kad
DESCRIPTION
ketoasidosis laktatTRANSCRIPT
REFERAT
KETOASIDOSIS DIABETIKUM
Pembimbing:
dr. Sumardjo, Sp. PD
Oleh :
Muhammad Dzulfikar
G991131055
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD PANDANARANG BOYOLALI
BOYOLALI
2013
PENDAHULUAN
Ketoasidosis Diabetikum (KAD) merupakan salah satu komplikasi akut DM
akibat defisiensi (absolut ataupun relatif) hormon insulin. Komplikasi akut pada
Diabetes Melitus merupakan keadaan darurat yang dapat mengancam jiwa bila tidak
mendapat perawatan dan pengobatan yang cepat dan adekuat.
Walaupun KAD paling sering ditemukan pada penderita diabetes melitus
tergantung insulin (DM Tipe 1 = Insulin Dependent Diabetes Mellitus/IDDM),
penderita diabetes melitus tidak tergantung insulin (DM Tipe 2 = Non Insulin
Dependent Diabetes Mellitus/NIDDM), pada keadaan tertentu juga beresiko untuk
mendapatkan KAD. 1
PEMBAHASAN
A. PATOGENESIS
Defisiensi insulin menyebabkan berkurangnya penggunaan glukosa oleh
jaringan tepi dan bertambahnya glukoneogenesis di hati.2 Pada KAD, penurunan kadar
insulin efektif dan peningkatan hormone kontrainsulin (katekolamin, kortisol, glucagon
dan growth hormone) menyebabkan hiperglikemi dan ketosis. Hiperglikemia terjadi
akibat dari tiga proses: peningkatan glukoneoogenesis, peningkatan glikogenolisis dan
gangguan penggunaan glukosa pada jaringan perifer (12–17).Kombinasi defisiensi
insulin dan peningkatan hormon kontrainsulin di KAD juga menyebabkan pelepasan
asam lemak bebas dari jaringan adiposa (lipolisis) ke dalam sirkulasi dan oksidasi
asam lemak di hati tak terkendali menjadi badan keton (β - hidroksibutirat dan
asetoasetat), yang menyebabkan ketonemia dan asidosis metabolik . 6
Proses ketosis ini menghasilkan asam betahidroksibutirat dan asam asetoasetat
yang menyebabkan asidosis. Aseton tidak berperan dalam kejadian ini walaupun
penting untuk diagnosis ketoasidosis. 2,3
Gambar 1. Patogenesis KAD 6
B. FAKTOR PENCETUS
KAD biasanya dicetuskan oleh suatu faktor yang mempengaruhi fungsi insulin.
Mengatasi pengaruh faktor ini penting dalam pengobatan dan pencegahan KAD
selanjutnya. Berikut ini merupakan faktor-faktor pencetus yang penting1 :
1. Infeksi
2. Infark Miokard Akut (IMA)
3. Pengobatan insulin dihentikan
4. Stres
5. Hipokalemia
6. Obat
C. GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis KAD meliputi gejala-gejala klinis dan diperkuat dengan
pemeriksaan laboratorium. 1
1. Gejala Klinis:
Polidipsia, poliuria, dan kelemahan merupakan gejala tersering yang
ditemukan, dimana beratnya gejala tersebut tergantung dari beratnya
hiperglikemia dan lamanya penyakit.
Anoreksia, mual, muntah, dan nyeri perut (lebih sering pada anak-anak)
dapat dijumpai dan ini mirip dengan kegawatan abdomen. Ketonemia
diperkirakan sebagai penyebab dari sebagian besar gejala ini.
Ileus (sekunder akibat hilangnya kalium karena diuresis osmotik) dan
dilatasi lambung dapat terjadi dan ini sebagai predisposisi terjadinya aspirasi.
Pernapasan kussmaul (pernapasan cepat dan dalam) sebagai kompensasi
terhadap asidosis metabolik dan terjadi bila pH < 7,2.
Secara neurologis, 20% penderita tanpa perubahan sensoris, sebagian
penderita lain dengan penurunan kesadaran dan 10% penderita bahkan sampai
koma.
2. Pemeriksaan Laboratorium2,5 :
a. Glukosa serum biasanya > 250 mg/dl.
b. Keton
Tiga benda keton utama adalah : betahidroksibutirat, asetoasetat, dan aseton.
Kadar keton total umumnya melebihi 3 mM/L dan dapat meningkat sampai
30 mM/L (nilai normal adalah sampai 0,15 mM/L).
c. Asidosis.
Asidosis metabolik ditandai dengan kadar bikarbonat serum di bawah 15
mEq/l dan pH arteri di bawah 7,3.
d. Elektrolit.
Kadar natrium dan kalium serum dapat rendah, normal, atau tinggi.
e. Lain-lain
Kadar nitrogen ureum darah (BUN) biasanya sekitar 20-30 mg/dl. Lekosit
sering meningkat setinggi 15.000-20.000/ml pada KAD, maka dari itu tidak
dapat dipakai sebagai satu-satunya bukti adanya infeksi.
