Camus, William James, Sigmund Freud,

Arnold Toynbee, Jean Paul Sartre, Karl Marx dan Pierre Loti. Hamka juga

rajin membaca dan bertukar-tukar pikiran dengan tokoh-tokoh terkenal

Jakarta seperti HOS Tjokroaminoto, Raden Mas Surjopranoto, Haji

Fachrudin, AR Sutan Mansur dan Ki Bagus Hadikusumo sambil mengasah

bakatnya sehingga menjadi seorang ahli pidato yang handal.

2) Karakteristik Tafsir al Azhar

Tafsir ini pada mulanya merupakan rangkaian kajian yang

disampaikan pada kuliah subuh oleh Hamka di masjid al-Azhar yang

terletak di Kebayoran Baru sejak tahun 1959. Nama al-Azhar bagi masjid

tersebut telah diberikan oleh Syeikh Mahmud Shaltut, Rektor Universitas

al-Azhar semasa kunjungan beliau ke Indonesia pada Desember 1960

dengan harapan supaya menjadi kampus al-Azhar di Jakarta. Penamaan

tafsir HAMKA dengan nama Tafsir al-Azhar berkaitan erat dengan tempat

lahirnya tafsir tersebut yaitu Masjid Agung al-Azhar.

Terdapat beberapa faktor yang mendorong HAMKA untuk

menghasilkan karya tafsir tersebut. Hal ini dinyatakan sendir oleh HAMKA

dalam mukadimah kitab tafsirnya. Di antaranya ialah keinginan beliau

untuk menanam semangat dan kepercayaan Islam dalam jiwa generasi muda

Indonesia yang amat berminat untuk memahami al-Quran tetapi terhalang

akibat ketidakmampuan mereka menguasai ilmu Bahasa Arab.

Kecenderungan beliau terhadap penulisan tafsir ini juga bertujuan untuk

memudahkan pemahaman para muballigh dan para pendakwah serta

meningkatkan keberkesanan dalam penyampaian khutbah-khutbah yang

diambil daripada sumber-sumber Bahasa Arab

Page 14: Kajian Alqur'an Di Indonesia

14

HAMKA memulai Tafsir Al-Azharnya dari surah al-Mukminun

karena beranggapan kemungkinan beliau tidak sempat menyempurnakan

ulasan lengkap terhadap tafsir tersebut semasa hidupnya. Mulai tahun 1962,

kajian tafsir yang disampaikan di masjid al-Azhar ini, dimuat di majalah

Panji Masyarakat. Kuliah tafsir ini terus berlanjut sampai terjadi kekacauan

politik di mana masjid tersebut telah dituduh menjadi sarang “Neo

Masyumi” dan “Hamkaisme”. Pada tanggal 12 Rabi’ al-awwal 1383H/27

Januari 1964, Hamka ditangkap oleh penguasa orde lama dengan tuduhan

berkhianat pada negara. Penahanan selama dua tahun ini ternyata membawa

berkah bagi Hamka karena ia dapat menyelesaikan penulisan tafsirnya.

Tafsir al-Azhar merupakan karya HAMKA yang memperlihatkan keluasan

pengetahuan beliau, yang hampir mencakup semua disiplin ilmu penuh

berinformasi. Sumber penafsiran yang dipakai oleh Hamka antara lain, al

Qur’an, hadith Nabi, pendapat tabi’in, riwayat dari kitab tafsir mu’tabar

seperti al Manar dan Mafatih al Ghayb, serta juga dari syair-syair seperti

syair Moh. Ikbal . Tafsir ini ditulis dalam bentuk pemikiran dengan metode

analitis atau tahlili. Karakteristik yang tampak dari tafsir al-Azhar ini adalah

gaya penulisannya yang bercorak adabi ijtima’i (sosial kemasyarakatan)

yang dapat disaksikan dengan begitu kentalnya warna setting sosial budaya

Indonesia yang ditampilkan oleh Hamka dalam menafsirkan ayat-ayat al

Qur’an.

f. Al Qur’an dan Tafsirnya

1) Biografi Penulis

Tafsir ini disusun oleh Tim Badan Wakaf Universitas Islam

Indonesia (UII) yang terdiri dari Prof. H. Zaini Dahlan MA., Drs. H. Zuhad

Abdurrahman, Ir. RHA Sahirul Alim, M.Si., Hifni Muchtar. L.Ph., MA.,

Drs. H. Muhadi Zainuddin, L.Th., Drs. H. Hasan Kharomen, dan Drs. H.

