jurusan matematika fakultas matematika dan...
TRANSCRIPT
LAPORAN AKHIR
HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI
MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL UNTUK MENGKAJI PENGARUH
MODAL SOSIAL MELALUI DIMENSI ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN
TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KABUPATEN
JEMBRANA, BALI
Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun
Oleh,
Drs. G.K. Gandhiadi, MT. NIDN. : 0030096201
Ir. Komang Dharmawan, M.Math, Ph.D. NIDN.:0018026202
Kartika Sari, S.Si., M.Sc. NIDN : 0011077004
Ni Putu Tresianai Manutami. NIM.: 1008405032
Dibiayai dari Dana DIPA-BLU Universitas Udayana
No. SP DIPA: 042.04.2.400107/2015, Tahun Anggaran 2015
Dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Kegiatan Penelitian
Hibah Unggulan Program Studi (HUPS)
Nomor : 1316/UN14.1.28.I/PP/2015, Tanggal: 25-05-2015
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA Oktober 2015
i
LAPORAN AKHIR
HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI
MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL UNTUK MENGKAJI
PENGARUH MODAL SOSIAL MELALUI DIMENSI ORIENTASI
KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT DI KABUPATEN JEMBRANA, BALI
Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun
Oleh,
Drs. G.K. Gandhiadi, MT. NIDN. : 0030096201
Ir. Komang Dharmawan, M.Math, Ph.D. NIDN.:0018026202
Kartika Sari, S.Si., M.Sc. NIDN : 0011077004
Ni Putu Tresianai Manutami. NIM.: 1008405032
Dibiayai dari Dana DIPA-BLU Universitas Udayana
No. SP DIPA: 042.04.2.400107/2015, Tahun Anggaran 2015
Dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Kegiatan Penelitian
Hibah Unggulan Program Studi (HUPS)
Nomor : 1316/UN14.1.28.I/PP/2015, Tanggal: 25-05-2015
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA Oktober 2015
ii
HALAMAN PENGESAHAN
HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI
1. Judul Penelitian : Model Persamaan Struktural untuk Mengkaji Pengaruh Modal
Sosial Melalui Dimensi Orientasi Kewirausahaan Terhadap
Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten Jembrana, Bali.
2. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap : Drs. G. K. Gandhiadi, MT.
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. NIP/NIDN : 196209301988031002 / 0030096201
d. Jabatan Struktural : …………….
e. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
f. Fakultas/Jurusan : MIPA/Matematika
g. Pusat Penelitian : Laboratorium Matematika Terapan, Jur. Matematika
h. Alamat : Kampus FMIPA UNUD Bukit, Jimbaran, Bali
i. Telepon/Faks. : 0361-703137
j. Alamat Rumah : Perum Puri Taman A/16, Jl. G. Soputan, Dps.
k. Telepon/E-mail : 0817351417 / [email protected]
3. Jumlah Anggota Peneliti : 2 orang
4. Jumlah mahasiswa : 1 orang
5. Pembiayaan : PNBP
Jumlah biaya yang diajukan ke Fakultas : Rp. 15.139.000,- (limabelas juta seratus tiga
puluh sembilan ribu rupiah)
Bukit Jimbaran, 30 Oktober 2015
Mengetahui, Ketua Peneliti,
KetuaJurusan
(Ir. Komang Dharmawan, M.Math., Ph.D.) (Drs. G.K. Gandhiadi, MT..)
NIP.19620218 198803 1 001 NIP. 196209301988031002
Mengetahui,
Dekan Fakultas MIPA UniversitasUdayana
(Drs. Ida Bagus Made Suaskara, M.Si)
NIP. 196606111997021001
iii
ABSTRAK
Penelitian tentang modal sosial telah berkembang pesat, namun tetap memunculkan
pertanyaan tentang peran modal sosial di masyarakat khususnya dalam hubungannya
dengan kesejahteraan. Penelitian dalam ilmu sosial umumnya sering melibatkan
variabel-variabel yang bersifat laten (tidak dapat diukur secara langsung). Variabel laten
tersebut dapat diukur melalui indikator-indikator yang dapat menjelaskannya. Penelitian
yang melibatkan variabel laten, dapat dianalisis dengan menggunakan Structural
Equation Modeling (SEM) atau Pemodelan Persamaan Struktural. Premis dasar obyek
penelitian ini adalah modal sosial dipandang sebagai faktor produktif yang memberikan
manfaat bagi setiap individu dan mampu menjalin hubungan dengan individu lainnya.
Penekanan di bidang ilmu matematika terhadap obyek penelitian ini adalah mengkaji
model atau hubungan antara peran modal sosial melalui orientasi kewirausahaan bagi
kesejahteraan masyarakat (pelaku UMKM) di Kabupaten Jembrana. Jumlah sampel yang
diambil sebanyak 80 pelaku UMKM, menggunakan purposive random sampling
(disengaja) dengan mempertimbangkan indikator modal sosial dan pembangunan
ekonomi di wilayah Kabupaten Jembrana. Pengolahan dan analisis data akan dilakukan
dengan bantuan software Smart PLS. Hasil penelitian mendapatkan bahwa model
persamaan struktural untuk variabel modal sosial dengan komponen formatif trust,
norms, dan network adalah,
Modal Sosial = 0.456* trust +0.484* norms + 0.322*network + ζ,
dengan R2 = 0.999.
Sedangkan model persamaan struktural untuk variabel kesejahteraan dengan semua
dimensi orientasi kewirausahaan (sebagai variable antara) yaitu keinovasian (Inov),
keproaktifan (Proaktif), dan pengambilan keputusan/resiko (Resiko), dengan premis
modal sosial adalah,
Kesejahteraan = -0.391*Inov + 0.135*Proaktif + 0.210*Resiko + ζ,
dengan R2 = 0.118.
Secara umum diperoleh bahwa modal sosial melalui semua dimensi orientasi
kewiraushaan secara total tidak berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan pelaku
UMKM (masyarakat) di Kabupaten Jembrana. Akan tetapi secara langsung modal sosial
berpengaruh sangat signifikan terhadap semua dimensi orientasi kewirausahaan,
sehingga dapat disarankan kepada instansi terkait di Kabupaten Jembrana agar
mengoptimalkan peran modal sosial dalam merancang strategi pembangunan ekonomi
bagi pelaku UMKM yang memberikan nilai tambah outcome untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Kata kunci: Structural Equation Modeling (SEM,) modal sosial, orientasi
kewirausahaan, kesejahteraan
iv
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa penulis panjatkan, karena perkenan-
Nya Laporan Kemajuan Hibah Unggulan Program Studi, dengan judul “Model
Persamaan Struktural untuk Mengkaji Pengaruh Modal Sosial Melalui Dimensi Orientasi
Kewirausahaan Terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten Jembrana, Bali“
dapat dilaksanakan dengan baik dan laporan kemajuan ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
Terlaksananya penelitian ini karena bantuan dan dukungan dari berbagai pihak,
untuk itu tim peneliti menyampaikan terima kasih kepada:
1. Universitas Udayana yang telah membiayai penelitian ini, melalui sumber DIPA
PNBP, sehingga penelitian ini bisa terlaksana.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. I Nyoman Gde Antara, M.Eng.,sebagai Ketua Lembaga
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Udayana, atas
dukungannya dalam kegiatan penelitian ini.
3. Bapak Drs. Ida Bagus Made Suaskara, M.Si., selaku dekan FMIPA Universitas
Udayana, atas dukungannya.
4. Teman-teman sejawat di Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana, yang
turut memberikan sumbang saran dan dukungan.
5. Mahasiswa Jurusan Matematika yang mengambil Tugas Akhir dengan
pengolahan data menggunakan pemodelan SEM, serta semua pihak yang turut
membantu demi kelancaran kegiatan penelitian ini.
Laporan kemajuan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran dari
berbagai pihak demi perbaikan dimasa mendatang, akan diterima dengan senang hati.
Denpasar, 30 Oktober 2015
Tim Peneliti
v
DAFTAR ISI
JUDUL ………………………………………………………………………….. i
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………... ii
ABSTRAK ………………………………………………………………….…... iii
PRAKATA ………………………………………………………………….....… iv
DAFTAR ISI ………………………………………………………………..…… v
DAFTAR TABEL …………………………………………………………….... vii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………… ..…… viii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Tujuan Khusus Penelitian ..................................................................... 3
1.3 Urgensi Penelitian .................................................................................. 4
BAB II STUDI PUSTAKA ……………………………………………………… 5
2.1 Pemodelan Persamaan Struktural ……………………………….……. 5
2.2 Modal Sosial.. ……………………….................................................... 9
2.3 Orientasi Kewiraushaan ......................................................................... 13
2.4 Kesejahteraan Masyarakat ……………..…………............................... 16
BAB III METODE PENELITIAN …………………………………………….. 18
3.1 Tempat dan Waktu Penelitan ………….………………………..……. 18
3.2 Teknik Pengambilan Sampel …… …….………………………….…...18
3.3 Rancangan Model Persamaan Struktural ……………………………...19
3.4 Sumber Data Penelitian ……………………………………………….19
3.5 Analisis Data ………………………….............................................. 21
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL ………………………………………. 25
4.1 Karakeristik Sosial Ekonomi Wilayah Kabupaten Jembrana ................ 25
4.2 Profil Responden .................................................................................. 27
4.3 Kelayakan Instrumen Penelitian ........................................................... 28
vi
4.4 Model Persamaan Struktural ................................................................. 35
4.4.1 Model Pengukuran ....................................................................... 36
4.4.2 Model Struktural .......................................................................... 36
4.5 Hasil Analisis SEM dan Interpretasi ..................................................... 36
4.5.1 Hasil Output untuk Model Pengukuran …………………….. 38
4.5.2 Hasil Output untuk Model Struktural ………………………. 39
4.5.3 Uji Hipotesis dan Pengujian dengan SEM PLS …….………. 42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 44
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 44
5.2 Saran (Rekomendasi) ........................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 46
LAMPIRAN ....................................................................................................... 48
vii
DAFTAR TABEL
No Tabel Halaman
2.1 Indeks Kesejahteraan Pribadi (IKP) ……………………………………… 17
3.1 Variabel laten, indikator (item pertanyaan)…….…………………...…….. 20
4.1 Profil Responden …………………………………………………………. 28
4.2 Nilai Cronbach Alpha dan Korelasi Item-Total Dikoreksi dari Variabel
Laten Orde Dua Trust (Rasa Percaya) ......................…………………..….. 29
4.3 Nilai Cronbach Alpha dan Korelasi Item-Total Dikoreksi dari Variabel
Laten Orde Dua Norms (Norma) .................................................................. 29
4.4 Nilai Cronbach Alpha dan Korelasi Item-Total Dikoreksi dari Variabel
Laten Orde Dua Network (Jaringan Kerja) ................................................... 30
4.5 Nilai Cronbach Alpha dan Korelasi Item-Total Dikoreksi dari Variabel
Laten Orde Satu Modal Sosial .................................................................... 31
4.6 Nilai Cronbach Alpha dan Korelasi Item-Total Dikoreksi dari Variabel
Laten Keinovasian …………………………………………………….…… 32
4.7 Nilai Cronbach Alpha dan Korelasi Item-Total Dikoreksi dari Variabel
Laten Keproaktifan ……………………………………………………….. 33
4.8 Nilai Cronbach Alpha dan Korelasi Item-Total Dikoreksi dari Variabel
Laten Pengambilan Keputusan/Resiko ………………………………….. 33
4.9 Nilai Cronbach Alpha dan Korelasi Item-Total Dikoreksi dari Variabel
Laten Kesejahteraan ………………………………………………….…. 34
4.10 Nilai Path Coefficients pada Hubungan antara First Order Laten dengan
Second Order Laten ................................................................................... 40
4.11 Nilai Path Coefficients pada Hubungan antar First Order Laten .............. 40
4.12 Nilai Path Coefficients pada Hubungan Total ........................................... 41
viii
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Halaman
2.1 Indikator Reflektif ………………………………………..…………..… 7
2.2 Indikator Formatif ………………………………………………………. 8
2.3 Model umum SEM ……………………………………………………… 8
3.1 Rancangan Awal Penelitian Modal Sosial ………………………………. 19
4.1 Model Persamaan Struktural yang Dianalisis (Modifikasi) …………….. 35
4.2 Model Persamaan Struktural yang Dianalisis dengan Penduga dari
Masing-Masing Jalur ................................................................................. 37
4.3 Model Persamaan Struktural dengan Nilai t-statistik dari Masing-Masing
Indikator dan Jalur ..................................................................................... 38
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penelitian dalam ilmu sosial sering melibatkan variabel-variabel yang bersifat laten
(tidak dapat diukur secara langsung). Variabel laten tersebut dapat diukur melalui
indikator-indikator yang dapat menjelaskannya. Penelitian yang melibatkan variabel laten,
dapat dianalisis dengan menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) atau
Pemodelan Persamaan Struktural.
SEM merupakan suatu teknik statistik yang mampu menganalisis hubungan antara
variabel laten dengan variabel indikatornya, hubungan antara variabel laten yang satu
dengan variabel laten lainnya, juga mengetahui besarnya kesalahan pengukuran. SEM
pertama kali dikembangkan oleh Joreskog pada tahun 1973. Salah satu strategi SEM yang
berbasis varians atau komponen (component based SEM) yaitu metode Partial Least
Square (PLS) memungkinkan melakukan pemodelan persamaan struktural dengan asumsi
data yang digunakan tidak harus menyebar normal, ukuran sampel boleh relatif kecil, dan
indikator yang digunakan bersifat reflektif, formatif, atau kombinasi keduanya. PLS
merupakan metode analisis yang digunakan untuk mengkonfirmasi teori, dan dapat juga
digunakan untuk menjelaskan ada atau tidaknya hubungan antara variabel laten.
Salah satu kasus ilmu sosial yang melibatkan variabel laten adalah kasus di bidang
modal sosial. Pandangan terbaru The Worl Bank Group (2011), menyatakan bahwa cakupan
lingkungan sosial dan politik yang membentuk struktur sosial dan norma-norma lebih
memungkinkan untuk berkembangnya modal sosial. Pemahaman ini memperjelas pentingnya
modal sosial untuk hubungan kelembagaan yang paling formal dan terstruktur, seperti:
pemerintah, rezim politik, aturan hukum, sistem pengadilan, serta kebebasan sipil dan politik.
Pandangan ini tidak hanya memaparkan kebaikan dan keburukan modal sosial, serta
pentingnya menempa hubungan antar personal di masyarakat, tetapi mengakui bahwa
kapasitas berbagai kelompok sosial untuk bertindak sesuai dengan kepentingan mereka
sangat bergantung pada dukungan atau ketiadaan yang yang mereka terima dari negara serta
sektor swasta.
2
Faktor penentu proses pertumbuhan ekonomi dalam pembangunan yang sering
diabaikan adalah cara pelaku ekonomi dalam berinteraksi yang sangat dipengaruhi oleh
modal sosial (Vipriyanti, 2011). Sejumlah penelitian tentang peran modal sosial dalam
peningkatan keseja-hteraan masyarakat, pertumbuhan ekonomi, kondisi sosial dan politik,
dan pengukuran modal sosial telah banyak dilakukan. Masing-masing peneliti telah
memberikan penekanan dan determinan yang berbeda tentang aspek modal sosial dalam
pembangunan. Pengelompokan sumber dan dimensi modal sosial sangat dipengaruhi oleh
metoda pendekatan yang digunakan dalam pengu-kuran modal social (Grootaert (1999),
Fukuyama (1999), dan Rao (2001)). Secara umum terdapat tiga kelompok utama modal
sosial, yaitu : (1) Trust (Rasa percaya), (2) Norm (Norma/ etika), dan (3) Networks (Jaringan
Kerja).
Penelitian tentang modal sosial telah berkembang pesat, namun tetap memun-
culkan pertanyaan tentang peran modal sosial di masyarakat dalam kesejahteraan rumah
tangga. Premis dasar obyek penelitian ini adalah modal sosial dipan-dang sebagai faktor
produktif yang memberikan manfaat bagi setiap individu dan mampu menjalin hubungan
dengan individu lainnya. Penekanan di bidang ilmu matematika terhadap obyek penelitian ini
adalah mengkaji model atau hubungan antara peran modal sosial melalui aktivitas
kewirausahaan bagi kesejahteraan (subyektif) masyarakat khususnya pelaku Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah (UMKM).
Secara umum, peran modal sosial dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat tidak dapat berkorelasi secara langsung. Modal sosial di tingkat rumah tangga
akan mampu berperan melalui sejumlah aktivitas antara (mediasi), salah satunya melalui
pelaksanaan program peningkatan budaya wirausaha (orientasi kewirausahaan) pelaku
UMKM (Hartono, dkk. 2013), antara lain dengan menum-buhkan inovasi dalam budaya
wirausaha, meningkatkan keproaktifan dalam membangun jaringan kerja dengan pihak lain,
serta mempunyai keberanian mengambil keputusan/resiko dalam berusaha (Lumpkin and
Dess, 1996).
Penelitian ini diharapkan terutama berperan dalam merumuskan pemodelan untuk
data-data sosial yang diperoleh secara langsung di masyarakat (data primer).Model yang
dihasilkan diharapkan memberikan rumusan dalam mengkaji hubungan antara peran modal
sosial melalui aktivitas orientasi kewirausahaan untuk meningkatkan kesejahteraan masya-
3
rakat (pelaku UMKM) di Kabupaten Jembrana. Rekomendasi yang disarankan diharapkan
mampu memberi kontribusi dalam penyusunan strategi pembangunan ekonomi oleh pejabat/
pengampu kepen-tingan di Kabupaten Jembrana, melalui keterlibatan modal sosial. Lebih
lanjut, penelitian ini diharapkan mampu memberi kontribusi dalam merevitalisasi dan
menguatkan peran modal sosial yang ada di suatu wilayah apabila modal sosial itu ternyata
mampu berperan mendorong budaya dan aktivitas kewirausahaan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
1.2 Tujauan Khusus
Permasalahan utama dalam penelitian ini, masih banyak data-data sosial yang
belum mampu dianalisis secara ilmiah dan komprehensif. Data-data sosial yang memben-
tuk variabel laten beserta indikator-indikatornya belum mampu secara langsung
merumuskan strategi pembagunan ekonomi di suatu wilayah. Penelitian ini secara umum
bertujuan untuk mengkaji pemodelan persamaan struktural atau hubungan yang
menggambarkan peran modal sosial sebagai salah satu faktor pembangunan melalui
aktivitas dari dimensi orientasi kewirausahaan terhadap kesejahteraan (subyektif)
masyarakat khususnya pelaku UMKM di Kabupaten Jembrana, Bali. Hasil kajian ini, baik
secara langsung maupun tidak langsung, diharapkan berperan merumuskan strategi
pembangunan ekonomi dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat secara merata
dan berkesinambungan. Secara rinci penelitian ini bertujuan.
1) Merumuskan pemodelan persamaan struktural untuk mengkaji pengaruh modal sosial
melalui aktivitas dari dimensi orientasi kewirausahaan terhadap kesejahteraan subyektif
masyarakat di Kabupaten Jembrana, Bali.
2) Menganalisis pengaruh modal sosial melalui dimensi orientasi kewiraushaan
(keinovasian) terhadap kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Jembrana, Bali.
3) Menganalisis pengaruh modal sosial melalui dimensi orientasi kewirausahaan
(keproaktifan) terhadap kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Jembrana, Bali.
4) Menganalisis pengaruh modal sosial melalui dimensi orientasi kewirausahaan
(keberanian mengambil keputusan/resiko) terhadap kesejahteraan masyarakat di
Kabupaten Jembrana, Bali.
4
1.3 Urgensi Penelitian
Secara umum, peran modal sosial dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat tidak dapat berkorelasi secara langsung. Modal sosial di tingkat rumah tangga
akan mampu berperan melalui sejumlah aktivitas antara (mediasi) dengan melaksanakan
program peningkatan budaya wirausaha (orientasi kewirausahaan) rumah tangga, antara lain
dengan menumbuhkan inovasi dalam budaya berusaha (bisnis) mikro/kecil, meningkatkan
keproaktifan dalam membangun jaringan kerja dengan pihak lain, mempunyai keberanian
mengambil keputusan dan resiko dalam berusaha, dsb.
Kajian dan analisis dalam merumuskan pemodelan persamaan struktural melalui
peran modal sosial yang mendorong aktivitas kewirausahaan perlu dilakukan secara
komprehensif beradasarkan data-data sosial primer di masyarakat pada suatu wilayah
tertentu. Model persamaan struktural (SEM : Structural Equation Modeling) sebagai suatu
alat pengolahan data (kususnya data variabel laten), akan dicoba untuk merumuskan model
berdasarkan data-data primer. Model yang diperoleh diharapkan mampu memberikan
rumusan yang lebih baik dalam mengkaji hubungan antara peran modal sosial melalui
aktivitas kewirausahaan untuk meningkatkan kesejahteraan subyektif masyarakat yang
berusaha.