D. KRITERIA DIAGNOSIS
Penderita dapat didiagnosis sebagai KAD bila terdapat tanda dan gejala
seperti pada kriteria berikut ini : 1,4
- Klinis : riwayat diabetes melitus sebelumnya, kesadaran menurun, napas
cepat dan dalam (kussmaul), dan tanda-tanda dehidrasi.
- Faktor pencetus yang biasa menyertai, misalnya : infeksi akut, infark
miokard akut, stroke, dan sebagainya.
- Laboratorium :
o hiperglikemia (glukosa darah > 250 mg/dl).
o asidosis (pH < 7,3, bikarbonat < 15 mEq/l).
o ketosis (ketonuria dan ketonemia).
E. DIAGNOSIS BANDING
Dengan gejala klinis seperti yang tersebut di atas maka KAD dapat di
diagnosis banding dengan : Hiperosmolar Hiperglikemia State. 4
F. PENATALAKSANAAN
Sasaran pengobatan KAD adalah :
1. Memperbaiki volume sirkulasi dan perfusi jaringan.
2. Menurunkan kadar glukosa darah.
3. Memperbaiki asam keto di serum dan urin ke keadaan normal.
4. Mengoreksi gangguan elektrolit.
Tabel 1. Perbedaan KAD dan HHS6
Untuk mencapai sasaran di atas, hal yang perlu diperhatikan dalam
penatalaksanaan penderita KAD adalah perawatan umum, rehidrasi cairan,
pemberian insulin dan koreksi elektrolit. 2,3
Tabel 2. Protokol pengobatan KAD (Askandar Tjokroprawiro)
FASE I
1. Rehidrasi:
- NaCl 0,9% atau RL dalam 2 jam pertama
- Lalu 80 tetes permenit selama 4 jam
- Lalu 30-50 tetes per menit selama 18 jam (4-6 L/24 jam)
2. Insulin: 4-8 unit/jam sampai Fase II
3. Infus K:
- 75 mEq/L (bila Kalium < 3mEq/L)
- 50 mEq (Kalium = 3-3,5 mEq/L) dan
- 25 mEq (K= 3,5-4 mEq/L) 24 jam.
4. Infus Bikarbonat:
-bila pH < 7,00 atau Bikarbonat < 12 mEq/L: 44-132 mEq dalam
500 cc NaCl 0,9%, 30-80 tetes/menit.
5. Antibiotik: dosis tinggi
BATAS Glukosa darah sekitar 250mg/dl atau reduksi ±
FASE II
1. Pemeliharaan: NaCl 0,9% dan Dextrose 5% atau maltose 10%
bergantian, 30-50 tetes, insulin regular 4 unit sebelum maltose
2. Kalium: parenteral (bila K<4mEq/L) atau peroral (air
tomat/kaldu 1-2 gelas) /12jam
3. Insulin regular: 4-6 unit/4-6 subkutan
4. Makanan lunak karbohidrat kompleks per-os
G. KOMPLIKASI
Pada pengobatan KAD diperlukan pengawasan yang ketat, karena
pengobatan KAD sendiri dapat menyebabkan beberapa komplikasi yang
membahayakan diantaranya dapat timbul keadaan hipoksemia dan sindrom gawat
napas dewasa (adult respiratory distress syndrom, ARDS). Patogenesis terjadinya
hal ini belum jelas. Kemungkinan akibat rehidrasi yang berlebih, gagal jantung kiri,
atau perubahan permeabilitas kapiler paru. 3
Selain itu masih ada komplikasi iatrogenik, seperti hipoglikemia,
hipokalemia, hiperkloremia, edema serebral, dan hipokalsemia yang dapat dihindari
dengan pemantauan yang ketat dengan menggunakan lembar evaluasi
penatalaksanaan ketoasidosis yang baku. 3
H. DAFTAR PUSTAKA
1. Bakta IM, Suastika IK. Gawat Darurat Di Bidang Penyakit Dalam, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 1999.
2. Mansjoer A, Setiowulan W, Wardhani W I, Savitri R, Triyanti K, Suprohaita.
Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke III, Jilid I, Media Aesculapius, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta 2000.
3. PERKENI. Petunjuk Praktis Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2. Jakarta. 2002
4. Simandibrata M, Setiati S, Alwi A, Oemardi M, Gani RA, Mansjoer A.
Pedoman Diagnosis dan Terapi Di Bidang Penyakit Dalam, Pusat Informasi Dan
Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta. 2004
5. Sjaifoellah, Noer., Waspadji S, Rahman AM. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
jilid 1, edisi III, Balai Penerbit FKUI, Jakarta. 2006
6. Kitabchi A, Umpierrez GE, Miles JM, Fisher JN. Hyperglycemic Crises in
Adult Patients With Diabetes. Diabetes Care July. 2009 vol. 32 no. 7 1335-1343