jurnal pemeriksaan urine

22
JURNAL PEMERIKSAAN URINE A. Maksud dan Tujuan 1. Maksud Pemeriksaan Adapun yang menjadi maksud dari pemeriksaan urin adalah untuk mengetahui kondisi tertentu dari urin, baik saat dalam kondisi kadar kandungan urin normal ataupun pada saat kondisi kadar kandungan urin yang tidak normal. 2. Tujuan Pemeriksaaan Dilakukan pemeriksaan ini, dengan tujuan dapat diketahui kondisi kadar kandungan dalam urin saat normal dan saat tidak normal. B. Prinsip Pemeriksaaan Prinsip pemeriksaan yang dilakukan adalah penentuan kondisi kadar kandungan dalam urin saat normal ataupun tidak normal berdasarkan hasil positif dan negatif yang diperoleh dengan menggunakan reagen-reagen spesifik dari pemeriksaan tersebut.

Upload: anon338553

Post on 30-Jun-2015

4.135 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: JURNAL PEMERIKSAAN URINE

JURNAL PEMERIKSAAN URINE

A. Maksud dan Tujuan

1. Maksud Pemeriksaan

Adapun yang menjadi maksud dari pemeriksaan urin

adalah untuk mengetahui kondisi tertentu dari urin, baik

saat dalam kondisi kadar kandungan urin normal ataupun

pada saat kondisi kadar kandungan urin yang tidak

normal.

2. Tujuan Pemeriksaaan

Dilakukan pemeriksaan ini, dengan tujuan dapat

diketahui kondisi kadar kandungan dalam urin saat

normal dan saat tidak normal.

B. Prinsip Pemeriksaaan

Prinsip pemeriksaan yang dilakukan adalah penentuan

kondisi kadar kandungan dalam urin saat normal ataupun

tidak normal berdasarkan hasil positif dan negatif yang

diperoleh dengan menggunakan reagen-reagen spesifik dari

pemeriksaan tersebut.

Page 2: JURNAL PEMERIKSAAN URINE

C. Prosedur Pemeriksaaan

1. Urin 24 jam

Tahap Persiapan

a. Anda akan mendapatkan botol besar untuk

mengumpulkan air kencing anda.

b. Tulislah nama Anda di botol.

c. Beberapa tes memerlukan tambahan bahan kimia

yang harus dimasukkan dalam botol sebelum

pengumpulan urin

d. Jangan melakukan olah raga yang lebih berat dari

biasa saat Anda mengumpulkan urin Anda.

e. Jika ada urin yang tumpah atau tidak tertampung

maka Anda harus memulai lagi dengan botol yang

baru.

f. Jangan sampai ada kertas tissue atau tinja yang

terbawa dalam urin.

g. Jauhkan botol dan bahan kimia dari jangkauan anak-

anak dan dari hewan peliharaan.

h. Simpan urin di tempat yang sejuk atau dalam lemari

es, jangan dibekukan.

i. Letakkan botol di tempat aman dan tidak terpapar

langsung dengan sinar.

Page 3: JURNAL PEMERIKSAAN URINE

Cara mengumpulkan urin anda

a. Untuk memulai, kosongkan dahulu kandung

kemih Anda dan keluarkan semua urin yang tersisa.

Tulislah waktu saat pengosongan kandung kemih,ini

adalah waktu anda memulai tes anda.

b. Sediakan sebuah mangkok kecil untuk tempat anda

berkemih. Mungkin anda akan diberi sebuah wadah

yang sesuai dengan dudukan toilet anda sehingga

urine anda dapat tertampung dengan baik.

Berkemihlah di wadah dan masukkan urin anda

dengan hati-hati ke dalam botol. Jika ada bahan

kimia yang harus ditambahkan, masukkan bahan

tersebut ke dalam botol setelah anda menuangkan

urin anda yang pertama.

c. Selanjutnya kumpulkan semua urin anda selama 24

jam di dalam botol.

d. Setelah 24 jam, berkemihlah sekali lagi dan

masukkan dalam botol.

e. Bawalah botol urin anda beserta surat pengantarnya

ke laboratorium.

2. Protein

Dengan asam sulfosalisil:

Page 4: JURNAL PEMERIKSAAN URINE

1. 2 (dua) tabung reaksi diisi masing-masingnya degan

2 (dua) ml urin yang akan diperiksa.

2. Tabung yg pertama ditambahkan 8 tetes larutan

Asam sulfosalisil 20% dan kemuadian dikocok.