Penelitian ini diharapkan terutama berperan dalam merumuskan pemodelan untuk
data-data sosial yang diperoleh secara langsung di masyarakat (data primer). Model yang
dihasilkan diharapkan mampu memberi kontribusi dalam penyususnan strategi
pembangunan ekonomi bagi pejabat/pengampu kepentingan di suatu wilayah, melalui
keterlibatan modal sosial. Lebih lanjut, penelitian ini diharapkan mampu memberi
kontribusi dalam merevitalisasi dan menguatkan peran modal sosial yang ada di suatu
wilayah apabila modal sosial itu ternyata mampu berperan mendorong budaya dan aktivitas
kewirausahaan untuk meningkatkan kesejahteraan (subyektif) masyarakat.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
State of the art
2.1 Pemodelan Persamaan Struktural
Pemodelan Persamaan Struktural ( SEM : Structural Equation Modeling) adalah
metode analisis multivariat yang digunakan untuk mengetahui keterkaitan hubungan antara
variabel terukur (indikator) dan variabel yang tidak dapat diukur secara langsung (variabel
laten). Analisis SEM merupakan analisis multivariat yang bersifat kompleks, karena
melibatkan sejumlah variabel independen dan dependen yang saling berhubungan
membentuk sebuah model.
SEM dapat dikategorikan menjadi 2 model yaitu model struktural dan model
pengukuran. Model struktural yaitu model yang menggambarkan hubungan-hubungan yang
ada diantara variabel-variabel laten. Sedangkan model pengukuran adalah model yang
menggambarkan hubungan antara variabel laten dengan variabel-variabel teramati
(indikator).
Partial Least Square (PLS) adalah pendekatan metode SEM dengan berbasis
varians atau component based SEM yang biasa digunakan sebagai alternatif dari SEM
berbasis kovarian. Component Based SEM sering disebut dengan soft modeling, soft
mempunyai arti tidak mendasarkan pada asumsi skala pengukuran, distribusi data dan jumlah
sampel (Ghozali, 2011, p. 6). Pendekatan PLS untuk SEM sering diistilahkan dengan PLS
Path Modeling. PLS selain dapat digunakan sebagai konfirmasi teori juga dapat digunakan
untuk membangun hubungan yang belum ada landasan terorinya atau untuk pengujian
proposisi (Jaya & Sumertajaya, 2008, p. 119).
Menurut Henseler et al. (2009, p. 283) adapun cirri-ciri dari metode Path PLS
adalah sebagai berikut: 1. PLS memberikan nilai pada variabel laten yang diukur oleh satu
atau beberapa indikator (variabel manifest), 2. Path PLS menghindari masalah ukuran sampel
yg kecil, oleh karena itu Path PLS dapat diterapkan ketika metode lain tidak bisa
menganalisis model dengan ukuran sampel yg relatif kecil, 3. Dibandingkan dengan SEM
berbasis kovarian, Path PLS memiliki asumsi yang lebih longgar mengenai distribusi
variabel, yaitu tidak mensyaratkan data harus berdistribusi normal, 4. Path PLS dapat
6
diterapkan pada model pengukuran reflektif maupun formatif. Path PLS dapat dikategorikan
menjadi 2 model yaitu: (1) model struktural yang merupakan hubungan beberapa variabel
laten endogen dengan variabel laten lainnya , dan (2) model pengukuran yang merupakan
hubungan antara indikator dengan variabel laten, (Tenenhaus, Vinzi, Chatelin, & Lauro,
2005, p. 161).
Model struktural atau inner model merupakan model yang digunakan untuk
menentukan hungan antara variabel laten (konstruk). Variabel laten yang hanya memprediksi
variabel laten lainnya disebut variabel eksogen, sedangkan variabel laten yang merupakan
variabel dependen setidanya dalam satu hubungan kausal disebut variabel endogen (Gotz,
Gobbers, & Krafft, 2010, p. 701). Hubungan antara variabel laten ini, dirancang berdasarkan
teori dan logika. Menurut Gotz et al. (2010, p. 701), dalam metode PLS, model struktural
yang dirancang harus sebagai hubungan kausal (sebab akibat). Variabel laten eksogen
dinotasikan dengan (ksi) dan variabel laten endogen dinotasikan dengan (eta), sehingga
model struktural (inner model) dapat dituliskan sebagai berikut :
(2.1)
Model pengukuran atau outer model merupakan model yang digunakan untuk
menentukan hubungan antara variabel yang dapat diamati (indikator) dan konstruk yang
mendasari (Gotz, Gobbers, & Krafft, 2010, p. 693). Model indikator di dalam model
pengukuran dapat dibagi menjadi 2 model yaitu : (a) model indikator reflektif, dan (b) model
indikator formatif.
Indikator reflektif merupakan variabel-variabel teramati dipandang sebagai
indikator-indikator yang dipengaruhi oleh konsep yang sama dan yang mendasarinya (yaitu
variabel laten) (Wijanto, 2008, hal. 26). Model indikator reflektif dikembangkan berdasarkan
pada classical test theory yang mengasumsikan bahwa variasi skor pengukuran konstruk
merupakan fungsi dari true score ditambah error, jadi konstruk laten mempengaruhi variasi
pengukuran dan asumsi hubungan kausalitas dari kontruk laten ke indicator (Ghozali, 2011).
Model reflektif sering disebut dengan principal factor model dimana covariance pengukuran
indicator dipengaruhi oleh konstruk laten atau mencerminkan variasi dari konstruk. Adapun
cirri-ciri dari indikator reflektif adalah sebagai berikut :
1. Arah hubungan kausalitas dari konstruk ke indikator
2. Antar ukuran indikator diharapkan saling berkorelasi (ukuran harus
7
memiliki internal consistency reliability)
3. Menghilangkan satu indikator dari model pengukuran, tidak akan merubah
makna atau arti konstruk
4. Menghitung adanya kesalahan pengukuran (error) pada tingkat indikator
5. Konstruk memiliki arti “surplus”
6. Skala skor tidak menggambarkan konstruk
Gambar 2.1 Indikator Reflektif
Secara umum, model persamaan indikator reflektif dapat dituliskan sebagai berikut :
xx (2.2)
yy (2.3)
Dengan x dan yadalah indikator untukvariabel laten eksogen ( ) dan endogen ( ).
Sedangkan ( x ) dan ( y ) merupakan koefisien yang menguhubungkan variabel laten
dengan indikatornya, serta ( ) dan ( ) merupakan kesalahan pengukuran dari x dan y.
Indikator formatif merupakan indikator-indikator yang membentuk atau
menyebabkan adanya penciptaan atau perubahan di dalam sebuah variabel laten (Wijanto,
2008, hal. 26). Tidak seperti pada model indikator reflektif, model indikator formatif tidak
mengasumsikan bahwa indikator dipengaruhi oeh konstruk tetapi mengasumsikan bahwa
semua indikator mempengaruhi single konstruk (Ghozali, 2011) . Adapun cirri-ciri dari
indikator reflektif adalah sebagai berikut :
1. Arah hubungan kausalitas dari indikator ke konstruk
2. Antar indicator diasumsikan tidak berkorelasi (tidak diperlukan uji
konsistensi internal atau cronbach alpha)
3. Menghilangkan satu indicator berakibat merubah makna dari konstruk
4. Kesalahan pengukuran diletakkan pada tingkat konstruk (zeta)
5. Konstruk mempunyai makna “surplus”
6. Skala skor tidak menggambarkan konstruk.
C B A
REF
8
Gambar 2.2 Indikator Formatif
Secara umum, model persamaan indikator formatif dapat dituliskan sebagai berikut :
iX (2.4)
iY (2.5)
Dengan , , X dan Y sama dengan persamaan sebelumnya, sedangkan dan
merupakan koefisien yang menguhubungkan variabel laten dengan indikatornya, serta ( )
dan ( ) merupakan kesalahan pengukuran.
Gambar 2.3 Model umum SEM (Hair et.al, 2010)
Keterangan :
𝜉 (ksi) = variabel laten x (eksogen)
휂 (eta) = variabel laten y (endogen)
C A B
FOR
9
𝑋 = indikator untuk variabel laten eksogen
𝑌 = indikator untuk variabel laten endogen
𝜆 (lambda) = koefisien yang menghubungkan variabel laten denganindikatornya
𝛾 (gamma) = pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen
𝛽 (beta) = pengaruh antar variabel laten endogen
𝜑 (phi) = pengaruh antar variabel laten eksogen
휁 (zeta) = peluang galat model
휀 (epsilon) = galat pengukuran pada variabel teramati (indikator)untuk variabel laten
endogen
𝛿 (delta) = galat pengukuran pada variabel teramati (indikator) untuk variabel laten
eksogen
2.2 Modal Sosial
Teori modal sosial dalam perkembangan New Institutional Economics (NIE), mula-
mula dicetuskan oleh James S. Coleman tahun 1988, yang dirilis dalam American Journal of
Sociology dengan judul ”Social Capital in the Creation of Human Capital”. Sejumlah
intelektual menggunakan teori modal sosial sebagai salah satu bahan diskusi penting yang
mempertemukan berbagai disiplin ilmu. Berbeda dengan dua modal lainnya yang lebih dulu
populer dalam bidang ilmu sosial, yakni modal ekonomi (economic/financial capital) dan
modal manusia (human capital), modal sosial akan berfungsi jika sudah berinteraksi dengan
struktur sosial. Modal ekonomi yang dimiliki seseorang/perusahaan mampu melakukan
kegiatan (ekonomi) tanpa harus terpengaruh dengan struktur sosial, demikian pula halnya
dengan modal manusia.
Modal sosial bukanlah entitas tunggal, tetapi entitas majemuk yang mengandung
dua elemen: (1) modal sosial yang mencakup beberapa aspek dari struktur sosial; dan (2)
modal sosial yang memfasilitasi tindakan tertentu dari pelaku (baik individu maupun
perusahaan) di dalam struktur tersebut. Sama halnya dengan modal lainnya, modal sosial
juga bersifat produktif, yakni bila keberadaannya tidak muncul akan membuat pencapaian
tujuan tertentu yang tidak mungkin diraih. Sejumlah definisi tentang modal sosial dipaparkan
oleh para ahli, misalnya :
10
1. Uphoff dalam Hobbs (2000) yang menyatakan bahwa modal sosial dapat ditentukan
sebagai akumulasi dari beragam tipe dari aspek sosial, psikologi, budaya, kelembagaan,
dan aset yang tidak terlihat (intangible) yang mempengaruhi perilaku kerjasama.
2. Putnam (2000) mendefinisikan modal sosial sebagai ”gambaran organisasi sosial, seperti
jaringan, norma, dan kepercayaan sosial, yang memfasilitasi koordinasi dan kerjasama
yang saling menguntungkan” .
3. Hobbs (2000), menyatakan modal sosial sebagai "fitur organisasi sosial, seperti
kepercayaa, norma (etika timbal balik), dan jaringan (keterlibatan sipil), yang dapat
meningkatkan efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi tindakan terkoordinasi". Secara
luas disepakati bahwa fasilitas modal sosial yang saling menguntungkan adalah aksi
kolektif.
4. Bank Dunia (2000) dalam www.worldbank.org, menyatakan modal sosial sebagai
"aturan, norma, kewajiban, dan kepercayaan yang tertanam dalam hubungan sosial,
struktur sosial, serta pengaturan kelembagaan masyarakat yang memungkinkan anggota
untuk mencapai tujuan individu dan komunitas".
Pandangan terbaru The Worl Bank Group (2011), menyatakan bahwa cakupan
lingkungan sosial dan politik yang membentuk struktur sosial dan norma-norma lebih
memungkinkan untuk berkembang. Analisis ini memperluas pentingnya modal sosial untuk
hubungan kelembagaan yang paling formal dan terstruktur, seperti: pemerintah, rezim
politik, aturan hukum, sistem pengadilan, serta kebebasan sipil dan politik. Pandangan ini
tidak hanya memaparkan kebajikan dan keburukan modal sosial, serta pentingnya menempa
hubungan antar personal dan di masyarakat, tetapi mengakui bahwa kapasitas berbagai
kelompok sosial untuk bertindak sesuai dengan kepentingan mereka sangat bergantung pada
dukungan atau ketiadaan yang yang mereka terima dari negara serta sektor swasta.
Pembangunan ekonomi dan sosial tumbuh subur ketika perwakilan dari negara, sektor
korporasi, dan masyarakat sipil membuat forum, dan melalui forum diupayakan menjadi
sarana untuk mengidentifikasi dan mengejar tujuan bersama.
Faktor penentu proses pertumbuhan ekonomi dalam pembangunan yang sering
diabaikan adalah cara pelaku ekonomi dalam berinteraksi yang sangat dipengaruhi oleh
modal sosial. Sejumlah penelitian tentang peran modal sosial dalam peningkatan kesejah-
teraan masyarakat, pertumbuhan ekonomi, kondisi sosial dan politik, dan pengukuran modal
11
sosial telah banyak dilakukan. Masing-masing peneliti telah memberikan penekanan dan
determinan yang berbeda tentang aspek modal sosial dalam pembangunan. Pengelompokan
sumber dan dimensi modal sosial sangat dipengaruhi oleh metoda pendekatan yang
digunakan dalam pengukuran modal sosial. Secara umum terdapat tiga kelompok utama
modal sosial, yaitu : (1) Rasa percaya, (2) Norma/etika, dan (3) Jaringan Kerja.
Rasa Percaya (Trust)
Dasar perilaku manusia dalam membangun modal sosial adalah rasa percaya,
melalui moralitas yang tinggi. Manusia dapat hidup damai bersama dan berinteraksi satu
sama lain, memerlukan aktivitas kerjasama dan koordinasi sosial yang diarahkan oleh
tingkatan moralitas. Kasih sayang dalam keluarga dilandasi oleh rasa saling percaya antar
individu, sedangkan rasa percaya menjadi alat untuk membangun hubungan. Adanya
hubungan lebih luas yang harmonis akan mampu menekan biaya transaksi dalam hal kontak,
kontrak dan kontrol. Rasa percaya merupakan sikap yang siap menerima resiko dan
ketidakpastian dalam berinteraksi.
Kerjasama yang baik dimulai dari rasa percaya yang tinggi terhadap seseorang,
semakin tebal rasa percaya terhadap orang lain akan semakin kuat jalinan kerjasama yang
terbentuk diantara mereka.. Kepercayaan sosial akan muncul dari interaksi yang didasari oleh
adanya norma dan jaringan kerja pada pihak-pihak yang terlibat dalam interkasi tersebut.
Rao (2001), menyatakan bahwa rasa saling percaya (mutual trust) berperan
penting dalam membangun ekonomi pasar yang sehat. Rasa percaya akan mengurangi
gejolak dalam penegakan kontrak dan biaya monitoring sehingga mampu mengefisiensikan
biaya transaksi. Kebenaran dan norma akan membangun rasa percaya yang berkelanjutan,
tetapi keterbatasan manusia akan sifat rasionalitas cukup berpengaruh pada usaha
membangun rasa saling percaya tersebut. Sejumlah penelitian memperlihatkan hasil bahwa
rasa percaya berpengaruh positif dan nyata terhadap pertumbuhan ekonomi, demikian pula
sebaliknya, keberhasilan pemerintah dalam pembanguan ekonomi dapat memperkuat rasa
percaya sosial masyarakat terhadap pemerintah.
Norma/Etika
Norma merupakan nilai universal yang mengatur perilaku individu dalam suatu
masyarakat atau kelompok. Fukuyama (1999), menyatakan modal sosial sebagai norma
informal yang bersifat instan dan dapat membangun kerjasama antar dua atau lebih individu.
12
Norma sebagai bagian dari modal sosial dapat dibangun dari norma/etika yang disepakati
antar teman. Selanjutnya dapat dikatakan bahwa, rasa percaya, norma dan komunitas sosial
yang terbentuk sangat berkaitan dengan modal sosial yang muncul sebagai hasil dari modal
sosial tetapi bukan modal sosial secara fisik.
Jaringan Kerja (Network)
Setiap orang memiliki pola tertentu dalam berinteraksi, melakukan pilihan dengan
siapa berinteraksi, dan dengan alasan tertentu pula. Jaringan kerja merupakan system pada
saluran komunikasi untuk mengembangkan dan menjaga hubungan interpersonal. Biaya
transaksi akan muncul sebagai akibat adanya bangunan saluran komunikasi. Nilai-nilai
bersama (norma) juga berperan pada keinginan untuk bergabung membentuk jaringan kerja
dengan orang lain. Munculnya koalisi dan koordinasi juga disebabkan adanya jaringan kerja.
Keputusan melakukan investasi dalam suatu jaringan kerja disebabkan oleh adanya
kontribusi saluran komunikasi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan ekonomi.
Interaksi sosial tergantung dari struktur jaringan kerja dan struktur masyara-katnya,
sehingga posisi individu pada struktur tersebut menjadi dasar pada evaluasi modal sosial.
Coleman (1988), mengatakan densitas dan jaringan kerja sosial akan meningkatkan efisiensi
penguatan perilaku kerjasama pada suatu organisasi. Modal sosial memberi manfaat pada
individu dan jaringan kerja individu itu sendiri. Modal sosial merupakan jumlah dari modal
interaksi yang dimiliki sejumlah individu yang terbentuk atas dasar norma yang dianut
bersama. Modal sosial mempunyai ekternalitas ekonomi yang positif pada tingkat local
melalui proses aktivitas aksi bersama (collective action), yang terbentuk berdasarkan
hubungan sosial dan struktur sosial dalam jaringan kerja tertutup. Hubungan sosial
tergantung dari tingkat ketertutupan struktur sosial yang sangat penting dalam membangun
kepercayaan dan penegakan norma yang efektif.
Woolcock (2000) dalam Vipriyanti (2011), memaparkan bahwa modal sosial terdiri
atas tiga katagori, yaitu : (1) modal sosial mengikat (bonding sosial capital), (2) modal sosial
menyambung (bridging sosial capital), dan (3) modal sosial mengait (linking sosial capital).
Modal sosial yang bersifat mengikat (bonding), pada umumnya berasal dari ikatan
kekeluargaan, kehidupan bertetangga dan persahabatan. Hubungan antar individu dalam
kelompok seperti ini mempunyai interaksi yang intensif, antar muka dan saling mendukung.
Modal sosial yang bersifat menyambung (bridging), terbentuk dari interaksi antar kelompok
13
dalam suatu wilayah dengan frekuensi yang relatif lebih rendah, seperti kelompok etnis
tertentu, kelompok agama, paguyuban, sekaa, atau kelompok sosial lainnya. Sedangkan
modal sosial yang bersifat mengait (linking), umumnya terbentuk dari interaksi individu atau
kelompok dalam organisasi formal, seperti lembaga politik, bank, klinik kesehatan, sekolah,
kelompok tani (subak), kelompok profesi, dsb.
2.3. Orientasi Kewirausahaan
Orientasi kewirausahaan mengacu kepada proses, praktik, dan aktivitas pembu-
atan keputusan yang mengarah kepada usahaa baru (new entry), melalui penciptaan produk
atau jasa baru (Lumpkin and Dess, 1996). Orietansi kewirausahaan mencakup tiga dimensi,
meliputi : (1) kemauan untuk berinovasi (keinovasian), (2) kecenderungan untuk menjadi
proakatif terhadap pasar (keproaktifan), dan (3) keberanian mengambil keputusan atau risiko
(risk taking).
Dimensi pertama dari orientasi kewirausahaan adalah keinovasian (innovativeness).
Keinovasian mengacu kepada kecenderungan perusahaan ikut serta dan mendukung gagasan
baru, kebaruan (novelty), eksperimentasi, dan proses kreatif yang berakibat pada proses
teknologi, jasa, dan produk baru. Oleh karenanya, keinovasian mirip dengan suatu iklim,
budaya atau orientasi bukan hasil. Keinovasian terjadi sepanjang suatu kontinum, contoh dari
mencoba lini produk baru atau mengadakan percobaan produk baru, mencoba menguasuai
suatu teknologi terbaru. Lebih lanjut dinyatakan bahwa keinovasian akan mengarah kepada
perangkap, karena pengeluaran pada pengembangan produk baru dapat menjadi pemborosan
sumberdaya jika upaya ini tidak memberi hasil.
Dimensi kedua orientasi kewirausahaan adalah keproaktifan (proactiveness) terha-
dap pasar. Proaktif berkaitan dengan melihat kedepan (foward looking), penggerak pertama
upaya pencarian keunggulan untuk membentuk lingkungan dengan memperkenalkan produk
baru atau memproses persaingan ke depan. Keproaktifan adalah penting karena menyiratkan
pendirian untuk melihat kedepan (foward looking) yang disertai dengan aktivitas yang
inovatif atau spekulasi baru. Konseptual dari proaktif adalah kepasifan (ketidakmampuan
meraih kesempatan). Dengan demikian, perusahaan yang proaktif adalah leader bukan
follower, karena perusahaan memiliki kemauan dan tinjauan ke masa depan untuk meraih
kesempatan baru. Lebih lanjut, perusahaan yang proaktif sering merupakan perusahaan yang
14
mengajukan produk baru dan seringkali memperkenalkan produk baru mendahului
pesaingnya.
