jurnal mitigasi banjir di kelurahan batua

35
PERENCANAAN KAWASAN RAWAN BANJIR BERBASIS MITIGASI STUDI KASUS : KELURAHAN BATUA KEC. MANGGALA KOTA MAKASSAR ABSTRAK Hasil observasi pendahuluan pada beberapa lokasi titik banjir/ genangan yang diperoleh dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Makassar, menunjukkan bahwa terdapat beberapa. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengidentifikasi penyebab banjir/genangan di lokasi permukiman Kelurahan Batua (2) sebagai dasar dalam penyusunan perencanaan kawasan rawan banjir berbasis mitigasi di Kelurahan Batua Makassar . Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan spasial. Data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Penelitian dilakukan di Kelurahan Batua. Areal permukiman yang diteliti dipilih berdasarkan data titik banjir/genangan yang bersumber dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Makassar. Responden penelitian dipilih secara “non probability”. Responden diambil dari masyarakat penghuni dan aparat yang terkait. Analisis data berbasis system informasi geografis (SIG). Hasil penelitian yang dilakukan menghasilkan temuan bahwa pada pola perlindungan sumber air bawah tanah dari kerusakan sebagai dampak dari pengembangan permukiman di Kabupaten Sukoharjo sudah dapat memberi hasil yang efektif. Dair data penelitian ini karena pengembangan permukiman dilakukan tidak pada daerah tangkapan hujan, ruang terbuka

Upload: saryanti-mustakin

Post on 27-Dec-2015

114 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Mitigasi Banjir Di Kelurahan Batua

PERENCANAAN KAWASAN RAWAN BANJIR BERBASIS MITIGASI

STUDI KASUS : KELURAHAN BATUA KEC. MANGGALA KOTA MAKASSAR

ABSTRAK

Hasil observasi pendahuluan pada beberapa lokasi titik banjir/ genangan yang

diperoleh dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Makassar,

menunjukkan bahwa terdapat beberapa. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

(1) untuk mengidentifikasi penyebab banjir/genangan di lokasi permukiman

Kelurahan Batua (2) sebagai dasar dalam penyusunan perencanaan kawasan

rawan banjir berbasis mitigasi di Kelurahan Batua Makassar .

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan

spasial. Data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Penelitian

dilakukan di Kelurahan Batua. Areal permukiman yang diteliti dipilih berdasarkan

data titik banjir/genangan yang bersumber dari Badan Penanggulangan Bencana

Daerah (BPBD) Kota Makassar. Responden penelitian dipilih secara “non

probability”. Responden diambil dari masyarakat penghuni dan aparat yang

terkait. Analisis data berbasis system informasi geografis (SIG).

Hasil penelitian yang dilakukan menghasilkan temuan bahwa pada pola

perlindungan sumber air bawah tanah dari kerusakan sebagai dampak dari

pengembangan permukiman di Kabupaten Sukoharjo sudah dapat memberi hasil

yang efektif. Dair data penelitian ini karena pengembangan permukiman

dilakukan tidak pada daerah tangkapan hujan, ruang terbuka yang tersedia. Luas

lahan yang dikembangkan masih memenuhi persyaratan yaitu lebih dari 40%

penggunaan sumber air tanah oleh penghuni permukiman masih sangat

terbatas.

Masalah-maslah yang ditemukan antara lain: fasilitas jalan permukiman

berupa aspal sehingga tidak memberi efek resapan air, koefisien dasar

bangunan yang melebihi standart karena belum adanya fasilitas sumur resapan

masih kurangnya pemahaman tentang pengaturan arti penting sumber air bawah

tanah. Pola perlindungan yang perlu dikembangkan berupa penyusunan

Peraturan Daerah yang mencakup perijinan tentang pembangunan permukiman

baru dan perijinan penggunaan/eksploitasi air tanah. Disamping itu, diperlukan

pembentukan suatu kelembagaan yang terintregasi yang melibatkan instansi

Page 2: Jurnal Mitigasi Banjir Di Kelurahan Batua

teknis terkait lainnya di bidang perijinan dan pengawasan terhadap eksploitasi air

tanah.

Dari hasil pembahasan didapat saran berupa perlu dilakukan penyusunan

perencanan kawasan rawan banjir berbasis mitigasi di Kelurahan Batua yang

berdasar pada pertimbangan tata guna lahan, arah aliran drainase dan

ketinggian lahan.

Kata kunci : Daerah resapan banjir, Permukiman, Pusat kota

1. PENDAHULUAN

Terjadinya berbagai bencana alam di Indonesia merupakan hal yang selalu

berdampak negatif bagi masyarakat baik secara material maupun psikologis.

Sehingga perlu untuk perhatian secara intensif dalam menemukan solusi dalam

pemecahannya.

Kelurahan batua merupakan salahsatu kawasan rawan banjir yang

terdapat di Kota Makassar dimana, pada awalnya kawasan ini merupakan lahan

pertanian yang diubah menjadi permukiman akibat pertambahan jumlah

penduduk kota makassar sementara lahan terbatas. Lahan basah yang awalnya

menjadi tempat resapan air telah diubah menjadi lahan terbangun yang

permukaannya mengalami perkerasan. Hal tersebut merupakan penyebab

timbulnya genangan dan menyebabkan banjir pada musim hujan.