3. Bandingkan dengan tabung yang kedua (yang tidak

ditambahkan As. sulfosalisil 20%). Kalau tetap sama

jernihnya test terhadap protein “Negatif/ (-)”.

4. Jika tabung pertama lebih keruh dari tabung kedua,

panasilah tabung pertama itu diatas nyala api

sampai mendidih & kemudian dinginkan kembali

dengan air mengalir ;

a. Jika kekeruhan tetap ada pada waktu pemanasan

& tetap ada juga setelah dingin kembali, tes

terhadap protein “Positif”.

b. Jika kekeruhan itu hilang pada saat pemanasan &

muncul lagi setelah dingin, lakukan pemeriksaan

Bence Jones.

Pemanasan dengan Asam Asetat:

1. Masukkan urin yang akan diperiksa ke dalam tabung

reaksi sampai 2/3 tabung penuh.

2. Dengan memegang tabung reaksi tersebut pada

ujung bawah, lapisan atas urin itu dipanasi diatas

nyala api sampai mendidih selama 30 menit.

Page 5: JURNAL PEMERIKSAAN URINE

3. Perhatikan terjadinya kekeruhan di lapisan atas urin

itu, dengan membandingkan jernihnya dengan

bagian bawah yang tidak dipanasi. Jika terjadi

kekeruhan, mungkin ia disebabkan oleh protein,

tetapi mungkin juga disebabkan oleh kalsium

pospat/kalsium karbonat.

4. Kemudian teteskan kedalam urin yang masih panas

itu 3-5 tetes lar. Asam asetat 6%. Jika kekeruhan itu

tetap/bertambah keruh berarti tes protein Positif.

5. Panasilah sekali lagi lapisan atas itu sampai

mendidih & kemudian berilah penilaian

semikuantitatif kepada hasilnya.

3. Kreatinin

Pada percobaan untuk mengetahui adanya kreatinin

dalam urin, dilakukan reaksi Jaffe. Reaksi Jaffe

berdasarkan pembentukan tautomer kreatin pikrat yang

berwarna merah bila kreatinin direaksikan dengan larutan

pikrat alkalis.

Warna ini akan berubah menjadi kuning apabila

larutan diasamkan. Dari hasil percobaan, dipeoleh warna

merah kecoklatan (jernih) d ari penambahan urin dengan

asam pikrat jenuh dan NaOH 10 %. Warna larutan pada

salah satu tabung berubah menjadi kuning setelah

Page 6: JURNAL PEMERIKSAAN URINE

ditambah HCl (tabung yang lain tidak ditambahkan HCl

dan larutan tetap berwarna merah kecoklatan). Hal ini

menunjukkan bahwa di dalam urin yang diuji, terdapat

kreatinin.

4. Glukosa

Pemeriksaan glukosa dengan menggunakan pereaksi

benedict . dimana pereaksi ini berupa larutan yang

mengandung kuprisulfat, natrium karbonat dan natrium

sitrat. Dimana glukosa dapat mereduksi ion Cu++ dari

kupri sulfat menjadi ion Cu+ yang kemudian mengendap

sebagai CuO.

5. pH

Penetapan pH diperlukan pada gangguan

keseimbangan asam basa, kerena dapat memberi kesan

tentang keadaan dalam badan. pH urin normal berkisar

antar 4,5 -- 8,0. Selain itu penetapan pH pada infeksi

saluran kemih dapat memberi petunjuk ke arah etiologi.

Pada infeksi oleh Escherichia coli biasanya urin bereaksi

asam, sedangkan pada infeksi dengan kuman Proteus yang

dapat merombak ureum menjadi atnoniak akan

menyebabkan urin bersifat basa. Dalam pengobatan batu

karbonat atau kalsium fosfat urin dipertahankan asam,

Page 7: JURNAL PEMERIKSAAN URINE

sedangkan untuk mencegah terbentuknya batu urat atau

oksalat pH urin sebaiknya dipertahankan basa,

6. Urea

Untuk mengukur kadar ureum diperlukan sampel

serum atau plasma heparin. Kumpulkan 3-5 ml darah vena

pada tabung bertutup merah atau bertutup hijau

(heparin), hindari hemolisis. Centrifus darah kemudian

pisahkan serum/plasma-nya untuk diperiksa. Penderita

dianjurkan untuk puasa terlebih dulu selama 8 jam

sebelum pengambilan sampel darah untuk mengurangi

pengaruh diet terhadap hasil laboratorium.