Darwin Harsono. Diterbitkan oleh Badan Wakaf UII tahun 1995 sebanyak

10 jilid. Secara teknis tafsir ini merupakan revisi dan penyempurnaan dari

Tafsir yang diterbitkan oleh Tim Departemen Agama RI. Anggota Tim

Tafsir yang dibentuk oleh Departemen Agama RI adalah Prof. H. Bustami

A Gani, Prof. TM Hasbi Ash Shiddieqy, Drs. Kamal Muchtar H. Gazali

Thaib, KH. Syukri Ghozali, Prof. Dr. H. Mukti Ali, Prof. Dr. H. Mukhtar

Page 15: Kajian Alqur'an Di Indonesia

15

yahya, Prof. H.M. Toha Yahya Umar, KH. Amin Nashir, Prof.KH. Ibrahim

Hussin, LML, H.A. Timur Jailani MA., Prof. KH. A. Musaddad, Prof. R.

H.A. Soenarjo SH, KH Ali Maksum, Drs. M. Sanusi Latif, Drs. Busairi

Majidi dan Drs. A. Rochim.

2) Karakteristik Al Qur’an dan Tafsirnya

Sebagaimana yang dijelaskan di atas, tafsir ini merupakan edisi

revisi dari al Qur’an dan tafsirnya yang disusun oleh Tim Departemen

Agama RI. Perbaikan dan penyempurnaan yang dilakukan oleh Tim

Universitas Islam Indonesia Yogyakarta meliputi :

a) Kesalahah penulisan teks/naskah ayat al Qur’an Penulisan Mushaf

disesuaikan dengan Mushaf Usmani yang telah distandarkan

berdasarkan SK Menteri Agama No 7 tahun 1984

b) Kesalahan penterjemah/kekurangan ayat-ayat al Qur’an

c) Kesalahan penulisan hadis

d) Melengkapi setiap hadis dengan perawi masing-masing.

e) Melengkapi tanda-tanda baca/wakaf

f) Menyempurnakan redaksi dan ejaan sesuai dengan ejaan Bahasa

Indonesia yang disempurnakan

g) Menyempurnakan teknis percetakan/lay out dan tulisan Arab

h) Menyesuaikan ejaan dengan SKB 2 Menteri tentang Transliterasi Arab-

Latin

i) Penyempurnaan perwajahan al Qur’an dan Tafsirnya

j) Melengkapi daftar bacaan/bibliografi dan penyusunanya sesuai dengan

tradisi keilmuan

Model penyajian yang digunakan oleh tafsir ini yaitu di setiap surat

dimulai dengan mukaddimah. Dalam mukaddimah diuraikan mengenai

seluk beluk sekitar surat yang akan ditafsirkan. Dalam surat al Fatihah

misalnya, secara rinci dan sistematis diuraikan nama-nama surat, tempat

diturunkannya surat, serta jumlah ayatnya. Setelah itu dilanjutkan dengan

uraian singkat mengenai pokok isi surat al Fatihah

Berkenaan dengan metode penyampaian tafsir, dalam Al Qur’an dan

Tafsirnya, diberikan batasan untuk setiap terjemah, tafsir dan kesimpulan

dengan judul khusus, sehingga memudahkan pembaca untuk

Page 16: Kajian Alqur'an Di Indonesia

16

memahaminya. Dalam tafsir ini juga diadakan pengelompokan ayat-ayat

dalam satu surat dengan topik tertentu yang merupakan tema yang

dikandung ayat-ayat yang akan ditafsirkan. Misalnya “Pengetahuan Tentang

Hari Kiamat” untuk QS Fussilat : 47-48 dan “Sikap Manusia dalam

Menerima Rahmat dan Cobaan Allah Swt” untuk QS Fussilat : 49-51 Hal

ini akan memudahkan pembaca untuk menangkap tema ayat yang akan

ditafsirkan. Islah Gusmian melihat bahwa metode ini merupakan salah satu

usaha dari tim agar tujuan al Qur’an dapat dipahami dengan mudah oleh

ummat Islam. Hal ini terbukti juga dari adanya pemberian kesimpulan

secara konsisten di setiap akahir kelompok ayat yang dikaji.

Tafsir ini ditulis oleh Moh. E Hasyim. Sejauh ini belum didapatkan

data utuh dari Moh. E Hasyim, hanya saja penulis memperkirakan ia berasal

dari daerah Jawa Barat. Hal ini dapat dilihat dari kata pengantar yang

diberikan oleh KH Miftah Farid yang menyatakan bahwa Moh. E Hasyim

sebelumnya pernah menyusun tafsir berbahasa Sunda Ayat Suci

Lenyepaneun yang banyak dipakai oleh masyarakat muslim Jawa Barat.