Kelurahan batua sebagai kawasan resapan air dan rawan banjir

merupakan rahasia umum bagi masyarakat. Namun, lokasi kawasan tersebut

yang terletak berdekatan dengan pusat kota, tetap diminati oleh penduduk

Makassar maupun pendatang. Hal tersebut didukung oleh posisi kelurahan batua

yang terletak berdekatan dengan pusat kota sehingga sarana prasarana lebih

lengkap. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Yeri (2004) yang mengatakan

bahwa, “faktor lokasi menjadi pertimbangan penting dalam pemilihan perumahan.

Faktor lain yang dipertimbangkan oleh konsumen adalah aspek lingkungan, fisik

rumah, fungsi rumah dan kedekatan dengan berbagai fasilitas perkotaan

lainnya”.

Pertimbangan lain yang sangat menentukan pemilihan lokasi perumahan

adalah nilai tanah, dimana harga tanah di kelurahan batua relatif lebih rendah.

Seperti diungkapkan oleh Richard M Hurds dalam Haikal Ali (1996) dengan teori

Page 3: Jurnal Mitigasi Banjir Di Kelurahan Batua

Bid-rent yang menyatakan bahwa, “nilai lahan sangat tergantung pada kemauan

dan kemampuan untuk membayar karena faktor ekonomi dan keinginan tinggal

di lokasi dan kedekatan”.

Nilai tanah yang rendah di kawasan ini dapat diakibatkan oleh para

developer yang telah menyadari ketidak layakan lokasi tersebut untuk dijadikan

sebagai lokasi permukiman. Padahal, pada umumnya lokasi yang berdekatan

dengan pusat kota nilai tanahnya jauh lebih tinggi. Hal tersebut ditegaskan oleh

Berry dan Harton dalam Nasucha (1995) yang menjelaskan bahwa, “Hubungan

antara harga tanah dengan pencapaian atau aksesibilitas yang diukur dengan

jarak dari pusat kota. Pencapaian atau akses akan semakin menurun secara

bertahap kesemua arah dari pusat kota, sehingga harga tanah akan semakin

berkurang seiring dengan makin jauhnya lokasi tersebut terhadap pusat kota.

Tanah yang berada di sepanjang jalan utama harga sewanya akan lebih tinggi

dibandingkan dengan harga sewa tanah yang tidak berada di jalan utama”.

Berdasarkan penjelasan di atas, walaupun kelurahan batua dikenal

sebagai lokasi resapan air bahkan rawan banjir, namun masyarakat tetap

berminat untuk berdomisili di lokasi tersebut. Oleh sebab itu, penulis tertarik

untuk menyusun Perencanaan Kawasan Rawan Banjir Berbasis Mitigasi Di

Kelurahan Batua Kec. Manggala Kota Makassar.

2. TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi Banjir

Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan (yang biasanya kering) karena

volume air yang meningkat. Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang

berlebihan di suatu tempat akibat hujan besar, peluapan air sungai, atau

pecahnya bendungan sungai.

Di banyak daerah yang gersang di dunia, tanahnya mempunyai daya

serapan air yang buruk, atau jumlah curah hujan melebihi kemampuan tanah

untuk menyerap air. Ketika hujan turun, yang kadang terjadi adalah banjir secara

tiba-tiba yang diakibatkan terisinya saluran air kering dengan air. Banjir semacam

ini disebut banjir bandang.

Sejumlah faktor dapat menyebabkan banjir, meliputi:

1. hujan deras, terus menerus dalam beberapa hari

Page 4: Jurnal Mitigasi Banjir Di Kelurahan Batua

2. permukaan tanah tidak dapat menyerap air, karena jenuh atau karena

diplester.

3. debit air sungai yang tinggi karena hujan terus menerus

4. permukaan tanah yang lebih rendah dari daerah di sekitarnya, dimana

tidak terdapat saluran-saluran pembuangan air yang berfungsi untuk

memindahkan air ke lokasi lain menyeberangi daerah sekitarnya yang

lebih tinggi.

5. permukaan tanah yang lebih rendah dari permukaan laut yang sedang

pasang

Terdapat dua jenis banjir, yaitu:

1. Banjir biasa di mana permukaan air secara perlahan naik;

2. Banjir bandang, yakni banjir yang datang secara cepat menyapu sebuah

area. Banjir bandang lebih berbahaya, karena datangnya tiba-tiba dengan

kecepatan yang dapat menghancurkan. Banjir bandang dapat disebabkan

hujan sangat deras yang terjadi di hulu sungai, atau bendungan yang

jebol. Tsunami adalah banjir bandang yang datangnya dari laut yang

disebabkan oleh gempa.

B. Manajemen Banjir

1) Pengendalian Banjir

Pengendalian banjir dimaksudkan untuk memperkecil dampak negatif dari

bencana banjir, antara lain: korban jiwa, kerusakan harta benda,

kerusakan lingkungan, dan terganggunya kegiatan sosial ekonomi.

Prinsip Pengendalian Banjir

a. Menahan air sebesar mungkin di hulu dengan membuat waduk dan

konservasi tanah dan air.

b. Meresapkan air hujan sebanyak mungkin ke dalam tanah dengan sumur

resapan atau rorak dan menyediakan daerah terbuka hijau.

c. Mengendalikan air di bagian tengah dengan menyimpan sementara di

daerah retensi.

d. Mengalirkan air secepatnya ke muara atau ke laut dengan menjaga

kapasitas wadah air.

e. Mengamankan penduduk, prasarana vital, dan harta benda.