Kadar ureum (BUN) diukur dengan metode

kolorimetri menggunakan fotometer atau analyzer

kimiawi. Pengukuran berdasarkan atas reaksi enzimatik

dengan diasetil monoksim yang memanfaatkan enzim

urease yang sangat spesifik terhadap urea. Konsentrasi

urea umumnya dinyatakan sebagai kandungan nitrogen

molekul, yaitu nitrogen urea darah (blood urea nitrogen,

BUN). Namun di beberapa negara, konsentrasi ureum

dinyatakan sebagai berat urea total. Nitrogen

menyumbang 28/60 dari berat total urea, sehingga

konsentrasi urea dapat dihitung dengan mengalikan

konsentrasi BUN dengan 60/28 atau 2,14.

Page 8: JURNAL PEMERIKSAAN URINE

Pengujian

Sampel

Reagen Perlakuan Positif NegatifHasil

Urin 24 jam

Urin -

Dikumpulkan semua urin selama 24 jam

Volumenya 800-2500 ml/hari

Volumenya kurang/lebih dari volume normal

Protein UrinAs. Asetat

Dipanaskan kemudian ditambahkan As. Asetat

Tetap keruh/bertambah keruh

Keruh hilang

Kreatinin

Urin

As. Pikrat jenuh, NaOH 10%, HCl

Dicampurkan

Glukosa UrinBenedict

DipanaskanTetap berwarna biru

Berubah warna dan ada endapan

pH Urin

Urea Urin

Pereaksi A dan Pereaksi B

Dicampurkan

Page 9: JURNAL PEMERIKSAAN URINE

D. Pembahasan

1. Urin 24 jam

Tes urin 24 jam dapat menunjukan seberapa baik

kerja ginjal anda. Untuk tes ini  harus mengumpulkan

semua air kencing yang Anda keluarkan dalam waktu 24

jam.

2. Protein

Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma

disaring di glomerulus yang diserap oleh tubulus ginjal

dan diekskresikan ke dalam urin. Dengan menggunakan

spesimen urin acak (random) atau urin sewaktu, protein

dalam urin dapat dideteksi menggunakan strip reagen

(dipstick). Normal ekskresi protein biasanya tidak

melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl urin. Lebih dari 10

mg/dl didefinisikan sebagai proteinuria.

Pengukuran proteinuria dapat dipakai untuk

membedakan antara penderita yang memiliki risiko tinggi

menderita penyakit ginjal kronik yang asimptomatik

dengan yang sehat. Proteinuria yang persistent (tetap ≥

+1, dievaluasi 2-3x / 3 bulan) biasanya menunjukkan

adanya kerusakan ginjal. Proteinuria persistent juga akan

memberi hasil ≥ +1 yang terdeteksi baik pada spesimen

Page 10: JURNAL PEMERIKSAAN URINE

urine pagi maupun urine sewaktu setelah melakukan

aktivitas.

Protein terdiri atas fraksi albumin dan globulin.

Peningkatan ekskresi albumin merupakan petanda yang

sensitif untuk penyakit ginjal kronik yang disebabkan

karena penyakit glomeruler, diabetes mellitus, dan

hipertensi. Sedangkan peningkatan ekskresi globulin

dengan berat molekul rendah merupakan petanda yang

sensitif untuk beberapa tipe penyakit tubulointerstitiel.

Proteinuria positif perlu dipertimbangkan untuk

analisis kuantitatif protein dengan menggunakan sampel

urine tampung 24 jam. Jumlah proteinuria dalam 24 jam

digunakan sebagai indikator untuk menilai tingkat

keparahan ginjal. Proteinuria rendah (kurang dari

500mg/24jam). Pengaruh obat : penisilin, gentamisin,

sulfonamide, sefalosporin, media kontras, tolbutamid

(Orinase), asetazolamid (Diamox), natrium bikarbonat.

Proteinuria sedang (500-4000 mg/24 jam) dapat

berkaitan dengan glomerulonefritis akut atau kronis,

nefropati toksik (toksisitas obat aminoglikosida, toksisitas

bahan kimia), myeloma multiple, penyakit jantung,

penyakit infeksius akut, preeklampsia.

Page 11: JURNAL PEMERIKSAAN URINE

Proteinuria tinggi (lebih dari 4000 mg/24 jam) dapat

berkaitan dengan sindrom nefrotik, glomerulonefritis akut

atau kronis, nefritis lupus, penyakit amiloid.

Page 12: JURNAL PEMERIKSAAN URINE

3. Kreatinin

Kreatinin merupakan produk penguraian keratin.