Buku ini merupakan tafsir lengkap 30 juz yang ditulis runtut sesuai

dengan urutan dalam mushaf uthmani. Setiap volume disesuaikan dengan

pembagian juz yang ada dalam mushaf sehingga buku tafsir ini berjumlah

30 jilid. Sebelum masuk pada kajian tafsir, Hasyim menjelaskan beberapa

hal yang berkaitan dengan makhraj, misalnya tentang makhraj spesifik

Arab, juga huruf arab yang biasanya ditulis dengan “a” tetapi bersuara “o”

dan lain sebagainya

Model penyaijiannya adalah yang digunakan oleh Hasyim dalam

tafsir ini adalah pertama teks arab setiap ayat ditulis utuh satu ayat disertai

dengan aksara latin dan terjemah Indonesia. Setelah itu setiap kata

ditampilkan dalam bentuk penggalan kata. Setiap penggalan kata disertai

aksara latin dan terjemah perkata. Setelah menyajikan dua model penyajian

terjemah ini baru dipaparkan penjelasan tentang maksud ayat.  

g. Tafsir Al Misbah

1) Biografi Penulis

Penulis tafsir ini adalah M. Quraish Shihab. Ia lahir di Rappang

Sulawesi Selatan tanggal 16 Pebruari 1944. Meraih gelar sarjana Fakultas

Page 17: Kajian Alqur'an Di Indonesia

17

ushuluddin tahun 1967, MA dari jurusan tafsir hadith tahun 1969 dan

program doktoral tahun 1982. Semuanya ia dapatkan dari Universitas al

Azhar Kairo Mesir. Pada tahun 1992-1998 Ia menjadi rektor IAIN

(sekarang menjadi UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Tahun 1998 Ia

diangkat menjadi menteri agama, dan duta besar RI di mesir. Pada tahun

1989 – sekarang ia merupakan anggota dewan pentashih al Qur’an dan kini

sebagai Direktur Pusat Studi al Qur’an (PSQ) Jakarta.

2) Karakteristik Tafsir al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al Qur’an

Sebelum menulis karya tafsir ini, Quraish Shihab sudah banyak menulis

tafsir al Qur’an, namun kebanyakan merupakan tafsir tematis. Di antaranya

adalah Membumikan al Qur’an, Lentera Hati, dan Wawasan al Qur’an.

Shihab juga pernah menyusun tafsir tahlili dengan metode nuzuli yaitu

membahasa ayat-ayat al-Qur’an sesuai dengan urutan masa turunnya surat-

surat al-Qur’an dan sempat diterbitkan oleh Pustaka Hidayah pada tahun

1997 dengan judul Tafsir al-Qur’an al-Karim. Namun Quraish Shihab

kemudian melihat bahwa karyanya tersebut kurang menarik minat

masyarakat, karena pembahasannnya banyak bertele-tele dalam persoalan

kosa kata dan kaidah yang disajikan. Oleh karena itu ia tidak melanjutkan.

Kemudian ia menulis dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat yang

ia beri nama Tafsir al Misbah Pesan Kesan dan Keserasian al Qur’an Dari

pemberian judul tafsirnya ini dapat diterka perhatian yang ingin ditekankan

oleh Qurasih Shihab dalam tafsirnya ini.

Tafsir al Misbah diterbitkan pertama kali tahun 2000 oleh Lentera

Hati Jakarta. Pembagian volume tafsir al Misbah didasarkan atas ketuntasan

pembahasan surat-surat dalam al-Qur’an sehingga masing-masing volume

mempunyai kuantitas yang berbeda, tergantung dari banyaknya surat yang

dibahas dalam masing-masing volume. Tercatat sebanyak 15 volume dari

tafsir al Misbah.

Sesuai dengan perhatian Shihab terhadap tafsir tematis, maka Tafsir

al Misbah ini pun disusun dengan tetap berusaha menghidangkan setiap

bahasan surat pada apa yang disebut dengan tujuan surat atau tema pokok

surat. Hal ini dapat disaksikan misalnya ketika mencoba menafsirkan surat

al Baqarah, Quraish Shihab menjelaskan bahwa tema pokok surat ni adalah

Page 18: Kajian Alqur'an Di Indonesia

18

ayat yang membicarakan tentang kisah al Baqarah yaitu kisah bani israil

dengan seekor sapi. Melalui kisah al Baqarah ditemukan bukti kebenaran

petunjuk Allah, meskipun pada mulanya tidak bisa dimengerti. Kisah ini

juga mebuktikan kkekuasaan Allah. Karena iulah sebenarnya surat al-

Baqarah berkisar pada betapa haq dan benarnya ktab suci al quran dan

betapa wajar petunjuknya untuk diikuti.

Dalam tafsirnya ini Quraish Shihab banyak mengambil inspirasi dari

beberapa mufassir terdahulu, di antaranya adalah Ibrahim Ibn Umar al-

Biqa’i Muhammad Tantawi pemimpin tinggi al Azhar, Mutawalli al-

Sha’rawi, Sayyid Qutb, Muhammada Tahir b. Ashur, dan Muhammad

Husayn Tabataba’i

Page 19: Kajian Alqur'an Di Indonesia

19

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kajian tafsir di Indonesia sebetulnya mengalami kemajuan yang cukup pesat.