Page 5: Jurnal Mitigasi Banjir Di Kelurahan Batua

Strategi Pengendalian Banjir

Dalam melakukan pengendalian banjir, perlu disusun strategi agar dapat

dicapai hasil yang diharapkan. Berikut ini strategi pengendalian banjir:

2) Pengendalian tata ruang

Pengendalian tata ruang dilakukan dengan perencanaan penggunaan

ruang sesuai kemampuannya dengan mepertimbangkan permasalahan

banjir, pemanfaatan lahan sesuai dengan peruntukannya, dan penegakan

hukum terhadap pelanggaran rencana tata ruang yang telah

memperhitungkan Rencana Induk Pengembangan Wilayah Sungai.

Pengaturan debit banjir

Pengaturan debit banjir dilakukan melalui kegiatan pembangunan dan

pengaturan bendungan dan waduk banjir, tanggul banjir, palung sungai,

pembagi atau pelimpah banjir, daerah retensi banjir, dan sistem polder.

Pengaturan daerah rawan banjir

pengaturan tata guna lahan dataran banjir (flood plain management).

penataan daerah lingkungan sungai, seperti: penetapan garis

sempadan sungai, peruntukan lahan di kiri kanan sungai, dan

penertiban bangunan di sepanjang aliran sungai.

Peningkatan peran masyarakat

Peningkatan peran serta masyarakat diwujudkan dalam:

Pembentukan forum peduli banjir sebagai wadah bagi masyarakat

untuk berperan dalam pengendalian banjir.

Bersama dengan pemerintah dan pemerintah daerah dalam

menyusun dan menyosialisasikan program pengendalian banjir.

Menaati peraturan tentang pelestarian sumber daya air, antara lain

tidak melakukan kegiatan kecuali dengan ijin dari pejabat yang

berwenang untuk:

Mengubah aliran sungai;

Mendirikan, mengubah atau membongkar bangunan-bangunan di

dalam atau melintas sungai;

Membuang benda-benda atau bahan-bahan padat dan/atau cair

ataupun yang berupa limbah ke dalam maupun di sekitar sungai

yang diperkirakan atau patut diduga akan mengganggu aliran; dan

Page 6: Jurnal Mitigasi Banjir Di Kelurahan Batua

Pengerukan atau penggalian bahan galian golongan C dan/atau

bahan lainnya

C. Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir

Tahap sebelum terjadi banjir

Kegiatan yang dilakukan adalah meningkatkan kesiapsiagaan

menghadapi ancaman bahaya banjir, meliputi:

a) Penyebarluasan peraturan perundang-undangan atau informasi-

informasi, baik dari pemerintah maupun pemerintah daerah, berkaitan

dengan masalah banjir;

b) Pemantauan lokasi-lokasi rawan (kritis) secara terus-menerus;

c) Optimasi pengoperasian prasarana dan sarana pengendali banjir;

d) Penyebarluasan informasi daerah rawan banjir, ancaman/bahaya, dan

tindakan yang harus diambil oleh masyarakat yang tinggal di daerah

rawan bencana;

e) Peningkatan kesiapsiagaan organisasi dan manajemen pengendalian

banjir dengan menyiapkan dukungan sumber daya yang diperlukan

dan berorientasi kepada pemotivasian individu dalam masyarakat

setempat agar selalu siap sedia mengendalikan ancaman/bahaya;

f) Persiapan evakuasi ke lokasi yang lebih aman;

g) Penyediaan bahan-bahan banjiran untuk keadaan darurat, seperti:

karung plastik, bronjong kawat, dan material-material pengisinya

(pasir, batu ,dan lain-lain), dan disediakan pada lokasi-lokasi yang

diperkirakan rawan/kritis;

h) penyediaan peralatan berat (backhoe, excavator, truk, buldozer, dan

lain-lain) dan disiapsiagakan pada lokasi yang strategis, sehingga

sewaktu-waktu mudah dimobilisasi;

i) penyiapan peralatan dan kelengkapan evakuasi, seperti: speed boat,

perahu, pelampung, dan lain-lain.

Saat terjadi banjir

Kegiatan yang dilakukan dititikberatkan pada:

a) Penyelenggaraan piket banjir di setiap posko.

Page 7: Jurnal Mitigasi Banjir Di Kelurahan Batua

b) Pengoperasian sistem peringatan banjir (flood warning system)

Pemantauan tinggi muka air dan debit air pada setiap titik pantau.

c) Melaporkan hasil pemantauan pada saat mencapai tingkat siaga

kepada dinas/instasi terkait, untuk kemudian diinformasikan kepada

masyarakat sesuai dengan Standar Prosedur Operasional Banjir.

d) Peramalan banjir dapat dilakukan dengan cara:

analisa hubungan hujan dengan banjir (rainfall – runoff

relationship),

metode perambatan banjir (flood routing),

metode lainnya.

e) Komunikasi

Sistim komunikasi digunakan untuk kelancaran penyampaian

informasi dan pelaporan, dapat menggunakan radio komunikasi,

telepon, faximili, dan sarana lainnya.

f) Gawar/Pemberitaan Banjir (Pemberitaan)

Gawar/pemberitaan banjir dilakukan dengan sirine, kentongan,

dan/atau sarana sejenis lainnya dari masing-masing pos pengamatan

berdasarkan informasi dari posko banjir.