Kreatin disintesis di hati dan terdapat dalam hampir

semua otot rangka yang berikatan dengan dalam bentuk

kreatin fosfat (creatin phosphate, CP), suatu senyawa

penyimpan energi. Dalam sintesis ATP (adenosine

triphosphate) dari ADP (adenosine diphosphate), kreatin

fosfat diubah menjadi kreatin dengan katalisasi enzim

kreatin kinase (creatin kinase, CK). Seiring dengan

pemakaian energi, sejumlah kecil diubah secara

ireversibel menjadi kreatinin, yang selanjutnya difiltrasi

oleh glomerulus dan diekskresikan dalam urin.

Jumlah kreatinin yang dikeluarkan seseorang setiap

hari lebih bergantung pada massa otot total daripada

aktivitas otot atau tingkat metabolisme protein, walaupun

keduanya juga menimbulkan efek. Pembentukan kreatinin

harian umumnya tetap, kecuali jika terjadi cedera fisik

yang berat atau penyakit degeneratif yang menyebabkan

kerusakan masif pada otot.

4. Glukosa

Darah disaring oleh jutaan nefron, sebuah unit

fungsional dalam ginjal. Hasil penyaringan (filtrat) berisi

produk-produk limbah (mis. urea), elektrolit (mis. natrium,

Page 13: JURNAL PEMERIKSAAN URINE

kalium, klorida), asam amino, dan glukosa. Filtrat

kemudian dialirkan ke tubulus ginjal untuk direabsorbsi

dan diekskresikan; zat-zat yang diperlukan (termasuk

glukosa) diserap kembali dan zat-zat yang tidak

diperlukan kembali diekskresikan ke dalam urin.

Glukosuria umumnya berarti diabetes mellitus.

Namun, glukosuria dapat terjadi tidak sejalan dengan

peningkatan kadar glukosa dalam darah; oleh karena itu

glukosuria tidak selalu dapat dipakai untuk menunjang

diagnosis diabetes mellitus. Jika nilai ambang ginjal begitu

rendah bahkan kadar glukosa darah normal menghasilkan

kondisi glukosuria, keadaan ini disebut sebagai glycosuria

ginjal.

Kurang dari 0,1% glukosa yang disaring oleh

glomerulus terdapat dalam urin (kurang dari 130 mg/24

jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam urin) terjadi

karena nilai ambang ginjal terlampaui (kadar glukosa

darah melebihi 160-180 mg/dl atau 8,9-10 mmol/l), atau

daya reabsorbsi tubulus yang menurun.

Kreatinin darah meningkat jika fungsi ginjal

menurun. Oleh karena itu kreatinin dianggap lebih sensitif

dan merupakan indikator khusus pada penyakit ginjal

dibandingkan uji dengan kadar nitrogen urea darah

Page 14: JURNAL PEMERIKSAAN URINE

(BUN). Sedikit peningkatan kadar BUN dapat

menandakan terjadinya hipovolemia (kekurangan volume

cairan); namun kadar kreatinin sebesar 2,5 mg/dl dapat

menjadi indikasi kerusakan ginjal. Kreatinin serum sangat

berguna untuk mengevaluasi fungsi glomerulus.

Keadaan yang berhubungan dengan peningkatan

kadar kreatinin adalah : gagal ginjal akut dan kronis,

nekrosis tubular akut, glomerulonefritis, nefropati

diabetik, pielonefritis, eklampsia, pre-eklampsia,

hipertensi esensial, dehidrasi, penurunan aliran darah ke

ginjal (syok berkepanjangan, gagal jantung kongestif),

rhabdomiolisis, lupus nefritis, kanker (usus, kandung

kemih, testis, uterus, prostat), leukemia, penyakit

Hodgkin, diet tinggi protein (mis. daging sapi [kadar

tinggi], unggas, dan ikan [efek minimal]).

5. pH.

Filtrat glomerular plasma darah biasanya diasamkan

oleh tubulus ginjal dan saluran pengumpul dari pH 7,4

menjadi sekitar 6 di final urin. Namun, tergantung pada

status asam-basa, pH kemih dapat berkisar dari 4,5 – 8,0.

pH bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi oleh konsumsi

makanan; bersifat basa setelah makan, lalu menurun dan

menjadi kurang basa menjelang makan berikutnya. Urine

Page 15: JURNAL PEMERIKSAAN URINE

pagi hari (bangun tidur) adalah yang lebih asam. Obat-

obatan tertentu dan penyakit gangguan keseimbangan

asam-basa jug adapt mempengaruhi pH urine.