Dimensi ketiga dari orientasi kewirausahaan adalah keberanian mengambil
keputusan/risiko (risk taking), yang didefinisikan sebagai sejauhmana para pimpinan/
manajer berkeinginan membuat komitmen terhadap sumberdaya yang berisiko. Sama seperti
keinovasian, pengambilan risiko terjadi secara kontinu yang berkisar dari risiko yang relatif
aman sampai risiko yang sangat tinggi (misalnya meluncurkan produk baru di pasar baru.
Meskipun banyak risiko dapat menurunkan kinerja pengembangan produk baru, risiko itu
sendiri tak dapat dihindari karena kinerja akhir dari pengembangan produk baru tidak dapat
diketahui sebelumnya. Perusahaan pasti seringkali memanfaatkan sumberdaya pada proyek
pengembangan ketika kesempatan ditangkap oleh pasardan sebagian tanpa pengetahuan
tentang bagaimana proyek pengembangan ini akan menghasilkan. Pengambilan risiko
meliputi perangkap dan bahaya, tetapi perusahaan sering bertindak tanpa mengetahui apakah
tindakan mereka akan menghasilkan.
Menurut Nadim and Seymour (2007), konsep orientasi kewiraushaan akan
melibatkan tiga unsur yaitu : (1) pengusaha (orang-orang atau pemilik usaha yang berusaha
untuk menghasilkan nilai, melalui penciptaan atau perluasan kegiatan ekonomi, dengan
mengidentifikasi dan mengeksploitasi produk baru, proses atau pasar, (2) aktivitas
kewirausahaan (tindakan giat manusia dalam mengejar nilai tambah, melalui penciptaan
atau perluasan kegiatan ekonomi, dengan mengidentifikasi dan mengeksploitasi produk baru,
proses atau pasar, dan (3) kewirausahaan (fenomena yang terkait dengan aktivitas
kewirausahaan). Aktivitas (kegiatan) kewirausahaan melibatkan pemahaman empat
pertimbangan utama, yaitu : (a) aktivitas kegiatan manusia; (b) memanfaatkan kreativitas,
inovasi dan / atau peluang, (c) menciptakan bisnis dan lingkungan baru yang lebih luas, dan
(d) penciptaan nilai.
Pemahaman orientasi kewirausahaan diukur dengan capaian kompetensi
kewirausahaaan yang oleh EDI (Entrepreneurial Development Institut) of India (2012)
diidentifikasi melalui,
(1) Inisiatif ; bertidak sesuai pilihan bukan karena paksaan, mengawali tindakan.
(2) Melihat dan mencari peluang ; pola pikir yang dilatih untk mencari peluang usaha
dari pengalaman sehari-hari.
15
(3) Kegigihan dalam berusaha (Persistensi) ; sikap pantang menyerah dan mencari
informasi terus menerus sampai berhasil.
(4) Rasa ingin tahu tinggi ; sikap rajin mencari ide-ide dan informasi baru, konsultasi
dengan ahlinya.
(5) Komitmen pada kontrak kerja ; sikap mengambil kerja pribadi untuk menyelesaikan
tugas sesuai jadwal.
(6) Peduli pada kualitas kerja tinggi ; selalu mencari sumber rincian standar dan norma-
norma yang tinggi.
(7) Berorientasi pada efisiensi ; sikap pada kepedulian terhadap waktu, uang dan usaha.
(8) Persuasif ; mampu menggalang dukungan orang lain dalam suatu usaha.
(9) Ketegasan dalam bertindak (Assertiveness) ; mampu menyampaikan visi secara tegas
dan meyakinkan orang lain tentang visi tersebut.
(10) Percaya diri ; sikap tidak terlalu takut terhadap resiko yang terkait dengan usaha.
(11) Perencanaan sistematik ; mempunyai perencanaan yang matang dan mempunyai
tujuan akhir.
(12) Pemecahan masalah (Problem Solving) ; mampu mengamati gejala, mendiagnosa,
dan menyembuhkan
Kompetensi (1) s/d (4) diproksi sebagai indikator untuk keinovasian, kompetensi (5) s/d (8)
diproksi sebagai indikator untuk keproaktifan, dan kompetensi (9) s/d (12) diproksi sebagai
indikator untuk kemampuan mengambil keputusan dan pemecahan masalah.
Korelasi modal sosial dan orientasi kewirausahaan telah banyak diteliti, ada yang
signifikans tetapi ada juga yang tidak berdampak langsung dalam meningkatkan kinerja
wirausaha. Penelitian Humaira, R.(2011), menyatakan bahwa terdapat tiga unsur modal
sosial yang dilihat pengaruhnya masing-masing dalam pengembangan orientasi (nilai)
kewirausahaan. Dari ketiga unsur tersebut yaitu trust (kepercayaan) memiliki pengaruh pada
nilai kewirausahaan baik pada pedagang maupun anggota kelompok tani. Unsur norms
(norma) tidak memiliki pengaruh ke dalam pengembangan nilai kewirausahaan, baik pada
pedagang maupun anggota kelompok tani. Unsur network (jaringan kerja) pada anggota
kelompok tani tidak memberikan pengaruh terhadap pengembangan nilai kewirausahaan,
sedangkan pada pedagang unsur jaringan kerja memiliki pengaruh terhadap nilai
kewirausahaan. Faktor motivasi yang didorong oleh modal sosial tidak memberikan penga-
16
ruh signifikan terhadap pengembangan nilai kewirausahaan, tetapi menunjukkan nilai yang
mendekati keberpengaruhan disebabkan karena peranan yang besar dari unsur-unsur pem-
bentuk modal sosial.
2.4. Kesejahteraan Masyarakat
Kesejahteraan sedikitnya mengandung empat makna (Bade and Parkin, 2001).
1) Sebagai kondisi sejahtera (well-being). Pengertian ini biasanya menunjuk pada
istilah kesejahteraan sosial (social welfare) sebagai kondisi terpenuhinya kebutuhan
material dan non-material. Kondisi sejahtera terjadi manakala kehidupan manusia
aman dan bahagia karena kebutuhan dasar akan gizi, kesehatan, pendidikan, tempat
tinggal, dan pendapatan dapat dipenuhi; serta manakala manusia memperoleh
perlindungan dari resiko-resiko utama yang mengancam kehidupannya.
2) Sebagai pelayanan sosial. Pelayanan sosial umumnya mencakup lima bentuk, yakni
jaminan sosial (social security), pelayanan kesehatan, pendidikan, perumahan dan
pelayanan sosial personal (personal social services).
3) Sebagai tunjangan sosial. Karena sebagian besar penerima welfare adalah orang-
orang miskin, cacat, penganggur, keadaan ini kemudian menimbulkan konotasi
negatif pada istilah kesejahteraan, seperti kemiskinan, kemalasan, dan
ketergantungan.
4) Sebagai proses atau usaha terencana, yang dilakukan oleh perorangan, lembaga-
lembaga sosial, masyarakat maupun badan-badan pemerintah untuk meningkatkan
kualitas kehidupan melalui pemberian pelayanan sosial dan tunjangan sosial.
Tujuan tercapainya kesejahteraan diharapkan dapat mendukung standar hidup dan
mengurangi kesenjangan, dengan demikian harus menghindari ledakan biaya dan mencegah
perilaku yang kondusif bagi moral hazard, yang didasarkan pada tiga pilar : a) tunjangan
keluarga, b) pelayanan kesehatan yang komprehensif, dan c) kebijakan pendidikan murah.
Pembangunan ekonomi tidak hanya memperhatikan hasilnya saja tetapi yang
terpenting adalah proses pembangunan itu dijalankan. Perlu dikaji pula bagaimana proses
pencapaian tingkatan pembangunan yang akan dicapai, faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi proses pembangunan, misalnya ketersediaan sumber daya. Sumber daya
alam yang melimpah belum tentu menjamin keberhasilan pembangunan ekonomi tanpa
dukungan sumber daya sosial yang memadai. Pembangunan itu sendiri adalah proses
17
interaksi dan pembelajran dari berbagai sumber daya, sehingga peran modal sosial dalam
pembangunan sangat vital. Modal sosial berdampak yang luas dan berdeda bagi kebijakan
pembangunan dalam implementasinya. Kebijakan yang sama mungkin saja berdampak
berbeda bagi kelompok masyarakat tertentu walaupun dalam wilayah yang sama. Fakta
memperlihatkan bahwa program pembangunan yang diterapkan dalam suatu Kabupaten
menghasilkan dampak dan hasil yang berbeda bagi wilayah pedesaan dan perkotaan.
Kesejahteraan pribadi akan mencerminkan kualitas hidup seseorang. Banyak faktor
yang mempengaruhi kulaitas hidup seseorang, yang terpenting adalah tujuan dan dimensi
subyektif dari kualitas hidup itu sendiri. Pengukuran tujuan dan dimensi subyektif kualitas
hidup seseorang dikembangkan oleh The International Wellbeing Group (2013) melalui
Indeks Kesejahteraan Pribadi (IKP), sebagai ukuran kesejahteraan subyektif.
OECD (2013) mengeluarkan pedoman tentang pengukuran kesejahteraan subyektif.
Pedoman ini dirancang untuk memberi nilai tambah bagi pengguna informasi tentang
kesejahteraan subyektif , yang mampu : (a) memberikan informasi tentang langkah-langkah
validitas kesejahteraan subyektif, (b) membahas metodologi dalam mengembangkan
pertanyaan untuk mengumpulkan informasi tentang kesejahteraan subyektif, (c) menyajikan
praktek terbaik dalam pengukuran kesejahteraan subyektif, dan (d) memberikan bimbingan
pada analisis dan pelaporan tentang kesejahteraan subyektif. Sejumlah modul pertanyaan
prototipe yang berkaitan dengan aspek yang berbeda dari kesejahteraan subyektif juga
disertakan. Peran pedoman terutama untuk membantu menghasilkan data dalam memenuhi
kebutuhan pengguna berhubungan dengan ukuran kesejahteraan subyektif yang baik.
Tabel 2.1 Indeks Kesejahteraan Pribadi (IKP) (mengacu pada inti dari tujuh item petanyaan
yang menyatakan kepuasaan seseorang dalam domain tertentu).
No. Pertanyaan Seberapa puaskah anda dengan …………….?
Domain
1 Standar hidup? [Standar hidup]
2 Kesehatan Anda? [Kesehatan Pribadi]
3 Apa yang Anda capai dalam hidup ini? [Capaian Hidup]
4 Hubungan pribadi Anda? [Hubungan Pribadi]
5 Perasaan aman di kehidupan Anda? [Keamanan Pribadi]
6 Menjadi bagian dalam kominitas kehidupan Anda? [Komunitas-Keterhubungan]
7 Keamanan masa depan Anda? [Keamanan Masa Depan]
18
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi Matematika, Universitas Udayana.
Data sampel penelitian diambil di wilayah Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali, yang
membutuhkan waktu penelitian selama 8 (delapan bulan), dilaksanakan pada bulan Maret
sampai Oktober 2015.
3.2 Teknik Pengambilan Sampel
Pemilihan Kabupaten Jembrana sebagai lokasi (populasi) penelitian ini disengaja
(purposive) melalui pertimbangan indikator modal sosial dan pembangunan ekonomi di
wilayah kabupaten bersangkutan. Gambaran modal sosial dan aktivitas kewirausahaan di
wilayah perkotaan dan pedesaan mempunyai perbedaan yang cukup jauh. Sampel pada
populasi penelitian juga mempertimbangkan faktor kota-desa seperti ini, menggunakan
jarak/lokasi terhadap pusat pemerintahan kecamatan dan kabupaten. Pertimbangan ini
digunakan untuk memberi gambaran modal sosial bagi masyarakat pelaku Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM) di wilayah perkotaan dan pedesaaan, sehingga sampel pelaku
UMKM yang diambil mampu mewakili kondisi populasi yang sebenarnya. Dipilih dua
kecamatan mewakili wilayah perkotaan (Kecamatan: Jembrana dan Negara) dan dua
kecamatan mewakili wilayah pedesaan (Kecamatan: Melaya dan Pekutanan). Setiap
kecamatan akan dipilih dua desa dengan cara yang sama seperti dalam pemilihan kecamatan
sebagai desa penelitian.
Penentuan sampel dengan responden dalam penelitian ini, meliputi pelaku UMKM
(rumah tangga yang berwirausaha, seperti petani, pedagang dan/atau wiraswasta lainnya)
yang tinggal di desa penelitian, dipandang sebagai unit sampel penelitian. Pelaku UMKM
sebanyak 10 sampel dipilih secara random dari masing-masing desa penelitian untuk
menjamin homogenitas populasi. Jumlah sampel penelitian keseluruhan yang akan digunakan
adalah : 8 desa X 10 pelaku UMKM = 80 pelaku UMKM (sebagai responden).
Penelitian ini menggunakan kuisioner sebagai alat ukur peran modal sosial, kompe-
tensi kewiraushaan, dan kesejahteraan subyektif masyarakat. Kuisioner yang diperoleh
19
memerlukan uji validitas (menggunakan uji korelasi product moment) dan uji reliabilitas
(menggunakan teknik Cronbach Alpha ( )) terhadap hasil kuisioner tersebut untuk menguji
kelayakan kuisioner yang digunakan.
3.3 Rancangan Model Persamaan Struktural
Gambar 3.1 Rancangan Awal Penelitian Modal Sosial
3.4 Sumber Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu berupa data-
data yang diperoleh langsung dari responden (pelaku UMKM yang menjadi unit penelitian
pada desa penelitian terpilih). Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode
survei, karena data dikumpulkan dengan menanyakan responden melalui daftar pertanyaan
atau kuisioner. Data yang diambil nantinya meliputi lima variabel laten yaitu variabel modal
sosial (mempunyai dua orde), variabel keinovasian, variabel keproaktifan, variabel pengam-
bilan keputusan/resiko, dan variabel kesejahteraan (subyektif). Lebih jelas mengenai variabel
laten serta indikator yang digunakan untuk menjelaskan variabel yang digunakan sesuai
model perancangan (persamaan struktural) dalam penelitian ini, disajikan pada tabel 3.1
berikut.
Modal
SosialKesejahteraan
Subyektif
Keinovasian
Pengambilan
Keputusan
Trust
Norms
Y1 Y2 Y3
Y9 Y10
X1 X2 X3 X4
X5 X6 X7
Y11 Y12
Network
Keproaktifan
X8
X9 X10 X11
X12
Y4
Y5 Y6 Y7 Y8
Z1 Z7
20
Tabel 3.1 Variabel laten, indikator (item pertanyaan)
Variabel Laten
Orde Satu
Variabel Laten
Orde Dua
Indikator (Item Pertanyaan)
Modal Sosial Trust
(Rasa Percaya)
X1: Sebagaian besar orang dapat dipercaya (aware).
(A.1)
X2: Sebagian besar tetangga dapat dipercaya (general
trust). (A.2)
X3: Rasa saling percaya-mempercayai antar penduduk
lokal (thick trust). (A.3)
X4: Rasa saling percaya terhadap orang asing (thin
trust) (A.4)
Norms
(Norma/Aturan)
X5: Orang-orang sekitar (tetangga) bersedia saling
bantu membantu. (A.5)
X6: Kemudahan memperoleh bantuan fisik (A.6)
X7: Kemudahan menitipkan anak/barang (A.7).
X8: Kemudahan memperoleh pinjaman uang (A.8)
Network
(Jaringan Kerja)
X9: Kepadatan jaringan (A.9)
X10: Banyaknya teman yang diajak berkeluh kesah
(A.10)
X11: Besar kecilnya keperluan biaya social. (A.11)
X12: Banyak sedikitnya anggota keluaraga yang ikut
bekerja (A.12).
Keinovasian Y1: Kemampuan bernisiatif (B.1)
Y2: Kemampuan mencari peluang (B.2)
Y3: Kegigihan berusaha (percistence) (B.3)
Y4: Rasa ingin tahu tinggi (B.4)
Keproaktifan
Y5: Komitmen pada kontrak kerja (B.5)
Y6: Peduli pada kualitas kerja tinggi (B.6)
Y7: Berorientasi pada efisiensi (B.7)
Y8: Persuasif ( mampu menggalang dukungan orang
lain ). (B.8)
Pengambilan
Keputusan/resiko
Y9: Assertiveness; ketegasan bertindak (B.9)
Y10: Percaya diri (B.10)
21
Y11: Perencanaan sistematik (B.11)
Y12: Pemecahan masalah (B.12)
Kesejahteraan
Subyektif
Z1: Kepuasan terhadap standar hidup (C.1)
Z2: Kepuasan terhadap kesehatan (C.2)
Z3: Kepuasan terhadap capaian hidup (C.3)
Z4: Kepuasan terhadap keamanan pribadi (C.4)
Z5: Kepuasan terhadap hubungan pribadi (C.5)
Z6:Kepuasan terhadap keterhubungan pada komunitas tertentu
(C.6)
Z7: Kepuasan terhadap keamanan hidup di masa depan
(C.7)
3.5 Analisis Data
Pengolahan dan analisis data akan dilakukan dengan bantuan software Smart PLS.
Adapun langkah-langkah analisis data sebagai berikut:
1. Merancang model struktural (Inner Model)
Perancangan model struktural (hubungan antar variabel laten) pada PLS dibuat
berdasarkan pada hipotesis penelitian dan rumusan masalah.
2. Merancang model pengukuran (Outer Model)
Perancangan model pengukuran dimaksudkan untuk mengidentifikasi sifat indikator
(reflektif atau formatif) dari masing-masing variabel laten.
3. Mengkonstruksi diagram jalur
Setelah merancang model struktural dan model pengukuran, tahap selanjutnya adalah
membuat diagram jalur. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menjelaskan pola hubungan
antara variabel laten dengan indikator-indikator yang menjelaskannya.
4. Mengkonversi diagram jalur kedalam sistem persamaan
a. Outer Model
Outer model merupakan model yang menggambarkan hubungan antara variabel laten
(konstruk) dengan indikatornya (variabel manifest). Outer model juga disebut dengan
outer relation atau measurement model.
22
b. Inner Model
Inner model merupakan model yang menggambarkan hubungan antara variabel laten
(struktural model), disebut juga dengan inner relation, menggambarkan hubungan
antar variabel laten berdasarkan teori substansi penelitian.
c. Weight relation
Weight relation merupakan estimasi nilai kasus variable laten. Inner dan outer model
memberikan spesifikasi yang diikuti dengan estimasi weight relation dalam algoritma
PLS:
kb kbkbb xw (3.1)
ki kikii yw (3.2)
Dimana kbw dan
kiw adalah k weight yang digunakan untuk membentuk estimasi
variable latenb dan
i
5. Mengestimasi parameter
Metode pendugaan parameter (estimasi) di dalam PLS adalah metode kuadrat terkecil
(least square methods). Proses perhitungan dilakukan dengan cara iterasi, dimana iterasi
akan berhenti jika telah tercapai kondisi konvergen (Jaya & Sumertajaya, 2008, p. 124).
Pendugaan parameter di dalam PLS meliputi 3 hal, yaitu :
a. Weight estimate digunakan untuk menciptakan skor variabel
b. Estimasi jalur (path estimate) yang menghubungkan antar variabel laten dan estimasi
loading antara variabel laten dengan indikatornya.
c. Means dan lokasi parameter (nilai konstanta regresi, intersep) untuk indikator dan
variabel laten.
6. Goodness of Fit
Uji kecocokan model (Goodness of fit) dapat dilakukan pada model pengukuran, model
struktural, dan model keseluruhan (overall model). Uji kecocokan model pada model
pengukuran bertujuan untuk memeriksa (menguji) apakah model penelitian sudah valid
atau realibel. Uji kecocokan model pada pada model struktural bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar informasi yang dapat dijelaskan oleh model struktural.
Sedangkan uji kecocokan model secara keseluruhan (overall model) adalah ukuran
goodness of fit gabungan antara model pengukuran dan model struktural.
23
a. Outer Model
1. Convergent validity
Korelasi antara skor indikator refleksif dengan skor variabel latennya. Untuk hal
ini loading 0,5 sampai 0,6 dianggap cukup, pada jumlah indikator per konstruk
tidak besar, berkisar antara 3 sampai 7 indikator (Jaya & Sumertajaya, 2008, p.
124).
2. Discriminant validity
Membandingkan nilai square root of average extracted (AVE) setiap konstruk
dengan korelasi antar konstruk lainnya dalam model, jika AVE konstruk lebih
besar dari korelasi dengan seluruh konstruk lainnya maka dikatakan memiliki
discriminant validity yang baik. Direkomendasikan nilai pengukuran harus lebih
besar dari 0,50 (Jaya & Sumertajaya, 2008, p. 125).