Setelah Banjir

Tanggap Darurat

Tanggap darurat ditujukan untuk meningkatkan kemampuan mengatasi

keadaan darurat akibat banjir, dilakukan dengan cara:

a) Mengerahkan sumber daya, seperti: personil, bahan banjiran, peralatan,

dana dan bantuan darurat;

b) Menggerakkan masyarakat dan petugas satuan tugas penanggulangan

bencana banjir;

c) Mengamankan secara darurat sarana dan prasarana pengendali banjir

yang berada dalam kondisi kritis; dan

d) Mengevakuasi penduduk dan harta benda.

Pemulihan

Pemulihan dilakukan terhadap sarana dan prasarana sumber daya air serta

lingkungan akibat bencana banjir kepada fungsi semula, melalui:

Page 8: Jurnal Mitigasi Banjir Di Kelurahan Batua

a) Inventarisasi dan dokumentasi kerusakan sarana dan prasarana sumber

daya air, kerusakan lingkungan, korban jiwa, dan perkiraan kerugian yang

ditimbulkan;

b) Merencanakan dan melaksanakan program pemulihan, berupa:

rehabilitasi, rekonstruksi atau pembangunan baru sarana dan prasarana

sumberdaya air; dan

c) Penataan kembali kondisi sosial ekonomi masyarakat yang terkena

bencana banjir.

Pengawasan

Salah satu tugas dinas dan/atau badan hukum yang mengelola wilayah

sungai adalah melaksanakan pengendalian banjir. Agar tugas tersebut

dapat terlaksana sebagaimana mestinya, maka diperlukan pengawasan

oleh BPBD provinsi (atau Satkorlak) dan BPBD kabupaten/kota (Satlak)

yang meliputi:

o Pengawasan terhadap dampak dari banjir

o Pengawasan terhadap upaya penanggulangannya.

Kelembagaan

Pengaturan dan pengendalian banjir di suatu wilayah sungai

diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, atau badan hukum

sesuai kewenangan masing-masing, yang pelaksanaannya dikoordinasikan

oleh BNPB, BPBD provinsi (atau Satkorlak), dan BPBD kabupaten/kota

(Satlak).

Organisasi

Pengendalian banjir merupakan sebagian tugas yang diemban oleh

pengelola sumber daya air wilayah sungai. Untuk melaksanakan tugas

tersebut, di dalam struktur organisasi pengelola sumber daya air wilayah

sungai terdapat unit yang menangani pengendalian banjir. Tugas-tugas unit

yang menangani pengendalian banjir adalah:

a) Melaksanakan pengumpulan data, pembuatan peta banjir, penyusunan

rencana teknis pengendalian banjir;

b) Melaksanakan analisis hidrologi dan penyebab banjir;

c) Melaksanakan penyusunan prioritas penanganan daerah rawan banjir;

Page 9: Jurnal Mitigasi Banjir Di Kelurahan Batua

d) Melaksanakan pengendalian bahaya banjir, meliputi tindakan darurat

pengendalian dan penanggulangan banjir;

e) Menyusun dan mengoperasikan sistem peramalan dan peringatan dini

banjir;

f) Melaksanakan persiapan, penyusunan, dan penetapan pengaturan dan

petunjuk teknis pengendalian banjir; dan

g) Menyiapkan rencana kebutuhan bahan untuk penanggulangan banjir.

Sumber Daya Pendukung

1. Personil

2. Kelompok tenaga ahli

Tenaga ahli yang diperlukan adalah tenaga ahli yang memenuhi kualifikasi

di bidang sumber daya air, antara lain: bidang hidrologi, klimatologi, hidrolika,

sipil, elektro mekanis, hidrogeologi, geologi teknik, dan tenaga ahli lainnya

yang berhubungan dengan masalah banjir.

3. Kelompok tenaga lapangan

Dalam pelaksanaan pengendalian banjir, dibutuhkan petugas lapangan

dalam jumlah cukup, utamanya untuk kegiatan pemantauan dan tindakan

turun tangan.

Sarana dan Prasarana

a. Peralatan dan bahan dalam rangka pengendalian banjir terdiri dari:

peralatan hidrologi dan hidrometri (antara lain: peralatan klimatologi,

AWLR, ARR, extensometer);

b. peralatan komunikasi (antara lain: radio komunikasi, telepon, faksimili);

c. alat-alat berat dan transportasi (antara lain: bulldozer, excavator, truk);

d. perlengkapan kerja penunjang (antara lain: sekop, gergaji, cangkul,

pompa air);

e. perlengkapan untuk evakuasi (antara lain: tenda darurat, perahu karet,

dapur umum, obat obatan);

f. bahan banjiran (a.l. karung plastik, bronjong kawat, bambu, dolken kayu).

Dana

Dalam pengendalian banjir, diperlukan alokasi dana yang diupayakan

selalu tersedia. Dana yang diperlukan tersebut harus dialokasikan

Page 10: Jurnal Mitigasi Banjir Di Kelurahan Batua

sebagai dana cadangan yang bersumber dari APBN, APBD, atau sumber

dana lainnya. Dana cadangan disediakan sesuai ketentuan yang berlaku.