Urine yang diperiksa haruslah segar, sebab bila

disimpan terlalu lama, maka pH akan berubah menjadi

basa. Urine basa dapat memberi hasil negatif atau tidak

memadai terhadap albuminuria dan unsure-unsur

mikroskopik sedimen urine, seperti eritrosit, silinder yang

akan mengalami lisis. pH urine yang basa sepanjang hari

kemungkinan oleh adanya infeksi. Urine dengan pH yang

selalu asam dapat menyebabkan terjadinya batu asam

urat.

Berikut ini adalah keadaan-keadaan yang dapat

mempengaruhi pH urine :

pH basa : setelah makan, vegetarian, alkalosis sistemik,

infeksi saluran kemih (Proteus atau Pseudomonas

menguraikan urea menjadi CO2 dan ammonia), terapi

alkalinisasi, asidosis tubulus ginjal, spesimen basi.

pH asam : ketosis (diabetes, kelaparan, penyakit

demam pada anak), asidosis sistemik (kecuali pada

gangguan fungsi tubulus, asidosis respiratorik atau

metabolic memicu pengasaman urine dan

meningkatkan ekskresi NH4+), terapi pengasaman.

Page 16: JURNAL PEMERIKSAAN URINE

6. Urea

Hampir seluruh ureum dibentuk di dalam hati, dari

metabolisme protein (asam amino). Urea berdifusi bebas

masuk ke dalam cairan intra sel dan ekstrasel. Zat ini

dipekatkan dalam urin untuk diekskresikan. Pada

keseimbangan nitrogen yang stabil, sekitar 25 gram urea

diekskresikan setiap hari. Kadar dalam darah

mencerminkan keseimbangan antara produksi dan

ekskresi urea.

Ureum berasal dari penguraian protein, terutama

yang berasal dari makanan. Pada orang sehat yang

makanannya banyak mengandung protein, ureum

biasanya berada di atas rentang normal. Kadar rendah

biasanya tidak dianggap abnormal karena mencerminkan

rendahnya protein dalam makanan atau ekspansi volume

plasma. Namun, bila kadarnya sangat rendah bisa

mengindikasikan penyakit hati berat. Kadar urea

bertambah dengan bertambahnya usia, juga walaupun

tanpa penyakit ginjal.

Peningkatan kadar urea disebut uremia. Azotemia

mengacu pada peningkatan semua senyawa nitrogen

berberat molekul rendah (urea, kreatinin, asam urat) pada

gagal ginjal. Penyebab uremia dibagi menjadi tiga, yaitu

Page 17: JURNAL PEMERIKSAAN URINE

penyebab prarenal, renal, dan pascarenal. Uremia

prarenal terjadi karena gagalnya mekanisme yang bekerja

sebelum filtrasi oleh glomerulus. Mekanisme tersebut

meliputi : 1) penurunan aliran darah ke ginjal seperti pada

syok, kehilangan darah, dan dehidrasi; 2) peningkatan

katabolisme protein seperti pada perdarahan

gastrointestinal disertai pencernaan hemoglobin dan

penyerapannya sebagai protein dalam makanan,

perdarahan ke dalam jaringan lunak atau rongga tubuh,

hemolisis, leukemia (pelepasan protein leukosit), cedera

fisik berat, luka bakar, demam,.

Uremia renal terjadi akibat gagal ginjal (penyebab

tersering) yang menyebabkan gangguan ekskresi urea.

Gagal ginjal akut dapat disebabkan oleh glomerulonefritis,

hipertensi maligna, obat atau logam nefrotoksik, nekrosis

korteks ginjal. Gagal ginjal kronis disebabkan oleh

glomerulonefritis, pielonefritis, diabetes mellitus,

arteriosklerosis, amiloidosis, penyakit tubulus ginjal,

penyakit kolagen-vaskular.

Uremia pascarenal terjadi akibat obstruksi saluran

kemih di bagian bawah ureter, kandung kemih, atau

urethra yang menghambat ekskresi urin. Obstruksi ureter

bisa oleh batu, tumor, peradangan, atau kesalahan

Page 18: JURNAL PEMERIKSAAN URINE

pembedahan. Obstruksi leher kandung kemih atau uretra

bisa oleh prostat, batu, tumor, atau peradangan. Urea

yang tertahan di urin dapat berdifusi masuk kembali ke

dalam darah.