)var(2
2
ii
iAVE
(3.3)
3. Composite reliability ( c )
Kelompok indikator yang mengukur sebuah variabel memiliki reliabilitas
komposit yang baik jika memiliki composite reliability ≥ 0,7 (Jaya &
Sumertajaya, 2008, p. 126).
i ii
ic
)var()(
)(
2
2
(3.4)
b. Inner model
Dalam inner model, Goodness of Fit Model diukur menggunakan R-
squarevariabel laten dependen.Q-square predictive relevance untuk model struktural
digunakan untuk mengukur seberapa baik nilai observasi dihailkan oleh model dan
juga estimasi parameternya.Nila Q-square > 0 menujukan model memiliki predictive
relevance, sebaliknya jika nilai Q-square ≤ 0 menunjukan model kurang memiliki
predictive relevance (Jaya & Sumertajaya, 2008, p. 126). Perhitungan Q-square
dilakukan dengan rumus sebagai berikut:
)1()1)(1(1 22
2
2
1
2
pRRRQ (3.5)
24
0:
0:
1
0
i
i
H
H
0:
0:
1
0
i
i
H
H
0:
0:
1
0
i
i
H
H
Dimana 2
1R , 2
2R 2
pR adalah R-square variabel endogen dalam model persamaan.
Besaran Q2 memiliki nilai dengan rentang 0<Q
2<1, dimana semakin mendekati 1
berarti model semakin baik (Jaya & Sumertajaya, 2008, p. 126).
7. Pengujian Hipotesis & membuat kesimpulan
Pengujian hipotesis ),,( dan dilakukan dengan metode resampling Bootstrap.
Dalam pengujian hipotesis ini, digunakan statistik uji t. Adapun hipotesis yang
dirumuskan adalah sebagai berikut :
Hipotesis statistik untuk outer model )(
Hipotesis statistik untuk inner model )( , yaitu pengaruh variabel laten eksogen terhadap
endogen
Hipotesis statistik untuk inner model )( , yaitu pengaruh variabel laten endogen terhadap
eksogen
Penerapan metode resampling, tidak memerlukan asumsi distribusi normal, dan
sampel yang digunakan tidak besar (direkomendasikan minimal 30 sampel). Pengujian
dilakukan dengan t-test, jika diperoleh p-value ≤ 0,05 (alpha 5%) maka disimpulkan
signifikan, begitupun sebaliknya. Jika hasil pengujian hipotesis pada outer model signifikan,
maka dapat disimpulkan bahwa indikator dapat digunakan sebagai instrument pengukur
variabel laten. Jika hasil pengujian pada inner model signifikan, maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh yang bermakna antar variabel laten satu dengan variabel laten
lainya.
25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakeristik Sosial Ekonomi Wilayah Kabupaten Jembrana
Luas wilayah Kabupaten Jembrana secara keseluruhan seluas 841,80 km2 atau
sebesar 14,93% dari luas Pulau Bali, dengan jumlah penduduk sekitar 268.000 jiwa. Daerah
pemerintahan di Kabupaten Jembrana saat ini terbagi menjadi lima kecamatan, yakni
Kecamatan Melaya, Negara, Jembrana, Mendoyo dan Pekutatan. Negara sebagai ibukota
Kabupaten Jembrana. Jika dilihat dari luas wilayah dan jumlah penduduk, Kecamatan
Mendoyo memiliki wilayah yang terluas yakni 294,49 km2 atau 34,98% dari luas wilayah
Jembrana dengan jumlah penduduk 57.120 jiwa. Selanjutnya diikuti oleh Melaya 197,19 km2
(23,42%) dan penduduk 51.590 jiwa, Pekutatan 129,65 km2 (15,40%) dengan penduduk
25.990 jiwa, Negara 126,50 km2 (15,03%) dengan penduduk 80.200 jiwa, dan Jembrana
93,97 km2 (11,16%) dengan penduduk 53.100 jiwa.
Hasil survey ketenagakerjaan (Sakernas) tahun 2013 menurut BPS. Jembrana
(2013), mencatat jumlah penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) di Jembrana sebanyak
201.516 orang, dimana sebanyak 142.045 orang merupakan angkatan kerja (jumlah
pengangguran terbuka 4.822 orang) dan penduduk yang bekerja sebanyak 137.223 orang,
dengan rincian : bidang pertanian ( 45.340 orang), bidang pertambangan ( 1.124 orang),
bidang industri pengolahan (10.196 orang), bidang kelistrikan (369 orang), bidang
konstruksi/bangunan ( 8.604 orang), bidang perdagangan dan rumah makan (28.840 orang),
bidang transportasi (1.885 orang), bidang keuangan dan asuransi ( 4.372 orang), dan bidang
jasa kemasayarakatan ( 26.493 orang).
Karakteristik sosial wilayah Kabupaten Jembrana lebih ditekankan kepada kehi-
dupan sosial masyarakat yang mencakup aktivitas masyarakat dalam organisasi kemasyara-
katan, kelompok profesi, kelompok olah raga, kelompok seni dan budaya yang tumbuh dan
berkembang. Karakteristik sosial wilayah sangat berpengaruh dalam pembentukan modal
sosial dan aktivitas kewirausahaan di masyarakat yang berpengaruh pada proses pemba-
ngunan ekonomi wilayah. Untuk memberikan gambaran modal sosial yang lebih
komprehensif akan dipandang dua wilayah sebagai basis analisis penelitian, yaitu wilayah
26
perkotaan dan wilayah pedesaan. Wilayah perkotaan merupakan wilayah yang dekat dengan
pusat pemerintahan/bisnis, sedangkan wilayah pedesaan berlaku sebaliknya.
Kinerja perekonomian wilayah Kabupaten Jembrana digambarkan melalui
karakteristik ekonomi wilayah yang meliputi Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana
Perimbangan, Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB), Belanja Pemerintah untuk
Pelayanan Publik khususnya modal pembangunan. Menurut data Biro Pusat Statistik (BPS)
Kabupaten Jembrana tahun 2013, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten
Jembrana dari tahun ketahun terus mengalami peningkatan. Besarnya nilai tambah yang
diciptakan pada tahun 2013, telah mencapai sekitar 4.982.768,43 juta rupiah. Bila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, terjadi peningkatan sebesar 13,15 persen.
Perkembangan perekonomian Kabupaten Jembrana, diikuti dengan pertambahan
jumlah penduduk akan berdampak pada besaran PDRB perkapita. Tingkat kemakmuran
suatu daerah salah satunya dapat tercermin dari besarnya PDRB perkapita, meskipun angka
tersebut tidak menggambarkan pendapatan penduduk secara nyata, karena angka ini hanya
merupakan rata-rata. PDRB perkapita Kabupaten Jembrana meningkat cukup pesat, pada
tahun 2008 PDRB perkapita Kabupaten Jembrana sebesar 11.282.673 rupiah menjadi
18.592.420 rupiah pada tahun 2013 atau meningkat rata-rata sebesar 12,96 persen per tahun.
Dibandingkan dengan PDRB perkapita Provinsi Bali, PDRB perkapita Kabupaten Jembrana
lebih rendah, meskipun selisihnya tidak terlalu besar. Dengan kata lain PDRB perkapita
penduduk Jembrana masih dibawah rata-rata PDRB perkapita penduduk se Bali.
Secara ekonomi, pengukuran tingkat kesejahteraan dapat digambarkan dengan
besarnya pendapatan seseorang. Namun untuk mendapatkan data pendapatan tidak mudah
sehingga untuk mengukur tingkat kesejahteraan didekati dengan besarnya pengeluaran
seseorang. Rata-rata pengeluaran perkapita sebulan penduduk Kabupaten Jembrana sebesar
Rp 702.025 pada tahun 2012. Pengeluaran untuk konsumsi bukan makanan lebih besar yakni
54,25 % daripada untuk konsumsi makanan yakni 45,75 %. Pengeluaran konsumsi makanan
sebagian besar digunakan untuk pembelian makanan dan minuman jadi yakni sebanyak 23,16
% dan padi-padian sebanyak 20,44 %. Sedangkan untuk kelompok barang non makanan se-
bagian besar digunakan untuk perumahan dan fasilitas rumah tangga yakni sebesar 30,23 %
Selisih antara pertumbuhan ekonomi dengan pertumbuhan penduduk merupakan
cerminan dari kenaikan taraf kehidupan masyarakat. Namun angka ini masih angka kasar
27
karena tidak sepenuhnya mampu mencerminkan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut
didasari, antara lain karena PDRB hanya mengacu pada aspek ekonomi, sedangkan
kesejahteraan mencakup aspek ekonomi maupun non ekonomi. Selain itu pertumbuhan
PDRB yang tinggi belum sepenuhnya mampu mencerminkan kesejahteraan masyarakat. Hal
tersebut didasari, antara lain karena PDRB hanya tentu menjamin distribusi pendapatan
relatif merata dikalangan penerima pendapatan. Karena pada praktiknya tidak semua faktor
produksi khususnya SDM, memiliki akses yang sama untuk terlibat langsung dalam aktivitas
yang sama. Indeks berantai PDRB per kapita atas dasar harga berlaku Jembrana tahun 2013
menunjukkan angka 112,39% artinya bahwa ada kenaikan sebesar 12,39% dari tahun
sebelumnya. Angka pertumbuhan ini sangat penting untuk meningkatkan daya beli
masyarakat dimana angka pertumbuhan PDRB perkapita harus lebih tinggi dari angka inflasi
yang terjadi di daerah tersebut.
Perbandingan kondisi pembangunan manusia di Kabupaten Jembrana dengan
Kabupaten/Kota yang lain di Bali dapat digambarkan berikut ini. Diantara 9 Kabupaten/ kota
se-Bali, pada tahun 2013 IPM tertinggi berada pada Kota Denpasar yaitu sebesar 79,41 dan
yang terendah berada di Kabupaten Karangasem yaitu sebesar 68,47; sedangkan Kabupaten
Jembrana sebesar 74,29. Penyebab dari rendahnya angka IPM Karangasem dikarenakan
ketiga indikator pendukung IPM semuanya di bawah rata-rata Bali dan rata-rata pengeluaran
perkapita yang cukup tinggi yang menjadi beban pengeluaran rumah tangganya.
4.2 Profil Responden
Menurut data terakhir dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Kopersai
Kabupaten Jembrana, jumlah seluruh UMKM adalah 8.635 yang terdiri dari sektor formal
sebanyak 2.271 (termasuk 225 Koperasi) dan sektor informal sebanyak 6.363. Sampel
sebanyak 80 pelaku UMKM diambil secara acak dengan memperhatikan wilayah pedesaan
dan perkotaan di masing-masing desa dan kecamatan. Wilayah perkotaan meliputi
Kecamatan Negara (Desa : Banjar Tengah dan Perancak) dan Kecamatan Jembrana (Desa :
Dauhwaru dan Pendem), sedangkan wilayah pedesaan meliputi : Kecamatan Pekutatan (Desa
: Pekutatan dan Gumbrih) dan Kecamatan Melaya (Desa : Melaya dan Tukadaya)
28
Profil responden pelaku UMKM (masyarakat) dalam penelitian ini ditinjau dari
jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, pekerjaan (bidang usaha) ditampilkan pada tabel
berikut ,
Tabel 4.1 Profil Responden
Variabel Kategori Frekuensi Persentase (%)
Jenis Kelamin Laki-laki 43 53.75
Perempuan 37 46.25
Umur 21-30 tahun 18 22.50
31-40 tahun 22 27.50
41-50 tahun 30 37.50
>51 tahun 10 12.50
Pendidikan
Terakhir
SD 10 12.50
SMP 14 17.50
SMA/SMK/Sederajat 44 55.00
Diploma/Sarjana 12 15.00
Pekerjaan
(Bidang Usaha)
Pedagang (Toko) 52 65.00
Pengusaha Jasa 14 17.50
Industri Kecil (Kerajinan) 12 15.00
Lainnya 2 2.50
Sumber: Data Primer (2015), diolah
Berdasarkan hasil pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa responden masyarakat (pelaku
UMKM) yang berpartisipasi dalam pengisian kuesioner penelitian ini 53.75% berjenis
kelamin laki-laki dan 46.25% berjenis kelamin perempuan. Dari 80 responden pelaku
UMKM yang diambil, terdapat (mayoritas) 37.50% berumur 41-50 tahun, 55.0% dengan
pendidikan terakhir SMA/SMK/Sederajat, dan 65.00% bekerja sebagai pedagang.
4.3 Kelayakan Instrumen Penelitian
Pengujian kelayakan instrumen penelitian atau pengujian validitas dan reliabilitas
dalam penelitian ini dilakukan terhadap kuesioner yang telah disebarkan sebanyak 80. Data
dalam penelitian ini berupa data primer yang diperoleh secara langsung dari masyarakat yang
merupakan pelaku UMKM di Kabupataen Jembrana dan terpilih secara acak oleh peneliti.
29
Data yang berupa kuesioner ini perlu diuji validitas dari setiap item pertanyaannya
dan juga diuji reliabilitasnya dengan melihat nilai korelasi antar item dengan totalnya serta
nilai Cronbach Alpha. Suatu item dinyatakan valid apabila koefisien korelasi antara item
pernyataan atau pertanyaan dengan skor total sebesar ≥ 0.30 dan kuesioner dinyatakan
reliabel (dapat dipercaya) jika nilai Cronbach Alpha > 0.60 (Brown, 2010, p.9).
Tabel 4.2 Nilai Cronbach Alpha dan Korelasi Item-Total Dikoreksi dari
Variabel Laten Orde Dua Trust (Rasa Percaya)
Indikator
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Ket
X1 Sebagaian besar orang
dapat dipercaya
(aware). (A1)
.378 .499 Valid
X2 Sebagian besar tetangga
dapat dipercaya
(general trust) (A2)
.498 .381 Valid
X3 Rasa saling percaya-
mempercayai antar
penduduk lokal (thick
trust) (A3)
.487 .412 Valid
X4 Rasa saling percaya
terhadap orang asing
(thin trust) (A4)
.152 .695 Tidak
Valid
Cronbach’s Alpha .623 Sumber: Data Primer (2015), diolah
Pada tabel 4.2 terlihat bahwa pernyataan yang digunakan untuk mengukur rasa
percaya (trust) memiliki corrected item-total correlation untuk X1, X2, dan X3 masing-
masing bernilai diatas 0.300, kecuali X4 yang kurang dari 0.30. Hal ini berarti indikator X1,
X2, dan X3 valid karena niali korelasinya diatas 0.30, sedangakan indikator X4 tidak valid.
Nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0.623 < 0.60 menyatakan bahwa instrumen pengukuran yang
digunakan untuk mengukur rasa percaya (trust) dapat dipercaya.
Tabel 4.3 Nilai Cronbach Alpha dan Korelasi Item-Total Dikoreksi dari
Variabel Laten Orde Dua Norms (Norma)
Indikator
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Ket
X5 Orang-orang sekitar
(tetangga) bersedia .373 .507 Valid
30
saling bantu membantu
(A5)
X6 Kemudahan
memperoleh bantuan
fisik (A6)
.470 .500 Valid
X7 Kemudahan menitipkan
anak/barang (A7) .337 .587 Valid
X8 Kemudahan
memperoleh pinjaman
uang (A8)
.422 .457 Valid
Cronbach’s Alpha .680
Sumber: Data Primer (2015), diolah
Pada tabel 4.3 terlihat bahwa item pernyataan yang digunakan untuk mengukur
norma memiliki corrected item-total correlation masing-masing bernilai diatas 0.30. Nilai-
nilai tersebut menunjukkan bahwa X5, X6, X7, dan X8 valid karena nilai korelasinya ≥ 0.30.
Selanjutnya, nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0.680 > 0.60 menyatakan bahwa instrumen
pengukuran yang digunakan untuk mengukur norma dapat dipercaya.
Tabel 4.4 Nilai Cronbach Alpha dan Korelasi Item-Total Dikoreksi dari
Variabel Laten Orde Dua Network (Jaringan Kerja)
Indikator
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Ket
X9 Kepadatan jaringan (A9) .480 .396 Valid
X10 Banyaknya teman yang
diajak berkeluh kesah
(A10) .321 .538 Valid
X11 Besar kecilnya keperluan
biaya social (A11) .212 .641
Tidak
Valid
X12 Banyak sedikitnya
anggota keluaraga yang
ikut bekerja (A12) .472 .417 Valid
Cronbach’s Alpha .647 Sumber: Data Primer (2015), diolah
Pada tabel 4.4 terlihat bahwa item pernyataan yang digunakan untuk mengukur
jaringan kerja memiliki corrected item-total correlation untuk X9, X10, dan X12 masing-
masing berniali diatas 0.30, kecuali X11 berniali kurang dari 0.30. Nilai-nilai tersebut
menunjukkan bahwa X9, X10, dan X12 valid karena nilai korelasinya ≥ 0.30 sedangkan X11
31
tidak valid. Selanjutnya, nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0.647 > 0.60 menyatakan bahwa
instrumen pengukuran yang digunakan untuk jaringan kerja dapat dipercaya.
Tabel 4.5 Nilai Cronbach Alpha dan Korelasi Item-Total Dikoreksi dari
Variabel Laten Orde Satu Modal Sosial
Indikator
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Ket
X1 Sebagaian besar orang
dapat dipercaya
(aware). .397 .687 Valid
X2 Sebagian besar tetangga
dapat dipercaya
(general trust) .588 .657 Valid
X3 Rasa saling percaya-
mempercayai antar
penduduk lokal (thick
trust)
.392 .698 Valid
X4 Rasa saling percaya
terhadap orang asing
(thin trust) .219 .768
Tidak
Valid
X5 Orang-orang sekitar
(tetangga) bersedia
saling bantu membantu .333 .693
Valid
X6 Kemudahan
memperoleh bantuan
fisik .347 .696
Valid
X7 Kemudahan menitipkan
anak/barang .709 .619
Valid
X8 Kemudahan
memperoleh pinjaman
uang .473 .672
Valid
X9 Kepadatan jaringan .437 .676 Valid
X10 Banyaknya teman yang
diajak berkeluh kesah .494 .672
Valid
X11 Besar kecilnya
keperluan biaya social .066 .741
Tidak
Valid
X12 Banyak sedikitnya
anggota keluaraga yang
ikut bekerja .457 .674
Valid
Cronbach’s Alpha .702
Sumber : Data Primer (2015) diolah
32
Pada tabel 4.5 terlihat bahwa item pernyataan yang digunakan untuk mengukur
modal sosial sebagai gabungan dari indikator-indikator trust, norms, dan network memiliki
corrected item-total correlation untuk X1, X2, X3, X5, X6, X7, X8, X9, X10, X12 masing-
masing berniali diatas 0.30, sedangkan untuk X4 dan X11 bernilai kurang dari 0.30. Nilai-
nilai tersebut menunjukkan bahwa X1, X2, X3, X5, X6, X7, X8, X9, X10, X12 valid karena
nilai korelasinya ≥ 0.30, sedangkan X4 dan X11 tidak valid. Hasil ini sama persis sama
dengan dianalisis secara parsial melalui variabel laten orde dua yang membangun variabel
laten orde satu modal social. Selanjutnya, nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0.702 > 0.60
menyatakan bahwa instrumen pengukuran yang digunakan untuk mengukur modal sosial
dapat dipercaya.
Tabel 4.6 Nilai Cronbach Alpha dan Korelasi Item-Total Dikoreksi dari
Variabel Laten Keinovasian
Indikator
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Ket
Y1 Kemampuan bernisiatif
(B1) .212 .412
Tidak
Valid
Y2 Kemampuan mencari
peluang (B2) .121 .261
Tidak
Valid
Y3 Kegigihan berusaha
(percistence) (B3) .447 .738 Valid
Y4 Rasa ingin tahu yang
tinggi (B4) .387 .616 Valid
Cronbach’s Alpha .607
Sumber: Data Primer (2015), diolah
Pada tabel 4.6 terlihat bahwa item pernyataan yang digunakan untuk mengukur
keinovasian pelaku UMKM memiliki corrected item-total correlation untuk Y3 dan Y4 yang
berniali lebih dari 0.30, sedangkan Y1 dan Y2 bernilai dibawah 0.30. Nilai-nilai tersebut
menunjukkan bahwa Y3 dan Y4 valid karena nilai korelasinya ≥ 0.30, sedangkan Y1 dan Y2
tidak valid. Selanjutnya, nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0.607 > 0.60 menyatakan bahwa
instrumen pengukuran yang digunakan untuk mengukur keinovasian dapat dipercaya.
33
Tabel 4.7 Nilai Cronbach Alpha dan Korelasi Item-Total Dikoreksi dari
Variabel Laten Keproaktifan
Indikator
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Ket
Y5 Komitmen pada kontrak
kerja (B5) .402 .768 Valid
Y6 Peduli pada kualitas
kerja tinggi (B6) .512 .819 Valid
Y7 Berorientasi pada
efisiensi (B7) .345 .647 Valid
Y8 Persuasif ( mampu
menggalang dukungan
orang lain) (B8) .142 .581 Valid
Cronbach’s Alpha .629
Sumber: Data Primer (2015), diolah
Pada tabel 4.7 terlihat bahwa pertanyaan yang digunakan untuk mengukur
keprokatifan pelaku UMKM memiliki corrected item-total correlation untuk Y5, Y6, dan Y7
masing-masing bernilai diatas 0.30, sedangkan Y8 bernilai dibawah 0.30. Nilai-nilai tersebut
menunjukkan bahwa Y5, Y6, dan Y7 valid karena nilai korelasinya ≥ 0.30, sedangkan Y8
tidak valid. Selanjutnya, nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0.629 > 0.60 menyatakan bahwa
instrumen pengukuran yang digunakan untuk mengukur keproaktifan juga dapat dipercaya.