D. Koordinasi

Lembaga Koordinasi

Berkaitan dengan pengendalian banjir, lembaga koordinasi yang ada

adalah Tim Penanggulangan Bencana Alam. Pada tingkat nasional adalah

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), pada tingkat provinsi

adalah BPBD provinsi (jika belum dibentuk dikoordinir oleh Satkorlak PB),

dan pada tingkat kabupaten/kota adalah BPBD kabupaten/kota (jika tidak

dibentuk dikoordinir oleh Satlak PB). Obyek yang dikoordinasikan dalam

pengendalian serta penanggulangan banjir dapat dipisahkan menjadi

tahapan sebelum banjir, saat banjir, dan sesudah banjir.

Sebelum Banjir

a) Perencanaan rute evakuasi dan tempat penampungan penduduk.

b) Perencanaan program penyelamatan dan pertolongan kepada

masyarakat.

c) Perencanaan rute pengiriman material penanggulangan pada tempat-

tempat kritis.

d) Perencanaan rute pengiriman logistik kepada masyarakat.

e) Perencanaan jenis dan jumlah bahan serta peralatan banjiran.

f) Penyiapan sarana dan prasarana pendukung serta Sumberdaya

Manusia.

Saat Banjir

a) Evakuasian penduduk sesuai dengan prosedur.

b) Memberikan bantuan kepada penduduk.

Sesudah Banjir

a. Pemulihan kembali pemukiman penduduk, prasarana umum, bangunan

pengendali banjir, dan lain-lain.

b. Pengembalian penduduk ke tempat semula.

c. Pengamatan, pendataan kerugian dan kerusakan banjir.

Page 11: Jurnal Mitigasi Banjir Di Kelurahan Batua

Mekanisme Koordinasi

Koordinasi dalam pengendalian banjir dilakukan secara bertahap

melalui BPBD kabupaten (Satlak PB), BPBA, dan BNPB. Dalam forum

koordinasi tersebut, dilakukan musyawarah untuk memutuskan sesuatu

yang sebelumnya mendengarkan pendapat dari anggota yang mewakili

instansi terkait.

Sistem Pelaporan

Dinas/Instansi/Badan hukum pengelola wilayah sungai melaporkan hal-

hal sebagai berikut:

a) Karakteristik banjir (antara lain: hidrologi banjir, peta daerah rawan

banjir, banjir bandang);

b) Kejadian banjir (antara lain: waktu, lokasi, lama dan luas genangan

banjir);

c) Kerugian akibat banjir (antara lain: korban jiwa, harta benda, sosial

ekonomi);

d) Kerusakan (antara lain: sarana dan prasarana, permukiman,

pertanian, perikanan, lingkungan);

e) Penanggulangan darurat; dan

f) Usulan program pemulihan secara menyeluruh.

Laporan tersebut di atas disampaikan kepada Bupati/ Walikota/ Gubernur/

Menteri sesuai dengan jenis dan tingkatannya.

E. Peraturan terkait permukiman dan daerah resapan air

Undang-undang No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman

Bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat

tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, yang

merupakan kebutuhan dasar manusia, dan yang mempunyai peran yang

Page 12: Jurnal Mitigasi Banjir Di Kelurahan Batua

sangat strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa

sebagai salahsatu upaya membangun manusia Indonesia seutuhnya,

berjati diri, mandiri dan produktif;

Bahwa Negara bertanggung jawab melindungi segenap bangsa Indonesia

melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman agar

masyarakat mampu bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak

dan terjangkau di dalam perumahan yang sehat, aman, harmonis dan

berkelanjutan diseluruh wilayah Indonesia;

Bahwa pemerintah perlu lebih berperan dalam menyediakan dan

memberikan kemudahan dan bantuan perumahan dan permukiman bagi

masyarakat melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan

permukiman yang berbasis kawasan serta keswadayaan masyarakat,

sehingga merupakan satu kesatuan fungsional dalam wujud tata ruang

fisik, kehidupan ekonomi, dan social budaya yang mampu menjamin

kelestarian lingkungan hidup sejalan dengan semangat demokrasi,

otonomi daerah dan keterbukaan dalam tatanan kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara;

Bahwa pertumbuhan dan pembangunan wilayah yang kurang

memperhatikan keseimbangan bagi kepentingan masyarakat

berpenghasilan rendah mengakibatkan kesulitan masyarakat untuk

memperoleh rumah yang layak dan terjangkau.

Bahwa undang-undang No. 4 Tahun 1992 tentang perumahan dan

permukiman sudah tidak sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan

perumahan dan permukiman yang layak dan terjangkau dalam

lingkungan yang sehat, aman, serasi dan teratur sehingga perlu diganti.

F. Teknologi Drainase

Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai

sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen

penting dalam perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya).

Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air

yang berfungsi untuk mengurangi atau membuang kelebihan air dari suatu

kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.

Page 13: Jurnal Mitigasi Banjir Di Kelurahan Batua

1) Drainase berdasarkan konstruksinya

Jenis drainase ditinjau berdasarkan dari konstruksinya, dapat

dikelompokkan menjadi :

Drainase saluran terbuka

Drainase saluran terbuka adalah sistem saluran yang permukaan airnya

terpengaruh dengan udara luar (atmosfer). Drainase saluran terbuka

biasanya mempunyai luasanyang cukup dan digunakan untuk

mengalirkan air hujan atau air limbah yang tidak membahayakan

kesehatan lingkungan dan tidak mengganggu keindahan.

Gambar 1. Drainase Terbuka

Bentuk saluran dan Fungsi

Trapesium

Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan dengan

debit yang besar. Sifat alirannya terus-menerus dengan fluktuasi kecil.

Bentuk saluran ini dapat digunakan pada daerah yang masih cukup

tersedia lahan.