Hanya saja sesuai kondisi sosio-historis bangsa Indonesia, maka metode penafsiran

tidak terlepas dari metode terjemah dalam rangka memudahkan pemahaman ummat

Islam di Indonesia. dengan kecenderungan penafsiran yang lebih mengarah pada

metode penafsiran tematis, maka kajian tafsir yang berkembang lebih banyak pada

tafsir tematis.

B. Saran

Setelah memahami makalah ini, maka sebaiknya kita mempelajari sumber-sumber

hukum Islam, dalil-dalil yang shahih yang menunjukkan kepada kita hukum Allah swt,

apa syarat-syarat ijtihad, dan bagaimana metode berijtihad yang benar sesuai batasan-

batasan syariat. Kemidian mengapllikasikannya dalam kehidupan kita sehari-hari.

Page 20: Kajian Alqur'an Di Indonesia

20

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat yang diberikan Allah SWT sehingga penulis

dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah

membantu penulis dalam membuat makalah ini dan teman-teman yang telah memberi

motivasi dan dorongan serta semua pihak yang berkaitan sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat

kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua

pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.

Bengkulu, November 2015

Penyusun

i

Page 21: Kajian Alqur'an Di Indonesia

21

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................

KATA PENGANTAR...................................................................................... i

DAFATR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................ 1

C. Tujuan................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Tabaqoh............................................................................... 2

B. Pandangan Tabaqoh............................................................................... 3

C. Pembagian Tabaqoh Para Perawi Hadits Sejak Masa Sahabat.............. 6

D. Faedah Mengetahui Thabaqat................................................................ 15

E. Kitab-kitab Thabaqat............................................................................. 15

F. Nama – Nama 12 Thabaqat Menurut dari kitab Thabaqat al-Muktsirin min Riwayah

al-Hadits karya Syaikh ‘Adil ibn ‘Abdisy Syakur az-Zuraqi............... 16

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................... 21

B. Kritik dan Saran ................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... iii

ii

Page 22: Kajian Alqur'an Di Indonesia

22

MAKALAHMAKALAHSTUDI AL-HADITS

Thabaqat (tingkatan) periwayatan Hadits

Disusun Oleh : Mustani

215 302 0725

Dosen pembimbing :Dr. aan Supian, M. Ag

PENDIDIKAN AGAMA ISLAMPASCASARJANA (S2)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI(IAIN) BENGKULU

2015

Page 23: Kajian Alqur'an Di Indonesia

23

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad as-Shouwy, M. Mustofa Al-Azami, Deliar Noer, Ahmad Baiquni, Jakarta:

Mukjizat Al-Qur’an dan Sunah Tentang IPTEK, Gema Insani Press, 1995             

Ahmad as-Shouwy, M. Mustofa Al-Azami, Deliar Noer, Ahmad Baiquni, Jakarta:

Mukjizat Al-Qur’an dan Sunah Tentang IPTEK, Gema Insani Press, 1995 

Amin Abdullah, Islamic Studeis di Perguruan Tinggi Pendekatan Interaktif Interkonektif,

( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006 ).

Howard . M. Federspiel, Popular Indonesian Literature Of The Qur’an ( Cornell Univercity

Ithaca : Cornell Modern Indonesia Project, 1994 ),

M.Dahlan.Y. Al-Barry, L. Lya Sofyan Yakub, Kamus Induk Istilah Ilmiah: ( Surabaya,

Target Pres 2003 )[1] Moh. Ali Ash-Shabunie, Pengantar Ilmu-Ilmu al-Quran

( Surabaya,Al—Ikhlas,1983 ),

Moh.Ali Ash-Shabunei, Pengantar Ilmu-Ilmu Al-Quran ( Surabaya: Al-Ikhlas 1983

Arifin, Bey. Samudra al Fatihah. Surabaya: Arini, 1972.

Baidan, Nashruddin. Tafsir bi Al-Ra’yi: Upaya Penggalian Konsep Wanita dalam Al

Qur’an. Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1999

Disertasi Ilmiah 4 : Tafsir al Bayan oleh Prof. Dr. TM Hasbi Ash shiddieqy ,

http://disertasi.blogspot.com. 28 Juni 2007

Dr, Phil. Sahiron Syamsuddin, ( Yogyakarta, elSAQ Press, 2010 ),

Essack, Farid. Qur’anic Hermeneutics, Problems and Prospect” The Muslim Word,

LXXXIII, 2 April, 1993 Federspiel, Howard M.. Kajian Tafsir Indonesia ter. Drs.

Tajul Arifin. Bandung; Mizan, 1996.

Gusmian, Islah. Khazahan Tafsir Indonesia dari Hermenutika hingga Ideologi. Jakarta:

Teraju, 2003