Tabel 4.8 Nilai Cronbach Alpha dan Korelasi Item-Total Dikoreksi dari
Variabel Laten Pengambilan Keputusan/Resiko
Indikator
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Ket
Y9 Assertiveness;
ketegasan bertindak
(B.9) .062 .605
Tidak
Valid
Y10 Percaya diri (B.10) .423 .787 Valid
Y11 Perencanaan sistematik
(B.11) .417 .669 Valid
Y12 Pemecahan masalah
(B.12) .460 .732 Valid
Cronbach’s Alpha .619
Sumber: Data Primer (2015), diolah
Pada tabel 4.8 terlihat bahwa pertanyaan yang digunakan untuk mengukur
kemampuan pengambilan keputusan/resiko pelaku UMKM memiliki corrected item-total
34
correlation untuk Y10, Y11, dan Y12 masing-masing bernilai diatas 0.30, sedangkan Y9
bernilai dibawah 0.30. Nilai-nilai tersebut menunjukkan bahwa Y10, Y11, dan Y12 valid
karena nilai korelasinya ≥ 0.30, sedangkan Y9 tidak valid. Selanjutnya, nilai Cronbach’s
Alpha sebesar 0.619 > 0.60 menyatakan bahwa instrumen pengukuran yang digunakan untuk
mengukur kemampuan pengambilan keputusan/resiko juga dapat dipercaya.
Tabel 4.9 Nilai Cronbach Alpha dan Korelasi Item-Total Dikoreksi dari
Variabel Laten Kesejahteraan
Indikator
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Ket
Z1 Kepuasan terhadap
standar hidup (C.1) .420 .742 Valid
Z2 Kepuasan terhadap
kesehatan (C.2) .312 .666 Valid
Z3 Kepuasan terhadap
capaian hidup (C.3) .486 .756 Valid
Z4 Kepuasan terhadap
keamanan pribadi (C.4) .316 .712 Valid
Z5 Kepuasan terhadap
hubungan pribadi (C.5) .308 .674 Valid
Z6 Kepuasan terhadap
keterhubungan pada
komunitas tertentu
(C .6)
.128 .450 Tidak
Valid
Z7 Kepuasan terhadap
keamanan hidup di
masa depan (C.7) .320 .698 Valid
Cronbach’s Alpha .604
Sumber: Data Primer (2015), diolah
Pada tabel 4.9 terlihat bahwa pertanyaan yang digunakan untuk mengukur tingkat
kesejahteraan subyektif pelaku UMKM memiliki corrected item-total correlation untuk Z1,
Z2, Z3, Z4, Z5, dan Z7 masing-masing bernilai diatas 0.30, sedangkan Z6 bernilai dibawah
0.30. Nilai-nilai tersebut menunjukkan bahwa Z1, Z2, Z3, Z4, Z5, dan Z7 valid karena nilai
korelasinya ≥ 0.30, sedangkan Z6 tidak valid. Selanjutnya, nilai Cronbach’s Alpha sebesar
0.604 > 0.60 menyatakan bahwa instrumen pengukuran yang digunakan untuk mengukur
tingkat kesejahteraan juga dapat dipercaya.
Hasil uji kelayakan instrumen dari 31 item pernyataan pada kuesioner penelitian
menunjukkan bahwa terdapat 6 item pernyataan yang dikeluarkan dari model yaitu item X4
35
(A4) dan X11 (A11) dari variable modal sosial, Y1 (B1) dan Y2 (B2) dari variabel
keinovasian, serta Z6 (C6) dari variabel kesejahteraan.
4.4 Model Persamaan Struktural
Berdasarkan hasil uji kelayakan instrumen, sejumlah item pertanyaan (indikator
manifest) yang tidak valid dikeluarkan model sehingga model persamaan struktural yang
digunakan untuk menganalisis data diubah menjadi model berikut:
Gambar 4.1 Model Persamaan Struktural yang Dianalisis (Modifikasi)
Model persamaan struktural pada gambar 4.1 merupakan model yang akan digunakan
untuk menganalisis data. Dapat dilihat bahwa dalam model tersebut terdapat lima variabel
laten orde satu yaitu variabel modal sosial (terdiri dari tiga variable laten orde dua yaitu
variabel trust, norms, dan network), variabel keinovasian, variable keproaktifan, variabel
pengambilan keputusan/resiko, dan variabel kesejahteraan.
4.4.1. Model Pengukuran
Tahap selanjutnya setelah melakukan estimasi parameter adalah melakukan evaluasi
pada model pengukuran (outer model/measurement model).Tujuan dari evaluasi pada model
pengukuran ini dilakukan untuk menguji apakah estimasi parameter untuk masing-masing
36
indikator signifikan atau tidak. Evaluasi ini dilakukan dengan melihat nilai outer loading atau
koefisien jalur untuk indikator yang bersifat reflektif, sedangkan untuk indikator yang
bersifat formatif dapat melihat nilai regression weight-nya. Maksud dari regression weight
pada indikator formatif adalah karena dalam hal ini, suatu indikator menyebabkan adanya
perubahan dalam variabel latennya dan besarnya pengaruh tiap indikator berbeda sehingga
diberikan bobotnya masing-masing. Pada penelitian ini, pengukuran yang akan digunakan
adalah outer loading untuk indikator dari setiap variabel laten yang bersifat reflektif, dan
regression weight.
4.4.2 Model Struktural
Setelah melakukan analisis hubungan antara indikator dengan variabel laten (outer
model/measurement model), akan dilakukan analisis model struktural (inner model/structural
model). Analisis ini digunakan untuk melihat bagaimana hubungan antara variabel laten yang
satu dengan variabel laten lainnya.
4.5 Hasil Analisis SEM dan Interpretasi
Model persamaan struktural dibangun oleh dua sub-model yaitu inner model
(measurement model) dan outer model (stuctural model). Inner model digunakan untuk
menentukan hubungan antara variabel laten (konstruk), sedangkan outer model merupakan
model yang digunakan untuk menentukan hubungan antara variable yang dapat diamati
(indikator) dan konstruk yang mendasarinya. Dengan menggunakan perangkat lunak
SmartPLS 3 diperoleh penduga-penduga untuk masing-masing jalur sebagai berikut :
37
Gambar 4.2
Model Persamaan Struktural yang Dianalisis dengan
Penduga dari Masing-Masing Jalur
Model pada gambar 4.2 menunjukkan besar pengaruh indikator terhadap variabel
laten dan pengaruh antar variabel latennya. Signifikan dan tidak signifikannya suatu besaran
pengaruh dapat dilihat dari nilai p-value yang dibandingkan dengan alpha atau dapat juga t-
statistik yang dibandingkan terhadap t-tabel, dengan sampel sebanyak 80 dan alpha 0.05
maka diperoleh nilai t-tabel = 1.96. Apabila p-value < alpha atau t-statistik > t-tabel maka
pengaruh yang diberikan signifikan. Kemudian, nilai R2 menunjukkan besar keragaman yang
dijelaskan oleh variabel laten eksogen terhadap variabel laten endogennya.
38
Gambar 4.3
Model Persamaan Struktural dengan
Nilai t-statistik dari Masing-Masing Indikator dan Jalur
Model pada gambar 4.3 menunjukkan nilai t-statistik masing-masing indikator
terhadap variabel laten dan pengaruh antar variabel latennya. Signifikan dan tidak
signifikannya suatu besaran pengaruh dapat dilihat dari nilai p-value yang dibandingkan
dengan alpha atau dapat juga t-statistik yang dibandingkan terhadap t-tabel, dengan sampel
sebanyak 80 dan alpha 0.05 maka diperoleh nilai t-tabel = 1.96. Apabila p-value < alpha atau
t-statistik > t-tabel maka pengaruh yang diberikan signifikan.
4.5.1. Hasil Output untuk Model Pengukuran
Berdasarkan gambar 4.2 dan gambar 4.3 akan dibahas mengenai nilai outer loading
untuk evaluasi outer model pada masing-masing variabel sebagai berikut,
1) variabel laten trust, memperlihatkan bahwa indikator A1, A2, dan A3 signifikan
(gambar 4.3) sebagai refleksi dari trust, sedangkan indikator A2 (general trust)
39
memiliki outer loading terbesar (0.853) (gambar 4.2) sebagai indikator yang paling
dominan pada trust.
2) variabel laten norms, memperlihatkan bahwa indikator A5, A6, A7, dan A8 signifikan
(gambar 4.3) sebagai refleksi dari norms, sedangkan indikator A7 (kemudahan
menitipkan anak/barang) memiliki outer loading terbesar (0.720) (gambar 4.2) sebagai
indikator yang paling dominan pada norms.
3) variabel laten network, memperlihatkan bahwa indikator A9, A10, dan A12 signifikan
(gambar 4.3) sebagai refleksi dari network, sedangkan indikator A9 (kepadatan
jaringan) memiliki outer loading terbesar (0.847) (gambar 4.2) sebagai indikator yang
paling dominan pada network.
4) variabel laten keinovasian, memperlihatkan bahwa indikator B3 dan B4 signifikan
(gambar 4.3) sebagai refleksi dari keinovasian, sedangkan indikator B4 (rasa ingin
tahu yang tinggi) memiliki outer loading terbesar (0.901) (gamnar 4.2) sebagai
indikator yang paling dominan pada keinovasian.
5) variabel laten keproaktifan, memperlihatkan bahwa indikator B5, B6, dan B7
signifikan (gambar 4.3) sebagai refleksi dari keproaktifan, sedangkan indikator B6
(kominmen pada kontrak kerja) memiliki outer loading terbesar (0.871) (gambar 4.2)
sebagai indikator yang paling dominan pada keproaktifan.
6) variabel laten pengambilan keputusan/resiko, memperlihatkan bahwa indikator B10,
B11, dan B12 signifikan (gambar 4.3) sebagai refleksi dari pengambilan
keputusan/resiko, sedangkan indikator B11 (perencanaan sistematik) memiliki outer
loading terbesar (0.887) (gambar 4.2) sebagai indikator yang paling dominan pada
pengambilan keputusan/resiko.
7) variabel laten kesejahteraan, memperlihatkan bahwa indikator C1 dan C7 signifikan,
sedangkan indicator C2, C3, C4, dan C5 tidak signifikan (gambar 4.3) sebagai refleksi
dari kesejahteraan (gambar 4.3). Indikator C1 (kepuasan terhadap standar hidup)
memiliki outer loading terbesar (0.799) (gambar 4.2) sebagai indikator yang paling
dominan pada kesejahteraan.
4.5.2 Hasil Output untuk Model Struktural
A. Hubungan antara First Order Laten dengan Second Order Laten
40
Tabel 4.10 Nilai Path Coefficients pada Hubungan antara First Order Laten dengan
Second Order Laten
First Order
Laten
Second
Order Laten
Original
Sample
Standard
Error
T Statistics
(|O/STER|)
Modal
Sosial
Trust 0.456 0.073 8.997 (s)
Norms 0.484 0.058 7.706 (s)
Network 0.322 0.064 9.106 (s)
Sumber: Data Primer (2015),diolah *s = signifikan ts= tidak signifikan
Hasil pada tabel 4.10 menyatakan bahwa hubungan antara fisrt order laten modal
sosial dengan second order laten trust, norms, dan network yang bersifat formatif semuanya
signifikan (t-statistik > 1.96), dengan nilai koefisien jalur masing-masing sebesar 0.456,
0.484, dan 0.322, dan variabel norms yang lebih dominan membangun variabel modal sosial
sedangakn nilai R2 = 0.999 (gambar 4.2). Nilai R
2 tersebut mengindikasikan bahwa variabel-
variabel laten eksogen (trust, norms, dan network) mampu mewakili variabel laten
endogennya (modal sosial) sebesar 99.9%, yang berarti variabel-variabel trust, norms, dan
network yang membentuk variabel modal sosial dengan baik. Model persamaan struktural
untuk modal sosial adalah,
Modal Sosial = 0.456* trust +0.484* norms + 0.322*network + ζ.
B. Hubungan antar Fisrt Order Laten dan Hubungan Total
Tabel 4.11 Nilai Path Coefficients pada Hubungan antar First Order Laten
Hubungan Kausal Original
Sample
Standard
Error
T Statistics
(|O/STER|)
Modal Sosial → Keinovasian
Modal Sosial → Keproaktifan
Modal Sosial → Resiko
0.431 0.173 2.483 (s)
0.421 0.170 2.477 (s)
0.435 0.183 2.379 (s)
Keinovasian → Kesejahteraan -0.391 0.305 1.280 (ts)
Keproaktifan → Kesejahteraan 0.135 0.274 0.493 (ts)
Resiko → Kesejahteraan 0.210 0.289 0.729 (ts)
Sumber: Data Primer (2015),diolah *s = signifikan ts= tidak signifikan
Menurut hasil pada table 4.11, ketiga hubungan kausal (langsung) antara modal
sosial dengan keinovasian, keproaktifan, dan pengambilan keputusan/resiko sebagai dimensi-
41
dimensi orientasi kewirausahaan memiliki nilai yang signifikan pada taraf uji 5% (t-statistik
>1.96), dengan nilai koefisien jalur yang hampir sama (0.4). Hal ini berarti pengaruh modal
sosial cukup merata dan signifikan terhadap semua dimensi orientasi kewirausahaan pelaku
UMKM di Kabupaten Jembrana. Akan tetapi hubungan kausal antara keinovasian,
keproaktifan, dan Resiko (orientasi kewirausahaan) dengan kesejahteraan menunjukkan nilai
yang tidak signifikan. Hal ini berarti keinovasian (Inov), keproaktifan (Proaktif), dan
pengambilan keputusan/resiko (Resiko) tidak memberikan pengaruh langsung yang
signifikan terhadap kesejahteran pelaku UMKM (masyarakat) di Kabupaten Jembrana. Nilai
R2 = 0.118 yang diperoleh mengindikasikan bahwa variabel-variabel laten eksogen
(keinovasian, keproaktifan, dan pengambilan keputusan/resiko) hanya mampu mewakili
variabel laten endogennya (kesejahteraan) sebesar 11.8%, yang berarti variabel-variabel
eksogen tersebut hanya sebagian kecil saja menggambarkan keragaman kesejahtraan yang
berarti kesejahteraan lebih banyak dipengaruhi oleh variable lain. Model persamaan
struktural untuk kesejahteraan adalah,
Kesjahteraan = -0.391*Inov + 0.135*Proaktif + 0.210*Resiko + ζ
Tabel 4.12 Nilai Path Coefficients pada Hubungan Total
Hubungan Kausal Original
Sample
Standard
Error
T Statistics
(|O/STER|)
Modal Sosial →
Kesejahteraan 0.014 0.182 0.110 (ts)
Trust → Keinovasian 0.197 0.091 2.166 (s)
Trust → Keproaktifan 0.192 0.071 2.705 (s)
Trust → Resiko 0.198 0.095 2.090 (s)
Norms → Keinovasian 0.209 0.097 2.147 (s)
Norms → Keproaktifan 0.204 0.090 2.252 (s)
Norms → Resiko 0.211 0.093 2.275 (s)
Network → Keinovasian 0.139 0.056 2.492 (s)
Network → Keproaktifan 0.136 0.077 1.758 (ts)
Network → Resiko 0.140 0.077 1.830 (ts)
Sumber: Data Primer (2015),diolah *s = signifikan ts= tidak signifikan
42
Menurut hasil pada tabel 4.12, hubungan total antara modal sosial dengan
kesejahteraan melalui dimensi orientasi kewirausahaan memiliki nilai t-statistik yang tidak
signifikan pada taraf uji 5% (t-statistik <1.96). Hal ini berarti modal sosial secara total tidak
berpengaruh terhadap kesejahteraan pelaku UMKM (masyarakat)di Kabupaten Jembrana,
walaupun hasil analisis (table 4.11) memperlihatkan modal sscial secara lanmgsung
berpengaruh terhadap semua dimensi orientasi kewirausahaan.
Namun tabel 4.12 memperlihatkan hubungan total variabel trust dengan
keinovasian, keproaktifan, dan pengambilan keputusan/resiko (dimensi orientasi
kewirausahaan) memiliki nilai yang signifikan pada taraf uji 5% (t-statistik >1.96), demikian
pula ketiga hubungan total antara variable norms dengan keinovasian, keproaktifan, dan
pengambilan keputusan/resiko memiliki nilai yang signifikan pada taraf uji 5% (t-statistik
>1.96). Sedangkan hubungan total antara variabel network dengan keinovasian memiliki nilai
yang signifikan pada taraf uji 5% (t-statistik >1.96), akan tetapi dua hubungan total antara
variabel network dengan keproaktifan dan pengambilan keputusan/resiko tidak signifikan
pada taraf uji 5% (t-statistik <1.96). Hal ini berarti pengaruh komponen modal sosial (trust,
norms, dan network) secara total cukup berpengaruh terhadap dimensi orientasi
kewirausahaan bagi pelaku UMKM di Kabupaten Jembrana.
4.5.3 Uji Hipotesis dan Pengujian dengan SEM PLS
Hipotesis-hipotesis yang dibentuk pada penelitian ini, dapat diuji dengan
menggunakan nilai-nilai signifikansi dan koefisien jalur yang telah diperoleh pada sub bab
sebelumnya (gambar 4.2 dan 4.3). Adapun hasil uji hipotesis akan dibahas sebagai berikut:
H1 : Modal sosial melalui keionavsian mempengaruhi kesejahteraan.
Tabel 4.11 menunjukan hubungan kausal antara variabel modal sosial dengan keinovasian
pelaku UMKM memiliki nilai signifikansi sebesar 2.483 yang signifikan pada taraf uiji 5%
(t-statistik > 1.96), sedangkan nilai koefisien jalur sebesar 0.431. Akan tetapi hubungan
kausal antara keinovasian dengan kesejahteraan mempunyai nilai signi-fikansi 1.280 yang
menyatakan bahwa hubungan kausal ini tidak signifikan pada taraf uji 5%. Karena hubungan
total antara modal sosial dengan kesejahteraan tidak signifikan (tabel 4.12), hal ini berarti
bahwa H1 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa modal sosial melalui keinovasian tidak
berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan pelaku UMKM (masyarakat) di Kabupaten
Jembrana.
43
H2 : Modal sosial melalui keproaktifan mempengaruhi kesejahteraan.
Hubungan kausal antara variabel modal sosial dengan keproaktifan pelaku UMKM memiliki
nilai signifikansi sebesar 2.477 yang signifikan pada taraf uiji 5% (t-statistik > 1.96),
sedangkan nilai koefisien jalur sebesar 0.427. Akan tetapi hubungan kausal antara
keiproaktifan dengan kesejahteraan mempunyai nilai signifikansi 0.493 yang menyatakan
bahwa hubungan kausal ini tidak signifikan pada taraf uji 5%. Karena hubungan total antara
modal sosial dengan kesejahteraan tidak signifikan (tabel 4.12), hal ini berarti bahwa H2
ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa modal sosial melalui keproaktifan tidak
berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan pelaku UMKM (masyarakat) di Kabupaten
Jembrana.
H3 : Modal sosial melalui pengambilan keputusan/resiko mempengaruhi
kesejahteraan.
Hubungan kausal antara variabel modal sosial dengan kemampuan pelaku UMKM dalam
pengambilan keputusan/resiko memiliki nilai signifikansi sebesar 2.379 yang signifikan pada
taraf uji 5% (t-statistik > 1.96), sedangkan nilai koefisien jalur sebesar 0.435. Akan tetapi
hubungan kausal antara pengambilan keputusan/resiko dengan kesejahteraan mempunyai
nilai signifikansi 0.729 yang berarti bahwa hubungan kausal ini tidak signifikan pada taraf uji
5%. Karena hubungan total antara modal sosial dengan kesejahteraan tidak signifikan (tabel
4.12), hal ini berarti bahwa H3 juga ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa modal sosial
melalui kemampuan pengambilan keputusan/resiko tidak berpengaruh signifikan terhadap
kesejahteraan pelaku UMKM (masyarakat) di Kabupaten Jembrana.
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya sehubungan dengan proses
pemodelan persamaan struktural untuk mengakaji pengaruh modal sosial melalui dimensi
orientasi kewirausahaan terhadap kesejahteraan di Kabupaten Jembrana, maka disimpulkan
sebagai berikut,
1) Model persamaan struktural untuk variable endogen modal sosial dengan komponen
formatif (variable eksogen) trust, norms, dan network adalah,
Modal Sosial = 0.456* trust +0.484* norms + 0.322*network + ζ.
Sedangkan model persamaan struktural untuk variable endogen kesejahteraan dengan
komponen variabel eksogen yang merupakan variable antara yaitu keinovasian (Inov),
keproaktifan (Proaktif), dan pengambilan keputusan/resiko (Resiko) adalah,
Kesjahteraan = -0.391*Inov + 0.135*Proaktif + 0.210*Resiko + ζ
2) Modal sosial melalui keinovasian dalam berwirausaha tidak berpengaruh signifikan
terhadap kesejahteraan pelaku UMKM (masyarakat) di Kabupaten Jembrana.