Kombinasi Trapesium dengan Segi empat

Page 14: Jurnal Mitigasi Banjir Di Kelurahan Batua

Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan

dengan debit yang besar dan kecil. Sifat alirannya berfluktuasi besar dan

terus menerus tapi debit minimumnya msih cukup besar.

Kombinasi Trapesium dengan Setengah Lingkaran

Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan

dengan debit yang besar dan kecil. Sifatnya alirannya terus menerus

berfluktuasi besar dengan debit minimum kecil. Fungsi bentuk setengah

lingkaran ini adalah untuk menampung dan mengalirkan debit minimum

tersebut.

Segi Empat

Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan

dengan debit yang besar. Sifat alirannya terus-menerus dengan

fluktuasi kecil.

Kombinasi Segi Empat dengan Setengah Lingkaran

Bentuk saluran segi empat ini digunakan pada lokasi jalur saluran

yang tidak mempunyai lahan yang cukup/terbatas.

Setengah Lingkaran

Page 15: Jurnal Mitigasi Banjir Di Kelurahan Batua

Berfungsi untuk menyalurkan limbah air hujan untuk debit yang lebih

kecil Bentuk saluran ini umum digunakan untuk saluran-saluran

rumah penduduk dan pada sisi jalan perumahan padat.

Saluran tertutup

Drainase saluran terbuka adalah sistem saluran yang permukaan

airnya tidak terpengaruh dengan udara luar (atmosfer). Drainase

saluran tertutup sering digunakan untuk mengalirkan air limbah atau

air kotor yang mengganggu kesehatan lingkungan dan mengganggu

keindahan.

Gambar 2 . Drainase Tertutup

Bentuk saluran dan Fungsi

Lingkaran

Page 16: Jurnal Mitigasi Banjir Di Kelurahan Batua

Berfungsi untuk menyalurkan limpasan air hujan maupun limbah air

bekas (air limbah) rumah tangga atau keduanya. Kontruksi sistim

saluran ini cocok dipakai untuk daerah pertokoan yang sangat padat

dan lahan yang tersedia telah terbatas.

Bulat Telur

Bentuk yang panjang mengecil ini berfungsi untuk mendapatkan

kedalaman air yang cukup untuk dapat menghanyutkan edapan padat

dan tinja walaupun debitnya kecil.

Persegi Panjang

Berfungsi untuk mengalirkan air hujan dalam jumlah besar dimana

bagian atasnya terdapat bangunan. Walaupun daya alirannya tidak

sebaik yang berbentuk bulat telur, namun pelaksanaannya relatif

mudah.

2) Konsep Eko Drainase

Konsep drainase umum yang sering digunakan adalah bagaimana cara

membuang air secepatnya begitu hujan turun. Akibatnya, air belum

sempat meresap ke dalam tanah dan mengisi pori-pori tanah secara

alami. Selain itu, keseimbangan siklus hidrologi pun terganggu, bahkan

bisa terjadi penurunan tanah.

Sistem drainase yang tepat adalah sistem untuk menjaga

keseimbangan air dan lingkungan. Caranya dengan menahan air

selama mungkin untuk kebutuhan pengairan di lingkungan

Page 17: Jurnal Mitigasi Banjir Di Kelurahan Batua

sekitarnya. Mengendalikan kelebihan air permukaan yang dapat

dimanfaatkan untuk persediaan air baku dan kehidupan aquatik dengan

meresapkan air permukaan sebanyak-banyaknya ke dalam tanah

(mempertimbangkan konservasi air).

Konsep ecodrain merupakan salah satu unsur dari konsep

pengelolaan hujan integratif (Integrated Stormwater Management).

Pengelolaan secara integratif ini bukan hanya diartikan secara

administratif dari hulu ke hilir, namun juga harus diartikan secara

substantif menyeluruhmenyangkut seluruh aspek yang berhubungan

dengan Drainase, yang meliputi semua aspek;

Aspek teknis operasional pengelolaan Drainase,

kelembagaan/institusi, keuangan/pembiayaan, peran masyarakat dan

atau swasta dan hukum peraturan.Sistem drainase yang berwawasan

lingkkungan dapat dibedakan menjadi :

- Sitem drainase retensi

- Sisten drainase infiltrasi

3) Saluran Drainase Tertutup dan Komponennya

Drainase berfungsi untuk mengalirkan air pada daerah yang tersemar

ataupun belum tercemar. Lokasinya pada daerah dengan kepadatan tinggi

dengan ruang yang terbatas atau pada semua lokasi yang airnya sudah

tercemar. Bentuk saluran tertutup diantaranya adalah bulat lingkaran, elips,

dan tapal kuda.

Bangunan Inlet

Inlet menerima air

permukaan dan meyalurkanny de

daluran drainase. Street Inlets

adalah bukaan/lubang di sisi-sisi

jalan yang berfungsi untuk

menampung dan menyalurkan

limpasan air huijan yang berada

sepanjang jalan menuju ke saluran.

Perencanaan dan penempatan inlet

harus benar-benar dipertimbangkan sehingga dapat berfungsi dengan baik.