3) Modal sosial melalui keproaktifan berwirausaha tidak berpengaruh signifikan terhadap
kesejahteraan pelaku UMKM (masyarakat) di Kabupaten Jembrana.
4) Modal sosial melalui kemampuan pengambilan keputusan/resiko dalam berwirausaha
tidak berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan pelaku UMKM (masyarakat) di
Kabupaten Jembrana.
45
5.2 Saran (Rekomendasi)
Walaupun modal sosial secara total melalui semua dimensi orientasi kewira-ushaan tidak
berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan, akan tetapi karena peran modal sosial secara
langsung sangat berpengaruh terhadap semua dimensi orientasi kewirausahaan (sebagai
variabel antara). Konsekuensi atas hasil penelitian ini dapat dijadikan strategi pembangunan
ekonomi bagi pelaku UMKM (masyarakat) di Kabupaten Jembrana dalam memberdayakan
kemampuan orientasi kewirausahaan (budaya wirausaha yang dimotori oleh peran modal
sosial) untuk meningkatkan nilai tambah outcome. Kebijakan pembangunan ekonomi
hendaknya diarahkan dan dibina oleh instansi terkait di Kabupaten Jembrana agar secara
maksimal mampu memberikan nilai tambah yang lebih besar dalam meningkatkan
penghasilan dari aktivitas kewirausahaa pelaku UMKM. Strategi pembangunan ekonomi
bidang UMKM yang disusun agar mengoptimalkan kemampuan orientasi kewirausahaan
yang dimotori oleh revitalisasi peran modal sosial untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di Kabupaten Jembrana.
46
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Jembrana Dalam Angka 2014. Negara : Badan Pusat Statistik Kabupaten
Jembrana, Bali
Ambara, I Gede Adi, 2010, Peran Modal Sosial dalam Pemberdayaan Ekonomi Desa Adat/
Pekraman (Studi Kasus Lembaga Perkreditan Desa, Desa Pakraman Tibubiyu, Kabupaten
Tabanan, Bali), Universitas Brawijaya, Malang
Atazadeh, Y., Ghahfarkhi, S.H., Rezaei, K., Karimi, M.. 2014. Interactive Relationship between
the Dimensions of Social Capital and Entrepreneurial Orientation with Respect to the
Characteristics Approach (Case Study: City of Tabriz, Iran), Research Journal of Recent
Sciences ,Vol. 3(4), 112-120
Coleman J S. 1988. Social Capital in The Creation of Human Capital. American Journal of
Sociology, Volume 94.
Folland, S., Rocco, L. (2014). The Economics of Social Capital and Health A Conceptual and
Empirical Roadmap, Washington, D.C.: World Scientific.
Fukuyama F. 1999. Social Capital and Civil Society. The Institut of Public Policy. George
Mason University.
Gotz, O., Gobbers, K.L. & Krafft, M., 2010. Evaluation of Struktural Equation Models Using the
Partial Least Squares (PLS) Aproach. Handbook of Partial Least Squares, pp.691-711.
Grootaert, C. 1999. Social Capital, Household Welfare and Poverty in Indonesia, Local Level
Institutions Study,,Social Development Department Environmentally and Socially
Sustainable Development Network, The World Bank.
Hagfors, R., Kajanoja, J., 2007, The Welfare State, Inequality and Social Capital, Social
Contexts and Responses to Risk Network (SCARR) Conference on ”Risk & Rationalities”,
Queens’ College, Cambridge.
Henseler, J., Ringle, C.M. & Sinkovics, R.R., 2009, The Use Of Partial Least Squares Path
Modeling In International Marketing. Advances in International Marketing Journal, Vol.20,
pp.277-319.
Hartono, R., Soegianto, Hindarwati, E.N., 2013, Analisis Pengaruh Modal Sosial dan Orientasi
Kewirausahaan Terhadap Kinerja Perusahaan, Universitas Bina Nusantara, Jakarta
Humaira, R., 2011, Peranan Modal Sosial dalam Pengembangan Nilai Kewirausa-haan (Kasus
Pedagang Kecil dan Anggota Kelompok Tani di Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga
Kabupaten Bogor), IPB Bogor.
47
Jaya, I.G.N.M. & Sumertajaya, I.M., 2008. Pemodelan Persamaan Struktural Dengan Partial
Least Square. Prosiding Semnas Matematika dan Pendidikan Matematika, 1, pp.118-32.
Kamarni, N., 2013, Analisis Modal Sosial dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
(Studi Kasus: Rumah Tangga di Kelurahan Beringin Kecamatan Lubuk Kilangan).
Lumpkin, G. T. and Dess, G. G. 1996. Clarifying the entrepreneurial orientation construct and
linking it to performance..Academy of Management Review, 21(1):135-172.
Meniarta, K., Mas’udi, W., Ari Dwipayana, A.A.G.N. 2009. Dinamika Sistem Kesejahteraan dan
Modal Sosial di Masyarakat Banjar Pakraman-Bali. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
(JSP), Volume 13, Nomor 2: 231-248, ISSN 1410-4946.
Mudiarta, K.G. 2009. Jaringan Sosial (Networks) dalam Pengembangan Sistem dan Usaha
Agribisnis: Perspektif Teori dan Dinamika Studi Kapital Sosial., Forum Penelitian Agro
Ekonomi, Volume 27, No. 1: 1-12. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta.
Rao B. 2001. East Asian Economics : The Miracle, a Crisis and the Future. MacGraw-Hill.
Singapore.
Sethi, J. and Saxena, A. 2011. Entrepreneurial, Motivation, Performance and Rewards,
Entrepreneurship Development Institute (EDI) of India , Ahemdabad.
The World Bank Group, 2011, What is Social Capital?,
http://go.worldbank.org/K4LUMW43B0.
The International Wellbeing Group ,2013., Personal Wellbeing Index: 5th Edition, Melbourne:
Australian Centre on Quality of Life, Deakin University.
Thobias, E., Tungka, A.K., Rogahang, J.J., 2013. Pengaruh Modal Sosial Terhadap Perilaku
Kewirausahaan : Suatu studi pada pelaku usaha mikro kecil menengah di Kecamatan
Kabaruan Kabupaten Kepulauan Talaud. Journal “Acta Diurna”
Todaro, M.P., Smith, S.C., 2006, Pemba-ngunan Ekonomi/ Edisi Kesembilan Jilid 1, Penerbit
Erlangga.
Vipriyanti, Nyoman Utari, 2011, Modal Sosial dan Pembangunan Wilayah : Mengkaji Succes
Story Pembangunan di Bali, Penerbit Universitas Brawijaya (UB) Press.
48
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN I : INSTRUMEN (KUISIONER) PENELITIAN
LAMPIRAN II : SUSUNAN TIM PENELITI
LAMPIRAN III : LOG BOOK (CATATAN HARIAN)
LAMPIRAN IV : LUARAN (ARTIKEL/MAKALAH ILMIAH)
1
LAMPIRAN I
==========================================================
KUISIONER PENELITIAN HUPS (Hibah Unggulan Pogram Studi)
PENGARUH MODAL SOSIAL MELALUI DIMENSI ORIENTASI
KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
DI KABUPATEN JEMBRANA, BALI
Kepada Responden Yang Terhormat,
Berkenaan dengan rencana penelitian dalam skema Hibah Unggulan Program Studi
(HUPS) dari Jur/PS. Matematika FMIPA UNUD tahun 2015, kami bermaksud mengadakan
penelitian melalui penyebaran kuisioner pada rumah tangga yang menjadi sampel (unit)
penelitian di Kabupaten Jembrana, Bali. Kami ingin meneliti keterkaitan dan peran modal sosial
melalui aktivitas kewirausahaan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten
Jembrana, Bali.
Demikian kata pengantar kami sampaikan dan mohon partisipasi responden untuk
menyampaikan data/kondisi yang sebenarnya sesuai pertanyaan dalam kuisioner ini. Terimakasih
yang setinggi-tingginya kami sampaikan kepada para responden atas kesediaan waktu dan
pemikirannya dalam memberikan data dan informasi terkait dengan penelitian ini.
Denpasar, …… Juni 2015
Ketua Tim Peneliti,
TTD.
(G.K. Gandhiadi)
2
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama : ………………………………………………………………….
2. Alamat : Banjar/Dusun …………………………………………………
Desa/Kelurahan ……………………………………………..
3. Jenis Kelamin : [ ] Laki [ ] Perempuan
4. Umur : [ ] 21 – 30 tahun [ ] 31 – 40 tahun
[ ] 41 – 50 tahun [ ] ≥ 50 tahun
5. Pendidikan Terakhir : [ ] SD [ ] SMP [ ] SMA
[ ] Diploma/Sarjana [ ] Tidak Sekolah
6. Pekerjaan : …………………………………………………………………
A. Berilah tanda “X” pada kolom Pendapat untuk menyatakan pendapat anda mengenai peran
modal sosial sesuai indikator yang ditanyakan pada aktivitas sosial yang dijalani.
(TS : Tidak Setuju, KS : Kurang Setuju, R : Ragu-ragu, S : Setuju, SS : Sangat Setuju)
No Item Pertanyaan Pendapat
TS
(1)
KS
(2)
R
(3)
S
(4)
SS
(5)
1 Secara umum, sebagaian besar orang dapat dipercaya
dalam berinteraksi dengan orang-orang tersebut.
2 Sebagian besar tetangga dapat dipercaya.
3 Secara umum, Bapak /Ibu percaya dengan orang dari etnis
yang sama.
3
4 Secara umum Bapak/Ibu percaya dengan orang dari etnis
yang lain.
5 Sebagian besar tetangga siap saling bantu membantu.
6 Apabila ada kegiatan yang tidak memberi keuntungan
langsung bagi Bapak/Ibu tetapi bermanfaat bagi
masyarakat umum, Bapak/Ibu siap akan memberi bantuan
fisik/uang.
7 Apabila tiba-tiba Bapak/Ibu harus bepergian jauh, maka
Bapak/Ibu cukup mudah untuk menitipkan rumah dan
anak-anak pada tetangga.
8 Apabila Bapak/Ibu membutuhkan dana yang sifatnya
segera, banyak orang yang pasti bersedia memberi
pinjaman uang.
9 Secara umum, banyak anggota keluarga Bapak/Ibu terlibat
dalam keanggotaan kelompok/komunitas sosial budaya
ataupun bisnis.
10 Secara umum, banyak teman dekat/sahabat yang bisa
diajak berkeluh kesah mengenai berbagai masalah.
11 Secara umum, cukup besar anggaran yang dikeluarkan
untuk aktivitas sosial budaya per bulan.
12 Secara umum, banyak anggota keluarga Bapak/Ibu yang
ikut bekerja untuk menambah penghasilan keluarga.
4
B. Berilah tanda “X” pada kolom Pendapat untuk menyatakan pendapat anda mengenai
kompetensi kewirausahaan anda dalam aktivitas kewirausahaan yang dijalani.
(TS : Tidak Setuju, KS : Kurang Setuju, R : Ragu-ragu, S : Setuju, SS : Sangat Setuju)
No Item Pertanyaan Pendapat
TS
(1)
KS
(2)
R
(3)
S
(4)
SS
(5)
1 Saya selalu mencari dan melakukan hal-hal yang perlu
dilakukan sebelum diminta oleh orang lain.
2 Saya selalu melakukan hal-hal baru, karena Saya suka
tantangan dan peluang baru.
3 Ketika dihadapkan dengan masalah yang sulit, saya
menghabiskan banyak waktu untuk menemukan solusi
dan saya terus mencoba untuk mencapai apa yang saya
inginkan..
4 Ketika memulai tugas atau proyek baru, saya
mengumpulkan banyak informasi dan mencari nasihat
dari orang-orang yang tahu banyak tentang masalah atau
tugas tersebut.
5 Saya memberikan banyak waktu dan usaha untuk
menyelesaikan pekerjaan saya tepat waktu.
6 Hal ini penting bagi saya untuk melakukan pekerjaan
yang berkualitas tinggi dan tidak ingin bekerja asal-
asalan.
7 Saya selalu mencari cara untuk melakukan hal-hal yang
lebih cepat dan merasa sangat terganggu ketika waktu
saya yang terbuang sia-sia.
8 Saya berusaha meyakinkan orang lain tentang ide-ide saya
dan mendorong orang lain untuk mendukung rekomendasi
saya.
5
9 Jika saya marah atau kesal dengan seseorang, saya
mengatakan kepada orang tersebut, juga memberitahu
orang lain ketika mereka tidak tampil seperti yang
diharapkan.
10 Saya merasa yakin akan berhasil di bidang apapun yang
saya coba lakukan dan saya tidak berubah pikiran jika
orang lain tidak setuju dengan saya.
11 Saya merencanakan proyek besar dengan memecahnya
menjadi tugas-tugas yang lebih kecil melalui pendekatan
logis dan sistematis untuk kegiatan proyek tersebut.
12 Saya memikirkan banyak cara untuk memecahkan
masalah. Jika salah satu pendekatan untuk masalah tidak
bekerja, saya berpikir untuk mencari pendekatan lain.
C. Berilah tanda “X” pada kolom Pendapat untuk menyatakan pendapat anda mengenai
kepuasan tentang hidup anda secara keseluruhan (kesejahteraan subyektif).
(TP : Tidak Puas, KP : Kurang Puas, R : Ragu-ragu, P : Puas, SP : Sangat Puas)
No Item Pertanyaan
Seberapa puaskah anda dengan …………….?
Pendapat
TP
(1)
KP
(2)
R
(3)
P
(4)
SP
(5)
1 Standar hidup Anda?
2 Kesehatan Anda?
3 Apa yang Anda capai dalam hidup ini?
4 Hubungan pribadi Anda dengan orang lain?
5 Perasaan aman di kehidupan Anda?
6 Proses interaksi dan menjadi bagian dalam komunitas
kehidupan Anda?
7 Keamanan masa depan Anda?
LAMPIRAN II
Susunan Organasasi Tim Peneliti HUPS dan Pembagian Tugas
No. Nama dan NIDN Instansi Asal Bidang Ilmu Alokasi Waktu
(Jam/Minggu)
Uraian Tugas
1 Drs. G.K.
Gandhiadi, MT./
0030096201
(Ketua Tim)
UNUD Matematika
Terapan
10 Mengkaji
permasalahan
dan teori yang
dipakai sbg
pendukung
2 Ir. Komang
Dharmawan,
M.Math.,Ph.D/
0018026202
UNUD Matematika
Terapan
10 Analisis dan
Pengolahan data
dengan SEM
3 Kartikasari,
S.Si.,M.Sc /
0011077004
UNUD Matematika
Terapan
10 Analisis dan
perancangan
model/system
4 Ni Putu Tresiani
Manutami /NIM.
1008405032
UNUD Statistika 10 Analisis hasil
kuisioner dan
Pengolahan data
1
LAMPIRAN III
CATATAN HARIAN (LOG BOOK)
No Tanggal Kegiatan
1 11/02/2015 Catatan: Penyusunan Proposal HUPS dan browse materi-materi
pendukung.
Dokumen Pendukung:
Biaya pulsa Internet untuk browsing materi-materi pendukung proposal 2
paket @ 102.000,- = Rp.204.000
2 26/04/2015 Catatan: Penggandaan proposal
Dokumen Pendukung:
1. Kertas HVS A4 1 rim @ Rp. 35.000= Rp. 35.000
2. Fotocopy proposal, rangkap 6@ 35 hal/Rp.200 = Rp.42.000
3. Jilid 6 Proposal, @.Rp. 6.000 = Rp.36.000,-
4. Tinta printer hitam : 1 kotak @ Rp. 43.000,- = Rp. 43.000,-
5. Pembelian materai 2 lbr @ Rp. 7.000= Rp.14.000
Total Nota = Rp. 170.000,-
3 25/05/ 2015 Catatan: Penandatangan Surat Perjanjian Penugasan dalam rangka
pelaksanaan Hibah Unggulan Program Studi Tahun anggaran 2015,
Nomor: 1316/UN14.1.28.I/PP/2015
Dokumen Pendukung:
Surat Perjanjian Penugasan
4 29/05/2015 Catatan:Pengumpulan referensi tambahan untuk bahan pembuatan
Kuisioner Penelitian
Dokumen Pendukung:
Referensi yang diperoleh:
- Sethi, J. and Saxena, A. 2011. Entrepreneurial, Motivation,
Performance and Rewards, Entrepreneurship Development
Institute (EDI) of India , Ahemdabad. - The International Wellbeing Group ,2013., Personal Wellbeing
Index: 5th Edition, Melbourne: Australian Centre on Quality of
Life, Deakin University
- The World Bank Group, 2011, What is Social Capital?,
http://go.worldbank.org/K4LUMW43B0
Dokumen Pendukung:
Biaya beli pulsa @ Rp. 102.000, sebanyak 2 paket = Rp. 204.000,-
5 30/05/2015 Catatan: Studi Lapangan , Kunjungan ke BPS Kabupaten Jembrana,
Penyiapan bahan-bahan Kuisioner dan Perancangan Penelitian
Dokumen Pendukung:
1. Perjalanan Tim ke Lapangan = Rp. 500.000,-
2. Lumpsum : 6 Org X Rp. 75.000,- = Rp. 450.000,-
----------------------------------------- +
Kwitansi Total = Rp. 950.000,-
2
6 03/06/2015
Catatan: Pembelian ATK
1. Kertas HVS A4 Sinar Dunia 70 gr : 5 rim
@Rp35.000 = Rp. 175.000,-
2. Kertas HVS F4 Sinar Dunia 70 gr : 3 rim
@ Rp. 40.000,- = Rp. 120.000,-
3. Flash dish 8 GB : 3 buah @Rp 150.000 = Rp. 450.000,-
4. Tinta printer warna, 1 kotak @ Rp. 50.000,- = Rp. 50.000,-
5. Pulpen (1 kotak) = Rp. 95.000,-
6. Map folio : 20 bh @ Rp. 5.000,- = Rp. 100.000,-
Dokumen Pendukung:
Nota Belanja ATK, sebesar Rp. 990.000,-
7 07/06/2015 Catatan: Pengumpulan referensi tambahan untuk bahan kajian dan
analisis data kuisioner.
Dokumen Pendukung:
1. Biaya beli pulsa @ Rp. 102.000, sebanyak 2 paket = Rp. 204.000,-
8 15/06/2015 Catatan: Rapat Penyusunan Kuisioner, Persiapan Penyebaran Kuisioner
ke Lapangan, dan Supervisi Kuisioner pada petugas dalam rangka
membahas teknis di lapangan.
Dokumen Pendukung:
1. Snack : 2 X 6 org @ Rp. 10.000,- = Rp. 120.000,-
2. Makan : 6 Org X Rp. 20.000,- = Rp. 120.000,-
3. Sewa komputer/laptop : 5 @ Rp.100.000,- = Rp. 500.000,-
----------------------------------------- +
Kwitansi Total = Rp. 740.000,-
9 20/06/2015 Catatan: Foto copy kuisioner
Dokumen Pendukung:
Nota Fotocopy Kuesioner :
150 x 5 lbr x Rp. 200 = Rp. 150.000,-
10 24/06/205 Catatan: Pengumpulan dan penyebaran kuisioner di Desa Gumbrih dan
Desa Pekutanan ( Kecamatan Pekutanan),
Dokumen Pendukung:
1. Transport (Sewa mobil) : Rp. 300.000,-
2. Lumpsun petugas : 4 Org @ Rp. 75.000,- = Rp. 300.000,-
3. Souvenir utk responden : 20 bh @ Rp. 15.000,- = Rp. 300.000,-
Kwitansi total = Rp. 900.000,-
11 30/06/2015 Catatan: Pengumpulan dan penyebaran kuisioner di Desa Dauhwaru dan
Desa Pendem (Kecamatan Jembrana),
Dokumen Pendukung:
1. Transport (Sewa mobil) : Rp. 300.000,-
2. Lumpsun petugas : 4 Org @ Rp. 75.000,- = Rp. 300.000,-
3. Souvenir utk responden : 20 bh @ Rp. 15.000,- = Rp. 300.000,-
Kwitansi total = Rp. 900.000,-
12 05/07/2015 Catatan: Pembelian ATK
(1) Cartridge Hitam BJC 1 buah @Rp 300.000 = Rp.300.000
(2) Cartridge Warna BJC 1 buah @Rp 350.000 = Rp. 350.000
(3) Tinta printer Canon : 5 kotak @ Rp.50.000 = Rp. 250.000
Dokumen Pendukung:
Nota Belanja ATK Rp. 900.000,-
3
13 08/07/2015 Catatan: Pengumpulan dan penyebaran kuisioner di Desa Perancak dan
Desa Banjar Tengah (Kecamatan Negara),
Dokumen Pendukung:
1. Transport (sewa mobil) : Rp. 300.000,-
2. Lumpsun petugas : 4 Org @ Rp. 75.000,- = Rp. 300.000,-
3. Souvenir utk responden : 20 bh @ Rp. 15.000,- = Rp. 300.000,-
Kwitansi total = Rp. 900.000,-
15 22/07/2015 Catatan: Pengumpulan dan penyebaran kuisioner di Desa Melaya dan
Desa Palasari (Kecamatan Melaya),
Dokumen Pendukung:
1. Transport (Sewa mobil) : Rp. 300.000,-
2. Lumpsun petugas : 4 Org @ Rp. 75.000,- = Rp. 300.000,-
3. Souvenir utk responden : 20 bh @ Rp. 15.000,- = Rp. 300.000,-
Kwitansi total = Rp. 900.000,-
16 26/07/2015 Catatan: Instal software dan Input data kuisioner pada software
pendukung
Dokumen pendukung :
1. Sewa komputer (laptop) : 2 Unit/hari @ Rp. 100.000,- =
Rp. 200.000,-
2. Beli pulsa 1 paket : Rp.102.000,-
Total Nota : Rp. 302.000,-
17 27/07/2015 Catatan: Pengolahan Data dengan software untuk bahan kajian dan
analisis data kuisioner
Dokumen Pendukung:
1. Biaya Pengolahan Data I dengan paket program Smart PLS :
Rp. 750.000,-
2. Hasil Pengolahan Data I
18 28/07/2015 Catatan: Analisis data sementara.
Dokumen pendukung :
1. Sewa komputer : 2 Unit/hari @ Rp. 100.000,- = Rp. 200.000,-
2. Hasil Analisis Data I
19 05/08/2015 Catatan: Pengolahan Data dengan software untuk bahan kajian dan
analisis data kuisioner.
Dokumen Pendukung:
1. Biaya Pengolahan Data II dengan paket program Smart PLS :
Rp. 750.000,-
2. Hasil Pengolahan Data II
20 06/08/2015 Catatan: Analisis data II.
Dokumen pendukung :
1. Sewa komputer : 2 Unit/hari @ Rp. 100.000,- = Rp. 200.000,-
2. Hasil Analisis Data II
21 27/08/2015 Catatan: Pembuatan materi Laporan Kemajuan Penelitian untuk Monev
dan Logbook 70%
Dokumen Pendukung :
1. Lap Kemajuan Penelitian
2. Logbook 70%
4
22 30/08/2015 Catatan: Pembuatan materi presentasi power point untuk Monev
23 05/09/2015 Catatan: Pengolahan Data dengan software untuk bahan kajian dan
analisis data kuisioner.
Dokumen Pendukung:
1. Biaya Pengolahan Data III dengan paket program Smart PLS :
Rp. 750.000,-
2. Hasil Pengolahan Data III
06/09/2015 Catatan: Analisis data III.
Dokumen pendukung :
1. Sewa komputer : 2 Unit @ Rp. 100.000,- = Rp. 200.000,-
2. Hasil Analisis Data III
20/09/2015 Proses pencairan dana penelitian 70%
Dokumen Pendukung :
1. Fotocopy Berkas : 60 Lb X Rp. 200 = Rp. 12.000,-
2. Materei : 3 Lb X Rp. 7000 = Rp. 21.000,-
Total nota/kwitansi : Rp. 33.000,-
25/10/2015 Penyusunan Abstrak, dan Lapaoran Akhir
26/10/2015 Penyusunan Artikel/Makalah
02/11/2015 Penyusunan Logbokk 100% dan finalisasi Laporan Akhir.
Dokumen Pendukung :
1. Fotocopy Laporan Akhir : 5 X 70 X Rp. 200,- = Rp. 70.000,-
2. Jilid Laporan : 5 X Rp. 8.000,- = Rp. 40.000,-
Total = Rp. 110.000,-
03/11/2015 Proses pencairan dana penelitian sisa 30%
Dokumen Pendukung :
1. Fotocopy Berkas : 10 X 5 Lb X Rp. 200 = Rp. 11.000,-
2. Materei : 3 Lb X Rp. 7000 = Rp. 21.000,-
Total kwitansi : Rp. 32.000,-
15/11/2015 Penyisihan Anggaran untuk Seminar Nasional Matematika 2016 di
Yogyakarta dan publikasinya.
Dokumen Pendukung :
1. Tiket pesawat DPS-YOG (PP) : Rp. 1.400.000,-
2. Lumpsum, 2 hari @ Rp. 350.000,- = Rp. 700.000,-
3. Pendaftaran Seminar = Rp. 500.000,-
4. Penginapan (1 malam) = Rp. 400.000,-
Kwitansi total ; Rp. 3. 000.000,-
17/11/2015 Anggaran untuk pemaparan hasil penelitian pada Seminar Nasional MIPA
2015 di Undiksha Singaraja, pada tanggal 7 Desember 2015.
Dokumen Pendukung :
1. Perjalanan ke Singaraja (PP) : Rp. 250.000,-
2. Fotocopy artikel dan abstrak : Rp. 50.000,-
3. Flasdisk 8GB (1 bh) : Rp. 150.000,-
4. Pendaftaran Seminar : Rp. 250.000,-
Kwitansi total = Rp. 700.000,-
TOTAL DANA PENELITIAN = Rp. 15.139.000,-
(limabelas juta seratus tiga puluh Sembilan ribu rupiah)
MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL UNTUK MENGKAJI
PENGARUH MODAL SOSIAL MELALUI DIMENSI ORIENTASI
KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
DI KABUPATEN JEMBRANA, BALI
G K Gandhiadi
1, Komang Dharmawan
2 dan Kartika Sari
3
1Jurusan Matematika, Fakultas MIPA, Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran
2Jurusan Matematika, Fakultas MIPA, Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran
3Jurusan Matematika, Fakultas MIPA, Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran
Abstrak
Penelitian tentang modal sosial yang melibatkan variabel laten telah berkembang pesat, namun tetap
memunculkan pertanyaan tentang peran modal sosial di masyarakat khususnya dalam hubungannya dengan
kesejahteraan. Variabel laten tersebut dapat diukur melalui indikator-indikator yang menjelaskannya, dapat
dianalisis dengan menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) atau Pemodelan Persamaan Struktural.
Premis dasar obyek penelitian ini adalah modal sosial dipandang sebagai faktor produktif yang memberikan
manfaat bagi setiap individu dan mampu menjalin hubungan dengan individu lainnya. Penekanan di bidang ilmu matematika terhadap obyek penelitian ini adalah mengkaji model atau hubungan antara peran modal sosial
melalui orientasi kewirausahaan bagi kesejahteraan masyarakat (pelaku UMKM) di Kabupaten Jembrana.
Sampel yang diambil sebanyak 80 pelaku UMKM, menggunakan purposive random sampling (disengaja)
dengan mempertimbangkan indikator modal sosial dan pembangunan ekonomi di wilayah Kabupaten Jembrana.
Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan bantuan software Smart PLS. Hasil penelitian mendapatkan
bahwa model persamaan struktural untuk variabel modal sosial dengan komponen formatif trust, norms, dan
network adalah,
Modal Sosial = 0.456* trust +0.484* norms + 0.322*network + ζ, dengan R2 = 0.999.
Sedangkan model persamaan struktural untuk variabel kesejahteraan dengan komponen variabel (variable
antara) yaitu keinovasian (Inov), keproaktifan (Proaktif), dan pengambilan keputusan/resiko (Resiko), dengan
premis modal sosial adalah,
Kesejahteraan = -0.391*Inov + 0.135*Proaktif + 0.210*Resiko + ζ, dengan R2 = 0.118. Secara umum diperoleh bahwa modal sosial melalui semua dimensi orientasi kewiraushaan secara total tidak
berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan pelaku UMKM (masyarakat) di Kabupaten Jembrana. Akan
tetapi secara langsung modal sosial berpengaruh signifikan terhadap semua dimensi orientasi kewirausahaan,
sehingga dapat disarankan kepada instansi terkait di Kabupaten Jembrana agar mengoptimalkan peran modal
sosial dalam merancang strategi pembangunan ekonomi bagi pelaku UMKM yang memberikan nilai tambah
outcome untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kata kunci: Structural Equation Modeling (SEM,) modal sosial, orientasi kewirausahaan, kesejahteraan
1. Pendahuluan
Structural Equation Modeling (SEM) atau Pemodelan Persamaan Struktural
merupakan suatu teknik statistik yang
mampu menganalisis hubungan antara
variabel laten dengan variabel indikatornya, hubungan antara variabel
laten yang satu dengan variabel laten
lainnya, juga mengetahui besarnya kesalahan pengukuran. SEM pertama kali
dikembangkan oleh Joreskog pada tahun
1973. Salah satu strategi SEM yang berbasis varians atau komponen
(component based SEM) yaitu metode
Partial Least Square (PLS) memung-
kinkan melakukan pemodelan persamaan struktural dengan asumsi data yang
digunakan tidak harus menyebar normal,
ukuran sampel boleh relatif kecil, dan indikator yang digunakan bersifat reflektif,
formatif, atau kombinasi keduanya. PLS
merupakan metode analisis yang digunakan untuk mengkonfirmasi teori,
dan dapat juga digunakan untuk menje-
laskan ada atau tidaknya hubungan antara
variable laten (Hair et. al, 2010). Salah satu kasus ilmu sosial yang
melibatkan variabel laten adalah kasus di
bidang modal sosial. Pandangan terbaru The Worl Bank Group (2011), menya-
takan bahwa cakupan lingkungan sosial
dan politik yang membentuk struktur
sosial dan norma-norma lebih memungkin-kan untuk berkembangnya modal sosial.
Pemahaman ini memperjelas pentingnya
modal sosial untuk hubungan kelembagaan yang paling formal dan terstruktur, seperti:
pemerintah, rezim politik, aturan hukum,
sistem pengadilan, serta kebebasan sipil dan politik. Pandangan ini tidak hanya
memaparkan kebaikan dan keburukan
modal sosial, serta pentingnya menempa
hubungan antar personal di masyarakat, tetapi mengakui bahwa kapasitas berbagai
kelompok sosial untuk bertindak sesuai
dengan kepentingan mereka sangat bergantung pada dukungan atau ketiadaan
yang yang mereka terima dari negara serta
sektor swasta. Pembangunan ekonomi dan sosial
tumbuh subur ketika perwakilan dari
negara, sektor korporasi, dan masyarakat
sipil membuat forum, dan melalui forum diupayakan menjadi sarana untuk meng-
identifikasi dan mengejar tujuan bersama
(Mubyarto. 2001). Faktor penentu proses pertumbuhan
ekonomi dalam pembangunan yang sering
diabaikan adalah cara pelaku ekonomi
dalam berinteraksi yang sangat dipengaruhi oleh modal social (Vipriyanti,
2011). Sejumlah penelitian tentang peran
modal sosial dalam peningkatan keseja-hteraan masyarakat, pertumbuhan
ekonomi, kondisi sosial dan politik, dan
pengukuran modal social telah banyak dilakukan. Masing-masing peneliti telah
memberikan penekanan dan determinan
yang berbeda tentang aspek modal sosial
dalam pembangunan. Pengelompokan sumber dan dimensi modal sosial sangat
dipengaruhi oleh metoda pendekatan yang
digunakan dalam pengu-kuran modal social (Grootaert (1999), Fukuyama
(1999), dan Rao (2001)). Secara umum
terdapat tiga kelompok utama modal sosial, yaitu : (1) Trust (Rasa percaya), (2)
Norm (Norma/ etika), dan (3) Networks
(Jaringan Kerja).
Penelitian tentang modal sosial telah berkembang pesat, namun tetap memun-
culkan pertanyaan tentang peran modal
sosial di masyarakat dalam kesejahteraan rumah tangga. Premis dasar obyek
penelitian ini adalah modal sosial dipan-
dang sebagai faktor produktif yang
memberikan manfaat bagi setiap individu dan mampu menjalin hubungan dengan
individu lainnya. Penekanan di bidang
ilmu matematika terhadap obyek peneli-tian ini adalah mengkaji model atau
hubungan antara peran modal sosial
melalui aktivitas kewirausahaan bagi kesejahteraan (subyektif) masyarakat
khususnya pelaku Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM).
Secara umum, peran modal sosial dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat tidak dapat berkorelasi secara
langsung. Modal sosial di tingkat rumah tangga akan mampu berperan melalui
sejumlah aktivitas antara (mediasi), salah
satunya melalui pelaksanaan program peningkatan budaya wirausaha (orientasi
kewirausahaan) pelaku UMKM (Hartono,
dkk. 2013), antara lain dengan menum-
buhkan inovasi dalam budaya wirausaha, meningkatkan keproaktifan dalam
membangun jaringan kerja dengan pihak
lain, serta mempunyai keberanian
mengambil keputusan/resiko dalam berusaha (Lumpkin and Dess, 1996).
Permasalahan utama dalam penelitian
ini, masih banyak data-data sosial yang
belum mampu dianalisis secara ilmiah dan komprehensif. Data modal sosial yang
membentuk variabel laten beserta
indikator-indikatornya belum mampu secara langsung merumuskan strategi
pembagunan ekonomi di suatu wilayah.
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengkaji pemodelan persamaan
struktural atau hubungan yang menggam-
barkan peran modal sosial sebagai salah
satu faktor pembangunan melalui aktivitas dari dimensi orientasi kewirausahaan
terhadap kesejahteraan masyarakat di
Kabupaten Jembrana, Bali. Hasil kajian ini, baik secara langsung maupun tidak
langsung, diharapkan berperan merumus-
kan strategi pembangunan ekonomi dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masya-
rakat secara merata dan berkesinambu-
ngan.
Penelitian ini diharapkan terutama berperan dalam merumuskan pemodelan
untuk data-data sosial yang diperoleh
secara langsung di masyarakat (data primer).Model yang dihasilkan diharapkan
memberikan rumusan dalam mengkaji
hubungan antara peran modal sosial
melalui aktivitas orientasi kewirausahaan untuk meningkatkan kesejahteraan masya-
rakat (pelaku UMKM) di Kabupaten
Jembrana. Rekomendasi yang disarankan diharapkan mampu memberi kontribusi
dalam penyusunan strategi pembangunan
ekonomi oleh pejabat/ pengampu kepen-tingan di Kabupaten Jembrana, melalui
keterlibatan modal sosial. Lebih lanjut,
penelitian ini diharapkan mampu memberi
kontribusi dalam merevitalisasi dan menguatkan peran modal sosial yang ada
di suatu wilayah apabila modal sosial itu
ternyata mampu berperan mendorong budaya dan aktivitas kewirausahaan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2. Metode yang diterapkan
2.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Program
Studi Matematika, Universitas Udayana. Data sampel penelitian diambil di wilayah
Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali, yang
membutuhkan waktu penelitian selama 8
(delapan bulan), dilaksanakan pada bulan Maret sampai Oktober 2015.
2.2 Teknik Pengambilan Sampel
Gambaran modal sosial dan aktivitas
kewirausahaan di wilayah perkotaan dan pedesaan mempunyai perbedaan yang
cukup jauh. Pertimbangan ini digunakan
untuk memberi gambaran modal sosial bagi masyarakat pelaku UMKM di
wilayah perkotaan dan pedesaaan,
sehingga sampel yang diambil mampu mewakili kondisi populasi yang sebenar-
nya. Dipilih dua kecamatan mewakili
wilayah perkotaan (Kecamatan: Jembrana
dan Negara) dan dua kecamatan mewakili wilayah pedesaan (Kecamatan: Melaya
dan Pekutanan). Setiap kecamatan akan
dipilih dua desa dengan cara yang sama seperti dalam pemilihan kecamatan
sebagai desa penelitian.
Penentuan sampel dengan responden dalam penelitian ini, meliputi pelaku
UMKM (rumah tangga yang berwirausaha,
seperti petani, pedagang dan/atau
wiraswasta lainnya) yang tinggal di desa penelitian, dipandang sebagai unit sampel
penelitian. Pelaku UMKM sebanyak 10
sampel dipilih secara random dari masing-masing desa penelitian untuk menjamin
homogenitas populasi. Jumlah sampel
penelitian keseluruhan yang akan
digunakan adalah : 8 desa X 10 pelaku UMKM = 80 pelaku UMKM (sebagai
responden). Penelitian ini menggunakan
kuisioner sebagai alat ukur, memerlukan uji validitas (menggunakan uji korelasi
product moment) dan uji reliabilitas
(menggunakan teknik Cronbach Alpha ()) terhadap hasil kuisioner tersebut untuk
menguji kelayakan kuisioner.
2.3 Rancangan Penelitian
Gambar 1. Rancngan Awal Penelitian
2.4 Sumber Data Penelitian
Data yang digunakan dalam peneli-
tian ini adalah data primer, yaitu berupa
data-data yang diperoleh langsung dari
responden (pelaku UMKM yang menjadi unit penelitian pada desa penelitian
terpilih). Pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan metode survei (kuisioner), meliputi lima variabel laten
yaitu variabel modal sosial (mempunyai
dua orde), variabel keinovasian, variabel
keproaktifan, variabel pengambilan kepu-tusan/resiko, dan variabel kesejahteraan
(subyektif). Lebih jelas mengenai variabel
laten serta indikator yang digunakan untuk menjelaskan variabel yang digunakan
sesuai model perancangan (persamaan
struktural) dalam penelitian ini, disajikan pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1 Variabel laten, indikator (item
pertanyaan) Variabel Laten Orde Satu
Variabel Laten Orde Dua
Indikator (Item Pertanyaan)
Modal Sosial
Trust (Rasa Percaya)
X1: Sebagaian besar orang dapat dipercaya (aware). (A.1)
X2: Sebagian besar tetangga dapat dipercaya (general trust). (A.2)
X3: Rasa saling percaya-mempercayai antar penduduk lokal (thick trust). (A.3)
X4: Rasa saling percaya terhadap
orang asing (thin trust) (A.4)
Norms (Norma/ Aturan)
X5: Orang-orang sekitar (tetangga) bersedia saling bantu membantu. (A.5)
X6: Kemudahan memperoleh bantuan fisik (A.6)
X7: Kemudahan menitipkan anak/barang (A.7).
X8: Kemudahan
memperoleh pinjaman uang (A.8)
Network (Jaringan
X9: Kepadatan jaringan (A.9)
Kerja) X10: Banyaknya teman yang diajak berkeluh kesah (A.10)
X11: Besar kecilnya keperluan biaya social. (A.11)
X12: Banyak sedikitnya anggota keluaraga yang ikut bekerja (A.12).
Keinovasian Y1: Kemampuan bernisiatif (B.1) Y2: Kemampuan mencari peluang (B.2) Y3: Kegigihan berusaha (percistence) (B.3) Y4: Rasa ingin tahu
tinggi (B.4)
Keproaktifan
Y5: Komitmen pada kontrak kerja (B.5)
Y6: Peduli pada kualitas kerja tinggi (B.6)
Y7: Berorientasi pada
efisiensi (B.7) Y8: Persuasif ( mampu menggalang dukungan orang lain ). (B.8)
Pengambilan Keputusan/ Resiko
Y9: Assertiveness; ketegasan bertindak (B.9) Y10: Percaya diri
(B.10) Y11: Perencanaan sistematik (B.11) Y12: Pemecahan masalah (B.12)
Kesejahtera-an Subyektif
Z1: Kepuasan terhadap standar hidup (C.1)
Z2: Kepuasan terhadap kesehatan (C.2)
Z3: Kepuasan terhadap capaian hidup C.3)
Z4: Kepuasan terhadap keamanan pribadi (C.4)
Z5: Kepuasan terhadap hubungan pribadi
(C.5) Z6:Kepuasan thd keterhubungan pd komunitas tertentu (C.6) Z7: Kepuasan terhadap
keamanan hidup di masa depan (C.7)
3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Kelayakan Instrumen Penelitian
Data primer hasil kuesioner yang telah
disebarkan pada sample 80 pelaku UMKM di Kabupaten Jembrana, perlu diuji
validitas dari setiap item pertanyaannya
dan juga diuji reliabilitasnya dengan
melihat nilai korelasi antar item dengan totalnya serta nilai Cronbach Alpha. Suatu
item dinyatakan valid apabila koefisien
korelasi antara item pernyataan atau
pertanyaan dengan skor total sebesar ≥ 0.30 dan kuesioner dinyatakan reliabel
(dapat dipercaya) jika nilai Cronbach
Alpha > 0.60 (Brown, 2010, p.9). Item pernyataan yang digunakan untuk
mengukur modal sosial sebagai gabungan
dari indikator-indikator trust, norms, dan network memiliki corrected item-total
correlation untuk X1, X2, X3, X5, X6,
X7, X8, X9, X10, X12 masing-masing
bernilai diatas 0.30 (valid), sedangkan untuk X4 dan X11 bernilai kurang dari
0.30 (tidak valid). Hasil ini sama persis
sama dengan dianalisis secara parsial melalui variabel laten orde dua yang
membangun variabel laten orde satu
modal sosial. Selanjutnya, nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0.702 > 0.60
menyatakan bahwa instrumen pengukuran
yang digunakan untuk mengukur modal
sosial dapat dipercaya. Item pernyataan yang digunakan untuk
mengukur keinovasian pelaku UMKM
memiliki corrected item-total correlation untuk Y3 dan Y4 yang berniali lebih dari
0.30 (valid), sedangkan Y1 dan Y2
bernilai dibawah 0.30 (tidak valid).