Perletakkan street inlet mempunyai ketentuan sebagai berikut:

Page 18: Jurnal Mitigasi Banjir Di Kelurahan Batua

Diletakkkan pada tempat yang tidak memberikan gangguan terhadap lalu

lintas maupun pejalan kaki;

Ditempatkan pada daerah yang rendah dimana limpasan air hujan menuju

ke arah tersebut;

Air yang masuk ke dalam inlet harus secepatnya menuju ke dalam saluran;

Jumlah inlet harus cukup untuk dapat menangkap limpasan air hujan pada jalan

yang bersangkutan. Inlet dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Curb InletCurb Inlet mempunyai bukaan vertikal

2. Gutter InletGutter Inlet terdiri dari bukaan horizontal.

3. Combination InletCombination Inlet merupakan gabungan dari curb Inlet

dan gutter Inlet yang dipsang sebagai satu unit

Bangunan Outlet (Outfall)

Outfall adalah ujung saluran

yang di tempatkan pada sungai/badn air

penerima. Struktur bangunan outfall

hampir sama dengan struktur bangunan

terjunan karena biasanya titik ujung

saluran terletak pad saluran yang lebih

tinggi dari permukaan badan air

penerima. Bangunan outfall dibuat dari

pasangan batu kali/batu belah dengan

jenis sky jump.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam

mendesain outfall:

Ujung dasar saluran mempunyai elevasi yang lebih tinggi dari permukaan

air maksimum badan air penerima.

Tidak meletakkan mulut outfll pada tempat yng arusnya (badan air

penerima) kuat, untuk mengurangu kerusakan struktur.

Page 19: Jurnal Mitigasi Banjir Di Kelurahan Batua

Mencegah terhalanginya mulut outfall dari benda-benda terapung dan

terendapkan.Lokasi yang ideal dari outfall adalah dimana benda-benda

terapung dan terendapkan selalu dapat dialirkan atau didistribusikan.

Siphon

Shipon dibuat bilamana ada

persilangan dengan sungai.

Shipon dibangun bawah dari

penampang sungai, karena

tertanam di dalam tanah maka

pada waktu pembuangannya

harus dibuat secara kuat sehingga tidak terjadi keretakan ataupun

kerusakan konstruksi.

Sebaiknya dalam merencanakan drainase dihindarkan perencanaan

dengan menggunakan shipon, dan sebaiknya saluran yang debitnya lebih

tinggi tetap untuk dibuat shipon dan saluran drainasenya yang dibuat saluran

terbuka atau gorong-gorong.

Manhole

Untuk keperluan pemeliharaan sistem saluran drainase tertutup di setiap

saluran diberi manhole pertemuan, perubaan dimensi, perubahan bentuk

selokan pada setiap jarak 10-25

m. Lubang manhole dibuat sekecil

mungkin supaya ekonomis,

cukup, asal dapat dimasuki oleh

orang dewasa. Biasanya lubang

manhole berdiameter 60cm

dengan tutup dari besi tulang.

3. METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini dilaksanakan di kelurahan Batua kecamatan

Manggala Kota Makassar , dengan menggunakan Metode penelitian

Page 20: Jurnal Mitigasi Banjir Di Kelurahan Batua

deskripsif dengan pendekatan spasial. Data yang digunakan meliputi

data primer dan data sekunder. Data primer berupa hasil observasi

lapangan dan wawancara, sedangkan data sekunder berupa dokumen

terkait kawasan rawan banjir di Kota Makassar yang diperoleh dari Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Makassar.

Areal permukiman yang diteliti dipilih berdasarkan data titik

banjir/genangan yang bersumber dari Badan Penanggulangan Bencana

Daerah (BPBD) Kota Makassar. Responden penelitian dipilih secara “non

probability”. Responden diambil dari masyarakat penghuni dan aparat

yang terkait. Analisis yang digunakan adalah analisis spasial berbasis

System Informasi Geografis (SIG).

4. PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

Kelurahan batua adalah salah satu kelurahan yang ada di kecamatan

Manggala kota Makassar yang berbatasan langsung dengan:

Utara : Kec. Panakukang

Selatan : Kel. Bangkala

Barat : Kec. Paropo

Timur : Kel. Antang

Peta Administrasi kelurahan Batua dan Peta Kondisi Eksisting dan

Permasalah terlampir. Luas wilayah kelurahan Batua sebesar 1,92

km2 , jumlah penduduk sebesar 19.746 jiwa, jumlah kepala keluarga

yang ada di kelurahan batua sebanyak 4.808. Persentasi terbangun di

wilayah tersebut 60% dan wilayah atang tidak terbangun sebesar 40%.

B. Tata Guna Lahan Kawasan Rawan Banjir Kelurahan Batua

Lahan yang ada di kelurahan ini merupakan lahan basah yang pada

awalnya digunakan sebagai lahan produktif pertanian. Namun, terjadi

pengalihfungsian lahan serta pembangunan yang tidak teratur.

Berdasarkan analisis spasial, sebagian besar lahan telah terbangun.

Adapun lahan yang tidak terbangun masih berupa rawa-rawa dan

tambak yang merupakan titik-titik rawan banjir.

Page 21: Jurnal Mitigasi Banjir Di Kelurahan Batua

C. Kondisi infrastruktur drainase

Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar dan komponen penting

dalam perencanaan kota terutama bagi kawasan rawan bencana banjir

termasuk bagi Kelurahan Batua. Drainase adalah serangkaian bangunan

air yang berfungsi untuk mengurangi atau membuang kelebihan air dari

suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara

optimal.

Namun pada kelurahan batua, sebagian besar drainase telah

rusak dan kapasitas badan drainasenya sempit hanya berkisar 15 cm

sehingga tidak dapat menampung kelebihan air pada kelurahan tersebut.

Hirarki drainase juga tidak jelas, serta ada drainase yang terputus

sehingga menimbulkan genangan. Masih terdapat sampah yang

mengenangi badan drainase sehingga aliran air menjadi tersumbat.

Gambar 3. Sawah yang belum terbangu menjadi

tempat hunian

Gambar 4. Perumahan yang di bangun diatas tanah yang dulunya berfungsi

sebagai sawah

Page 22: Jurnal Mitigasi Banjir Di Kelurahan Batua

Gambar 5. drainase yang terputus

Gambar 6. Drainase yang dipenuhi

material/ sampah

Page 23: Jurnal Mitigasi Banjir Di Kelurahan Batua

D. Ketinggian Lahan dan Arah Aliran

Kelurahan batua merupakan kawasan yang memiliki kemiringan

lereng 0- 2 %, berarti permukaannya datar sehingga masuk dalam kategori

rawan bencana banjir. Berdasarkan data hostorical Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Makassar, kelurahan batua

telah menjadi langganan banjir pada saat curah hujan di Kota Makassar

tinggi, terutama pada lima titik rawan banjir yang menjadi target survey yaitu,

RW 01 dan RW 02 JL. Inpeksi PAM, RW 03 JL. Swadaya, RW 07 JL.Borong

Raya/Mandiri, RW 07 JL. Batua Raya/ belakang Akademi Gizi, RW 08 dan

RW 04 JL. Toa Daeng III. Berdasarkan hasil survey, banjir besar terakhir

terjadi pada bulan januari dengan curah hujan mencapai 922,8 Mm sampai

bulan februari dengan curah hujan mencapai 738,0 Mm.

Gambar 7. Saluran drainase yang sempit tidak memenuhi SNI

15 cm

20 cm

Page 24: Jurnal Mitigasi Banjir Di Kelurahan Batua

Lamanya banjir yang menggenangi permukiman warga selama 3

hari sampai 1 minggu, warga yang rumahnya tergenang air terpaksa

mengungsi di posko- posko yang telah disiapkan oleh pemerintah. Sebagian

besar warga mempergunakan masjid dan posyandu sebagai tempat

mengungsi, hal tersebut dikarenakan masjid yang terdapat di kelurahan

tersebut dibangun di topografi yang lebih tinggi.

Berdasarkan analisis spasial, topografi kawasan tersebut relatif datar

dimana elevasi lahannya ada yang mencapai 2 meter, 1 meter, dan ada

yang -1 meter. Masih terdapat lahan berelevasi -1 meter yang terdapat di

tengah permukiman sehingga menimbulkan genangan. Selain itu, terdapat

pula lahan yang berelevasi 2 meter di sekitar kanal atau badan penerima air

sehingga, air sulit mengalir menuju badan penerima air tersebut (Peta

Elevasi terlampir).

5. PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagian besar lahan pada Kelurahan Batua telah terbangun,

adapun lahan yang tidak terbangun masih berupa rawa-rawa dan tambak

yang merupakan titik-titik rawan banjir.

Kondisi drainase di kelurahan batua tidak sesuai dengan standar

yang berlaku, dimana masih terdapat drainase yang terputus sehingga air

hanya tergenang karena tidak memiliki akses menuju badan penerima air.

Keberadaan sampah masih ditemukan tergenang pada badan drainase

sehingga menghambat aliran air.

Topografi kawasan tersebut relatif datar dimana elevasi lahannya

ada yang mencapai 2 meter, 1 meter, dan ada yang -1 meter. Masih

terdapat lahan berelevasi -1 meter yang terdapat di tengah permukiman

sehingga menimbulkan genangan. Selain itu, terdapat pula lahan yang

berelevasi 2 meter di sekitar kanal atau badan penerima air sehingga, air

sulit mengalir menuju badan penerima air tersebut

B. Perencanaan

Perencanaan yang akan diadakan di lokasi penelitian yaitu :

Page 25: Jurnal Mitigasi Banjir Di Kelurahan Batua

1. Pembuatan Posko korban banjir di dua titik yaitu posko 1 terletak di

jalan abd. Daeng Sirua dan posko 2 terletak di jalan Batua Raya.

2. Perencanaan Kolam Konservasi di setiap titik banjir dan pipa saluran

pembuangan air menuju kanal dan sungai.

3. Perencanaan drainase yang berbentuk setengah lingkaran di setiap

jalan lingkungan.

C. Rekomendasi

Sebelum Banjir

a) Perencanaan rute evakuasi dan tempat penampungan penduduk.

b) Perencanaan program penyelamatan dan pertolongan kepada

masyarakat.

c) Perencanaan rute pengiriman material penanggulangan pada tempat-

tempat kritis.

d) Perencanaan rute pengiriman logistik kepada masyarakat.

e) Perencanaan jenis dan jumlah bahan serta peralatan banjiran.

f) Penyiapan sarana dan prasarana pendukung serta Sumberdaya Manusia.

Saat Banjir

a) Evakuasian penduduk sesuai dengan prosedur.

b) Memberikan bantuan kepada penduduk.

Sesudah Banjir

a) Pemulihan kembali pemukiman penduduk, prasarana umum, bangunan

pengendali banjir, dan lain-lain.

b) Pengembalian penduduk ke tempat semula.

c) Pengamatan, pendataan kerugian dan kerusakan banjir