Selanjutnya, nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0.607 > 0.60 menyatakan bahwa
instrumen pengukuran yang digunakan
untuk mengukur keinovasian dapat dipercaya.
Item pertanyaan yang digunakan untuk
mengukur keprokatifan pelaku UMKM memiliki corrected item-total correlation
untuk Y5, Y6, dan Y7 masing-masing
bernilai diatas 0.30 (valid), sedangkan Y8
bernilai dibawah 0.30 (tidak valid). Selanjutnya, nilai Cronbach’s Alpha
sebesar 0.629 > 0.60 menyatakan bahwa
instrumen pengukuran yang digunakan untuk mengukur keproaktifan juga dapat
dipercaya.
Item pertanyaan yang digunakan untuk mengukur kemampuan pengambilan
keputusan/resiko pelaku UMKM memiliki
corrected item-total correlation untuk
Y10, Y11, dan Y12 masing-masing bernilai diatas 0.30 (valid), sedangkan Y9
bernilai dibawah 0.30 (tidak valid).
Selanjutnya, nilai Cronbach’s Alpha
sebesar 0.619 > 0.60 menyatakan bahwa instrumen pengukuran yang digunakan
untuk mengukur kemampuan pengambilan
keputusan/resiko juga dapat dipercaya.
Item pertanyaan yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan (subyek-
tif) pelaku UMKM memiliki corrected
item-total correlation untuk Z1, Z2, Z3, Z4, Z5, dan Z7 masing-masing bernilai
diatas 0.30 (valid), sedangkan Z6 bernilai
dibawah 0.30 (tidak valid). Selanjutnya, nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0.604 >
0.60 menyatakan bahwa instrumen
pengukuran yang digunakan untuk
mengukur tingkat kesejahteraan juga dapat dipercaya.
Hasil uji kelayakan instrumen dari 31
item pernyataan pada kuesioner penelitian menunjukkan bahwa terdapat 6 item
pernyataan yang dikeluarkan dari model
yaitu item X4 (A4) dan X11 (A11) dari variabel modal sosial, Y1 (B1) dan Y2
(B2) dari variabel keinovasian, serta Z6
(C6) dari variabel kesejahteraan.
3.2 Hasil Analisi SEM Berdasarkan hasil uji kelayakan
instrumen, sejumlah item pertanyaan
(indikator manifest) yang tidak valid dikeluarkan model sehingga model
persamaan struktural yang digunakan
untuk menganalisis data diubah. Hasil
model persamaan struktural dibangun oleh
dua sub-model yaitu inner model
(measurement model) dan outer model (stuctural model). Inner model digunakan
untuk menentukan hubungan antara
variabel laten (konstruk), sedangkan outer
model merupakan model yang digunakan untuk menentukan hubungan antara
variabel yang dapat diamati (indikator) dan
konstruk yang mendasarinya. Dengan menggunakan perangkat lunak SmartPLS
3 diperoleh penduga-penduga untuk
masing-masing jalur beserta nilai t-statistiknya sebagai berikut,
Gambar 2.
Model Persamaan Struktural yang Dianalisis dengan Penduga dari Masing-
Masing Jalur
Gambar 2 menunjukkan loading factor
yang menyatakan besar pengaruh indikator terhadap variabel laten dan pengaruh antar
variabel latennya. Nilai R2 menunjukkan
besar keragaman yang dijelaskan oleh variabel laten eksogen terhadap variabel
laten endogennya.
Gambar 3
Model Persamaan Struktural dengan
Nilai t-statistik dari Masing-Masing
Indikator dan Jalur
Gambar 3, menunjukkan nilai t-statistik masing-masing indikator terhadap varia-
bel laten dan pengaruh antar variabel
latennya. Signifikan dan tidak signifi-kannya suatu besaran pengaruh dapat
dilihat dari nilai p-value yang diban-
dingkan dengan alpha atau dapat juga t-statistik yang dibandingkan terhadap t-
tabel, dengan sampel sebanyak 80 dan
alpha 0.05 maka diperoleh nilai t-tabel =
1.96. Apabila p-value < alpha atau t-statistik > t-tabel maka pengaruh yang
diberikan signifikan.
3.3 Hasil Output Model Pengukuran Berdasarkan Gambar 2 dan Gambar 3
akan dibahas mengenai nilai outer loading
untuk evaluasi outer model pada masing-masing variabel sebagai berikut,
1) variabel laten trust, memperlihatkan
bahwa indikator A1, A2, dan A3
signifikan (Gambar 3) sebagai refleksi dari trust, sedangkan indikator A2
(general trust) memiliki outer loading
terbesar (0.853) (Gambar 2) sebagai indikator yang paling dominan pada
trust.
2) variabel laten norms, memperlihatkan
bahwa indikator A5, A6, A7, dan A8 signifikan (Gambar 3) sebagai refleksi
dari norms, sedangkan indikator A7
(kemudahan menitipkan anak/barang)
memiliki outer loading terbesar (0.720) (Gambar 2) sebagai indikator
yang paling dominan pada norms.
3) variabel laten network, memperlihat-kan bahwa indikator A9, A10, dan
A12 signifikan (Gambar 3) sebagai
refleksi dari network, sedang-kan indikator A9 (kepadatan jaringan)
memiliki outer loading terbesar
(0.847) (Gambar 2) sebagai indikator
yang paling dominan pada network. 4) variabel laten keinovasian, memperli-
hatkan bahwa indikator B3 dan B4
signifikan (Gambar 3) sebagai refleksi dari keinovasian, sedangkan indikator
B4 (rasa ingin tahu yang tinggi) memi-
liki outer loading terbesar (0.901) (Gambar 2) sebagai indikator yang
paling dominan pada keinovasian.
5) variabel laten keproaktifan, memperli-
hatkan bahwa indikator B5, B6, dan B7 signifikan (Gambar 3) sebagai
refleksi dari keproaktifan, sedangkan
indikator B6 (kominmen pada kontrak kerja) memiliki outer loading terbesar
(0.871) (Gambar 2) sebagai indikator
yang paling dominan pada
keproaktifan. 6) variabel laten pengambilan keputu-
san/resiko, memperlihatkan bahwa
indikator B10, B11, dan B12 signifikan (Gambar 3) sebagai refleksi
dari pengambilan keputusan/resiko,
sedangkan indi-kator B11 (perenca-naan sistematik) memiliki outer
loading terbesar (0.887) (Gambar 2)
sebagai indikator yang paling dominan
pada pengambilan keputusan/resiko. 7) variabel laten kesejahteraan, memper-
lihatkan bahwa indikator C1 dan C7
signifikan, sedangkan indikator C2, C3, C4, dan C5 tidak signifikan
(Gambar 3) sebagai refleksi dari kese-
jahteraan Indikator C1 (kepuasan terhadap standar hidup) memiliki outer
loading terbesar (0.799) (Gambar 2)
sebagai indikator yang paling dominan
pada kesejahteraan.
3.4 Hasil Output Model Struktural
A. Hubungan antara First Order Laten dengan Second Order Laten.
Tabel 2. Nilai Path Coefficients pada
Hubungan antara First Order Laten
dengan Second Order Laten. First Order
Laten
Second Order
Laten
Original
Sample
Standard
Error
T
Statistics
Modal Sosial
Trust 0.456 0.073 8.997 (s)
Norms 0.484 0.058 7.706 (s)
Network 0.322 0.064 9.106 (s)
Sumber: Data Primer (2015),diolah
*s = signifikan ts= tidak signifikan
Tabel 2, menyatakan bahwa hubungan antara fisrt order laten modal sosial
dengan second order laten trust, norms,
dan network yang bersifat formatif semuanya signifikan (t-statistik > 1.96),
dengan nilai koefisien jalur masing-masing
sebesar 0.456, 0.484, dan 0.322, dan
variabel norms yang lebih dominan mem-bangun variabel modal sosial sedangakn
nilai R2 = 0.999 (Gambar 2). Nilai R
2
tersebut mengindikasikan bahwa variabel-variabel laten eksogen (trust, norms, dan
network) mampu mewakili variabel laten
endogennya (modal sosial) sebesar 99.9%, yang berarti variabel trust, norms, dan
network yang membentuk variabel
modal sosial dengan baik. Model persama-
an struktural untuk modal sosial adalah, Modal Sosial = 0.456* trust + 0.484*
norms + 0.322*network + ζ.
B. Hubungan antar Fisrt Order Laten dan Hubungan Total
Tabel 3 Nilai Path Coefficients pada
Hubungan antar First Order Laten Hubungan
Kausal
Original
Sample
Standard
Error
T
Statistics
Modal Sosial → Keinovasian
Modal Sosial →Keproaktifan
Modal Sosial → Resiko
0.431
0.173
2.483 (s)
0.421
0.170
2.477 (s)
0.435
0.183
2.379 (s)
Keinovasian →
Kesejahteraan -0.391
0.305
1.280 (ts)
Keproaktifa →
Kesejahteraan 0.135
0.274
0.493 (ts)
Resiko →
Kesejahteraan 0.210
0.289
0.729 (ts)
Sumber: Data Primer (2015),diolah
*s = signifikan *ts= tidak signifikan
Table 3 memperlihatkan ketiga hubungan kausal (langsung) antara modal sosial
dengan keinovasian, keproaktifan, dan
pengambilan keputusan/resiko sebagai
dimensi orientasi kewirausahaan memiliki
nilai yang signifikan pada taraf uji 5% (t-statistik >1.96), dengan nilai koefisien
jalur yang hampir sama (sekitar 0.4). Hal
ini berarti pengaruh modal sosial cukup
merata dan signifikan terhadap semua dimensi orientasi kewirausahaan pelaku
UMKM di Kabupaten Jembrana. Akan
tetapi hubungan kausal antara keinovasian, keproaktifan, dan resiko (orientasi kewira-
usahaan) dengan kesejahteraan menunjuk-
kan nilai yang tidak signifikan. Hal ini berarti keinovasian (Inov), keproaktifan
(Proaktif), dan pengambilan keputusan/
resiko (Resiko) tidak memberikan penga-
ruh langsung yang signifikan terhadap kesejahteran pelaku UMKM (masyarakat)
di Kabupaten Jembrana. Nilai R2 = 0.118
yang diperoleh mengindikasikan bahwa variabel laten eksogen (keinovasian,
kepro-aktifan, dan pengambilan keputu-
san/resiko) hanya mampu mewakili variabel laten endogennya (kesejahteraan)
sebesar 11.8%, yang berarti variabel
eksogen tersebut hanya sebagian kecil saja
menggambarkan keragaman kesejahteraan, dalam hal ini ukuran kesejahteraan lebih
banyak dipengaruhi oleh variabel lain.
Model persamaan struktural untuk kesejahteraan adalah,
Kesejahteraan = -0.391*Inov +
0.135* Proaktif + 0.210*Resiko + ζ
Tabel 4. Nilai Path Coefficients pada Hubungan Total
Hubungan
Kausal
Original
Sample
Standard
Error
T
Statistics
Modal Sosial →
Kesejahteraan 0.014
0.182
0.110 (ts)
Trust → Keinovasian 0.197 0.091 2.166 (s)
Trust →
Keproaktifan 0.192 0.071 2.705 (s)
Trust → Resiko 0.198 0.095 2.090 (s)
Norms →
Keinovasian 0.209 0.097 2.147 (s)
Norms →
Keproaktifan 0.204 0.090 2.252 (s)
Norms →
Resiko 0.211 0.093 2.275 (s)
Network →
Keinovasian 0.139 0.056 2.492 (s)
Network →
Keproaktifan 0.136 0.077 1.758 (ts)
Network →
Resiko 0.140 0.077 1.830 (ts)
Sumber: Data Primer (2015),diolah *s= signifikan ts= tidak signifikan
Tabel 4 memperlihatkan hubungan total
antara modal sosial dengan kesejahteraan melalui dimensi orientasi kewirausahaan
memiliki nilai t-statistik yang tidak
signifikan pada taraf uji 5% (t-statistik
<1.96). Hal ini berarti modal sosial secara total tidak berpengaruh terhadap
kesejahteraan pelaku UMKM (masyarakat)
di Kabupaten Jembrana, walaupun hasil analisis (Tabel 3) memperlihatkan modal
sosial secara langsung berpengaruh
terhadap semua dimensi orientasi kewira-usahaan.
Sebaliknya Tabel 4 memperlihatkan
hubungan total komponen modal sosial
(trust, norm, dan networks) dengan keino-vasian, keproaktifan, dan pengambilan
keputusan/resiko (dimensi orientasi
kewirausahaan) memiliki nilai yang signi-fikan pada taraf uji 5% (t-statistik >1.96),
kecuali networks dengan dua dimensi
terakhir oreientasi kewira-usahaan, Hal ini berarti pada umumnya komponen modal
sosial (trust, norms, dan network) secara
total cukup berpengaruh terhadap dimensi
orientasi kewirausahaan bagi pelaku UMKM di Kabupaten Jembrana.
4. Kesimpulan dan Saran
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan pada
bab sebelumnya sehubungan dengan
proses pemodelan persamaan struktural untuk mengakaji pengaruh modal sosial
melalui dimensi orientasi kewirausahaan
terhadap kesejahteraan di Kabupaten Jembrana, maka disimpulkan sebagai
berikut,
1) Model persamaan struktural untuk variable endogen modal sosial dengan
komponen formatif (variable eksogen)
trust, norms, dan network adalah,
Modal Sosial = 0.456* trust +0.484* norms + 0.322*network + ζ.
Sedangkan model persamaan
struktural untuk variable endogen kesejahteraan dengan komponen
variabel eksogen (variable antara)
yaitu keinovasian (Inov), keproaktifan (Proaktif), dan pengambilan
keputusan/resiko(Resiko) adalah,
Kesjahteraan = -0.391*Inov + 0.135*
Proaktif + 0.210*Resiko + ζ 2) Modal sosial melalui dimensi orientasi
kewirausahaan secara total tidak ber-
pengaruh signifikan terhadap kesejah-
teraan pelaku UMKM (masyarakat) di Kabupaten Jembrana. Akan tetapi
modal sosial secara langsung cukup
berpengaruh terhadap dimensi
orientasi kewirausahaan bagi pelaku UMKM di Kabupaten Jembrana.
4.2 Saran (Rekomendasi) Walaupun modal sosial melalui
semua dimensi orientasi kewiraushaan
secara total tidak berpengaruh signifikan
terhadap kesejahteraan, akan tetapi peran modal sosial secara langsung sangat
berpengaruh terhadap semua dimensi
orientasi kewirausahaan (sebagai variabel antara). Konsekuensi atas hasil penelitian
ini dapat dijadikan strategi pembangunan
ekonomi bagi pelaku UMKM (masya-rakat) di Kabupaten Jembrana dalam
memberdayakan kemampuan orientasi
kewirausahaan (budaya wirausaha yang
dimotori oleh peran modal sosial) untuk meningkatkan nilai tambah outcome.
Kebijakan pembangunan ekonomi hendak-
nya diarahkan dan dibina oleh instansi terkait di Kabupaten Jembrana agar secara
maksimal mampu memberikan nilai
tambah yang lebih besar dalam mening-katkan penghasilan dari aktivitas kewi-
rausahaa pelaku UMKM. Strategi
pembangunan ekonomi bidang UMKM
yang disusun agar mengoptimalkan kemampuan orientasi kewirausahaan yang
dimotori oleh revitalisasi peran modal
sosial untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Jembrana.
5. Ucapan Terimakasih
Melalui kesempatan ini kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang tidak dapat kami
sebutkan satu persatu, atas segala bantuan baik moril maupun materiil sehingga kami
dapat menyelesaikan penelitian dan
penulisan makalah ini.
6. Daftar Pustaka Anonim. 2014. Jembrana Dalam Angka 2014.
Negara : Badan Pusat Statistik Kabupaten
Jembrana, Bali
Ambara, I Gede Adi, 2010, Peran Modal
Sosial dalam Pemberdayaan Ekonomi Desa Adat/ Pekraman (Studi Kasus
Lembaga Perkreditan Desa, Desa
Pakraman Tibubiyu, Kabupaten Tabanan,
Bali), Universitas Brawijaya, Malang Atazadeh, Y., Ghahfarkhi, S.H., Rezaei, K.,
Karimi, M.. 2014. Interactive Relationship
between the Dimensions of Social Capital
and Entrepreneurial Orientation with
Respect to the Characteristics Approach
(Case Study: City of Tabriz, Iran), Research Journal of Recent Sciences ,Vol.
3(4), 112-120
Coleman J S. 1988. Social Capital in The
Creation of Human Capital. American
Journal of Sociology, Volume 94.
Folland, S., Rocco, L. (2014). The Economics
of Social Capital and Health A Conceptual
and Empirical Roadmap, Washington,
D.C.: World Scientific.
Fukuyama F. 1999. Social Capital and Civil
Society. The Institut of Public Policy.
George Mason University. Gotz, O., Gobbers, K.L. & Krafft, M., 2010.
Evaluation of Struktural Equation Models
Using the Partial Least Squares (PLS)
Aproach. Handbook of Partial Least
Squares, pp.691-711.
Grootaert, C. 1999. Social Capital, Household
Welfare and Poverty in Indonesia, Local
Level Institutions Study,,Social
Development Department
Environmentally and Socially Sustainable
Development Network, The World Bank. Hagfors, R., Kajanoja, J., 2007, The Welfare
State, Inequality and Social Capital,
Social Contexts and Responses to Risk
Network (SCARR) Conference on ”Risk
& Rationalities”, Queens’ College,
Cambridge.
Henseler, J., Ringle, C.M. & Sinkovics, R.R.,
2009, The Use Of Partial Least Squares
Path Modeling In International Marketing.
Advances in International Marketing
Journal, Vol.20, pp.277-319.
Hartono, R., Soegianto, Hindarwati, E.N., 2013, Analisis Pengaruh Modal Sosial dan
Orientasi Kewirausahaan Terhadap
Kinerja Perusahaan, Universitas Bina
Nusantara, Jakarta
Humaira, R., 2011, Peranan Modal Sosial
dalam Pengembangan Nilai Kewirausa-
haan (Kasus Pedagang Kecil dan Anggota
Kelompok Tani di Desa Cikarawang
Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor),
IPB Bogor.
Jaya, I.G.N.M. & Sumertajaya, I.M., 2008. Pemodelan Persamaan Struktural Dengan
Partial Least Square. Prosiding Semnas
Matematika dan Pendidikan Matematika,
1, pp.118-32.
Kamarni, N., 2013, Analisis Modal Sosial
dalam Meningkatkan Kesejahteraan
Masyarakat (Studi Kasus: Rumah Tangga
di Kelurahan Beringin Kecamatan Lubuk
Kilangan).
Lumpkin, G. T. and Dess, G. G. 1996.
Clarifying the entrepreneurial orientation
construct and linking it to performance..Academy of Management
Review, 21(1):135-172.
Meniarta, K., Mas’udi, W., Ari Dwipayana,
A.A.G.N. 2009. Dinamika Sistem
Kesejahteraan dan Modal Sosial di
Masyarakat Banjar Pakraman-Bali. Jurnal
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (JSP),
Volume 13, Nomor 2: 231-248, ISSN
1410-4946.
Mudiarta, K.G. 2009. Jaringan Sosial
(Networks) dalam Pengembangan Sistem
dan Usaha Agribisnis: Perspektif Teori dan Dinamika Studi Kapital Sosial.,
Forum Penelitian Agro Ekonomi, Volume
27, No. 1: 1-12. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Jakarta.
Rao B. 2001. East Asian Economics : The
Miracle, a Crisis and the Future.
MacGraw-Hill. Singapore.
Sethi, J. and Saxena, A. 2011. Entrepreneurial,
Motivation, Performance and Rewards,
Entrepreneurship Development Institute
(EDI) of India , Ahemdabad. The World Bank Group, 2011, What is Social
Capital?,
http://go.worldbank.org/K4LUMW43B0.
The International Wellbeing Group ,2013.,
Personal Wellbeing Index: 5th Edition,
Melbourne: Australian Centre on Quality
of Life, Deakin University.
Thobias, E., Tungka, A.K., Rogahang, J.J.,
2013. Pengaruh Modal Sosial Terhadap
Perilaku Kewirausahaan : Suatu studi pada
pelaku usaha mikro kecil menengah di
Kecamatan Kabaruan Kabupaten Kepulauan Talaud. Journal “Acta
Diurna”
Todaro, M.P., Smith, S.C., 2006, Pemba-
ngunan Ekonomi/ Edisi Kesembilan Jilid
1, Penerbit Erlangga.
Vipriyanti, Nyoman Utari, 2011, Modal Sosial
dan Pembangunan Wilayah : Mengkaji
Succes Story Pembangunan di Bali,
Penerbit Universitas Brawijaya (UB)
Press.